You are on page 1of 73

SKRIPSI

Identitas Mahasiswa Nama : WIWIK FITRIAN NIM : 07 20 10 20 94 Jurusan/Program Jurusan/Program Studi : Manajemen / Manajemen Konsentrasi : Keuangan Alamat : Jl. Saraja No. 57 Maros

ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT PADA BRI UNIT MACCINI BAJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dilalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan bank, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, maka akan menyebabkan bank tersebut rugi.

Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai dengan pengembalian kredit yang macet. Bagi sebuah bank, dibandingkan dengan produk atau jasa perbankan lainnya, pemberian kredit kepada nasabahnya merupakan sumber pendapatan atau keuntungan yang terbesar.

Oleh karena itu sesuai dengan tujuan setiap perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dan menjaga kelangsungan hidupnya, maka pemberian kredit merupakan hal yang pasti secara terus menerus akan dilakukan oleh bank dalam kesinambungan operasionalnya. Namun disisi lain, penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada nasabah mengandung resiko tidak kembalinya dana/kredit yang disalurkan tersebut karena tidak seluruh nasabah yang memperoleh kredit mampu mengembalikan kredit dengan baik dan tepat waktu yang dijanjikan, sehingga dampaknya terhadap bank ialah mengganggu likuiditas bank tersebut.

Resiko kredit macet dan masalah dapat diperkecil dengan jalan melakukan analisa kredit secara matang dan mendalam baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif terhadap setiap permohonan kredit yang diterima oleh bank. Analisa kredit yang baik sangat menentukan sebagai langkah awal untuk menghindari terjadinya kredit macet atau bermasalah. Tujuan utama analisa kredit yang dilakukan oleh sebuah bank adalah untuk menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan calon debitur untuk mengembalikan cicilan pokok beserta bunganya sesuai dengan isi perjanjian kredit.

Berdasarkan analisa kredit ini, bank dapat memperkirakan tinggi rendahnya resiko yang akan ditanggung oleh bank bila menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Dalam melakukan analisa kredit, bank akan meneliti berbagai macam faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi kemampuan dan kesediaan calon debitur untuk membayar cicilan pokok dan bunga pinjaman kepada bank.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk memilih judul dalam penulisan skripsi ini dengan judul Analisis Tingkat Pengembalian Kredit pada BRI Unit Maccini Baji. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana tingkat pengembalian kredit BRI Unit Maccini Baji tahun 2008 sampai dengan tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui tingkat pengembalian kredit pada BRI Unit Maccini Baji tahun 2008 s.d tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis y Meningkatkan pengetahuan dalam menganalisis tingkat pengembalian kredit pada suatu Bank, sehingga diketahui tingkat pengembalian debitur khususnya debitur usaha kecil. y Belajar untuk meneliti, menguji, dan atau mengobservasi fenomena dan permasalahan yang terjadi.

2. Bagi BRI Unit Maccini Baji y Penelitian ini diharapkan akan memberikan feedback terhadap perusahaan dalam pengambilan keputusan yang objektif serta mendukung kegiatan operasional bank. 3. Bagi kampus y Untuk tambahan informasi dan wawasan bagi mahasiswa/ mahasiswi yang ingin mempelajari dan meneliti perihal yang serupa pada masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Defenisi Bank Pengertian bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

2. Fungsi Bank

Bank mempunyai fungsi yang sangat penting bagi perekonomian suatu Negara, berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998 pasal 3 tentang perbankan, bahwa fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Adapun fungsi bank lebih lanjut, sebagai berikut : 1. Bank sebagai penerima kredit 2. Bank sebagai pemberi kredit 3. Bank sebagai pemberi jasa lainnya

3. Jenis-jenis Bank Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, jenisjenis bank dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, kepemilikannya, berdasarkan bentuk hukum, kegiatan usahanya, sistem pembayaran jasa, sedangkan dilihat dari segi jenisnya, jenis-jenis bank ialah : a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

4. Arti Penting Kredit Jelas bahwa dana pinjaman atau kredit yang diperoleh oleh perusahaan memiliki manfaat yag sangat besar dalam hal pemenuhan dana. Pertimbangan utama perusahaan untuk memperoleh pinjaman tersebut adalah bahwa memang dana tersebut sangat dibutuhkan (sesuai manfaatnya). Artinya jangan sampai dana yang dibutuhkan melebihi kebutuhan yang sesungguhnya, sehingga ada dana yang menganggur, sementara beban bunga terus dibayar.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit, Kasmir (2010 : 273) adalah sebagai berikut : y Kepercayaan y Kesepakatan y Jangka Waktu y Risiko y Balas Jasa

5. Keputusan Penyaluran Kredit Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi pengumpulan dana ini, bank sering pula disebut lenbaga kepercayaan, transaksi usaha bank senantiasa berkaitan dengan uang.
Kredit artinya kepercayaan, maksudnya yaitu kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.

y y y

y y y y y y

Tujuan utama pemberian suatu kredit bagi bank menurut Kasmir, (2000 : 96) adalah: Mencari Keuntungan Membantu Usaha Nasabah Membantu Pemerintah Sedangkan fungsi dari suatu kredit bagi masyarakat yaitu (Kasmir, 2002: 106-108): Menjadi motivator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. Memperlancar arus barang dan arus uang. Meningkatkan produktivitas yang ada. Meningkatkan kegairahan berusaha mesyarakat. Memperbesar modal kerja perusahaan.

6. Faktor-Faktor Penentu dalam Pemberian Kredit Pinjaman usaha kecil lebih kompleks karena bank seringkali diminta mengambil risiko kredit. Dalam pemberian kredit membutuhkan suatu analisis terhadap usaha yang dilakukan debitur untuk menentukan suatu keputusan dalam pemberian kredit. Salah satu cara menilai kegiatan usaha debitur adalah dengan menggunakan prinsipprinsip kredit pada aspek-aspek usaha debitur. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan adalah berupa analisis 6C dan 7P. Adapun 6C menurut Gup and Kolari (2005; 263) tersebut adalah: y Character y Capacity

y y y y

Capital Colleteral Condition Compliance Penilaian dengan menggunakan analisis 7P adalah sebagai berikut menurut Kasmir (2010; 287) : a. Personality b. Purpose c. Party d. Payment, e. Prospect f. Profitability g. Protection

7. Analisis Kelayakan Kredit Disamping menggunakan 6C dan 7P, dalam penilaian suatu kredit guna menilai layak atau tidak untuk diberikan kredit dapat dilakukan juga dengan menggunakan beberapa aspek, yaitu Siamat, (2004 :107-110): y Aspek yuridis/hukum y Aspek pemasaran y Aspek keuangan y Aspek teknis/operasi y Aspek manajemen y Aspek sosial ekonomi

8. Manfaat Analisis Kredit


Untuk meneliti apakah permohonan kredit memenuhi asas-asas 6C atau tidak, jadi laporan hasil analisis kredit tersebut harus merupakan badan informasi yang dapat dipercaya. Dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip dari perkreditan itu sendiri, yaitu prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Dengan adanya analisis kredit maka pihak bank bisa memberikan keputusan untuk mempercayai itikad baik dan kemampuan pihak calon debitur. Untuk mengetahui apakah pemohon kredit tersebut fleksibel atau tidak, dalam arti kata kredit diberikan maka usahanya akan berkembang baik dan mampu mengembalikan kredit, baik pokok maupun bunga dalam jangka waktu yang wajar atau sebaliknya.

9. Kolektibilitas Kolektibilitas kredit adalah suatu pembayaran pokok atau angsuran bunga pinjaman oleh nasabah sebagaimana terlihat pada tata usaha bank. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/268/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998, maka kredit dibedakan menjadi : y Lancar (pass) y Kurang lancar (Substandard) y Diragukan (Daubtfull) y Macet (Loss)

10. Kredit Macet Menurut Drs. H. Malayu, S.P Hasibuan (2000:115). Kredit macet adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar dilakukan oleh debitur yang bersangkutan. Kredit macet harus secepatnya diselesaikan agar kerugian yang lebih besar dapat dihindari. Kredit macet seringkali dipersamakan dengan kredit bermasalah, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kredit bermasalah adalah kredit yang kolektibilasnya macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan potensi menjadi kredit macet. Kredit bermasalah jarang timbul secara mendadak tetapi dating secara perlahan-lahan dengan memberikan tanda-tanda (signals) lebih dulu kepada bank, kecuali terjadi suatu kecelakaan yang menimpa debitur bidang usahanya.

11. Faktor-faktor Penyebab Kredit Macet Hampir setiap bank mengalami kredit macet alias nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi lagi kreditnya. Kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu : 1. Dari pihak perbankan 2. Dari pihak nasabah

12. Teknik Penyelamatan Kredit Macet Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Rescheduling Yaitu dengan cara : Memperpanjang jangka waktu kredit a. Memperpanjang jangka waktu angsuran b. Memperpanjang jangka waktu angsuran

2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti : y Kapitalisasi bunga, yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. y Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. y Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimansudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga pertahun sebelumnya dibebankan 17% turun menjadi 15%. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. y Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

3. Restructuring y Yaitu dengan cara : y Menambah jumlah kredit y Menambah aquity yaitu : 1. Dengan menyetor uang tunai 2. Tambahan dari pemilik 4. Kombinasi y Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode di atas. Misalnya kombinasi antara Restructuring dengan Reconditioning atau Rescheduling dengan Restructuring.

5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benarbenar tidak memiliki itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

2. Kerangka Pikir

Bank Rakyat Indonesia unit Maccini Baji Kebijakan Kredit Analisis Kelayakan Kredit Prosedur Pemberian Kredit Jumlah Kredit yang Disalurkan Tingkat Pengembalian Kredit

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian

Yang menjadi objek penelitian saya adalah BRI Unit Maccini Baji, yang berlokasi di Jl. Dr. Ratulangi Barandasi Maros, Sulawesi Selatan. Dengan lama penelitian selama empat bulan yaitu bulan Maret s.d bulan Juni 2011. B. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu : a. Riset Kepustakaan (Library Research) Yaitu pengumpulan data teoritis sebagai dasar pemecahan masalah dalam pembahasan. Data diambil dari buku pegangan yang berkaitan langsung dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini dan juga memanfaatkan sarana internet untuk mengambil data objek penelitian yang telah dipublikasikan melalui internet.

2. Riset Lapangan (Field Research) Yaitu metode pengumpulan data yang didasarkan atas penelitian secara langsung di lapangan dengan cara :
a. Wawancara

Yaitu dengan mengadakan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pejabat yang berwenang dan mendapatkan data yang ada kaitannya dengan penelitian.
b. Pengamatan

Yaitu dengan melihat secara langsung mengenai objek yang diteliti, serta mempelajari buku-buku dokumen-dokumen perusahaan yang ada kaitannya dengan
penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan yang digunakan adalah : a. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka, seperti laporan keuangan tahun 2008 sampai tahun 2010. b. Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, atau gambar. Berupa, data yang mengenai riwayat objek penelitian, visi dan misi, data penyaluran kredit usaha kecil, serta data lain yang berkaitan langsung dengan penelitian. 2. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan adalah Data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari Bank BRI Cab. Maros berupa data BRI Unit terkait dan data pemberian kredit usaha kecil kepada nasabah dari BRI Unit Maccini Baji.

D. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu dengan mendeskripsikan tingkat pengembalian kredit berdasarkan jumlah dan waktu pengembaliannya. Melakukan penilaian terhadap kolektibilitas penyaluran kredit tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Tingkat pengembalian kredit dalam presentase kolektibilitas kredit lancar, persentase kredit dalam pengawasan khusus, presentase kolektibilitas kredit kurang lancar, presentase kolektibilitas kredit diragukan, dan presentase kolektibilitas kredit macet.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat 1. Sejarah Berdirinya BRI Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugastugas pokok BRI sebagai Bank Umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undangundang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah. PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.

2. Visi dan Misi BRI Unit Visi BRI Unit menjadi lembaga keuangan dengan reputasi International, tumbuh sehat melalui penyediaan jasa perbankan untuk pengusaha mikro. Misi BRI Unit memberikan layanan perbankan tanpa subsisi kepada nasabah dengan menawarkan produk pinjaman, simpanan, jasa bank dengan bunga pasar dan memberikan layanan jasa keuangan yang dibutuhkan nasabah mikro.

Kepala Unit Mantri

Deskman

Teller

B. Struktur Organisasi BRI Unit Maccini Baji

C. Kegiatan Usaha BRI Unit Maccini Baji 1. Melayani produk dana dan jasa Bank BRI seperti Giro, Deposito, Tabungan, Transfer dan jasa lainnya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Melayani pinjaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Melayani permohonan dan memutus pinjaman sesuai wewenang (pendelegasian wewenang untuk memutus kredit) yang diberikan.

4. Melakukan kegiatan administrasi lainnya termasuk pembukuan, nota pembukuan, bukti pembukauan dan pelaporan unit kerja. 5. Melakukan kegiatan pengimputan data nasabah secara on-line melalui sistem BRINETS, agar data nasabah dapat diakses secara langsung dan ditransit ke host (kantor pusat). 6. Melakukan taransaksi tunai, pemindahbukauan, dan kliring.

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) mengembangkan suatu usaha KUPEDES (Kredit Umum Pedesaan) yang disediakan oleh BRI unit untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak. Kupedes di utamakan untuk membiayai usaha kecil dimasyarakat namun dapat pula di berikan kepada golongan berpenghasilan tetap dan sekarang juga diberikan kepada pensiunan yang membutuhkan biaya untuk usahanya setelah pensiun ditempat kerjanya. Kupedes di berikan perorangan (indifidual) yang usahanya di nilai layak untuk di biayai dengan Kupedes tentunya sesuai dengan pertimbangan bank teknis Sound Banking Consideration.

Tujuan Bank rakyat Indonesia BRI (persero) Unit membuka Kupedes yaitu :
1.

2.

Untuk mengembangkan atau untuk meningkatkan usaha kecil yang layak dan Kupedes di utamakan untuk membiayai usaha kecil. Kupedes memberikan pinjaman untuk membuka usaha dan untuk juga menambah modal usaha debitur.

Bank Rakyat Indonesia BRI (persero) menembang usaha KUPEDES untuk meningkatkan sumber pembiayaan dan permodalan bagi keperluan kegiatan usaha, Kupedes meningkatkan dan mengembangkan usaha kecil seperti : 1. Pertanian 2. Perindustrian 3. Perdagangan 4. Jasa lainnya 5. Berpenghasilan Tetap dan Pensiunan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Kredit pada BRI Unit Maccini Baji
1. Tahap Permohonan Kredit

Calon debitur mengajukan permohonan kredit secara tertulis kepada pihak BRI Unit. Calon debitur datang ke kantor BRI Unit, kemudian dengan dibantu oleh Customer Service, calon debitur mengisi formulir pendaftaran atau formulir pengajuan permohonan kredit yang sudah disediakan pihak bank, kemudian ditandatangani oleh pemohon.

2. Tahap Analisis Kredit/ Tahap Pemeriksaan

a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit, b. Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total permohonan kredit. c. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif d. Analisa kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang prinsip 5C dan 7P e. Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak sebagai bank induk.

3. Tahap Pemberian Putusan Kredit

Tahap ini, calon debitur akan memperoleh keputusan kredit yang berisi persetujuan akan adanya pemberian kredit usaha rakyat sesuai permohonan yang diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan kredit berupa mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Pihak BRI Unit Maccini Baji akan memberitahukan kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian putusan dilakukan 3-5 hari setelah pendaftaran permohonan kredit usaha rakyat.

4. Tahap Pencairan Kredit/Akad Kredit.

Tahap akad kredit/pencairan meliputi beberapa tahap yaitu tahap persiapan pencairan, penandatangan perjanjian pencairan kredit, fiat bayar dan pembayaran pencairan kredit

B. Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Kecil pada BRI Unit Maccini Baji

Tingkat pengembalian kredit dapat dinilai dari kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas kredit adalah keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit debitur serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut.

Jumlah

No 1 2 3 4 5 Lancar

Penjelasan

Orang 680 Rp 12 2 2 Rp Rp Rp

Rupiah 8,950,222,900 100,597,100 16,710,600 46,555,000 4,166,500 9,118,252,100

Presentase (%) 98.16 1.10 0.18 0.51 0.05 100

Dalam Pengawasan Khusus Kurang lancar Diragukan Macet TOTAL

1 Rp 697 Rp

Kolektibilitas kredit BRI Unit Maccini Baji Tahun 2008

No

Penjelasan Orang

Jumlah
Rupiah Rp Rp Rp Rp Rp Rp 23,125,000 12,397,155,430 12,196,651,289 173,997,041 3,382,100 760 32 1 0 2 795

Presentase (%) 98.38 1.40 0.03 0.00 0.19 100

1 2 3 4 5

Lancar Dalam Pengawasan Khusus Kurang lancar Diragukan Macet TOTAL

Kolektibilitas kredit BRI Unit Maccini Baji Tahun 2009

Jumlah No 1 2 3 4 5 Penjelasan Orang Lancar Dalam Pengawasan Khusus Kurang lancar Diragukan Macet TOTAL 543 19 3 4 3 572 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rupiah 5,502,454,286 142,739,670 4,971,300 14,686,281 25,740,833 5,690,592,370

Presentase (%) 96.69 2.51 0.09 0.26 0.45 100

Kolektibilitas kredit BRI Unit Maccini Baji Tahun 2010

Dari tabel di atas, maka dapat dapat diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Persentase tingkat pengembalian kredit lancar meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009, sebesar 98,16% pada tahun 2008, dan 98,38% pada tahun 2009, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 96,69%;
2.

Persentase tingkat pengembalian kredit dalam pengawasan khusus meningkat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, sebesar 1,10% pada thun 2008, 1,40% pada tahun 2009 dan 2,51% pada tahun 2010;

3. Persentase tingkat pengembalian kredit kurang lancar menurun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, sebesar 0,18% pada tahun 2008, 0,03% pada tahun 2009 dan 0,09% pada tahun 2010; 4. Persentase tingkat pengembalian kredit diragukan menurun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, sebesar 0,51% pada thun 2008, 0,00% pada tahun 2009 dan 0,26% pada tahun 2010;

5. Persentase tingkat pengembalian kredit macet meningkat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, sebesar 0,05% pada thun 2008, 0,19% pada tahun 2009 dan 0,45% pada tahun 2010. Tingkat pengembalian kredit BRI unit Maccini Baji dalam periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 membaik, hal ini dapat dilihat dari hasil penggolongan kredit menurut kolektibilitas kreditnya, yaitu persentase tingkat pengembalian kredit lancar pada tahun 2008 adalah 98,16%, pada tahun 2009 adalah 98,38%, dan pada tahun 2010 adalah 96,69%.

Persentase tingkat pengembalian kredit dalam pengawasan khusus pada tahun 2008 adalah 1,10%, pada thun 2009 adalah 1,40% dan pada tahun 2010 adalah 2,51%. Persentase tingkat pengembalian kredit kurang lancar pada tahun 2008 ad alah 0,18%, pada tahun 2009 adalah 0,03%, dan pada tahun 2010 adalah 0,09%. Persentase tingkat pengembalian kredit diragukan pada tahun 2008 adalah 0,51%, pada tahun 2009 adalah 0,00%, dan pada tahun 2010 adalah 0,26%.

Persentase tingkat pengembalian kredit macet pada 2008 adalah 0,05%, pada tahun 2009 adalah 0,19%, dan pada tahun 2010 adalah 0,45%. Kredit tersebut mencakup kredit pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa lainnya. Tingkat pengembalian kredit BRI Unit Maccini Baji yang membaik tersebut dikarenakan permohonan kredit nasabah mengalami kenaikan, sedangkan factor intern yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit yang membaik adalah karena BRI Unit Maccini Baji lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya, mengadakan ekspansi kredit dengan cara memperluas wilayah kerja, membina dan menambah plafon kredit kepada nasabah yang potensial.

Analisa kredit yang dilakukan BRI Unit Maccini Baji sangat berperan dan menunjang dalam menentukan tingkat pengembalian dan memanimalisasi terjadinya kredit macet, karena tanpa analisa kredit yang baik, BRI Unit Maccini Baji akan sulit untuk menilai kemampuan dan kesediaan calon debitur untuk mengembalikan pinjaman dikemudian hari.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Jenis kredit yang disalurkan oleh BRI Unit Maccini Baji terdiri dari kredit kredit konsumtif dan kredit modal kerja yang digolongkan menurut jenis kegiatan usahanya berupa pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa lainnya.

Dalam periode tahun 2008 dan 2009 BRI Unit Maccini Baji paling banyak menyalurkan dananya untuk kredit konsumtif dan kredit sektor pertanian, sedangkan pada tahun 2010 BRI Unit Maccini Baji banyak menyalurkan dananya untuk kredit pertanian, perdagangan, dan kredit eksploitasi. Jumlah kredit yang disalurkan pada BRI Unit Maccini Baji adalah sebesar Rp. 9,118,252,100,- pada tahun 2008, Rp. 12,397,155,430,- pada tahun 2009, dan Rp. 5.690.592.370,- pada tahun 2010.

Prosedur pemberian kredit pada BRI Unit Maccini Baji sudah efektif, hal ini terlihat dari dijalankannya prosedur pemberian kredit yang sesuai yaitu terdiri dari tahap permohonan kredit , tahap survey, tahap analisa kredit, tahap keputusan kredit, tahap realisasi kredit, dan tahap pengawasan. 2. Persentase tingkat pengembalian kredit BRI Unit Maccini Baji membaik dari tahun 2008 ke tahun 2009, hal ini dapat dilihat dari persentase kolektibilitas kredit lancar, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan beberapa persen.

Persentase tingkat pengembalian kredit dalam pengawasan khusus meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2010. Presentase tingkat pengembalian kredit kurang lancar menurun dari tahun 2008 ke tahun 2009 dan meningkat pada tahun 2010. Tingkat pengembalian kredit diragukan menurun dari tahun 2008 ke tahun 2009 dan kemudian meningkat pada tahun 2010 dan persentase kredit macet dari tahun ke tahun meningkat tetapi hanya dalam skala kecil. Sehingga bank masih bias mengatasi masalah tersebut.

3. Tingkat pengembalian kredit BRI Unit Maccini Baji yang membaik tersebut dikarenakan banyaknya pemohon kredit yang mengajukan pinjaman sesuai dengan persyaratan, sedangkan factor intern yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit yang membaik karena BRI Unit Maccini Baji lebih selektif dan berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya kemudian bank mengadakan ekspansi kredit yaitu memperluas jangkauan pelayanan bank kepada masyarakat berpendapatan rendah dan pengusaha mikro secara kualitas dan kuantitas. Analisa kredit yang dilakukan oleh BRI Unit Maccini Baji sangat berperan dan menunjang dalam menentukan kinerja kreditnya. Karena tanpa analisa kredit yang baik, BRI Unit Maccini Baji akan sulit untuk menilai kemampuan dan kesediaan calon debitur dalam mengembalikan pinjamannya dikemudian hari.

B. Saran Setelah melihat langsung di BRI Unit Maccini Baji, penulis ingin memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak bank, khususnya BRI Unit Maccini Baji yaitu : 1. Agar resiko kredit bermasalah yang dapat memberatkan dan merugikan pihak BRI Unit Maccini Baji khususnya dalam hal pelunasan kredit oleh debitur dapat dihindari seminimal mungkin, sebaiknya fasilitas pinjaman kredit yang diberikan hanya kepada debitur yang bertempat tinggal di kota atau di daerah di mana terdapat kantor BRI tersebut baik pusat, cabang, maupun unit itu berada. Hal ini memudahkan pengontrolan sewaktu-waktu terjadi masalah dengan kredit tersebut.

2. Sebaiknya pelayanan terhadap calon debitur lebih ditingkatkan lagi, karena biasanya tidak jarang pihak bank mengutamakan kerabat atau orang terdekatnya dalam berbagai pelayanan yang diberikan oleh bank. 3. BRI Unit Maccini Baji perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para karyawannya sehingga para nasabah dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik.

4. Unit Maccini Baji sebagai lembaga keuangan perlu mengalokasikan dana kreditnya untuk meningkatkan sektorsektor yang produktif sehingga dapat turut berperan dalam memperbaiki kondisi perekonomian yang buruk. 5. BRI Unit Maccini Baji perlu terus meningkatkan perhatiannya dalam mengantisipasi terjadinya kredit macet, dengan cara memperketat seleksi kredit, mentraining tim analisis kredit dan meningkatkan kerja sama serta koordinasi di antara semua bagian.

DAFTAR PUSTAKA
-----------------------, Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan. ----------------------, SK Menteri Keuangan RI No. 792. Tahun 1990. Tentang Lembaga Keuangan. ----------------------, SK Direksi Bank Indonesia No. 32/268/KEP/DIR. Tanggal 27 Februari 1998. Tentang Perkreditan. Gup, Benton E and Kolari, James W. 2005. Commercial Banking. John Wiley and Sons. USA. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Cetakan ke 3. Jakarta. Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Edisi Satu. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhaedjono. 2002. Manajemen Perbankan. BPFE. Yogyakarta. Malayu S.P Hasibuan. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Bumi Aksara. Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Taswan, SE. 1997. Akuntansi Perbankan. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Semarang. Thomas Suyatno, 1999, Dasar-dasar Perkreditan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbaikan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan. Undang-undang No. 14 Tahun 1967 Pasal 1 huruf d, Tentang Perkreditan. www.bi.go.id www.bri.co.id

You might also like