You are on page 1of 17

Tugas

Kebijakan Publik

Oleh : Andi Nur Fajar E 111 04 003

Program studi ilmu politik Jurusan ilmu politik pemerintahan Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas hasanuddin Makassar 2011

A. Konsep Kebijakan Publik Kebijakan publik ( public policy) sebenarnya sudah menjadi realitas sosial sejak manusia menyadari bahwa mereka memiliki tujuan hidup yang sama di samping variasi kepentingan yang ada. Pengertian dasar kebijakan publik adalah sebagai perwuju dan keinginan dari para sarjana sosial untuk memecahkan masalah-masalah sosial di lapangan (close the gap between knowledge and policy) (Parsons, 1997: 21). Oleh karenanya kebijakan publik dipandang sebagai pedoman atau penuntun yang dipilih oleh pengambil keputusan untuk mengendalikan aspek tertentu dari masalah sosial (Finsterbuch danMotz, 1990). Sebagai suatu penuntun, maka kebijakan publik memberikan arah tindakan bagi perilaku di masa depan sekaligus merupakan suatu kesatuan arah bagi sejumlah program dan proyek yang membutuhkan keputusan-keputusan besar dan kecil. Arah tindakan ini dihasilkan melalui proses pemilihan oleh pengambil kebijakan dari sejumlah alternatif pilihan yang tersedia sehingga tindakan ini merupakan tindakan yang disengaja. Pilihan tersebut tidak bermaksud memecahkan semua masalah, tetapi memberikan solusi dari suatu situasi yang terbatas. Konsepsi di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Solichin Abdul Wahab yang mengutip pendapat Carl Friedrich bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalaml ingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang

untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (Wahab, 1997: 3). Mirip dengan definisi di atas, James E. Anderson yang dikutip Bambang Sunggono merumuskan kebijakan sebagai a purposive course of action followed by anactors in dealing with problem or matter of concern (Sunggono, 1994: 14). Dengan demikian, kebijakan diartikan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu. Kebijakan publik pada umumnya dibuat berlandaskan hukum dan kewenangan tertentu. Para warga masyarakat menerima kebijakan pemerintah sebagai suatu produk hukum yang absah. Dengan demikian, kebijakan publik memiliki daya ikat yang kuat terhadap publik secara keseluruhan dan memiliki daya paksa tertentu yang tidak dimiliki oleh kebijakan yang dibuat oleh organisasi-organisasi swasta. Kebijakan publik dibedakan dari kebijakan-kebijakan lain yang dikeluarkan oleh individu atau kelompok. Bambang Sunggono mengutip pendapat A. Hoogerwerf (dalamSunggono, 1994: 24) yang mengemukakan adanya dua unsur yang membedakan kebijakan publik dari kebijakan yang dikeluarkan oleh aktor-aktor lain, yakni : 1. Kebijakan publik mengenai langsung atau tidak langsung semua anggota masyarakat di daerah kekuasaan tertentu.

2.

Kebijakan publik mengikat bagi anggota masyarakat daerah kekuasaan tertentu, juga di sebabkan karena kebijakan publik mengikat, maka selalu timbul pertanyaan apa yang menjadi ukuran kebijakan itu. Selain berlaku atau mengikat sebagian atau seluruh anggota masyarakat, kebijakan publik

juga dirumuskan dan disahkan oleh suatu lembaga resmi dalam hal ini lembaga-lembaga pemerintah. Mengenai hal ini, Thomas R. Dye menjelaskan bahwa suatu kebijakan tidak dapat menjadi kebijakan publik kalau tidak dirumuskan, disahkandan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan seperti legislatif, eksekutif, dan yudikatif (dalam Sunggono, 1994: 25). Irfan Islamy selanjutnya mengemukakan empat ciri penting dari kebijakan publik,sebagai berikut: 1.Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuknya berupa penetapan tindakan-tindakan pemerintah; 2.Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan dalam bentuk yang nyata; 3.Bahwa kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu mempunyai dan dilandasi dengan maksud dan tujuan tertentu; 4.Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat.(Islamy, 1997: 20-21). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu berkenaan dengan masalah tertentu yang

diorientasikan pada kepentingan masyarakat. Dengan demikian, kebijakan publik merupakan suatu fenomena yang kompleks karena ada variasi kompleksitas, melibatkan multiaktor dengan beragam kepentingan di mana masing-masing pihak mencermati kebijakan dari perspektifnya masing-masing. Mengingat kompleksitas konteks kebijakan publik, maka pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas untuk mengambil keputusan dituntut untuk mampu memilih alternatif keputusan secara tepat dengan berorientasi pada sebesar mungkin kepentingan . B. Konsep Sistem Kebijakan Analisis kebijakan adalah salah satu diantara sejumlah banyak factor lainnya didalam system kebijakan. Suatu system kebijakan (policy system) atau seluruh pola institusional dimana di dalamnya kebijakan dibuat,mencakup hubungan timbal balik diantara tiga unsure, yaitu: kebijakan public, pelaku kebijakan, dan lingkungan kebijakan. Kebijakan publik (public policies) merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah, diformulasikan didalam bidang-bidang isu sejak pertahanan, energy, dan kesehatan sampai ke pendidikan, kesejahteraan, dan kejahatan. Pada salah satu bidang isu tersebut terdapat banyak isu kebijakan, yaitu setangkaian arah tindakan pemerintah yang actual ataupun yang potensial yang mengandung konflik diantara segmensegman yang ada dalam masyarakat. Isu kebijakan yang ada biasanya merupakan

hasil konflik defenisi mengenai masalah kebijakan. Sebagai contoh, sebagian besar segmen dalam masyarakat memandang kejahatan sebagai isu kebijakan; kejahatan sebagai suatu masalah yang melibatkan nilai-nilai hukum, tatanan, dan keamanan yang tidak terpenuhi yang dapat di defenisikan sebagai masalah sosial, masalah ekonomi, pendidikan atau suatu masalah motivasi individu. Dalam realitasnya, kejahatan merupakan suatu gabungan dari masalah-masalah seperti tuntutan dan bahkan lebih dari itu. tiga elemen sistem kebijakan dalam gambar berikut:

PELAKU KEBIJAKAN

LINGKUNGAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PUBLIK

Defenisi dari masalah kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan (policy stake holders) yang khusus, yaitu para individu atau kelompok individu yang mempunyai andil didalam kebijakan karena mereka mempengaruhi dan di pengaruhi oleh keputusan pemerintah. Pelaku kebijakan, misalanya

kelompok warga Negara, perserikatan buruh, partai politik, agen-agen pemerintah, pemimpin terpilih, dan para analisis kebijakan sendiri-sering menangkap secara berbeda informasi yang sama mengenai lingkungan kebijakan. Lingkungan kebijakan (policy environment) yaitu konteks khusus dimana kejadian-kejadian di sekeliling isu kebijakan terjadi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik. Oleh karena itu, system kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, yang berarti bahwa dimensi obyektif dan subyektif dari pembuatan kebijakan tidak terpisahkan didalam prakteknya. System kebijakan adalah produk manusia yang subjektif dan diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan; system kebijakan adalah realitas objektif yang dimanifestasikan kedalam tindakan-tindakan yang teramati berikut

konsekuensinya; para pelaku kebijakan merupakan produk dari system kebijakan. Para analisis kebijakan, tidak berbeda dari actor-aktor kebijakan lainnya, merupakan pencipta dan hasil ciptaan dari sistem kebijakan. C. Konsep Pembuatan Kebijakan Sebagaimana para scholar ilmu politik dan model untuk membantu memahami dan menjelaskan proses pembuatan keputusan, merekapun juga mengembangkan berbagai pendekatan teoritis untuk membantu kita dalam mempelajari dan memahami perilaku seluruh system politik.

Pendekatan teoritis yang akan di bahas disini adalah: 1. Pendekatan Sistem Kebijakan publik dapat dipandang sebagai reaksi sistem politik untuk kebutuhan yang timbul dari lingkungan sekitarnya. Sistem politik seperti yang di defenisikan oleh David Easton (1965), terdiri dari kegiatan dan lembaga yang dapat diidentifikasikan dan saling berhubungan dalam masyarakat yang dapat membuat keputusan berdasarkan wewenang yang mengikat di masyarakat. Masukan (input) sistem politik berasal dari lingkungan yang terbuka berupa permintaan (demands) dan dukungan (support). Lingkungan (environment) terdiri dari semua kondisi dan kejadian luar sampai pada batas sistem politik. Permintaan (demands) adalah klaim yang dibuat seseorang dan kelompok dalam sistem politik untuk bertindak supaya dapat memenuhi keinginannya. Dukungan (support) diberikan ketika suatu kelompok dan masing-masing orang mematuhi hasil pemilihan umum, membayar pajak, mematuhi hukum, dan selain itu menerima keputusan serta tindakan sistem politik yang berkuasa yang dibuat sebagai reaksi dari permintaan. Penempatan nilai kewenangan ini merupakan kebijakan publik. Konsep unpanbalik menunjukkan bahwa kebijakan public (output) sesudah itu dapat merubah

lingkungan dan permintaan yang muncul didalamnya seperti karakteristik system politik itu sendiri. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema dibawah ini:
The intrasocial Enviroment Sistem ekologi,sosial budaya,ekon omi dll.

I N
Deman ds

Sistem Politik

The Extrasocial Enviroment System sosial international, sistem budaya international, sistem politik international,dl l

P U T
Suppo rt

Output Formulasi Kebjakan Publik

2. Pendekatan Kelembagaan Pendekatan kelembagaan (institutionalism) merupakan salah satu perhatian ilmu politik yang tertua. Kehidupan politik umumnya berkisar pada lembaga pemerintah seperti: legislatif, eksekutif, pengadilan dan partai politik; lebih jauh lagi kebijakan publik awalnya berdasarkan kewenangannya ditentukan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah.

Tidak mengherankan kemudian bila ilmuan politik banyak mencurahkan perhatian pada pendekatan ini. Secara tradisional pendekatan

kelembagaan menitikberatkan pada penjelasan lembaga pemerintah dengan aspek yang lebih formal dan legal yang meliputi organisasi formal, kekuasaan legal, aturan procedural, dan fungsi atau aktivitasnya. Hubungan formal dengan lembaga lainnya juga menjadi titik berat dari pendekatan kelembagaan. Biasanya sedikit yang dikerjakan untuk menjelaskan bagamana lembaga-lembaga tersebut sesungguhnya

beroprasi, lepas dari bagaimana mereka beroprasi. 3. Pendekatan Kelompok Sesuai dengan kelompok dari pendekatan sistem, kebijakan publik merupakan hasil perjuangan kelompok-kelompok. Seperti seorang penulis pernah mengatakan apa yang disebut kebijakan public adalah keseimbangan yang dicapai oleh perjuangan kelompok dalam suatu kejadian dan hal tersebut memberikan keseimbangan dimana golongan atau kelompok yang bertentangan selalu berusaha member bobot pada keinginannya. (Earl Latham 1965:36) Teori kelompok mempunyai anggapan bahwa interaksi dan perjuangan diantara kelompok merupakan kenyataan dari kehidupan politik.

Kelompok adalah sekumpulan individu yang berdasarkan kepentingan atau sikap yang membuat klaim pada kelompok lain di masyarakat. Dan kelompok ini dapat menjadi kelompok yang mempunyai kepentingan politik apabila membuat klaim kepada lembaga-lembaga pemerintah. Pada konteks ini, individu menjadi sangat penting artinya dalam politik hanya bila dia terlibat atau mewakili kelompok. Melalui kelompok inilah seorang individu berusaha menyelamatkan keinginan politiknya atau kelompoknya. 4. Pendekatan Elit Dari sudut pandang pendekatan elit, kebijakan public dapat dianggap sebagai nilai dan pilihan elit pemerintah semata. Penjelasan pokok pada pendekatan elit adalah bahwa kebijakan publik tidak ditentukan oleh massa melalui permintaan dan tindakan mereka tetapi diputuskan oleh suatu elit yang mengatur dan dipengaruhi oleh instansi pejabat publik. Teori pendekatan elit merupakan teori pembentukan kebijakan yang provokatif. Kebijakan merupakan hasil keluaran elit yang mencerminkan nilai mereka dengan tujuan melayani mereka, salah satu yang mungkin merupakan keinginan publik adalah visi kesejahteraan-massa secara imaginer. Pendekatan teori ini memusatkan perhatian pada tugas

elitdalam pembentukan kebijakan dan pada kenyataannya bahwa dalam system politik orang yang memerintah jauh lebih sedikit dari pada orang yang diperintah. Ahli politik, Robert Dall (dalam Anderson, 1985;20), mengatakan bahwa teori elit lebih mempunyai kegunaan untuk analisis dan menjelaskan mengenai pembentukan kebijakan dalam beberaa system politik saja, khususnya seperti di Negara-negara berkembang atau Negara-negara komunis, daripada yang lainnya seperti demokrasi pluralis di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. D. Proses Pembuatan Kebijakan Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan

divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: kebijaksanaan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan pada satu, beberapa, atau seluruh tahap dari proses pembuatan kebijakan, tergantung pada tipe masalah yang dihadapi klien yang dibantunya.

Analisis kebijakan dilakukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relefan dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Tahap-tahap tersebut mencerminkan aktifitas yang terus berlangsung yang terjadi sepanjang waktu. Setiap tahap berhubungan dengan tahap berikutnya, dan tahap terakhir (penilaian kebijakan) dikaitkan dengan dengan tahap pertama (penyusunan agenda), atau tahap ditengah, dalam lingkaran aktifitas yang tidak linear. Aplikasi prosedur dapat membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang secara langsung mempengaruhi asumsi, keputusan, dan aksi dalam satu tahap, yang kemudian secara tidak langsug mempengaruhi kinerja tahap-tahap selanjutnya. Aktifitas yang termasuk dalam aplikasi prosedur analisis kebijakan adalah tepat untuk tahap-tahap tertentu dari proses pembuatan kebjkan, seperti ditunjukkan dalam dalam gambar sbb:

Perumusa n Masalah

Penyusun an Agenda Formulasi Kebijakan Adopsi Kebijakan


Implement asi Kebijakan

Peram alan Rekom endasi

Pema ntaua n

Penil

Penilaian Kebijakan

E. Argumen-Argumen Pembuatan Kebijakan Bentuk-bentuk argument kebijakan merupakan alat untuk mengubah informasi yang relevan dengan kebijakan menjadi pernyataan kebijakan. Ada delapan cara yang berbeda untuk mengubah informasi menjadi pernyataan kebijakan antara lain :
1.

Cara Otorotatif. Dalam cara yang otoritatif, pernyataan kebijakan didasarkan pada argument dari pihak yang berwenang. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang status yang dicapai ataupun diperoleh pembuat informasi.

2.

Cara Statistik. Dalam cara ini, pernyataan kebijakan didasarkan pada argument yang diperoleh dari sampel. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi bahwa apa yang benar bagi para anggota sampel juga benar bagi seluruh anggota populasi yang tidak tercakup oleh sampel itu.

3.

Cara Klasifikasional. Dalam cara klasifikasional, pernyataan kebijakan didasarkan pada argument yang berasal dari suatu keanggotaan. Informasi diubah menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi bahwa apa yang benar dari suatu kelas individu ataupun kelompok yang

tercakup dalam informasi itu juga benar bagi individu atau kelompok yang merupakan (diyakini sebagai) anggota di kelas yang bersangkutan.
4.

Cara Intuitif. Cara intuitif, pernyataan didasarkan pada argument yang berasal dari batin (insight). Informasi diubah menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi tentang situasi mental-dalam (inner mental states) dari pembuat informasi tersebut.

5.

Cara Analisentrik. Cara ini merupakan pernyataan yang didasarkan pada argument yang berasal dari metode. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang validitas metode atau aturan yang diterapkan analis.

6.

Cara Eksplanatori. Dalam cara eksplanatori, pernyataan dibuat atas dasar argument yang dibuat dari suatu penyebab. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang adanya kekuatan penyebab tertentu (causes) dan hasilnya (effect).

7.

Cara Pragmatis. Cara pragmatis, pernyataan kebijakan didasarkan pada argument yang berasal dari motivasi, kasus parallel, atau analogi. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang daya pengaruh tujuan, nilai dan dorongan;asumsi tentang kesamaan antara hubungan di antara dua kasus pembuatan kebijakan atau lebih; atau asumsi tentang kesamaan hubungan antara dua atau lebih latar kebijakan.

8.

Cara Kritik-Nilai. Dalam cara ini, pernyataan didasarkan pada argument yang diangkat dari etika. Informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang kebenaran atau kekeliruan, kebaikan atau kejelekan dari kebijakan atau kekeliruan.

You might also like