You are on page 1of 74

ANATOMI DAN FISIOLOGI

( BUKU SAKU )
Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan
Untuk Mahasiswa Keperawatan

OLEH :
Mohamad Judha
ANATOMI DAN FISIOLOGI
( BUKU SAKU )
Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi Keperawatan
Untuk Mahasiswa Keperawatan

OLEH :
Mohamad Judha

Penerbit :
Salemba Medika
Persembahan :

Kupersembahkan buku ini untuk orang orang


tercinta, orang tua, istri, anak-anakku (Irbah
Dzikri Ramadhan dan Ramezya Alya Yudha).
Serta aku tujukan pula untuk rekan rekan
seprofesiku perawat – perawat dan juga para
Dosen Keperawatan yang senantiasa berusaha
memajukan Profesi Keperawatan Indonesia

Penulis.
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT, bahwa berkat Rahmat dan Hidayatnya
maka penulis dapat menyelesaikan buku ini.
Dalam penyusunan buku ini penulis berusaha untuk menyajikan secara
ringkas dan mudah mengenai sistem anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan. Buku ini terbagi menjadi beberapa bab yang masing-masing bab
membahas secara singkat persistem dalam tubuh.
Latar belakang penyusunan buku ini adalah masih banyaknya mahasiswa
bidang keperawatan yang kesulitan dalam mempelajari anatomi dan fisiologi
sistem pada tubuh. Jadi diharapkan dengan terbitnya buku ini maka dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari sitem anatomi dan fisiologi .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima-kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebukan namanya satu-persatu, yang turut membantu
baik moril maupun material membantu dalam penulisan buku ini.
Akhir kata dalam kesempatan ini pula penulis berharap semoga buku ini
dapat membantu mahasiswa dalam belajar mengenai anatomi dan fisiologi
khususnya untuk mahasiswa perawat serta semoga dapat menyumbangkan sedikit
ilmu untuk profesi keperawatan.

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................


PERSEMBAHAN....................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................
DAFTAR ISI...........................................................................

BAB I
PENGANTAR ANATOMI.....................................................
BAB II
CAIRAN TUBUH KITA .......................................................
BAB III
MUSKULOSKELETAL........................................................
BAB IV
SISTEM SYARAF..................................................................
BAB V
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH...............................
BAB VI
PERNAFASAN ......................................................................
BAB I
PENGANTAR ANATOMI

Anatomi atau lebih disebut sebagai ilmu urai tubuh manusia yang
mempelajari bentuk dan susunan tubuh manusia, sedangkan fisiologi adalah ilmu
yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh secara normal.
Tubuh manusia terbentuk atas sel, jaringan, organ. sel adalah bagian
terkecil dari makhluk hidup yang hanya dapat dilihat dengan miscroskop. Jaringan
adalah kumpulan dari beberapa sel yang mempunyai fungsi dan bentuk yang sama
, bekerja sebagai suatu kesatuan, misal jaringan ikat, jaringan saraf. Organ adalah
kumpulan dari beberapa jaringan yang menjadi satu dan mempunyai fungsi
khusus misal jantung, hati, ginjal.

SEL
Bagian-bagian sel meliputi dinding sel sebagai pelindung, protoplasma
cairan yang mengandung berbagai zat yang penting seperti, karbohidrat, protein
lemak,vitamin dan mineral. Inti sel / nucleus merupakan pusat aktivitas kimiawi
dan kehidupan, didalamnya terdapat gen kromosom yang merupakan pembawa
sifat.
Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, berbeda dengan kromosom
tubuh kromosom sel sperma dan sel telur terdapat 23 kromosom tanpa pasangan,
yang terdiri 22 kromosom tunggal dan 1 pasang kromosom sex ( X atau Y )

Bagan sistem tubuh


Kumpulan sel

jaringan

Kumpulan
jaringan / organ

System organ
JARINGAN
Tubuh tubuh
manusia0yaitu :
Terdapat Empat kelompok jaringan dasar
• Jaringan epitel
• Jaringan otot
• Jaringan saraf
• Jaringan ikat (konektif)
Jaringan epitel terbentuk dari sel yang khusus berfungsi sebagai alat
pertukaran material antara tubuh dengan lingkungan, macam bentuk jaringan
epitel seperti epitel gepeng, silinder, berlapis. Kumpulan sel ini terdapat pada
kulit, saluran kelenjar, saluran cerna.
Jaringan otot merupakan bagian terbesar dalam tubuh kita, terdiri atas :
otot lurik (otot pengerak rangka), otot polos (terdapat pada saluran cerna,
pembuluh darah, saluran nafas), otot jantung.
Jaringan saraf berfungsi sebagai komunikator antar organ dan antara tubuh
dengan lingkungan
Jaringan ikat berfungsi menghubungkan, menyanggah, serta mengikat
bagian tubuh, jaringan ini meliputi : jaringan ikat longgar yang berfungsi
mengikat jaringan epitel dengan struktur dibawahnya, jaringan tendon berfungsi
mengikat otot dengan tulang, tulang berfungsi memberi bentuk tubuh dan
menyangga serta melindungi organ dalam tubuh, darah berfungsi alat transport
dalam tubuh manusia. Pengecualian pada darah sel-sel jaringan ikat menghasilkan
elastin, yang merupakan zat elastis yang dapat diregangkan dan mempuyai daya
recoil seperti adanya pada jaringan paru.
BAB II
CAIRAN TUBUH KITA

Sel-sel mahluk hidup multak memerlukan air dalam mempertahankan


kehidupan. Cairan tubuh berjumlah sekitar 60 % berat badan dan terlihat
berhubungan juga dengan jumlah lemak dalam tubuh, umur dan jenis kelamin.
Makin tua seseorang makin kurang kadar air tubuhnya. Kadar air laki-laki lebih
besar dari pada perempuan. Tetapi pengaruh terbesar tampaknya berhubungan
dengan jumlah lemak tubuh. Makin tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya
meningkat. Umumnya kadar lemak perempuan lebih banyak dari pada laki-laki.

Cairan tubuh dibagi dalam :


- Cairan intraseluler, yaitu cairan yang terdapat dalam sel-sel seluruh tubuh.
Sekitar 40% berat badan kita merupakan air yang terdapat di dalam sel.
- Cairan ekstraseluler, yaitu cairan yang terdapat di luar sel tubuh, jumlahnya
sekitar 20% berat badan, yang terbagi pula dalam :
• Cairan intristisial atau cairan antar sel, yang berada diantara sel-sel.
• Cairan intra vaskuler, yang berada dalam pembuluh darah, berupa air
dalam plasma darah.
• Cairan transeluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, seperti
cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi, dll

Keseimbangan Cairan Tubuh

Input = Output + 700

Pertukaran Cairan (Water Turnover)


Air yang masuk tubuh / diminum diserap di usus, teruatama di yeyunum,
masuk ke pembuluh darah, terus ke ruang interstial dengan cara filtrasi di kapiler,
selanjutnya masuk ke dalam sel dengan jalan difusi, semuanya ada hubungan
bolak-balik.
Air yang kita butuhkan sangat dipengaruhi aktifitas dan suhu lingkungan
serta suhu tubuh. Bila udara panasm keringat akan lebih banyak dihasilkan. Waktu
berolah raga atau kerja berat, dimana suhu tubuh sangat meningkat, dihasilkan
pula keringat yang lebih banyak, yang sangat penting dalam mengatur suhu tubuh.
Air berasal dari minuman, makanan dan hasil metabolisme. Metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak menghasilkan sejumlah air. Cairan tubuh
mengandung elektrolit dengan komposisi dan kadar yang berbeda-beda.
Perbedaan yang nyata antara cairan ekstraseluler dan intraseluler adalahpada
cairan ekstraseluler sebagian besar kationnya berupa natrium dan anionnya adalah
klorida. Sedangkan pada cairan intraseluler kationnya kalium dan anionnya fosfat
dan protein.
Protein di dalam darah memberikan tekanan onkotik (tekanan osmotik
koloid) yang menarik air ke dalam kapiler, melaawan tekanan hidrostatik. Filtrasi
cairan di awal kapiler disebabkan tekanan filtrasi atau tekanan hidrostatik yang
melebihi tekanan onkotik.
Walaupun sebagian besar cairan yang difiltrasi di awal kapiler kembali ke
darah di akhir kapiler, ada sedikit cairan yang tertinggal, yang akan disalurkan
melalui saluran limfe.

Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah cairan yang terdapat di dalam ruang
subarakhnoid rongga otak dan kanalis vertebralis. Cairan ini di buat di ventrikel I
dan II (ventrikel lateral) disalurkan ke ventrikel III, terus ke ventrikel IV dan
akhirnya ke luar ruang subarakhnoid. Di sini ada tempat-tempat tertentu yang
berfungsi menyerap cairan serebrospinal ini, sehingga terdapat keseimbangan
antara pembuatan dan penyerapan. Bila ada penyumbatan saluran antara ventrikel
atau penyerapan berkurang maka akan terjadi penumpukan cairan dalam rongga
tengkorak yang disebut hidrosefalus.
pH
Cairan ekstraseluler mempunyai pH dengan rentangan yang sempit yaitu
7,40 +/- 0,05 (7,35 – 7,45). Bila pH darah arteri lebih rendah dari 7,35 disebut
keadaan asidosis sedangkan bila pH darah lebih tinggi dari pada 7,45 disebut
keadaan alkalosis.

BUFFER
Dalam tubuh kadang-kadang terjadi peningkatan kadar asam atau basa
yang berlebihan. Ada beberapa mekanisme untuk mempertahankan pH cairan
tubuh yang hanya boleh berkisar dalam rentangan yang sempit itu, antara lain :
a. Bikarbonat
b. Fosfat
c. Sulfat
d. Protein

DIARE
Diare ditandai dengan sering buang air besar dan cair. Air tubuh akan
banyak keluar. Air ini berasal dari sekresi liur pencernaan yang bersifat basa. Bila
cairan ini tidak digantikan, akan menimbulkan dehidrasi (tubuh kekurangan
cairan). Cairan yang terbaik untuk mengganti yaitu cairan oralit, dengan
komposisi mirip dengan yang terbuang karena diare. Di pasaran garam oralit
dijual dalam bentuk bubuk dalam sachet dengan komposisi :
- Glukosa anhidrat …………….. 4.0 g
- Natrium klorida ……………… 0.7 g
- Natrium sitrat dihidrat ……….. 0.58 g
- Kalium klorida ………………. 0,3 g

Yang dilarutkan dalam 200 ml (1 gelas) air. Makin banyak cairan tubuh
yang keluar makin banyak oralit yang harus diminum. Pendapat yang mengatakan
bahwa penderita diare harus berhenti minum dan bila banyak minum akan
bertambah berat diarenya adalah sangat keliru dan berbahaya.
DEHIDRASI
Dehidrasi dapat disebabkan diare dan / atau muntah-muntah, kurang
masukan cairan atau pengeluaran keringat sangat banyak, bila tidak diikuti
masukan cairan yang seimbang. Dehidrasi sangat berbahaya dan harus segera
ditanggulangi. Banyak jatuh korban tewas pada wabah diare atau muntaber
(muntah berak) karena tidak tahu atau terlambat memberi pertolongan.
Pada pelari maraton dan olah raga lain yang berlangasung lama harus
diberi minum secara berkala karena kerja berat banyak mengeluarkan keringat.
Jamaah haji pada musim panas banyak terserang dehidrasi karena banyak keringat
dan jamaah kurang pengetahuan tentang pentingnya minum.
Dehidrasi ringan ditandai rasa haus dan lemas. Bila makin berat tekanan
darah menurun karena volume darah berkurang dan dapat jatuh pada syok.
Penanggulangan penderita yang sudah tidak mampu minum sendiri harus dengan
infus cairan fisiologis di rumah sakit atau dengan memberi cairan oralit dengan
selang (tube) hidung-lambung (naso-gastric tube).

ASIDOSIS
Asidosis dapat disebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes melitus
berat (menghasilkan banyak keton), diare (cairan alkalis dari usus banyak keluar)
dll. Keadaan ini disebut asidosis metabolik.
Bila terjadi gangguan ventilasi paru sehingga pengeluaran CO2 terhambat
akan menimbulkan asidosis respiratorik.

ALKALOSIS
Bila pengeluaran asam tubuh berlebihan seperti pada muntah-muntah yang
banyak mengelurankan HCl dari lambung, akan menimbulkan alkalosis
metabolik. Bila pengeluaran CO2 berlebihan karena hiperventilasi paru akan
timbul alkalosis respiratorik.
KONSEP HEMEOSTATIS
Sel-sel tubuh hanya dapat hidup dan berfungsi bila berada / terendam
dalam cairan ekstraseluler yang sesuai. Cairan ekstraseluler ini biasa juga disebut
lingkungan dalam tubuh (milieu interiuer). Lingkungan dalam tubuh ini boleh
dikatakan selalu konstan dan hanya dapat berdeviasi (berubah) dalam kisaran
yang sangat sempit. Contoh : pH darah 7,40, hanya boleh berdeviasi antara 7,38 –
7,42. Proses mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil ini disebut
homeostatis (homeo = sama, statis = berdiri atau berada).

Berbagai faktor lingkungan dalam yang harus dipertahankan dengan


mekanisme tertentu meliputi :
1. Kadar molekul nutrient yang diperlukan untuk metabolisme, misalnya kadar
glukosa darah.
2. Kadar O2 yang terus menerus dipakai dan harus selalu ditambah dan CO2
yang terus menerus dihasilkan dan harus terus menerus dikeluarkan dalam
jumlah yang sesuai.
3. Kadar sisa metabolisme, jangan sampai menumbuhkan gangguan (toksis).
4. pH, gangguan akibat perubahan pH teruatama pada elektrofisiologi.
5. Kadar air, garam-garam, dan elektrolit lain.
6. Suhu tubuh yang umumnya berkisar sekitar 370c.
7. Volume dan tekanan, misalnya volume darah, tekanan darah.

Ada 11 sistem utama dalam tubuh yang berperan dalam homeostatis :


1. Sistem sirkulasi, yaitu sistem trasnport yang membawa zat-zat seperti nutrient,
O2, CO2, sisa metabolisme, elektrolit, hormon dsb, dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh yang lainnya.
2. Sistem percernaan, yang menghancurkan makanan menjadi molekul yang
dapat diserap mukosa usus. Juga memasukkan air dari lingkungan luar ke
dalam tubuh. Sisa yang tidak terserap dibuang sebagai feses.
3. Sistem pernafasan, mengambil O2 dari dan mengeluarkan co2 ke lingkungan
luar. Dengan mengatur jumlah CO2 (yang dikeluarkan).
4. Sistem perkemihan, membuang kelebihan air, garam, asam dari plasma dan
membuangnya ke urine, bersama-sama sisa metabolisme lainnya, kecuali CO2.
5. Sistem skeletal, sebagai penyanggah dan pelindung jaringan lunak dan organ-
organ. Juga sebagai resevoir ion Kalsium.
6. Sistem muskuler yang memungkingkan individu bergerak mencari makan dan
menjauhi bahaya.
7. Sistem integumen (kulit), untuk proteksi luar terhadap benda asing dan
mikroorganisme, mencegah cairan tubuh keluar tanpa kendali, ikut mengatur
suhu tubuh.
8. Sistem imun, bertahan terhadap serangan benda asing, sel tubuh yang menjadi
ganas.
9. Sistem saraf, salah satu dari dua sistem pengatur tubuh. Mengatur dan
mengkoordinir aktifitas tubuh, deteksi rangsang dari luar dan dalam tubuh dan
bereaksi terhadapnya.
10. Sistem endokrin, juga sebagai sistem pengontrol tubuh, terutama aktifitas
yang berlangsung lama, kadar berbagai zat dalam darah.
11. Sistem reproduksi, tidak berperan penting dalam homeostatis, berarti tidak
penting dalam mempertahankan hidup, tetapi penting untuk mempertahankan
spesies.
BAB III
MUSKLOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan


bursa. Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan.
Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam
tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberikan bentuk serta
tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, disamping itu tulang
berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih ( tepatnya di
sumsum tulang ) dalam proses yang disebut hematopoesis.
Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 macam tulang, dalam tubuh kita
ada 4 katagori yaitu tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tidak
beraturan.

Berikut ini istilah yang sering dalam musculoskeletal :


• Aponeurosis : pita jaringan ikat fibrus yang sering dihubungkan otot ke tulang,
jaringan ikat, otot lain, jaringan lunak atau kulit
• Bursa : kantong berisi cairan yang ditemukan pada jaringan ikat terutama di
daerah persendian
• Diafisis : batang tulang panjang
• Efusi : kelebihan cairan
• Epifisis : ujung tulang panjang
• Endosteum : lapisan rongga sumsum tulang berongga
• Epimisium : jaringan fibrus yang menutup, menyokong dan memisahkan otot
• Fasiklasi : kedutan otot secara ivolunter
• Fasikull : kelompok sel otot yang parallel ( myofibril )
• Flaksid : tidak ada tonus otot
• Kalus : jaringan ikat pada tempat patah tulang
• Kartilago : jaringan khusus pada ujung tulang
• Klonus : kontraksi otot yang berirama
• Kontraksi isometrik : tegangan otot meningkat, panjang otot tetap, tidak ada
gerakan sendi
• Kontraksi isotonik : tegangan otot tidak berubah, otot memendek, ada gerakan
sendi
• Kontraktur : pemendekan otot abnormal / fibrosis sendi
• Krepitus : suara berderik ( dapat terjadi krn gerakan patahan ujung tulang )
• Osifikasi : proses penulangan, penimbunan kalsium dalam matriks tulang
• Osteoblast : sel pembentuk tulang
• Osteogenesis : pembentukan tulang
• Osteoklast : sel yang mengabsorbsi tulang
• Osteosit : sel tulang dewasa
• Periosteum : jaringan yang membungkus tulang
• Resorpsi : penghilangan atau penghancuran tulang
• Sinovium : membrane pada sendi yang mensekresi cairan pelumas
• Spastik / spasme : tonus otot meningkat melebihi normal
• Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang
Masing-masing tulang dihubungkan oleh jaringan yang disebut sendi.
Menurut pergerakan yang ditimbulkan sendi dapat dibagi 3 yaitu :
1. Sendi fibrous/ sinatrosis/ sendi tidak bergerak
2. Sendi tulang rawan / amfiartrose/ sedikit gerak
3. Sendi sinovial / diartrose
bentuk sendi diartrose ada beberapa macam : sendi putar, sendi engsel, sendi
kondiloid, sendi berporos, sendi pelana.
Bentuk - bentuk sendi beserta contohnya ;
- Sendi putar : sendi bahu dan sendi panggul
- Sendi engsel : sendi siku, sendi antara ruas-ruas jari
- Sendi kondiloid : hampir sama dengan sendi engsel tapi dapat bergerak
dalam 2 bidang seperti pada pergelangan tangan.
- Sendi berporos : sendi antara kepala dengan tulang leher pertama
- Sendi pelana : sendi metacarpal pertama, yang memungkinkan ibu jari
bergerak bebas
LATIHAN RETANG PERGERAKAN SENDI
• Bagian leher
- Fleksi dan ekstensi
- Fleksi lateral sinistra dan dextra
- Rotasi lateral dextra dan sinistra
• Bagian bahu
- Fleksi dan ekstensi
- Abduksi dan adduksi
- Rotasi interna dan rotasi eksterna
• Pergelangan tangan
- Fleksi dan ekstensi
- Abduksi dan adduksi
• Panggul dan lutut
- Fleksi dan ekstensi
- Abduksi dan adduksi
- Rotasi interna dan eksterna
• Kaki
- Dorsofleksi : dorong telapak kaki kearah kaki
- Plantar fleksi : dorong telapak kaki ke bawah
- Eversi : putar kaki kearah luar
- Inversi : putar kaki kearah dalam

PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR / PROSES PENULANGAN


Ada beberapa tahapan penyembuhan tulang :
1. Inflamasi
2. Proliferasi sel
3. Pembentukan kalus
4. Penulangan kalus
5. Remodeling menjadi tulang dewasa

Inflamasi, dengan adanya patah tulang tubuh mengalami respon yang


sama dengan mengalami cedera yang ada di tempat lain, terjadi perdarahan dan
hematom pada tempat patah tulang, tempat cedera akan diinvasi oleh makrofag
yang berfungsi membersihkan area tersebut. Proses ini terjadi beberapa hari.
Proliferasi sel, sekitar 5 hari hematom akan mengalami organisasi
terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah. Terbentuk jaringan untuk
revaskulerisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast
terbentuk sebagai tulang rawan
Pembentukan kalus, terjadi penyambungan tulang oleh serat-serat fibrin,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Proses ini memerlukan waktu 3-4 minggu.
Osifikasi, pebentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3
minggu patah tulang mengalami proses secara endokordal, terjadi penumpukan
mineral secara terus menerus sampai benar – benar tulang menyambung.
Penulangan pada orang dewasa memerlukan waktu 3-4 bulan.
Remodeling, merupakan tahap akhir perbaikan tulang dimana terjadi
proses penyerapan jaringan mati dan proses absorbsi jaringan sehingga kembali ke
bentuk semula.

OTOT DALAM TUBUH KITA


Otot dalam tubuh kita terdapat 3 macam : otot lurik, otot polos dan otot
jantung. Otot lurik sebagai otot rangka yang secara fisik bekerja dengan
kesadaran kita dan melekat pada rangka sehingga memberi bentuk tubuh, otot
sebagai penggerak utama anggota gerak ini dibagi menjadi 2 yaitu : otot – otot
fleksor yang berfungsi membengkokkan sendi dan otot- otot ekstensor yang
berfungsi meluruskan sendi. Umumnya kedua kelompok otot ini bekerja secara
berlawanan. sedangkan otot polos bekerja diluar kesadaran kita mempunyai
system kontaraktilitas sendiri, berbeda pula dengan otot jantung yang secara fisik
menyerupai otot lurik namun sifat kerjanya seperti otot polos .
Jenis kontraksi otot dapat dibagi 3 yaitu kontraksi otot yang dapat
menghasilkan kontraksi isometrik dan kontraksi isotonik serta gabungan
keduannya.
Pada kontraksi isometrik panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang
dihasilkan otot meningkat tetapi tidak ada gerakan sendi, contoh terjadi pada saat
kita mendorong dinding yang tidak bergerak.
Kontraksi isotonik tegangan pada otot tidak meningkat, terjadi
pemendekan otot, serta terjadi gerakan sendi.
Kombinasi kedua kontraksi isotonik dan isometrik, kombinasi gerakan ini
tejadi pada saat kita sedang berjalan.
Otot harus dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya, apabila kita
melatih otot secara teratur maka akan terjadi penambahan ukuran serat otot tanpa
disertai penambahan jumlah otot. Penambahan ukuran otot ini disebut hipertrofi
dan hanya bisa dipertahankan apabila melatih otot secara kontinyu.

Pertimbangan Gerontologi
- Masa puncak dari massa tulang / matriks tulang adalah berumur 35 tahun yang
kemudian berangsur-angsur akan menurun seiring dengan terjadinya
perubahan penurunan esterogen pada saat menaphouse serta penurunan
aktivitas tubuh. Pada lansia struktur kolagen kurang mampu menyerap energi,
kartilago sendi mengalami degenerasi di daerah yang menyangga tubuh
akibatnya proses penyembuhan lebih lama bila terdapat trauma. Hal tersebut
menyebabkan terjadinnya osteoarthritis. Begitu pula teradi penurunan masa
otot dan kekuatan otot.
- Pada orang tua juga terjadi pemendekan discus intervertebralis, hal ini
menyebabkan mengapa orang tua kita terlihat lebih pendek setelah menjadi
tua.

Pemeriksaan Penunjang Sistem Muskulo Skeletal


1. Pemeriksaan sinar rontgen
- Tujuannya untuk menentukan struktur, masa tulang tekstur serta perubahan
tulang dan persendian untuk penegakkan diagnosa.
- Dilakukan tanpa prosedur khusus.

2. CT Scan
- Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
- Pemeriksaan yang dilakukan bisa menggunakan kontras ataupun tanpa
kontras.
- Prosedur yang dilakukan : puasa 4 jam sebelum procedure, tanggalan
perhisan dan objek logam lain, penyunyikan kontras diikuti minum
minum. Setelah 1-3 jam dilakukan prosedur scan, jangan lupa
penandatangan informconcent sebelum tindakan.
3. MRI / Magnetic Resonance Imaging
- Teknik pencitraan khusus dengan menggunakan medan magnet,
gelombang radio dan komputer
- Memperlihatkan pendeteksian tumor, abnormalitasan atau penyempitan
jalur jaringan lunak yang melalui tulang
- pada saat prosedur lepas semua jenis perhiasan.
- Hati – hati pada pasien klostrofobia
4. Biopsy tulang atau biopsi otot
- Menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, sendi untuk penegakan
diagnosa medis
- Prosedur ini harus ada lembar persetujuan
- Lakukan elevasi bagian tersebut selama 24 jam
- Berikan ice pack untuk mencegah hematome.
- Monitor vital sign dan perdarahan
- Jelaskan bahwa prosedur tersebut menimbulkan rasa kurang nyaman
5. Artrografi
- Penyuntikan bahan radiophage / udara ke dalam rongga sendi untuk
melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi yang trauma
- Prosedur yang dilakukan dilakukan anastesi local, puasa 8 jam sebelum
prosedur, tanda – tangan inform concent, minimalkan aktivitas 12 jam
setelah tindakan, informasikan kemungkinan terjadi edema 1-2 hari, beri
ice pack.
Pemeriksaan laboratorium
- Pemariksaan Hb, Ht, Tombo mengindikasikan perdarahan.
- Pemeriksaan kimia darah kalsium serum dalam darah berubah
mengindikasikan oteomalasia, kelainan fungsi paratiroid, penyakit paget,
tumor metastasis tulang, serta pada imobilisasi yang lama.
- Metabolisme tulang dapat dilihat melalui pemeriksaan tiroid dan
penentuan kadar kalsitonin , hormone paratiroid ( PTH ) dan vitamin D.
- Kadar CK / creatinin kinase dan SGOT meningkat pada kerusakan otot
- Kadar kalsium urine meningkat pada distruksi tulang ( misal disfungsi
paratiroid, tumor tulang metastasis, mieloma multiple )

Pengkajian fisik difokuskan pada inspeksi dan palpasi


- Integritas tulang
- Postur tubuh
- Fungsi sendi
- Kekuatan otot
- Cara berjalan
- Kemampuan pemenuhan sehari –hari termasuk latar belakang pekerjaan

KEMUNGKINAN MASALAH YANG TERJADI


- Kerusakan mobilitas fisik
- Nyeri
- Resiko kerusakan integritas kulit
- Resiko disfungsi neurovaskuler perifer
- Gangguan perfusi jaringan perifer
- Kurang perawatan diri
- Kurang pengetahuan tentang proses penakit dan pengobatan
- Resiko terhadap cidera
- Keletihan
- Perubahan penampilan peran

BAB IV
SISTEM SARAF

BIOLISTRIK
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik
pada tubuh berbeda dengan listrik yang kita bayangkan seperti listrik di rumah
tangga, kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat
dapat dalam tubuh, komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra
sel.
Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl, sedangkan intra sel terdapat
ion K dan anion protein.
Dinding sel mempunyai pintu – pintu ion yaitu celah – celah yang dapat
terbuka atau tertutup oleh pengaruh rangsng tertentu. Dalam keadaan istirahat
tegangan listrik didalam lebih rendah dari pada diluar sel sekitar 70 mVolt.
Bila terjadi rangsang nyeri, maka reseptor nyeri berupa ujung – ujung
syaraf tidak bermielin terkena rangsang, pintu ion Na terbuka, ion Na masuk
dengan cepat sehingga terjadi perbedaan muatan luar dan dalam sel sangat kecil
bahkan bisa terbalik, artinya muatan dalam sel lebih positif yang selanjutnya
terjadi potensial reseptor / tegangan reseptor.hal ini merangsang terjadinya
potensial aksi di akson sel saraf. Potensial aksi ini menjalar sepanjang akson
disebut impuls. Sesampai di sambungan saraf dengan saraf ( sinap ) atau
sambungan saraf dengan otot ( neuromial junction ) terjadi proses terjadi proses
penyeberangan impuls dan diteruskan ke saraf berikut atau ke sel otot.
Jadi jika nyeri yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai
ke otak hingga kita merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa rekasi otot yang
menghindari nyeri.

PEMBAGIAN SISTEM SARAF

Sistem Saraf

Saraf Pusat Saraf Perifer


Otak Medula spinalis Saraf somatic saraf otonom

OTAK
Otak dibagi 2 yaitu otak besar (serebrum ) dan otak kecil ( serebelum ) .
otak besar terdiri dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus
temporalis. Permukaan otak bergelumbang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti
sebuah lekukan yang disebut girus.

Otak besar merupakan pusat dari :


- Motorik : impuls yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian
menuju ke pusat kontraksi otot
- Sensorik : setiap impuls sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf
yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebri.
- Refleks : berbagai kegiatan refleks berpusat di otak dan batang otak
sebagian lain di bagian medulla spinalis.
- Kesadaran : bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama
bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.
- Fungsi luhur : pusat berfikir , berbicara berhitung dan lain – lain.
Pada bagian anterior sulkus sentralis merupakan bagian motorik penggerak otot .
Gambar ini menunjukkan
pusat sensorik dan motorik korteks serebri

SEREBLUM
Otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan dan kooardinasi gerakan.

Pada daerah serebelum terdapat sirkulus willisi, pada dasar otak disekitar
kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri
carotid interna dan vertebral, lingkaran inilah yang disebut sirkulus willisi yang
dibentuk dari cabang-cabang arteri carotid interna, anterior dan arteri serebral
bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Arteri pada sirkulus
willisi memberi alternative pada aliran darah jika salah satu aliran darah ateri
mayor tersumbat.

CAIRAN SEREBROSPINAL
Merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis
1,007. diproduksi didalam ventrikel dan bersirkulasi disekitar otak dan medulla
spinalis melalui sistem ventrikular. Cairan CSS diproduksi di pleksus koroid pada
ventrikel lateral ketiga dan keempat, secara organik dan non organik cairan CSS
sama dengan plasma tetapi mempunyai perbedaan konsenterasi. CSS mengandung
protein, glukosa dan klorida, serta immunoglobulin. Secara normal CSS hanya
mengandung sel darah putih yang sedikit dan tidak mengandung sel darah merah.
Cairan CSS didalam tubuh diserap oleh villiarakhnoid.

MEDULA SPINALIS
- Merupakan pusat refleks - refleks yang ada disana
- Penerus sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
- Penerus impuls motorik dari otak ke saraf motorik
- Pusat pola geraka sederhana yang telah lama di pelajari contoh melangkah.

SARAF SOMATIK :
Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer ke pusat dan saaf
motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi menjadi saraf
otak dan saraf spinal.

SARAF SPINAL
Dari medulla spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan vertebra :
- Saraf servikal 8 pasang
- Saraf torakal 12 pasang
- Saraf lumbal 5 pasang
- Sara sacrum / sacral 5 pasang
- Saraf koksigeal 1 pasang
Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat sensorik masuk
medula spinalis melalui akar belakang dan serat motorik kaluar dari medula
spinalis melalui akar depan kemudian bersatu membentuk saraf spinal
Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus ( anyaman ) dan
terbentuklah berbagai saraf ( nervus ) seperti saraf iskiadikus untuk sensorik dan
motorik daerah tungkai bawah. Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi
masing – masing lurus diantara tulang kosta( nervus inter kostalis ). Umumnya
didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat simpatis yang menuju
ke pembuluh darah untuk daerah yang sesuai. Serat saraf dari pusat di korteks
serebri sampai ke perifer terjadi penyebrangan ( kontra lateral ) yaitu yang berada
di kiri menyebrang ke kanan begitu pula sebaliknya. Jadi apabila terjadi kerusakan
di pusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan anggota gerak yang
sebelah kanan.

SARAF OTONOM
System saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung,
paru, serta alat pencernaan. Sistim otonom dipengaruhi saraf simpatis dan
parasimpatis.

Peningkatan aktifitas simpatis memperlihatkan :


- Kesiagaan meningkat
- Denyut jantung meningkat
- Pernafasan meningkat
- Tonus otot – otot meningkat
- Gerakan saluran cerna menurun
- Metabolisme tubuh meningkat.

Semua ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua itu
tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja, olah raga, cemas dan
lain – lain, pada keadaan ini terjadi peningkatan peggunaan energi / katabolisme.

Peningkatan aktifitas parasimpatis memperlihatkan :


- Kesiagaan menurun
- Denyut jentung melambat
- Pernafasan tenang
- Tonus otot-otot menurun
- Gerakan saluran cerna meningkat
- Metabolisme tubuh menurun
Hal ini terjadi penyimpanan energi ( anabolisme ) dan terlihat apabila
individu sedang istirahat.
Pusat saraf simpatis berada di medulla spinalis bagian torakal dan lumbal,
sedang pusat parasimpatis berada dibagian medulla oblongata dan medulla
spinalis bagian sacral. Pusat – pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih
tinggi yaitu di hipotalamus sebagai pusat emosi.
Pemeriksaan Syaraf Kranial

Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian pemeriksaan


neurologis yang terdiri dari : status mental, tingkat kesadaran, fungsi saraf
kranial, fungsi motorik, refleks, koordinasi dan gaya berjalan serta fungsi
sensorik
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan informasi yang
diperlukan, diusahakan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita
selama pemeriksaan. Penderita seringkali diminta kesediaannya untuk melakukan
suatu tindakan yang mungkin oleh penderita dianggap tidak masuk akal atau
menggelikan. Sebelum mulai diperiksa, kegelisahan penderita harus dihilangkan
dan penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan untuk
dapat menegakkan diagnosis.
Memberikan penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang
dilakukan dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk
kepercayaan penderita pada pemeriksa.
Suatu anamnesis lengkap dan teliti ditambah dengan pemeriksaan fisik
akan dapat mendiagnosis sekitar 80% kasus. Walaupun terdapat beragam prosedur
diagnostik modern tetapi tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak
melalui lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang
saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-
saraf tersebut adalah olfaktorius (I), optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis
(IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibula koklearis (VIII),
glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).

1) SARAF OLFAKTORIUS (N.I)


Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan
olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian
atas kavum nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus
orbitalis. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya
berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang
etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius
berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi
yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang
impulsnya mencapai korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat
memprovokasi timbulnya nafsu makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang
dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan bahwa sistem ini ada
kaitannya dengan emosi.
Serabut utama yang menghubungkan sistem penciuman dengan area
otonom adalah medial forebrain bundle dan stria medularis talamus. Emosi yang
menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat yang berhubungan
dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

2) SARAF OPTIKUS (N. II)


Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.
Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika
dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk
kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian fundus
masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina ditemukan pada
bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal
retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak
menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma
optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan kedua
nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma berhubungan
dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis.
Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian
posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-
serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran
atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada
kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri
berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

3) SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)


Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea
periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea
(Nukleus otonom).Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot
rektus medialis, superior, dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator
palpebra superior. Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin
sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior yaitu spingter pupil dan otot
siliaris.

4) SARAF TROKLEARIS (N. IV)


Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan
substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius.
Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal
batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk
menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.

5) SARAF TRIGEMINUS (N. V)


Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan
serabut-serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot
temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang
utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya
mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar
dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga
luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.

6) SARAF ABDUSENS (N. VI)


Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian
bawah dekat medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf
abdusens mempersarafi otot rektus lateralis.

7) SARAF FASIALIS (N. VII)


Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi
motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari
tegmentum pontin bawah dekat medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari
Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf
vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri
dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot
stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut
sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.

8) SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)


Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut
aferen yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-
serabut aferen yang mengurusi keseimbangan.
Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan
menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis
semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis
fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.

9) SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)


Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius
pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus
mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan
ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri
karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini
dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa
faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

10) SARAF VAGUS (N. X)


Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau
jugulare dan ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah
foramen ugularis, saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan
menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-paru.

11) SARAF ASESORIUS (N. XI)


Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial
adalah akson dari neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari
saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot
sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot
sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius
memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

12) SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)


Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi
garis tengah dan depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum
hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik untuk lidah dan
mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.


A. Saraf Olfaktorius (N. I)
Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat
riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita
mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-
penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.
Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang
seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan-
bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara lubang
hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien
diminta untuk memberitahu saat mulai tercium baunya bahan tersebut dan kalau
mungkin mengidentifikasikan bahan yang dicium baunya.

B. Saraf Optikus (N. II)


Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan
perifer (visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)


Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan
gerakan tangan.

Kartu Snellen
Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien
dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa
dilakukan dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda
6 dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)

Jari tangan
Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada
jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.

Gerakan tangan
Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat
pada jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

Pemeriksaan Penglihatan Perifer


Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang
saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis.
Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri /
kompimetri.

Tes Konfrontasi
Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm
Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.
Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari lapang
pandang kanan dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain
dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan
dan tidak boleh melirik kearah objek tersebut.Syarat pemeriksaan lapang pandang
pemeriksa harus normal.

Perimetri / kompimetri
Lebih teliti dari tes konfrontasi. Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam
bentuk gambar di sebuah kartu.

Refleks Pupil
Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf
occulomotorius.
Terdapat dua macam refleks pupil.
Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk
melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini
pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.Respon
cahaya konsensual, Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil
lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.

Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)


Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus
dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu
pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus
optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke
arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada nervus optikus.

C. Saraf Okulomotoris (N. III)


Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil
1. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas
kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral.
Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari
pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke
atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara
kronik pula.

2. Gerakan bola mata.


Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint
ke arah medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan
ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan
gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus
(juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

3. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi bentuk dan ukuran pupil, perbandingan
pupil kanan dan kiri ( pupil sebesar diameter 1mm, perbedaan masih
dianggap normal ), refleks pupil. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :
- Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
- Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)
- Refleks pupil akomodatif atau konvergensi

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri)


kedua otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini
disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka
kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi).

D. Saraf Troklearis (N. IV)


Pemeriksaan meliputi :
1. Gerak mata ke lateral bawah
2. Strabismus konvergen
3. Diplopia

E. Saraf Trigeminus (N. V)


Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks
1. Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula.
Pemeriksaan dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan
membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan
ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua
matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya
apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan
tusukan terasa tumpul.
Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan
pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju daerah
yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul menuju
daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju
belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi
akan timbul kembali bila mencapai dermatom C2.
Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali mencurigai
siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan
hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes
untuk raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien
disuruh mengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada
kulitnya.

2. Motorik
Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot
temporalis dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan
lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian
pasien disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan
tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari
cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang
terkena).

3. Refleks
Pemeriksaan refleks meliputi refleks kornea langsung dan tidak
langsung. Pada pemeriksaan langsung pasien diminta melirik ke arah
laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea mata,
misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada
kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian
bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf
aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.
Pada pemeriksaan tidak langsung (konsensual), sentuhan kapas pada
kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri dan
sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan
refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak
(aferen atau eferen).
Adapula untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita
membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas
jari tangan pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal
akan negatif yaitu tidak ada penutupan mulut atau positif lemah yaitu
penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada lesi UMN akan terlihat penutupan
mulut yang kuat dan cepat.

F. Saraf abdusens (N. VI)


Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen
dan diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang
terkena dan bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama
lain.
G. Saraf fasialis (N. VII)
Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah
(tes kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan asimetri wajah. Kelumpuhan
nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan
dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus
fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik. Gerakan-gerakan abnormal (tic
facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan seterusnya ),
Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

Tes kekuatan otot wajah


1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa
mencoba membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan
kiri.
3. Memperlihatkan gigi (asimetri)
4. Bersiul dan memoncongkan mulut (asimetri / deviasi ujung bibir)
5. Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.

H. Saraf Vestibulo kokhlearis (N. VIII)


Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan
pemeriksaan fungsi vestibuler.
1) Pemeriksaan pendengaran.
Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya
serumen atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan
adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan
menggunakan gesekan jari, detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan
untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan
tesWeber. PadaTesRinne, Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula
dilakukan pada prosesus mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak
lagi terdengar letakkan garpu tala tersebut sejajar dengan meatus akustikus
oksterna. Dalam keadaan normal masih terdengar pada meatus akustikus
eksternus. Pada tuli saraf anda masih mendengar pada meatus akustikus
eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif. Pada Webber Garpu tala 512 Hz
diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal bunyi akan
terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke telinga
yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang
abnormal.
2) PemeriksaanFungsiVestibuler.
Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan
berjalan lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon –
Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

I. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)


Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan
maka biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak /
keselek (kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda
hidung / bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum
dengan senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien
disuruh menyebut “aaaa” jika uvula terletak ke satu sisi maka ini
menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula
tertarik kearah sisi yang sehat.
Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah
komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian
belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan
kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap
kali dilakukan.
Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi palatum molle secara
refleks. Jika konraksinya tidak ada dan sensasinya utuh maka ini menunjukkan
kelumpuhan nervus X, kemudian pasien disuruh berbicara agar dapat menilai
adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren unilateral), kemudian
disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya posterior lidah
(N. IX).
J. Saraf Asesorius (N. XI)
Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat
bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk
menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya
dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot
sternokleido mastoideus.

K. Saraf Hipoglosus (N. XII)


Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara inspeksi lidah dalam
keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi
otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau
bilateral.
Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang
lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan
kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan
pseudobulbar.

KELAINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN PADA


NERVUS CRANIALIS :
1) Saraf Olfaktorius. (N.I)
Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan
berapa gangguan penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat
unilatral maupun bilateral. Pada anosmia unilateral sering pasien tidak
mengetahui adanya gangguan penciuman.
Proses penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang
serabutnya menembus bagian kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar
tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi atau kerusakan sepanjang
perjalanan impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia.
Penyakit mukosa olfaktorius brochitis dan tumor nasal
Sembuhnya rhinitis berarti juga pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis
kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi atrofik penciuman dapat hilang
seterusnya.

Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa.


Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi “countre coup”,
biasanya disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral
atau bilalteral mungkin merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma
vegio orbital. Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan
selaput otak didekatnya.
Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma
sulkus olfaktorius (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa
anosmia, sindrom Foster Kennedy, dan gangguan kepribadian jenis lobus
orbitalis. Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak
penciuman.
Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya
(tumor intrinsik atau ekstrinsik).Pasien mungkin tidak menyadari bahwa
indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin mengeluh tentang rasa
pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakan aroma,
suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.

2) Saraf Optikus (N.II)


Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan
penglihatan. Gangguan penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan
gangguan lapangan pandang. Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat
mengakibatkan gangguan penglihatan kelainan dapat terjadi langsung pada
nevrus optikus itu sendiri atau sepanjang jaras penglihatan yaitu kiasma
optikum, traktus optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bila terjadi
kelainan berat makan dapat berakhir dengan kebutaan.
Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah
untuk buta ialah anopia atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata
hilang sesisi, maka buta semacam itu dinamakan hemiopropia. Kelainan atau
lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh :
• Trauma Kepala
• Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)
• Kelainan pembuluh darah
• Infeksi.

3) Saraf Okulomotorius (N.III).


Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola
mata tidak bisa bergerak ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar.
Juga mengakibatkan gangguan fungsi parasimpatis untuk kontriksi pupil dan
akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III juga menpersarafi otot
kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak mata
akan jatuh ( ptosis).
Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini:
1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya
perlawanan dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh saraf
fasialis.
2. Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral, karena tak
adanya perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.
3. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.
Jika seluruh otot mengalami paralisis secara akut, kerusakan biasanya
terjadi di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa kerusakan
melibatkan nukleus okulomotorius.

Penyebab kerusakan diperifer meliputi; a). Lesi kompresif seperti


tumor serebri, meningitis basalis, karsinoma nasofaring dan lesi orbital. b).
Infark seperti pada arteritis dan diabetes.
4) Saraf Troklearis (N. IV)
Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata
tidak bisa bergerak kebawah dan kemedial. Ketika pasien melihat lurus
kedepan atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada mata yang lain.
Jika pasien melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi pada
setiap arah tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang
terjadi dan sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu
verteks.

5) Saraf Abdusens (N. VI)


Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak
bisa bergerak ke lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit
teradduksi dan tidak dapat digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah
nasal, mata yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas karena
predominannya otot oblikus inferior.
Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata
tampak melihat lurus keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan
pupil melebar serta tidak bereaksi terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis).
Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya akibat kerusakan nuklear.
Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah ensefelaitis, neurosifilis,
mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor.
Penyebab yang paling sering dari kelumpuhan otot-otot mata perifer
adalah meningitis, sinusistis, trombosis sinus kavernosus, anevrisma arteri
karotis interva atau arteri komunikantes posterior, fraktur basis kranialis.

6) Saraf Trigeminus (N. V)


Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus
antara lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan
kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.
Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia
trigeminal atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat
sepanjang percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus
trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa penyebab tersering dari
neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering oleh arteri
serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih
tak bermielin.
Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan
gangguan berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah.
Karena tegangan abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa
membuka mulutnya.

7) Saraf Fasialis (N. VII)


Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain :
- Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.
- Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan
meningitis kronik.
- Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell’s palsy, fraktur,
sindroma Rumsay hunt, dan otitis media.

Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain


Barre, mononeuritis multipleks, dan keganasan parotis bilateral. Penyebab
hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi
telinga tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini
sangat jarang.
Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot
wajah, kelopak mata tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah,
gangguan rasa pengecap di bagian belakang lidah serta gangguan pendengaran
(hiperakusis).
Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis mengakibatkan otot-otot
wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan hidung bibir,
sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami
kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut
yang turun. Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat
kumpulan air mata di kelopak mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi
sakit tidak ada.

8) Saraf Vestibulokoklearis
Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan
gangguan pendengaran dan keseimbangan (vertigo).
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara
lain gangguan pendengaran, berupa :
1. Tuli saraf
Dapat disebabkan oleh tumor, misal neuroma akustik. Degenerasi
misalnya pada presbiakusis atau disebabkan Trauma, misal pada fraktur
pars petrosa os temporalis, toksisitas misalnya oleh aspirin, streptomisin
atau alkohol, infeksi misal, sindrom rubella kongenital dan sifilis
kongenital.

2. Tuli konduktif
Dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan penyakit
Paget.Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler
Pada labirin meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk
kendaraan, intoksikasi streptomisin.Pada vestibuler meliputi semua
penyebab tuli saraf ditambah neuronitis vestibularis.Pada batang otak
meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV
demielinisasi.Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.

9) Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)


Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X
dapat mengakibatkan hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya
aspirasi paru.
Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia
aspirasi, sepsis dan adult respiratory distress syndome (ARDS) kondisi
demikian bisa berakibat pada kematian. Gangguan nervus IX dan N. X
menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi lemah dan lumpuh.
Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke
trachea langsung ke paru-paru.
Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain : Lesi batang otak
(Lesi N IX dan N. X), syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata),
pasca operasi trepansi serebelum, pasca operasi di daerah kranioservikal.

10) Saraf Asesorius (N. XI)


Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius)
dan otot leher (otot sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang
turun sebelah serta kelemahan saat leher berputar ke sisi kontralateral.
Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf,
tumor dan iskemia akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot
stemokleidomastoideus terganggu.

11) Syaraf Hypoglosus ( N. XII )


Kelainan syaraf ini menyebabkan defisiasi miring kearah yang lemah
dari bagian lidah, kelainan syaraf ini juga menunjukkan terjadinya disphagia
atau kelainan menelan.

AKTIFITAS REFLEKS :
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan
refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 = Tidak ada respon
1 = Hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )
2 = Normal ( ++ )
3 = Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap
abnormal ( +++ )
4 = Hyperaktif, dengan klonus ( ++++)

: Refleks-refleks yang diperiksa adalah


1. Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang
lebih 300. Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae)
dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps
femoris yaitu ekstensi dari lutut.

2. Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan
lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa
ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul
dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi
fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi
penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.

3. Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps
diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm
diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat
bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas
sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.

4. Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan
refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai
bawah kontralateral.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa
gerakan plantar fleksi kaki.

5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus.
Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah
yang digores.

6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting. Ia hanya dijumpai pada
penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat
bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian
melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki
melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang normal
adalah fleksi plantar semua jari kaki.

PEMERIKSAAN KHUSUS SISTEM PERSARAFAN


Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis)
dilakukan pemeriksaan :
1. Kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat
menempel pada dada ---- kaku kuduk positif (+).

2. Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada
klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien
difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai
bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

3. Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul
secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan
lutut.

4. Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada
sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap
tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap
hambatan.

5. Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri
sepanjang m. ischiadicus.
Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :
 Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.
Nampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua
pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar
kedalam dan kaki plantar fleksi.
 Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau
diencephalon.
 Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi
dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.
TEST DIAGNOSTIK
Lima Prosedur diagnostik yang lazim dilakukan yaitu Lumbal Pungsi,
Angiografi, Elekto Encephalografi, Elektromiografi, Computerized Axial
Tomografi Scan (CT Scan) Otak

A. Lumbal Pungsi
1. Pengertian
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada
daerah lumbal

2. Tujuan
Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik
maupun kepentingan therapi

3. Indikasi
a. Untuk diagnostik
Kecurigaan meningitis
Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
Evaluasi hasil pengobatan

b. Untuk Therapi
Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal
Pemberian anesthesi spinal
Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

4. Persiapan
a. Persiapan pasien
Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal
pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi
yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya
yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir
kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Persiapan Alat
Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa
dan lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan
bakteriologis), dan duk bolong.
Tabung reaksi tiga buah
Bengkok
Pengalas
Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
Plester dan gunting
Manometer
Lidokain/Xilocain
Masker. Gaun, tutup kepala

5. Prosedur Pelaksanaan
a. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat
tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi
kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)
b. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat
digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1
(Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada
celah interspinosus yang telah ditentukan.
c. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun
steril.
d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril
dengan duk penutup.
e. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih
dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum
f. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan
subkutis. Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus
terhadap aksis panjang vertebra.
g. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan,
sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus.
Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada
aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat.
Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum
lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk
aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan.
h. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan
manometer pemantau tekanan, normalnya 60 – 180 mmHg dengan posisi
pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai
dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya
perlahan-lahan.
i. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
j. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak,
petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah
satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla
spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat
obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis
ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.
k. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3
tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan
CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel,
biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan
none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam
pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung
reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian
masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 – 3 menit perhatikan apakah
terbentuk endapan putih.
Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
( -) Cincin putih tidak dijumpai
(+) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan
bila dikocok tetap putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi
opolecement (berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
(++++) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat
keruh

Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan


globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan
jenuh fenol dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1
cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan
reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.
l. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada
pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan
adalah 100 cc.
m. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali
stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada
bekas tusukan.

6. Setelah Prosedur
a. Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
b. Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF
c. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan
tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit
kepala hilang.

7. Komplikasi
a. Herniasi Tonsiler
b. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c. Sakit pinggang
d. Infeksi
e. Kista epidermoid intraspinal
f. Kerusakan diskus intervertebralis

BAB V
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

System sirkulasi terdiri dari :


- Jantung, yang berfungsi sebagai alat pemompa darah ke arteri dan
selanjutnya ke kapiler darah kemudian kembali ke jantung
- Pembuluh darah, merupakan jalan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan
kembali ke jantung
- Darah, sebagai alat transport yang berfungsi mengangkut zat-zat yang
diperlukan tubuh.

System sirkulasi terdiri atas sirkulasi sistemik /sirkulasi besar dan sirkulasi
paru / sirkulasi kecil.
Proses sirkulasi sistemik yaitu darah yang mengandung oksigen
didistribusikan ke seluruh tubuh yang berasal dari paru. Darah dari ventrikel kiri
yang kaya akan oksige menuju aorta –arteri besar—cabang arteri---arteriol---
kapiler---venula---vena kecil---vena besar---vena kava ( superior dan inferior )---
atrium kanan. Sejak dari venula inilah warna darah berubah yang semula merah
terang kaya akan oksigen (oksi Hb ) menjadi merah gelap kurang oksigen tapi
kaya akan karbondioksida ( reduced Hb )
Sirkulasi paru dimulai pompa darah dari ventrikel kanan melalui arteri
pulmonal menuju paru, dari paru melalui vena pulmonary dan terus ke atrium kiri.

JANTUNG
Merupakan organ otot yang berongga, berukuran kepalan tangan, terletak
dibagian tengah rongga thoraks. Jantung terdiri dari atrium kanan dan kiri, serta
vntrikel kanan dan kiri. Antara atrium dan ventrikel dibatasi oleh annulus
fibrosus.
Karena fungsi vitalnya maka setiap kerusakan jantung akan menimbulkan
dampak yang berat bagi tubuh, pada awalnya terjadi dekompensasio kordis
sebagai respon usaha jantung dalam usaha memenuhi kebutuhan suplai darah
dalam tubuh. Apabila faktrur penyebab dari kerja jantung ini diatasi maka secara
perlahan tapi pasti ukuran jantung akan kembali pada posisi semula.
Pada jantung terdapat 4 katup, yaitu :
- Katup arterioventrikular : katup antara atrium dan ventrikel. Antara atrium dan
ventrikel kiri disebut katup mitral, katup antara atrium dan ventrikel kanan
disebut katup trikuspidalis.
- Katup semilunaris : katup antara ventikel kiri dengan aorta disebut
semilunaris aorta dan katup antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis
disebut katup semilunari pulmonal

Sistem Penghantar Jantung


Jantung mempunyai kemampuan mencetuskan impuls sendiri, system ini terdiri
atas :
1. Simpul SA Node ( sinoatrial ) : mencetuskan impuls 70-80 / menit dalam
keadaan normal sampai 200 / menit pada olah raga berat, kerusakan pada SA
Node harus dibantu dengan alat pacu jantung.
2. Simpul AV Node ( Atrioventrikular Node ) : dalam keadaan normal hanya
menerima dan mengikuti irama dari simpul SA, namun apabila SA rusak
maka akan mengambil alih fungsi pencetus impuls, tetapi dengan frekwensi
lebih rendah antara 40-60 / menit.
3. Bundel his
4. Serabut purkinye

Perubahan pada siklus jantung bagian kiri berupa :


1. Pada waktu systole :
o Kontraksi isovolumetrik kontraksi ventrikel menyebabkan katup mitral
tertutup, tekanan dalam ventrikel meningkat mencapai tekanan dalam
aorta
o Fase ejeksi : tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta,
akibatnya katup semilunaris aorta terbuka, darah didorong keluar dari
ventrikel ke aorta, karena sifat elastisitas dinding aorta maka darah
ditampung lebih dahulu untuk selanjutnya didorong ke arteri
2. Pada waktu diastole :
- Fase relaksasi isovolumetrik, tekanan dalam vebtrikel kiri lebih rendah
dari pada dalam aorta sehingga katup semilunaris aorta tertutup dan
menahan darah agar tidak kembali ke ventrikel
- Fase pengisian panjang, darah masuk ventrikeldari atrium karena tekanan
ventrikel lebih rendah dari pada atrium
- Fase pengisian lambat, darah dari atrium masih mengalir sedikit ke
ventrikel
- fase sistole atrium, memompakan sedikit lagi darah yang ada di atrium

GAGAL JANTUNG
Manifestasi gagal jantung bervariasi, gagal jantung merupakan ketidak-
mampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh, berikut ini
manifestasi gagal jantung :

Kelainan Penyebab
Edema pergelangan kaki, Backward failure vebtrikel kanan, peningkatan
sacrum tekanan vena , transudasi cairan
Hepatomegali Paningkatan tekanan vena, peningkatan
resistensi terhadap aliran porta
Kongesti paru Backward failure ventrikel kiri, peningkatan
tekanan vena paru, pelebaran vena paru,
transudasi cairan kedalam rongga udara.

Sesak waktu beraktifitas Kegagalan curah ventrikel kiri untuk meningkat


selama olag raga, peningkatan tekanan vena
paru
Sesak paroksismal, edema Kemungkinan kegagalan mendadak curah
paru jantung kiri dalam mengimbangi curah jantung
kanan, peningkatan mendadak tekanan vena dan
kapiler paru, transudasi cairan kedalam rongga
udara
Ortopneu Pengumpulan darah pada paru pada posisi
terlentang memperberat sistim vaskuler paru
yang telah mengalami kongesti, peningkatan
aliran balik yang tidak dikeluarkan oleh
ventrikel kiri ( menghilang dengan posisi
duduk, meninggikan bagian kepala dengan
bantal pada posisi semi fowler )

Kelemahan, intoleransi Forward failure ventrikel kiri, curah jantung


olahraga tidak cukup memenuhi kebutuhan perfusi otot
sewaktu berolahraga
Pelebaran jantung Volume diastolik-akhirventrikel yang lebih
besar

DENYUT NADI
Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah ke aorta, akibatnya aorta
terenggang dan berdilatasi, karena daya elastisitas ini kemudian dinding aorta
(pembuluh darah ) kembali mengecil, pengembangan dan pengecilan ini dirasakan
sebagai denyut nadi. Denyut nadi dapat teraba karena adanya tulang yang
menahan.

ALIRAN VENA
Vena dalam tubuh dibagi 2 yaitu yang dibawah kulit (superficial ) dan
vena dalam ( profunda ), vena profunda terletak diantara otot dan organ dalam,
sedangkan vena superfisialis ada didekat permukaaan kulit. Tenaga untuk
mendorong darah yang berada divena berasal dari :
• Tekanan hidrostatik dari jantung yang masih tersisa.
• Tekanan yang berasal dari otot yang berkontraksi karena sebagian vena berada
diantara otot.
• Daya hisap rongga toraks saat inspirasi, daya hisap jantung saat sistol.

KAPILER
Merupakan pembuluh darah yang halus berdinding selapis endotel,
tersebar diseluruh sel jaringan yang hidup dan berfungsi sebagai suplai makanan
diawal kapiler terjadi filtrasi cairan plasma darah karena tenaga hidrostatik dari
jantung, tenaga ini dilawan oleh tenaga tekanan osmotic koloid ) dari protein
plasma. Pada bagian akhir tekanan onkotik lebih besar dari tekanan hidrostatik
sehingga cairan tertarik kembali ke lumen kapiler. Namun ada sedikit cairan yang
tersisa diruang antar sel yang kemudian di kumpulkan dan dialirkan kembali
melaui saluran limfe untuk kembali ke jantung.

SALURAN LIMFE
Saluran ini meliputi seluruh tubuh yang akhirnya berkumpul dan berakhir
di vena rongga toraks, cairan dialirkan melalui pembuluh ini kurang lebih 120
ml/menit atau 2-3 liter/hari, waktu olahraga dapat meningkat 10-30 kali.
Di beberapa tempat kelenjar limfe berfungsi sebagai filtrasi, misal
terhadap bakteri. Apabila di daerah tertentu terdapat bakteri seperti yang terjadi
pada bisul, ada kuman yang terlepas kesaluran limfe. Dikelenjar limfe kuman
akan ditahan dan terjadi reaksi radang.

EDEMA
Edema merupakan penumpukan cairan diruang intersisial, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Peningkatan tekanan kapiler, antara lain :
 Retensi air dan garam oleh ginjal
 Tekanan vena meningkat oleh karena :
• Gagal jantung
• Bendungan vena local
• Kegagalan pompa vena
 Tahanan arteriola menurun karena :
• Panas badan meningkat
• Kelumpuham saraf simpatis
• Obat vasodilator

2. Kekurangan protein plasma


 Kehilangan protein dari ginjal ( penyakit sindrom nefrotik ).
 Kehilangan protein melalui kulit ( luka bakar ).
 Produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi ).

3. Permeabilitas kapiler meningkat karena :


• Reaksi imun, urtikaria.
• Toksin.
• Infeksi bakteri.
• Defisiensi vitamin C.
• Iskemia yang lama .
• Luka bakar.

4. Saluran limfe tersumbat atau terputus karena :


• Operasi ( terpotong / terjahit ).
• Penyakit kanker.
• Infeksi cacing filariasis.

TEKANAN DARAH
Tekanan darah mengambarkan kerja jantung, dimana tahanan perifer turut
pula mentukan tekanan darah. Bila tahanan meningkat maka jantung bekerja
ekstra keras untuk mengatasi tahanan itu agar darah dapat mengalir, tekanan
tertinggi saat ejeksi diteruskan ke arteri sebagai tekanan sistolik, tekanan terendah
sesaat menjelang pemompaan berikutnya memberikan tekanan diastolik pada
arteri. Hipertensi disebabkan peningkatan cardiac output, meningkatnya tahanan
pembuluh darah perifer atau keduanya.

PENGATURAN TEKANAN DARAH


Apabila tekanan darah menurun terjadi refleks untuk meningkatkan
kembali tekanan, dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan
vasokotriksi, sebaliknya jika tekanan darah meningkat akan timbul refleks
menurunkan dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung dan vasodilatasi.
Perubahan tekanan darah ini dideteksi oleh baroreseptor dibeberapa tempat
di pebuluh darah arteri seperti : sinus karotikus dan arkus aorta yang meneruskan
impuls ke pusat refleks di medulla oblongata.

PEMBULUH DARAH OTAK


Terdapat 4 arteri yang mengalirkan darah ke otak yaitu : 2 arteri karotis
interna dari arah depan leher dan 2 arteri vertebralis melalui belakang leher, kedua
arteri vertebralis ini membentuk arteri basilaris yang kemudian bergabung dengan
arteri karotis interna membentuk arteri lingkaran arteri disebut sirkulus willisi
Gangguan aliran darah ke otak oleh karena penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah menimbulkan gangguan fungsi otak dan motorik disebut stroke.

DOKTRIN MONROE – KELLIE


Volume darah, cairan otak dan jaringan otak dalam rongga otak relative
konstan. Bila tekanan intracranial meningkat pembuluh darah akan tertekan. Bila
tekanan vena meningkat misalnya dengan menekan vena jugularis, tekanan
intracranial meningkat dan bila diukur tekanan cairan otak juga meningkat. Bila
kadar CO2 darah menurun dapat terjadi vasokontriksi arteri ke otak, sehingga bila
melakukan hiperventilasi dapat terjadi gejala berkunang-kunang.

SHOCK
Suatu gejala akibat menurunnya tekanan darah sehingga darah tidak
sampai ke otak, sehingga fungsi otak terganggu, penyebabnya antara lain :
- Hipovolemik : perdarahan, dehidrasi, trauma, luka bakar.
- Vasodilatasi : neurogenik ( ketakutan/kaget ), anafilaktik, sepsis
- Gangguan jantung : infark, aretmia, gagal jantung
- Obstruksi aliran darah

Penurunan Kontraktilitas Miokardium


Penurunan curah jantung

Penurunan vol darah arteri efektif

Peningkatan lepasan muatan saraf simpatis peningkatan pelepasan renin

Tekanan darah dipertahankan angiotensin II

Tekanan vena vasokontriksi ginjal sekresi aldosteron

Penurunan GFR peningkatan reabsorbsi Na dan air oleh tubulus

Penurunan eksresi Na dan air melalui urine

Peningkatan Na+ dan air total dalam tubuh

Edema

BAB VI
DARAH

Darah merupakan alat transport berbagai zat ditubuh manusia, darah


berperan untuk proses homeostasis dalam mempertahankan stabilitas lingkungan
dalam tubuh dan untuk mengembalikan fungsi tubuh dalam keadaan semula, dari
proses hemostasis ini muncul perubahan seperti :
- Berkeringat serta menguapnya keringat serta munculnya panas daam tubuh
untuk menguapkan keringat
- Sirkulasi darah meningkat, peningkatan sirkulasi ini karena kerja jantung dan
penyesuaian pembuluh darah
- Pernafasan meningkat dalam usaha memenuhi kebutuhan oksigen

Darah terdiri atas plasma 55 % dan sel 45%, sel dalam darah antara lain
adalah trombosit, sel darah putih, sel darah merah.
Plasma mengandung ion Na, K, Ca, Mg, dan lain-lain. Adapun zat organic
seperti asam amino, protein, glukosa. Plasma mudah beku karena terdapat protein
fibrinogen yang dapat berubah menjadi fibrin yang berperan dalam pembekua
darah.
Protein plasma darah berupa albumin, globulin dan fibrinogen, yang
memberikan tekanan osmotic koloid ( tekanan onkotik ) tekanan ini berfungsi
menarik air kembali ke kapiler dan intersisial setelah terjadi filtrasi.

SEL DARAH PUTIH


Sel darah putih terdiri dari granulosit, limfosit, monosit.
Granulosit terdiri dari :
- Netrofil yang berfungsi membunuh bakteri, pada infeksi akut jumlah sel ini
meningkat.
- Basofil, melepaskan histamin, sel ini berperan pada reaksi hipersensitif tipe
cepat seperti urtikaria, rhinitis alergika, syok anafilaktik.
- Menyerang beberapa jenis parasit, sel ini meningkat pada penderita alergi.
- Monosit : Monosit termasuk darah dari sumsum tulang, kemudian masuk
jaringan, berubah namanya menjadi makrofag jaringan, berfungsi seperti
netrofil membunuh bakteri.
- Limfosit : Terdiri dari sel limfosit B dan sel limfosit T yang keduanya
berperan dalam kekebalan imunitas.

SISTEM KEKEBALAN
Apabila ada benda asing yang masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan
bereaksi memebentuk suatu zat anti ( anti bodi ) yang khas untuk masing masing
benda asing tersebut. Kekebalan mungkin dapat dibawa sejak lahir, melalui zat
anti yang diberikan ibu atau dapat pula diperoleh kemudian. Kekebalan yang
diperoleh kemudian bisa terjadi karena infeksi secara alamiah yang kemudian
menimbulkan penyakit atau tidak sampai menimbulkan penyakit, atau dapat pula
kekebalan yang sifatnya dibuat dengan memberi vaksin tertentu, contohnya :
• Vaksin BCG untuk mencegah penyakit TBC pada anak
• Vaksin Polio
• Vaksin DPT
• Vaksin TT
• Vaksin Morbili
• Vaksin rubella

Jenis kekebalan terbagi dalam 2 bentuk


• Kekebalan humoral, terjadi karena terbentuknya gama globulin yang spesifik
untuk suatu antigen setelah bereaksi dengan sel limfosit B tersebut.umumnya
kekebalan ini tidak berlangsung lama hanya sekitar beberapa bulan.
• Kekebalan seluler merupakan kekebalan yang dibawa oleh sel T untuk antigen
tertentu, umumnya kekebalan ini berlangsung lama hingga bertahun – tahun.
SEL DARAH MERAH
Eritrosit sebagai sel darah merah berumur rata – rata 120 hari, sel ini
berbentuk cakram, dengan jumlah rata – rata sekitar 5 juta / mm3 atau sekitar 25
Triliun dalam 5 liter darah, jika dalam perhitungan detik maka didapatkan dalam 1
detik akan terbentuk 2. 400.000 sel baru dan selama hidupnya eritrosit ini akan
melewati aliran darah dengan menempuh lebih dari 1000 km dalam hidupnya.
Eritrosit yang tua akan mengalami kematian dan dihancurkan di limpa,
limpa juga tempat menyimpan trombosit dan limfosit serta menyimpan eritrosit
yang sehat. Apabila darah dilakukan sentrifugal maka akan didapatkan hematokrit
yang merupakan bagian terbesarnya berisi eritrosit, nilai hematokrit pada laki –
laki berkisar 47 % dan pada perempuan 42 %. Didalam eritrosit terdapat
hemoglobin ( Hb ) yang berfungsi mengikat oksigen untuk didistribusikan
keseluruh jaringan tubuh, kadar Hb untuk laki – laki 16 gr/dl dan perempuan 14
gr/dl.
Eritopoisis atau pembentukan eritrosit pada anak – anak berlangsung di
seluruh sumsum tulang, sedangkan pada dewasa terjadi pada tulang – tulang
pipih, eritopoisis terjadi karena rangsangan hormon eritopoitin yang dihasilkan di
ginjal.
Apabila kadar O2 arteri menurun maka produksi eritopoitin meningkat dan
peningkatan ini akan merangsang pembentukan eritrosit lebih banyak lagi
sehingga kadar Hb sebagai pembawa oksigen juga ikut meningkat. Kerusakan
pada ginjal menyebabkan penurunan eritopoitin akibatnya pembentukan eritrosit
juga berkurang sehingga menyebabkan anemia.

ANEMIA DAN HEMOFILIA


Anemia dapat terjadi karena kekurangan kadar Hb dalam darah, secara
umum anemia dapat disebabkan oleh :
1. Anemia defisiensi, anemia karena kekurangan zat – zat pembentuk
eritrosit, misal zat besi, asam folat, B12.
2. Anemia pernisiosa, disebabkan oleh vitamin B12 tidak dapat diserap oleh
usus.
3. Anemia hemolitik, disebabkan darah yang ada dalam tubuh kita mudah
hancur atau lisis karena zat – zat tertentu misal bisa ular atau karena
penyakit lain misal talasemia.
4. Anemia aplastik, terjadi karena proses pembentukan eritrosit terganggu
karena ada gangguan pada sumsum tulang.
5. Anemia karena perdarahan akibat dari kehilangan darah yang bersifat
masif.
6. Anemia renalis.

Hemofili merupakan salah satu penyakit gangguan darah, apabila


pemderita terluka maka akan sukar berhenti. Hal ini disebabkan gangguan
defisiensi faktor VIII dan bersifat herediter.

GOLONGAN DARAH
Didalam tubuh kita golongan darah ditentukan oeh antigen dan antibodi,
yang masing masing orang berbeda dan akan menimbulkan reaksi antigen –
antibodi bila darah yang berbeda itu tercampur. Golongna darah yang sering
dipakai adalah sistem ABO dan faktor resus.

Apakah Golongan Darah itu?


Golongan darah ditentukan adanya suatu zat/antigen yang terdapat dalam
sel darah merah. Dalam system ABO yang ditemukan Lansteiner tahnu 1900,
golongan darah dibagi :
Gol Sel Darah Merah Plasma

A Antigen A Antibodi B
B Antigen B antibodi A
AB Antigen A & B tak ada antibodi
O Tak ada antigen Antibodi Anti A & Anti B
Siapa yang menemukan asal muasal golongan darah pada manusia?
Landsteiner adalah orang yang menemukan 3 dari 4 golongan darah dalam ABO
sistem pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman
sekerjanya. Percobaan dilakukan dengan melakukan reaksi antara sel darah merah
dan serum dari donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi dan dan satu macam
tanpa reaksi. Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah merah
yang disebut golongan A dan B, atau samasekali tidak ada reaksi
BAB VI
PERNAFASAN

Anatomi sistem pernafasan


 Hidung / nasal cavity
 Rinopharing
 Oropharing faring
 Laringopharing
 Laring
 Trakea
 Bronkus
 Bronkeolus
 Alveoli
 Alveolus

Udara melalui rongga hidung mengalami 3 proses yaitu di panaskan /


dikondisikan sesuai suhu tubuh, dilembabkan, disaring. Faring merupakan tempat
pertemuan dua saluran ( hidung dan mulut ) dan terbagi atas 3 bagian yaitu
rhinofaring, orofharing, dan laringofaring
Bronkus merupakan saluran pernafasan yang letaknya pada bagian depan
leher dan bercabang 2 menjadi 2 cabang bronkus utama, masing-masing bronkus
menuju paru disebelah kanan dan kiri, sedangkan alveolus merupakan gelambung
yang sangat kecil yang berdinding satu sel lapis epitel dan sebelah luarnya dirajut
dengan anyaman kapiler, diumpamakan seperti bola
Pada dinding alveolus mengandung surfactan yang berfungsi merendahkan
tegangan permukaan sehingga alveolus mudah untuk mengembang dan
mengempis serta tidak mudah kolaps ataupun pecah. Jumlah alveolus dewasa
sekitar 300 juta dengan kapilernya sekitar 280.000juta.
Pada proses pertukaran antara oksigen dan karbondioksida terjadi
serangkaian proses yaitu difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 pada
tempat pertemuan darah.Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual yang melalui
sirkulasi paru, setiap 100 ml darah mengandung 0,3 ml oksigen dalam plasma
.Oksigen yang terlarut dalam darah akan terikat dalam bentuk oksihemoglobin
O2 + Hb HbO2

TRANSPORT GAS DALAM SISTEM PERNAFASAN


Riwayat Tentang Penulis

Nama : Ns. Mohamad Judha, S.Kep


Tempat / tanggal lahir : Surabaya, 08 Oktober 1976

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Plamongan Sari II Semarang
2. SMP Negeri 29 Semarang
3. SLTA Negeri 11 Semarang
4. Akademi Keperawatan Kesdam IV / Diponegoro Semarang
5. PSIK Universitas Muhamadiyah Jakarta
6. 2008 Sampai dengan saat ini sedang menempuh S2 Keperawatan
Program pengkhususan Keperawatan Madikal Bedah di Universitas
Indonesia Jakarta

Riwayat pekerjaan :

1. Staf Keperawatan Rs. Soewondo Pati ( 1999-2000)


2. Staf Keperawatan Rs. Pelni Jakarta (2000-2003)
3. Staf Keperawatan Depkes Kerajaan Kuwait (2004-2007)
4. Staf Pengajar / Dosen Akbid Mitra Adiguna Palembang (2007)
5. Staf Pengajar / Dosen Akper Pembina Palembang (2007- Sekarang)
6. Staf Pengajar / Dosen STIK Bina Husada Palembang (2007- Sekarang)

You might also like