You are on page 1of 18

BAGAIMANA STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) DIKEMBANGKAN ATAU DISUSUN?

Junus S Dikmenjur, Depdiknas www.dikmenjur.net sorgang@yahoo.com

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi perdagangan bebas membawa dampak ganda, di satu sisi era ini membuka kesempatan kerja sama yang seluas-luasnya antar Negara, namun di sisi lain membawa persaingan yang semakin ketat dan tajam. Oleh karena itu, tantangan utama di masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia (SDM), teknologi dan manajemen. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri, perlu adanya hubungan timbal balik antara pihak dunia usaha/ industri dengan Lembaga diklat baik pendidikan formal, informal maupun yang dikelola oleh industri itu sendiri. Salah satu bentuk hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia usaha/industri harus dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan pihak Lembaga diklat akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program dan kurikulum, dan birokrat akan menggunakannya sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan SDM secara makro. Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan kedalam Standar Kompetensi Bidang Keahlian yang merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki orang-orang atau seseorang yang akan bekerja di bidang tersebut. Disamping itu standar tersebut harus juga memiliki ekuivalen dan kesetaraan dengan standar-standar relevan yang berlaku pada sektor industri di negara lain bahkan berlaku secara internasional. Menyadari adanya tantangan sekaligus peluang dalam era global ini, perlu secara bersama-sama merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan sumber daya manusia tersebut perlu memperhatikan hal-hal berikut: Perkembangan ilmu, teknologi dan seni yang sangat cepat. Tinggi dan ketatnya persaingan global menuntut dunia usaha / industri melakukan rencana strategic yang berdampak pada tuntutan dan

penyesuaian organisasi tersebut mempengaruhi pada jabatan-jabatan yang ada. Dengan adanya tuntutan bentuk organisasi yang cenderung berubah. Pengembangan sumber daya manusia yang mengacu pada standar jabatan yang baku/tetap cepat tertinggal, maka perlu dicari model pendekatan lain yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

1.2 Pendekatan Pengembangan profesionalisme sumber daya manusia mempersyaratkan perlu adanya jalur pengembangannya, sehingga memungkinkan tenaga-tenaga profesi untuk selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab dan wewenangnya, serta mengingat bahwa dalam pelaksanaan tugas-tugas teknis terdapat pembagian tugas yang berjenjang, sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, tanggung jawab dan wewenangnya. Teori proses belajar dari Benyamin Bloom dan kawan-kawan yang dikenal dengan Taxonomi Bloom Theory dan telah dianut di sebagian besar Negara di dunia selama ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya apapun kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau sesuatu apapun merupakan hasil dari proses belajar, baik proses tersebut sengaja direncanakan, maupun terjadi secara kebetulan. Hasil dari proses belajar biasanya diwujudkan dengan perubahan sikap tingkah laku, sesuai dengan kontek belajar tersebut. Dengan demikian, ada korelasi antara kemampuan seseorang (dalam hal ini diartikan dengan kompetensi) dengan teori proses belajar tersebut. Dalam teori tersebut kemampuan belajar seseorang dapat terbagi 3 (tiga) ranah/domain, yaitu kognitif, psikomotrik dan afektif. Ranah kognitif dimaksudkan sebagai kemampuan mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan yang menyangkut tentang konsepsi, dan fakta-fakta lainnya. Ranah psikomotorik dimaksudkan sebagai kemampuan yang berkaitan dengan gerakan fisik dari sejumlah bagian tubuh manusia terutama dengan tangan untuk mengerjakan suatu tugas. Ranah afektif dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerima nilai-nilai atau norma dan menjadikannya sebagai dasar dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam perkembangan selanjutnya teori belajar tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk keperluan pendidikan dan pelatihan yang kemudian menjadi awal dari konsep Standar Kompetensi. 1.3 Pengertian Pengertian definisi kompetensi adalah sebagai berikut: A competency refer to an individuals demonstrated knowledge, skill and or abilities (KSAs) performance to a specific standard. Competencies are observable, behavioral acts that require a combination of KSAs to execute. They are demonstrated in a job context and as such, are influenced by an organizations culture and work environment. In other words, competencies consist of combination of knowledge, skill and abilities that are necessary in

order to perform a major task or function in the work setting (JGN Consulting Denver USA). Competency Standards are simply worded statements about the performance in work place that describe in output terms: What the employee is expected to do How well the employee is expected to perform How to tell when the employees performance is at the expected level (ANTA Australia). Competency standard define competency as the necessary knowledge and skills to perform a particular work role to the standard required within industry (The Northen Territory Public Sector of Australia). Standar kompetensi adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas/pekerjaan di tempat kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil luaran: Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh pekerja; Tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diharapkan dari pekerja; Bagaimana menilai bahwa kemampuan pekerja telah berada pada tingkat yang diharapkan. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung sikap kerja dan penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada unjuk kerja yang dipersyaratkan. Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan suatu tugas/ pekerjaan, tetapi dilandasi pula bagaimana dan mengapa tugas itu dikerjakaan. Dengan kata lain standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung seperti pengetahuan untuk mengerjakaan suatu tugas dalam kondisi normal di tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan pengetahuan tersebut pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas / pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan yang didukung sikap kerja dan penerapannya sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan. Dengan kuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang maka yang bersangkutan akan mampu: Bagaimana mengerjakan suatu tugas/ pekerjaan; Bagaimana mengorganisasikannya agar pkerjaan tersebut dapat dilaksanakan; Apa yang harus dilakukan, bilamana terjadi sesuatu keadaan yang berbeda dengan rencana semula; Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.

1.4 Manfaat Standar kompetensi dibutuhkan oleh instansi dan institusi yang berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhannya. Untuk lembaga pendidikan dan pendidikan bermanfaat dalam: Memberikan informasi untuk pengembangan Program Kurikulum; Mendorong konsistensi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dan menetapkan kualifikasi; Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penilaian dan sertifikasi. Untuk dunia usaha dan industri bermanfaat dalam: Menentukan organisasi kerja dan desain jabatan; Dipakai dalam menyusun uraian jabatan; Membantu dalam rekrutmen; Membantu dalam penilaian/evaluasi pekerja/karyawan dalam pengembangannya; Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar atas kebutuhan dunia/ industri yang bersangkutan. BAB 2 PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI 2.1 Tujuan Tujuan merumuskan standar kompetensi adalah: Merumuskan suatu standar kompetensi untuk setiap tugas/ pekerjaan terkecil yang masih dapat diukur; Terciptanya suatu standar klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja dalam lingkup sektor, serta mendapat pengakuan yang sah secara nasional, regional dan internasional. 2.2 Metoda Pengembangan Standar Kompetensi Telah diperkenalkan dan dipakai model standar kompetensi oleh International Labor Organization (ILO) di beberapa Negara Asia Pasifik yang dinyatakan competibel dalam skala international. Menjelang tahun akhir abad ke 20, beberapa Negara maju telah memperkenalkan dan menerapkan suatu model yang dikenal dengan Regional Model Competency of Standards (RMCS) yang lebih memadai dan lentur dalam menghadapi perubahan-perubahan yang cepat. Pengembangan standar kompetensi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan:

Pertama, dikembangkan dengan pendekatan filed research; Kedua, dikembangkan dengan pendekatan benchmark, adopt and adapt, dan; Ketiga, dengan pendekatan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut.

Pendekatan field research adalah pendekatan dengan mengadakan riset/survey ke lapangan untuk menghimpun data primer tentang pekerjaan-pekerjaan yang ada, kemudian dirumuskan ke dalam rancangan standar kompetensi, divalidasi, diuji coba, dikaji ulang, disosialisasi, disepakati bersama dan ditetapkan. Pendekatan benchmark, adopt dan adapt adalah pendekatan dengan mempelajari dan membandingkan standar kompetensi yang telah ada dari berbagai Negara maju dan kemudian standar kompetensi yang dibutuhkan diadopsi dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan. Setelah melalui validasi, uji coba, sosialisasi dan kesepatan bersama, rancangan tersebut ditetapkan sebagai standar kompetensi edisi. Pendekatan kombinasi/komprehensif adalah pendekatan dengan memadukan kedua pendekatan tersebut di atas untuk mengurangi kekurangan dan kelemahan yang ada dan seklaigus meningkatkan keunggulan dari kedua metoda tersebut. 2.3 Filosofi Proses perumusan standar kompetensi nasional dilaksanakan berdasarkan falsafah berikut: Mengambil pendekatan pragmatis, yaitu bila standar kompetensi yang cocok yang berasal dari Negara lain atau standar Internasional maka standar kompetensi nasional baik secara keseluruhan maupun sebagian / beberapa bagian (adaptasi); Mengusahakan agar standar kompetensi nasional yang dirumuskan/ disusun harmonis dengan standar kompetensi regional dan internasional; Sejauh mungkin mengambil keuntungan dari pengalaman Negara-negara lain yang mempunyai tingkat teknologi dan pembangunan lebih maju dan sosio ekonomi labih baik. 2.4 Program dan Prosedur Perumusan Standar Komptensi Program perumusan standar kompetensi dilaksanakan instansi teknis perumusan standard dan mengajukan program perumusan standar kepada instansi berewenang/ menteri. Prosedur meliputi usulan rancangan, rancangan standar kompetensi, validasi, penyebarluasan kesepakatan dan persetujuan serta peninjauan ulang. Usulan rancangan pihak yang paling tepat adalah dunia usaha/ industri yang bersangkutan dan dilaksanakan dengan menghimpun serta mengkoordinasikan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman kerja di bidangnya dan memiliki kemampuan menuangkan dalam

bentuk tulisan ke dalam format standar kompetensi dengan bimbingan fasilitator perumusan standar kompetensi. Berdasarkan pada data empiris, bahwa tenaga kerja yang telah bekerja pada bidangnya dalam jangka waktu yang cukup dan telah terbukti dalam melakukan pekerjaannya menunjukkan unjuk kerja sesuai dengan tuntutan pekerjaan serta dapat dianggap mampu dan tepat untuk menjadi anggota tim penyusunan rancangan standar kompetensi bidang yang bersangkutan. BAB 3 STRUKTUR STANDAR KOMPETENSI 3.1 Struktur Standar Kompetensi Sesuai dengan format Regional Model Competency of Standard (RMCS) bahwa setiap standar kompetensi minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut: Kode Unit, Judul/Unit Kompetensi, Uraian Kompetensi, Elemen/Sub Kompetensi, Kriteria Unjuk Kerja, Kondisi Unjuk Kerja/ Persyaratan Pelaksanaan, Acuan Penilaian, Kunci Kompetensi dan Level Kompetensi. Kode Unit Kode Unit bertujuan untuk mempermudah dalam pengelolaannya. Kode Unit terdiri dari beberapa huruf dan angka yang disepakati oleh para pengembang standar kompetensi dan industri/ usaha terkait pada masing-masing bidang keahlian. Judul/Unit Kompetensi Judul Kompetensi memberikan penjelasan umum tentang pekerjaan yang harus dilakukan, atau dijelaskan suatu pekerjaan yang akan dilakukan. Judul ditulis dengan mengarah pada hasil yang ingin dicapai dan harus singkat, jelas dan menggunakan kata kerja aktif. Uraian Unit Kompetensi Uraian Kompetensi memberikan penjelasan singkat kegunaan kompetensi tersebut dan kemungkinan berhubungan dengan kompetensi lain (bila ada). Elemen/ Sub Kompetensi Elemen/ Sub Kompetensi merupakan dasar pembentukan bangunan standar kompetensi atau merupakan elemen aspek utama yang dibutuhkan untuk tercapainya unit kompetensi tersebut.

Kriteria Unjuk Kerja Pernyataan yang mengidentifikasikan hasil akhir yang perlu dinilai bila kompetensi tersebut telah dicapai. Kriteria unjuk kerja menunjukkan pengetahun, keterampilan dan pengertian serta dituangkan dalam kalimat pasif yang mengarah pada pembendaan (kata benda). Kreteria unjuk kerja ini merupakan standar unjuk kerja untuk setiap elemen /sub kompetensi. Kondisi Unjuk Kerja Kondisi Unjuk Kerja menunjukkan sejumlah fungsi yang berbeda antara lain: hubungan antara pekerjaan yang dilakukan, kaitan unit kompetensi dengan pengetahuan dan kebutuhan perusahaan dan memfokuskan kepada apa yang dinilai. Peraturan dan prosedur yang berlaku digunakan sebagai referensi. Acuan Penilaian Acuan penilaian/indicator kompetensi berhubungan dengan unit kompetensi secara terpadu, memberikan panduan tentang interpretasi standar kompetensi dan penilaian terhadap standar kompetensi. Acuan penilaian/ indicator kompetensi dapat memberikan: Aspek dari kompetensi yang perlu diberikan tekanan pada saat penilaian; Penilaian apa yang perlu dilakukan secara bersamaan; Pengetahuan yang diperlukan, terkait dan mendukung tercapainya kompetensi tersebut; Menjelaskan tentang metode penilaian; Kompetensi Kunci. Kompetensi Kunci Kompetensi Kunci adalah kemampuan dasar atau generik yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan di suatu industri/usaha. Level Kompetensi Level Kompetensi dimaksudkan sebagai pengelompokkan tingkat kemampuan dalam menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan berdasar pada derajat kesulitan atau kompleksitas tugas/ pekerjaannya. Di samping pengertian masing-masing unsur pada struktur standar kompetensi di atas standar kompetensi harus merupakan: Cerminan yang realistic yang berlangsung di tempat kerja; Menunjukan hasil akhir yang akan dicapai; Dapat dimengerti oleh semua pihak terkait; Membentuk dasar kemampuan. 3.2 Format Bentuk format standar kompetensi, Kode Unit

Judul Unit Uraian Unit Sub Kompetensi 1. 2. 3 dst. Persyaratan Unjuk Kerja Acuan Penilaian Bentuk format unit kompetensi,

Kriteria Unjuk Kerja 1.a. b. 2.a. b. 3.a b. dst.

Kode Unit Terdiri dari beberapa huruf dan angka yang disepakati oleh para pengembang dan industri terkait Judul Unit Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dengan mengarah pada hasil yang dicapai Uraian Unit Penjelasan singkat yang menjelaskan lingkup pekerjaan dan kegunaan kompetensi tersebut Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Bagian dari suatu pekerjaan yang Kriteria unjuk kerja untuk setiap sub harus dilakukan yang merupakan kompetensi, yaitu kegiatan dasar dari pekerjaan tersebut, pernyataan/identifikasi hasil akhir yang termasuk pencegahan timbulnya resiko perlu dinilai bila tugas tersebut telah dari kegiatan/pekerjaan tersebut. Sub dicapai sehingga criteria ini merupakan Kompetensi ini umumnya terdiri dari 4 alat penilai 6 sub yang merupakan pembentuk kompetensi Persyaratan Unjuk Kerja Menunjukkan sejumlah fungsi yang berbeda Merupakan kondisi unjuk kerja yang termasuk aspek keamanan dan keselamatan kerja Acuan Penilaian Unjuk Kompetensi yang dibutuuhkan/persyaratan kelayakan dan kepastian dari industri. Pembuktian harus dapat menunjukkan pengertian dari pekerjaan yang berhubungan dengan keberhasilan pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja Merupakan butir-butir untuk mengukur yang harus dilakukan Informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, terkait dan mendukung tercapainya kompetensi tersebut Aspek-aspek kritis yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut.

Kunci Kompetensi Level

BAB 4 HUBUNGAN UNIT, KOMPETENSI KUNCI DAN LEVEL KOMPETENSI 4.1 Kompetensi Kunci Standar kompetensi untuk sebuah pekerjaan atau fungsi tertentu termasuk kompetensi-kompetensi yang juga dapat ditemukan dalam setiap pekerjaan. Kompetensi-kompetensi umum seperti ini disebut kompetensi kunci, tidaklah spesifik bagi pekerja tertentu atau industri tertentu, tetapi menopang kompetensi spesifik dari industri itu. Kompetensi Kunci diperlukan agar aktivitas pekerjaan dapat berfungsi normal. a. Persyaratan Kompetensi Kunci: harus merupakan hal penting untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan lanjutan, serta untuk kehidupan orang dewasa; harus dapat dialihkan; tidak boleh bersifat spesifik bidang kerja; harus terarah pada integrasi pengetahuan dan keterampilan; harus terdiri dari hal-hal yang dapat dikembangkan melalui pelatihan; harus dapat dinilai; harus dapat bebas dari nilai-nilai budaya. b. Pekerja Setiap pekerja harus/ akan selalu: Berkomunikasi dengan orang lain, Berorientasi dengan orang lain, Mengelola atau menangani tugas lain, Mengatur, merencanakan atau menjadwalkan kegiatan, Menghadapi permasalahan dan keadaan yang tidak biasa dan tidak diharapkan, Menjaga keselamatan lingkungan kerja, Mengetahui bagaimana menghadapi resiko dan keadaan darurat, Memanfaatkan teknologi, Menerapkan peraturan dan pengambilan keputusan, Membaca, menginterpretasikan, menghitung, merekam data, dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan kerja. c. Kompetensi Kunci pada Dasarnya Meliputi:

Bahasa dan komunikasi, Matematika, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pemecahan Masalah, Pengertian Kultual, Pribadi dan Antar Pribadi, Perencanaan dan Pengorganisasian.

d. Kompetensi Kunci pada Lingkup Industri: Mengumpulkan, menganalisa, dan mengatur/ mengorganisasikan informasi, Mengkomunikasikan ide dan informasi, Merencanakan dan mengatur kegiatan, Bekerjasama dengan orang lain dan dalam kelompok, Menggunakan ide dan teknis matematika, Memecahkan persoalan/ masalah, Menggunakan teknologi, 4.2 Level Kompetensi Level Kompetensi dapat dilaksanakan dalam salah satu dari jenjang/ level. Pengelompokkan tingkat kemampuan dalam menyelesaikan tugas berdasarkan kesulitan atau kompleksitas tugas dapat dibagi tiga tingkatan. Level-1 : mengerjakan tugas rutin menurut cara yang telah ditentukan, bersifat sederhana, merupakan pengulangan, serta sewaktu-waktu sering diperiksa perkembangannya. Untuk itu level ini harus mampu: Melakukan proses yang sederhana dan telah ditentukan, Menilai mutu berdasarkan criteria yang telah ditentukan. Level-2 : mengerjakan tugas yang lebih luas dan lebih rumit/ kompleks yang ditandai dengan peningkatan otonomi pribadi terhadap pekerjaannya sendiri dan pekerjaan tersebut kemudian diperiksa oleh penyelia/atasan yang bersangkutan setelah selesai. Untuk itu level ini harus mampu: Mengelola atau mengorganisasikan suatu proses, Menentukan criteria penilaian terhadap suatu proses/ criteria evaluasi terhadap suatu proses. Level-3 : mengerjakan kegiatan yang rumit/ kompleks dan tidak rutin, yang dikerjakan sendiri dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan orang lain. Untuk itu Level ini harus mampu: Menentukan prinsip dasar dan proses, Mengevaluasi dan mengubah bentuk/ membentuk ulang proses, Menentukan criteria untuk mengevaluasi/penilaian proses.

BAB 5 HUBUNGAN ANTARA TEORI PSIKOLOGI BELAJAR DENGAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI Mengingat dalam awal pengembangan konsep standar kompetensi didasarkan pada teori psikologi belajar, maka dalam merumuskan standar kompetensi prinsip-prinsip teori tersebut akan selalu dipergunakan. Dalam teori belajar tersebut terbagi atas tiga tipe belajar yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang dapat diajarkan terintegrasi untuk mencapai tujuan suatu proses pendidikan dan pelatihan. Setiap tipe pembelajaran tersebut memiliki karakteristik dan tingkat pencapaian didasarkan atas tingkat kesulitan yang dihadapinya. Dengan demikian, penggunaan kata kerja untuk menetapkan tujuan diklat maupun tingkat keterukuran unjuk kerja yang ditetapkan, serta level unit kompetensi harus sesuai dengan level taksonomi masing-masing untuk pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. 5.1 Aspek Kognitif (Pengetahuan) Aspek kognitif mencakup pengembangan kemampuan intelektual dan pengetahuan yang terdiri atas enam kategori utama yang tersusun dari yang sederhana hingga yang kompleks berdasar pada tingkat kesulitan yang ditanganinya. Dalam hal ini aspek yang sederhana harus dikuasai terlebih dahulu sebelum meningkat ke tingkat kesulitan berikutnya. Level Taksonomi Pengetahuan Deskripsi Mengetahui terminology secara umum Mengetahui fakta yang spesifik Mengetahui konsep dasar Ilustrasi Dapat mengulang Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff Kata Kerja yang Dipergunakan Mendefinisikan, mengenal, mencocokan, mengingat, mengulang, membedakan, mengidentifikasi, menyebut, melabel, memanggil kembali, menghubungkan, mencatat Menterjemahkan, merubah, mengatur kembali, mengekspresikan, memberi contoh, mengilustrasikan, menggeneralis, menyimpulkan,

Komprehensif

Memahami fakta Menginterpretasikan chart dan grafik Menjastifikasi prosedur Mengestimasikan kebutuhan

Bila bear tegangan dan arus diketahui dapat menghitung tahanan R yang terjadi

Aplikasi

Analisis

Sintesis

Evaluasi

mendiagnosis Mengaplikasikan Dapat Mengaplikasikan, konsep dan prinsip- membangun mengorganisasikan, prinsip ke dalam rangkaian listrik merestrukturisasi, situasi yang baru memecahkan, Memecahkan mentransfer, problem matematika menggunakan, Menyusun grafik mengklasifikasi, dan chart memilih, Mendemonstrasikan mendramatisasi, penggunaan membuat sket, metode dan mendemonstrasika, prosedur mengilustrasikan, menangani, mengkalkulasi Mengenal dan Dapat Membedakan, menggunakan membangun memilahkan, logika berfikir untuk rangkaian listrik membandingkan, menyampaikan yang rumit mendeferensialkan, suatu alasan membuat diagram, Mengevaluasi menjelaskan, relevansi data menganalisa, mengkatogerikan, memeriksa, mendebat, menguji, melakukan eksperimen Mengungkap suatu Dapat melakukan Memadukan, konsepsi yang troubleshooting mengkomposisi, terorganisasi secara pada rangkaian mengkonstruksi, baik yang kompleks merencanakan, Merumuskan suatu memodifikasi, konsepsi meformulasi Menjastifikasi nilai Dapat Menyimpulkan, suatu pekerjaan merancang menjastifikasi, kembali suatu meranking, rangkaian mendukung, dengan lebih mengradasi, efisien menjelaskan, menilai, menyeleksi, mengapresiasi, membobot revisi

5.2 Aspek Psikomotorik (Keterampilan)

Aspek psikomotorik mencakup kemampuan dalam mengkoordinasikan gerakan fisik dan menggunakan motoris. Untuk memperoleh kemampuan tersebut memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan pengukuran yang mencakup tentang kecepatan, jarak, prosedur, dan teknik pelaksanaan. Dalam aspek psikomotorik ini terdapat tujuh taksonomi sebagai berikut: Level Taksonomi Imitasi Deskripsi Menirukan gerakan yang telah diamati Ilustrasi Seseorang mencoba mengendarai sepeda setelah mengamati orang melakukan hal tersebut Dapat mengendarai sepeda dengan beberapa gerakan yang terbatas Kata kerja yang dipergunakan Mengamati, menirukan (gerakan) sederhana

Memanipulasi

Menggunakan konsep untuk melakukan gerakan Melakukan gerakan dengan benar Merangkaiakan berbagai gerakan secara berkelanjutan dan terintegrasi Melakukan gerakan secara wajar dan efisien serta telah menjadi bagian dari kebiaannya

Persisi

Artikulasi

Memanipulasi gerakan (sesuai dengan instruksi), melakukan suatu gerakan (sesuai dengan instruksi) Dapat Mengartikulasi, mengendarai melakukan sesuatu sepeda pada jalan dengan akurat lurus tanpa bergoyang Dapat Mengkoordinasikan mengendarai beberapa sepeda dengan kemampuan lancer Dapat mengendarai sepeda dengan baik tanpa berfikir tentang hal tersebut Melakukan secara habitual

Naturalisasi

5.3 Aspek Afektif (Krathwohl) Aspek afektif mencakup hal yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan, apreasi, antutiasme, motivasi dan sikap. Aspek afektif terbagi atas lima kategori utama: Level Taksonomi Deskripsi Ilustrasi Kata kerja yang dipergunakan

Receive/ Menerima

Ingin menerima Ingin menghadiri Sadar akan situasi dan kondisi serta fenomena Aktif berpartisipasi

Responding/ Merespon

Valuing/ Menilai

Organization/ Mengorganisasi

Menerima nilainilai/ norma Taat kepada nilai/ norma Memegang teguh nilai/ norma Menghubungkan nilai/ norma yang telah dianutnya Mengintegrasikan nilai norma ke dalam kebiasaan hidup sekari-hari

Seseorang mendengarkan penjelasan tentang keselamatan dan kesehatan kerja Seseorang menyebut kembali beberapa keselamatan dan kesehatan kerja pada saat dibutuhkan Seseorang menyadari alasan penggunaan perlengkapan keselamatan Seseorang menyadari akan kemungkinan kecelakaan kerja dan meyakini untuk mempraktekan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja Seseorang selalu menggunakan perlengkapan keselamatan kerja secara benar

Menerima, memilih, menanyakan, mendengar, menyeleksi dan menghadiri Membuktikan, memberitahukan, menolong, melakukan dengan sukarela, mengklaim Memilih, mendukung sharing mengapreasiasi, mengundang, bergabung Memformulasi, mempertahankan, mengabstrak, menghubungkan, melakukan dengan benar dan menetapkan

Characterization

Internalisasi nilai/norma menjadi pola hidup

Bertingkah laku, melakukan, menyelesaikan, membedakan

BAB 6 PENJELASAN DAN CONTOH PENYUSUNAN RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI 6.1 Kode Unit Pada dasarnya kode unit dimaksudkan untuk memudahkan bagi seluruh pengguna sesuai dengan keperluannya, untuk mengidentifikasi atau mengadministrasikan dengan secara lebih sistematis. Pemilihan huruf dan angka

serta komposisinya, spenuhnya diserahkan kepada kesepakatan para stake holder dan para pengembangnya. 6.2 Judul Unit Kompetensi A. Kriteria penentuan judul unit Pada dasarnya setiap unit kompetensi merupakan unit terkecil dari suatu standar kompetensi bidang keahlian yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: Dinyatakan dalam kalimat aktif dan menggunakan kata kerja aktif, terukur dan terobservasi. Kata kerja yang disarankan, memperbaiki, mengoperasikan, melakukan, menggunakan, melayani, melayani, merawat, merencanakan, membuat dan sebagainya. Kata kerja yang harus dihindari: memahami, mengetahui, menerangkan, menjelaskan, menguraikan dan sebaganya, Memiliki cakupan yang tidak terlalu luas atau terlalu sempit, Tidak berkaitan dengan nama merk alat tertentu. Contoh-contoh judul unit kompetensi: Judul unit kompetensi yang terlalu sempit: emasang baut, Mengisi minyak pelumas, Memasang lampu, Menarik kabel, Menuang minuman. Judul unit kompetensi yang terlalu luas/ besar: Membangun rumah, Memperbaiki mobil, Mengelola perkebunan, Mengelola jaringan listrik Jawa Bali, Mengoperasikan pembangkit, Judul unit kompetensi yang benar: Memperbaiki system rem konvensial kendaraan penumpang hingga ukuran 750 kg; Melakukan tune up engine konvensional kendaraan penumpang hingga ukuran 750 kg; Memasang instalasi listrik 3 titik lampu daya 450 VA, 1 fase pada rumah sederhana; Melakukan perawatan rutin pada gardu listrik kapasitas di bawah 400 kVA; Merawat dan memperbaiki jaringan distribusi tegangan rendah kapasitas di bawah 1000 pelanggan. B. Penentuan judul-judul unit untuk standar kompetensi bidang keahlian

Untuk menentukan judul-judul unit kompetensi pada bidang keahlian tertentu, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang dibutuhkan pada lingkup bidang tersebut dan diurutkan dari yang sederhana/ mudah ke sulit atau kompleks. Hasil identifikasi pertama dibahas dan disempurnakan serta disepakati sebagai judul unit kompetensi pada standar yang dimaksud. 6.3 Uraian Unit Merupakan penjelasan singkat dari judul unit yang menerangkan secara singkat tentang kompetensi yang dimaksud. Contoh uraian unit untuk judul Memperbaiki system rem konvensional kendaraan penumpang hingga ukuran 750kg. Unit ini berlaku untuk perawatan dan perbaikan system rem konvesional yang dipakai pada kendaraan penumpang/ niaga hingga beban 750 kg, baik yang dilakukan dalam bengkel perawatan maupun di tempat lain. 6.4 Sub Kompetensi Merupakan beberapa sub tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan unutk mencapai kompetensi yang dimaksud. Sub kompetensi dirumuskan dalam kalimat aktif dan diawali dengan kata kerja aktif. Setiap unit kompetensi terdiri atas 3 s.d 6 sub kompetensi. Contoh judul sub kompetensi: Memperbaiki system rem konvensional kendaraan penumpang hingga ukuran 750 kg. Sub kompetensi: 1. Mempersiapkan pekerjaan perbaikan 2. Mendiagnosa perbaikan rem 3. Melakukan perbaikan rem 4. Menyelesaikan pekerjaan 5. Membuat laporan. 6.5 Kriteria Unjuk Kerja Merupakan pernyataan yang memberikan ukuran atau batasan sejauh mana setiap sub kompetensi dapat dicapai sesuai dengan standar atau patokan yang ditetapkan. Kriteria Unjuk Kerja dirumuskan dalam kalimat terukur dengan bentuk pasif, dengan memberikan penekanan pada ukuran/ batas yang diharapkan tercapai. Batas ukuran tersebut didasarkan pada: Standar Operation Procedure (SOP), Manual Instruction, Peraturan perundang-undangan yang berlaku, Kebijakan perusahaan. Untuk setiap sub kompetensi harus/ sedapat mungkin diuraikan ke dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap secara komprehensif. Untuk menguraikan

ke dalam tiga aspek atau ranah tersebut, dapat menggunakan table/ uraian Teori Taksonomi dari Blooms and his team. Pemilihan penggunaan kata kerja dari Taksonomi Bloom baik untuk ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif, akan menentukan tingkat kesulitan dan level pada unit kompetensi tersebut. Contoh Kriteria Unjuk Kerja Memperbaiki sistem rem konvensional kendaraan penumpang hingga ukuran 750 kg. 1. Mempersiapkan pekerjaan perbaikan 1.1 Prinsip kerja system rem konvensional dipelajari berdasar pada manual yang berlaku (pengetahuan). 1.2 Kebutuhan peralatan dan bahan diidentifikasi sesuai job order/ laporan kerusakan dan SOP yang berlaku (pengetahuan). 1.3 Peralatan dan bahan dipersiapkan sesuai dengan SOP yang berlaku. 1. Unit ini berlaku untuk perbaikan dan perawatan system rem konvensional pada mobil penumpang dan niaga beban 750 kg, baik yang dilakukan di bengkel perawatan maupun di tempat lain. 2. Standard Operating Procedure (SOP) untuk perbaikan rem konvensional yang berlaku sesuai dengan merk tipe kendaraan masing-masing. 3. Buku manual yang berlaku, 4. Peraturan K3 No. ..tahun 1998, 5. Peraturan KLH No. X tahun y pasal Z tentang pembuangan limbah, 6. Peralatan yang dipergunakan: Peralatan umum bengkel meliputi, car lift, dongkrak, compressor, Peralatan perbaikan rem (brake tool kit), Bahan: minyak rem, bensin, sabun lunak. 6.7 Acuan Penilaian Merupakan pernyataan yang memberikan penjelasan singkat tentang bagaimana unit kompetensi dimaksud diujikan untuk mengungkapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagaimana dituntut dalam kompetensi tersebut. Aspek kritis yang menjadi cirri utama pada unit tersebut Hal lain yang dirumuskan dalam acuan ini antara lain: Pengetahuan dan keterampilan pendukung yang harus dimiliki untuk tercapainya kompetensi yang dimaksud, Kompetensi yang harus dikuasai sebelum mencapai/ sebagai prasyarat.

DAFTAR REFERENSI 1. Benyamin S. Bloom, Bertram B, Mesia and David R. Krathwohl (1964), Taxonomy of Educational Objectives (two vols : The Affective Domain and The Cognitive Domian), New York, David Mckay. 2. Developing Competency Standard NCVER-IAPSD Australia 3. Competency Based Training Tutorial JGN Consulting Denver USA, http:/home att.net/-jnimmer/Competency.htm 4. Blooms Taxonomy Aziz El-Mutwali, Webmaster, http://www.het.ac.ae/gat/sec2_ab2htm 5. Blooms Taxonomy http:/www.nwlink.com

You might also like