You are on page 1of 18

BAB 2 PEMBAHASAN

A. REPRODUKSI BAKTERI

1.

Reproduksi Aseksual Bakteri dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri pada lingkungan yang tepat atau sesuai. Proses pembelahan diri pada bakteri terjadi secara biner melintang.

Pembelahan biner melintang adalah pembelahan yang diawali dengan

terbentuknya dinding melintang yang memisahkan satu sel bakteri menjadi dua sel anak. Dua sel bakteri ini mempunyai bentuk dan ukuran sama (identik). Sel anakan hasil pembelahan ini akan membentuk suatu koloni yang dapat dijadikan satu tanda pengenal untuk jenis bakteri. Misalnya, bakteri yang terdiri dari sepasang sel (diplococcus), delapan sel membentuk kubus (sarcina), dan berbentuk rantai (streptococus). Reproduksi bakteri dapat berlangsung dengan sangat cepat. Pada keadaan optimal, beberapa jenis bakteri dapat membelah setiap 20 menit. Dalam satu jam bakteri dapat berkembang biak menjadi berjuta- juta sel. Pada kondisi yang kurang menguntungkan, sel-sel bakteri dapat mempertahankan diri dengan pembentukan spora. Akan tetapi, ada pula jenis bakteri yang akan mati karena perubahan faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini adalah cahaya matahari yang terus-menerus, kenaikan suhu, kekeringan, dan adanya zat-zat penghambat dan pembunuh bakteri, seperti antibiotika dan desinfektan. Keadaan tersebut juga menunjukkan bahwa meskipun populasi bakteri sangat besar, tetap saja dapat

dikendalikan oleh faktor-faktor penghambat sehingga peranan bakteri di alam sebagai salah satu pengurai dapat seimbang dengan makhluk hidup produsen dan konsumen. 2. Reproduksi Seksual a. Transformasi Transformasi adalah pemindahan potongan materi genetik atau DNA dari luar ke sel bakteri penerima. Dalam proses ini, tidak terjadi kontak langsung antara bakteri pemberi DNA dan penerima.

Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda. Bertahun-tahun setelah transformasi ditemukan pada kultur laboratorium, sebagian besar ahli biologi percaya bahwa proses tersebut terlalu jarang dan terlalu kebetulan, sehingga tidak mungkin memainkan peranan penting pada populasi bakteri di alam. Tetapi, para saintis sejak saat itu telah mempelajari bahwa banyak spesies bakteri dipermukaannya memiliki protein yang

terspesialisasi untuk mengambil DNA dari larutan sekitarnya.

Protein-protein ini secara spesifik hanya mengenali dan mentransfer DNA dari spesies bakteri yang masih dekat kekerabatannya. Tidak semua bakteri memiliki protein membran seperti ini. Seperti contohnya, E. Coli sepertinya sama sekali tidak memiliki mekanisme yang tersepesialisasi untuk menelan DNA asing. Walaupun demikian, menempatkan E. Coli di dalam medium kultur yang mengandung konsentrasi ion kalsium yang relatif tinggi secara artifisial akan merangsang sel-sel untuk menelan sebagian kecil DNA. Dalam bioteknologi, teknik ini diaplikasikan untuk memasukkan gen-gen asing ke dalam E. Coli, gengen yang mengkode protein yang bermanfaat, seperti insulin manusia dan hormon pertumbuhan. b. Konjugasi Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri yang berhubungan sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA, dan "pasangannya" menerima gen. Donor DNA, disebut sebagai "jantan", menggunakan alat yang disebut piliseks untuk menempel pada resipien (penerima) DNA dan disebut sebagai "betina".

Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA. Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversibel ke dalam kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama siklus litik, dan sebagai bagian integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan

hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi normal. Walaupun demikian, gen-gen dari plasmid ini dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang hidup di lingkungan yang banyak tekanan. Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di dalam populasi bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel f+ biasanya menghasilkan dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan mereka berfungsi sebagai recipien DNA ("betina") selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang "menular" dalam artian sel f+ dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi. Plasmid f bereplikasi di dalam sel "jantan", dan sebuah salinannya ditransfer ke sel "betina" melalui saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari kromosom bakteri tersebut ditransfer selama konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi dengan faktor f dalam kromosomnya disebut sel Hfr ( high frequency of recombination atau rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi sebagai jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke f- pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa DNA kromosom bersamanya. Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum salinan dari kromosom Hfr dapat seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien menjadi diploid parsial atau sebagian, mengandung kromosomnya sendiri ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak berdampingan dengan daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNA dapat dipertukarkan. Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen yang berasal

dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F. Pada tahun 1950-an, pakar-pakar kesehatan jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa pasien rumah sakit yang menderita akibat disentri bakteri, yang menyebabkan diare parah, tidak memberikan respons terhadap antibiotik yang biasanya efektif untuk pengobatan infeksi jenis ini. Tampaknya, resistensi terhadap antibiotik ini perlahan-lahan telah berkembang pada strain-strain Shigella sp. tertentu, suatu bakteri patogen. Akhirnya, peneliti mulai mengidentifikasi gen-gen spesifik yang menimbulkan resistensi antibiotik pada Shigella dan bakteri patogenik lainnya. Beberapa gen- gen tersebut, mengkode enzim yang secara spesifik menghancurkanbeberapa antibiotik tertentu, seperti tetrasiklin atau ampisilin. Gen-gen yang memberikan resistensi ternyata di bawa oleh plasmid. Sekarang dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi). Pemaparan suatu populasi bakteri dengan suatu antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium maupun di dalam organisme inang akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu tidak terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti ini, akan semakin banyak bakteri yang akan mewarisi gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik. Konsekuensi medisnya pun terbaca, yaitu strain patogen yang resisten semakin lama semakin banyak, membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah oleh kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri lainnya melalui konjugasi. c. Transduksi Transduksi adalah pemindahan DNA dari sel pemberi ke sel penerima dengan perantaraan virus. Dalam hal ini, protein virus yang berfungsi sebagai cangkang digunakan untuk pembungkus dan membawa DNA bakteri pemberi menuju sel penerima.

B. JENIS-JENIS EUBACTERIA 1. Bakteri berdasarkan bentuk tubuhnya Walaupun bakteri bersel tunggal, tetapi bakteri mempunyai beberapa bentuk yaitu bulat (coccus), batang (basilus), dan berbentuk spiral (spirila). Ketiga bentuk dasar bakteri tersebut masih memiliki beberapa modikasi. Berdasarkan modi kasi

bentuknya, bakteri coccus dapat berupa monococcus, diplococcus, streptococcus, dan sarcina. Contoh monococcus adalah Neiserria gonorrhoea (penyebab penyakit gonorhoe). Diplococcus yaitu bakteri berbentuk bulat yang berpasangan. Contohnya Diplococus pneumaticus (penyebab penyakit Sedangkan pneumonia atau radang paru-paru).

Streptococcus adalah bakteri berbentuk bulat yang bersusun seperti

rantai. Contohnya Streptococus pyrogenes (penyebab penyakit kuning). Modi kasi bentuk yang lain adalah staphylococcus (bulat yang berupa gerombolan seperti buah anggur) dan sarcina (yaitu bakteri berbentuk bulat yang berkelompok empat-empat sehingga berbentuk seperti kubus dengan 8 sel). Contohnya adalah Staphylococcus aureus yang merupakan penyebab penyakit pneunomia (radang paru-paru) dan keracunan dalam makanan.

Bakteri basilus juga mempunyai beberapa modi kasi bentuk, yaitu monobasil, diplobasil, atau streptobasil. Perhatikan Gambar 3.11. Monobasil yaitu bakteri berbentuk basil tunggal. Contohnya adalah Escherichia coli (membantu pembusukan di dalam colon atau usus besar) dan Salmonella thyposa (penyebab penyakit tipus). Diplobasil adalah bakteri bentuk batang yang berpasangan. Sedangkan streptobasil adalah bakteri dengan bentuk batang yang bergandengan memanjang seperti bentuk rantai. Contohnya, Acetobacter xylinum yang digunakan dalam pembuatan nata de

coco. Sedangkan kelompok bakteri dengan bentuk dasar spiral memiliki 3 macam modi kasi, yaitu spirilum, vibrio, dan spirochaeta. Perhatikan Gambar 3.12. Spirilum yaitu bakteri yang berbentuk spiral sempurna. Contohnya adalah Triponema pallidum (penyebab penyakit si lis). Vibrio merupakan modi kasi dari

bentuk spiral yaitu berbentuk koma. Contohnya adalah Vibrio cholerae (penyebabkan penyakit kho lera). Sedangkan spirochaeta merupakan kelompok bakteri berbentuk spiral yang lentur, sehingga ketika bergerak tubuhnya dapat memanjang atau memendek.

2.

Bakteri berdasarkan karakteristik dinding selnya a. Bakteri gram positif Bakteri gram-positif memiliki dinding sel yang sederhana, dengan jumlah peptidoglikan yang banyak sehingga bereaksi positif terhadap pengecatan gram. Sebagian besar bakteri gram-positif bersifat kemoheterotrof, walaupun beberapa di antaranya bersifat fotosintetik. Ketika berada pada kondisi yang sulit, bakteri ini akan membentuk endospora. Contoh bakteri gram-positif adalah Clostridium sp. dan Bacillus sp. Sedangkan yang yang tidak membentuk endospora, contohnya adalah Mycoplasma sp. Ukurannya sangat kecil, bahkan dari semua sel yang diketahui saat ini, diameternya 0,10 0,25 m. Bakteri ini ditemukan dalam

tanah, dan beberapa di antaranya bersifat patogen pada hewan. Contohnya adalah Mycoplasma pneumonia yang menyebabkan walking pneumonia pada manusia. Selain itu, yang termasuk bakteri gram-positif adalah Actinomycetes, yaitu bakteri tanah yang membentuk koloni menyerupai jamur. Contohnya adalah

Streptomyces sp. yang merupakan sumber antibiotik yang penting. Perhatikan Gambar 3.19.

b. Bakteri gram negatif Bakteri gram-negatif peptidoglikannya lebih sedikit dan struktur dinding selnya lebih kompleks, membran luarnya mengandung lipopolisakarida. Sehingga tidak terwarnai oleh pengecatan gram. c. Bakteri tidak berdinding sel Contohnya Mikoplasma. Bakteri ini hidup di tanah dan saluran air, beberapa bersifat parasit pada tumbuhan atau hewan. 3. Bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagela Beberapa jenis bakteri mempunyai flagela yang kecil, kaku, dan berpilin yang dapat digunakan untuk berpindah tempat dengan gerakan berenang. Flagela bakteri panjangnya berkisar antara 3 12 nanometer, dengan diameter antara 10 20 nanometer. Tidak semua bakteri mempunyai flagela, umumnya hanya bakteri bentuk basil dan spirilum yang memilikinya. Berdasarkan letak flagelanya, bakteri dibedakan menjadi 5 kelompok. 1) Atrik, yaitu bakteri yang tidak mempunyai flagela. 2) Monotrik, yaitu bakteri yang mempunyai satu buah flagela.

3) Lofotrik, yaitu bakteri yang mempunyai sekelompok flagela pada salah satu ujung sel. 4) Amfitrik, yaitu bakteri yang mempunyai flagela pada dua ujung sel, baik flagela tunggal maupun berkelompok pada setiap ujung selnya. 5) Peritrik, yaitu bakteri yang seluruh permukaan sel dikelilingi oleh flagela. Beberapa bakteri, misalnya Escherichia coli dan Neisseria gonorrhoeae mempunyai

bentuk seperti flagela pendek dan lurus yang disebut pili. Pili (disebut juga fimbria) berukuran panjangnya lebih hanya pendek dari flagela,

beberapa

mikrometer

dengan diameter yang lebih kecil dan bentuk yang lebih lurus dibandingkan flagela. Pili umumnya hanya ditemukan pada bakteri gram negatif. Pili berguna sebagai alat bantu bakteri untuk menempel di berbagai

permukaan, termasuk pelekatannya pada jaringan ditempeli. hewan Pada atau sel-sel tumbuhan bakteri yang yang

melakukan konjugasi (pertukaran materi genetik), pertukaran ADN antaradua sel terjadi melalui pili khusus yang disebut pili seks.

4.

Bakteri berdasarkan cara memperoleh energi dan karbon/cara hidup Berdasarkan cara memperoleh energi dan karbon, bakteri dibedakan menjadi empat kategori, yaitu fotoautotrof, kemoautotrof, fotoheterotrof, dan kemoheterotrof. Fotoautotrof adalah bakteri fotosintetik yang memanfaatkan energi cahaya untuk mensintesis senyawa organik dari karbondioksida. Contoh bakteri fotoautotrof adalah kelompok sianobakteri. Sedangkan kemoautotrof merupakan bakteri yang hanya memerlukan CO2 sebagai sumber karbon bukan sebagai sumber energi. Bakteri ini memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan-bahan anorganik. Energi kimia diekstraksi dari hidrogen sulda (H2S), amonia (NH3), ion fero (Fe2+), atau bahan kimia lainnya. Contohnya adalah bakteri Sulfolobus sp. yang mengoksidasi sulfur. Kedua kelompok tersebut adalah kelompok bakteri yang mampu mensintesis energinya sendiri (autotrof ). Sedangkan bakteri yang tidak mampu mensintesis energi secara mandiri disebut kelompok heterotrof, terdiri dari fotoheterotrof dan kemoheterotrof. Bakteri fotoheterotrof yaitu bakteri yang menggunakan cahaya untuk menghasilkan ATP, tetapi harus menggunakan karbon dalam bentuk organik. Sedangkan kemoheterotrof yaitu bakteri yang harus mengonsumsi molekul organik untuk sumber energi dan karbon. Contoh bakteri kemoautotrof adalah Beggiota sp.

(Gambar 3.15), yaitu bakteri kemoautotrof yang mengoksidasi H2S. Sebagian besar bakteri adalah kemoheterotrof, terdiri dari kelompok saproba (pengurai) yang menyerap nutrien dari

bahan organik dan kelompok parasit yang menyerap cairan dari tubuh inang yang masih hidup. C. RESPIRASI BAKTERI Bakteri memperoleh energi dengan cara berespirasi. Berdasarkan kebutuhan oksigen saat berespirasi, bakteri dibagi menjadi bakteri aerob dan bakteri anaerob. Bakteri aerob, bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus. Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Micrococcus denitrificans. D. PERANAN BAKTERI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA Dalam ekosistem bakteri berperan penting sebagai pembusuk yang menguraikan bahan-bahan organik dan sisa-sisa organisme menjadi bahan anorganik yang dapat digunakan tumbuhan. Diperkirakan dalam satu gram tanah yang subur terdapat miliaran bakteri beserta ribuan mikroorganisme lain. Bayangkan seandainya sisa-sisa organisme tidak ada yang menguraikan, maka bumi ini akan segera penuh sesak dengan sisa-sisa makhluk hidup. Selain berperan penting dalam ekosistem, bakteri dapat memberi manfaat bagi manusia dan ada pula yang merugikan. a. Bakteri yang Menguntungkan Bakteri menghasilkan antibiotik seperti tirotrisin, basitrasin, streptomisin, teramisin, dan polimiksin yang berguna dalam pengobatan. Beberapa jenis bakteri dimanfaatkan secara luas untuk membuat bahan organik dan makanan seperti keju, asam asetat, dan berbagai asam amino. Berikut ini adalah beberapa contoh bakteri yang

menguntungkan. 1) Lactobacillus bulgaricus dan L. acidophilus untuk membuat yoghurt. 2) Lactobacillus casei digunakan dalam pembuatan keju.

3) Rizobium bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dapat menambat nitrogen dari udara bebas sehingga dapat menyuburkan tanah. 4) Acetobacter xylinum digunakan dalam proses pembuatan nata de coco dari air kelapa. 5) Escherichia coli yang hidup di dalam usus besar manusia membantu membusukkan sisasisa makanan dan menghasilkan vitamin K. 6) Streptococcus griceus menghasilkan antibiotik streptomisin. 7) Pada pengolahan limbah, diperlukan bakteri aerob untuk mengoksidasi limbah, sehingga daya racun limbah terhadap lingkungan berkurang. 8) Pada pembuatan biogas, bakteri mengubah sampah dan kotoran menjadi biogas yang terutama terdiri atas gas metana. Gas metana dapat digunakan sebagai bahan bakar dan penerangan. 9) Dalam rekayasa genetika, ADN bakteri dimodifikasi sehingga menghasilkan protein tertentu yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian dapat diperoleh sejumlah besar protein/enzim dalam waktu relatif singkat. b. Bakteri yang Merugikan Banyak bakteri yang bersifat merugikan karena

menimbulkan penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. kerusakan Bakteri pada juga menyebabkan bahan banyak dan

makanan,

pangan,

menghasilkan toksin/racun. Berikut ini contoh beberapa jenis bakteri yang merugikan. 1) Clostridium tetani menyebabkan penyakit tetanus. 2) Salmonella typhi menyebabkan penyakit tifus. 3) Diplococcus pneumonia pneumonia/radang paru-paru. 4) Bacillus anthracis menyebabkan penyakit antraks pada sapi, kerbau, dan domba. 5) Aspergillus flavus merusak biji kacang-kacangan yang disimpan dan menghasilkan racun aflatoksin yang berbahaya. 6) Erwinia tracheiphila menyebabkan penyakit busuk daun pada tanaman labu. menyebabkan penyakit

E. ALGA BIRU HIJAU (CYANOBACTERIA) Cyanobacteria juga disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan. Cyanobacteria merupakan kelompok bakteri yang mempunyai klorofil di dalam sitoplasmanya sehingga dapat melakukan fotosintesis. Cyanobacteria dapat ditemukan hampir di semua tempat yang lembab seperti tanah yang lembab, perakaran tanaman, dan hampir di semua lingkungan perairan, dari mata air panas sampai ke danau beku di Antartika. Namun Cyanobacteria tidak ditemukan pada lingkungan perairan yang asam. Sejak lama organisme ini disebut alga (ganggang) karena mereka hidup mirip dengan alga lainnya, dalam hal ini habitatnya dan dalam hal cara fotosintesisnya. Meskipun demikian, alga hijau-biru ini adalah prokariota, dengan demikian jauh lebih dekat kerabatnya dengan bakteri daripada dengan alga lainnya yang bersifat eukariotik. Untuk alasan inilah, para peneliti lebih menyukai pemakaian istilah cyanobacteria ("bakteri hijau-biru") untuk organisme itu. Walaupun alga hijau-biru itu berfotosintesis dan bersifat prokariotik, mereka berbeda dengan bakteri fotosintetik dalam banyak hal penting. Klorofilnya ialah klorofil a, yaitu molekul yang sama dengan yang dijumpai pada tumbuhan dan algae lain, mereka mampu menggunakan air sebagai sumber elektron dan dengan mereduksi karbon dioksida menjadi karbohidrat. Reaksinya sebagai berikut:

Seperti halnya bakteri peluncur, alga hijau-biru terbungkus dalam dinding peptidoglikan yang dikelilingi selubung bergetah. Beberapa spesies bersel satu, beberapa tumbuh sebagai filamen dari sel-sel yang berhubungan. Sejumlah algae hijau biru berfilamen dapat mengikat nitrogen atmosfer. Hal ini dilakukan dalam heterosista, yaitu sel tak berwarna yang terdapat di antara sel-sel fotosintetik. Organisme inilah yang tumbuh subur bilamana unsur fosfat banyak terdapat di danau dan perairan lain yang airnya tawar. Ganggang hijau-biru yang mengikat nitrogen juga penting menjaga kesuburan padi. Beberapa spesies hidup subur di mata air panas Yellowstone National Park pada suhu yang cukup panas untuk merebus telur. Pita hitam yang terdapat pada karang di sepanjang tepi pantai pada saat air laut naik disebabkan oleh alga hijau-biru. Karena yang mereka perlukan untuk hidup adalah cahaya, udara (N2 dan CO2), air dan beberapa ion organik, maka kemampuannya yang tinggi untuk hidup di lokasi yang keras itu dapatlah dipahami, bahkan kalau kekurangan cairan pada saat pasang surut air laut, selubung

gelatinnya dapat menjaganya dari kekeringan. Selain klorofil dan betakaroten, alga hijau-biru mengandung satu atau dua pigmen tambahan, yaitu pigmen biru yang disebut fikosianin dan pigmen merah yang dinamakan fikoeritrin. Campuran sederhana

klorofil dan fikosianin dan pigmen pada beberapa species memberikan warna hijau, tetapi species yang mengandung fikoeritrin tampak

berwarna merah, ungu, coklat, atau bahkan hitam. Laut merah mendapat namanya karena alga hijau-biru berwarna merah yang terdapat di perairannya.Di laut dangkal yang airnya hangat, hidup alga hijau-biru dan bakteri dalam koloni-koloni besar. Di sekitarnya terbentuk endapan mineral membentuk kolam-kolam dan bukit-bukit kecil berlapis-lapis yang disebut stromatolit. Stromatolit yang sangat tua ditemukan di formasi geologi di berbagai tempat di bumi. Umur stromatolit berkisar antara berjuta tahun sampai 3,5 milyar tahun. Fosil mikroskopik yang mirip dengan alga hijau biru berfilamen ditemukan dalam stromatolit yang berumur 2,3 109 tahun. Beberapa di antara fosil mikroskopik ini tersimpan dengan amat baiknya sehingga tampak heterosistanya. Jika stromatolit yang sangat tua itu dibentuk dengan cara yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa alga-hijau biru telah ada di bumi sejak 3,5 109 tahun yang lampau. 1. Ciri-ciri dan struktur Cyanobacteria Ciri dan struktur Cyanobacteria menyerupai bakteri pada umumnya. Semua Cyanobacteria mengandung klorofil a seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Klorofil pada bakteri disebut bakterioklorofil. Selain klorofil a,

Cyanobacteria mempunyai beberapa pigmen tambahan termasuk

karotenoid. Warna biru pada Cyanobacteria

disebabkan oleh pigmen biru atau fikosianin. Beberapa jenis Cyanobacteria juga mempunyai pigmen merah atau fikoeritrin di dalam selnya. Klorofil dan pigmenpigmen tambahan itu tidak terdapat dalam plastida, melainkan tersebar pada sistem membran sel. Dinding sel Cyanobacteria tidak mengandung selulosa, tetapi tersusun dari peptidoglikan seperti dinding sel bakteri. Jika dites dengan pewarna gram, dinding sel Cyanobacteria menunjukkan sifat sebagai gram negatif. Cyanobacteria menyimpan cadangan makanan berupa polisakarida yang disebut sianofisin. Selain karbohidrat, Cyanobacteria juga menyimpan lemak dan protein. Sel-sel

Cyanobacteria tidak mempunyai silia, flagela, maupun alat penggerak yang lain. Namun demikian beberapa Cyanobacteria yang berbentuk filamen dapat bergerak. Semua Cyanobacteria berukuran mikroskopis, namun sering tumbuh dalam kelompok yang besar sehingga panjangnya dapat mencapai lebih dari satu meter. Cyanobacteria ada yang hidup uniseluler dan ada yang berkoloni. Contoh Cyanobacteria uniseluler adalah Croococcus dan Gloeocapsa. Koloni Cyanobacteria dapat berbentuk seperti benang atau filamen, bercabang-cabang, atau tidak beraturan. Setiap sel dalam koloni bereproduksi dengan membelah. Sel baru yang dihasilkan dapat tetap berkoloni atau melepaskan diri dan membentuk koloni yang terpisah. Pada Cyanobacteria yang berkoloni, sel satu dengan yang lain saling melekat pada dinding selnya tanpa ada hubungan sitoplasma. Jadi setiap sel dalam koloni tetap hidup secara mandiri. Contoh Cyanobacteria berkoloni adalah Polycistis dan Spirulina, sedangkan Cyanobacteria berbentuk filamen. 2. Klasifikasi Cyanobacteria Berikut adalah beberapa contoh alga biru. a. Alga biru bersel satu. Contohnya Chroococcus dan Gleopasca. b. Alga biru bersel satu berkoloni. Contohnya Polycistis dan Spirulina. c. Alga biru berbentuk benang. Contonhnya: Oscillatoria, Nostoc Commune dan Rivularia. d. Anabaena cycadae yang bersimbiosis dengan akar pakir haji (Cycas Rumphi) dan Anabaena azolae yang bersimbiosis dengan akar paku air (Azolla pinnata).

3.

Reproduksi Cyanobacteria Reproduksi Cyanobacteria uniseluler adalah dengan pembelahan sel. Cyanobacteria yang berkoloni melakukan reproduksi dengan fragmentasi. Fragmen multiseluler yang dihasilkannya disebut hormogonium. Pada Cyanobacteria yang berkoloni

berbentuk filamen, misalnya Nostoc dan Anabaena, dapat membentuk heterosista, yaitu sel-sel berukuran lebih besar dengan dinding berlapis banyak yang berbeda dengan sel-sel di sekitarnya. Di dalam sel ini terletak tilakoid yang tertata dalam pola konsentris. Heterosista dapat melepaskan diri dari filamen induknya dan tumbuh menjadi individu baru. Pada keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, sel-sel vegetatif Cyanobacteria dapat berubah menjadi spora berdinding tebal yang disebut akinet. Di dalam akinet terkonsentrasi cadangan karbohidrat sianofisin yang mengandung protein. Akinet sangat tahan terhadap lingkungan yang kurang baik dan masih dapat berkecambah untuk menghasilkan individu baru setelah melampaui masa dorman yang lama, mencapai 87 tahun. Pada Cyanobacteria juga ditemukan rekombinasi genetik seperti pada bakteri. 4. Peranan Cyanobacteria Beberapa Cyanobacteria berperan sebagai plankton di lautan. Jenis Cyanobacteria yang lain hidup di air tawar. Cyanobacteria yang hidup di sekitar mata air panas sering membentuk lapisan endapan kapur yang tebal di sekitar koloninya. Beberapa jenis Cyanobacteria dapat menambat nitrogen misalnya Nostoc, sehingga dapat hidup di bebatuan dan yang tanah yang tandus. dengan

Cyanobacteria

bersimbiosis

tumbuhan air dapat menyuburkan perairan. Contohnya Anabaena azolae yang bersimbiosis dengan Azola pinata. Cyanobacteria lain

mampumengikat nitrogen bebas adalah Nostoc, dan Gloeocapsa. dengan Cyanobacteria amoeba, dapat

bersimbiosis

protozoa

berflagela, diatom, alga hijau tak berklorofil, Cyanobacteria yang lain, tumbuhan tingkat tinggi, dan cendawan.

Beberapa jenis Cyanobacteria dikembangkan sebagai sumber makanan atau protein sel tunggal. Salah satu jenis yang populer adalah Spirulina yang mengandung protein tinggi dan aman dikonsumsi. Beberapa Cyanobacteria yang hidup di perairan menghasilkan racun, sehingga dapat membunuh organisme yang hidup/menggunakan air di perairan tersebut.

Cyanobacteria juga dapat hidup di tembok dan batu (candi) sehingga merusak bangunan dari tembok dan batu.

BAB 3 KESIMPULAN

Sistem klasifikasi terbaru membagi monera menjadi dua kelompok yaitu Eubacteria dan Archaebacteria. Kelompok organisme ini bersifat uniseluler atau berkoloni, prokariotik, berukuran mikroskopis, dan berkembang biak secara aseksual dan terdapat pertukaran materi genetik yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi. Bentuk dasar bakteri dibedakan menjadi tiga yaitu basil, kokus, dan spirilum. Pada bakteri yang berkoloni, terdapat sistem penataan sel dari bentuk dasar tersebut. Berdasarkan cara memperoleh makanan, terdapat bakteri autotrof dan heterotrof.Bakteri autotrof ada yang bersifat fotoautotrof dan kemoautotrof. Berdasarkan kebutuhan oksigen untuk respirasi, terdapat bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif. Contoh manfaat bakteri yaitu untuk pengolahan makanan, menghasilkan bahan organik, pembusuk sisa organisme, menyuburkan tanah, pengolahan limbah, membuat kompos dan biogas, untuk rekayasa genetika, dan sebagainya. Bakteri dapat bersifat merugikan karena menyebabkan penyakit, merusak bahan pangan, dan menghasilkan racun. Bakteri fotosintetik dikelompokkan dalam Cyanobacteria, ada yang uniseluler dan ada yang berkoloni, semua bersifat autotrof, berkembang biak dengan pembelahan sel dan fragmentasi, dan terjadi pertukaran materi genetik seperti pada bakteri. Cyanobacteria yang menguntungkan: sebagai organisme perintis, menyuburkan tanah, dan sebagai bahan makanan. Cyanobacteria yang merugikan karena merusak berbagai bangunan dan peralatan serta menghasilkan racun.

You might also like