You are on page 1of 17

Laporan Praktikum MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

Acara Tujuan

: Field Trip Pembuatan Bokasi :Untuk Mengenal dan Mengetahui Tentang Pembuatan Bokasi Pemanfaatan Teknologi EM4.

Hari Tanggal Tempat

: Minggu : 12 Desember 2010 : Rumah Bapak M.sholikin, Jalan Soekarno Hatta No. 44, Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember Gol : Minggu

Nama : Andy Latif Wijaya NIM : 081510501196

Dosen Pembina Asisten jaga

: Poniman : Iswanto

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER DESEMBER 2010

BAB 1. PENDAHULUAN Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif dari penggunaan pestisida atau bahan kimia yang lain bagi lingkungan. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata menimbulkan dampak negatif, baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus-menerus dapat merusak biota tanah, keresistenan hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaannya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui peng-gunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Dalam pelaksanaannya, pertanian organik adalah membatasi ketergantungan petani pada penggunaan pupuk anorganik dan bahan kimia pertanian lainnya. Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokashi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga. Selama ini petani telah banyak memanfaatkan bahan organic sebagai pupuk alternatif baik berasal dari kotoran hewan maupun dari limbah pertanian. Salah satu hal yang menyebabkan munculnya sebagai pupuk alternatif adalah ketergantunganm petani yang cukup tinggi terhadap kebutuhan pupukan-organik/kimia (urea, KCL, SP36) dan lain-lain. Selain itu, kebutuhan pupuk an-organik tidak selalu dapatdi usahakan oleh petani. Selain itu pengeluaran biaya usaha tani, dengan penggunaan pupuk an-aorganik yang terus menerus tanpa di imbangi dengan penggunaan pupuk

organik dapat merusak sifat fisik kimia tanah, sehingga di perlukan pupuk organik yang berkualitas dengan teknologi pembuatan yang murah dan sederhana guna kelangsungan produksi yang terus menerus. Dengan munculnya beberapa macam pupuk alternatif diharapakan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk an-organik serta dapat menunjang pembangunan pertanian yang ramah lingkungan. Dengan penggunaan pupuk organik, selain dapat memperbaiki sifat kimia maupun sifat fisika maka tanah menjadi subur dan tanaman lebih leluasa dalam penyerapan unsur hara. Beberapa pupuk organik yang sudah beredar di pasaran baik toko kecil maupun toko-toko yang menjual bahan dan alat pertanian yaitu antara lain dengan merk dagang yaitu Bokasi, Compost, Bioaktif, Fine Compost, dan lain-lain. Pupukpupuk organik tersebut mengandung mikroba yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik dan mengaktifkan mikroba tanah yang menguntungkan. Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif dari penggunaan pestisida atau bahan kimia yang lain bagi lingkungan. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan produktivitas dan ekonomi ternyata menimbulkan dampak negatif, baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. 1.2 Tujuan 1. mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan pupuk organik bokashi. 2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis tanaman apa saja yang dapat diberi penambahan unsur hara dari pupuk organik bokashi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut J.H. Crawford (2003) kompos didefinisikan sebagai berikut: Kompos adalah hasil dekomposisi parsial/tidak lengkap, dipercepat secara artifisial dari campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik. Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secara preventive, yaitu memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan. Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, samapah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman. (Sugihmoro, 1994). Pupuk bokashi adalah pupuk yang dibuat dengan memfermentasikan bahanbahan organik (seresah daun, kotoran hewan ternak, serbuk gergaji dan bahan organik lain.) dengan starter yang biasanya adalah EM4 (Efective Microorganism). EM4

adalah

kultur

campuran

dari

mikroorganisme

yang

menguntungkan

bagi

pertumbuhan tanaman. EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme (Feati, 2010). Kompos sebagai salah satu contoh pupuk organik, sangat baik dan bermanfaat untuk segala jenis tanaman, m ulai dari tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan sampai ke tanaman pangan dan perkebunan. Proses pengomposan atau membuat kompos adalah proses biologis karena selama proses tersebut berlangsung, sejumlah jasad hidup yang disebut mikroba, seperti bakteri dan jamur, berperan aktif (Unus, 2002). (Lingga, Pinus dan Marsono. 1999) Bokashi singkatan dari Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati. Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi (peragian) bahan organik dengan mikroorganisme aktif (mikroba perombak). Beberapa keunggulan bokashi daripada kompos sebagai berikut:

Bokashi lebih unggul dibandingkan dengan kompos. Karena Bokashi diolah dengan menggunakan mikroorganisme aktif (mikroba perombak).

Bila dilihat perbandingan antara Bokashi dan kompos, kandungan hara pada

Bokashi lebih tinggi, periode proses pada tanaman lebih cepat, pengaruh terhadap tanah sempurna, energi yang hilang rendah dan populasi mikroorganisme dalam tanah lebih sempurna dibanding kompos, Dapat digunakan 7 14 hari setelah fermentasi meski bahan organiknya belum terurai seperti pada kompos

Mikroba perombak merupakan salah satu pupuk hayati yang dapat membantu

mempercepat proses pengomposan bahan organik menjadi pupuk organik yang siap diberikan untuk tanaman.

Pengomposan bukanlah suatu ide atau hal yang baru. Pengomposan merupakan suatu proses penguraian mikrobiologis alami dari bahan buangan organik maupun dari wastewater sludge. Saat ini proses pengomposan dari bahan buangan tersebut menjadi suatu produk akhir yang lebih bernilai telah berkembang dengan pesat, terutama oleh mereka yang lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan; karena proses ini dipandang sebagai alternatif terbaik dalam management pengelolaan sampah padat. Berdasarkan komposisi konstituen dasar dari bahan buangan organik dan wastewater sludge, kombinasi pemanfaatan kedua jenis bahan tersebut merupakan synergi yang saling melengkapi. Bahan buangan organik seperti limbah serbuk gergaji dari perajin tradisional masih belum dimanfatkan secara optimal sedangkan wastewater sludge dari industri yang ramah lingkungan umumnya masih dibuang percuma dan belum menemukan bentuk penyelesaian masalah secara tuntas. Dasar utama dari pencampuran awal adalah faktor C/N ratio, moisture content, populasi mikroba dan porositas campuran. Selama proses, faktor temperatur dan kondisi kandungan oksigen harus diamati untuk menjamin berlangsungnya proses pengomposan secara aerobik. (Robin A. K et all. 2001) Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme yang men guntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp., Khamir, Actinomycetes, Streptomyces. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 juga merangsang perkembangan mikroorgan isme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman. EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik Setiap bahan organik akan terfermentasi oleh EM 4 pada suhu 40 - 50oC. Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino , dan senyawa organic lainnya serta

melarutkan unsur hara yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman. Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk berkembang biak di sana. Hasil proses fermentasi tersebut disebut bokashi. (Sugihmoro, 1994). Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah-pilah, kompos yang rubbish harus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah sampah-sampah jenis garbage saja Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat diperta hankan atau dapat ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. (Liptan, 2001). Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.

Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan. (Wied, 2004). Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S. (Wied, 2004).

BAB 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan di rumah bapak Sholikin yang bertempet di Jalan Soekarno Hatta No. 44, Bapak M. Sholikin, yang beralamatkan di Jalan Soekarno Hatta No. 44, Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Pada tanggal 12 Desember 2010, pada pukul 08.00 sampai selesai. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Kompor Panci Saringan kain dan saringan kopi Timba Plastik penutup Botol plastik 3.2.2 Bahan

Pupuk kandang (kotoran kambing, sapi, kerbau dan ayam) Arang sekam, serbuk gergaji Bekatul / dedak Tetes / gula pasir EM-4 Air (jangan pakai air PDAM) Jerami dari penenan 1 Ha(dipotong-potong sepanjang 5-10 cm) Terasi Cairan Esoh

3.3 Cara Kerja a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang 1. Melarutkan EM-4 dan tetes kedalam air (komposisi 2 cc EM-4 tetes/L air), mendiamkan selam 24 jam. 2. Mencampur secara merata pupuk kandang, arang sekam dan dedak. 3. Menyiramkan larutan No.1 secara perlahan-lahan kedalam adonan No. 2 dan mengaduk hingga merata hingga kandungan air adaonan mencapai 60 %. 4. Mengaduk adonan dan menempatkan ditempat yang kering dengan ketinggian 1520 cm, menutup dengan karung goni selama 3-4 hari ditempat yang tidak terkena sinar matahari. 5. Menaburi bekatul pada permukaan adonan tipis-tipis , memberi larutan EM-4 dan tetes yang telah diencerkan. 6. Mempertahankan suhu gundukan antara 40 500C (hangat kuku). 7. Setelah 7 hari bokashi telah terfermentasi dan siap untuk digunakan sebagai pupuk organik. b. Pembuatan Bokashi Jerami 1. Melarutkan EM-4 dan tetes kedalam air (komposisi 2 cc EM-4 tetes/L air). 2. Mencampur dengan rata jerami, arang sekam dan dedak. 3. Menyiramkan larutan No.1 secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata hingga kandungan air adaonan mencapai 60 %. 4. Menggundukkan adonan dan menempatkan pada tempat kering dengan ketinggian 15-20 cm, menutup dengan karung goni selama 3-4 hari ditempat yang tidak terkena sinar matahari. 8. Mempertahankan suhu gundukan antara 40 500C (hangat kuku). 5. Setelah 4 hari bokashi telah terfermentasi dan siap untuk digunakan sebagai pupuk organik. c. Bokashi Kilat dari Jerami

1. Memotong dan mencacah jerami dengan ukuran 5 cm. 2. Meratakan hasil cacahan diatas tanah, memberi bokashi kurang lebih 10% dari berat jerami. 3. Menaburi 40 kg bekatul, menyiramkan EM-4 dan tetes. 4. Membolak-balik jerami kemudian menaburi bekatul dan menyemprotkan EM-4 dan tetes. 5. Menutup permukaan dengan karun goni selama 24 jam. 6. Menebarkan bokashi kilat, meratakan pada lahan sawah yang akan akan di bajak dan diolah tanahnya. d. Pembuatan ESSO 2000 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengiris terasi tipis-tipis. Mengayak bekatul dan mengambil yang halus. Mengisi panci dengan 2 L air dan merebusnya. Memasukkan terasi dalam panci dan menambahkan air yang telah direbus. Memasukkan katul, tetes serta rebusan tersebut. Mengaduk aduk rebusan hingga 1 jam. Mendinginkan rebusan dalam timba. Setelah dingin, memasukkan ESOH kedalam timba. Menutup timba dengan plastik yang transparan selama 7 hari.

10. Setelah 7 hari, menyaring dengan kain. 11. Setelah menyaring, memasukkan kedalam botol dan tidak boleh menutup dengan rapat. e. Perbanyakan ESSO 1. Merebus air 1 l, memberi tetes 1 L, dan mengadukknya hingga 1 jam 2. Menaruh dalam timba. 3. Melakukan seperti NO. 1. 4. Menampung dalam timba dengan kapasitas 22 L dan membiarkan selama 20 hari. 5. ESSO 2000 telah jadi dan dapat digunakan sebagai pengganti EM

BAB 4. PEMBAHASAN Setelah melakukan field Trip untuk mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan utnuk jurusan Hama Penyakit Tanaman yang di lakukan di rumah Bapak M. Sholikin, yang beralamatkan di Jalan Soekarno Hatta No. 44, Desa Bagorejo, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember. Pada tanggal 12 Desember 2010. Bapak M.sholikin ini merupakan ketua Asosiasi Pengusaha Pupuk Organik (APPONIK) Jember dan menjabat sebagai pimpinan P4 SKarya Tani. Beliau lahir pada tanggal 17 November 1950. Beliau ini memiliki riwayat hidup yang cukup berat, pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah pendidikan tingkat dasar atau SD, pendidikan menengah pertama atau SMP dan pendidikan menengah atas atau SMA. Beliau saat ini menjabat sebagai pimpinan P4 S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya), dengan bendahara yang dijabat oleh istrinya sendiri, selain itu jabatan sekertaris juga dijabat oleh anaknya yang masih kuliah disalah satu perguruan tinggi di kabupaten Jember yaitu Politeknik Jember. Konsep asar pemikiran pertanian organik yaitu disarkan pada Al-Quran surat AN-NAHL (16) ayat 66 juz 14 dan surat Al-MuMinun (23) ayart 21 juz 18. Dalam pembuatan EM-4 beliau ada yang membuat sendiri dan ada yang membeli yang membuat sendiri terbuat dari molase/ tetes dan MOL (Mikro Organisme Lokal) adapun kegunaan EM menrut Bapak M. Sholikin yaitu pada waktu presentasi untuk menyirami tanaman EM ini di campur dengan air sesuai dengan kebutuhan, untuk di pergunakan pada hewandan ikan, untuk menekan bau tidak sedap pada toilet dan peternakan, untuk meragikan kompos, untuk memebuat EM-5 sebagain penangkal hama serangga namun untuk EM-5 ini untuk pengaplikasiannya dan pembuatannya masih belum dilakukan, untuk menjaga lingkungan agar jauh lebih baik, serta yang digunakan untuk membuat bokasi adalah EM-4 Adapun alur dal;am pembuatan Bokasi menurut Bapak M. Sholikin adalah bahan organic, kotoran hewan, dedak/katul serta EM-4/Esso. tets gula dan air ini di

jadikan bahan baku bahan tersebut di adon dengan kadar air 30\% sampai dengan 50%, setelah di adon dengan menggunakan air di proses fermatasi dengan suhu < 50C proses fermentasi ini di diamkan selama 16-20 hari setelah itu bahan semua setelah diproses akan menjadi BOKASI dan siap untuk di berikan pada tanaman, hal ini di tunjukkan pada lahan dan tanaman dari Bapak M. Sholikin yaitu pada tanaman jeruk dan tanaman buah naga dan masih banyak lagi tanaman yang menggunakan hasil dari bokasi dan terbukti dengan pemberian bokasi ini tanaman beliau produksinya semakin baik dan hama atau penyakit menjadi menurun drastic dengan pemberian bokasi ini, dari segi fisik memang sangat bagus tanaman dari beliau ini. Dengan ketrampilan beliau ini banyak orang yang berkunjung di rumah beliau baik dalam negeri maupun luar negeri karena untuk pembutan bokasi ini banyak orang yang belum paham akan hasil yang di dapat. Prinsip-prinsip yang perlu di ketahui dengan pembuatan bokasi beliau mengatakan kelembaban untuk pembuatan bokasi kadar air harus mencapai 50%, bila campuran dari pembuatan bokasi tidak lengket maka keduanya sudah mencapai 50 %, Tempetur ini harus stabil pada suhu 40C-50C, bila temperature lebih rendah atau lebih tinggi maka mikroorganisme dalam bokasi yang telah dibuat tidak dapt berkembang biak atau akan mati, Tempat Pembuatan Bokasi harus di bawah naungan hal ini di maksudkan agar campuran bokasi terhindarsiraman air hujan dan sinar matahari langsung, Tempat Penyimpanan dengan temapat yang baik maka kualitas bokasi yang di peroleh juga tetapm akan baik, Air, untuk hal ini perlu di perhatikan untuk pembuatan bokasi tidak boleh menggunakan air yang anti biotik atau air ledeng yang mengandung kaporit. Karena dapat menyebabkan mati atau tidak bekerjanya mikroorganisme, agar lebih baik air yang di gunakan airn dari sumur dan sumber air. Terdapat tanda-tanda pembuatan pupuk bokashi berhasil, tanda-tanda yang ada sebagai berikut : Setelah 6 jam suhu atau temperature mancapai 40 500C.

Setelah 3 hari tumbuh cendawan atau jamur seperti kapuk yang berwarna putih keabu-abuan. Bentuk fisik dari bokashi agak masih tidak menggumpal. Aroma yang ditimbulkan sedap. Tidak berwarna hitam dan basi. Setelah selesai melakukan pengomposan dilakukan Granul, kompos yang sudah di fermentasikan selam 16-20 hari di buat seperti butiran-butiran kecil yang di sebut dengan Granul proses ini memerlukan alat yang besar seperti parabola tv secara teknis pembuatan garnul alat yang di gunakan dengan kemiringan kurang lebih sekitar 70 ini memerlukan listrik untuk memutarkan, setelah itu dicampur dengan dedak/ katul dan di beri air dari selang yang sudah terpasng di atas sehingga dalam pemberian air dapr merata keseluruh bokasi yang terdapat pada alat pembuatan granul tersebut. Secara keseluran hasil yang di dapat dari pembuatan bokasi berdampak positif bagi tanaman hal ini sudah terbukti dari hasil tanaman.

BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan field Trip di daerah gumuk mas yang bertempat di rumah Bapak M. Sholikin dapat di simpulkan bahwa : a. Untuk pembuatan Bokasi bahan yang tidak begitu sulit di dapatkan dan dalam bokasi terdapat unsur hara mikro maupun makro yang dibutuhkan oleh tanaman. b. Dalam pembuatan EM-4 bisa menggunakan Molase/Tetes bila ada juga yang menggunakan MOL (Mikro Organisme Lokal). c. Hasil produksi yang di dapat dengan pemberian bokasi sangat memberikan dampak yang positif bagi tanaman hal ini di tunjukkan dengan tanaman yang terdapat pada lahan bapak M. sholikin. d. Dalam pembuatan bokasi perlu memphatikan suhu dan tempat penyimpanannya agar hasil yang di peroleh mendapatkan hasil yang baik pula. 5.2 Saran Field Trip yang dilaksanakan di Gumuk Mas yang bertempat di rumah Bapak M.Sholikin perlu mendapatkan perhatian yang khusus dari dosen agar mahasiswa dapat/ lebih memperhatikan dalam pemberian materi yang di berikan oleh Bapak M. Sholikin sehingga dengan pemberian materi dan cara pengaplikasiannya mahasiswa dapat memperluas ilmunya sehingga kedepan dengan referensi yang di peroleh dapat menginovasi dalam pembuatan bokasi atau ilmu yang lainnya yang berhubungan dengan pertanian yang pada akhirya akan bermanfaat untuk kedepat dalam dunia pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Feati.

2010. Bokashi (Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati). http://www.deptan.go.id/feati/teknologi/BOKASHI.pdf diakses tanggal 15 Desember 2010.

Lingga, Pinus dan Marsono. 1999. Petunjuk Pemakaian Pupuk. Penerbit.Penebar Swadaya, Jakarta. Liptan, 2001. Penggunaan Bokasi dan Fine Compost pada beberapa Komoditas Tanaman. Diakses pada tanggal 15 nocember 2010. Robin A. K. Szmidt & Andrew W. Dickson. 2001. Use of Compost in Agriculture. Use of Compost in Agriculture. Remade Scotland. Sugihmoro. (1994). Penggunaan Effective Microorganism 4 (EM4) dan Bahan Organik pada Tanaman Jahe ( Zingiber officinale Rose) Jenis Badak. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Unus, Suriawiria. (2002). Pupuk Organik Kompos dari Sampah, Bioteknologi Agroindustri. Bandung : Humaniora Utama Press. Wied, Hary Apriaji. (2004). Memproses Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya.

You might also like