Professional Documents
Culture Documents
Pengertian air bersih adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan namun tidak dapat langsung diminum.
Persyaratan
utama
yang
harus
dipenuhi
dalam
sistem
penyediaan air bersih adalah persyaratan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Penjelasan dalam uraian berikut. tiap-tiap persyaratan terdapat
a. Persyaratan Kualitas
Persyaratan
kualitas
air
bersih
secara
garis
besar
adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan bakteriologis Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. coli atau fecal coli dan total bakteri
2. Persyaratan kimiawi Dalam hal ini yaitu tidak adanya kandungan unsur atau zat kimia yang berbahaya bagi manusia. Keberadaan zat kimia berbahaya zat-zat harus ditekan yang seminimal mungkin.
Sedangkan
tertentu
membantu
terciptanya
kondisi air yang aman dari mikroorganisme harus tetap dipertahankan keberadaannya dalam kadar tertentu. Parameter dalam persyaratan ini terbagi menjadi dua yaitu bahan dan kimia yang yang mungkin berpengaruh dapat langsung pada
kesehatan
menimbulkan
keluhan
pada konsumen. Bahan-bahan kimia yang termasuk di dalam parameter ini adalah bahan-bahan anorganik, organik,
pestisida, serta desinfektan dan hasil sampingannya. 3. Persyaratan radioaktifitas Persyaratan radioaktifitas membatasi kadar maksimum aktifitas alfa dan beta yang diperbolehkan terdapat
dalam air minum. 4. Persyaratan fisik Parameter dalam persyaratan fisik untuk air minum yaitu warna, rasa dan bau, temperatur, serta kekeruhan.
b. Persyaratan Kuantitas
Dari
segi
kuantitas,
penyediaan
air
harus
mempertimbangkan tentang beberapa hal, yakni : 1. Pemakaian sistem air, ada yaitu dalam jumlah air yang terpakai Pemakaian dari air
yang
kondisi
apapun.
dibatasi oleh persediaan air dalam sistem yang ada dan seringkali tidak mencukupi kebutuhan air. 2. Kebutuhan air, adalah jumlah air yang diperlukan untuk kebutuhan konsumen dalam menjalankan aktivitasnya. Besar kebutuhan air akan menentukan besaran sistem penyediaan. 3. Faktor yang mempengaruhi pemakaian, terdiri atas dua
faktor yaitu : a. Faktor sosial ekonomis, antara lain populasi, luas wilayah, iklim, tingkat pendidikan, tingkat ekonomis, dan lain-lain. b. Faktor teknis, yaitu keadaan sistem penyediaan air
bersih itu sendiri, antara lain kualitas, kuantitas, operasional dan perawatan fasilitas, harga penggunaan meteran, dan lain-lain. 4. Fluktuasi pemakaian air, yakni naik -turunnya pemakaian air tiap jamnya antara satu hari d engan hari lainnya ataupun pemakaian air tiap harinya dalam satu bulan atau tahun. Perbedaan pemakaian per jam disebabkan oleh
perbedaan aktivitas penggunaan air dalam satu hari pada suatu komunitas. Sedangkan perbedaan pemakaian per hari
disebabkan oleh perbedaan kebiasaan hidup dan iklim dari suatu wilayah. Fluktuasi pemakaian air sendiri terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu : a. Pemakaian hari rata-rata, yaitu pemakaian rata -rata dalam satu hari atau pemakaian dalam satu tahun
pemakaian terbanyak pada suatu hari dalam satu tahun. c. Pemakaian jam rata-rata, yaitu pemakaian rata-rata
dalam satu jam atau pemakaian satu hari dibagi 24 jam. d. Pemakaian jam puncak (peak hour/H-max), yaitu
c. Persyaratan Kontinuitas
Air
baku
untuk
air
bersih
harus
dapat
diambil
terus
menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musin kemarau maupun musim hujan.
Identifikasi
lokasi
pengambilan
air
baku
terutama
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai : 1. Kondisi topografi lokasi pengambilan air baku. 2. Jarak dan beda tinggi sumber -sumber air baku sampai ke lokasi penampungan air bersih. 3. Debit optimum (safe yield) sumber air baku. 4. Kualitas air baku dari sumbernya. 5. Pemakaian sumber air saat ini yang ada dalam DPS (bila ada).
Beberapa
sumber
air
baku
yang
dapat
digunakan
untuk
penyediaan air bersih adalah: 1. Air Hujan Air garam hujan bersifat lunak kare na tidak mengandung dapat
dan
zat-zat
mineral,
lebih
bersih,
namun
bersifat korosif karena mengandung zat -zat yang terdapat di udara seperti NH 3, CO 2 agresif, ataupun SO 2. Dari segi kuantitas, hujan, air hujan tidak tergantung mencukupi pada jika besar kecilnya untuk
sehingga
digunakan
persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan juga tidak secara kontinu dapat diperoleh karena sangat tergantung pada musim.
2. Air Permukaan Air permukaan yang biasa digunakan sebagai air baku adalah air waduk, sungai, dan danau. sumber Pada
umumnya, air permukaan telah terkontaminasi zat -zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.
Kuantitas dan kontinuitas air pe rmukaan sebagai sumber air baku cukup stabil.
3. Air Tanah Air tanah mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan -lapisan tanah, serta bebas dari polutan. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah tercemar oleh zat -zat yang mengganggu kesehatan, seperti Fe, Mn, kesadahan, dan sebagainya. Berdasarkan kedalamannya, dangkal dan air air tanah tanah dibedakan dalam. menjadi Air air tanah dangkal
tanah
kualitasnya lebih rendah daripada air tanah dalam. Secara kuantitas, bersih. tanah air tanah dari dapat mencukupi kebutuhan pengambilan yang air air
Tetapi harus
segi
kontinuitas,
dibatasi,
karena
pengambilan
terus
menerus dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan intrusi air laut.
4. Mata Air Dari belum segi kualitas, oleh mata air sangat pencemar. baik karena
terkontaminasi
zat -zat
Pencemaran
biasanya terjadi di lokasi mata air itu muncul. Dari segi kuantitas dan kontinuitas, mata air kurang bisa
4.3.1.1. Umum
Pengertian pengolahan air adalah suatu usaha mengurangi konsentrasi masing-masing polutan dalam air, sehingga aman untuk digunakan sesuai dengan keperluannya. Proses pengolahan air pada hakekatnya dilaksanakan berdasarkan sifat -sifat
perubahan kualitas yang biasanya berlangsung secara alamiah, oleh karena itu mekanisme proses tersebut dapat berlangsung secara fisik, kimia, dan biologi.
Secara garis besar satuan operasi dalam proses pengolahan air yang biasa dipergunakan adalah :
Pemilihan dipengaruhi
unit
operasi
yang
faktor
seperti
karakteristik air, variasi debit air, kualitas hasil olahan yang diinginkan, pertimbangan kemudahan dalam operasi dan
pemeliharaan yang berkaitan dengan ketersediaan teknologi dan tenaga terampil serta aspek ekonomis menyangkut biaya yang harus disediakan untuk pembangunan instalasi serta biaya
CAU N O G LA T V LV A E P IN LA SD ETT N E IM N A IO
Prasedimentasi: digunakan air deras, menyisihkan tinggi, baku jika sumber Air baku Lumpur diambil Klorin secara periodik Ammonia dapat ditambah kan untuk mengoksidasi zat organik atau menahan oksidasi dibuang dengan diratakan atas tanah cara di dan
bahan
biologinya. Lumpur Koagulasi, Flokulasi, berfungsi kekeruhan meng dan juga Sedimentasi: menyisih dengan kan cara koloid kannya, untuk Polimer Alum diambil secara kontinyu &
warna oleh
yang Klorin
di
molekul
Filtrasi: berfungsi menyisihkan yang desinfektan ditambahkan mencegah kekeruhan tersisa, dapat untuk pertumbuhan Air pencucian lumpur telah didewatering dibuang bersama dengan lumpur Adsorpsi: diperlukan mengandung terlarut, jika zat berupa air Klorin dari proses & yang
sebelumnya.
bakteri
patogen.
Klorin ditambahkan dalam jumlah yang cukup untuk mendapatkan yang cukup sisa di klorin dalam Ke sistem
distribusi
sistem distribusi.
Gambar 4.2.
Permukaan yang Keruh dan Mengandung Zat Organik (Sumber: Environmental Engineering,1985 )
4.3.1.2. Intake
merupakan baku
suatu
konstruksi
yang
dibangun air
di yang
untuk
mengambil
sejumlah
direncanakan.
Faktor-faktor
yang
harus
diperhatikan
dalam
peletakan intake adalah ketinggian tanah berhubungan dengan sistem pengaliran air baku, sedekat m ungkin dengan daerah pelayanan, dibangun pada tempat yang aman, arus aliran tidak terlalu besar, dan pada daerah sungai yang landai dan lurus; tanah di sekitar debit intake di masa harus stabil, mempertimbangkan inlet harus
peningkatan
mendatang,
posisi
benar-benar tepat dimana titik penyadapan dapat optimum; jauh dari sumber kontaminan, dan dilengkapi dengan screening.
Adapun intake untuk menyadap air baku yang berasal dari sungai biasa disebut r iver intake. Tipe ini biasanya
dilengkapi dengan screen dan bak penampung dengan pintu air. River intake dapat diterapkan pada sungai relatif dangkal
Screen
Valve
Po Pipa Intake
Bak Pengumpul
Biasanya
pada
intake
dilengkapi
dengan
bangunan
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air dari intake untuk diolah oleh unit pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan pompa intake dan pengukur debit.
Kriteria desain bak pengumpul dalam JWWA (1978): Kedalaman (H) Waktu detensi (td) : 3 5 m : 1,5 menit
Peralatan penunjang pada bak pengu mpul : 1. Pompa air baku Pompa ini digunakan untuk mengalirkan air baku dari bak pengumpul menuju ke unit pengolahan berikutnya.
Tot
2 3 > 4
Design
Criteria
for
Waterworks
Facilities, 1978
Kriteria desain: Kecepatan hisap (v) Jumlah pipa hisap tiap pompa Jarak ujung pipa hisap dengan : 1,5 3 m/dtk : 1 buah elevasi muka air
Jarak ujung pipa hisap dengan dasar bak (0,8 0,5) x diameter pipa Jarak pipa hisap dengan dinding bak 1,5 x diameter pipa Jarak pipa hisap dengan pipa hisap lain (untuk pipa hisap > 1) 3 x diameter pipa
4.3.1.4. Koagulasi
Beberapa ukuran partikel yang ada di permukaan memiliki kecepatan pengendapan yang berbeda. Padatan terlarut yang
sangat kecil tidak dapat dihilangkan pada proses sedimentasi secara efisien, karena di bawah kondisi normal pemisahan m
tidak dapat terjadi. Partikel yang berbentuk koloid mempunyai bagian tertentu yang menyebabkan tidak dapat bergabung
(Peavy,1985).
Pada
proses
koagulasi,
zat
kimia
koagulan
dicampur
dengan air baku selama beberapa saat hingga merata di suatu reaktor koagulator. Setelah pencampuran ini akan terjadi
destabilisasi dari koloid zat padat yang ada di air baku. Keadaan ini menyebabkan koloid -koloid mengalami saling tarik
menarik
dan
menggumpal
menjadi
ukuran
yang
lebih
besar.
Proses koagulasi ini dilaksanakan dalam satu tahap dan dalam waktu yang relatif cepat, juga yaitu disebut kurang dari satu menit, ce pat
sehingga
koagulator
sebagai
pengaduk
(Darmasetiawan, 2001).
Proses koagulasi dapat menurunkan kekeruhan, warna, bau, rasa, dan bakteri yang ada di dalam air baku. Hal -hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sistem koagulasi adalah jenis dan jumlah koagulan yang digunakan, kondisi lok al,
karakteristik air baku, jenis alat penyemprot bahan kimia, headloss yang mungkin terjadi di bak koagulasi, variasi laju aliran, dan biaya (Kawamura, 1991). Pengadukan cepat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Mechanical Mixing Sistem ini efektif memp unyai headloss yang kecil dan tidak dipengaruhi oleh volume atau debit yang bervariasi. Contoh mechanical mixing adalah paddle, turbin,
propeller, impeller, in-line blenders, dan jet injection blending. Kriteria desain menurut Reynolds (1982): Waktu detensi (td) Gradien kecepatan (G) : 20 60 dtk : 700 1000 1/dtk
Kedalaman bak (H) Diameter impeler (D) Jarak impeler dari dasar Jumlah putaran (N) Menurut Darmasetiawan
: 1 1,25 x lebar bak : 30 50% diameter bak : 1 x diameter : 10 150 rpm (2001) , untuk air berwarna
waktu detensi dan gradien kecepatannya adalah: Waktu detensi (td) Gradien kecepatan (G) : 60 dtk : 1000 1/dtk
2. Hydraulic Mixing Kelebihan dengan menggunakan sistem ini adalah tidak menggunakan perawatannya peralatan lebih mekanis dalam pengoperasian lebih dan
mudah,
biaya
relatif
murah.
Contoh hydraulic mixing adalah hydraulic jumps dan baffle channel (Anonim, 2000).
Kriteria Desain (Darmasetiawan, 2001) Gradien kecepatan (G) : Waktu detensi (td) tinggi) G x td : 20.000 30.000 : 400-1000 /dt 60 detik (untuk kekeruhan
Bahan kimia koagulan dapat dibagi menjadi : 1. Koagulan garam logam terdiri dari Feri Aluminium chloride sulfat (FeCl 3), atau Fero tawas chloride
(FeCl 2), dan Feri sulphate (Fe2(SO4)3). Koagulan yang umum dipakai adalah aluminium sulfat. 2. Koagulan polimer kationik
merupakan koagulan sintetis yang terdiri dari Poly Aluminium Koagulan Chloride yang umum (PAC), dipakai Chitosan, adalah dan Curie flock.
PAC
yang
merupakan
polimerisasi dari Aluminium chloride. Polimer ini umumnya dipakai karena sifat kekeruhannya di dalam air dan
tingkat pembentukan floknya ya ng lebih baik. Polimer ini sering juga dipakai sebagai coagulant aid atau zat kimia tambahan untuk memperbaiki kondisi koagulasi.
Perbedaan tingkat
dari
kedua di
jenis
koagulan
ini
adalah garam
pada logam
hidrolisa
dalam
air.
Koagulan
mengalami hidrolisa sedangkan koagulan polimer tidak. Apabila pengadukan terlambat maka koagulan garam logam akan terbuang karena akan bereaksi terhadap air, selain itu pembubuhan dan pH harus merata. Sebaliknya pada pemakaian polimer kationik sebagai koagulan, pengadukan sek etika tidak penting karena reaksi hidrolisis tidak terjadi. Proses absorbsi koloid lebih lambat 2001). Dosis koagulan yang diperlukan untuk pengolahan air karena ukuran koagulan lebih besar ( Darmasetiawan,
tergantung dari jenis koagulan, kekeruhan air, wa rna, pH, temperatur, dan waktu pencampuran. Penentuan dosis optimum koagulan secara eksperimental dengan jar test. Jar test harus dilaksanakan pada setiap air yang dikoagulasi dan harus
4.3.1.5.
Flokulasi
Flokulasi menggabungkan
merupakan
pengadukan padat
lambat yang
untuk telah
partikel -partikel
terdestabilisasi menjadi flok -flok yang dapat diendapkan pada unit pengolahan berikutnya dengan cepat. (Reynolds, 1982). Waktu detensi (td) pad a flokulasi dicari dengan membandingkan volume unit (V) dan debit yang masuk (Q). Sedangkan kecepatan (v) dalam bak adalah muka air (m).
Flokulasi
dapat
dilakukan
dengan
cara
pengadukan
hidrolis, mekanik, dan pneumatik. 1. Flokulasi Hidrolis Pengadukan dengan cara hidrolis dilakukan dengan :
yaitu
pengadukan yang
dengan dari
berasal
pada
saluran
lurus
turbulensi
Buffle channel vertical melingkar (cyclone) yaitu pengadukan yang dikembangkan dari jenis aliran vertikal kompartemen dimana pengadukan bundar dilakukan atau bersegi dalam banyak
berbentuk
(enam = hexagonal) dengan memanfaatkan energi dari beda tinggi antar ruang dan air yang berputar dalam kompartemen flok. yang akan dapat di membantu proses dilakukan pembentukan mengatur arah
Putaran air
dengan
keluaran melingkar.
dasar
kompartemen
dengan
Pengadukan melalui plat berlubang Pengadukan dengan pulsator yaitu pengadukan flok yang mengakumulasikan dasar bak dan
memperbesar dengan
pada
bagian
cara air
dikejut baku
secara secara
berkala di
mengalirkan
tiba -tiba
sehingga flok-flok kecil tertumbuk satu sama lain dan menghasilkan flok yang lebih besar.
2. Flokulasi Mekanik Sistem ini efektif mempunyai headloss yang kecil dan tidak dipengaruhi oleh volume atau debit yang bervariasi. Contoh Flokulasi Mekanis adalah paddle menerus, turbin,
propeller, impeller, in-line blenders, dan jet injection blending. Kriteria desain menurut Kawamura (1991): Waktu detensi (td) Tahap Flokulasi Gradien kecepatan (G) Kedalaman bak (H) Diameter Blade (D) Jarak impeler dari dasar Jumlah putaran (N) : 30 40 Menit : 3 6 Stages
3. Flokulasi Pneumatik Sedangkan udara dengan pengadukan melepaskan secara udara di pneumatik dasar menggunakan pengaduk,
bak
sehingga saat udara melewati air baku, udara melakukan pengadukan. Pengadukan dengan cara ini di Indonesia belum ada kecuali pada skala laboratorium.
ngan
nit
mura (199 1)
etiwan (2001)
1 70 m 40
1070 2030
35-
10-100 10-20
15-
104-10 5
10 4m 105 3-5
10 4 -105
4.3.1.6.
Sedimentasi
Proses sedimentasi didesain untuk memisahkan sejumlah padatan yang mudah mengendap dengan pengendapan secara unit
gravitasi,
dengan
demikian
memaksimalkan
downstream
Efisiensi bak juga tidak terlepas dari kedalaman bak dan waktu detensi, meskipun kedalaman yang rendah secara teoritis menguntungkan pengendapan partikel. Waktu detensi
mempengaruhi efisiensi bak karena partikel flokulan menjadi besar dan berat akibat penc ampuran dan selanjutnya mengendap
lebih cepat (Kawamura, 1991). Pada bak sedimentasi dikenal beberapa zone, yaitu : 1. Zone Inlet Air yang masuk ke bak pengendap dengan tidak merata dapat menimbulkan turbulensi sehingga dapat meruntuhkan bentuk flok yang telah terbentuk umum di aliran flokulator. harus Untuk
melindunginya
secara
mempunyai
kecepatan aliran yang tidak lebih dari 0,3 m/dtk. Inlet yang dapat dibuat tersebut untuk salah memperoleh satunya berupa kondisi pipa yang
diinginkan
lateral
yang berlubang dengan arah ke bawah, sehingga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang pengendapan.
2. Zone Pengendapan Pada zone ini flok yang sudah terbentuk diharapkan dapat mengendap secara gravitasi. Menurut Kawamura (1991),
proses sedimentasi tergantu ng pada kecepatan pengendapan partikel oleh karena itu kecepatan pengendapan partikel yang akan diendapkan harus diketahui. Untuk mengetahuinya dilakukan pengujian di laboratorium. Jika pengujian
tersebut tidak dapat dilakukan, data partikel/flok dari Hazen (1904) dapat digunakan.
Data partikel/flok dari Hazen (1904) dalam Kawamura (1991): Jenis partikel Diameter partikel (d) 4 mm Kecepatan pengendapan pada suhu 10 oC (So) 0,9 mm/dtk : 0,2 : flok alum : 1
Partikel/flok yang akan diendapkan ada lah flok yang terbentuk oleh penambahan alum pada unit koagulasi.
Karena yang akan diendapkan adalah partikel flokulen maka pengendapan yang digunakan adalah pengendapan tipe II. Bak sedimentasi dapat sirkular dan berupa bak persegi panjang atau dengan paket modul untuk
dilengkap i
tube settler
Kriteria
desain
bak
sedimentasi
aliran
keatas
menurut Kawamura (1991): Waktu detensi dalam bak (td) : 1,5 4 jam : minimal 1
Rasio lebar bak terhadap panjang bak : 4 Kedalaman bak (H) Beban permukaan (Q/A) 13 m/jam) Kecepatan keatas (Vo) 1,7 m/min) : : :
Sedangkan
kriteria
desain
bak
sedimentasi
yang
dilengkapi dengan settler menurut Kawamura (1991): Waktu detensi dalam bak (td) : 0,5 1 jam
3,6 4,5 m
Kecepatan maksimum pada settler (v t) Waktu detensi pada settler (td t) Jarak settler (w) Tinggi settler (h) Kemiringan settler ( ) Bilangan Reynolds (Re) Bilangan Froude (Fr) : : : : : :
0,15 m/menit
3. Zone Outlet Outlet harus dirancang sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari bak pengendapan dapat ditampung secara merata dan tidak mengganggu aliran dalam bidang
memanjang, berlubang.
pelimpah
berbentuk
(V-notch),
dan
pipa
Kriteria desain: Kecepatan pada saluran pelimpah Beban pelimpah (q) : 0,5 1 m/dtk
(Kawamura, 1991)
4. Zone Lumpur Partikel/flok-flok yang mengendap ditampung di dalam ruang lumpur yang dapat dikuras lumpurnya secara berkala dengan periode waktu tertentu. Banyaknya lumpur yang
(kekeruhan x R)] x Q R adalah rasio zat padat (mg/l) terhadap kekeruhan (NTU) yang besarnya 1 -2. (Kawamura, 1991)
4.3.1.7.
Filtrasi
Partikel
terlarut
dan
koloid
dalam
air
tidak
dapat
dipisahkan dengan mudah oleh proses sedimentasi. Air yang mengandung bahan terlarut dan koloid dapat dibersihka n dengan filtrasi, yaitu proses yang mengalirkan air melalui saringan pasir atau kombinasi dari material keras. Bakteri sangat
efektif dipisahkan dengan filtrasi. Filtrasi juga membantu memisahkan warna, rasa, bau, besi, dan mangan.
Saat air yang mengandung bahan-bahan terlarut melalui saringan pasir, sejumlah bahan -bahan dipisahkan. Pemisahan dalam pori-pori pasir terjadi karena kombinasi dari proses fisik dan kimia. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemisahan adalah gerakan di permukaan saringan filter, pengendapan
dalam saringan pasir, kontak partikel flok dengan permukaan butiran pasir atau dengan flok -flok yang siap diendapkan, kekuatan adsorpsi dan elektrokinetik, aktivitas biologi yang tergantung dari bahan organik dalam air, dan struktur
saringan koloid pada media filter. Jenis -jenis filter yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
1. Slow Sand Filter Air pasir merata baku dari bak sedimentasi masuk ke saringan secara
melalui ke
inlet,
kemudian media
didistribusikan t anpa
permukaan
penyaring
menimbulkan
gangguan. Ketebalan saringan pasir 1 1,5 mm, didukung oleh lapisan gravel dengan tebal 0,3 0,5 m. Gravel
ditempatkan 5 - 6 lapisan dengan ukuran paling kecil di bagian atas. Lapisan gravel akan melindungi penetrasi
partikel pasir yang kecil ke dalam lapisan di bawahnya dan memisahkan Air partikel yang tersebut bersih dengan air yang dalam
tersaring.
telah
dikumpulkan
Karena
saringan
pasir
tidak
dapat
di backwash,
operasi filter harus dihentikan saat headloss mencapai 1 m, sehingga saringan dapat dibersihkan. Permukaan filter dibersihkan secara mekanik dengan pengerukan lapisan
pasir bagian atas setebal 0,5 2,5 cm dan diganti dengan pasir yang bersih.
Gambar 4.7. Slow Sand Filter dengan Bak Pengendap (Al-Layla, 1980)
2. Rapid Sand Filter Saringan pada rapid sand filter dibentuk berlapislapis, teringan di bagian atas dan terberat di bagian bawah. Lapisan pasir diletakkan di atas lapisan penahan, yaitu gravel. Pasir filter harus keras dan bebas dari tanah liat, debu, dan lain -lain. Sedangkan lapisan
Proses pembersihan dan pemisahan partikel koloid dan terlarut di rapid sand filter berbeda dengan slow sand filter. Backwash dilaksanakan saat kehilangan tinggi
terjadi. Pertama-tama aliran inlet ditutup dan air dalam filter dibuang sampai beberapa sentimeter di bawah
lapisan pasir teratas. Filter ditiup dengan udara untuk melepaskan dilakukan tersuspensi kotoran yang menempel kotoran pada pada pasir, kemudian endapan akan iku t
pembersihan, yang
ataupun filter
tertinggal
Bak air pencuci dan perpipaan untuk sistem backwash didesain berdasarkan 50 % ekspansi pasir. Kuantitas air
di
bak
air 10
pencuci menit.
harus Sistem
mampu
mencuci
satu
filter untuk
minimal
underdrain
digunakan
mengumpulkan air yang tersaring dan mendistribusikan air backwash kemudian melalui melewati yaitu saringan. lateral. media Air Rapid yang sand yang telah filter tersaring memiliki dapat
kelebihan,
filter
beragam,
digunakan untuk kapasitas yang diharapkan, dan mempunyai keuntungan ekonomis dalam pengoperasionalannya.
Tabel 4.3. Perbandingan Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter
Area filter
sangat luas
Ukuran pasir Koefisien keseragaman Kecepatan filtrasi Distribusi pasir Periode pencucian Metode pencucian Sumber :
0,25 0,35 mm 2 3
1-3 bulan
24-48 jam
backwash
4.3.1.8.
Desinfeksi
Desinfeksi
adalah
proses
untuk
membunuh
bakteri,
protozoa, dan virus dengan kuantitas desinfektan yang kecil dan tidak beracun bagi manusia. Apabila faktor lain tetap konstan, maka pembunuhan organisme akan sebanding dengan
Reaksi
desinfeksi
yang
terjadi
harus
dilaksanakan
di
bawah kondisi normal, termasuk suhu, aliran, kualitas air, dan waktu kontak. Hal ini akan membuat air menjadi tidak beracun, tidak berasa, lebih mudah diolah, ekonomis, serta akan meninggalkan residu yang tetap untuk jangka waktu yang aman, sehingga kontaminan dapat dihilangkan ( Al-Layla, 1980).
Jenis-jenis desinfeksi adalah sebagai berikut : 1. Desinfeksi secara fisik Pemanasan air selama 15 20 menit dapat membunuh bibit penyakit yang disebabkan oleh organisme ( Al-Layla, 1980). Penggunaan sinar matahari sebagai desinfektan
alami lebih kuat, bersih, dan tidak menyebabkan hasil sampingan. Tetapi jika air keruh, penetrasi sinar UV ke dalam air akan berjalan terjadi relatif lambat dan tidak memberikan Biaya yang
manfaat digunakan
apabila juga
rekontaminasi. sehingga
mahal,
penggunaannya
2. Desinfeksi secara kimia Dilakukan dengan mencampurkan bahan kimia ke dalam air dan membiarkan dalam waktu yang cukup untuk kontak dengan bakteri. Kelompok halogen kimia (iodine, bromine, dan chlorine) merupakan desinfektan yang efektif. Agen oksidator seperti ozon juga dapat digunakan sebagai
desinfektan (Al-Layla, 1980). a. Iodin Penggunaan iodin lebih mahal dibandingkan dengan klor, meskipun dapat digunakan untuk keadaan darurat. Penggunaan jangka panjang dapat berpengaruh buruk
terhadap kesehatan. b. Brom Brom tidak stabil dan tidak umum digunakan pada sistem penyediaan air minum karena mahal dan uap brom berbahaya bila terhirup. c. Ozon Ozon merupakan zat yang memiliki daya oksidasi tinggi, tetapi tidak stabil dan tidak meninggalkan sisa
desinfektan selama air berada dalam sistem, sehingga sulit untuk mengontrol dosis ozon yang digunakan.
Selain itu membutuhkan biaya investasi serta opera si yang relatif besar.
d. Klor dan Senyawa Klor Gas klor (klorin)/Cl 2 dan senyawa klor seperti Kalsium hipoklorit (kaporit)/Ca(OCl) 2 berupa bubuk dan Sodium hipoklorit/NaOCl berupa cairan, adalah desinfektan
yang biasa digunakan pada pengolahan air minum kar ena murah dan sangat fleksibel.
Metode klorinasi dapat dibagi menjadi : 1. Preklorinasi Klorin ditambahkan secara langsung ke air baku, sehingga akan meminimalkan kemungkinan bakteri lolos melalui
bidang filter. Preklorinasi dapat memperbaiki koagulasi, menurunkan teroksidasi rasa serta bau oleh bahan dan organik yang
(Al-Layla,
1980),
mempertahankan
kandungan sisa klor sebesar 0,2 0,4 mg/l pada seluruh unit pengolahan air ( Anonim, 2003). 2. Break Point Chlorination (BPC) BPC adalah kebutuhan klor dengan waktu kontak yang pasti untuk mendapatkan sisa klor yang tersedia cukup efektif untuk desinfeksi. BPC digunakan untuk air berkualitas
amonium akan teroksidasi secara sempurna, bakteri patogen akan mati secara sempurna, dan pertumbuhan lumut dapat dicegah.
klorinasi sedapat mungkin dihindari, karena pembentukan senyawa organik terklorinasi seperti haloform dan biaya bahan kimia mahal. 4. Post Chlorination Adalah diolah, yang langkah terakhir untuk desinfeksi setelah sisa air klor
bertujuan
mempertahankan
yang
mempengaruhi
desinfeksi
(Anonim,
1. Konsentrasi (C) dan waktu kontak (t) Bila konsentrasi dikurangi, maka waktu kontak antara klor dengan organisme harus diperpanjang untuk meyakinkan
pemusnahan sama, dan sebaliknya. 2. Suhu Klorinasi efektif pada suhu yang lebih tinggi. Pada suhu rendah, daya bunuh cenderung lebih rendah, meskipun klor lebih stabil berada dalam air dingin. 3. pH pH air mempengaruhi proses desinfeksi klor, karena pH menentukan rasio HOCl terhadap OCl -. Jika pH air
dinaikkan untuk mengontr ol korosi, dosis klor juga harus dinaikkan untuk mempertahankan kadar yang efektif.
4. Zat-zat dalam air Adanya organik dan kekeruhan amonia dan dapat zat -zat lain seperti kontak zat dan
menghalangi
Adanya
produk
samping
Trihalomethanes
(THMs)
yang
bersifat karsinogenik dan berasal dari senyawa haloform harus dihindari. Kriteria Desain Dosis Jumlah tank : 1 5 mg/l (rata-rata 2,5 mg/l) : minimal 1, 2 standby : 0,3 0,5 mg/l
: minimal 30 menit
4.1.
SISTEM TRANSMISI
Sistem transmisi merupakan sistem pengangkutan air dari bangunan pengambilan air baku penghubungan antara sistem ke komunitas sehingga mejadi pengumpulan dengan sistem
distribusi. Saluran air baku dipasa ng di antara pengumpul air baku dan instalasi penjernihan untuk mengangkut air walaupun air baku tersebut tidak perlu diolah, karena klorinasi
merupakan salah satu fasilitas penjernihan yang selalu ada. Sebaliknya penjernihan saluran dan transmisi dipasang di antara insta lasi air
reservoir
distribusi
untuk
mengangkut
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah : 1. Tipe pengaliran jaringan pipa transmisi yang meliputi
sistem perpompaan, sistem gravitasi, dan sis tem gabungan perpompaan pada dan gravitasi. letak Sistem dari perpompaan bangunan diterapkan lebih sistem
kondisi dari
dimana
intake
rendah
bangunan
pengolahan.
Sebaliknya
gravitasi diterapkan pada kondisi dimana letak bangunan penangkap air relatif lebih tinggi atau sama dengan
bangunan pengolahan air. Sistem gabungan diterapkan pada kondisi topografi bangunan intake ke bangunan pengolahan yang naik turun. 2. Menentukan tempat bak pelepas tekan. Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga
tidak akan merusakkan sistem perpipaan yang ada. Bak ini dibuat di tempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada stasiun penguat ( booster pump) sepanjang jalur pipa transmisi. 3. Menghitung panjang dan diameter pipa. Panjang pipa
dihitung berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air ke bangunan pengolahan, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit hari maksimum. 4. Jalur pipa sebaiknya ditempatkan pada tanah yang tidak bermasalah atau berpotensi menimbulkan masalah, lebih
bagus mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak memerlukan banyak perlengkapan.
4.2.
SISTEM DISTRIBUSI
Sistem berhubungan
distribusi dengan
adalah yang
sistem
yang
konsumen,
mempunyai
fungsi
daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, fire hydrant, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi ( AWWA, 1986).
Dua
hal
penting
yang
harus
pada
sistem dan
distribusi
adalah
tersedianya
jumlah
cukup
tekanan yang
Distribusi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi secara gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat digunakan
untuk menyuplai air ke konsumen dengan tekanan yang mencukupi (Peavy, 1985).
a. Cara Gravitasi : Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang
karena
hanya
memanfaatkan
beda
ketinggian
Reservoir
WTP
City
meningkatkan
reservoir jika
distribusi daerah
ini
digunakan
pelaya nan
merupakan daerah yang datar, dan tidak ada daerah yang berbukit.
Total energy
UCD
WTP
Pump
c.
Cara Gabungan : Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode
pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi periode disimpan kebakaran, pemakaian dalam atau tidak adanya air energi. Selama dan
rendah,
sisa
dipompakan Karena
reservoir
distribusi.
reservoir
distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata -rata.
Total ene gy
Pump
ity
W P Qo
Jaringan
distribusi
adalah
rangkaian
pipa
yang
berhubungan dan digunakan untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan oleh kondisi topografi
daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan (Husain, 1981) biasanya diklasifikasikan sebagai :
1. Sistem pohon atau cabang, Sistem ini sederhana, pipa cabang mengambil air dari pipa induk. Cocok untuk daerah yang sedang berkembang. Pipa dapat ditambahkan bila diperlukan (pengembangan
kota). Saat terjadi kerusakan , air tidak tersedia untuk sementara waktu.
2. Sistem gridiron,
Rese voi
Pipa induk dan pipa cabang terletak membentuk bujur sangkar, dan pipa-pipa saling dihubungkan di titik
pertemuan. Air tersedia dari semua arah. 3. Sistem loop atau melingkar, Pipa induk terletak mengelilingi daerah layanan, dan pipa cabang saling dihubungkan satu sama lain. Saat
Hampir tak ada sistem distribusi yang menggunakan tata letak tunggal, umumnya merupakan gabungan dari ketiganya
(Babbit, 1977).
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas
aliran terpenuhi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam desain distribusi : 1. Peta distribusi dan beban, batas berupa peta Juga tata guna lahan, dari
kepadatan
wilayah.
pertimbangan
kebutuhan/beban (area pelayanan). 2. Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Juga titik sentral pelayanan (junction points). 3. Kerangka feeders, baik pipa induk primer maupun pipa
berdasarkan debit puncak. 5. Dimensioneering diketahui, dan atau pendimensian. aliran Dengan besar debit dapat
kecepatan
yang
diijinkan,
ditentukan diameter pipa yang diperlukan. 6. Kontrol prinsip tekanan dalam aliran energi. distribusi, Kontrol menggunakan analisa
kesetimbangan
atau
tekanan
ini
dapat
dilakukan
dengan
beberapa
metode,
disesuaikan dengan rangka distribusi. 7. Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan distribusi (Gambar alat bantu). 8. Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian distribusi, peta kerangka, peta sistem induk lengkap, Gambar detail sistem mikro.
a)
Reservoir Distribusi
Reservoir
merupakan
salah
satu
komponen
yang
penting
dalam sistem distribusi, dan bertambah penting seiring dengan perkembangan penduduk, perluasan akibat peningkatan kebutuhan daerah pelayanan dan juga air. Reservoir distribusi
merupakan penampung air yang siap didistribusikan, dan tidak termasuk penampung air yang belum diolah ( AWWA, 1986).
Reservoir
digunakan
dalam
sistem
distribusi
untuk
menyeimbangkan debit pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi reservoir daerah keadaan harus darurat. Untuk sedekat besar, lokasi optimasi mungkin penggunaan, dengan pusat
diletakkan Di kota
layanan. pada
reservoir dalam
distribusi layanan.
ditempatkan
beberapa
d aerah
Reservoir distribusi juga digunakan untuk mengurangi variasi tekanan dalam sistem distribusi ( Fair, 1986).
Husain
(1981)
menjelaskan
bahwa
kapasitas
reservoir
ditentukan oleh : 1. Komponen penentu kapasitas reservoir, yaitu : besar cadangan air untuk kestabilan (kondisi maksimum dan minimum) besarnya cadangan air untuk kebakaran besarnya cadangan air untuk keadaan darurat 2. Variasi dari sistem pengaliran 3. Waktu pemompaan Reservoir sehingga disediakan debit distribusi pemompaan direncanakan yang relatif debit sedemikian konstan rupa dapat yang
untuk
mengatasi
pemakaian
berfluktuasi pada sistem distribusi. Atau menjaga agar instalasi pengolahan air dapat beroperasi dengan debit yang konstan untuk melayani debit pemakaian yang
bervariasi.
b) Perpipaan Distribusi
Ada beberapa metoda analisis jaringan pipa distribusi salah satunya dengan menggunakan program EPANET yang
Metoda ini dikembangkan oleh Hardy Cross (1982), dengan memisalkan aliran-aliran di seluruh jaringan distribusi dan kemudian menyeimbangkan penurunan -penurunan tekanan (head)
yang dihitung.
sederhana yang diperlihatkan Gambar berikut untuk aliran yang tepat di setiap untaian adalah h ABC = hADC
Q0 A B
C Q0
Gambar 4.14.
Contoh Pipa Rangkaian Sederhana 1. Pada setiap titik pertemuan, kuantitas total air yang masuk sama dengan penjumlahan aljabar ke luar. 2. Pada setiap looping, penjumlahan aljabar head loss
Rumus
umum
aliran
yang
digunakan
ditulis
dalam
bentuk (Giles, 1986) : h = kQ 2 ............................... ..(1) Dimana ; h Q = k = = kehilangan tekanan pipa (m) debit aliran (m 3/dt) konstanta
setiap titik dari suatu jaringan dapat dinyatakan sebagai berikut : Q = Q 0 + dQ ................................ ....... (2) Dimana dQ adalah koreksi yang dikenakan pada Q0. Maka dengan menggunakan teorema binomial, kQ 1.85 = k (Q 0+dQ) 1.85 = k(Q 01.85+1.85Q o.85dQ+..) ..... (3) Suku-suku setelah suku yang kedua dapat dihilangkan karena dQ sangat kecil dibandingkan dengan Qo. Untuk rangkaian diatas, dengan memasukkan persamaan (3) diperoleh : k(Qo 1.85 +1.85Qo 0.85dQ) - k(Qo 1.85+1.85Q o.85dQ) = 0 k(Qo 1.85 - Qo1.85) + 1.85 k (Qo 0.85- Qo 0.85)dQ = 0
Penyelesaian untuk dQ : dQ = -k (Qo 1.85 - Qo 1.85)/1.85k(Qo o.85 Qo 0.85) ...... (4) Umumnya untuk rangkaian yang lebih rumit : dQ = - 7 kQo1.85 / 1.85 7 kQo0.85 ................ (5) Tetapi kQo1.85 = h, dan kQo0.85 = h/Qo, sehingga
untuk setiap rangkaian dari s uatu diperoleh : dQ = - 7h/1.85 7 (h/Qo) .......................... (6)
Prosedur
analisa
(1982) dapat diperlihatkan sebagai berikut: 1. Asumsikan arahnya. 2. Hitung head loss pada setiap pipa dengan rumus at au seluruh aliran distribusi, baik besar dan
nomogram. 3. Dengan memperhatikan tanda, hitung total head loss setiap loop/sirkuit, 7h = 7 kQo1.85 4. Hitung tanpa memperhatikan tanda, untuk setiap sirkuit yang sama, penjumlahan = 1.85 kQo 0.85. 5. Head loss (kehilangan tekanan) masing -masing sirkuit
Penggunaan persamaan (7) harus teliti, sehubungan dengan tanda pembilangnya. Tanda minus ( -) ditujukan bagi semua
kondisi yang berlawanan dengan arah jarum jam dalam sebuah rangkaian, menghindari yaitu aliran Q dan head loss tanda ini h. Sehingga untuk
kesalahan,
notasi
harus
diselidiki
waktu mengerjakan suatu penyelesaian, di lain pihak penyebut dari (7) selalu positif (+).
Untuk menghitung kehilangan tekanan digunakan formula Darcy Weisbach dan White Colebr ook (Giles, 1986) :
Darcy Weisbach
: H
L V2 .............. (7) D 2g
Dimana
H = Kehilangan tekanan (m kolom air) f = Koefisiensi gesekan L = Panjang pipa (m) D = Diameter pipa (m) G = Gaya gravitasi (m/dt2) Koefisien gesekan (f) dihitung dengan formula
White Colebrook :
1 ! 2 log 0,4 Re f
Re !
Dengan
demikian
nilai
dari
setiap
pipa
harus
dicantumkan dalam data input. Program ini menggunakan loop generator membentuk yang loop secara dan otomatis mana menentukan yang pipa mana yang Dalam
pipa
berupa
cabang.
menghitung persamaan-persamaan loop, program ini menggunakan metoda iterasi HARDY CROSS.
Untuk setiap pipa, parameter -parameter berikut ini harus diperoleh dan ditentukan : nomor pipa simpul awal dari pipa simpul akhir dari pipa panjang pipa (m) diameter dalam pipa (m) kekasaran dinding pipa (mm)
4.3.
Analisa didalam
tinjauan
terhadap
mekanikal air
dan
elektrikal sangat
perencanaan
sistem
penyediaan
bersih
diperlukan terutama berkaitan dengan kebutuhan catu daya atas penggunaan beberapa peralata n air bersih seperti pompa,
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat desain sistem mekanikal elektrikal untuk keperluan
perencanaan sarana air bersih yaitu : 1. Ada tidaknya sambungan listrik PLN dilokasi perencanaan, bila tidak ada maka harus direncanakan penyambungan baru atau menggunakan generator. 2. Jarak dari lokasi peralatan ME ke sumber daya.
3. Untuk desain pompa disamping berdasarkan kapasitas dan head juga spesifikasi bahan, kebutuhan daya dan juga