You are on page 1of 50

BAB I

PENYEARAH DIODA 1 FASA


1.1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA
Sebuah penyearah merupakan rangkaian yang mengkonversikan sinyal AC menjadi
sinyal satu arah. Diode banyak digunakan pada penyearah. Penyearah setengah
gelombang satu fasa merupakan jenis yang sederhana tetapi tidak biasa digunakan
pada aplikasi industri. Namun demikian, penyearah ini berguna untuk memahami
prinsip dari operasi penyearah. Diagram rangkaian dengan beban resistif ditunjukkan
pada Gamhar 1.2a. Selama tegangan masukan memiliki siklus setengah positif, diode
D1 berkonduksi dan tegangan masukan muncul melalui beban. Selama tegangan
masukan memiliki siklus setengah negatif, diode pada kondisi tertahan (blocking
condition) dan tegangan keluarannya nol. Bentuk gelombang untuk tegangan masukan
dan keluaran.
PARAMETER UNJUK KINERJA
Meskipun tegangan masukan adalah DC. bentuknya tidak kontinyu dan mengandung
harmonisa. Penyearah merupakan prosesor daya yang memberikan tegangan keluaran
dc dengan yang mengandung jumlah harmonis yang minimum. Pada saat yang sama,
terkadang penyearah ini memiliki arus masukan sinusoidal yang sefasa dengan
tegangan masukan sehingga faktor dayanya mendekati satu. Kualitas pemrosesan
daya penyearah memerlukan arus masukan, tegangan keluaran, dan arus keluaran
dengan kandungan harmonis yang pasti. Kita dapat menggunakan ekspansi deret
Fourier untuk menentukan besarnya harmonis yang ada pada arus dan tegangan. Ada
beberapa macam jenis rangkaian penyearah dan kinerja biasanya dihitung dengan
parameter-parameter sebagai berikut:
Nilai rata-rata tegangan keluaran (beban). V
dc
Nilai rata-rata arus keluaran (beban), I
dc

Keluaran daya dc.
P
dc
= V
dc
I
dc

Nilai rms tegangan keluaran, V
rms

Nilai rms arus keluaran, I
rms

Keluaran daya ac.
1
P
ac
= V
rms
I
rms

Efisiensi (rectification ratio) sebuah penyearah, yang merupakan contoh untuk
membandingkan efisiensi, yang didefinisikan sebagai :
=
ac
dc
P
P
Tegangan keluaran dapat dikatakan sebagai gabungan dua buah komponen: (1) nilai
dc, dan (2) komponen ac atau ripple.
Nilai efektif (rms) komponen ac tegangan keluaran adalah
V
ac
=
2 2
dc rms
V V
Faktor Bentuk (form factor) yang mengukur bentuk tegangan keluaran adalah
FF =
dc
rms
V
V
Faktor ripple (ripple factor) yang mengukur kandungan ripple, didefinisikan
sebagai :
RF =
dc
ac
V
V
Dengan mensubtitusi Persamaan (3-45) ke dalam Persamaan (3-47) maka faktor
ripple dapat dinyatakan sebagai (3-48)
RF = 1 1
2
2

,
`

.
|
FF
V
V
ac
rms
Faktor kegunaan trafo (transformer utilization factor) didefinisikan
TUF =
s s
dc
I V
P
Gambar 1-1. Bentuk gelombang tegangan dan arus masukan
2
dengan Vr dan I
s
adalah tegangan rms dan arus rms trafo sekunder. Sekarang marl
kita perhatikan bentuk gelombang pada Gambar 1, dengan s adalah tegangan
masukan sinusoidal, I
s
arus masukan instantaneous, dan adalah komponen
fundamentalnya
Jika 4 adalah sudut yang dibentuk antara komponen fundamental arus dan
tegangan masukan, dan sudut disebut displacement angle, maka faktor
displacement didefinisikan
D
F
= cos
Faktor harmonis (harmonic factor) arus masukan didefinisikan
HF =
( )
2
1
2
1
2
1
2 2
1 cos
]
]
]
]

,
`

.
|

s
s
s
s s
I
I
I
I I

dengan I
s1
adalah komponen fundamental arus masukan I
s
. Kedua I
s1
dan I
s
dinyatakan dalam rms. Faktor daya masukan didefinisikan
PF =
cos cos
1 1
s
s
s s
s s
I
I
I V
I V

Crest Factor CF, yang mengukur arus masukan puncak I


s
(puncak) yang
dibandingkan dengan nilai rmsnya I
s
digunakan untuk menspesifikasi rating arus
puncak komponen dan divais. CF untuk arus masukan didefinisikan oleh
CF =
( )
s
puncak s
I
I
Catatan
1. Faktor harmonis HF adalah ukuran distorsi bentuk gelombang dan biasanya
disebut total harmonic distortions (THD).
2. Bila arus masukan berupa sinusoidal murni, I
s1
= I
s
dan faktor daya PF sama
dengan faktor displacement DE Sudut displacement menjadi sudut
impedansi = tan
-1
(wL/R) untuk beban RL.
3
3. Faktor displacement DF sering disebut pula displacement power factor (DPF).
4. Penyearah ideal memiliki = 100%, V
ac
= 0, RF = 0, TUF = 1, HF = THD
= 0, dan PF = DPF = 1.
Contoh :
Penyearah seperti pada Gambar 1.2 memiliki beban resistif murni R. Tentukan (a)
efisiensi, (b) faktor bentuk, (c) faktor ripple. (d) faktor kegunaan trafo, (e)
tegangan balik puncak (PIV) diode D
1
, dan (f) CF untuk arus masukan.
Penyelesaian Tegangan keluaran rata-rata V
ac
, didefinisikan
V
ac
=
( )

dt t
T
L

1
Kita dapat melihat dari Gambar 1.2b bahwa v
L
(t) = 0 untuk T/2 t T. Maka
kita dapatkan
V
dc
=
,
`

.
|

1
2
cos sin
2 /
0
T
T
V
tdt V
T
I
m
T
m

Karena sumber mempunyai frekuensi f= 1/T dan = 2f, maka


V
dc
=
m
m
V
V
318 . 0

I
dc
=
R
V
R
V
m dc
318 . 0

Nilai root-mean-square (rms) bentuk gelombang periodik didefinisikan sebagai
V
rms
= ( )
2
1
0
2
1
]
]
]

dt t
T
T
L

Untuk tegangan sinusoidal L(t) = V


m
sin t untuk 0 t T/2, nilai rms tegangan
keluaran
V
rms
= ( )
m
m
m
V
V
dt t V
T
I
5 . 0
2
sin
2
1
2

]
]
]


Dari Persamaan (3-42), P
dc
. = (0,318 V
m
)
2
/R, dan dari Persamaan (3-43), P
ac
(0,5V
m
)
2
/R.
a. Dari Persamaan, efisiensi = (0,3181V
m
)
2
/(0.5V
m
)
2
= 40,5%
4
b. Dari Persamaan, faktor bentuk FF = 0,5V
m
/ 0.318V
m
= 1,57 atau 157%
c. Dari Persamaan, faktor ripple RF= 1 57 , 1
2
= 1,21 atau 121%
d. Tegangan rms trafo sekunder adalah
V
s
= ( )
m
m
T
m
V
V
dt t V
T
707 , 0
2
sin
1
2
1
0
2

]
]
]


Nilai rms trafo sekunder sama dengan nilai rms arusnya.
I
s
=
R
V
m
5 , 0
Rating volt-ampere (VA) trafo. VA = V
s
I
s
= 0,707V
m
x 0.5 V
m
/R.
Dari Persamaan (3.49) TUF = P
dc
/(V
s
I
s
) = 0,3182/(0,707 x 0,5) = 0,286.
e. Tegangan balik puncak PIV = V
m
,
f. I
s(peak)
= V
m
/R dan I
s
= 0.5V
m
/R. Crest factor CF arus masukan adalah CF =
I
s(peak)
/I
s
= 1/0.5 = 2.
Catatan. 1/TUF = 1/0.286 = 3,496 menyatakan bahwa trafo harus lebih besar
3,496 kali pada saat digunakan untuk mengirim daya dari tegangan sumber ac
murni. Penyearah ini memiliki faktor ripple yang tinggi 121%. efisiensi yang
rendah. 40.5% dan TUF yang buruk, 0.286. Sebagai tambahan, trafo harus
membawa arus dc, dan ini menghasilkan masalah kejenuhan pada inti trafo.
Sekarang kita perhatikan rangkaian dengan beban RL seperti pada Gambar 1.2b.
Adanya beban induktif menyebabkan periode konduksi diode D
1
bertambah
hingga melebihi 180
o
sampai arusnya menjadi nol pada t = + . Bentuk
gelombang untuk arus dan tegangan ditunjukkan pada Gambar 1.2b. Perlu dicatat
bahwa tegangan rata-rata V
L
induktor adalah nol dan tegangan keluaran rata-rata
adalah
V
DC
= ( ) [ ]

+
+

0
0
cos
2
sin
2
t
V
t td
V
m m
= ( ) [ ] t
V
m

+ cos
2
Arus beban rata-rata adalah I
dc
= V
dc
/R.
5
Dapat diketahui dari Persamaan bahwa tegangan (dan arus) rata-rata dapat
ditingkatkan dengan membuat = 0. Hal ini dimungkinkan dengan
menambahkan diode freewheeling D
m
seperti terlihat pada Gambar 1.2a yang
ditunjukkan dengan garis putus-putus. Adanya diode ini akan mencegah
munculnya tegangan negatif pada beban; sehingga energi magnetik akan
meningkat. Pada t = t
1
= /w, arus dari diode D
1
dipindahkan ke D
m
. Proses ini
discbut komutasi pada diode. Bentuk gelombangnya
ditunjukkan pada Gambar 1.2c.
Gambar 1-2 Penyearah setengah gelombang dengan beban R dan RL
. Bergantung pada konstanta waktu beban, arus beban dapat tidak
kontinyu. Arus beban i
L
menjadi tidak kontinyu bila ada beban resistif dan akan
kontinyu dengan beban induktif. Kekontinyuan arus beban akan bergantung pada
konstanta waktunya yaitu = L/R.
6
1.2 PENYEARAH GELOMBANG PENUH SATU FASA
Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan trafo tap tengah ditunjukkan pada
Gambar 2.1a. Tiap bagian trafo dengan diode yang berhubungan berfungsi
sebagai penyearah setengah gelombang. Keluaran penyearah gelombang penuh
ditunjukkan pada Gambar 2.1b. Karena tidak ada arus dc yang mengalir melalui
trafo maka tidak ada masalah saturasi dc pada inti trafo. Tegangan keluaran rata-
rata adalah
V
dc
=
m
m
T
m
V
V
ttdt V
T
6366 , 0
2
sin
2
/
0

Selain menggunakan trafo tap tengah, kits dapat menggunakan empat buah diode
seperti pada Gambar 2.2a. Selama tegangan masukan mengalami siklus setengah
positif, daya disuplai ke beban melalui diode D
1
dan D
2
. Pada saat siklus negatif,
diode D
3
dan D
4
yang konduksi. Bentuk gelombang untuk tegangan keluaran
ditunjukkan pada Gambar 2.2b yang serupa dengan Gambar 2.1b. Tegangan balik
puncak diode hanya V
m
. Rangkaian ini dikenal sebagai jembatan penyearah
(bridge rectifier), dan sangat sering digunakan pada aplikasi industri.
7
Gambar 2-1. Penyearah gelombang penuh dengan trafo tap tengah
Contoh :
Bila penyearah pada Gambar 2.1a memiliki beban resistif mumi R, tentukan (a)
efisiensi, (b) faktor bentuk, (c) faktor ripple. (d) faktor kegunaan trafo, (e)
tegangan puncak balik (P1V) diode D
1
, dan (f) CF arus masukan.
Penyelesaian dari Persamaan diperoleh tegangan keluaran adalah:
V
dc
=
m
m
V
V
6366 , 0
2

dan arus beban rata-rata adalah


8
I
dc
=
R
V
R
V
m dc
6366 , 0

Nilai rms tegangan keluaran adalah


V
rms
= ( )
m
m
T
m
V
V
dt t V
T
707 , 0
2
sin
2
2
1
/
0
2

]
]
]

I
rms
=
R
V
R
V
m rms
707 , 0

Dari Persamaan, P
dc
= (0,6366V
m
)
2
/R, dan dari Persamaan (3-43) P
ac
=
(0,707V
m
)
2
/R
(a) Dari Persamaan, efisiensi = (0,6366V
m
)
2
/(0,707V
m
)
2
= 81%.
(b) Dari Persamaan, faktor bentuk FF = 0,707V
m
/0.6366V
m
= 1,11.
(c) Dari Persamaan, faktor ripple RF = 1 11 , 1
2
= 0,482 atau 48,2%.
(d) Tegangan rms trafo sekunder V
s
= V
m
/ 2 = 0,707 V
m
,
Nilai arus rms trafo sekunder I
s
= 0.5V
m
/R. Rating volt-ampere (VA) trafo, VA =
2V
s
I
s
= 2 x 0,707V
m
x 0.5V
m
/R. Dari Persamaan:
TUF =
0,5 0,707 2
0,63662

= 0,5732 = 57,32%
(e) Tegangan balik puncak, PIV = 2 V
m
(f) I
s(puncak)
= V
m
/R dan I
s
= 0,707V
m
/R. Crest Factor (CF) arus masukan adalah CF
= I
s(puncak)
/ I
s
= 1/0,707 = 2
Catatan : Unjuk kinerja penyearah gelombang penuh sangat meningkat bila
dibandingkan sistem penyearah setengah gelombang.
9

Gambar 2-2 Jembatan penyearah gelombang penuh.
10
BAB II
PENYEARAH DIODA 3 FASA
2 .1 PENYEARAH BINTANG FASA BANYAK
Kita melihat pada Gambar 2-1 bahwa tegangan keluaran rata-rata yang dapat
diperoleh melalui penyearah gelombang penuh satu fasa adalah 0,6366V
m
dan
penyearah-penyearah digunakan pada aplikasi dengan daya di alas 15 kW. Untuk
keluaran daya yang lebih besar, banyak digunakan penyearah fasa banyak dan
tiga fasa . Tegangan keluaran menunjukkan bahwa keluaran tersebut mengandung
harmonis dan frekuensi komponen fundamentalnya adalah dua kali frekuensi
sumber (2f) Pada prakteknya, filter digunakan untuk mengurangi tingkat harmonis
pada beban; dan ukuran filter berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi
harmonis. Selain itu, penyearah fasa banyak yang memiliki keluaran daya lebih
besar, frekuensi fundamental harmonisnya juga meningkat sebesar q kali
frekuensi sumbernya (qf). Penyearah ini disebut pula penyearah bintang.
Rangkaian penyearah pada Gambar 2-1a dapat diperluas menjadi fasa banyak
dengan menambahkan kumparan fasa banyak pada trafo sekunder seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3-1a. Rangkaian ini dapat diperhitungkaa sebagai
penyearah setengah gelombang satu fasa q dan dapat digolongkan sebagai jenis
satu fasa: Diode ke-k akan konduksi selama periode pada saat tegangan fasa ke-k
lebih besar dibandingkan dengan fasa lainnya. Bentuk gelombang untuk arus dan
tegangan ditunjukkan pada Gambar 3-1b. Waktu konduksi tiap diode adalah
2 /q.
Dapat diperhatikan dari Gambar 3-1b bahwa arus yang mengalir pada kumparan
sekunder adalah unidirectional dan mengandung komponen dc. Hanya kumparan
sekunder yang membawa arus pada saat tertentu. Maka, kumparan primer harus
dihubungkan secara delta untuk menghilangkan komponen dc pada bagian
masukan trafo. Hal ini mengurangi kandungan harmonis arus line primer.
Dengan mengasumsikan bentuk gelombang kosinus dari /q ke 2 /q, tegangan
keluaran untuk penyearah fasa ke q diberikan
11
V
dc
=
( )
q
q
V t td V
q
m
q
m

sin cos
/ 2
2
/
0

V
rms
= ( )
2 / 1
/
0
cos
/ 2
2
]
]
]

t td V
q
q
m

= V
m

2 / 1
2
sin
2
1
2 2
]
]
]

,
`

.
|
+
q
q q

Bila beban adalah resistif murni, arus puncak yang melalui diode adalah I
m
=
V
m
/R dan kita dapat menentukan nilai arus rms diode (atau arus sekunder trafo)
yaitu :
I
s
= ( )
2 / 1
2
/
0
2
cos
2
2
]
]
]

t td V
q
m

= I
m

R
V
q q
rms

]
]
]

,
`

.
|
+
2 / 1
2
sin
2
1
2
1

12
Gambar 2-1 Penyearah banyak fasa
Contoh :
Penyearah bintang fasa banyak memiliki beban resistif mumi yaitu R ohm.
Tentukan (a) efisiensi, (b) faktor daya, (c) faktor ripple, (d) faktor kegunaan trafo.
(e) tegangan balik puncak (PIV) tiap diode, dan (f) arus puncak yang melalui
diode bila penyearah mengirim arus I
dc
= 30 A pada tegangan keluaran V
dc
= 140
V.
Penyelesaian Untuk penyearah fasa banyak q = 3 pada Persamaan-persamaan sbb:
(a) Dari Persamaan, V
dc
= 0.827V
m
dan I
dc
= 0,827 V
m
/R. Dari Persamaan, V
rms
=
0,84068 V
m
dan I
rms
= 0.84068V
m
/R. Dari Persamaan, P
dc
= (0.827V
m
)
2
/R. dari
Persamaan, P
ac
= (0,84068V
m
)
2
/R. dan dari Persamaan (3-44) efisiensi adalah :
=
( )
( )
2
2
8468 , 0
827 , 0
m
m
V
V
= 96,77%
(b) Dari Persamaan, faktor bentuk FF = 0,84068/0,827 = 1,0165 atau 101,65%.
(c) Dari Persamaan, faktor ripple RF = 1 1065 , 1
2
= 0,1824 = 18,245%
(d) Dari Persamaan, tegangan rms trafo sekunder, V
s
= 0.707V
m
, Dari Persamaan
arus rms untuk trafo sekunder,
I
s
= 0,4854I
m
=
R
V
m
4854 , 0
rating volt-ampere (VA) trafo untuk q = 3 adalah
VA = 3V
s
I
s
= 3 x 0,707V
m
x
R
V
m
4854 , 0
Dari Persamaan,
TUF =
4854 , 0 707 , 0 3
827 , 0
2

= 0,6643
(e) tegangan balik puncak tiap diode lama dengan nilai puncak tegangan
sekunder line ke line. Rangkaian tiga fasa dibahas ulang pada Lampiran A.
Tegangan line ke line adalah 3 kali tegangan fasa sehingga PIV = 3 V
m
,
(f) I
d
=
( )
q
I t td I
m
q
m

sin
1
cos
2
2
/
0

Untuk q = 3, I
d
= 0,2757I
m
, arus rata-rata yang melalui tiap diode adalah I
d
=
13
30/3 = 10 A dan ini memberikan arus puncak I
m
= 36,27 A.
2.2. JEMBATAN PENYEARAH TIGA FASA
Jembatan penyearah tiga fasa biasa digunakan pada aplikasi dengan menggunakan
daya tinggi seperti ditunjukkn pada Gambar 2-2a. Ini adalah penyearah
gelombang penuh, yang dapat dioperasikan dengan atau tanpa trafo dan
memberikan enam pulsa ripple pada tegangan keluaran. Diode-diode dinomori
berdasarkan urutan konduksi dan tin sudut untuk tiap konduksinya adalah 120
0
.
Urutan konduksi untuk diode adalah 12, 23, 34. 45, 56, dan 61. Pasanga diode
yang dihubungkan di antara pasangan jalur sumber memiliki jumlah tegangan line
ke line instantaneous tertinggi akan konduksi. Tegangan line ke line adalah 2
kali tegangan fasa sumber tiga fasa yang terhubung wye. Bentuk gelombang dan
waktu konduksi diode ditunjukkan pada Gambar 2-2b.
Bentuk tegangan keluaran rata-rata ditentukan dari
V
dc
=
( )

6 /
0
cos 3
6 / 2
2

t td V
m
=
m
V

3 3
= 1,654 V
m

dengan V
m
adalah tegangan fasa puncak. Tegangan-keluaran rms adalah
V
rms
= ( )
2 / 1
6 /
0
2 2
cos 3
6 / 2
2
]
]
]

t td V
m
=
m m
V V 6554 , 1
4
3 9
2
3
2 / 1

,
`

.
|
+

Bila beban murni resistif, arus puncak yang melalui diode adalah I
m
= 3 V
m
/R
dan nilai rms arus diode adalah
V
r
= ( )
2 / 1
6 /
0
2 2
cos
2
2
]
]
]

t td I
m
I
r
= I
m
2 / 1
6
2
sin
2
1
6
1
]
]
]

,
`

.
|
+

= 0,7804I
m

dan nilai rms arus sekunder trafo
14
I
s
= ( )
2 / 1
6 /
0
2 2
cos
2
8
]
]
]

t td I
m
I
r
= I
m
2 / 1
6
2
sin
2
1
6
2
]
]
]

,
`

.
|
+

= 0,7804I
m

dengan Im adalah arus puncak line sekunder.
Gambar 2-2 Jembatan penyearah tiga fasa
Contoh :
Sebuah jembatan penyearah tiga fasa memiliki beban resistif R. Tentukan (a)
15
efisiernsi, (b) faktor bentuk, (c) faktor ripple, (d) faktor kegunaaan trafo. (e)
tegangan balik puncak (PIV) tiap diode, dan (i) arus puncak yang melalui diode
bila penyearah mengirim I
dc
= 60 A pada tegangan keluaran V
dc
- = 280,7 V
dan frekuensi sumber adalah 60 Hz.
Penyelesaian
(a) Dari Persamaan, V
dc
= 1,654V, dan I
dc
= ,654V
m
/R. Dari Persamaan (3-78).
V
rms
= 1,6554V
m
dan I
rms
= 1,6554V
m
/R. Dari Persamaan (3-42). P
dc
=
(1,654V
m
)
2
/R, dari Persamaan (3-43). P
dc
= (1,6554V
m
)
2
/R, dan dari Persamaan
(3-44) efisiensi adalah :
=
( )
( )
2
2
6554 , 1
654 , 1
m
m
V
V
= 99,83%
(b) Dari Persamaan, faktor bentuk FF = 1,6554/1,654 = 1,0008 atau 100,08%.
(c) Dari Persamaan, faktor ripple RF = 1 1,00082
2
= 0,04 = 4%
(d) Dari Persamaan, tegangan rms trafo sekunder, V
s
= 0.707V
m
.
Dari Persamaan, arus rms trafo sekunder
I
s
= 0,78041 I
m
= 0,7804 x
R
V
m
3
rating volt-ampere (VA) trafo untuk q = 3 adalah
VA = 3 x 0,707V
m
x 0,7804 x
R
V
m
3
Dari Persamaan,
TUF =
7804 , 0 707 , 0 3 3
654 , 1
2

= 0,942
(e) Dari Persamaan, tegangan line ke netral adalah V
m
= 280,7/1,654 = 169,7V.
Tegangan balik puncak diode lama dengan nilai puncak tegangan sekunder
line ke line, PIV = 3 V
m
= 3 x 169,7 = 293,9V
(f) Arus rata-rata yang melalui tiga diode adalah
I
d
=
( )
6
sin
2
cos
2
4
6 /
0

m m
I t td I

= 0,3183 I
m

arus rata-rata yang melalui tiap diode adalah I
d
= 60/3 = 20 A, maka arus puncak
16
adalah I
m
= 20/0,3183 = 62,83 A.
Catatan
Penyearah ini memiliki performansi yang meningkat bila dibandingkan dengan
yang dimiliki penyearah fasa banyak pada Gambar 2-1 dengan enam pulsa.
BAB III
PENYEARAH TERKENDALI 1 FASA
(KONVERTER THYRISTOR)
17
3.1 PENDAHULUAN
Kita telah dapat melihat pada Bab II hahwa penyearah diode akan
menghasilkan hanya tegangan keluaran yang tetap. Diode tidak digunakan untuk
dapat menghasilkan tegangan keluaran yang terkendali melainkan pengendalian
fast thyristor. Tegangan keluaran penyearah thyristor bervariasi bergantung pada
sudut penyalaan dari thyristor. Thyristor yang dikendalikan fasanya dinyalakan
dengan memberikan suatu pulsa pendek pada gerbangnya dan dimatikan melalui
komutasi natural atau komutasi line; dan pada kasus dengan beban yang sangat
induktif, thyristor dimatikan dengan menyalakan thyristor lain pada penyearah
pada setengah masa negatif tegangan masukan.
Penyearah thyristor fasa terkendali merupakan penyearah yang sederhana
dan lebih murah dan efisiensi dari penyearah ini secara umum berada di atas 95%.
Karena penyearah-penyearah ini mengkonversi dari tegangan ac ke dc, penyearah
ini dikenal sebagai konverter ac-dc dan digunakan secara instensif pada aplikasi-
aplikasi industri, terutama pada variabel-speed drives, yang meneakup level daya
dari fraksional tenaga kuda hingga mega watt.
Konverter dengan fasa terkendali dapat diklasifikasikan pada dua tipe,
bergantung pada suplai masukan; (1) konverter satu fasa, dan (2) konverter tiga
fasa. Setiap tipe dapat dibagi lagi menjadi (a) semikonverter; (b) konverter penuh,
dan (e) dual konveeter. Semikonverter merupakan konverter satu kuadran dan
hanya memiliki satu polaritas tegangan dan arus keluaran. Konverter penuh
merupakan konverter dua kuadran yang dapat memiliki tegangan keluaran baik
positif dan negatif. Akan tetapi keluaran arus dari konverter hanya dapat, berharga
positif. Dua konverter akan beroperasi pada empat kuadran yang dapat
menghasilkan tegangan dan arus keluaran berharga positif maupun negatif. Pada
banyak aplikasi. Konverter-konverter dapat dihubungkan secara seri agar dapat
beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi serta meningkatkan faktor daya
masukan.
Metoda Beret Fourier yang lama dengan penyearah diode dapat
diaplikasikan untuk menganalisis kinerja dari konverter dengan fasa terkendali
18
dengan beban RL. Akan tetapi untuk menyederhanakan anafasa, beban induktif
dapat diasumsikan cukup tinggi sehingga arus beban akan bersifat kontinyu dan
memiliki ripple yang dapat diabaikan.
3 -2 PRINSIP OPERASI KONVERTER THYRISTOR
Perhatikan rangkaian Gambar 3-1 a dengan beban resistif. Selama setengah
siklus positif dari tegangan masukan anode thyristor relatif positif terhadap katode
sehingga thyristor disebut terbias-maju. Ketika thyristor T
i
dinyalakan pada t =
, thyristor T
i
akan tersambung dan tegangan masukan akan muncul di beban.
Ketika tegangan masukan mulai negatif pada t = , anode thyristor akan
negatif terhadap katodenya dan thyristor T
i
akan disebut terbias-mundur: dan
dimatikan. Waktu setelah tegangan masukan mulai positif hingga thyristor
dinyalakan pada u,t -= a disebut sudut delay atau sudut penyalaan .
Gambar 3-1b memperlihatkan daerah operasi dari konverter, dengan
tegangan dan arus keluaran memiliki polaritas tunggal. Gambar 3-lc
memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran arus
beban dan tegangan sepanjang thyristor T
i
. Konverter ini tidak biasa digunakan
pada aplikasi industri karena keluarnya memiliki ripple yang tinggi dan frekuensi
ripple rendah. Jika f
s
merupakan frekuensi dari suplai masukan, komponen
frekuensi terendah pada tegangan ripple keluaran akan f
s .
juga.
Gambar 3-1 Konverter thyristor satu fasa dengan beban resistif.
Jika V
m
merupakan puncak tegangan masukan, tegangan keluaran rata-rata V
dc
dapat diperoleh dari
19
V
dc
= ( ) [ ]

t
V
t d t V
m
m
cos
2
sin
2
1

= ( )

cos 1
2
+
m
V
dan V
de
dapat bervariasi dari V
m
/ hingga 0 dengan mengubah-ubah antara 0
hingga . Tegangan keluaran rata-rata akan menjadi maksimum bila = 0 dan
tegangan keluaran maksimum V
dm
akan menjadi
V
dm
=

m
V
Normatisasi tegangan keluaran terhadap V
dm,
,

diperoleh tegangan keluaran
ternormatisasi menjadi
V
n
=
( ) cos 1 51 , 0 +
dm
dc
V
V
Tegangan keluaran-rms diberikan oleh
V
rms
= ( ) ( ) ( )
2
1
2
2
1
2 2
2 cos 1
4
sin
2
1
]
]
]


]
]
]

t d t
V
t d t V
m
m
=
2
1
2
2 sin 1
2
]
]
]

,
`

.
|
+

m
V
3. 3 SEMIKONVERTER SATU FASA
Pengaturan rangkaian dan semikonverter satu fasa diperlihatkan pada
Gambar 3-2a dengan beban induksi tinggi. Arus beban diasumsikan kontinyu
tanpa ripple. Selama setengah siklus positif, thyristor T
1
terbias-maju. Ketika
thyristor T
1
dinyalakan pada t = , beban dihuhungkan dengan suplai masukan
melalui T
1
dan D
2
selama periods t . Selama periode t (
+ ), tegangan masukan negatif dan diode freewheeling D
m
terbias maju. D
m
akan
tersambung sehingga memberikan arus yang kontinyu pada beban induktif. Arus
beban akan ditransfer dari T
1
dan D
2
ke D
m
; dan thyristor T
1
dan diode D
2
,
dimatikan. Selama setengah siklus negatif tegangan masukan, thyristor T
2
terbias
maju dan menyalakan thyristor T
2
pada t = + akan mengakibatkan terbias
mundur. Diode D
m
dimatikan dan beban dihuhungkan ke suplai melalui T
2
dan D
1
.
20
Gambar 3-2b memperlihatkan daerah operasi konverter, dengan kedua
tegangan dan arus keluaran memiliki polaritas positif. Gambar 3-2c
memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, virus
masukan dan arus yang melalui T
1
, T
2
, serta D
1
dan D
2
. Konverter ini akan
memiliki faktor daya yang lebih baik karena adanya diode free wheeling dan biasa
digunakan pada aplikasi hingga 15 kW. Ketika operasi satu kuadran bisa
digunakan.
Tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan dari
V
dc
= ( ) [ ]

t
V
t d t V
m
m
cos
2
2
sin
2
2

= ( )

cos 1+
m
V
dan V
dc.
Dapat memvariasikan dar 2V
m
/ hingga O dengan menguhah dari 0
sampai . Tegangan rata-rata keluaran rnaksinium adalah V
dm
= 2V
m
/ dan
tegangan keluaran rata-rata ternormatisasi adalah
V
n
=
( ) cos 1 5 , 0 +
dm
dc
V
V
Tegangan keluaran rms didapatkan sebagai
V
rms
= ( ) ( ) ( )
2
1
2
2
1
2 2
2 cos 1
4
sin
2
2
]
]
]


]
]
]

t d t
V
t d t V
m
m
=
2
1
2
2 sin 1
2
]
]
]

,
`

.
|
+

m
V
21
Gambar 3.2 Semikonverter satu fasa
3-4 KONVERTER PENUH SATU FASA
Rangkaian untuk konverter penuh satu fasa diperlihatkan pada Gambar 3-3
dengan beban sangat induktif sehingga arus beban bersifat kontinyu dan tanpa
ripple. Sepanjang setengah siklus positif, thyristor T
1
dan T
2
terbias maju dan
ketika thyristor-thyristor ini dinyalakan secara bersamaan pada t = , beban
akan terhubung ke suplai melalui T
1
dan T
2
. Akibat beban yang bersifat induktif,
thyristor T
1
dan T
2
akan terus tersambung saat waktu telah melewati t =
walaupun tegangan masukan telah negatif. Selama setengah siklus tegangan
masukan negatif, thyristor dan T
4
akan terbias-maju; dan penyalaan T
3
dan T
4
akan memberikan tegangan suplai sebagai tegangan bias mundur bagi T
1
dan T
2
.
T
1
dan T
2
akan dimatikan melalui komutasi line (komutasi natural) dan arus beban
akan ditransfer dari T
1
dan T
2
ke T
3
dan T
4
. Gambar 3-3b memperlihatkan daerah
operasi konverter dan Gambar 3-3c yang memperlihatkan bentuk gelombang
tegangan masukan, tegangan keluaran, dan arus masukan serta keluaran.
Selama periode dari ke , tegangan masukan v
s
dan arus masukan i
s
akan positif; daya akan mengalir dari catu ke beban. Saat itu konverter dikatakan
berada pada mode operasi penyearahan. Selama periode dari ke + ,
tegangan v
s,
akan negatif, sedangkan i
s
akan positif: sehingga terdapat aliran daya
22
balik dari beban ke suplai. Saat ini konventer disebut berada pada keadaan mode
operasi inversi. Konverter jenis ini digunakan secara ekstensif pada banyak
aplikasi industri sampai level daya 15 kW. Tergantung pada nilai , tegangan
keluaran rata-rata dapat positif ataupun negatif dan memberikan operasi pada dua
kuadran.
Gambar 3-3 Konverter penuh satu fasa
Tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan dari
V
dc
= ( ) [ ]

t
V
t d t V
m
m
cos
2
2
sin
2
2
=

cos
m
V
dan V
dc
dapat bervariasi dari 2V
m
/ ke 2V
m
/ dengan mengubah antara 0
sampai dengan . Tegangan keluaran rata-rata maksimum adalah V
dm
,

= 2V
m
/
dan tegangan keluaran rata-rata ternormatisasi adalah
V
n
=
cos
dm
dc
V
V
Nilai rms tegangan keluaran diberikan oleh
V
rms
= ( ) ( ) ( )
2
1
2
2
1
2 2
2 cos 1
4
sin
2
2
]
]
]


]
]
]


+ +

t d t
V
t d t V
m
m
23
=
s
m
V
V

2
Dengan beban yang resistif murni, thyristor T
1
dan T
2
akan tersambung dari ke
, dan thyristor T
3
dan T
4
akan tersambung dari + ke 2 . Tegangan
keluaran sesaat akan sama dengan dada semikonverter di Gambar 3-2b. Persa-
maannya dapat diterapkan. untuk menentukan tegangan keluaran rata-rata dan
rms.
24
BAB IV
PENYEARAH TERKENDALI 3 FASA
4-1 KONVERTER SETENGAH GELOMBANG TIGA FASA
Konverter tiga fasa akan memberikan tegangan keluaran rata-rata yang
lebih tinggi dan juga frekuensi ripple dari tegangan keluaran juga akan lebih
tinggi dari konverter tiga fasa. Akibatnya, kebutuhan proses filtering untuk
menghaluskan arus beban dan tegangan beban akan lebih sederhana. Karena
alasan tersebut, konverter tiga fasa digunakan secara ekstensif pada variable-speed
drives dengan daya yang tinggi. Konverter setengah gelombang tiga fasa pada
Gambar 3-la dapat dihubungkan
.
untuk membentuk konverter setengah
gelombang tiga fasa seperti terlihat pada Gambar 4-1a.
Ketika thyristor T
1
dinyalakan pada t = /6 + , tegangan fasa v
an
akan
muncul sepanjange beban hingga thynstor T
2
dinyalakan pada t = 5 /6 + .
Ketika T
2
dinyalakan, T
1
akan terbias mundur. karena tegangan line to line, v
ab
(=
v
an
v
bn
), akan negatif sehingga dimatikan. Tegangan fasa akan muncul sepanjang
beban hingga thyristar T
3
, dinyalakan pada t = 3 /2 + . Ketika thryristor T
3
dinyalakan. T
2
akan dimatiktin dan v
cn
akan muncul pada beban hingga T
1
dinyalakan kembali pada awal siklus selanjutnya. Gambar 4-1b memperlihatkan
karakteristik v i; dari beban dan memperlihatkan bahwa konverter ini
merupakan konverter dua kuadran. Gambar 5-7c memperlihatkan tegangan
masukan, tegangan keluaran, dan arus yang melalui thyristor T
1
untuk beban
induktif yang tinggi. Untuk beban resistil dan /6, arus beban akan tidak
kontinyu dan setiap thyristor akan di-sell-commutated dengan polaritas dari
tegangan fasanya dibalik. Frekuensi dari ripple tegangan keluaran adalah 3f
s
.
Konverter ini tidakk biasa digunakan pada sisterm praktis, karena arus suplai
mengandung komponen dc.
Jika tegangan fasa dari v
an
= V
m
sin t, tegangan keluaran rata-rata dari
25
arus beban kontinyu adalah
V
dc
= ( )



cos
2
3 3
sin
2
3
6 / 5
6 /
m
m
V
t d t V

+
+
dengan V
m
adalah tegangan fasa puncak. Tegangan keluaran rata-rata maksimum
yang terjadi saat sudut penyalaan = 0 adalah
V
dm
=
2
3 3
m
V
dan tegangan keluaran rata-rata ternormfasasi adalah
V
n
=
cos
dm
dc
V
V
tegangan keluaran rms diperoleh dari
V
rms
= ( )
2
1
6 / 5
6 /
2 2
sin
2
3
]
]
]

]
]
]

+
+


t d t V
m
=

,
`

.
|
+

2 cos
8
3
6
1
3
m
V
26
Gambar 4-1 Konverter setengah gelombang tiga fasa
Untuk bebanresistif dan /6:
V
dc
=
( )
]
]
]

,
`

.
|
+ +


6
cos 1
2
3
sin
2
3
6 /
m
m
V
t d t V
V
n
=
]
]
]

,
`

.
|
+ +

6
cos 1
3
1
dm
dc
V
V
V
rms
= ( )
2
1
6 /
2 2
sin
2
3
]
]
]

t d t V
m
=
2
1
2
3
sin
8
1
4 24
5
3
]
]
]

,
`

.
|
+ +

m
V
4.2 SEMIKONVERTER TIGA FASA
Semikonverter tiga fasa biasa digunakan pada banyak aplikasi industri
hingga tingkat daya 120 kW dengan operasi hanya pada satu kuadran. Faktor daya
dari konverter akan menurun begitu sudut penyalaan meningkat. akan tetapi tetap
lebih baik dari konverter setengah gelombang tiga fasa. Gambar 4-2a
memperlihatkan semikonverter tiga fasa dengan beban induktif yang tinggi dan
arus beban dengan komponen ripple dapat diabaikan.
Gambar 4-2b memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan,
tegangan keluaran, arus masukan dan arus yang melalui thyristor dan diode.
Frekuensi tegangan keluaran 3f
s
. Sudut penyalaan t dapat bervariasi dari 0
sampai dengan . Pada periode /6 t < 7 /6, thyristor T
1
terbias maju.
Jika T
1
dinyalakan pada t = ( /6 + ). T
1
dan D
1
akan tersambung dan
tegangan line-to-line v
ac
,

akan muncul di beban. Pada t = 7 /6; v
ac
akan mulai
negatif dan diode freewheeling D
m
akan tersambung. Arus beban akan mengalir
melalui D
m
dan T
1
serta D
1
akan dimatikan.
Jika tidak ada diode freewheeling, T
1
akan terus tersambung hingga
thyristor T
2
dinyalakan pada t= 5 /6 + dan aksi freewheeling akan
dihasilkan melalui T
1
dan D
2
. Jika /3, setiap thyristor akan tersambung
27
selama 2 /3 dan diode freewheeling D
m
tidak akan tersambung. Bentuk
gelombang dari semikonverter tiga fasa dengan /3 diperlihatkan pada
Gambar 4-2.
Jika didefinisikan tiga tegangan line-netral sebagai berikut
v
an
= V
m
sin t
v
bn
= V
m
sin
,
`

.
|

3
2
t
v
cn
= V
m
sin
,
`

.
|
+
3
2
t
tegangan line-to-line yang bersesuaian adalah
v
ac
= v
an
v
cm
=
,
`

.
|

6
sin 3

t V
m
v
ba
= v
bn
v
an
=
,
`

.
|

6
5
sin 3

t V
m
v
cb
= v
cn
v
bn
=
,
`

.
|
+
2
sin 3

t V
m
v
ab
= v
an
v
bn
=
,
`

.
|
+
6
sin 3

t V
m
dengan V
m
merupakan tegangan fasa puncak dengan sumber terhubung-
wye.
28
Gambar 4-2 Semi konverter tiga fasa.
4.3 KONVERTER PENUH TIGA FASA
Konverter tiga fasa secara ekstensif digunakan pada banyak aplikasi industri
hingga level daya 120 kW dengan daerah operasi dua kuadran. Gambar 4-3a
memperlihatkan rangkaian konverter penuh dengan beban yang sangat induktif.
Rangkaian ini dikenal sebagai jembatan tiga fasa. Thyristor dinyalakan pada
interval /3. Frekuensi ripple tegangan keluaran akan 6f
s
, dan kebutuhan proses
filtering menjadi lebih ringan dari konverter gelombang setengah maupun
semikonverter tiga fisa. Pada t = /6 + , thyristor T
6,
telah tersambung dan
thyristor T
1
akan dinyalakan.
Selama interval ( /6 + ) 5 t 5 ( /2 + a), thyristor T
1
dan T
6
tersambung dan tegangan line-to-line v
ab
( = v
an
v
bn
)

akan muncul sepanjang
beban. Jika thyristor diberi nomor seperti pada Gambar 4-3a, barisan penyalaan
akan 12, 23, 34, 45, 56 dan 61. Gambar 5-10b memperlihatkan bentuk gelombang
dari tegangan masukan, tegangan keluaran, arus masukan dan arus yang melalui
thyristor.
29
Gambar 4-3 Konverter penuh tiga fasa
Sudut overlap dapat ditentukan dari Persamaan-persamaan untuk nilai arus
beban yang diketahui I
dc
,

induktansi komutasi L
0
, dan sudut penyalaan . Harus
diperhatikan bahwa Persamaan tersebut hanya dapat diterapkan pada konverter
penuh satu fasa.
4.4 RANGKAIAN GATING
Pembangkitan sinyal gerbang untuk thyristor pada konverter ac-dc
membutuhkan (a) pendeteksian zero crossing dan teganga masukan. (2)
pergeseran fasa sinyal yang tepat. (3) pembentukan pulsa untuk membangkitkan
pulsa dengan durasi pendek. dan (4) isolasi pulsa melalui transformator atau
optokopler. Diagram blok untuk rangkaian gating untuk konverter penuh satu fasa
diperlihatkan pada Gambar 4-4.
30
Gambar 4-4 Diagram blok dari rangkaian gating(penyulut) thyristor
4.5 KESIMPULAN
Pada bab ini kita dapat lihat tegangan keluaran rata-rata (dan daya
keluaran) dari konverter ac-dc dapat dikendali dengan mengubah-ubah waktu
konduksi dari komponen daya. Bergantung pada tipe sumber, konverter dapat
bersifat

satu fasa atau tiga fasa. Untuk setiap tipe catu, konverter dapat bersifat
konverter setengah gelombang, semikonverter dan konverter penuh.
Semikonverter dan konverter penuh biasa digunakan pada aplikasi praktis.
Walaupun semikonverter memberikan faktor daya masukan yang lebih baik dari
konverter penuh, konverter ini hanya cocok untuk operasi satu kuadran. Konverter
penuh dan konverter dual berturut-turut nrengizinkan operasi untuk dua kuadran
dan empat kuadran. Konverter tiga fasa biasa digunakan pada aplikasi daya tinggi
dengan frekuensi ripple keluaran tinggi. Faktor daya masukan, yang bergantung
pada beban, dapat ditingkatkan dan rating tegangan dapat ditingkatkan dengan
31
hubungan seri konverter-konverter. Dengan komutasi paksa, faktor daya lebih
jauh dapat ditingkatkan dan juga harmonik orde rendah dapat dikurangi dan
dieliminasi.
Arus beban dapat bersifat kontinyu dan diskontinyu bergantung pada
konstanta waktu beban dan sudut penyalaan. Untuk analisis konverter-konverter,
metode deret Fourier digunakan. Akan tetapi, teknik lain (seperti pendekatan
fungsi transfer atau perkalian spektrum dari fungsi switching) dapat digunakan
untuk analisis rangkaian switching daya. Kontrol sudut tidak akan mempengaruhi
turunnya tegangan karena induktansi komutasi, dan penurunan sama dengan pada
penyearah diode biasa.
BAB V
PENGONTROL TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC) 1 FASA
5. 1 PENDAHULUAN
Jika sebuah saklar thyristor dihubungkan antara sumber ac dan beban,
aliran energi dapat dikontrol oieh variasi nilain rms dari tegangan ac yang dipakai
oleh beban: dan jenis rangkaian energi ini disebut sebagai Pengontrol Tegangan
ac (ac voltage controller). Aplikasi yang sering digunakan dari pengontrol
tegangan ac adalah: pemanas industri, penguhahan tapi pada trafo beban, kontrol
lampu, pengontrol kecepatan pada motor induksi banyak fasa, dan pengontrol
magnet ac. Untuk transfer energi, dua jenis pengontrol yang biasanya digunakan:
1. Kontrol on-off
2. Kontrol sudut fasa
32
Pada kontrol on-off, saklar thyristor menghuhungkan beban dengan
sumber ac selama beberapa putaran tegangan masukan dan diputus selama
beberapa putaran yang lain. Pada kontrol fasa, saklar thyristor menghuhungkan
beban dengan sumber ac untuk setiap bagian dari putaran tegangan masukan.
Pengontrol tegangan ac dapat dikla.sillkasikan menjadi 2 jenis: (I)
Pengontrol satu fasa dan (2) Pengontrol tiga fasa. Tiap jenis dapat dibagi lagi
menjadi (a) kontrol setengah gelombang atau banyak arah dan (b) kontrol
gelombang penuh atau dua arah. Ada bermacam konfigurasi dari pengontrol tiga
fasa tergantung pada hubungan saklar ilryristor.
Karena tegangan masukannya ac, thyristor merupakan komutasi garis; dan
thyristor kontrol fasa, yang relatif tidak mahal dan lebih lambat dibandingkan
dengan thyristor saklar cepat, yang biasa digunakan. Untuk aplikasi sampai 400
Hz jika TRIAC disediakan untuk mempertemukan rating tegangan dan arus untuk
dari sebuah aplikasi tertentu, pemakaiai TRIAC lebih banyak digunakan. Teknik
komutasi thyristor dibicarakan pada Bab 7.
Karena komutasi saris dan natural. tidak ada rangkaian komutasi tambahan
dan rangkaian untuk pengontrol tegangan ac-nya sangat sederhana. Karena bentuk
gelombang keluaran yang alami, analisis turunan dari persamaan eksplisit untuk
kinerja parameter rangkaian tidak sederhana, khususnya untuk konverter
terkontrol sudut fasa dengan beban RL. Agar mudah, beban resistif digunakan
pada bab ini untuk membandingkan kinerja dari berhagai konfigurasi. Meskipun
demikian, beban yang lebih sering digunakan adalah jenis RL dan harus
dipertimbangkan ketika merancang dan menganalisis pengontrol tegangan ac.
5 -2 PRINSIP KONTROL ON-OFF
Prinsip dari kontrol on-off dapat dijelaskan dengan sebuah Pengontrol
gelombang penuh satu fasa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5-la. Saklar
thyristor menghuhungkan sumber ac dengan beban untuk waktu t
n
; saklar ditutup
dengan sebuah gerbang penghambat pulsa untuk waktu t
o
. Waktu on, t
n
, biasanya
terdiri dari sejumlah integral siklus. Thyristor akan on pada tegangan nol melalui
tegangan masukan ac. Pulsa-pulsa gerbang untuk thyristor T
1
dan T
2
dan bentuk
33
gelombang untuk masukan dan keluaran ditunjukkan pada Gambar 6-1b.
Gambar 5-1 Kontrol on-off
Jenis kontrol ini diterapkan pada aplikasi yang memiliki inersia mekanis
yang tinggi dan konstanta waktu termal yang tinggi (contohnya industri pemanas
dan kontrol kecepatan motor). Karena tegangan nol dan arus nol, harmonik yang
ditimbulkan oleh saklar dikurangi.
Untuk sebuah tegangan masukan sinusiodal, v
s
= V
m
sin t 2 V
s
sin V
s
t. Jika tegangan masukan dihubungkan pada beban untuk siklus n dan diputus
untuk siklus m, tegangan keluaran rms (atau beban) dapat ditemukan melalui
V
0
=
( )
( )
]
]
]

+

t d t V
m n
n
s

2
2
0
2
sin 2
2
= k V
n m
n
V
s s

+
dengan k = n/(m + n) dan k disebut duty
,
cicle. V
s
adalah tegangan fasa
rms. Konfigurasi rangkaian untuk kontrol on-off mirip dengan yang ada pada
kogtrol fasa dan demikian pula dengan analisis kinerjanya. Dengan alasan ini,
teknik kontrol fasa hanya dibicarakan dan dianalisis pada bab ini.
34
5-3 PRINSIP KONTROL FASA
Prinsip dari kontrol fasa dapat dijelaskan berdasarkan pada Gambar 5-2a.
Energi mengalir ke beban dikontrol dengan menunda sudut tembak thyristor T
1
.
Gambar 5-2b mengilustrasikan pulsa-pulsa gerbang thyristor T
1
dan bentuk
gelombang tegangan masukan dan keluaran. Dengan adanya diode D
1
, daerah
kontrol terbatas dan rms efektif tegangan keluaran hanya dapat bervariasi antara
70.7 dan 100%. Tegangan keluaran dan arus masuk tidak simetris dab
megnandung komponen dc. Jika ada sebuah trafo masukan akan dapat
menyebabkan problem kejenuhan. Rangkai ini adalah Pengontrol setengah
gelombang satu fasa dan cocok hanya untuk beban resistif berdaya rendah, seperti
pemanasan pencahayaan. Karena aliran daya dikontrol oleh setengah gelombang
positif tegangan masukan, jenis Pengontrol tipe ini disebut juga dengan
Pengontrol banyak arah (unidirectional)
Jika v
s
= V
m
t = 2 sin t adalah tegangan masukan dan sudut tunda
thyristor T
1
adalah t = , tegangan keluaran rms ditentukan melalui
Gambar 5-2 Kontrol sudut satu fasa
V
O
= ( ) ( )
2
1
2
2 2
2
2 2
sin sin
2
1

'

'

]
]
]

S
S
S
S
t d t V t d t V
= ( ) ( ) ( ) ( )
2
1
2 2
2
2 cos 1 2 cos 1
4
2

'

'

]
]
]

t d t t d t
V
S
35
=
2
1
2
2 sin
2
2
1
]
]
]

,
`

.
|
+

S
V
Nilai tegangan keluaran rata-rata adalah
V
dc
=
( ) ( )
]
]
]

+

t d t V t d t V
S S

sin 2 sin 2
2
1
2
= ( ) 1 cos
2
2

S
V
Jika a bervariasi dari 0 sampai , V
0
bervariasi dari V
S
ke V
S
/ 2 dan V
dc
bervariasi dari 0 sampai 2 V
S
/ .
5 -4 PENGONTROL DUA ARAH SATU FASA DENGAN BEBAN
RESISTIF
Masalah arus masukan dc dapat dicegah dengan menggunakan kontrol dua
arah (atau gelombang penuh), dan Pengontrolan gelombang penuh satu fasa
dengan beban resistif yang ditunjukkan pada Gambar 5-3a. Selama tegangan
masukan setengah siklus positif, daya yang mengalir dikontrol oleh beberapa
sudut tunda dari thyrisior T
1
; dan thyristor T
2
mengontrol daya selama tegangan
masukan setengah siklus negatif. Pulsa-pulsa yang dihasilkan pada T
1
dan T
2
.
terpisah 180. Bentuk gelombang untuk tegangan masukan, tegangan keluaran,
dan sinyal gerbang untuk T
1
dan T
2
ditunjukkan pada gambar 6-3b.
36
Gambar 5-3 Pengontrol gelombang penuh satu fasa
Jika v
s
= 2 V
s
sin t adalah tegangan masukan, dan sudut tunda
thyristor T
1
dan T
2
sama (
l
= = ), tegangan keluaran rms dapat ditentukan
melalui
V
O
= ( )
2
1
0
2
sin
2
1

'

'

t d t V
S
= ( ) ( )
2
1
2
2 cos 1
4
4

'

'

S
S
t d t
V
=
2
1
2
2 sin 1
]
]
]

,
`

.
|
+

S
V
Dengan variasi sudut dari 0 sampai , V
0
dapat divariasikan dari V
S
sampai 0.
Pada Gambar 5-3a, rangkaian gerbang untuk thyristor T
1
dan T
2
harus
diisolasi. Memang mungkin untuk mendapatkan sebuah common cathode untuk T
1
dan T
2
dengan menambahkan dua katode seperti ditunjukkan pada Gambar 5-4,
Thyristor T
1
dan diode D
1
terhubung bersama selama siklus setengah negatif.
Karena rangkaian ini dapat memiliki sebuah terminal bersama untuk sinyal
37
gerbang T
1
dan T
2
hanya satu rangkaian isolaso yang diperlukan. Tetapi
nemerlukan sebuah diode daya. Karena dua devais daya menghuhungkan pada
waktu yang bcrsitmaan, kerugian konduksi dari devais akan meningkat dan
efisiensinya akan berkurang.
Sebuah Pengontrol gelombang penuh satu fasa dapat pula diterapkan
dengan satu thyristor dan empat diode seperti ditunjukkan pada Gambar 6-5a.
Empat diode bertindak seperti sebuah jembatan penyearah. Tegangan yang
melalui thyristor T
1
, dan arusnya selalu banyak arah (unidirectional). Dengan
beban resistif, arus thyristor akan jatuh menjadi nol karena komutasi natural pada
setiap setengah siklus, seperti ditunjukkan pada Gambar 5-5b. Namun demikian,
jika ada induktasi yang besar di rangkaian, karena thyristor T
1
dapat dimatikan
setiap setengah tegangan masukan dan akan menyebabkan kebilangan kontrol.
Hal ini memerlukan pendeteksi nol yang melalui arus beban untuk menjamin
matinya konduksi thyristor sebelum firing ke berikutnya. Tiga divais daya
terhubung pada seat yang bersamaan dan efisiensinya akan berkurang. Jembatan
penyearah dan thyristor (atau transistor) bertindak sebagai saklar dua arah, yang
secara komersial didapat dalam bentuk divais tunggal dengan rugi konduksi on-
state yang relatif rendah.
Gambar 5-4 Pengontrol gelombang penuh satu fasa dengan common katode
38
Gambar 5-5 Pengontrol gelombang penuh satu fasa dengan satu thyrstor
39
BAB VI
PENGONTROL TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC) 3 FASA
6 -1 PENGONTROL SETENGAH GELOMBANG DENGAN TIGA FASA
Diagram rangkaian pengontrol setengah gelombang (atau unidirectional)
tiga fasa ditunjukkan pada Gambar 6-1 dengan beban resistif terhubung wye. Arus
mengalir ke beban dikontrol oleh thyristor T
1
, T
3
,

dan T
5
: Dan diode menyediakan
jalur arus balik. Urutan firing thyristor adalah T
1
, T
3
, T
5
. Untuk arus mengalir
melalui Pengonlrol daya minimal satu thyristor harus dihuhungkan. Bila semua
divaisnya diode, tiga diode akan terhubung pada saat yang bersamaan dan sudut
konduksi tiap diode adalah 180
0
. Kita menyebutnya bahwa thyristor akan
terhubung bila tegangan anodenya lebih tinggi daripada katodenya dan terjadi
firing. Pada saat thyristor mulai terhubung, ia akan off hanya bila arusnya nienjadi
nol.
Jika V
s
adalah nilai rms untuk tegangan fasa masukan dan kita
mendefinisikan tegangan fasa masukan berturutan adalah
v
AN
= 2 V
S
sin t
v
BN
= 2 V
S
sin
,
`

.
|

3
2
t
v
CN
= 2 V
S
sin
,
`

.
|

3
4
t
kemudian tegangan line masukan adalah
v
AB
= 6 V
S
sin
,
`

.
|
+
6

t
v
BC
= 6 V
S
sin
,
`

.
|

t
v
CA
= 6 V
S
sin
,
`

.
|

6
7
t
40
Gambar 6-1 Pengontral unidirectional tiga fasa
Bentuk gelombang untuk tegangan masukan, sudut konduksi divais, dan
tegangan keluaran ditunjukkan pada Gambar 6-2 untuk = 60 dan = 150.
Perlu diketahui bahwa interval konduksi yang ditunjukkan pada Gambar 6-8 oleh
garis putus-putus tidak berskala, tetapi memiliki lebar yang sama yaitu 30. Untuk
0 60, baik dua atau tiga divais dapat dihubungkan pada waktu bersamaan
dan kombinasi yang mungkin adalah (1) dua thyristor dan satu diode, (2) satu
thyristor dan satu diode, dan (3) satu thyristor dan dua diode. Jika tiga divais
dihubungkan, operasi tiga fasa yang normal terjadi seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6-9a dan tegangan keluaran fasanya sama dengan tegangan masukan fasa,
misalnya,
v
an
= v
AN
= v
BC
= 2 V
S
sin
Di samping itu, jika dua divais dihubungkan pada waktu bersamaan, arus
yang mengalir hanya melalui dua jalur sedangkan jalur ke tiga dianggap sebagai
rangkaian terhuka. Tegangan jalur ke jalur akan muncul melalui dua terminal dari
beban seperti ditunjukkan pada Gambar 6-9b. dan tegangan fasa keluaran adalah
satu setengah tegangan jalur (misalnya bila terminal c dibuka)
v
an
=
,
`

.
|
+
6
sin
2
2 3
2

t
V v
S AB
Bentuk gelombang untuk tegangan fasa keluaran (misalnya v
an
)

dapat
41
digambarkan langsung dari fasa masukan dan tegangan jalur dengan
memperhatikan bahwa v
an
akan berhubungan dengan v
AN
jika tiga divais
dihubungkan, menjadi v
AB
/2 (atau v
4C
/2) bila kedua divais dihubungkan, dan nol
jika terminal dibuka. Untuk 60 120, pada suatu waktu hanya satu
thyristor dihubungkan dan jalur balik dibagi untuk satu atau dua diode. Untuk
120 210, hanya thyristor dan satu diode terhubung pada waktu
bersamaan.
Sudut extinction (3 thyristor dapat ditunda melebihi 180 (misal untuk
T
1
adalah 210 untuk = 30 seperti ditunjukkan pada Gambar 6-2b). Untuk
= 60, sudut extinction

ditunda menjadi 180 seperti pada Gambar 6-2a.
disebahkan oleh fakta bahwa tegangan fasa keluaran dapat bergantung pada
tegangan masukan jalur ke jalur. Pada saat v
AB
menjadi nol pada t = 150, arus
thyristor T
1
dapat terus mengalir sampai v
CA
menjadi nol pada saat t 210
0
dan
sudut tunda = 210 memberikan tegangan (dan daya) keluaran nol.
Pulsa-pulsa gerbang thyristor kontinyu, dan misalnya, pulsa T
1
berakhir
pada t = 210. Pada prakteknya, pulsa gerbang terdiri dari dua bagian. Pulsa
pertama T
1
bermula dari manapun yang memiliki sudut antara 0 dan 150 dan
berakhir pada t = 210, pulsa kedua, bermula pada t = 150, selalu berakhir
pada t = 210. Hal ini menyebabkan arus dapat mengalir melalui thyristor T
1
selama periode 150 t 210
0
dan meningkatkan interval kontrol tegangan ke
keluaran interval penundaan adalah
0 210
0

42
Gambar 6-2 Bentuk gelombang pengontrol unidirectional tiga fasa
Gambar 6-3 Beban resistif terhubung Wye
43
Persamaan untuk tegangan fasa keluaran bergantung pada interval sudut tunda.
Tegangan keluaran rms untuk beban terhubung wye dapat ditentukan sebagai
berikut
Untuk 0
0
90
0

V
O
= ( )
2
1
2
0
2
2
1

'

'

t d t v
an
=
( ) ( )

'

+

+
t d
t
t d
t
V
S

2 /
2 /
2
3 / 2
2
4
sin
3
sin
2
1
6
( ) ( ) ( )
2
1
2
3 / 4
2
2
2 / 3
2
3 / 4
3 / 2
2
3
sin
4
sin
3
sin

'

]
]
]
+ + +

+ +

t d
t
t d
t
t d
t
=
2
1
8
2 sin
4 3
1
3
]
]
]

,
`

.
|
+

S
V
Untuk 90
0
120
0

V
O
=
( ) ( )

'

+

t d
t
t d
t
V
S

2 /
2
3 / 2
2
4
sin
3
sin
2
1
6
( ) ( ) ( )
2
1
2
3 / 4
2
2
2 / 3
2
3 / 4
3 / 2
2
3
sin
4
sin
3
sin

'

]
]
]
+ + +

+ +

t d
t
t d
t
t d
t
=
2
1
4 24
11 1
3
]
]
]

,
`

.
|

S
V
Untuk 120
0
210
0

V
O
= ( ) ( )
2
1
2
3 / 2 2 / 3
2
3 / 2 2 /
2
4
sin
3
sin
2
1
6

'

]
]
]
]

'

+

+ +
t d
t
t d
t
V
S


=
2
1
16
2 cos 3
16
2 sin
4 24
7 1
3
]
]
]
]

,
`

.
|
+

S
V
6.2 PENGONTROL GELOMBANG PENUH TIGA FASA
Pengontrol unidirectional yang mengandung arus masukan dc dan harmonik
yang lehih tinggi yang disebabkan bentuk gelombang tegangan keluaran natural
yang tidak simetris, tidak biasa digunakan untuk menjalankan motor ac; kontrol
44
dua arah fasa yang lehih sering digunakan. Diagram rangkaian pengontrol
gelombang, penuh tiga fasa (atau dua arah) ditunjukkan pada Gambar 6-4 dengan
beban resistif yang terhubung wye. Operasi pengontrol ini sama dengan
pengontrol setengah gelombang, kecuali arus balik disediakan oleh thyristor T
2
,
T
4
, dan T
6
bukan oleh diode-diode. Urutan firing dari thyristor adalah T
1
, T
2
, T
3
,
T
4
, T
5
, T
6
.
Bila kita mendefinisikan tegangan fasa masukan beraturan adalah
v
AN
= 2 V
S
sin t
v
BN
= 2 V
S
sin
,
`

.
|

3
2
t
v
CN
= 2 V
S
sin
,
`

.
|

3
4
t
tegangan jalur masukan instantaneous adalah
v
AB
= 6 V
S
sin
,
`

.
|
+
6

t
v
BC
= 6 V
S
sin
,
`

.
|

t
v
CA
= 6 V
S
sin
,
`

.
|

6
7
t
Bentuk gelombang untuk tegangan masukan sudut konduksi thyristor dan
tegangan fasa keluaran
.
ditunjukkan pada Gnmbar 5-9 untuk = 60 dan =
20. Untuk 0 60, sebelum firing T
1
, dua resistor terhubung. Bila T
1
firing
tiga resistor terhubung. Thyristor menjadi off bila arusnya membalik. Kondisi
demikian terjadi antara dua dan tiga thyristor terhubung.
Untuk 60
0
90, hanya dua resistor terhubung pada suatu waktu.
Untuk 90 150
0
, meskipun dua thyristor terhubung suatu waktu, terdapat
periode ketika tidak ada thyristor yang on. Untuk 150
0
, tidak ada periode untuk
dua thyristor terhubung dan tegangan keluaran naenjadi nol untuk = 150
0
.
Interval untuk sudut tunda adalah
0 150
0

Mirip dengan pengontrol setengah gelombang, persamaan untuk tegangan
45
fasa keluaran rms tergantung pada interval sudut tunda. Tegangan keluaran rms
untuk beban yang terhubung wye dapat ditentukan sebagai berikut. Untuk 0
60
0

V
O
= ( )
2
1
2
0
2
2
1

'

'

t d v
an
=
( ) ( )

'

+

+
t d
t
t d
t
V
S

2 /
4 /
2
3 /
2
4
sin
3
sin
2
2
6
( ) ( ) ( )
2
1
3 / 2
2
2 /
2 /
2
3 / 2
3 /
2
3
sin
4
sin
3
sin

'

]
]
]
+ + +

+
+
+

t d
t
t d
t
t d
t
=
2
1
8
2 sin
4 6
1
6
]
]
]

,
`

.
|
+

S
V
Gambar 6-4 Pengontrol dua arah tiga fasa
BAB VII
CYCLOKONVERTER
7.1 PENDAULUAN
Pengontrol tegangan ac menghasilkan tegangan keluaran variabel, tetapi
46
memiliki frekuensi yang pasti dan memiliki harmonik yang tinggi, terutama pada
interval tegangan keluaran yang rendah. Tegangan keluaran yang varibel pada
frekuensi yang variabel dapat diperoleh dari konversi dua tahap: ac yang pasti ke
dc variabel (misalnya, penyearah terkontrol) dan dc variabel ke ac variabel pada
frekuensi yang bersifat variabel (Misalnya. inverter, yang akan dibicarakan pada
Bab 10). Namun, cyeloconverter dapat mengurangi perlunya satu atau lebih
converter intermediate. Cyeloconverter adalah pengubah frekuensi langsung yang
dapat mengubah daya ac pada satu frekuensi ke daya ac pada frekuensi lainnya
melalui konversi ac ac, tanpa melalui hubungan konversi intermediate.
Umumnya cyeloconverter berkomutasi secara natural dan frekuensi keluaran
maksimum terbatas pada sebuah nilai yang merupakan bagian dari frekuensi
sumber. Maka hampir seluruh aplikasi cyeloconverter memiliki kecepatan rendah,
motor ac bekerja pada batasan sampai di atas 15,000 kW dengan frekuensi yang
berkisar 0 sampai 20 Hz. Cara kerja motor ac akan dibicarakan pada Bab 15.
Dengan mengembangkan teknik konversi daya dan menggunakan metode
kontrol modern, motor ac dengan menggunakan inverter mengambil alih
penggunaan cyeloconverter. Namun demikian, kemajuan akhir-akhir dalam
kecepatan switching divais daya dan adanya micro prosesor memungkinkan
pemakaian dan sintesis strategi konversi yang maju untuk forced-commutated
direct-frequeney (FCDFC) untuk mengoptimisasi efisiensi dan mengurangi
muatan harmonik [1, 2]. Fungsi pensaklaran dari FCDFC dapat diprogram untuk
mengkombinasikan fungsi pensaklaran ac-dc dan konverter dc-ac. Karena
penurunan yang kompleks pada FCDFC, cyeloconverter forced-commutated tidak
akan dibicarakan lehih lanjut.
7.2 Cycloconverter satu fasa
Prinsip kerja cyeloconverter satu fasa dapat dijelaskan dengan bantuan
Gambar 6-21a. Dua buah konverter yang dikontrol satu fasa dioperasikan seperti
jembatan penyearah. Namun, sudut tunda yang dihasilkan sedemikian rupa
tegangan keluaran dari satu konverter sama dengan dan berlawanan dengan
47
konverter lainnya. Bila konverter P bekerja sendiri, tegangan keluaran rata-
ratanya positif dan bila konverter N bekerja, tegangan keluarannya negatif.
Gambar 6-2lb menunjukkan bentuk gelombang untuk tegangan keluaran dan
sinyal-sinyal gerbang untuk konverter positif dan negatif, dengan konverter positif
pada waktu T
0
/2 dan konverter negatif bekerja untuk waktu T
0
/2. Frekuensi
tegangan keluaran adalah 1/T
0
.
Bila
P
merupakan sudut tunda konverter positif, maka sudut tunda untuk
konverter negatif adalah
P
= -
P
. Tegangan keluaran rata-rata dari
konverter positif sama dan berlawanan dengan konverter negatif.
V
dc2
= - V
dc1
Serupa dengan konverter dual pada Bagian 5-5 dan 5-10, nilai
instantaneous dari dua tegangan keluaran dapat sama. Hal ini mungkin terjadi
untuk arus harmonik yang besar yang bersirkulasi di dalam konverter.
Arus sirkulasi dapat dihilangkan dengan menekan pulsa-pulsa gerbang ke
konverter untuk tidak mengirim arus beban Cyeloconverter satu fasa dengan trafo
tap tengah seperti pada Gambar 6-22 memiliki pembangkit pada bagian dalam,
yang menjaga agar aliran arus tetap kontinyu dan juga membatasi arus sirkulasi.
Contoh :
Tegangan masukan untuk cyeloconverter seperti pada Gambar 5-10a adalah 120
V (rms), 60 Hz. Resistansi beban 5 adalah dan induktansi beban L = 40 mH.
Frekuensi tegangan keluaran adalah 20 Hz. Bila konverter dioperasikan sebagai
konverter semi sedemikian rupa 0 dan sudut tunda adalah
P
= 2 /3,
tentukan (a) nilai rms tegangan keluaran V
0
, (b) arus untuk tiap thyristor, dan (c)
faktor daya masukan PF.
48
Gambar 5-10 Cyloconverter satu fasa
49
50

You might also like