You are on page 1of 10

AKUNTANSI PERTEMUAN 1

Persediaan Barang Dagang (Penetapan harga pokok) Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang barang yang dimiliki perusahaanuntuk di jual kembali. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi. Contoh :  Pabrik sepatu: y Bahan baku kulit, karet y Proses di jahit y Barang jadi  Pabrik tempe y Bahan baku kedelai y Proses pemberian ragi y Barang jadi Persediaan dalam perusahaan dagang meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup bararti dari seluruh aktiva perusahaan. Persediaan Dalam Laporan Keuangan Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan baik dari neraca maupun perhitungan rugi laba. Persediaan barang dagang yang tercantum di neraca mencerminkan nilai bang yang ada. Diperhitungan rugi laba persediaan barang dagang muncul dalam Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan di hitung sbb: Persediaan barang dagang awal + pembelian bersih selama periode persediaan barang dagang akhir. Contoh : Tanggal 1 januari 2000 (sisa dari barang tahun sebelumnya + pembelian barang dari tanggal 1 januari 2000 s/d desember sisa dari barang pada tahun 2000)

Hubungan Persediaan Barang Dagang Di Neraca dan Perhitungan Rugi Lab a Neraca : Aktiva Kas Persediaan barang dagang Aktiva laiannya 199A Rp 15.654 Rp 40.000 Rp 176.346 + Rp 232.000 Kewajiban dan modal Hutang lancar Hutang jangka panjang Saham biasa Laba ditahan Rp 37.000 Rp 100.000 Rp 50.000 Rp 45.000 + Rp 232.000 Perhitungan rugi/laba Penjualan Harga Pokok Penjualan : Persediaan barang dagang awal Pembelian bersih Rp 30.000 Rp 118.000 + Rp 25.000 Rp 105.000 + Rp 130.000 Rp 30.000 Rp 100.000 Rp 75.000 Rp 60.000 Rp 15.000 Rp 10.000 + Rp 25.000 Rp 195.000 Rp 175.000 Rp 35.000 Rp 75.000 Rp 50.000 Rp 25.000 + Rp 185.000 199A-1 Rp 9.243 Rp 30.000 Rp 145.757 + Rp 185.000

Persediaan barang tersedia dijual RP 148.000 Persediaan barang dagang akhir Total Harga Pokok penjualan Laba bruto Biaya usaha Laba bersih Laba ditahan awal tahun Laba ditahan akhir tahun Rp 40.000 Rp 108.000 Rp 87.000 Rp 67.000 Rp 20.000 Rp 25.000 + Rp 45.000

Penetapan harga pokok persediaan Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut: Disamping harga beli, termasuk dalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap di jual, misalnya biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi. Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila sel;ama suatu periode barang yang sama di peroleh dengan beberapa harga yang berbeda. Contoh : PT. Xyz baru mulai kegiatan pada tanggal 1 januari 199A selama bulan januari 199A pembelian barang dagang yang di lakukan adalah sbb : Tanggal Banyaknya pembelian pembelian 4 jan 199A 100 15 jan 199A 100 30 jan 199A 100 Jumlah 300 Harga beli rata rata Harga beli per unit * Rp 80 Rp 100 Rp 150 Total nilai penmelian Rp 8000 Rp 10000 Rp 15000 Rp 33000 Rp 110

Anggaplah bahwa selama bulan januari 199A barang yang di jual berjumlah 200 unit. Untuk menetapkan nilai persediaan yang ada pada tanggal 31 januari 199A (sebanyak 100 unit) dan nilai harga pokok yang di jual (sebanyak 200 unit) dapat di gunakan beberapa alternatif. Beberapa alternatif antara lain: 1. Dianggap bahwa barang yang mula mula gi beli akan di jual terlebih dahulu (toko buah). PIPO pada alternatif ini 200 unit Yang terjual selama bulan januari 199A terdirir dari unit unitnya yang dibeli pada tanggal 4 dan 15 januari 199A. Persediaan barang dagang yang ada pada tanggal 31 januari 199A terdiri dari unit yang di beli pada tanggal 30 januari 199A. Dengan anggapan demikian, maka harga pokok penjualan selama bulan januari 199A adalah : Rp 8.000 + Rp 10. 000 = Rp 18.000 Dana nilai persediaan barang yang ada pad atanggal tersebut adalah Rp 15.000 Contoh : toko buah,

PERTEMUAN 2
2. Dianggap bahwa barang yang terakhir dibeli merupakan barang pertama dijual.

Pada alternatif ini 200 unit yang terjual selama bulan januari 199A terdiri dari unit unit yang di beli pada tanggal 30 dan 15 januari 199A. Persediaan barang dagang pada tanggal 31 januari 199A terdiri dari unit yang di beli pada tanggal 4 januari 199A. Harga pokok penjualan selama nbulan januari 199A adalah : Rp 10.000 + Rp 15.000 = Rp 25.000 Nilai persediaan barang pada akhir periode adalah Rp 8.000. Contoh : toko semen 3. Dianggap bahwa biaya yang di bebankan ke perhitungan rugi laba haruslah harga pokok rata rata dari seluruh pembelian yang di lakukan selama periode yang bersangkutan. Dengan menggunakan metode ini nilai harga pokok pemjualan selama bulan januari 199A adalah : Rp 110 x 200 = Rp 22.000 Nilai persediaan barang dagang yang ada pada tanggal 31 januari 199A adalah : Rp 110 x 100 = Rp 11.000 Dari perhitungan perhitungan diatas maka terlihat hasil yang di perolah ungtyk masing masing alternatif sbb : Harga pokok penjaualan Persediaan akhir Alternatif 1 Rp 18.000 Rp 15.000 Alternatif 2 Rp 25.000 Rp 8.000 Alternatif 3 Rp 22.000 Rp 11.000 Alternatif 1 Disebut dengan metode FIFO (First in-First out) yaitu metode mula mula masuk, mula mula keluar. Alternatf 2 Disebut denan metode LIFO (Last in First out) yaitu metode terakhir masuk, pertama keluar. Alternatif 3 Disebut dengan metode everage, metode rata rata. METODE FIFO Anggaplah bahwa persediaan yang ada di awal periode tanggal 1 januari 199A, dan persediaan persediaan yang di lakukan selama tahun tersebut nampak seperti di bawah ini :

Tanggal 1 Jan 199A 31 mar 199A 15 sep 199A 18 nov 199A 31 Des 199A

Keterangan Psediaan awal Pembelian 1 Pembelian 2 Pembelian 3 Tersedia dijual

kuantitas 100 400 300 200 1000

Hp per unit RP 80 RP 100 RP 150 RP 200

Nilai HP 8000 40000 45000 40000 125000 RP 133000

Anggaplah kemudian bahwa menurut perhitungan fisik yang di lakukan pada tanggal 31 desember 199A persediaan yang masih tersisa adalah 300 unit. Persediaan barang pada tanggal 31 desember 199A menurut metode FIFO sbb: FIFO Tgl pembelian 18 NOV 199A 15 nov 199A Kuantitas 200 100 300 Hp per unit 200 150 Total hp 40000 15000 55000

FIFO Harga pokok penjualan dengan menggunakan metode ini akan nampak seperti terlihat dalam perhitungan berikut : Persediaan awal, 1 januari 199A Pembelian bersih selama periode Persediaan tersedia di jual Rp 8000 Rp 125000 + Rp 133000

Persediaan akhir 31 des 199A Hpp

Rp 55000 Rp78000

METODE LIFO

Tgl pembelian 1 Jan 199A 31 Mar 199A JUMLAH

Kuantitas 100 200 300

HP per unit 80 100

Total HP 8000 20000 28000

LIFO Harga pokok penjualan dengan menggunakan metode ini akan nampak seperti terlihat dalam perhitungan berikut: Persediaan awal, 1 januari 199A Pembelian bersih selama periode Persediaan tersedia di jual Persediaa akhir, 31 desember 199A Harga pokok penjualan : RP 8000 : RP 125000 + : RP 133000 : RP 28000 : RP 105000

METODE RATA RATA


Harga pokok per unit = harga pokok persediaan di jual Kuantitas =


= RP 133

Metode rata rata Persediaan pada tanggal 31 desember 199A yang harga pokoknya di tetapkan berdasrkan metode ini adalah : 300*RP 133 = RP 39900 Harga pokok penjualannya dihitung sebagai berikut : Persediaan awal, 1 januari 199A Pembelian bersih selama periode Persediaan barang di jual Persediaan akhir, 31 desember 199A Harga pokok penjualan : RP 8000 : RP 125000 + : RP 133000 : RP 39900 : RP 93100

PERTEMUAN 3
PERSEEDIAAN BARANG DAGANG (PEMILAIAN DAN PENCATATAN) DAN PEMBAYARAN
Harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Apabila persediaan di nilai berdasarkan herga pokok dan harga pasar, maka harga pokok persediaan akan di bandingkan dengan harga pasarnya. Harga terendah di antara keduanya, di pilih untuk konsekuensi dari metode penilaian tersebut adalah diakuinya suatu kerugian pada saat di ketahui bahwa harga barang akan turun. Metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar, dapat diterapkan dengan 3 cara, yaitu : a. Pada tiap tiap jenids barang b. Pada tiap tiap kelompok besar barang c. Pada nilai persediaan secara keseluruhan Untuk manggambarkan penilaian bardasarkan harga terendah antara harga pokok dan harga pokok. Perhatikan tabel dibawah ini : Jenis barang Barang A Barang B Barang C Barang D Banyak H.Pokok H.pasar perunit perunit Rp 150 Rp 110 Rp 200 Rp 50 Rp 125 Rp 120 Rp 190 Rp 55 Nilai pd H.pokok Rp 1500 Rp 2200 Rp 10000 Rp 5000 Rp 18700 Nilai pd H.pasar Rp 1250 Rp 2400 Rp 9500 Rp 5500 Rp 18650 Harga terendah harga pokok dan harga pasar Rp 1250 Rp 2200 Rp 9500 Rp 5000 Rp 17950

10 20 50 100 180 Kesimpulan:

Apabila penilaian diterapkan untuk tiap tiap jenis barang maka persediaan akan di nilai terbesar Rp 17.950 Kerugian karena penurunan harga persediaan adalah RP 18.700 Rp 17.950 = Rp 750 Apabila penilaian di terapkan untuk persediaan secara keseluruhan, maka nilai semua jenis barang pada harga pokok (Rp 18.700) harus dibandingkan dengan nilai semua jenis barang apabila di nilai pada harga pasar (Rp 18,650) Kerugian karena penurunan harga persediaan adalah : Rp 18700 Rp 18650 = Rp 50

SISTEM PENCATATAN

HPP selama periode tertentu dihitung dengan menggunakan cara sbb : Persediaan awal barang dagang pada awal periode + pembelian bersih selama periode = persediaan barng tersebut di jual persediaan barang dagang pada akhir periode = HPP. SISTEM BALANS PERMANEN Dalam sistem ini tidak di sediakan perkiraan pembelian dan perkiraan perkiraan lain yang berhubungan dengannya. Pembelian barang dagang langsung dicatat ke perkiraan persediaan. HPP tidak di hitung secara periodik, tetapi dihitung dan di catat setiap kali terjadi transaksi. Untuk itu dibuat satu perkiraan tersendiri,yaitu :HPP. Perkiraan persediaan barang dagang dalam sistem balens permanen di gunakan untuk mencatat persediaan yang ada di awal periode, pembelian yang dilakukan dan persediaan yang ada di akhir periode. Apabila terjadi penjualan, maka akan mengurangi persediaan. Pengurangan persediaan ini pada hakekatnya merupakan penambahan harga pokok penjualan. Dalam sistem ini setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut : Metode Lifo : Contoh soal : Saldo barang A pada 1 januari 199A terdiri dari 500 unit dengan harga pokok Rp 62 perunit, total harga pokok dengan demiokian adalah Rp 31.000. Pada tanggal 14 januari 199A terjadi pembelian sebanyak 1000 unit dengan harga pokok per unit Rp 50 sehingga totalnya adalah Rp 50.000, akibat pembelia ini dalam kolom saldo terdapat 1500 unit dengan perincian sbb :

Banyak 500 1000 1500

Harga pokok perunit 62 50

Jumlah 31000 50000 81000

Pada tanggal 15 januari 199A terjadi penjualan sebanyak 1200 unit. Harga poko penjualan 1200 unit itu adalah sbb :

Asal Saldo awal Pembelian 14 JAN 199A

Kuantitas 500 700 1200

Harga pokok perunit Rp 62 Rp 50

Jumlah Rp 31000 Rp 35000 Rp 66000

Saldo persediaan barang A setelah penjualan tersebut terdiri dari 300 unit dengan harga pokok Rp 50 perunit dan totalnya adalah Rp 15000 Pada tanggal 21 januari 199A terjadi pembeli9an sebanyak 500 unit dengan harga pokok Rp 42 perunit. Saldo persediaan akibat pembelian ini adalah sbb : Banyak 300 500 800 Harga pokok perunit Rp 50 Rp 42 Jumlah Rp 15000 Rp 21000 Rp 36000

Penjuialan sebanyak 500 unit pada tanggal 25 januari 199A harus dihitung pada saat itu juga. Harga pokok penjualan untuk penjualan 500 unit ini terdiri dari sbb : Asal Saldo sebelumnya Pembelian 21-1-199A Kuantitas 300 200 500 Harga pokok perunit Rp 50 Rp 42 Jumlah Rp 15.000 Rp 8.400 Rp 23.400

Saldo persediaan setelah penjualan ini terdiri dari 300 unit dengan harga pokok Rp 42 perunit, dan totalnya Rp 12.600

Metode rata rata Hatga pokok rata rata: (500*Rp 62) + (1000*Rp 62) (500 +1000) = Rp 54 Jadi persediaan saldo pada tanggal 14 januari 199A adalah 1500 unit *Rp 24 perunit = Rp 81000 Harga pokok penjualan ini adalah: 1200unit * Rp 54 = Rp 64800

Setelah penjualan ini,saldo persediaan tinggal 300 unit * Rp 54 =Rp 16000 Pada tanggal 21 januari 199A terjadi pembelian sebanyak 500 unit dengan harga pokok Rp 42 perunit. Harga pokok rata ratanya adalah: (300*Rp 54)+(500*Rp 42) 300+500 = Rp 46,5 Jadi saldo pada tanggal 21 januari 199A adalah : 800 perunit * Rp 46,5 = Rp 37200 Pada tanggal 25 januari 199A terjadi penjualan sebanyak 500 unit , harga pokok penjualan ini adalah : 500 unit * Rp 46,5 = RP 23.250 Setelah penjualan ini, saldo persediaan tinggal 300 unit * Rp 46,5 = Rp 13.950 Pada tanggal 28 januari 199A, terjadi pembelian sebanyak 600 unit dengan harga pokok Rp 39 perunit. H arga poko rata ratanya adalah : (300 * Rp 46,5)+(600*39) 300+600 = Rp 41,5 Jadi saldo pada tanggal 28 januari 199A adalah : 900 unit * Rp 41,5 = Rp 37. 350 Pada tanggal 30 januari 199A ewtjadi penjualan sebanyak 300 unit * Rp 41,5 = Rp 12.450 Setelah penjualan ini, saldo persediaan tinggal 600 unit Rp 41,5 = Rp 24. 900

You might also like