You are on page 1of 14

1.

LATAR BELAKANG MASALAH Seperti yang dikatakan oleh Paul Jacques Grillo pada bukunya yang berjudul Form, Function and Design bahwa pada mulanya bentukan arsitektur yang ada hanya tercipta dari bentukan-bentukan dasar. Bentuk arsitektur itu sendiri dapat tercipta dari garis, bidang, dan volume. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju bentukan arsitektur yang ada mulai mengalami perkembangan. Pada zaman dahulu bentukan arsitektur yang ada cenderung bersifat tertutup atau introvert yang bertujuan untuk menjaga dari kemurnian atau keaslian dari bentukan itu sendiri. Akan tetapi kebutuhan manusia yang semakin beragam menyebabkan bentukan arsitektur yang tercipta semakin terbuka atau ekstrovert. Hal ini dipengaruhi juga dengan adanya pengetahuan material, iklim, orientasi, proporsi (pembukaan, dekorasi, ukuran, ) skala dan modul, keharmonisan, komposisi, dan pergerakan. Untuk dapat menciptakan suatu bentuk yang berharga, manusia perlu mendayagunakan pikiran dan perasaannya. Aspek logika adalah rasionalitas pikiran yang eksistensinya terbit dari berbagai pengalaman dan pikiran. Sebuah bentuk selain memiliki nilai emosional juga harus bisa mengangkat aspek logika. Manusia meyelesaikan berbagai permasalahan hidupnya dari masa pra sejarah hingga modern kontemporer dengan logika yang rasional. Salah satu elemen bagi penyelesaian masalah tersebut adalah dengan penggunaan bentuk. Menurut Lary L. Ligo kritik dan fungsi arsitektur diwujudkan melalui permainan bentukan bentukan yang lebih menarik yang dipengaruhi juga oleh bahan bahan dan teknik baru, menggunakan disain yang jujur yang mampu mengartikulasikan fungsi dari unsur unsur yang ada, dan juga dapat ditambahkan dengan penekanan - penekanan yang kuat atas makna simbolis yang ada, yang dapat memberikan petunjuk kepada konsep baru fungsi - fungsi arsitektural yang dibuat. Fungsi dan bentukan yang ada pada arsitektur dapat saling mempengaruhi dan memegang peranan dalam perancangan karya arsitektur itu sendiri. Pengaruh fungsi terhadap bentuk adalah fungsi dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan 1

manusia dalam usahanya mempertahankan dan mengembangkan hidupnya dalam alam semesta ini. Semakin berkembangnya manusia, kemajuan pola pikir, kemajuan IPTEK, kemajuan teknologi, berkembangnya jumlah ragam dan kegiatan maka perwujudan atau pencapaian bentukan arsitektur akan terus berubah namun tetap mengikuti fungsi yang dibutuhkan. Bentukan pada Gramedia Expo berbeda dengan bentukan toko buku lainnya. Bentukan pada toko buku gramedia expo memiliki bentuk yang lebih bermain. Ridwan Kamil mampu mengkomposisikan bentukan-bentukan dasar yang ada dan dapat memberikan suatu kesan yang berbeda jika dibandingkan dengan toko buku lainnya.

Gambar 1.1. Gramedia Expo Surabaya

Gambar 1.2. Toko Buku Uranus

Dewasa ini, arsitektur di Indonesia mulai mengalami perkembangan. Seperti yang telah dilakukan oleh Ridwan Kamil pada karya-karyanya. Karya Ridwan Kamil yang lain misalnya saja seperti apartment C 24, Gramedia Expo Medan, dan Rumah Botol.

Gambar 1.3. Apartment C 24

Gambar 1.4. Gramedia Expo Medan

Gambar 1.5. Rumah Botol

Pada saat mendesain Gramedia Expo, Ridwan Kamil terinspirasi dari bentukan sebuah rak buku dengan paduan komposisi yang geometris. Ridwan Kamil ingin menunjukkan bahwa dengan fungsi yang sama dapat tercipta bentukan yang berbeda-beda. Dapat dilihat pada bentukan toko buku Uranus dan Gramedia Expo Surabaya. Meskipun memilik fungsi yang sama sebagai toko buku, tetapi bentukan toko buku Uranus dan Gramedia Expo Surabaya berbeda.

2. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah hubungan antara fungsi dan bentuk bangunan Gramedia Expo di Surabaya menurut proses desain yang dilakukan oleh Ridwan Kamil pada saat perencanaan?

3. TUJUAN DAN KEGUNAAN Tujuan : o Untuk mengetahui hubungan antara fungsi dan bentuk bangunan Gramedia Expo di Surabaya pada saat perencanaan menurut proses desain dari seorang Ridwan Kamil.

Kegunaan : o Memberikan informasi mengenai pengaruh fungsi dan bentuk pada bangunan Gramedia Expo di Surabaya pada saat perencanaan. o Memberikan informasi mengenai permainan bentukan dalam suatu bangunan dengan penyesuaian fungsi bangunannya. o Memberikan Informasi mengenai proses desain dan pemikiran Ridwan Kamil pada saat perencanaan sebuah Gramedia Expo.

4. HIPOTESIS Hipotesa alternatif ( Ha ) Ada pengaruh antara fungsi dan bentuk bangunan Gramedia Expo di Surabaya pada saat perencanaan menurut cara berpikir Ridwan Kamil. 5. TINJAUAN PUSTAKA Dengan dipilihnya buku karangan Larry L.Ligo, The Concept Of Function in Twentieth - Century Architectural Criticism dan buku karangan Paul Jacques Grillo, Form, Function & Design dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Hal ini dikarenakan buku-buku tersebut berisi tentang informasi perencanaan bangunan arsitektur berdasarkan bentuk dan fungsi yang berjalan bersamaan. 5.1. Form, Function & Design, by Paul Jacques Grillo Paul Jacques Grillo mengatakan pada bukunya Form, Function, and Design. Desain adalah bagian dari semua orang, kita hidup didalamnya, kita melakukannya setiap hari dan bermain main dalam desain. Dalam contoh kasus, orang dahulu menggunakan seni sebagai ekspresi dari jiwa mereka, yaitu lukisan. Dalam desain terdapat karakter, sesuatu yang khas dari desain itu sendiri yang secara tidak langsung dapat dirasakan, termasuk pula arsitektur. Pada jaman lampau, ada beberapa alasan bagi arsitektur untuk bersifat introvert (tertutup), hal ini bertujuan untuk menjaga kemurnian / keaslian. Seperti contoh dahulu kota Romawi, agar kebudayaan dan pemerintahan mereka yang ditaktor maka berpengaruh arsitektur meraka yang lebih menyerupai dunia kecil dalam 5

hal maya yang mengelilinginya (tata kota memusat). Hal ini disebabkan untuk bertahan dari perubahan kehidupan manusia. Namun seiring dengan berjalannya waktu, desain dalam arsitektur mulai ekstrovet (terbuka) karena arsitektur pun juga harus mengikuti kebutuhan dari perkembangan hidup manusia. Dalam buku ini mencoba menjelaskan hubungan fungsi dan bentuk dan hubungannya dalam desain, karena biasanya seorang arsitek hanya mengetahui bentukan suatu bangunan yang bagus dan menirunya seperti yang didalam majalah atau buku sejarah arsitektur, seperti suatu metode yang tetap terus menerus dalam beberapa dakade, namun tidak mengetahui apakah sebenarnya arti mendesain itu. Setiap desain selalu memiliki fungsi entah apapun desain itu, contohnya diluar arsitektur. Desain mangkok yang cekung, fungsinya jelas untuk menanpung sesutu yang berair, botol, gelas, sendok dan contoh contoh desain lain yang memiliki ruang didalamnya. Semua karya arsitektur tercipta dari yang namanya bentuk. Bentuk arsitektur mungkin dapat berupa garis, bidang, dan volum, namun didalamnya terdapat hubungan akan perjalan waktu, yang menandakan pergerakan dan kehidupan manusia. Bentuk inilah yang menjadi karakter desain arsitektur yang mengekspresikan semua desain, berkaitan dengan hal fungsi. Hal ini dipengaruhi juga dengan adanya pengetahuan material, iklim, orientasi, proporsi (pembukaan, dekorasi, ukuran, ) skala dan modul, keharmonisan, komposisi, dan pergerakan. Dalam perancangan, kita bisa katakan bahwa fungsi yang menjadi kriteria utama dalam mendesain. Namun bila hanya melihat dari hal fungsi saja, kita akan kehilangan apa yang menjadi pusat perhatian. Kita mencoba mendekatkan fungsi dan karakter (bentuk), bukankah fungsi yang membentuk karakter? Atau karater hanya sebagai sebuah alasan dari fungsi?. Karakter dan fungsi haruslah bersama dan menghasilkan keaslian / otentisitas. Keaslian bukan untuk menjadi berbeda dengan dari orang lain, ataupun untuk publisitas. Tapi dari keaslian dengan kesederhanaan (berdasarkan dari pengalaman yang ada dalam diri manusaia itu sendiri) maka akan tercipta keeleganan suatu desain. Namun 6

kenyataannya bahwa setiap orang takut untuk menjadi jujur dalam kesederhanaan, karena kesederhanaan itu sendiri tidak menyembunyikan apapun. Namun dari itulah desain tersebut merupakan karya yang berkualitas yang memiliki keintiman dengan tujuan desain yang sebenarnya.
Grillo, Paul Jacques. Form Function and Design. New York : Dover Publications, Inc., 1975.

5.2 The Concept Of Function in Twentieth - Century Architectural Criticism by Larry L.Ligo Lary L. Ligo menjelaskan dalam bukunya the concept of function in twentieth century architectural criticism yakni fungsi kritik arsitektur di abad ke dua puluh merupakan awal reorientasi dalam pendekatan yang kritis terhadap arsitektur yang didirikan di atas penyembuhan perpecahan antara pikiran dan perasaan, di atas sebuah pengakuan atas keterkaitan manusia dan pengalaman arsitekturnya, reorientasi yang memungkinkan penciptaan dan persepsi tentang nilai seni dalam arsitektur. Kritik dari fungsi arsitektur sepanjang abad ini telah ditandai dengan keasyikan dengan struktur, khususnya dengan gagasan bahwa struktur harus dibuat jelas bagi pengamat dari sebuah bangunan. Pada awal abad ini, sebagian sebagai reaksi terhadap abad kesembilan belas kepentingan dalam menerapkan gaya dan sebagian sebagai tanggapan terhadap kebaruan, keindahan, dan logika dari bahan-bahan dan teknik baru, arsitek diproduksi dan kritik mengagumi desain yang jujur mengungkapkan atau menyatakan konstruksi dan kerangka baja yang membuat mereka terlihat jelas. Rancangan semacam itu disebut fungsional karena mereka mengartikulasikan fungsi dari unsur-unsur struktural atau fungsi dibedakan dari program. Sikap terhadap struktur kemudian mempertahankan preferensi seperti itu, kejujuran artikulasi structural, tetapi di samping itu juga terdapat penekanan - penekanan yang kuat atas makna simbolis dari struktur bangunan. Ini yang menimbulkan pergeseran dalam

penekanan di beberapa daerah terkait, pergeseran yang memberikan petunjuk kepada konsep baru fungsi arsitektural.

6. LANDASAN KONSEPTUAL Pada bagian landasan konseptual, pertama-tama menjelaskan tentang teori-teori yang telah didapatkan di tinjauan pustaka sebelumnya yaitu perkembangan teknologi dan moderinitas dimana karya arsitektur sekarang ini telah mengalami banyak perkembangan dari segi fungsi maupun bentuk. Begitu juga dengan Gramedia Expo Surabaya. Setelah itu akan menjelaskan tentang metode perancangan yang paling sesuai dengan pola pikir Ridwan Kamil dalam mendesain Gramedia Expo Surabaya untuk mengetahui pengaruh bentuk dan fungsi pada saat perancangan karya arsitektur. 6.1. Perkembangan Teknologi dan Moderinitas Teori perkembangan teknologi dan modernitas memberikan gambaran bahwa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan manusia, khususnya dalam pencapaian kebutuhan manusia. Seperti yang terjadi pada zaman modernitas ini, bangunan lebih difungsikan sebagai bangunan publik yang dimana semua orang berkumpul dan melakukan kegiatan dan kepentingannya bersama didalamnya, tidak hanya terbatas lagi sebagai tempat tinggal. Hal ini mendorong manusia untuk membuat bangunan arsitektur dengan bentuk yang bisa membuat simbol atau menyatakan eskpresi dari kegiatan manusia yang ingin dicapai.

6.2. Metode Perancangan yang digunakan dalam mendesain karya Arsitektur Modern Ada banyak metode perancangan dalam arsitektur modern saat ini. Diantaranya adalah folding arsitektur, simpel, form follow function, function follow form, dll. Pada saat mendesain bangunan Gramedia Expo 8

Ridwan Kamil menggunakan metode perancangan Folding arsitektur dengan mengkomposisikan bidang yang dibentuk sedemikian rupa dengan folding. Idenya adalah dari rak buku. Hal ini karena fungsi dan latar belakang bangunan sangat dekat kaitannya dengan kertas maupun buku. Sedangkan buku dan kertas dekat dengan dunia melipat. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran Ridwan Kamil menggunakan folding arsitektur. Folding, dalam arsitektur memiliki makna yang lebih mendalam dan rumit daripada hanya sekedar mengucapkan istilah folding ataupun mencoba membuat lipatan dari kertas. Folding dapat berupa sebuah atau serangkaian perlakuan pada sebuah benda yang mengakibatkan perubahan bentuk, permukaan, makna pada benda tersebut. Biasanya perlakuan yang diberikan pada sebuah kertas dalam rangka mem-folding kertas tersebut adalah fold, pleat, crease, press, score, cut, pull up, pull down, rotate, twist, turn, wrap, enfold, pierce, hing, knot, weave, compress, balance, unfold. Beberapa dari kata tersebut sama-sama memiliki arti lipat dalam kamus Inggris-Indonesia, namun sebenarnya lipat yang dimaksud adalah cara lipat yang berbeda. Berbeda dengan origami, dua buah proses folding bisa saja memiliki tahap yang sama, tetapi menghasilkan bentuk yang berbeda. Hal ini terjadi karena sebuah nama proses dalam folding tidak memiliki aturan tertentu dalam mengerjakannya. Misalnya, fold: bisa berarti melipat di tengah-tengah kertas, atau melipat di ujungnya saja, atau melipat di seperempat bagian kertas, dan sebagainya. Kesimpulan sementara adalah origami bisa jadi termasuk bagian dari folding; bagian yang lebih terdefinisi. Tapi bisa juga tidak demikian jika folding dilihat sebagai sesuatu yang tidak sadar [unconscious] maksudnya, kita melakukan folding memang dengan sadar, tapi tanpa harapan bahwa kertas itu nantinya akan jadi roket, atau jadi kucing. Proses yang dijalankan dalam folding adalah proses yang mengalir, tidak dipaksa, dan bersifat eksploratif.

Gambar 6.2.1 Dua nama proses yang sama menghasilkan benda yang berbeda Folding, jelas sekali merekam proses yang dilakukan ketika melipat-lipat kertas, karena yang dilihat tidak semata-mata hasil akhirnya saja. Lipatan yang dibuka kembali lalu ilipat lagi dengan cara yang berbeda bisa jadi memiliki arti tersendiri. Garis bekas lipatan juga bisa berarti. Terlebih lagi, satu deretan proses folding dalam menghasilkan sebuah bentuk tidak dimaksudkan untuk diulang lagi, tidak seperti origami yang akan mengajarkan lagi cara membuat perahu secara turun-temurun. Namun karena tidak akan terulang lagi, maka detail proses dalam folding justru penting. Setiap langkah yang dikerjakan dalam folding pasti memiliki peran dalam menentukan kualitas spasial hasil akhirnya. 6.3. Hubungan Bentuk dan Fungsi dalam Perancangan Arsitektur Teori ini menyatakan bahwa fungsi dan bentuk tidak dapat dipisahkan atau berjalan sendiri sendiri, melainkan berjalan bersamaan. Karena dari kebersamaan fungsi dan bentuk ini akan tercipta suatu kemurnian desain yang dimana desain ini merupakan karya yang berkualitas yang memiliki keintiman dengan tujuan desain yang sebenarnya. Arsitektur bukan hanya melihat bahwa function follow form dan form follow function ( karya arsitektur bentuk dapat mengikuti fungsi atau fungsi dapat mengikuti bentukan) melainkan keduanya saling memberikan pengaruh satu sama lain.

10

7. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian masalah ini adalah metode studi kasus. Obyek yang dipilih untuk diteliti yaitu bangunan Gramedia Expo Surabaya karya Ridwan kamil. Bangunan Gramedia Expo ini tidak hanya berfungsi sebagai toko buku tetapi juga sebagai tempat pameran, tempat makan, dan kegiatan-krgiatan lainnya. Jenis penelitiannya adalah kepustakaan dimana dilakukan dengan mencari data dan informasi tentang bangunan Gramedia Expo di Surabaya melalui literatur maupun internet. Teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara tidak langsung melalui data data literatur yang ditemukan. Penelitian ini bersifat kualitatif karena data yang didapat berpa data yang tidak dapat diukur. Dengan menggunakan metode studi kasus karena masalah yang diteliti adalah pada saat perencanaan sedangkan obyek yang ada saat ini sudah selesai dibangun sehingga data data literatur yang tersedia cukup lengkap untuk mendukung penelitian ini. Dalam melakukan penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data-data dari literatur maupun internet yang terpercaya kebenarannya dan berkaitan dengan penelitian bentuk dan fungsi dalam arsitektur. Buku yang digunakan yaitu The Concept Of Function in Twentieth - Century Architectural Criticism karya Larry L. Ligo dan Form, Function & Design karya Paul Jacques Grillo. Langkah berikutnya yaitu pengolahan data, analisis data lalu melakukan penafsiran dari hasil analisis data. Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan pengolahan data. Pengolahan data ini bertujuan untuk menyederhanakan data-data yang terkumpul agar dapat disusun dengan lebih bail dan rapi sehingga dapat dianalisis. Proses selanjutnya adalah analisa data yang bertujuan untuk

menyederhanakan, sehingga mudah untuk ditafsirkan. Analisa yang dilakukan dengan menggunakan analisa nonstatika, dimana cara kegiatan analisa dengan membaca data yang telah diolah dan kemudian meneliti objek dengan data 11

yang telah dikaji sebelumnya kemudian mengambil kesimpulan. Analisa nonstatistika ini cocok dilakukan karena data-data yang didapat berupa data kualitatif. Langkah terakhir yaitu melakukan penafsiran hasil analisis. Penafsiran hasil analisis ini memiliki tujuan untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu apakah dalam perencanaan Gramedia Expo Surabaya oleh dasar pemikiran Ridwal Kamil mengambil konsep bentuk atau fungsi dulu?.

8. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Bab 1. Pendahuluan Beisi halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, dan daftar isi. Bab 2. Isi 2.1 Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian. Latar belakang masalah memaparkan tentang informasi, isu, gejala, dan fenomena yang ada tentang bentuk dan fungsi dalam arsitektur khususnya yang menyangkut bangunan Gramedia Expo Surabaya. Rumusan masalah berisi tentang perumusan masalah yang menjadi dasar untuk melakukan penelitian yaitu Bagaimanakah hubungan antara fungsi dan bentuk bangunan Gramedia Expo di Surabaya menurut proses desain yang dilakukan oleh Ridwan Kamil pada saat perencanaan?. Hipotesis penelitian berisi tentang Ada pengaruh antara fungsi dan bentuk bangunan Gramedia Expo di Surabaya pada saat perencanaan menurut cara berpikir Ridwan Kamil 12

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan anatara fungsi dan bentuk arsitektur, khususnya Gramedia Expo di Surabaya. Sedangkan kegunaanya adalah agar masayarakat khusunya arsitek dapat mengetahui cara pikir Ridwan Kamil dalam mendesain Gramedia Expo Surabaya serta pengaruh bentuk dan fungsi pada saat mendesain suatu karya arsitektur. 2.2 Metode penelitian. Metode penelitian berisi tentang penjelasan mengenai metode, jenis, sifat, obyek, dan subyek penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, serta jenis analisa yang digunakan dalam melakukan penelitian. 2.3 Kerangka Teori 2.4 Isi Berisikan tentang: Tinjauan tentang Gramedia Expo Surabaya Analisis bagaimana hubungan bentuk dan fungsi menurut kacamata Ridwan Kamil. 2.5 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan berisi tentang rangkuman dari seluruh hasil penelitian serta ulasan hasil penafsiran yang merujuk pada landasan teori yang digunakan. Saran berisi tentang saran-saran yang dikemukakan berdasar dari kesimpulan yang ada. Bab 3. Penutup Berisi daftar pusataka yang didapat dari literatur dan internet yang digunakan sebagai penunjang dalam melakukan penelitian objek.

13

DAFTAR PUSTAKA

Ligo, Larry. The Concept of Function in Twentieth Century Architectural Criticism. Ann Arbor Michigan: Umi Research Press. 1984. Grillo, Paul Jacques. From Function and Design. New York: Dover Publication.1975. Vyzovity, Sophia. Folding Architecture: Spatial, Structural, and

Organizational Diagrams. Singapore. 2006. http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur http://architect-news.blogspot.com/2009/08/bentuk-arsitektur.html inherent.brawijaya.ac.id/vlm/file.php/38/...8.../FungsiBentuk.pdf

14

You might also like