You are on page 1of 78

1

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hinggaabad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Sumber Sejarah
Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. [sunting]Prasasti

yang ditemukan

1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor 2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. 3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, KabupatenPandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman. 4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor 5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor 6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor 7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang. Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir. Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah -naskah (lontar) abad ke-16. [sunting]Prasasti Pasir Muara Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan : ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda Terjemahannya menurut Bosch: Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda. Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi. [sunting]Prasasti Ciaruteun Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi: vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam Terjemahannya menurut Vogel:

3
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara. Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara. [sunting]Prasasti Telapak Gajah Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi: jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam Terjemahannya: Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa. Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah. Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan"

4
nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun. [sunting]Prasasti Jambu Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris: shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nityadksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam. Terjemahannya menurut Vogel: Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya. [sunting]Sumber

berita dari luar negeri

Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok. 1. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Yepo-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orangorang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi ada pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi tidak jauh dari situs tersebut

5
  
t t j aruma") a ng terletak di sebelah selatan.

dit

daerah tersebut dulu adalah daerah antai ersis enuturan a hien[rujukan?]

. Berita inasti ang, juga menceritakan bahwa l mo.

ari tiga berita di atas ara ahli

[siapa?]

menyimpulkan

bahwa istilah o-lo-mo secara fonetis penyesuaian katakatanya sama dengan arumanegara. aka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan

sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang aruma. Kerajaan arumanegara diperkirakan berkembang antara

diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah

prasasti ugu, meliputi hapir seluruh awa Barat yang membentang dari Banten, akarta, Bogor dan [sunting]Kepurbakalaan

asa

andi iwa di situs Percandian Batujaya

No.

Nama Situs

Artepak

Keterangan

Batu dakon ( )

Arca batu tidak berkepala

Struktur Batu kali

Kampung Muara

Menhir ( )

Purnawarman.

00)

tahun

-600

. Berdasarkan prasast-prasati tersebut

ilayah kekuasaan Purnawarman menurut

irebon.

&%%

'

%%%

tahun

dan

telah datang utusan dari

! !

 

dan

telah datang utusan dari

. Berita inasti Sui,

 

#"     ! 

   4 ( 

enceritakan bahwa tahun l

Kuburan (tua)

Ciampea

Arca gajah (batu)

Rusak berat

Gunung Cibodas

Arca

Terbuat dari batu kapur

3 arca duduk

arca raksasa

arca (?)

Fragmen

Arca dewa

Arca dwarapala

Arca brahma

Duduk diatas angsa (Wahana Hamsa) dilengkapi padmasana

Arca (berdiri)

Fragmen kaki dan lapik

(Kartikeya?)

Arca singa (perunggu)

Mus.Nas.no.771

Tanjung Barat

Arca siwa (duduk) perunggu

Mus.Nas.no.514a

Tanjungpriok

Arca Durga-Kali

Mus.Nas. no.296a

7
Batu granit

Tidak diketahui

Arca Rajaresi

Mus.Nas.no.6363

Cilincing

sejumlah besar pecahan

settlement pattern

Buni

perhiasan emas dalam periuk

settlement pattern

Tempayan

Beliung

Logam perunggu

Logam besi

Gelang kaca

Manik-manik batu dan kaca

Tulang belulang manusia

Sejumlah besar gerabah bentuk wadah

Batujaya (Karawang)

Unur (hunyur) sruktur bata

Percandian

Segaran I

Segaran II

Segaran III

Segaran IV

Segaran V

Segaran VI

Talagajaya I

Talagajaya II

Talagajaya III

Talagajaya IV

Talagajaya V

Talagajaya VI

Talagajaya VII

10 Cibuaya

Arca Wisnu I

Arca Wisnu II

Arca Wisnu III

Lmah Duwur Wadon

Candi I

Lmah Duwur Lanang

Candi II

Pipisan batu [sunting]Naskah

Wangsakerta

Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah. Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan. Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya. Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu

10
terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda? Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan rajaraja penguasa Jawa Barat pada masa silam. Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan

11
sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M. Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara. [sunting]Raja-raja Tarumanagara menurut

Naskah Wangsakerta
Raja-raja Tarumanegara No 1 2 3 4 5 Jayasingawarman Dharmayawarman Purnawarman Wisnuwarman Indrawarman Raja Masa pemerintahan 358-382 382-395 395-434 434-455 455-515

12
8

6 7 8 9 10 11 12

Candrawarman Suryawarman Kertawarman Sudhawarman Hariwangsawarman Nagajayawarman Linggawarman

515-5 5 5 5-561 561-628 628-6 6

6 0-666 666-66

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan

Nama ibu kota


Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan

bernama Kutaraja. Pada tahun , aja

putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadiSinghasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal

Singhasari.

Nama umapel juga muncul dalam kronik i na dari i nasti Yuan dengan ejaan u-ma-pan. [sunting]Awal

berdiri
d c

enurut Pararat n, umapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat

sebagai akuwu setara camat) umapel saat itu adalahTunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan

daripada nama umapel.

aka, Kerajaan umapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan

PPPI

kali didirikan tahun

, ibu kota Kerajaan umapel

isnuwardhana mengangkat

V UT R S

umapel.

enurut Nagarakretagama, ketika pertama


Pemerintahan -Raja pertama -Raja terakhir

diperkirakan berada di daerah Singosari,

alang.

Masa Berdirinya Didahului oleh Digantikan oleh Ibu kota Agama

di awa i mur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun

. okasi kerajaan ini sekarang

Kerajaan Tumapel (Singhasari)

Lokasi pusat Kerajaan Singhasari 1222-1292 Kadiri Majapahit Kutaraja, Singhasari Hindu Buddha Monarki Ken Arok (1222-1227) Kertanagara (1268-1292)

9 @ @ 98 98

-6 0

C DDD

13

cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernamaKen Arok, yang kemudian menjadi akuwu

Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaanKadiri. Pada tahun

terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana.

Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa anter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak irinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.

karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagaiSiwa. Selain itu, Pararat n juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawanKadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa. [sunting]Silsilah

angsa

gambar ini.

[ ]

Silsilah wangsa ajasa, keluarga penguasa Singhasari dan

Tumapel adalah Bhatara Siwa.

ungkin nama ini adalah gelar anumerta dari

anggah

ajasa

ajapahit. Penguasa ditandai dengan blok warna dalam

Prasasti

ula

alurung atas nama Kertanagara tahun

uu s t

bernama Ranggah Rajasa Sang

menyebutkan adanya nama Ken Arok.

alam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel

, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan ajasa,

baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernamaKen

edes. Ken

g hhh

14
Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari. Versi Pararaton adalah: 1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247) 2. Anusapati (1247 - 1249) 3. Tohjaya (1249 - 1250) 4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 1272) 5. Kertanagara (1272 - 1292) Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati(anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anakAnusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagamaadalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib. Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan olehKertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Dengan demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah bahwa Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu, baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di samping ini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton. [sunting]Prasasti Versi Nagarakretagama adalah: 1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 1227) 2. Anusapati (1227 - 1248) 3. Wisnuwardhana (1248 - 1254) 4. Kertanagara (1254 - 1292)

Mula Malurung

15

Kunst, Berlin-Dahlem, erman.

ersi Pararat n yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel. ajasa yang dijuluki "Bhatara Siwa", setelah

menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua,Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara alias ahisa

Parameswara digantikan oleh uningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan

sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara. [sunting]Pemerintahan

bersama

Pararat n dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara isnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararat n disebutkan nama ahisa

Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararat n benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing.

isnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah

cucu Ken Arok. [sunting]Kejayaan Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari 1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar awa. Pada tahun 1275 ia mengirim

asliNarasingamurti adalah

ampaka.

oleh Seminingrat yang bergelar

isnuwardhana. Prasasti

ula

alurung juga menyebutkan bahwa

Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh

Penemuan prasasti

ula

alurung memberikan pandangan lain yang berbeda dengan

andala Amoghap

a dari masa Singhasari abad ke-13), perunggu,

. x 14 cm. Koleksi

useum fr Indische

onga Teleng).

16

pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa ongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya kelanjutan dari Kerajaan

dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dariKertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkanBali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan

ongol. Namun permintaan itu ditolak tegas

oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di [sunting]Keruntuhan

andi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari.

Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatanperangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami

Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dariKertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. iwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

[sunting]

ubungan dengan

ajapahit
e

Pararat n, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan aden ijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria iraraja penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak

mendirikan desaMajapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka

ijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.

dimanfaatkan aden

ijaya untuk mengalahkanJayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh,

keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati

luarJawa pada masa Kertanagara antara lain,

alayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan,

elayu, Bali, Pahang,

urun, dan Bakulapura.

elang-

aden

17
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.

Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai:

atau "

r wich y") adalah salah

satu kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumateradan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya,Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan.
[1][2]

Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti

"bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan",[2] maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
[5] [3][4]

Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai

Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2] di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.[6] Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensinya baru diketahui lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George C ds daricole franaise d'Extrme-Orient.
Ibu kota Sriwijaya, Jawa, Kadaram, Dharmasraya
[7]

Bahasa

Melayu Kuna, Sansekerta

Agama

Buddha Vajrayana,Buddha Mahayana,Buddha Hinayana, Hindu

Pemerintahan Maharaja - 683 - 702 - 775

Monarki

Sri Jayanasa Sri Indrawarman Dharanindra

18

- 792 - 835 - 988

Samaratungga Balaputradewa Sri Cudamani Warmadewa

- 1008

Sri MaraVijayottunggawarman

- 1025

SangramaVijayottunggawarman

Sejarah - Didirikan - InvasiDharmasraya 600-an 1100-an

Mata uang

Koin emas dan perak

Historiografi
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George C dsmempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia.[8] Coeds menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.[9] Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelelumkolonialisme Belanda.
[8]

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-foshih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan.[2] Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.[6]

19

Sekitar tahun 1993, Pierre-Y e s Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusa t Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang danSabokingking terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang).[2] Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang
[6]

ari, antara Muara Sabak sampai ke Muara


[10]

Tembesi di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah

berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan andi Muara Takus provinsi iau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatanI Tsing,
[11]

serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang

bagian dari candi yang terletak di Muara Takus).

[12]

Namun yang pasti pada masa penaklukan

di Kadaram Kedah sekarang). [sunting]Pembentukan

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat.

andi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan Sriwijaya.

oleh ajendra

hola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota


[6]

dan pertumbuhan
[8]

pq

tahun 1003 kepada kaisar

i na yang dinamakancheng tien wan shou

andi Bungsu, salah satu

dipersembahkan oleh raja Sriwijaya Se li

u la wu ni fu ma tian wa atau Sri

on

udamaniwarmadewa)

20

andi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatanI Tsing, dari prasasti Kedukan

ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaituMalayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga ampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukumBhumi awa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya,
[2]

Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi -

Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, samp raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, ai memutuskan hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara danHoling berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi keJawa Tengah dan berkuasa disana. Di
[2] abad ini pula, angkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, [2]

Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara angkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi

mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya.

ntuk mencegah hal tersebut,

candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan

ham di sebelah timur Indochina

mengendalikan jalur perdagangan maritim diSelat Malaka, Selat Sunda, aut

hina Selatan, aut

peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan

oling Kalingga) di

Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinanDapunta

v u

eruntuhan

at

andi) Kaew yang berasal dari aman Sriwijaya di haiya, Thailand Selatan.

t w

yang. Di abad ke-7

21

militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825. [sunting]Agama
[2]

andi Muara Takus, salah satu kawasan yang dianggap sebagai ibukota Sriwijaya.

Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di niversitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehin gga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa Buddha koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke 10, Ati a, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodh loka menyebutkan ditulis pada masa

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budayaIndia, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti

dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkanbahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.
".... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau -pulau pada

Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan

pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India". Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.
[4]

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya peng aruh Sriwijaya.

pula oleh agama Buddha.

aja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan

autan Selatan percaya dan mengagumi

pemerintahan Sri

udamani

armadewa penguasaSriwijayanagara di Malayagiri di Su arnad i pa.[13]

ina ingin

22
Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung dan berdagang di Sriwijaya, maka seorang raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman pada tahun 718 diduga masuk Islam
[14]

atau setidaknya tertarik untuk mempelajari Islam dan kebudayaan Arab,

sehingga mungkin kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Damaskus,Suriah. Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da'i ke istana Sriwijaya.
[15]

[sunting]Budaya Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran budha wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuwo menggambarkan ritual budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan Bahasa Melayu Kuno, bahasa yang digunakan oleh Sriwijaya ini adalah leluhur Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara, ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di kepulauan Nusantara.
[16]

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera, sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal, akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah. Beberapa arca-arca bersifat budhisme, seperti berbagai arca budha dan bodhisatwa Awalokiteswara ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang[17], Jambi[18], Bidor, Perak
[19] [20]

dan Chaiya

. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang

sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan ke-8 sampai ke-9).[21]

mungkin diilhami

oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad

23
[sunting]Perdagangan Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalurperdagangan antara India dan Tiongkok,

memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja -raja di India.
[11]

telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal -vassalnya di seluruh Asia Tenggara. Selain menjalin hubungan dagang denganIndia dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab, kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat

membawa hadiah Zanji budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkanShih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah buat kaisar i na, berupa ts'engchi bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).[22] Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama ujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. [sunting]

elasi dengan kekuatan regional

Pagoda Borom That bergaya Sriwijaya di haiya, Thailand.

ntuk memperkuat posisinya atas penguasaan pada kawasan di Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hina, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta
[23]

upeti.

hubungan diplomasi dengan kekaisaran

kepada khalifah mar bin Abdul-Aziz dari Bani

mayyah tahun 718 kembali ke Sriwijaya dengan

yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda.

rang Arab mencatat bahwa Sriwijaya

Kekayaan yang melimpah ini

24

Pada masa awal kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa haiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah

dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara

dari prasasti eiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk

hubungan ini kembali membaik pada masaKulothunga hola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah

T i-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079,
[6]

pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan dan pada masa dinasti

Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan. [sunting]Masa

keemasan

menjadi bahagian dari dinasti hola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga

setelah ajendra

hola I naik tahta yang melakukan penyerangan di abad ke -11. Kemudian

kepada niversitas Nalanda.

elasi dengan dinasti

hola di selatan India juga cukup baik,

kejatuhan Sriwijaya,

haiya terbagi menjadi tiga kota yakni Mueang) haiya, Thatong Kanchanadit),

hola I

25

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.
[24]

Model kapal tahun 800-an Masehiyang terdapat pada candi Borobudur.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di -9 hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan i lipina.
[2] [25]

Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda,

menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannyasebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India. Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkankerajaan Medang di Jawa, dalam prasasti Pucangandisebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh. [sunting]Penurunan
[6]

mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya, berdasarkanprasasti Tanjore bertarikh 1030,

Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade

tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. utusan San-fo-ts'i ke i na tahun 1028.
[27]

Kawasan Sriwijaya dalam prasasti Tanjore Nama kawasan Keterangan

demikian

ajendra

hola I tetap memberikan peluang kepada raja -raja yang ditaklukannya untuk
[26]

Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita

berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengar h dinasti u

kerajaan

hola telah menaklukan daerah -daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja

Tahun 1017 dan 1025,

ajendra

Jawa Timur, di mana Haji

urawari dari Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawa han

hola I, raja dari dinasti hola di Koromandel, India selatan,

Arca emas Avalokitevara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di

antaukapastuo, Muarabulian, Jambi,Indonesia.

hola. Meskipun

26
Pannai Malaiyur Mayirudingam Ilangasogam Mappappalam Mevilimbangam Valaippanduru Takkolam Madamalingam Ilamuri-Desam Nakkavaram Kadaram Tambralingga Lamuri Nikobar Kedah Langkasuka Pannai Malayu

Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079 Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun1082 masih mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimkan utusan berikutnya di tahun 1088.
[2]

Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya

atas raja-raja bawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai munculDharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggaraterdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kialo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), ing-ya-sikia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-loan (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai(Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), an-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong(Palembang), Kienpi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).
[6][10]

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku hu-fan-chi

[28]

yang ditulis pada tahun 1178, hou-Ju-

27

Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan laut ina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli

kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat padaprasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya. [sunting]Struktur

pemerintahan

Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kad tuan, vanua, samaryy da,mandala dan bh mi.[29] Kad tuan dapat bermakna kawasan d tu, tnah rumah) tempat tinggal bini h ji, tempat disimpan mas dan hasil cukai drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kad tuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kad tuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut asparis, samaryy da merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus samaryy da-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bh mi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kad tuan Sriwijaya. Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvar ja putra mahkota), pratiyuvar ja putra mahkota kedua) dan r jakum ra pewaris berikutnya).
[30]

Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan

dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. [sunting]Hubungan

dengan dinasti Sailendra


angsa Sailendra

Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama ailendravam a pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa, prasasti i gordi selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara padaprasasti
[11]

sekarang.

Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra.

Artikel utama untuk bagian ini adalah:

alau asal-usul dinasti ini masih diperdebatkan sampai

armadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti Padang

oco. Peristiwa ini

28
Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India.
[32] [31]

Kemudian Moens

menambahkan kedatanganDapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari
[33]

Nusantara, didasarkan atasCarita Parahiyangan

kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain


[34]

di Jawa yang berbahasa Melayu Kuna di antaranya prasasti Sojomerto. [sunting]Raja

yang memerintah

Para Maharaja Sriwijaya [2][6] Tahun

671

Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa

Srivijaya Shih-li-fo-shih

Catatan perjalanan I Tsing di tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur (686), Karang Brahi dan Palas Pasemah

Sri Indrawarman 702 Shih-li-t-'o-pa-mo Rudra Vikraman 728 743774 775 Sri Maharaja Lieou-t'eng-wei-kong

Sriwijaya Shih-li-fo-shih Sriwijaya Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok 702-716, 724 Utusan ke Khalifah Muawiyah I dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Utusan ke Tiongkok 728-742

Belum ada berita pada periode ini Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand dan menaklukkanKamboja Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara kompleks Candi Prambanan

Sriwijaya

Pindah ke Jawa (Jawa Tengahatau Yogyakarta)

778

Dharanindra atau Rakai Panangkaran

Jawa

Prasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan

782

Samaragrawira atau Rakai Warak

Jawa

Prasasti Nalanda dan prasasti Mantyasih tahun 907 Prasasti Karang Tengah tahun 824,

792

Samaratungga atau Rakai Garung

Jawa

825 menyelesaikan pembangunan candi Borobudur

Nama Raja

Ibukota

Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristi a

29
Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan Kehilangan kekuasaan di Jawa, dan kembali ke Suwarnadwipa Prasasti Nalanda tahun 860, India 861959 Sri Udayaditya Warmadewa Se-li-hou-ta-hia-li-tan 980 Sriwijaya San-fo-ts'i Utusan ke Tiongkok 960, & 962 Belum ada berita pada periode ini

840

856

Balaputradewa

Suwarnadwipa

960

Utusan ke Tiongkok 980 & 983: dengan raja, Hi -tc (Haji) Sriwijaya Malayagiri (Suwarnadwipa) San-fots'i 990 Jawa menyerang Sriwijaya, Catatan Ati , Utusan ke Tiongkok 988-992-1003, pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi nama c Sri MaraVijayottunggawarman Se-li-ma-la-pi San-fo-ts'i Kataha

Sri Cudamani Warmadewa 988 Se-li-chu-la-wu-ni-fuma-tian-hwa

ti

1008

Prasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 1008 Utusan San-fo-ts'i ke Tiongkok 1017: dengan raja, Ha-c 'i- -wa-c 'a- ' (Haji mat abhumi (?)); gelar haji biasanya untuk aja bawahan

1025

SangramaVijayottunggawarman

Sriwijaya Kadaram

Diserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawanan Prasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore, India

1030

Dibawah Dinasti Chola dari Koromandel Utusan San-fo-ts'i dengan raja Kulothunga Chola I (Ti-hua- a-l ) ke Tiongkok 1079 membantu memperbaiki candi Tien Ching di Kuang Cho (dekat Kanton) Utusan San-fo-ts'i dari Ki n- i (Jambi) ke Tiongkok 1082 dan 1088 Belum ada berita Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-fan-chi berisi daftar koloni San-fo-ts'i

1079

1082 10891177 1178

1017

30
Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa Dibawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand

1183

Dharmasraya

[sunting]Warisan

sejarah

Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coeds pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu. Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama berabad-abad perkembangan kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya, Sriwijaya berperan besar atas t rsebarluasnya e penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (ingua franca) digunakan di berbagai l bandar dan pasar di kawasan Nusantara.
[35]

Tersebar luasnya bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang

telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia.
[36]

Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi

sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kotaPalembang, provinsi Sumatera Selatan, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya. Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air(maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang.

Majapahit adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dan mejadi Kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas pada masa kekuas aan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.

31
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Ibu kota
[3] [2]

Majapahit, Wilwatikta ( Trowulan)

Bahasa

Jawa Kuno, Sansekerta

Agama

SiwaBuddha (Hindu danBuddha), Kejawen,Animisme

Pemerintahan Raja - 1295-1309 - 1478-1498

Monarki

Kertarajasa Jayawardhana Girindrawardhana

Sejarah - Penobatan Raden Wijaya Invasi Demak 1527 10 November 1293

Mata uang

Koin emas dan perak, kepeng (koin perunggu yang diimpor dari Tiongkok

Historiografi
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.
[6] [7] [4] [5]

Pararaton terutama menceritakanKen

Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu,Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.
[8]

Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun
[8]

catatan sejarah dariTiongkok dan negara-negara lain.

32

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat disangkal bahwa

menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti. [sunting]Sejarah [sunting]Berdirinya
[5] [9]

ajapahit

Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional

epublik Indonesia.

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng hi
[10]

ke Singhasari yang menuntut upeti.Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir


[10][11]

menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. tahun 1293. Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa

desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buahmaja, dan rasa "pahit" dari

bertempur melawan Jayakatwang.

aden

buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba,

menyerahkan diri. aden

ijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun

i jaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk

ijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga

Jayakatwang memberikan pengampunan kepada aden

i jaya, menantu Kertanegara, yang datang

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria

Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan

isnusebagai penggambaranKertarajasa. Berlokasi semula di andi

sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti

. . Berg

i raraja,

33
memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang -kabut karena mereka berada di teritori asing.
[12][13]

Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap

angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penoba tan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa, termasukRanggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.
[13]

Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. [sunting]Kejayaan

Majapahit

34

Bidadari Majapahit yang anggun, ukiran emas apsara bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" di kepulauan nusantara.

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.

Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuanmahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada 1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya,Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa

Hayam

uruk, juga disebut ajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.

35
Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah -daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja . Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
[15][2] [15] [14]

. Sumber ini menunjukkan batas terluas

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.
[16]

Pihak Sunda

menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sun beserta da keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.
[18] [17]

Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang

kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun

pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama. Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budayakeraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dariSumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.
[19]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
[2]

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang -kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatka porsi n terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

36
[sunting]Jatuhnya

Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak,Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa. Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit. . Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
[20] [8] [5]

. Di bagian

37

Sebuah tampilan model kapal Majapahit diMuseum Negara Malaysia, Kuala umpur,Malaysia.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh

1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan -kerajaan Islam di pantai utara Jawa. aktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 tahun 1400
[21]

saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinastidan berakhirnya suatu pemerintahan ) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah sirna hilanglah kemakmuran bumi. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana . Menurut prasasti Jiyu dan Petak, anawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi [22] dan memindahkan ibu kota ke Daha Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini
[23] dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggot a [22]

keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam
[24] pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit . Demak dibawah

anawijaya melawan

Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri

hina.

pemerintahan

aden kemudian menjadi Sultan) Patah

atah), diakui sebagai penerus kerajaan aden Patah karena ia adalah

mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan.

putranya anawijaya pada tahun 1474. Pada 1478

anawijaya mengalahkan Kertabhumi dan anawijaya memerintah pada kurun waktu

38

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis Tome Pires), dan Italia Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tanganAdipati penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M . Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapa sisa kerajaan Hindu yang masih hit, bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasanBromo dan Semeru [sunting]Kebudayaan
[22]

Gapura Bajang atu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandang dalam lukisan... Kelopak an bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya". Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peri tiwa utama dalam kalender s tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra Maret April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayarupeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejaba yang ditunjuk t

nus,

39
langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.
[25]

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.
[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya
[26]

. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan

memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto.
".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[27]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330. Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain adalah Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara. [sunting]Ekonomi

40

Celengan zaman Majapahit, abad 14-15Masehi Trowulan, Jawa Timur. KoleksiMuseum Gajah, Jakarta)

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan . Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang sejak abad ke8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu kep uang tembaga impor ing dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk diSidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catat sejarah, akan tetapi an kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistemmata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
[25] [28]

Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
[25]

ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga[29]. Selain itu, catatan

Menurut catatan

ang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu

[15]

dorico da Pordenone,

41

biarawan Katolik oma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas,perak, dan permata.

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. aktor pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. aktor kedua; pelabuhan -pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah -rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.
[25]

pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam, dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari Indiadan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa . [sunting]Struktur
[31]

pemerintahan

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa

memegang otoritas politik tertinggi.

selama perkembangan sejarahnya

pemerintahan Hayam

uruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah
[32]

aja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia

Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumertaTribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda Hayam

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran p enguasa

[30]

ilwatikta telah menarik banyak

uruk.

42
[sunting]Aparat

birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:     Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu. [sunting]Pembagian

wilayah
[13]

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari

, terdiri atas

beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre. Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut: 1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja 2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan) 3. Watek: dikelola oleh wiyasa, 4. Kuwu: dikelola oleh lurah, 5. Wanua: dikelola oleh thani, 6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral. Hubungan dengan Raja

No

Provinsi

Gelar

Penguasa

43

Kahuripan (atau Janggala, sekarang Surabaya)

Bhre Tribhuwanatunggadewi ibu suri Kahuripan

Daha (bekas ibukota dari Kediri) Bhre Daha Rajadewi Maharajasa

bibi sekaligus ibu mertua

Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari)

Bhre Tumapel

Kertawardhana

ayah

Wengker (sekarang Ponorogo)

Bhre Wengker

Wijayarajasa

paman sekaligus ayah mertua

Bhre Matahun (sekarang Bojonegoro) Matahun

Rajasawardhana

suami dari Putri Lasem, sepupu raja

Wirabhumi (Blambangan)

Bhre Bhre Wirabhumi1 Wirabhumi

anak

Paguhan

Bhre Paguhan

Singhawardhana

saudara laki-laki ipar

Kabalan

Bhre Kabalan

Kusumawardhani2

anak perempuan

Pawanuan

Bhre Pawanuan

Surawardhani

keponakan perempuan

10

Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah)

Bhre Lasem

Rajasaduhita Indudewi

sepupu

11 Pajang (sekarang Surakarta)

Bhre Pajang

Rajasaduhita Iswari

saudara perempuan

12 Mataram (sekarang Yogyakarta)

Bhre Mataram

Wikramawardhana2

keponakan laku-laki

44

Catatan:
1

Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya

tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.
2

Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki -laki raja),

pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.    Daha Jagaraga Kabalan
[33]

Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:    Kahuripan Keling Kelinggapura    Kembang Jenar Matahun Pajang    Singhapura Tanjungpura Tumapel   Wengker Wirabumi

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:  Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh paraBhre (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.  Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh budaya Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk aliansi atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup penting. Termasuk didalamnya daerah Pulau Jawalainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.  Nusantara, adalah area yang tidak merefleksikan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan

45

apa pun yang terlihat mengancam Majapahit akan menghasilkan reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni diMaluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:  Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura Ayutthaya dari Thailand), Dharmmanagari Kerajaan Nakhon Si Thammarat),Marutma, Rajapura dan Sinhanagari kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja Kamboja), dan Yawana Annam).
[34]

Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit,

karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini. [sunting]

aja-raja Majapahit

46

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.
[35]

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasapada akhir abad ke-13. Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok . Nama Raja Gelar Tahun
[8]

Raden Wijaya

Kertarajasa Jayawardhana

1293 - 1309

Kalagamet

Sri Jayanagara

1309 - 1328

Sri Gitarja

Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350

Hayam Wuruk

Sri Rajasanagara

1350 - 1389

Wikramawardhana

1389 - 1429

Suhita

1429 - 1447

Kertawijaya

Brawijaya I

1447 - 1451

Rajasawardhana

Brawijaya II

1451 - 1453

Purwawisesa atau Girishawardhana

Brawijaya III

1456 - 1466

Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa Brawijaya IV

1466 - 1468

Bhre Kertabumi

Brawijaya V

1468 - 1478

Girindrawardhana

Brawijaya VI

1478 - 1498

47

Patih Udara [sunting]

1498-1518

arisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum fr Indische Kunst, Berlin -Dahlem, Jerman.

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsabangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya. [sunting]Legitimasi politik Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, aden Patah, menurut babadbabad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorangPutri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas i rasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton -keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.
[26]

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibatGerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu In donesia. Majapahit kadang

48

yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan rde Barumenggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.
[36]

[37]

Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern

meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa. Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen -elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut "Dwiwarna"

"dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera

armada kapal perang TNI Angkatan aut berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit. [sunting]Arsitektur

Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur Museum of Asian Art, San rancisco)

Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidangarsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. [sunting]Persenjataan Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra -Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.

dijadikan acuan batas politik negara

[15] epublik Indonesia saat ini. Dalam propaganda

49
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak. [sunting]Kesenian

modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut. [sunting]Puisi

lama

Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan or ang Majapahit dari agama sinkretis "Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.

[sunting]Komik

dan strip komik

Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa Rani.

  

Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga. Komik Majapahit karya R.A. Kosasih Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.

latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M. [sunting]Roman/novel

sejarah

Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.

Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo. Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.

Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.

Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya Ale Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi dalam

50
Dyah Pitaloka - Senja di angit Majapahit (2005), roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.  Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi. [sunting]Film/Sinetron Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahanJayanagara.  Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.  Walisongo, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.  Puteri Gunung edang, sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat cerita berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kotaDaha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Berdiri 1042-1222 Kahuripan Singasari Daha, Dahanapura Jawa Kuna Hindu Buddha Monarki Sri Samarawijaya (1042-?) Kertajaya (1194-1222) Jayakatwang (1292-1293) 1042 antara 1116-1135

idahului oleh

Digantikan oleh Ibu kota Bahasa Agama Pemerintahan -Raja pertama -Raja terakhir Sejarah -Dibagi dariKahuripan -Bergabung kembali denganJanggala

51
Artikel ini membahas tentang Kerajaan Kediri Sejarah Nusantara). Lihat pula Kota
-Kakawin Bh ratayuddhaselesai 1157 ditulis -Runtuh oleh pemberontakanKen 1222 Arok

Kediri dan Kabupaten Kediri. Untuk kegunaan lain, lihat

Latar Belakang

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan sin gkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalamSerat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putrayang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi,Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Arca

ishnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13.

52
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lungdalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178). [sunting]Perkembangan

Panjalu

Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan. Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135),yaitu Panjalu Jayati, atauPanjalu Menang. Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. [sunting]Karya

Sastra Zaman Kadiri

Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dariMahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana. [sunting]Runtuhnya

Kadiri

53

Arca Buddha Vajrasattva zaman Kadiri, abad X/XI, koleksi Museum fr Indische Kunst, Berlin -Dahlem, Jerman.

Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari. Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaituJayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, aden [sunting]

aja-Raja yang Pernah Memerintah Daha

Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Daha, ibu kota Kadiri: [sunting]1.

Pada saat aha menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh

ijaya.

54
Airlangga, merupakan pendiri kota Daha sebagai pindahan kota Kahuripan. Ketika ia turun takhta tahun 1042, wilayah kerajaan dibelah menjadi dua. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian barat, yaitu Panjalu. Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga tersebut sebelum dibelah sudah bernama Panjalu. [sunting]2.

Pada saat Daha menjadi ibu kota Panjalu

Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya ditemukan dalam prasasti Pamwatan (1042).

Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya atau bukan.

Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).

Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu, berdasarkan prasasti Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157).

    

Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161). Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171). Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181). Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana. Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.

[sunting]3.

Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari

Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja Daha zaman Singhasari, yaitu:     Mahisa Wunga Teleng putra Ken Arok Guningbhaya adik Mahisa Wunga Teleng Tohjaya kakak Guningbhaya Kertanagara cucu Mahisa Wunga Teleng (dari pihak ibu), yang kemudian menjadi raja Singhasari

[sunting]4.

Pada saat Daha menjadi ibu kota Kadiri

Jayakatwang, adalah keturunan Kertajaya yang menjadi bupati Gelang-Gelang. Tahun 1292 ia memberontak hingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singhasari. Jayakatwang kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri. Tapi pada tahun 1293 ia dikalahkan Raden Wijaya pendiri Majapahit. [sunting]5.

Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit

55
Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha tapi hanya bersifat simbol, karena pemerintahan harian dilaksanakan oleh patih Daha. Bhre Daha yang pernah menjabat ialah: 1. Jayanagara 1295-1309 Nagarakretagama.47:2; Prasasti Sukamerta - didampingi Patih Lembu Sora. 2. Rajadewi 1309-1375 Pararaton.27:15; 29:31; Nag.4:1 - didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada. 3. Indudewi 1375-1415 Pararaton.29:19; 31:10,21 4. Suhita 1415-1429 ? 5. Jayeswari 1429-1464 Pararaton.30:8; 31:34; 32:18; Waringin Pitu 6. Manggalawardhani 1464-1474 Prasasti Trailokyapuri [sunting]6.

Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit

Menurut Suma Oriental tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 Daha menjadi ibu kota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan olehSultan Trenggana raja Demak tahun 1527. Sejak saat itu nama Kediri lebih terkenal dari pada Daha.

ailendravam a atau wangsa sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Mda (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agamaBuddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asalusul wangsa ini masih diperdebatkan. Disamping berasal dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini.

Asal-usul
Di Indonesia nama ailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi ( ailendragurubhis; ailendrawa

ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi ( ailendrawa

Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatu gadewasya ailendra), prasasti Sojomerto dari tahun 725 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwu an dari tahun 824 Masehi ( ailendrawa atilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775

Masehi dan prasasti Nalanda. Mengenai asal usul keluarga ailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Ada yang mengatakan bahawa keluarga ailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan. [sunting]Teori

India

atilakasya; ailendrarajagurubhis). Kemudian nama itu atilakena), dalam prasasti

56
Majumdar beranggapan bahwa keluarga ailendra di Nusantara, baik di r wijaya (Sumatera) maupun di Mda (Jawa) berasal dari Kalingga (India Selatan). Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga ailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya. [sunting]Teori

Funan

George C ds lebih condong kepada anggapan bahwa ailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga ailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah menyatakan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera. [sunting]Teori
[rujukan?]

Nusantara

Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa ailendra mungkin berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya. Menurut beberapa sejarawan, keluarga ailendra berasal dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada abad ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa. . Serangan Sriwijaya atas Jawa berdasarkan atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak mau berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiya . Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbahasa Melayu Kuna. Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga ailendra, asli Nusantara yang menganut agama iwa. Tetapi sejak Pa amkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mah y na, raja raja di Matar m menjadi penganut agama Buddha Mah y na juga. Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sajaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R. Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang. Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santan ), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Samp la) (da p nta selendra namah santan n ma nda
[1]

57
bapa nda bhadrawati n ma nda aya nda samp la n ma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan ailendra yang berkuasa di Mda . Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata Sansekerta ailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Jika demikian, kalau keluarga ailendra berasal dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sanskrit di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga ailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Berdasarkan paleografinya, prasasti Sojomerto berasal dari sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi. Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sajaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sth ra ga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya. Disebutkan pula bahwa Sajaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kem udian dikawininya dan melahirkan Sajaya. Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mda (Matar m), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sajaya. Raja Sajaya mulai berkuasa di Mda pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Kalau Sajaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini berarti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke -7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun. Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira -kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra. Dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahawa Raja Mandimiak mendapat putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiak. Karena teori Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahiyangan, maka keluarga ailendra diduga berasal dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awalnya beragama Siwa seperti kebanyakan keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, budaya, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur. Berita Tiongkok yang berasal dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang disebut She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sebagai ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan baik. Mungkinkah ratu ini

58
merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, maka diperoleh urutanraja-raja yang memerintah di Mda , yaitu Dapunta Selendra ?- 674 Masehi), Ratu Sima 674-703 Masehi), Mandimi ak 703-710 Masehi), R. Sanna 710-717 Masehi), R. Sajaya 717-746 Masehi), dan Rakai Pa amkaran 746-784 Masehi), dan seterusnya. [sunting]Era

Kerajaan Medang

Candi Kalasan sebagai tempat pemujaan Dewi Tara.

Bosch. Pada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akantetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalamprasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Pada masa pemerintahan raja Indra 782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasettu. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dariCandi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagaiBodhisattva wanita. Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.

Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga 812 -833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikaha nnya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernamaBalaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

dan

angsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh
[2]

Kerajaan Medang diperintah oleh dua wangsa yaitu

angsa Sailendra yang beragama Buddha

59
[sunting]Daftar

raja-raja

Pendapat umum menyebutkan raja-raja Wangsa Sailendra adalah sebagai berikut,    Bhanu (752-775), raja pertama dan pendiri Wangsa Sailendra Wisnu (775-782), Candi Borobudur mulai dibangun Indra (782-812), menyerang dan mengalahkan Kerajaan Chenla (Kamboja), serta mendudukinya selama 12 tahun    Samaratungga (812-833), Candi Borobudur selesai dibangun Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan, pangeran Wangsa Sanjaya Balaputradewa (833-850), melarikan diri ke Sriwijaya setelah dikalahkan Rakai Pikatan

Akan tetapi, beberapa sejarawan tampaknya menolak urutan ini. Misalnya, Slamet Muljana berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra. [sunting]Runtuhnya

Wangsa Sailendra

Adanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan keyakinan antara Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang beragama Hindu Siwa, menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah.
[rujukan?] [rujukan?]

Untuk mengatasi ini, raja Samaratungga menikahkan putrinya

Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya. Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram,
[rujukan?]

menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika

Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad.
[rujukan?]

Orang-orang Jawa yang menjadi pengikut Balaputradewa merasa tersingkir dan


[1]

akhirnya bermigrasi ke Jawa Barat untuk mendirikan Kerajaan Banten Girang.

Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun

60

banyak candi baik yang bercorak Hindumaupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
Ibu kotaJawa Tengah: Mda i Bumi Mataram (lokasi tepat tidak diketahui, diperkirakan di sekitar Yogyakarta danPrambanan), kemudian pindah ke Poh Pitu dan Mamrati Jawa Timur: Mda i Tamwlang dan Mda i Watugaluh (dekatJombang), kemudian pindah ke Mda i Wwatan (dekat Madiun) BahasaJawa Kuna, SanskertaAgamaKejawen, Hindu,Buddha, AnimismePemerintahanMonarkiRaja - 732 760Sri Sanjaya - 985 1006Dharmawangsa TeguhSejarah - Sri Sanjayamendirikan Wangsa Sanjaya (Prasasti Canggal)752 - Kekalahan Dharmawangsa dari Wurawari danSriwijaya1045Mata uangMasa dan Tahil (koin emas dan perak lokal)

Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Saka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Ibu kota Pakuan Pajajaran,Kawali

Bahasa

Sunda,Sansekerta

Agama

Hindu, Buddha,Sunda Wiwitan

Pemerintahan

Monarki

Sejarah - Didirikan - Sunda Kelapa direbutDemak dan Cirebon pada tahun 1527, SeranganBanten pada tahun 1570-an 669 1579

Mata uang

Mata uang emas dan

61

perak

Wilayah kekuasaan
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, xford niversity, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali

"Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu yang saat ini disebut Kali

Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda olehSelat Sunda. [sunting]Historiografi

Padro Sunda Kalapa 1522), sebuah pilar batu untuk memperingati perjanjian Sunda -Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Rujukan awal nama Sunda sebagai sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun 458 Saka 536 Masehi). Prasasti itu ditulis dalam aksara Kawi, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai berikut: Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sun da. Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka 932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara 358-669 AD ).

62

Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte): Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua. Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD). [sunting]Catatan

sejarah dari Cina

Menurut F. Hirt dan WW Rockhill, ada sumber-sumber berita Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara -negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benarbenar mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Chu-fan-chi, yang ditulis dalam tahun 1178-1225 Masehi, menyebutkan pelabuhan air di Sin-t'o (Sunda). Chu-fan-chi melaporkan bahwa: Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kainkatun, dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Tuban, Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman. Buku berbahasa Cina "shun-feng hsiang-sung" dari sekitar 1430 AD mengatakan: Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon.

63
[sunting]Catatan

sejarah dari Eropa

Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya "Summa Oriental (1513 - 1515)" ia menulis bahwa: Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya. [sunting]Berdiriya

kerajaan Sunda

Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Dwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Dwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur). [sunting]Federasi

antara Sunda dan Galuh

Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh RahyangSanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah. Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara.

64

Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Dwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda. Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Dwi Kancanasari, keturunan Demunawan dariSaunggalah, Sang Banga mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun ( 66-783) dengan gelar Prabhu 7 Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795). Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813 -842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891. Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954 -964). Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989 -1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Dwasanghyang (1012-1019). Dari Dwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu

65
ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati 1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguhdari Jawa Timur, mertua raja Airlangga 1019-1042). Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja 1042 -1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi 1064 -1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, -1175). Dari Prabu Rakryan Jayagiri 1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma 1156 Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun 1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepadaPakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda. Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda -Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan a Saunggalah Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selam enam tahun 1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun 1303 -1333). Karena hanya 1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadwata 1311 mempunyai anak perempuan, Linggadwat menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu a -1350). Dari Ajiguna Linggawissa 1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340 Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawissa 1350 1357), yang di ujung kekuasaannya gugur saat Perang Bubat. Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora 1357-1371).

Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Ged, Kawali, Ciamis.

Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun 1371 -1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan Prabu Susuktunggal), yang diberikekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama 1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai

66

putera Ningratkancana (Prabu Dwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482). Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawissa (1521-1535), kemudian Prabu Dwatabuanawissa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaranruntuh. [sunting]Raja-raja

Kerajaan Sunda-Galuh

Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi): 1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723) 2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732) 3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739) 4. Rakeyan Banga (739 - 766) 5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783) 6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795) 7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819) 8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891) 9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895) 10. Windusakti Prabu Dwageng (895 - 913) 11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916) 12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942) 13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954) 14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964) 15. Munding Ganawirya (964 - 973) 16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989) 17. Brajawissa (989 - 1012) 18. Dwa Sanghyang (1012 - 1019) 19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030) 20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042) 21. Darmaraja (Sang Moktng Winduraja, 1042 - 1065)

67

22. Langlangbumi (Sang Moktng Kerta, 1065 - 1155) 23. Rakeyan Jayagiri Prabu Mnakluhur (1155 - 1157) 24. Darmakusuma (Sang Moktng Winduraja, 1157 - 1175) 25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297) 26. Ragasuci (Sang Moktng Taman, 1297 - 1303) 27. Citraganda (Sang Moktng Tanjung, 1303 - 1311) 28. Prabu Linggadwata (1311-1333) 29. Prabu Ajiguna Linggawissa (1333-1340) 30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350) 31. Prabu Maharaja Linggabuanawissa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357) 32. Prabu Bunisora (1357-1371) 33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475) 34. Prabu Susuktunggal (1475-1482) 35. Jayadwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521) 36. Prabu Surawissa (1521-1535) 37. Prabu Dwatabuanawissa (1535-1543) 38. Prabu Sakti (1543-1551) 39. Prabu Nilakndra (1551-1567) 40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579) [sunting]Hubungan [sunting]Singasari Dalam Nagarakretagama, disebutkan bahwa setelah Kertanagara menaklukkan Bali (1206 Saka), kerajaan-kerajaan lain turut bertekuk lutut, tidak terkecuali Sunda. Jika ini benar, adalah aneh jika di kemudian hari, kerajaan Majapahit sebagai penerus yang kekuasaannya lebih besar justru tidak menguasai Sunda, sehingga nama Sunda harus termuat dalam sumpahnya Gajah Mada.

dengan kerajaan lain

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.
[1][2]

Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat

ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

68

Sejarah
[sunting]Yupa

Prasasti Kerajaan Kutai

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. [sunting]Mulawarman Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha. [sunting]Aswawarman Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur. Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

69
[sunting]Berakhir Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara. [sunting]Nama-Nama

Raja Kutai

Peta Kecamatan Muara Kaman

1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman 2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga) 3. Maharaja Mulawarman 4. Maharaja Marawijaya Warman 5. Maharaja Gajayana Warman 6. Maharaja Tungga Warman 7. Maharaja Jayanaga Warman 8. Maharaja Nalasinga Warman 9. Maharaja Nala Parana Tungga 10. Maharaja Gadingga Warman Dewa 11. Maharaja Indra Warman Dewa 12. Maharaja Sangga Warman Dewa

70
13. Maharaja Candrawarman 14. Maharaja Sri Langka Dewa 15. Maharaja Guna Parana Dewa 16. Maharaja Wijaya Warman 17. Maharaja Sri Aji Dewa 18. Maharaja Mulia Putera 19. Maharaja Nala Pandita 20. Maharaja Indra Paruta Dewa 21. Maharaja Dharma Setia [sunting]Lain-lain Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa Sangsekerta.Kata itu biasanya digunakan untu ahkiran namak nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.

Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma- a-Yu ( ) merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke -7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso[1] atau Pagaruyung [2]. Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwi a atau Swarnabumi (Thai:Sovannophum) yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum direbut oleh Kerajaan Sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682[3].

71

Peta Kerajaan Melayu kuno

Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku Geographi e Sintaxi karya Ptolemy yang menyebutkan maleuolon[4]. Dan kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah yang di elilingi air . Daftar Isi: 1. Sumber Berita Cina 2. Lokasi Pusat Kerajaan 3. Penaklukan Sriwijaya 4. Dari Minanga ke Dharmasraya 5. Ditaklukkan Majapahit 6. Dari Dharmasraya ke Pagaruyung 7. Daftar Raja Melayu 8. Referensi 9. Lihat Pula 1. Sumber Berita Cina Berita tentang kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I Tsing atau I Ching ( ; pinyin Y Jng) (634-713), yang termasyhur yaitu Nan-hai Chi- uei Nei-fa Chuan (Catatan Ajaran Buddha yang dikirimkan dari Laut Selatan) serta Ta-Tang Hsi-yu Chiu-fa Kao-seng Chuan (Catatan Pendeta-pendeta yang menuntut ilmu di India zaman Dinasti Tang) [5] dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, singgah di Sriwijaya enam bulan lamanya untuk mempelajari Sabdawidya, dan menerjemahkan naskah-naskah Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina.[6][7] Kisah pelayaran I-tsing dari Kanton tahun 671 diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut[8]:

72

Keti a angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Beliau menolong mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India) Perjalanan pulang dari India tahun 685 diceritakan oleh I-tsing sebagai berikut[5]: Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Cina. Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di Kedah. Tempat ini sekarang menjadi kepunyaan Sriwijaya. Saat kapal tiba adalah bulan pertama atau kedua .... Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira -kira sebulan, kami sampai di negeriMalayu, yang sekarang menjadi bagian Sriwijaya. Kapal-kapal umumnya juga tiba pada bulan pertama atau kedua. Kapal -kapal itu senantiasa tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu mereka berlayar ke arah utara, dan mencapai Kanton dalam waktu sebulan. Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya menganut agama Buddha aliran Hinayana, kecuali Ma-la-yu. Tidak disebutkan dengan jelas agama apa yang dianut oleh kerajaan Melayu. Berita lain mengenai kerajaan Melayu berasal da ri T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961, kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kalinya, namun setelah munculnya Sriwijaya sekitar 670, kerajaan Melayu tidak ada lagi mengirimkan utusan ke Cina.[9] 2. Lokasi Pusat Kerajaan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Minanga Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu [10].

73

Candi Gumpung, kuil Buddha di Muara Jambi

Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa Sansekerta bermakna bukit. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng -benteng, dan terletak di atas bukit[9]. Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau Sumatera[11][12]. 3. Penaklukan Sri ijaya Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Sriwijaya Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra (perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan, sudah tentu perjalanan itu adalah ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan data -data[3] 1. Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682). 2. Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei) dengan membawa lebih dari 20.000 balatentara. Rombongan lalu tiba di Muka Upang. Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682. Pend apat ini sesuai dengan catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma -layu masih menjadi kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shih-li-fo-shih.

74

Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682 penguasa lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu Sriwijaya [13][9] . 4. Dari Minanga ke Dharmasraya Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Dharmasraya 4. 1. Munculnya Wangsa Mauli Kekalahan kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya sejak tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli. Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintahMaharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernamaMraten Sri Nano. Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun 1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ia mendapat kiriman arca Amoghapasa dari atasannya, yaituKertanagara raja Singhasari di pulau Jawa. Arca tersebut kemudian diletakkan di Dharmasraya. Dharmasraya dalam Pararaton disebut dengan nama Malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Ole h karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas. Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 t elah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand(Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina [9] disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.

75

Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja, Tribhuwanaraja dan Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang bermakna tuan pendeta. Dengan demikian, kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi. 4. 2. Daerah Kekuasaan Dharmasraya Dalam naskah berjudul Chu-fan-chi karya Chau Ju-kua tahun 1225[14] disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Chelan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatanThailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lantan (Kelantan), , Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Tongya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Acehsekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda. 4. 3. San-fo-tsi Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990-an identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan prasasti Tanyore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatra dan Semenanjung Malaya. Selain itu dalam daftar di atas juga ditemukan nama Pa-lin-fong yang identik dengan Palembang. Karena Palembang sama dengan Sriwijaya, maka tidak mungkin Sriwijaya menjadi bawahan Sriwijaya. Kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San -fo-tsi masih mengirimkan utusan, masing-masing dari Kien-pi (Jambi) danPa-linfong (Palembang) [2]. Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan Sanfo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.

76

Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya. Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 ne geri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir. Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke 14, yaitu zaman Dinasti Ming danMajapahit. Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang. 4. 4. Ekspedisi Pamalayu Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ekspedisi Pamalayu Naskah Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Kebo Anabrang. Prasasti Padang Roco tahun 1286 menyebutkan tentang pengiriman arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan antara Singhasari dengan Dharmasraya. Pada tahun 1293 tim ini kembali dengan membawa serta dua orang putri Malayu bernama Dara Jingga dan Dara Petak. Untuk memperkuat persahabatan antara Dharmasraya dengan Singhasari, Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya yang telah menjadi raja Kerajaan Majapahit mengantikan Singhasari. Pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Sementara itu, Dara Jingga diserahkan kepada seorang dewa. Ia kemudian melahirkan Tuan Janaka yang kelak menjadi raja Pagaruyung bergelar Mantrolot Warmadewa. Namun ada kemungkinan lain bahwa Raden Wijaya juga mengambil Dara Jingga sebagai istri, karena hal ini lumrah sebab Raden Wijaya pada waktu itu telah menjadi raja serta juga memperistri semua anak-anak perempuan Kertanagara. Dan ini dilakukan untuk menjaga ketentraman dan kestabilan kerajaan setelah peralihan kekuasaan di Singhasari. Sebagian sumber mengatakan bahwa Mantrolot Warmadewa identik dengan Adityawarman Mauli Warmadewa, putra Adwayawarman. Nama Adwayawarman ini mirip dengan Adwayabrahma, yaitu salah satu pengawal arca Amoghapasa dalam prasasti Padangroco tahun1286. Saat itu Adwayabrahma menjabat

77

sebagai Rakryan Mahamantri dalam pemerintahan Kertanagara. Jabatan ini merupakan jabatan tingkat tinggi. Mungkin yang dimaksud dengan dewa dalam Pararaton adalah tokoh ini. Dengan kata lain, Raden Wijaya meni kahkan Dara Jingga dengan Adwayabrahma sehingga lahir Adityawarman. Adityawarman sendiri nantinya menggunakan gelar Mauli Warmadewa. Hal ini untuk menunjukkan kalau ia adalah keturunan Srimat Tribhuwanaraja . 5. Ditaklukkan Majapahit Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Majapahit Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Dharmasraya sebagai salah satu di antara sekian banyak negeri jajahanKerajaan Majapahit di Pulau Sumatra [15]. Namun interpretasi isi yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini. Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit untuk menaklukan wilayah Swarnnabhumi nama lain pulau Sumatera. Penaklukan Majapahit dimulai dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabananmenyebut nama Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1343 [16]. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman [17]. 6. Dari Dharmasraya ke Pagaruyung Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Pagaruyung Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, Pada tahun 1343 Adityawarman kembali ke Swarnnabhumi dan ditahun 1347 memproklamirkan dirinya sebagai pelanjut Dinasti Mauli penguasa Kerajaan Melayu di Dharmasraya [18] dan selanjutnya memindahkan pusat pemerintahannya ke Suruaso, (daerah Minangkabau)[19], dengan gelar Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa [20]. Dengan melihat gelar yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Wangsa Maulipenguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendranama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi.

78

Dari catatan Dinasti Ming (1368-1644) menyebutkan bahwa di San-fo-tsi (Sumatera) terdapat tiga orang raja. Mereka adalah Sengk'ia-li-yu-lan (alias Adityawarman), Ma-ha-na-po-lin-pang (Maharaja Palembang), dan Ma-na-chawu-li (Maharaja Dharmasraya). Dan sebelumnya pada masa Dinasti Yuan (12711368), Adityawarman juga pernah dikirim oleh Jayanegara sebanyak dua kali sebagai duta ke Cina yaitu pada tahun 1325 dan 1332, dan ten tu dengan nama yang sama pada masa Dinasti Ming masih dirujuk kepada Adityawarman, yang kemudian kembali mengirimkan utusan sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai 1377 [21]. Dan kemudian dari berita ini dapat dikaitkan dengan penemuan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman Adityawarman, dimana pada naskah tersebut ada menyebutkan tentang Maharaja Dharmasraya. Jika dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, jelas Adityawarman bergelar Maharajadiraja, dan membawahi Dharmasraya dan Palembang [22]

You might also like