You are on page 1of 10

Adab Ziarah Kubur

Assalamualaikum..nak tanya beberapa soalan mengenai ziarah ke pusara/kubur. 1. Apa tertib kita apabila menziarah kubur? 2. Bilakah masa yang paling baik bagi kita umat Islam untuk menziarah kubur? Hari apa? pagi/petang/malam? 3. Dalam Islam, ada tak diterangkan tentang menziarah kubur waktu malam? hadis ke ayat Quran ke... 4. Boleh atau tidak kita bawa orang bukan Islam ziarah kubur orang Islam? Harap mendapat jawapan.Terima kasih in advance. ****************** g@y@t Salam Terima kasih dengan soalan ini. Insya Allah kami akan menjawab persoalan saudara sebaik mungkin. Quote: Apa tertib kita apabila menziarah kubur? 1) Tujuan dan niat Hendaklah menziarahi kuburan utk mengingatkan kita kepada kematian dan juga perkara yg berlaku di alam barzakh dan hari kemudian nanti. Dalil: Dari Buraidah bin al-Husayb ra, Rasulullah saw bersabda, Aku pernah menghalang kamu dari menziarahi kubur. Sekrang, ziarahilah(kubur), kerana ia akan mengingatkan kamu akan hari kemudian.[Hadis riwayat Muslim, an-Nasai dan lain-lain] 2) Menanggalkan kasut/sandal sebelum memasuki kawasan perkuburan. Dalil:Dari Basyir bin Handzalah ra, bahawa Nabi menanggalkan sandalnya bila berada di kuburan." [Hadis riwayat an-Nasa'iy, Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah] Terdapat beberapa pendapat berkaitan perkara ini iaitu: Ibn Hajar: makruh hukumnya memakai sandal/kasut atas kuburan. Ibn Hazm al-Andalusia: hanya sandal atau terompah yg dilarang, jika kasut tidak apa-apa. Imam at-Thahawi: yang rajih ialah jika kuburan itu bersih dan berpasir barulah ditanggalkan kasut atau sandal tujuan menghormati mayat, tapi jika kuburan itu kotor atau berduri, maka tidak perlu memecat alas kaki. 3) Memasuki tanah perkuburan dengan tenang dan senyap. Dalil: Dari Al-Bara' bin Azib r.a. katanya: Kami telah keluar bersama-sama Nabi mengiringi jenazah seorang lelaki dari kaum Ansar, lalu kami sampai ke kuburnya yang disediakan Rasulullah s.a.w. pun duduk lalu kami duduk di sekelilingnya dengan keadaan tidak bergerak dan membisu; manakala Baginda s.a.w. pula mencucuk- cucuk tanah dengan seranting kayu yang ada di tangannya[Imam Ahmad, Abu Daud, Al-Nasa'i dan Ibn Majah] Disahihkan oleh Albani. 4) Memberi salam dan mendoakan ahli kubur. Dalil: Dari Aisyah r.a., dia berkata: "Wahai Rasulullah s.a.w., bagaimana aku mengucapkan ketika menziarahi kubur?" Baginda bersabda, ertinya: Salam sejahtera ke atas penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah mengasihani orang-orang yang pergi lebih dahulu dan yang pergi kemudian dari kamu dan kami. Bila Allah mengkehendaki, kami akan menyusulmu." (HR Muslim) 5) Mengadap kiblat ketika mendoakan ahli kubur. Quote: Bilakah masa yang paling baik bagi kita umat Islam untuk menziarah kubur? Hari apa? pagi/petang/malam? Dalam Islam, ada tak diterangkan tentang menziarah kubur waktu malam? hadis ke ayat Quran ke... Menetapkan hari2 dan masa2 tertentu untuk menziarahi kubur ini bukanlah amalan dari sunnah. Sebagai contoh mengkhususkan hari menziarah kubur pada hari Juma'at: Semua hadis-hadis mengenai fadhilat (keutamaan) menziarahi kubur pada hari Juma'at adalah samada lemah (dha'eef),

batil atau palsu (maudhu') dan tidak boleh diamalkan. Contoh yang lain ialah: - mengkhususkan hari menziarah pada hari Isnin dan khamis, - mengkhususkan hari menziarah pada hari raya, Ashura dan malam nisfu syaaban dlln Tidak terdapat sebarang dalil yang sahih maupun pendapat ulama mengenai menziarah kubur pada waktu malam ini. Oleh itu kita beralih kepada hadis: Barangsiapa yang mengada2kan dalam agama kami ini yang bukan darinya maka ia adalah tertolak. Quote: Boleh atau tidak kita bawa orang bukan Islam ziarah kubur orang Islam? Tidaklah menjadi kesalahan selagi dia menjaga adab2 menziarah kubur. Tambahan Terdapat beberapa perkara khilaf dalam isu menziarahi kubur ini. Di antaranya: Membaca al-Quran dikuburan Isu membaca al-Qur'an di sisi mayat dan atas kubur ini sudah dibahaskan dalam kitab2 klasik (Hanafi Maliki-Syafi'iy-Hanbali), maknanya isu ini ujud sudah lama yakni suatu kecenderungan umat Islam untuk membantu mayat dengan cara membaca al-Qur'an di sisi mayat atau dikuburannya. Kita meletakkan isu ini sebagai khilafiah kerana madzhab Hanbali dan Syafi'iy mengharuskan, manakala makruh di sisi madzhab Malik dan Hanafi. Imam dan Syaikhul Islam Ibn Taymiyah juga tidak menegahnya, malah muridnya alHafeedz Ibn Qayyim juga berpendapat harus tapi amalan itu bukanlah suatu amalan yg kuat disisi syara' dan bukanlah amalan salaf assoleh. Menabur bunga di pusara Amalan ini merupakan khilaf . Aliran Salafiyya seperti Syaikh al-Uthaymeen, almarhum Syaykh Ben Baz, Syaikh Albani berpendirian keras dgn menegahnya atas alasan bid'ah dan diciplak dari amalan Yahudi-Kristian. Pendapat ini disandarkan kepada al-Kattabidan Syaikh Ahmed Syakir. Syaikh Syakir berpendapat amalan menabur bunga dan meletak kalungan bunga ini diambil dari amalan masyarakat Kristian Koptic di Mesir. Adapun Lajnah Fatwa alAzhar (pengerusi: Syaikh Atiyah Saqr) berpendapat setelah ditimbang dari dua pendapat yg harus dan haram, dimenangkan pendapat yg mengharuskan kerana terdapat asal dari as Sunnah di mana biasa Nabi saw meletak pelapah tamar dan ranting yg masih hidup di atas pusara (Bukhari-Muslim). Jika bebunga hidup digunakan mengganti pelepah tamar dan ranting kayu, maka disitulah keharusannya. Tetapi jika karangan bunga itu dari jenis yg mahal atau menyerupai acara kaum bukan Islam, maka ia ditegah. WA Sekian Wassalam Rujukan Funerals-Regulations&Exhortations By Sheikh Muhammad al-Jibaly Fiqh us-Sunnah Funerals and Dzikr By Sheikh Sayyid Sabiq Bidah Menurut Ahli Sunnah Wal Jamaah Oleh Rasul Dahr Minhaj al-Muslim Oleh Abu Bakr Jabir al-Jazaiy Ettiquettes of a Muslim on Friday By Abu Ibrahim Majid Ali Hasan www.islamonline.com
POSTED BY AIZUDDIN AT 11:53 AM

Adab-adab Ziarah Kubur

Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr Az Zur i rahimahullah pernah berkata, Memuliakan mayit yang berada di kubur serupa dengan memuliakannya di rumah yang ditempati semasa hidupnya di dunia, karena kubur yang dia tempati saat ini telah menjadi kediaman (baru) baginya [1]. Kita layak memperhatikan apa yang beliau katakan. Perkataan beliau tersebut menunjukkan seorang muslim meski telah wafat, berhak untuk mendapatkan perlakuan santun dari saudaranya yang masih hidup sebagaimana perlakuan tersebut ia dapatkan semasa hidupnya di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang santun dan sangat memperhatikan hak-hak sesama penganutnya, meskipun mereka tidak lagi hidup di dunia ini. Faktor yang memperkuat kenyataan tersebut adalah Islam telah mengatur berbagai adab yang berkaitan dengan praktek ziarah kubur, setiap muslim sepatutnya memperhatikan berbagai adab tersebut. oleh karena itu, secara ringkas akan kami paparkan beberapa adab ziarah kubur yang dapat kami kumpulkan disertai dengan berbagai dalil dari al Qur-an dan sunnah nabi yang shahih diiringi dengan pernyataan para ulama. Berikut beberapa adab ziarah kubur yang berhasil kami kumpulkan. Ikhlas dan Mengharapkan Pahala dari Ziarah Kubur yang akan Dilakukan Seyogyanya setiap muslim menyadari bahwa ziarah kubur merupakan ibadah karena pelaksanaannya diperintahkan oleh nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang telah kita ketahui. Kamu menganggapnya suatu yang sepele, padahal dia di sisi Allah adalah besar (An Nuur: 15). Oleh sebab itu, ziarah tersebut diniatkan untuk mendapatkan pahala dan bukan diiringi dengan tendensi-tendensi tertentu. Betapa banyak peziarah tidak menyadari hal ini sehingga dirinya terluput dan terhalang untuk mendapatkan pahala. ) Mengucapkan salam kepada Penghuni Kubur Dianjurkan bagi peziarah untuk mengucapkan salam kepada para penghuni kubur tatkala memasuki areal pekuburan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menuntunkan ucapan salam tersebut dalam beberapa hadits beliau, diantaranya, )

Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang akan menyusul, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. [2].

Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kampong kediaman kaum mukminin. Kami insya Allah akan segera menyusul kalian. [3].

. Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, penghuni kampong kediaman, dari kalangan muslimin dan mukminin. Ssungguhnya kami akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah agar keselamatan diberikan kepada kami serta kalian. [4]. Namun, tidak disyari atkan mengucapkan salam tatkala berziarah ke pekuburan orang kafir. Bahkan disyari atkan untuk memberitakan kepada mereka bahwa adzab neraka akan segera mereka dapatkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berpesan pada seorang Badui dengan sabda beliau,

Kabarkanlah kepada orang kafir bahwa neraka telah menanti jika engkau melewati kuburnya . Tatkala Badui tersebut telah masuk Islam, maka diapun mengatakan,

Sungguh rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan tugas yang membuatku capek. (Sejak beliau memerintahkanku), saya mengabarkan bahwa adzab neraka telah menanti setiap kali diriku melewati kubur orang kafir [5] Melepas Sandal dan Tidak Berjalan di Atas Kubur Peziarah diharuskan melepas sandal ketika memasuki areal pekuburan dan tidak berjalan di atas kubur sebagai bentuk penghormatan kepada saudaranya sesama kaum muslimin yang telah wafat. Hal ini dinyatakan dalam hadits Basyir bin Ma bad radhiallahu anhu, Pada suatu hari saya berjalan bersama rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba beliau melihat seorang yang berjalan di areal pekuburan dengan memakai sandal, maka beliau menegurnya, Yaa shahibas sibtiyyatain (wahai yang menggunakan dua sandal), celaka engkau, lepaskan sandalmu! Orang tersebut melongok kepada yang menegurnya, tatkala dia mengetahui

orang tersebut adalah rasulullah, serta merta dia mencopot kedua sandalnya. [6]. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, .

Sungguh, aku berjalan di atas bara api atau pedang, atau aku ikat sandalku dengan kakiku lebih aku sukai daripada berjalan di atas kubur seorang muslim. Dalam pandanganku, kejelekannya sama saja, buang hajat di tengah kubur atau di tengah pas [7]. ar.

Abu Dawud rahimahullah berkata, Aku melihat Imam Ahmad, jika beliau mengiringi jenazah dan telah mendekati areal pekuburan, beliau melepas kedua sandalnya. [8]. Al Allamah Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr Az Zur i rahimahullah mengatakan,

Siapapun yang merenungkan larangan nabi shalla llahu alaihi wa sallam untuk duduk di atas kubur, bersandar dan berjalan di atasnya, tentu dia akan mengetahui bahwasanya larangan tersebut bertujuan untuk menghormati para penghuni kubur sehingga manusia tidak menginjakkan kaki pada kepala mereka dengan sandal. Oleh sebab itu, beliau pun melarang untuk buang air di antara kuburan dan memberitakan bahwa duduk di atas bara api hingga membakar baju itu lebih baik ketimbang duduk di atas kubur. Hal ini tentunya lebih ringan daripada berjalan diantara kuburan dengan menggunakan sandal. Kesimpulannya: wajib menghormati mayit yang mendiami kuburnya sebagaimana penghormatan tersebut dilakukan di rumah yang dikediami semasa hidupnya. Sesungguhnya kubur tersebut telah menjadi kediaman baginya. [9]. Mendo akan Ampunan bagi Mayit, Tidak Mendo akan Keburukan atau Mencelanya Dari penjelasan pengarang Zaadul Ma ad yang telah lewat mengenai tata cara ziarah kubur nabi shallallahu alaihi wa sallam, kita temukan bahwa peziarah dianjurkan untuk mendo akan ampunan bagi mayit, sebagaimana hal ini juga terkandung dalam salam yang diucapkan ketika memasuki pekuburan. Tidak boleh bagi peziarah untuk mendo akan keburukan bagi s audaranya yang telah wafat. Terdapat hadits yang menyatakan nabi shallallahu alaihi wa sallam berdo a bagi penghuni kubur. Dari shallallahu Aisyahradliallahu anha, dirinya berkata, Pada suatu malam, rasulullah

alaihi wa sallam keluar dari rumah. Maka aku mengutus Barirah untuk Aisyah

membuntuti beliau, agar dirinya mengetahui kemana gerangan beliau pergi.

melanjutkan, Ternyata beliau pergi ke pemakaman Baqi ul Gharqad. Beliau berdiri di ujung pemakaman tersebut sembari mengangkat tangannya (untuk ber o a), kemudian beliau pun d pergi. Barirah pun kembali dan memberitahukan hal tersebut kepadaku. Tatkala pagi menjelang, aku pun bertanya kepada beliau, Wahai rasulullah, kemanakah gerangan engkau semalam? Aku diperintahkan untuk pergi ke pekuburan al Baq i untuk mendo akan

mereka. [10].

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

Janganlah kalian

mencela

orang

yang

telah

wafat.

Sesungguhnya mereka telah

mendapatkan ganjaran atas apa yang telah mereka perbuat. [11]. Mengambil Pelajaran dari Ziarah Tersebut

Hal ini tuntutan dari hikmah pensyari atan ziarah kubur, yaitu untuk mengingatkan peziarah akan kematian yang akan menjemput dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat yang akan dijalani serta berlaku zuhud di dunia. Nabishallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Ziarahilah kubur, sesungguhnya hal itu dapat melembutkan hati, meneteskan air mata dan mengingatkan pada kehidupan akhirat [12]. Tidak Bercanda ketika Berziarah Kubur Ziarah kubur dilakukan untuk mengingatkan peziarah terhadap kehidupan akhirat bahwa dirinya akan mengalami kematian seperti yang dialami penghuni kubur Tidak selayaknya jika . peziarah malah bercanda, melakukan guyon di areal pekuburan karena hal tersebut bertentangan dengan tujuan pensyari atan ziarah kubur, melalaikan hati dan salah satu bentuk ketidaksopanan terhadap penghuni kubur dari kalangan kaum m uslimin. Ash Shan ani mengatakan, Seluruh hadits ini menunjukkan pensyari atan ziarah kubur serta memuat penjelasan hikmah di balik hal tersebut, yaitu agar mereka dapat mengambil pelajaran tatkala berziarah kubur. Dalam lafadz hadits Ibnu Mas ud disebutkan hikmah tersebut, yaitu untuk pelajaran, mengingatkan pada akhirat dan agar peziarah senantiasa berlaku zuhud di dunia. Apabila ziarah kubur dilakukan dengan tujuan selain ini, maka ziarah yang dilakukan tergolong sebagai perbuatan yang tidak sesuai denga n syari at. [13]. Menjauhi Perkataan-perkataan Batil seperti Meratap atau Menangis dengan Meraung-raung Boleh bagi peziarah untuk menangis jika teringat akan kebaikan mayit atau semisalnya berdasarkan hadits Anas bin Malik radliallahu anhu, dia berkata, Aku turut menghadiri pemakaman anak perempuan nabi shallallahu alaihi wa sallam, sedangkan beliau duduk di samping kuburnya. Aku melihat kedua mata beliau mengucurkan air mata. [14]. Terdapat juga atsar dari Hani, maula Utsman radliallahu anhu yang menyatakan bahwa Utsman sering menangis apabila melewati areal pekuburan[15]. Namun yang harus dihindari jangan sampai tangisan tersebut justru membuat dirinya meratap, mengucapkan atau melakukan perbuatan yang mengundang kemurkaan

Allah ta ala dan menghilangkan kesabaran sehingga menampakkan bahwa dirinya tidak menerima ketetapan Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang ditangisi dan diiringi dengan ratapan, maka ia akan merasa tersiksa pada hari kiamat kelak disebabkan ratapan tersebut. [16]. Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

Sesungguhnya Allah tidaklah mengadzab disebabkan bercucurnya air mata atau bersedihnya hati. Namun Allah membuatnya tersiksa dengan sebab (ratapan) yang diucapkan oleh lisan seseorang-beliau shallallahu alaihi wa sallam berisyarat dengan menunjuk lisannya. [17].

Imam asy Syafi i rahimahullah mengatakan, Akan tetapi tidak boleh mengatakan perkataan yang terlarang di samping kubur, seperti menyumpah serapahi diri sendiri atau meratap. Namun, jika anda berziarah untuk memintakan ampun bagi mayit, melembutkan hati anda dan mengingat akirat, maka hal ini tidak aku benci. [18]. Demikianlah uraian yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini. Semoga bermanfaat bagi diri kami pribadi dan sidang pembaca.

Selesai diedit kembali Gedong Kuning, Yogyakarta, 12 Rabi uts Tsani 1430

Ziarah Kubur Dalam Bingkai Sunnah Nabawiyah

Oleh: admin : Di: Aqidah

25 Syaban 1427 H / 19 September 2006 /

Print /

Kirim / dibaca 2,002 kali

Islam adalah agama yang paling mulia di sisi Allah , karena Islam dibangun diatas agama yang wasath (adil) diseluruh sisi ajarannya, tidak tafrith (bermudah-mudahan dalam beramal) dan tidak pula ifrath (melampaui batas dari ketentuan syariat). Allah berfirman (artinya): Dan demikian pula, Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil dan pilihan . (Al Baqarah: 142) Ziarah kubur termasuk ibadah yang mulia di sisi Allah bila dilandasi dengan prinsip wasath (tidak ifrath dan tidak pula tafrith). Tentunya prinsip ini tidak akan terwujud kecuali harus diatas bimbingan sunnah Rasulullah . Barangsiapa yang menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan satu-satunya, sungguh ia telah berjalan diatas hidayah Allah . Allah berfirman (artinya): Dan jika kalian mentaati (nabi Muhammad ), pasti kalian akan mendapatkan hidayah (dari Allah ). (An-Nuur: 54) Hikmah Dilarangnya Ziarah Kubur Sebelum Diizinkannya Dahulu Rasulullah melarang para sahabatnya untuk berziarah kubur sebelum disyariatkannya. Rasulullah e bersabda:

:
)

Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah! Karena dengannya, akan bisa mengingatkan kepada hari akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian. Maka barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah, dan jangan kalian mengatakan hujr (ucapan-ucapan batil). (H.R. Muslim), dalam riwayat (HR. Ahmad): dan janganlah kalian mengucapkan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah. Al Imam An Nawawi berkata: Sebab (hikmah) dilarangnya ziarah kubur sebelum disyariatkannya, yaitu karena para sahabat di masa itu masih dekat dengan masa jahiliyah, yang ketika berziarah diiringi dengan ucapan-ucapan batil. Setelah kokoh pondasi-pondasi Islam dan hukum-hukumnya serta telah tegak simbol-simbol Islam pada diri-diri mereka, barulah

disyariatkan ziarah kubur. (Al Majmu: 5/310) Tidak ada keraguan lagi, bahwa amalan mereka di zaman jahiliyah yaitu berucap dengan sebatil-batilnya ucapan, seperti berdoa, beristighotsah, dan bernadzar kepada berhalaberhala/patung-patung di sekitar Makkah ataupun di atas kuburan-kuburan yang dikeramatkan oleh mereka. Tujuan Disyariatkannya Ziarah Kubur Para pembaca, marilah kita perhatikan hadits-hadits dibawah ini: 1. Hadits Buraidah bin Hushaib , Rasulullah bersabda: Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada akhirat dan akan me nambah kebaikan bagi kalian. (HR. Muslim) dari sahabat Buraidah juga, beliau berkata: Rasulullah telah mengajarkan kepada para sahabatnya, bilamana berziarah kubur agar mengatakan: Assalamualaikum wahai penduduk kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Kami Insya Allah akan menyusul kalian. Kalian telah mendahului kami, dan kami akan mengikuti kalian. Semoga Allah memberikan ampunan untuk kami dan kalian.(HR. Muslim 3/65) 2. Hadits Abu Said Al Khudri dan Anas bin Malik :

sekarang berziarahlah ke kuburan karena sesungguhnya di dalam ziarah itu terdapat pelajaran yang besar . Dalam riwayat sahabat Anas bin Malik : karena dapat melembutkan hati, melinangkan air mata dan dapat mengingatkan kepada hari akhir. (H.R Ahmad 3/37-38, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal: 228). 3. Hadits Aisyah : Dahulu, Rasulullah e pernah keluar menuju kuburan Baqi lalu beliau mendoakan kebaikan untuk mereka. Kemudian Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang perkara itu. Beliau berkata: Sesungguhnya aku (diperintahkan oleh Allah) untuk mendoakan mereka. (HR. Ahmad 6/252 dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani , lihat Ahkamul Janaiz hal. 239) Dalam riwayat lain, Aisyah bertanya: Apa yang aku ucapkan untuk penduduk kubur? Rasulullah berkata: Ucapkanlah: Assalamualaikum wahai penduduk kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang-orang yang mendahului kami ataupun yang akan datang kemudian. Dan kami Insya Allah akan menyusul kalian. (HR. Muslim hadits no. 974) Dari hadits-hadits di atas, kita dapat mengetahui kesimpulan-kesimpulan penting tentang tujuan sebenarnya dari ziarah kubur: a. Memberikan manfaat bagi penziarah kubur yaitu untuk mengambil ibrah (pelajaran), melembutkan hati, mengingatkan kematian dan mengingatkan tentang akan adanya hari akhirat. b. Memberikan manfaat bagi penghuni kubur, yaitu ucapan salam (doa) dari penziarah kubur dengan lafadz-lafadz yang terdapat pada hadits-hadits di atas, karena inilah yang diajarkan oleh Nabi , seperti hadits Aisyah dan yang lainnya. Bilamana ziarah kubur kosong dari maksud dan tujuan tersebut, maka itu bukanlah ziarah kubur yang diridhoi oleh Allah . Al-Imam Ash-Shanani rahimahullah mengatakan: Semuanya menunjukkan tentang disyariatkannya ziarah kubur dan penjelasan tentang hikmah yang terkandung padanya yaitu agar dapat mengambil ibrah (pelajaran). Apabila kosong dari ini (maksud dan tujuannya) maka bukan ziarah yang disyariatkan. (Lihat Subulus Salam, 2/162)

Catatan Penting Bagi Penziarah Kubur Beberapa hal penting yang harus diperhatikan bagi penziarah kubur, yaitu: Pertama: Menjauhkan hujr yaitu ucapan-ucapan batil. Sebagaimana hadits Rasulullah : maka barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah dan jangan kalian mengatakan hujr (ucapan-ucapan batil). (H.R. Muslim), dalam riwayat (HR. Ahmad): dan janganlah kalian mengucapkan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah. Berbicara realita sekarang, maka sering kita jumpai para penziarah kubur yang terjatuh dalam perbuatan ini. Mereka mengangkat kedua tangannya sambil berdoa kepada penghuni kubur (merasa belum puas /khusyu) mereka sertai dengan sujud, linangan air mata (menangis), mengusap-usap dan mencium kuburannya. Tidak sampai disini, tanah kuburannya dibawa pulang sebagai oleh-oleh keluarganya untuk mendapatkan barakah atau sebagai penolak bala. Adakah perbuatan yang lebih besar kebatilannya di hadapan Allah dari perbuatan ini? Padahal tujuan diizinkannya ziarah kubur -sebagaimana yang telah disebutkan- adalah untuk mendoakan penghuni kubur, dan bukan berdoa kepada penghuni kubur. Kedua: Tidak menjadikan kuburan sebagai masjid. Rasulullah bersabda: Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai watsan (sesembahan selain Allah), sungguh amat besar sekali kemurkaan Allah terhadap suatu kaum yang menjadikan kuburan kuburan para nabi sebagai masjid-masjid. (HR. Ahmad) Kalau demikian, bagaimana besarnya kemurkaan Allah kepada orang yang menjadikan kuburan selain para nabi sebagai masjid? Makna menjadikan kuburan sebagai masjid mencakup mendirikan bangunan masjid di atasnya ataupun beribadah kepada Allah di sisi kuburan. Maka dari itu, tidak pernah dijumpai para sahabat Nabi meramaikan kuburan dengan berbagai jenis ibadah seperti shalat, membaca Al Quran, atau jenis ibadah yang lainnya. Karena pada dasarnya perbuatan itu adalah terlarang, lebih tegas lagi larangan tersebut ketika Rasulullah bersabda: Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan dan jangan pula kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat yang selalu dikunjungi. Karena di manapun kalian bershalawat untukku, niscaya akan sampai kepadaku. (HR. Abu Dawud) Ketiga: Tidak melakukan safar (perjalanan jauh) dalam rangka ziarah kubur. Rasulullah bersabda:

.
Jangan kalian bepergian mengadakan safar (dengan tujuan ibadah) kecuali kepada tiga masjid: masjidku ini, Masjid Al-Haram, dan Masjid Al-Aqsha. (HR. Al-Bukhari no. 1139 dan Muslim no. 415) Ziarah ke kubur Nabi dan dua sahabatnya Abu Bakar dan Umar merupakan amalan mustahabbah (dicintai) dalam agama ini, namun dengan syarat tidak melakukan safar sematamata dengan niat ziarah. Sehingga salah kaprah anggapan orang bahwa safar ke masjid An Nabawi atau safar ke tanah Suci (Masjidil Haram) hanya dalam rangka berziarah ke kubur Nabi dan tidak dibenarkan pula safar ke tempat-tempat napak tilas para nabi dengan niat ibadah, sebagaimana penegasan hadits di atas tidak bolehnya mengadakan safar dalam rangka ibadah kecuali ke tiga masjid saja. Al Imam Ahmad meriwayatkan tentang kejadian Abu bashrah Al Ghifari yang bertemu Abu Hurairah . Beliau bertanya kepada Abu bashrah: Dari mana kamu datang? Abu bashrash menjawab: Aku datang dari Bukit Thur dan aku shalat di sana. Berkata Abu Hurairah : Sekiranya aku menjumpaimu niscaya engkau tidak akan pergi ke sana, karena aku mendengar Rasulullah bersabda: Jangan kalian bepergian mengadakan safar (dengan tujuan ibada h) kecuali kepada tiga masjid: masjidku ini, Masjid Al-Haram, dan Masjid Al-Aqsha.

Adapun hadits-hadits yang tersebar di masyarakat seperti: Barang siapa yang berziarah ke kuburanku, niscaya baginya akan mendapatkan syafaatku. Barangsiapa berziarah ke kuburanku dan kuburan bapakku pada satu tahun (yang sama), aku menjamin baginya Al Jannah. Barangsiapa berhaji dalam keadaan tidak berziarah ke kuburanku, berarti ia meremehkanku Semua hadits-hadits di atas ini dhoif (lemah) bahkan maudhlu (palsu), sehingga tidak diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari, Muslim, tidak pula Ashabus-Sunan; Abu Daud, An-Nasai dan selain keduanya, tidak pula Imam Malik, Asy-Syafii, Ahmad, Ats-Tsauri, Al-Auzai, Al-Laitsi dan lainnya dari para imam-imam ahlu hadits. (lihat Majmu Fatawa 27/29-30). Keempat: Tanah kubur Nabi tidaklah lebih utama dibanding Masjid Nabawi Tidak ada satu dalil pun dari Al Quran, As Sunnah ataupun perkataan dari salah satu ulama salaf yang menerangkan bahwa tanah kubur Nabi lebih utama dibanding Masjidil Haram, Masjid Nabawi atau Masjidil Aqsha. Hanyalah pernyataan ini berasal dari Al Qadhi Iyadh. Segala pernyataan yang tidak dilandasi dengan Al Quran ataupun As Sunnah sangat perlu dipertanyakan, apalagi tidak ada seorang pun dari ulama yang menyatakan demikian. (Lihat Majmu Fatawa 27/37) Kelima: Tidak mengkhususkan waktu tertentu baik hari ataupun bulan. Karena tidak ada satu nash pun dari Al-Quran, As-Sunnah ataupun amalan para sahabat nabi yang menjelaskan keutamaan waktu tertentu untuk ziarah. Keenam: Tidak diperbolehkan jalan ataupun duduk diatas kubur. Sebagaimana Rasulu llah bersabda: Sungguh jika salah seorang diantara kalian duduk di atas bara api, sehingga membakar bajunya dan menembus kulitnya, lebih baik baginya daripada duduk di atas kubur. (HR. Muslim 3/62) Sungguh aku berjalan di atas bara api, atau (tajamnya) sebilah pedang, ataupun aku menambal sandalku dengan kakiku, lebih aku sukai daripada aku berjalan di atas kubur seorang muslim. (HR. Ibnu Majah dan selainnya)

You might also like