You are on page 1of 17

EVALUASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN PANDANGAN GURU DAN PREDIKSI MEREKA BERDASARKAN BEBERAPA VARIABEL

Fulya Yuksel-Sahin Asisten Profesor Yildiz Technical University, Fakultas Pendidikan, Turki fusahin@yildiz.edu.tr Penelitian ini mengevaluasi layanan (asuhan) bimbingan dan konseling psikologis berdasarkan pandangan para guru sekolah dasar dan sekolah menengah. Para peserta penelitian adalah 204 guru. School Guidance Services Scale and Teacher Personal Information Form digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Penghitungan persentase dan analisa regresi berganda digunakan untuk analisa data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru menuliskan layanan bimbingan dari yang paling bermanfaat sampai yang paling tidak bermanfaat sebagai berikut: konsultasi, konseling, pengumpulan dan persediaan informasi, penilaian, orientasi, penempatan, penelitian dan evaluasi, hubungan publik dan keluarga serta layanan tindak lanjut (follow-up). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa secara keseluruhan sekitar 46% dari semua bimbingan dan konseling telah diberikan. Selain itu, menurut hasil penelitian ini, variabel kelas yang diajar dan pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK adalah prediktor signifikan evaluasi guru tentang layanan bimbingan dan konseling. Meskipun demikian, variabel mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana, lama bertugas dan jenis kelamin bukan merupakan prediktor signifikan evaluasi para guru tentang layanan bimbingan dan konseling. Kata kunci: layanan bimbingan dan konseling, guru, pendidikan, bimbingan

PENDAHULUAN Layanan bimbingan dan konseling psikologis merupakan layanan bantuan psikologis yang ditujukan pada perkembangan pribadi, sosial, pendidikan dan vokasional (terkait karir/pekerjaan) (American School Counsellor Association ASCA, 2007) dan aktualisasi diri para individu (Kepceoglu, 1994) yang sehat mental/normal (Korkut, 2004). Di Turki, bantuan bimbingan dan konseling pada utamanya diberikan di banyak lembaga pendidikan. Para guru bimbingan dan konseling (BK), yang ditempatkan di banyak lembaga pendidikan, menawarkan bantuan bimbingan dan konseling bagi para siswa untuk mengetahui dan menerima kepribadian mereka yang terus berkembang; untuk membuat banyak keputusan dan pilihan terkait tahap lebih tinggi dalam hidup mereka; untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi; memanfaatkan potensi mereka sebaikbaiknya dan dengan demikian mencapai aktualisasi diri (Yesilyaprak, 2001). Para guru BK umumnya memenuhi banyak kegiatan bantuan utama mereka, yaitu konseling, konsultasi, koordinasi dan evaluasi untuk perorangan maupun kelompok (ASCA, 2007; Fitch & Marshall, 2004; Kuhn, 2004; Morrissette, 2000; Paisley & Mc Mahon, 2001). Dan fungsi banyak kegiatan ini dipengaruhi oleh macam kelas yang diajar dan kebutuhan para siswa. Karena kebutuhan tersebut dan banyak ciri perkembangan anak didik pendidikan pra-sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan universitas berbeda-beda satu dengan lainnya, bantuan bimbingan dan konseling yang diberikan juga berbeda. Tahap pra-sekolah merupakan sebuah tahap sangat penting dimana perkembangan anak terjadi dengan pesat, struktur kepribadian mulai mengambil bentuk, dan anak dipengaruhi oleh lingkungannya dan terbuka terhadap jenis pembelajaran apapun (Ekinci-Vural, 2006; Uz-Bas, 2007). Tahap sekolah dasar merupakan sebuah langkah penting mendapatkan ciri-ciri kepribadian positif yang diinginkan, menyiapkan diri untuk orientasi sekolah menengah dan karir (Canel, 2007). Anak kelas satu sekolah dasar mengalami ciri masa kanak-kanak sekunder sampai kelas lima. Dari sini dan seterusnya anak memasuki dunia remaja dan harus menghadapi masalah-masalah fisik, seksual, kognitif, emosional dan sosial (Baysal, 2004). Oleh karena itu, perkembangan dan keselarasan pendidikan,

vokasional, emosional, sosial dan personal para siswa harus diperhatikan dengan cara mempertimbangkan tugas-tugas sesuai usia dan perkembangan mereka (Ersever, 1992). Secara pribadi, layanan bimbingan dan konseling membantu individu mengetahui dan memahami dirinya sendiri, menerima ciri/sifat keunggulan dan keterbatasannya, mempercayai dirinya sendiri, mengembangkan hubungan antarpersonal yang efektif, menjadi individu yang seimbang dan selaras secara personal maupun sosial (Yesilyaprak, 2001). Dengan demikian, mereka mampu secara berkelanjutan mengembangkan individu tersebut untuk mengelola tugas-tugas perkembangannya pada berbagai tahap perkembangan. Layanan bimbingan dan konseling juga dimaksudkan untuk mencegah, menyesuaikan dan lebih membantu masalah-masalah adaptasi, pertumbuhan dan lainnya yang dihadapi individu di lingkungan pendidikan dan banyak lingkungan lainnya (Ozbay, 2004). Layanan bimbingan dan konseling menawarkan layanan terkait dengan banyak kebutuhan perkembangan individu di bidang personal dan sosial seperti mengembangkan kesadaran tentang hubungan antar-personal yang dimulai sejak usia dini; belajar tentang keterampilan (skill) komunikasi, keterampilan hidup (Staley & Carey, 1997), keterampilan sosial, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan mengambil keputusan; belajar tentang manajemen amarah (Uz-Bas, 2007), menghadapi tekanan teman sebaya dan mengembangkan hubungan sehat dengan lawan jenis (Canel, 2007). Secara edukatif, layanan bimbingan dan konseling membantu para siswa beradaptasi dengan sekolah, membuat keputusan dan pilihan terkait pendidikan dengan cara memberitahu mereka tentang banyak fasilitas pendidikan (Ilgar, 2004). Mereka membantu para siswa memilih mata pelajaran pilihan yang paling tepat (Canel, 2007), kursus dan klub (Kepceoglu, 1994) sesuai dengan minat dan kemampuan mereka dan membantu mereka belajar secara lebih efektif (Fitch & Marshall, 2004; Jackson, 2000; Myrick, 2003; Akt: Webb, Brigman & Campbell, 2005) dengan cara mengenalkan mereka dengan metode-metode belajar yang efektif (Hotaman, 2008; Kuhn, 2004; Yuksel-Sahin & Hotaman, 2007). Layanan bimbingan dan konseling membantu para siswa mempeljari banyak kesulitan

(Ilgar, 2004). Mereka mendeteksi para siswa yang unggul (Canel, 2007) atau siswa yang membutuhkan pendidikan khusus dan menawarkan kepada mereka bantuan yang mereka butuhkan (Yuksel, 2007). Mereka membantu para siswa memilih sekolah lebih lanjut dan melakukan banyak latihan untuk mengurangi rasa kuatir akan ujian (Yesilyaprak, 2001). Secara vokasional, layanan bimbingan dan konseling dimaksudkan pada bahwa siswa menerima diri mereka secara realistik; mengetahui titik kelemahan dan kelebihan mereka; merasa perlu mengembangkan titik kelemahannya dan memanfaatkan titik kelebihannya; mencari peluang kerja/karir yang sesuai dengan diri mereka; memiliki skill yang dituntut dunia kerja seperti komunikasi, menerima tanggung jawab (Kuzgun, 2000), mengambil keputusan (Cakr, 2004) dan memecahkan masalah serta membuat rencana-rencana profesional (Rye & Sparks, 1999; seperti yang dikutip dalam Quast, 2003). Lebih lanjut, mereka membantu siswa yang diwajibkan menyelesaikan pendidikan dasar atau menengah menjadi berorientasi dan ditempatkan dalam pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya (Baysal, 2004). Sangat penting bahwa para siswa bisa melaksanakan tugas-tugas terkait perkembangan personal, sosial, pendidikan dan karir. Tujuan utama layanan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangan dengan berhasil sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang mereka lalui (Erkan, 1995; seperti yang dikutip dalam Dogan, 2001). Penting untuk memperhatikan perkembangan pendidikan, vokasional, emosional dan sosial para siswa dengan mengingat perkembangan, kebutuhan dan permasalahan mereka. Guru BK harus menawarkan tingkat mencukupi bantuan di bidang pendidikan, karir, personal dan sosial; bantuan yang mempengaruhi individu secara langsung seperti penilaian, konseling psikologis, pengumpulan dan persediaan informasi, orientasi dan penempatan, tindak lanjut, orientasi; dan bantuan yang mempengaruhi individu secara tidak langsung seperti konsultasi, penelitian dan evaluasi serta hubungan publik dan keluarga. Kepceoglu (1994) mengemukakan bahwa penilaian, di antara layanan bimbingan dan konseling lainnya, adalah prasyarat bagi keseluruhan lainnya. Tujuan layanan ini adalah

untuk mengetahui atau mengenal individu dan membantunya mengetahui tentang dirinya sendiri. Bantuan mengumpulkan dan persediaan informasi memberikan informasi tentang pendidikan, karir, personal dan sosial di dalam jangkauan minat individu tersebut (Guven, 2004) bersama-sama dengan informasi terkait banyak kegiatan kultural, layanan bantuan dan banyak organisasi yang bisa memberikan manfaat bagi individu tersebut. Dalam layanan ini, dimaksudkan bahwa para siswa membuat keputusan dan pilihan terkait pendidikan, pekerjaan, personal dan sosial yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka (Kepceoglu, 1994). Sesuai dengan tujuan ini, mereka diberikan bersama dengan informasi mengenai banyak muatan, tingkat, mata pelajaran wajib/pilihan, kegiatan ekstrakurikuler dan kebudayaan yang ditawarkan oleh program pendidikan yang mereka masuki; lembaga pendidikan lebih tinggi yang bisa mereka masuki; dan maksud, ruang lingkup dan kecakapan lembaga, program dan pelajaran pendidikan lebih tinggi. Secara vokasional, banyak pekerjaan diperkenalkan kepada mereka, informasi mengenai perubahan dan perkembangan yang telah mereka alami akan diberikan; secara sosial, diberikan berbagai informasi tentang memperkuat hubungan antarpersonal (Cam, 2004; Guven, 2004; Ultanir, 2003; Yesilyaprak, 2001). Ketika siswa telah mengetahui dan mengenal dirinya sendiri dan mendapatkan pengetahuan yang diminta, maka memungkinkan baginya misalnya untuk memilih sebuah institusi pendidikan, sebuah kegiatan sosial atau mata kuliah/pelajaran pilihan. Dalam proses ini, supaya bisa mendapatkan informasi tentang minat dan kemampuan siswa, maka disediakan layanan penilaian (evaluasi); supaya siswa memiliki informasi tentang banyak program dan sekolah, maka digunakan layanan pengumpulan dan persediaan informasi; jika siswa tidak memiliki persepsi atau ekspektasi realistis, maka ditawarkan layanan konseling psikologis, terkait harapan dan nilai-nilai keluarga yang mempengaruhi pengambilan keputusan siswa, maka layanan penempatan bersama-sama dengan layanan konsultasi diberikan (Cam, 2004; Topcu-Kabasakal, 2007). Juga penting untuk menawarkan layanan tindak lanjut dengan tujuan menerima informasi tentang adaptasi dan perkembangan siswa yang telah menerima layanan orientasi dan penempatan bersama-sama dengan layanan konseling psikologis. Manfaat penting

lain dari layanan tindak lanjut adalah bahwa mereka memberikan informasi tentang efefktivitas layanan bimbingan dan konseling yang telah diberikan kepada para siswa. Selain itu, sangatlah penting untuk melakukan penelitian mengenai banyak ciri/sifat, kebutuhan, harapan dan permasalahan para siswa, guru, dewan sekolah dan orangtua, dan perlu diberikan juga layanana penelitian dan evaluasi terkait evaluasi hasilnya (Kepceoglu, 1994). Semua bantuan/layanan yang sudah dikemukakan di atas menjelaskan model layanan yang terdiri atas sebuah model layanan, model proses (dimensi klinis dan terapis konseling psikologis, konsultasi dan sinkronisasi), model tugas (daftar sederhana tugas-tugas konselor) dan model program bimbingan dan konseling perkembangan (Dogan, 2001). Yang diadopsi sekarang ini adalah model program bimbingan dan konseling perkembangan. Model layanan tidak menekankan program bimbingan dan konseling terkait perkembangan. Kaya & Civitci (2003) mengemukakan bahwa banyak program bimbingan dan konseling perkembangan memiliki sebuah fungsi ekstensif yang bertujuan untuk mewujudkan kapasitas para siswa dengan mengingat tentang ciri/sifat dan kebutuhan perkembanan mereka; dan yang meliputi banyak kegiatan kelompok dan layanan intervensi bagi siswa bermasalah. Dan dalam model layanan bimbingan dan konseling, kebutuhan para siswa dan perwujudan keterampilan dan kapasitas yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan tersebut juga dipertimbangkan. Meskipun demikian, terdapat fakta bahwa model layanan tidaklah sesistematis dan seterjadwal seperti model bimbingan dan konseling perkembangan. Seperti di negara kita, banyak sekolah berusaha mempraktekkan model layanan bimbingan dan konseling secara lebih umum, dimana penelitian ini telah memberikan lebih banyak penekanan untuk model ini. Guru BK harus memberikan tingkat mencukupi layanan bimbingan dan konseling yang mempengaruhi seluruh individu di semua bidang pendidikan, karir, personal dan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi layanan bimbingan dan konseling yang diberikan di banyak sekolah sesuai dengan pandangan para guru sekolah dasar dan menengah dan berdasarkan pada beberapa variabel. Di dalam kerangka tujuan utama ini, banyak sub-tujuan diberikan berikut

ini: 1. Apa poin-poin evaluasi guru tentang layanan bimbingan dan konseling dan berapa persentase realisasi layanan tersebut? 2. Apa kontribusi banyak variabel ini bagi prediksi layanan bimbingan dan konseling: jenis kelamin, lama bertugas (sebagai guru BK), mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana, pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK dan kelas yang diajar? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan untuk menentukan evaluasi guru sekolah dasar dan sekolah menengah mengenai layanan bimbingan dan konseling psikologis berdasarkan beberapa variabel. Peserta Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Istambul dengan 204 guru yang bekerja di sekolah dasar dan sekolah menengah. 35,8 % para guru ini adalah guru perempuan dan 64,2 % adalah guru pria. Skala (sistem pengukuran) diberikan kepada para guru di sekolah dan dikumpulkan satu minggu kemudian. Secara keseluruhan, skala tersebut dikumpulkan dari 230 guru. Teacher Personal Information Forms (Formulir Informasi Pribadi Guru) atau School Guidance Services Scales (Skala Layanan Bimbingan Sekolah) dengan informasi yang tidak lengkap tidak akan dimasukkan dalam evaluasi. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan dengan total 204 guru. Instrumen Penelitian School Guidance Services Scale dan Teacher Personal Information Form digunakan untuk pengumpulan data.

School Guidance Services Scale

Skala ini telah dikembangkan oleh Poyraz (2007) dengan tujuan untuk menentukan sampai tingkat manakah layanan bimbingan dan konseling psikologis diberikan. Skala ini merupakan sebuah skala jenis Likert rangkap lima, tersusun atas sembilan sub-skala dan 63 item (pertanyaan). Skor tinggi pada skala ini mengindikasikan tingkat tinggi layanan bimbingan dan konseling psikologis. Studi validitas dan reabilitas skala ini dilakukan oleh Poyraz. Dalam ruang lingkup studi validitas skala ini, tigapuluh ahli yang memenuhi syarat, yang sudah mendapatkan gelar master atau doktor mereka, yang merupakan para akademisi dan melanjutkan penelitian mereka di lapangan, telah mengesahkan seluruh item dalam skala ini. Koefisien Cronbach a dihitung untuk studi reliabilitas skala ini. Nilai 0,95 Cronbach a dihitung untuk keseluran 63 item dalam skala ini. Nilainilai Cronbach a yang dihitung untuk sub-skala adalah 0,89 untuk layanan konseling psikologis dan 0,88 untuk orientasi; 0,87 untuk penilaian; 0,87 untuk pengumpulan dan persediaan informasi; 0,89 untuk penempatan, 0,88 untuk layanan tindak lanjut; 0,89 untuk hubungan publik dan keluarga; 0,93 untuk konsultasi dan 0,92 untuk layanan riset dan evaluasi. Teacher Personal Information Form Teacher Personal Information Form digunakan untuk mengumpulkan data bagi penelitian yang meliputi banyak pertanyaan seperti jenis kelamin, lama bertugas, kelas yang diajar, mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana dan pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK (konselor) psikologis. Analisa Data Demi tujuan mengumpulkan data, skala-skala tersebut dipakai untuk guru sekolah dasar dan sekolah menengah. Program Paket SPSS telah digunakan dalam analisa data. Evaluasi guru tentang layanan bimbingan dan konseling telah dihitung dalam bentuk persentase. Untuk memprediksi layanan bimbingan dan konseling berbasis variabel jenis kelamin, lama bertugas, mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana dan pandangan bahwa sekolah tentu saja harus

memiliki guru BK dan kelas yang diajar, maka telah digunakan analisa regresi berganda. Metode standar (langsung) telah digunakan dalam analisa regresi berganda. Dalam pendekatan standar tersebut, menjadi hal mendasar dimana pengaruh gabungan seluruh variabel prediktif pada variabel dependen juga dianalisa. Variabel dummy dibentuk untuk menggunakan variabel-variabel independen dalam analisa regresi (Buyukozturk, 2002) dan dimasukkan dalam analisa ini. Dalam penelitian ini, level signifikansi yang diterima adalah 0,05. HASIL PENELITIAN Bagian penelitian ini memasukkan hasil terkait dengan penemuan yang diperoleh dari analisa statistik data yang sudah dikumpulkan dari jawaban atau solusi untuk masalah penelitian. Dalam Tabel 1, diberikan poin-poin evaluasi guru tentang layanan bimbingan dan konseling serta persentase mereka.. Tabel 1. Nilai rata-rata dan persentase poin evaluasi guru tentang layanan bimbingan dan konseling.
Layanan Bimbingan dan konseling (n=204) Layanan Konseling Layanan Orientasi Layanana Penilaian Layanan Pengumpulan dan Persediaan Informasi Layanana Penempatan Layanan Tindak-Lanjut Layanan Hubungan Publik dan Keluarga Layanan Konsultasi Layanan Riset dan Evaluasi Total Layanan Bimbingan dan Konseling Minimal 7 7 7 7 7 7 7 7 7 63 Maksimal M 16,83 15,79 16,45 16,54 15,49 14,43 15,08 17,05 15,18 142,73 SD 6,13 5,75 5,58 5,73 5,73 5,45 5,31 6,22 5,83 44,83 % 48,09 45,11 47 47,26 44,26 41,23 43,09 48,71 43,37 45,31

35 34 35 35 34 33 33 35 35
301

Seperti yang bisa dilihat dalam Tabel 1, para guru menuliskan layanan bimbingan dan konseling dari yang paling bermanfaat sampai yang paling tidak bermanfaat

seperti berikut: konsultasi (M=17,05; SD=6,22; 48,71%), konseling (M=16,83; SD=6,13; 48,09%), pengumpulan dan persediaan informasi (M=16,54; SD=5,73; 47,26%), penilaian (M=16,45; SD=5,58; 47%), orientasi (M=15,79; SD=5,75; 45,11%), penempatan (M=15,49; SD=5,73; 44,26%), riset dan evaluasi (M=15,18; SD=5,83; 43,37%), hubungan publik dan keluarga (M=15,08; SD=5,31; 43,09%) dan tindak lanjut (M=14,43; SD=5,45; 41,23%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa keseluruhan 45,31 % layanan bimbingan dan konseling diberikan. Hasil analisa regresi berganda untuk prediksi layanan bimbingan dan konseling berdasarkan variabel-variabel jenis kelamin, lama bertugas, mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana, pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK dan kelas yang diajar dipresentasikan dalam Tabel 2. Dalam Tabel 2 bisa dilihat bahwa variabel jenis kelamin, lama bertugas, mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana, pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK dan kelas yang diajar dan layanan bimbingan dan konseling memiliki hubungan sedang (R = 0,51; R2 = 0,26; p<0,05). Kelima variabel ini semuanya menjelaskan sekitar 26% dari total variansi yang ada dalam evaluasi tentang layanan bimbingan dan konseling. Sesuai dengan koefisien regresi baku (), urutan relatif sifat penting variabel prediksi selama evaluasi layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: kelas yang diajar (= 0,56), pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK (= 0,16), mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana (= 0,11), lama bertugas (= 0,09) dan jenis kelamin (= 0,05). Ketika hasil uji-t terkait dengan signifikansi koefisien regresi, maka bisa dilihat bahwa kelas yang diajar (t = 7,79; p< 0,00) dan pandangan bahwa sekolah tentu saja harus memiliki guru BK (t = 2,14; p<0,03) adalah prediktor signifikan untuk evaluasi layanan bimbingan dan konseling. Meskipun demikian, mengambil

10

mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana (t = 1,61; p > 0,05), lama bertugas (t= 1,49; p >0,05) dan jenis kelamin (t = 0,79; p > 0,05) tidak signifikan. PEMBAHASAN Dalam studi ini, layanan bimbingan dan konseling dievaluasi menurut pandangan para guru. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa para guru mengurutkan layanan bimbingan dan konseling dari yang paling bermanfaat sampai yang paling tidak bermanfaat sebagai berikut: konsultasi, konseling, pengumpulan dan persediaan informasi, penilaian, orientasi, penempatan, riset dan evaluasi, hubungan publik dan keluarga dan layanan tindak lanjut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kseluruhan sekitar 46% dari semua layanan bimbingan dan konseling telah diberikan. Penemuan ini memperlihatkan bahwa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi. Menurut hasil studi ini, variabel kelas yang diajar, memiliki pandangan bahwa sekolah paling tidak memiliki satu guru BK adalah prediktor signifikan evaluasi guru tentang layanan bimbingan konseling. Sebagai hasil penelitian ini, berdasarkan variabel kelas yang diajar, para guru sekolah menengah telah menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling telah diberikan secara lebih mencukupi daripada di sekolah dasar. Hasil ini menunjukkan bahwa para guru BK di sekolah menengah memberikan layanan bimbingan dan konseling yang mencukupi dan bahwa para guru BK sekolah dasar memberikan layanan bimbingan dan konseling yang kurang mencukupi. Seperti yang dikemukakan oleh Dogan (2001), pelatihan bagi guru BK sekolah dasar masih berada pada tingkat sekolah menengah. Guru BK yang belum memiliki pelatihan yang cukup untuk bertugas di sekolah dasar tidak bisa memberikan layanan bimbingan dan konseling yang menyeluruh. Selain itu, jumlah guru BK di sekolah dasar masih rendah. Disebabkan alasan ini, layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar tidak bisa diberikan secara tepat/mencukupi. Penelitian yang dilakukan di tingkat sekolah dasar (Guvendi, 2000; Hatunoglu & Hatunoglu, 2006; Nazli, 2003; Ozcelik, Iskender & Palanci, 2000) dan penelitian yang dilakukan di tingkat

11

pendidikan menengah (Esmer, 1985; Gorkem, 1985; Guvendi, 1980; Hatunoglu & Hatunoglu, 2006; Karaguven, 2001; Piskin, 1989; Yuksel-Sahin, 2008) mengevaluasi layanan yang diberikan oleh konselor psikologis sekolah adalah belum mencukupi. Semua hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa layanan bimbingan dan konseling dari dulu sampai sekarang belum mencapai tingkat yang mencukupi. Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa variabel pandangan bahwa sekolah setidaknya memiliki satu guru BK juga merupakan sebuah prediktor signifikan evaluasi layanan bimbingan dan konseling. Dalam pengertian pendidikan modern, untuk mempertimbangkan proses pendidikan secara menyeluruh, maka layanan personal dan layanan bimbingan dan konseling perlu diberikan bersama-sama dengan kegiatan 1994). pendidikan Menurut dan penyelenggaraannya/administrasi (Kepceoglu, pengertian

pendidikan modern, para siswa tidak boleh dianggap sebagai makhluk mekanis yang bisa diisi dengan informasi. Mereka harus dianggap sebagai individu yang membentuk pusat sistem penddiikan dan yang sadar akan minat dan kemampuan mereka dan mengembangkan mereka, yang bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, yang bisa menghasilkan ide-ide rasional dan yang bisa membuat analisa dan sintesis (Cetinkaya, 2007). Dalam aspek ini, untuk berkembang secara keseluruhan di bidang personal, sosial, pendidikan dan pekerjaan (ASCA, 2007) maka para siswa membutuhkan layanan bimbingan dan konseling. Dan para guru BK yang akan memberikan bantuan ini harus tersedia di sekolah (dengan mengingat proporsi siswa/guru BK). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana, lama bertugas dan jenis kelamin bukan merupakan prediktor signifikan dalam evaluasi guru untuk layanan bimbingan dan konseling. Hasil ini menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidaklah signifikan untuk mengevaluasi layanan bimbingan dan konseling. Hasil bahwa variabel mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi pra-sarjana bukan merupakan sebuah prediktor signifikan memperlihatkan bahwa konselor psikologis di sekolah dimana penelitian ini dilakukan tidak memberikan

12

tingkat layanan bimbingan dan konseling. Alasan untuk kesimpulan ini adalah bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara tingkat evaluasi layanan bimbingan dan konseling antara guru yang pernah mengambil mata kuliah bmbingan dan konseling dengan mereka yang tidak mengambil. Walaupun variabel mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling selama studi prasarjana merupakan sebuah variabel penting, tetapi variabel ini ditemukan sebagai variabel yang tidak efektif. Alasan lain mengapa variabel ini ditemukan tidak efektif adalah bahwa banyak program pra-sarjana yang ada sekarang ini dimana bertujuan mendidik para calon guru berbeda dalam bentuk jumlah dan kualitas pengajarnya. Sebagai akibat perbedaan ini, maka di beberapa perguruan tinggi, mata kuliah bimbingan dan konseling tidak dipegang oleh staff pengajar yang pernah menerima pelatihan dalam bidang bimbingan dan konseling. Mungkin terdapat kekurangan dalam evaluasi guru yang belum menerima cukup informasi tentang bimbingan dan konseling dimana tidak bisa mendapatkan sikap positif dan yang tidak memiliki kesadaran terhadap menerima/mengambil tanggung jawab. Selain itu, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa lama bertugas dan jenis kelamin bukan prediktor signifikan evaluasi layanan bimbingan dan konseling. Dan sebagai hasil banyak penelitian yang dilakukan terkait harapan guru (Kepceoglu, 1978; Yuksel-Sahin, 2002) dan banyak evaluasi tentang layanan bimbingan dan konseling (Poyraz, 2007) maka tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam evaluasi layanan bimbingan dan konseling menurut variabel jenis kelamin dan lama bertugas. Penemuan penelitian ini konsisten dengan hasil studi tersebut. Ketika hasil studi tersebut dipertimbangkan sebagai satu kesatuan, bisa dilihat bahwa persentase layanan bimbingan dan konseling yang diberikan adalah sekitar 46%. Penemuan ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi. Mungkin terdapat banyak alasan atas kurang memadainya layanan bimbingan dan konseling tersebut. Alasan pertama adalah apakah guru BK telah mendapatkan gelar sarjana muda untuk jurusan bimbingan dan konseling atau belum. Fakta di masa lalu adalah guru tanpa pelatihan layanan bimbingan dan konseling telah menurunkan kualitas layanan ini. Mengenai

13

subyek ini, pada pertemuan Board of Education Council ke-13 (T.C.M.E.B., 13. Milli Egitim Surasi, 1990) dan ke-15, telah diputuskan bahwa layanan bimbingan dan konseling harus diberikan oleh mereka yang telah menerima pelatihan di bidang ini setidaknya pada tingkatan gelar sarjana muda dan bahwa tidak boleh ada personil di luar bidang ini yang boleh ditunjuk untuk layanan bimbingan dan konseling (T.C.M.E.B., 15. Milli Egitim Surasi, 1996). Tetapi, walaupun keputusan ini telah dibuat, dipertanyakan mengapa para lulusan filsafat dan sosiologi yang telah diberikan pelatihan ditunjuk sebagai guru BK di banyak lembaga pendidikan swasta tidak diperlukan lagi dan hanya sekali di tahun 2003-2004; fakta ini merupakan contoh dramatis adanya kesulitan dalam praktek keputusan yang telah diambil. Alasan kedua mengapa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi adalah bahwa di masa lalu banyak program pra-sarjana adalah berbeda dalam bentuk jumlah mata kuliah, jenis mata kuliah, jumlah kualifikasi pengajar/dosen perguruan tinggi (Dogan & Erkan, 2001). Banyak perbedaan ini sangat mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan oleh konselor psikologis. Para akademisi yang berkecimpung dalam masalah ini menyusun New Counseling and Guidance Undergraduate Program (Program Pra-Sarjana Bimbingan dan Konseling Baru) dengan partisipasi tinggi. Walaupun masih dianggap bahwa program baru ini akan diterapkan di banyak perguruan tinggi akan menawarkan banyak studi pra-sarjana dalam bidang bimbingan dan konseling, Higher Education Council (Y.O.K.) secara terpisah juga membetnuk sebuah program baru untuk pra-sarjana bimbingan dan konseling (Y.O.K., 2007). Walaupun kontroversial, program pendidikan guru BK telah distandarkan. Meskipun demikian, banyak perbedaan dalam bentuk jumlah dan kualifikasi pengajar perguruan tinggi untuk pendidikan bimbingan dan konseling tingkat prasarjana masih ada. Seperti sebelum-sebelumnya, banyak perbedaan ini akan mempengarui kualitas layanan ini di masa sekarang dan masa mendatang. Alasan lain mengapa layanan bimbingan dan konseling masih belum mencukupi adalah dikarenakan masih rendahnya jumlah guru BK. Khusunya di sekolah negeri, ada banyak sekali murid dan mustahil bagi seorang guru BK

14

memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada seluruh siswa dan keluarga mereka. Menurut data Special Education, Guidance and Counseling Management tahun 2004, di beberapa propinsi, jumlah siswa untuk tiap satu guru BK adalah 550, dan di beberapa propinsi lainnya jumlah tersebut adalah 4255 (T.C.M.E.B. Ozel Egitim Rehberlik ve Danisma Hizmetleri Genel Mudurlugu, 2007). Dogan (2001) mengemukakan bahwa proposi guru BK/siswa harus ditetapkan secara rasional demi pemberian efektif program layanan bimbingan dan konseling perkembangan. ASCA mengemukakan proporsi ideal 1:100 atau proporsi maksimal 1:300. Tetapi proporsi bervariasi antara 1:500 1:1000 di kelas satu sekolah dasar. Di Turki, proporsi guru BK/siswa bervariasi antara 1:550 dan 1:4255. Proporsi ini menjelaskan mengapa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi. Alasan penting lainnya mengapa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi adalah karena guru BK belum bisa menggunakan waktunya secara efektif. Guru BK harus menggunakan waktu dan energinya secara efektif ketika sedang melakukan layanan bimbingan dan konseling perkembangan anak. Menurut Dogan (2001) bantuan layanan bimbingan dan konseling yang akan diberikan kepada para siswa harus dimulai dari bimbingan kelompok dan berlanjut pada konseling kelompok kecil, konseling psikologis perorangan dan terakhir dipindahkan ke pusat-pusat kesehatan mental. Bantuan layanan bimbingan dan konseling memungkinkan guru BK menjadi lebih sistematis dalam tugasnya dan menggunakan waktu dan energinya secara ekonomis. Selain itu, supaya guru BK bisa memanfaatkan waktunya secara lebih efektif, maka penting baginya untuk terbebas dari tugas-tugas yang tidak relevan dengan pekerjaannya. Walaupun ASCA menyatakan bahwa guru BK harus menghabiskan setidaknya 70% waktu mereka memberikan layanan langsung kepada para siswa, tetapi banyak penelitian bahwa guru BK menghabiskan waktunya mengerjakan pekerjaan manajerial bersama-sama dengan pekerjaan terkait layanan bimbingan dan konseling (Rayle, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Guven (2003) di Turki menunjukkan bahwa 26,1% guru BK diminta mengerjakan tugas-tugas yang tidak relevan dengan tugas mereka seperti

15

pekerjaan manajerial (46,3%) dan mengisi kelas guru yang tidak masuk (34,1%). Para guru BK juga dipaksa bekerja di luar tugas-tugas mereka sehingga tidak bisa memberikan layanan bimbingan dan konseling yang mencukupi. Alasan lain mengapa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi adalah karena para guru BK tidak menerima dukungan dari penyelenggara sekolah dan guru lainnya. Dan sebuah alasan penting mengapa guru BK tidak menerima dukungan dari penyelenggara sekolah dan guru lainnya adalah karena mereka tidak memiliki informasi yang cukup, pandangan negatif dan harapan yang salah tentang bimbingan dan konseling. Jika para penyelenggara pendidikan dan guru lainnya memiliki informasi yang mencukupi, pandangan dan ekspektasi positif tentang layanan bimbingan dan konseling maka mereka akan mendukung para guru BK. Dengan demikian, mata kuliah bimbingan dan konseling di Fakultas Pendidikan harus diberikan oleh staff yang telah menerima pelatihan di bidang bimbingan dan konseling. Alasan lain mengapa guru BK tidak bisa menerima dukungan dari penyelenggara pendidikan dan guru lainnya berasal dari banyak karakteristik personal dan ciri/sifat pekerjaan para konselor psikologis. Memiliki karakteristik positif, menerima pelatihan yang memenuhi persyaratan, berkemauan dan siap memberikan bantuan bimbingan dan konseling merupakan faktor-faktor penting untuk menerima dukungan dari penyelenggara pendidikan dan guru lainnya dan juga untuk implementasi efektif layanan bimbingan dan konseling. Akan menjadi memungkinkan bagi para guru BK menerima dukungan dari penyelnggara pendidikan dan guru lainnya jika mereka bisa membangun hubungan positif dengan mereka dan memberikan layanan konsultasi. Banyak alasan lain mengapa layanan bimbingan dan konseling belum diberikan secara mencukupi bisa jadi karena guru BK mengalami tingkat tinggi tekanan kerja (stress) dan kelelahan profesional serta karena mereka hanya menerima kepuasan kerja yang rendah. Hasil beberapa penelitian yang dilakukan pada para guru BK memperlihatkan bahwa mereka mengalami tingkat tinggi stress kerja dan kepuasan kerja yang rendah (Rayle, 2006). Tekanan pekerjaan

16

yang berlebihan mengurangi kepuasan kerja (Morrissette, 2000).

Tak bisa

dielakkan bahwa para individu mengalami stress terkait pekerjaan. Banyaknya kesulitan dan masalah dalam kehidupan pribadi maupun profesional menyebabkan masalah serius bagi individu maupun lembaga dimana ia bekerja. Ketika hasil penelitian yang dilakukan tentang kelelahan profesional dikarenakan berlebihnya stress terkait pekerjaan dipertimbangkan, nampak bahwa kelelahan tersebut umumnya diamati dalam banyak kelompok pekerjaan yang dimaksudkan untuk melayani dan membantu serta yang harus melakukan kontak tatap muka dengan orang lain. Para individu yang mengalami kelelahan diamati memiliki tingkat kelelahan lebih tinggi, alienasi (pengasingan/penarikan diri) dari pekerjaan dan desensitivisasi (menjadi kurang sensitif) (Cemaloglu & Erdemoglu-Sahin, 2007; Capri, 2006; Ozdemir, Ozdemir, Coskun & Cinar, 1999; Yildiz-Kirilmaz, Celen & Sarp, 2003). Konseling psikologis yang ditemukan dalam kelompok beresiko mengalami kelelahan profesional karena kelompok meminta komunikasi intensif dengan banyak orang. Seorang guru BK yang mengalami kelelahan, alienasi dari pekerjaan dan desensitivisasi bersama-sama dengan pemadaman profesional tidak akan bisa memberikan bantuannya secara mencukupi. Sebagai kesimpulan, seperti yang sudah dikemukakan di atas, bisa jadi terdapat bermacam alasan mengapa layanan bimbingan dan konseling belum bisa diberikan secara mencukupi. Masalah ini dan fakta bahwa mereka kurang bisa diselesaikan dengan cepat menghambat praktek bimbingan dan konseling pada tingkat yang diinginkan. Masalah ini terletak pada tanggung jawab staff akademis, Dewan pendidikan dan para lulusan jurusan bimbingan dan konseling. Yang khususnya penting adalah para guru BK memiliki karakteristik positif dan pelatihan yang memadai. Memiliki karakteristik positif, menerima pelatihan yang memenuhi syarat, berkemauan dan siap memberikan bantuan bimbingan dan konseling adalah faktor-faktor sangat penting bagi implementasi efektif layanan bimbingan dan konseling.

17

You might also like