You are on page 1of 19

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN IBU BEKERJA DI KEJAKSAAN AGUNG (Relationship between

Perceptions of Families Social Support with Working Mother Role Conflict in the Attorney General) Tresilia Dwitamara Email : tresilia_dwit@yahoo.co.id Abstract. The role is an important thing that everyone must have, as well as in a family. Mother's role is very important in the family, especially those who have had children. But that role will allow the occurrence of role conflict if the mother is also working to participate for a living. Feedback and positive response from the environment can affect the readiness and performance of women / mothers working in roles in both domains, indicating the presence of social support. To then investigate whether there is a relationship between Perceptions of Social Support Families with Working Mother Role Conflict. With the object of study are mothers working in the Attorney General. Using cluster sampling technique sampling obtained in 70 samples. To determine the relationship of Social Support Perceptions of Role Conflict Families with Working Mother correlation test was used between the two. Where based on a correlation test found that the correlation value of 0.327 with a significance level of 0.0015. Which suggested a positive relationship between Perceptions of Social Support Families with Working Mother Conflict in this study low level of correlation can be said. The low level of correlation might be due to factors in the perception of social support for families going on, so it is not fully reflect the actual social support. But despite the low correlation, the relationship of perception of social support families with working mother role conflict is positive or interrelated.

Keywords : Working Mothers Role Conflict, Social Support, Correlation Abstraksi. Peran merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap orang, begitu pula dalam sebuah keluarga. Peran ibu sangatlah penting dalam keluarga, terutama mereka yang telah memiliki anak. Tetapi peran tersebut akan memungkinkan terjadinya konflik peran jika sang ibu juga bekerja untuk ikut serta mencari nafkah. Umpan balik dan respon positif dari lingkungan dapat mempengaruhi kesiapan dan kinerja wanita/ibu bekerja dalam menjalankan peran di kedua ranah, menunjukkan hadirnya dukungan sosial. Untuk kemudian menyelidiki apakah ada hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja. Dengan obyek penelitian para ibu bekerja di Kejaksaan Agung. Dengan menggunakan teknik sampling cluster sampling didapatkan sebanyak 70 sampel. Untuk mengetahui hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja tersebut digunakan uji korelasi antara keduanya. Dimana berdasarkan uji korelasi didapatkan bahwa nilai korelasinya sebesar 0,327 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0015. Yang menyatakan adanya hubungan positif antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Ibu Bekerja dalam penelitian ini tingkat korelasinya bisa dikatakan rendah. Rendahnya tingkat korelasi ini mungkin disebabkan karena faktor persepsi dalam dukungan sosial keluarga yang terjadi, sehingga belum sepenuhnya mencerminkan dukungan sosial yang sebenarnya. Tetapi meskipun korelasinya rendah, hubungan persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan konflik peran ibu bekerja adalah positif atau saling terkait. Kata kunci : Konflik Peran Ibu Bekerja, Dukungan Sosial, Korelasi

Kehadiran wanita dalam dunia kerja sebagai salah satu potensi yang sangat penting. Berdasar data BPS, jumlah wanita yang aktif secara ekonomi sampai tahun 2005 mencapai 40% dan laju pertumbuhan angkatan kerja wanita lebih cepat daripada laju pertumbuhan angkatan kerja pria (BPS, 2006). Hampir dalam segala lapangan pekerjaan wanita selalu ada, baik di instansi pemerintah maupun di swasta. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Arizal Ahnaf menyampaikan bahwa sektor terbesar yang mengalami peningkatan atau penambahan jumlah wanita pekerja adalah di sektor pertanian dan perdagangan. Ia menambahkan, kemungkinan penyebab terjadinya peningkatan jumlah pekerja wanita adalah adanya unsur keterpaksaaan yang harus dijalani kaum wanita untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Peningkatan jumlah pekerja wanita sebagian berasal dari ibu rumah tangga yang sebelumnya berstatus mengurus rumah tangga (bukan angkatan kerja). Di sisi lain peningkatan jumlah tenaga kerja wanita yang berstatus ibu rumah tangga terjadi di sektor informal yang memberikan adanya indikasi kemudahan keluar masuk pasar tenaga kerja (www.detikfinance.com, 28-2-2011). Semakin kompleknya kehidupan, akan semakin bertambah pula intensitas peran yang dijalani oleh kaum wanita, khususnya ibu rumah tangga. Saat ini wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tetapi mempunyai peran lain di luar rumah yaitu sebagai wanita karir. Wanita karir adalah wanita yang bekerja atau melakukan kegiatan yang direncanakan untuk mendapatkan hasil berupa uang atau jasa. Diterangkan lebih lanjut bahwa bekerja bagi wanita selain untuk mendapatkan uang sebagai tambahan ekonomi juga terkait dengan kesadaran akan kedudukan wanita baik dalam keluarga maupun masyarakat sehingga menyebabkan wanita secara khusus perlu menguatkan kemampuan dan memberdayakan dirinya sendiri untuk bekerja. Wanita

yang menjadi istri dan ibu sekaligus pekerja, cenderung membawa mereka pada workfamily conflict. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan wanita atau ibu yang bekerja ternyata lebih sering mengalami work family conflict dan lebih menekankan pentingnya family work conflict, ketika keluarga sebagai domain yang paling penting bagi kebanyakan wanita mempengaruhi pekerjaan dapat menjadi gangguan bagi mereka. Berbagai peran (multiple role) wanita tersebut menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja, terutama ibu, dimana pada kenyataannya disatu sisi ibu tetap terus bekerja dan berkarir sementara disisi lain mereka tidak bisa lepas dari perannya sebagai ibu dan istri, belum lagi bila dikaitkan dengan pembagian kerja domestik rumah tangga dimana ibu yang masih lebih banyak mengerjakannya. Ibu bekerja sebagai pelaku peran mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling mengisi dengan pelaku peran lain, dalam hal ini orang-orang di sekitarnya (Suhardono, 1994, h. 3). Ibu bekerja tidak mungkin mengatur peran-peran pribadi tanpa diikuti peran orang-orang yang berpengaruh terhadap kinerjanya. Orang-orang yang berpengaruh pada individu di ranah pekerjaan dan keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal serumah, atasan dan rekan kerja. Umpan balik dan respon positif dari lingkungan dapat mempengaruhi kesiapan dan kinerja wanita/ibu bekerja dalam menjalankan peran di kedua ranah. Informasi atau saran berbentuk verbal maupun nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan yang dilakukan oleh karib atau disimpulkan lewat kehadiran dan mempunyai manfaat secara emosi atau perilaku bagi penerima, menunjukkan hadirnya dukungan sosial. Betapapun sibuk dan suksesnya ibu bekerja disektor publik, namun masyarakat tetap menuntut agar mereka tetap bertanggung jawab atas seluruh keluarganya disektor

domestik. Jelaslah bahwa ibu bekerja harus berperan ganda mencari nafkah dan mengurus rumah tangga, sehingga beban kerjanya lebih besar. penelitian Korabik dan Lero (2003: 289-303) diketahui pengaruh konflik pekerjaan-keluarga dengan pendekatan faktor-faktor yang diantara adalah dukungan sosial yang menjadi variabel bebas (X), berupa dukungan dalam lingkungan keluarga yang bersinergi dengan kebutuhan keluarga maupun berupa dukungan dalam lingkungan kerja yang bersinergi dengan kebutuhan pekerjaan. Mempengaruhi konflik keterkaitan peran ganda baik dalam pekerjaan menginterfensi keluarga maupun keluarga menginterfensi pekerjaan, yang keduanya merupakan bagian dari variabel terikat (Y) yaitu konflik peran ganda pekerjaan-keluarga. Salah satu sektor yang terdapat para ibu bekerja adalah sektor yang berhubungan dengan kepemerintahan yang meliputi berbagai bidang, salah satunya adalah bidang hukum. Kejaksaaan Agung merupakan suatu organisasi pemerintah dibidang hukum. Yang tentu saja sebagai suatu organisasi terdiri dari individu-individu yang bekerja didalamnya. Kejaksaan Agung merupakan organisasi

pemerintah yang memiliki intensitas sangat tinggi saat ini, dimana tuntutan akan reformasi salah satunya adalah penegakkan hukum, dimana Kejaksaan Agung merupakan bagian penting didalamnya. Intensitas yang tinggi ini juga mempengaruhi individu-individu yang mengerakkan organisasi tersebut, yaitu para pekerja Kejaksaan Agung, khususnya dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja di Kejaksaan Agung yang juga tidak lepas dari konflik peran pada ibu bekerja pada umumnya. Sebelumnya dilakukan penelitian awal

dengan teknik wawancara, dimana dari hasil wawancara didapatkan adanya banyak atu seringkali terjadi tegangan dari semua ibu bekerja di Kejaksaan Agung yang berhasil diwawancara. Terutama tegangan yang terkait dengan waktu kerja, dimana mereka kebanyakan urang baik membagi waktu antara pekerjaan dengan tugas mereka di dalam keluarga sebagai seorang ibu. Dan bagaimana individu ibu bekerja di Kejaksaan Agung mengoranisir dan menginterprestasikan dukungan sosial keluarganya dalam usahanya memberikan makna tertentu pada lingkungannya. Adapun persepsi dukungan sosial keuarga merupakan suatu proses penilaian, pengorganisasian dan penafsiran terhadap fungsi dari ikatan sosial, yang menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal dalam keluarga. Adapun dimensi indikator berdasarkan jenisnya sebagai berikut : a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati dan

perhatian terhadap individu. b. Dukungan penghargaan, mencakup penilaian positif

terhadap individu dan dorongan untuk maju. c. Dukungan instrumental, berupa bantuan langsung sesuai

dengan yang dibutuhkan individu. d. Dukungan informasi, mencakup pemberian nasehat,

petunjuk dan saran tentang bagaimana individu berperilaku. Konflik peran ibu bekerja adalah suatu bentuk dari konflik antar peran yang terjadi pada ibu bekerja karena partisipasi ibu bekerja dalam peran pekerjaan

menghalangi pemenuhan tanggung jawab dalam peran keluarga dan atau karena partisipasi ibu bekerja dalam peran keluarga menghalangi pemenuhan tanggung jawab dalam peran pekerjaan (Carlson, dkk, 2001:268). Dimensi indikatornya adalah : Arah Konflik Pekerjaan-Keluarga Terdapat dua arah yang terjadi pada konflik peran pekerjaan-keluarga (workfamily conflict) ibu bekerja yaitu konflik pekerjaan ke keluarga (work interference with family) dan konflik keluarga ke pekerjaan (family interference with work)yang terjadi karena antara kehidupan keluarga dan pekerjaan terdapat hubungan resiprokal. a. Konflik pekerjaan ke keluarga (Work interference with family) Konflik pekerjaan ke keluarga (work interference with family) merupakan konflik yang bersumber dari pemenuhan atas pekerjaan mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap pemenuhan atas peran keluarga (Major et al, 2002:427-436). b. Konflik keluarga ke pekerjaan (Family interference with work) Konflik keluarga ke pekerjaan (family interference with work) merupakan konflik yang bersumber dari pemenuhan atas peran keluarga dan mengakibatkan timbulnya gangguan terhadap pemenuhan atas pekerjaan (Boyar et al, 2008:215-235). Berdasarkan Korabik dan Lero (2003:289-303) konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan mempunyai tiga indikator, yaitu (1) konflik berdasar waktu (time based conflict), (2) konflik berdasar tegangan (strain based conflict), dan (3) konflik berdasar perilaku (behavior based conflict). a. Konflik berdasar waktu (Time based conflict) Konflik berdasar waktu hadir karena waktu yang dipergunakan untuk aktivitas dalam satu peran tidak dapat dicurahkan untuk aktivitas dalam peran lain. b. Konflik berdasar tegangan (Strain based conflict)

Konflik berdasar tegangan terjadi karena tegangan (fisik atau psikis) yang ditimbulkan satu peran menyulitkan usaha pemenuhan tuntutan peran lain, ini sebagai akibat dari peran-peran yang saling tidak sesuai. c. Konflik berdasar perilaku (Behavior based conflict) Pola-pola khusus perilaku yang berkaitan dengan satu peran mempunyai kemungkinan mengalami ketidakcocokan dengan pengharapan dari peran yang lain. Metode Penelitian Berdasarkan pada tujuannya, tipe penelitian pada penelitian ini adalah tipe penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasivariasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya (Usman, 2001:5). Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan konflik peran ibu bekerja. Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Variabel juga merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sudjana, 2009:12). Variabel dalam penelitian ini, yaitu : 1. Variabel bebas atau variabel independen (X) Variabel bebas (X) adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain atau berubahnya variabel terikat atau variabel dependen (Sudjana, 2009:12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi dukungan sosial keluarga. 2. Variabel terikat atau variabel dependen (Y)

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas atau variabel independen (Sudjana, 2009:3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konflik peran ibu bekerja. Adapun skema hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel X Persepsi Dukungan Sosial Keluarga

Variabel Y Konflik Peran Ibu Bekerja

Gambar Skema hubungan antar variabel persepsi dukungan sosial keluarga terhadap konflik peran ibu bekerja Hasil Penelitian Berdasarkan data yang telah di tampilkan pada lampiran III, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan metode korelasi dengan bantuan software SPSS v.15, untuk mengetahui hubungan Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga (X) terhadap Konflik Peran Ibu Bekerja (Y). Uji Asumsi Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam model korelasi, variabel independent dan variabel dependen atau keduanya telah berdistribusi secara normal atau tidak. Model korelasi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data, dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Persepsi thd Dukungan Sosial Keluarga 70 51.4714 4.34298 .089 .089 -.070 .745 .636

N a,b Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

Konflik Peran Ibu Bekerja 70 56.4571 6.81151 .099 .099 -.054 .828 .499

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data hasil olahan SPSS Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai K-S untuk variabel Konflik Peran Ibu Bekerja (Y) adalah 0,828 dengan taraf signifikansi 0,499 dapat terdistribusi secara normal karena nilai taraf signifikansinya diatas 0,01. Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai K-S untuk variabel Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga (Y) adalah 0,745 dengan taraf signifikansi 0,636 dapat terdistribusi secara normal karena nilai taraf signifikansinya diatas 0,01. Selain menggunakan uji K-S, normalitas data dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik Normal P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Uji normalitas dengan grafik Normal P-Plot akan membentuk satu

10

garis lurus diagonal, kemudian plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Konflik Peran Ibu Bekerja

1.0

Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Grafik Normal Probability P.Plot Sumber : Data hasil olahan SPSS Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot diatas, dapat disimpulkan bahwa pola grafik normal terlihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal sehingga model korelasi dapat digunakan dan memenuhi asumsi normalitas.

11

Histogram

Dependent Variable: Konflik Peran Ibu Bekerja


20

15

Frequency

10

0 -3 -2 -1 0 1 2 3

Mean =-1.23E-16 Std. Dev. =0.993 N =70

Regression Standardized Residual

Gambar 4.3 Histogram Sumber : Data hasil olahan SPSS (lampiran IV) Sedangkan dalam pengujian menggunakan histogram, dapat diketahui bahwa grafik memiliki pola distribusi normal karena berbentuk simetris tidak menceng kekiri maupun kekanan. Uji Asumsi Linieritas Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas:

12

Tabel ANOVA(b) Sum of Mean Model Squares df Square F 1 Regression 341.755 1 341.755 8.127 Residual 2859.616 68 42.053 Total 3201.371 69 a Predictors: (Constant), Persepsi thd Dukungan Sosial Keluarga b Dependent Variable: Konflik Peran Ibu Bekerja Sig. .006(a)

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Fhitung antara variabel persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan konflik peran ibu bekerja sebesar 8,127 dengan taraf signifikansi 0,006. Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,01 (p<0,01), menunjukkan bahwa hubungan variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear, sehingga asumsi linearitas terpenuhi. Uji Korelasi Berdasar uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa data terdistribusi normal, dan linear. Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model uji korelasi. Adapun hasil uji korelasi didapatkan sebagai berikut :

13

Tabel
Correlations Persepsi thd Dukungan Sosial Keluarga .327 1.000 .003 . 70 70

Konflik Peran Ibu Bekerja Pearson Correlation Konflik Peran Ibu Bekerja 1.000 Persepsi thd Dukungan .327 Sosial Keluarga Sig. (1-tailed) Konflik Peran Ibu Bekerja . Persepsi thd Dukungan .003 Sosial Keluarga N Konflik Peran Ibu Bekerja 70 Persepsi thd Dukungan 70 Sosial Keluarga

Sumber : Data hasil olahan SPSS (lampiran IV) Untuk mengetahui hubungan persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan konflik peran ibu bekerja digunakan teknik analisis korelasi product moment dengan taraf signifikan 0,003 : 2 = 0,0015 karena hubungan yang berarah. Adapun hasil dari analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi antara persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan konflik peran ibu bekerja sebesar 0,327 dengan taraf signifikansi 0,0015 (p < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa persepsi terhadap dukungan sosial keluarga mempunyai hubungan positif dan sangat signifikan dengan konflik peran ibu bekerja. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja di Kejaksaan Agung. Sesuai dengan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja di Kejaksaan Agung. Arah hubungan kedua variabel adalah positif, yang artinya adalah semakin tinggi Persepsi terhadap Dukungan Sosial, maka sebaliknya Konflik Peran Ibu Bekerja semakin turun. Banyaknya faktor yang mempengaruhi

14

Konflik Peran, khususnya Konflik Peran Ibu Bekerja salah satunya adalah Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka Persepsi terhadap Dukungan Sosial Kelaurga yang nantinya menjadi variabel bebas atau dalam korelasi merupakan variabel X. Sedangkan Konflik Peran Ibu Bekerja digunakan sebagai variabel terikat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode korelasi diketahui bahwa Konflik Peran Ibu Bekerja (Y) dengan Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga (X). Kesemua variabel bebasnya yaitu Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Y) yaitu Konflik Peran Ibu Bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya berdasarkan jurnal penelitian Korabik dan Lero (2003: 289-303) diketahui pengaruh konflik pekerjaan-keluarga dengan pendekatan faktor-faktor yang diantara adalah dukungan sosial yang menjadi variabel bebas (X), berupa dukungan dalam lingkungan keluarga yang bersinergi dengan kebutuhan keluarga maupun berupa dukungan dalam lingkungan kerja yang bersinergi dengan kebutuhan pekerjaan. Mempengaruhi konflik keterkaitan peran ganda baik dalam pekerjaan menginterfensi keluarga maupun keluarga menginterfensi pekerjaan, yang keduanya merupakan bagian dari variabel terikat (Y) yaitu konflik peran ganda pekerjaan-keluarga. Data dari responden yang telah dikumpulkan telah memenuhi uji normalitas dan uji linearitas. Sehingga dapat digunakan dalam uji korelasi, dimana berdasarkan uji korelasi didapatkan bahwa nilai korelasinya sebesar 0,327 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0015. Yang menyatakan adanya hubungan positif antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Ibu Bekerja.

15

Dalam penelitian ini tingkat korelasinya bisa dikatakan rendah. Rendahnya tingkat korelasi ini mungkin disebabkan karena faktor persepsi dalam dukungan sosial keluarga yang terjadi, sehingga belum sepenuhnya mencerminkan dukungan sosial yang sebenarnya. Dan juga dimungkinkan adanya dimensi penguukuran yang lain yang berhubungan dengan konflik peran ibu bekerja seperti halnya penelitian dari Noraini M Noor (2003:1) disebutkan bahwa bahwa ketiga set variabel memiliki pengaruh baik langsung dan tidak langsung pada kesejahteraan. Meskipun pekerjaan-variabel terkait menjelaskan varians yang paling dalam prediksi pekerjaan menginterfensi dengan keluarga konflik dan kepuasan kerja, variabel-variabel kepribadian menyumbang paling varians dalam prediksi konflik keluarga-mengganggu-dengan-pekerjaan. Demikian pula, di prediksi gejala distres, variabel demografi dicatat varians yang paling. kualitatif respon yang diberikan oleh para ibu bekerja melengkapi temuan ini. Model yang diusulkan tampaknya memberikan lebih baik dari hubungan kompleks yang mungkin ada di antara banyak variabel ibu bekerja meliputi pekerjaan dan kehidupan keluarga dari yang sebelumnya yang telah dianggap hanya satu

set variabel. Meskipun secara validitas hubungan dari dimensi-indikator pengukuran konflik peran ibu bekerja telah sesuai dengan Carlson dkk (2000:249) bahwa tiga bentuk konflik yaitu waktu, tegangan dan perilaku, serta arah konflik berupa pekerjaan menginterfensi keluarga dan keluarga menginterfensi pekerjaan terbukti. Tetap saja dimensi yang ada dalam pengukuran berdasarkan penelitian Boyar dkk (2008:215) bahwa masih ada pengaruh dimensi-indikator lain yang mempengaruhi selain dukungan sosial keluarga terhadap konflik peran ibu bekerja yaitu adanya pengaruh akan dimensi kebutuhan keluarga dan kebutuhan pekerjaan yang keduanya bukanlah bagian dari bentuk dukungan sosial, atau variabel diluar penelitian ini. Selain itu spesifikasi

16

dukungan sosial keluarga dari anggota keluarga juga tidak tergambarkan dengan pasti melalui persepsi dukungan sosial keluarga. Spesifikasi itu adalah dari anggota keluarga mana dukungan sosial itu muncul, seperti suami, anak-anak, dan anggota keluarga yang lainnya sesuai penelitian Abdul Razak dkk (2010:26). Lebih lengkap lagi Korabik dan Lero (2003:292) menunjukkan pendekatan multi level yang menunjukkan masih banyak variabel lain yang masuk dalam mengetahui sebuah hubungan yang menyebabkan adanya konflik peran ibu bekerja, diantara adalah ideoloi peran waktu, gender, strategi

individualisme/kolektivitalisme,

monokronik/polikronik

orientasi

coping, kebijakan sosial yang mendukung rekonsiliasi antar pekerjaan-keluarga, dukungan sosial pekerjaan, kontektual kultur-sosial, outcome negatif yang muncul dari keluarga maupun dari pekerjaan, kepuasan dan masih banyak variabel lain selain dukungan sosial keluarga. Tetapi meskipun korelasinya rendah, hubungan persepsi terhadap dukungan sosial keluarga dengan konflik peran ibu bekerja positif atau saling terkait. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja di Kejaksaan Agung. Arah hubungan kedua variabel adalah positif, yang artinya adalah semakin tinggi Persepsi terhadap Dukungan Sosial, maka sebaliknya Konflik Peran Ibu Bekerja semakin turun. Sedangkan tingkat hubungan antar kedua variabel dikategorikan rendah sebesar 0,327 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,003. Hal ini dimungkinkan bahwa keberadaan Konflik Peran Ibu Bekerja masih bisa dijelaskan oleh variabelvariabel atau faktor-faktor lain yang belum dimunculkan dalam penelitian ini, diluar Persepsi terhadap Dukungan Sosial Keluarga.

17

Pustaka Acuan Abdul Razak, Che Omar, dan Yunus, (2010), Family Issues and Work-Family Conflict among Medical Officer in Malaysian Public Hospitall, International Journal of Business and Social Science vol.1 no.1.

Boyar, Scot L.; Maertz Jr, Carl P.; Mosley Jr, Donald C.; & Carr, Jon C (2008), The Impact of Work/family demand on work-family conflict, Journal of Managerial Psychology Vol. 23, No.3, page 215-235.

Carlson, D. S., Kacmar, K.M., & Williams, L.J. (2000). Construction and Initial Validation of a Multi Dimensional Measure of Work-Family Conflict. Journal of Vocational Behaviour. Vol 56, 249-276

http://www.detikfinance.com/read/2008/01/02/161603/873781/4/pekerja-wanita-diindonesia-bertambah-33-juta-orang

Korabik, Karen and Lero, Dona S. (2003), A Multi-level Approach to Cross Cultural Work-Family Reseach, International Journal of Cross Cultural management, Vol 3(3) page:289-303.

Major, V.S., Klein, K. J., & Erhart, M.G. (2002).Work Time, Work Interference With Family, and Psychological Distress. Journal of Applied Psychology. vol.87. no 3, 427-436. http://www-

18

management.wharton.upenn.edu/klein/documents/Major_Klein_Ehrhart_20 02.pdf

Noor, Noraini M. (2003), Work- and Family-related Variables, Work-Family Conflict and Womens Well Being: Some Observation, Community, Work and Family Vol.6, No.3, 2003. Carfax Publishing.

Sudjana, (2009), Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti, Bandung : Tarsito

Suhardono, E. (1994). Teori Peran Konsep, Derivasi, dan Implikasinya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Usman, H. & Akbar, PS (2001), Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

19

You might also like