You are on page 1of 20

KTI Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa negara adalah bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Ssuai dengan fungsi ini guru, menggunakan bahasa Indonesia dalam penyampaian semua materi pelajaran selain bahasa daerah dan bahasa asing. Selain itu siswa mendapatkan materi bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini bertujuan agar iswa terampil berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulis. Jika tujuan ini tercapai, siswa tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Menyadari pentingnya pengajaran bahasa Indonesia, upaya peningkatan pengajaran bahasa Indonesia terus menerus dilakukan. Salah satu bentuk nyata upaya tersebut adalah munculnya pendekatanpendekatan baru dalam pengajaran bahasa seperti terlihat dalam kurikulum 1994. Pelaksanaan kurikulum 1994 diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa.Guru berperan sebagai motivator untuk mendayagunakan potensi siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD menurut kurikulum 1994 mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaan pembelajaran, keempat aspek tersebut sebaliknya mendapat porsi yang seimbang dan harus disajikan secara terpadu, karena setaip keterampilan erat sekali dan selalu berhubungan dengan tiga aspek keterampilan lainya. Agar komunikasi berjalan lancar, keempat aspek keterampilan lainya. Agar komunikasi berjalan lancar, keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut hendaknya ditanamkan sebaik-baiknya pada siswa di sekolah, baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk keperluan untuk menuntut ilmu pengetahuan selanjutnya. Tujuan ini dapat tercapai apabila mereka dilatih menyusun dan menggunakan kalimat dengan kata-kata yang benar dan jelas, baik secara lisan maupun tertulis.

Khusus mengenai kata kerja yang berimbuhan diajarkan pada materi struktur kebahasaan. Menurut Prof. Drs. M Ramlan (1983 - 12) imbuhan bahasa Indonesia atau afiks bahasa Indonesia meliputi prefiks,

infiks dan sufiks. Slanjutnya yang disebut prefiks adalah afiks yang melekat di tengah bentuk dasar, sedangkan sufks adalah afiks yang melekat di akhir bentuk dasar.

Kenyataan di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun khususnya siswa kelas VI masih banyak rancuh saat mengunakan imbuhan atau afiks bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilihat bentuk penulisan imbuhan bahasa Indonesia melekat pada bentuk dasar yang dilekatinya, tetapi realita yang ada terdapat siswa belum dapat membedakan antara penulian imbuhan dan kata depan, termasuk pada bentuk dasar yang dilekatinya.

Contoh : Ari pergi ke sekolah dengan ber sepeda

Riski di suruh ibu ke apotik.

Berdasarkan kondisi di atas, perlu adanya alternatif pemecahan masalah. Slah satu strategi yang dapat ditempuh yaitu melalui pengamatan secra langsung ataupun melalui pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian. Penelitian yang berjudul : Efektivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Kata Kerja Awalan ber Bagi Siswa Kelas VI di SDN Kdondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun , ini diharapkan dapat mengidebtufikasi penyebab timbulnya masalah.

B. Pembetasan Masalah

Dari identifikasi tampak banyak masalah yang dapat diteliti, oleh sebab itu penelitian dibatasi pada masalah :

1. Kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kacamatan Kebonsari Kabupaten MadiunTahun Peljaran 2005 / 2006 mencari kata kerja berawalan ber- dalam wacana.

2. Kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mengartikan kata kerja berawalan ber-.

3. Kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 membuat kalimat yang mengandung kata kerja berawalan ber-.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang dapat dirumuskan. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan siswa kelas VI di SDN KEDONDONG 01 Kacamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mencari kata kerja berawalan ber- ?

2. Bagaimana kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mengartikan kata kerja berawalan ber- ?

3. Bagaimana kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 membuat kalimat yang mengandung kata kerja berawalan ber- ?

D. Tujuaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan, peprti halnya manusia mempunyai tujuan di dalam hidupnya. Penelitian ini secara umum mempunyai tujuan memperoleh deskripsi yang relatif lengkap dan obyektif tentang penguasaan kata kerja berimbuhan atau berawalan ber-.

1. Memperoleh deskripsi objektif kamampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2005 / 2006 mancari kata kerja berawalan ber-.

2. Memperoleh kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mengartikan kata kerja berawalan ber- .

3. Memperoleh kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 membuat kalimat yang mengandung kata kerja berawalan ber- .

E. Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian diharapkan mempunyai manfaat, baik bagi pembaca pada umumnya, bagi guru dan bagi penelitian selanjtnya.

Bagi pembaca pada umumnya dapat manambah pengetahuan tentang kata kerja berimbuhan atau berawalan.

Bagi guru dimanfaatkan untuk mengantisipasi materi pembelajaran dengan menggunakan metode relevan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Bagi penelitian selanjutnya, dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan dan bahan pertimbangan yaitu mamberikan kontribusi bagi peneliti lain mengenai kata kerja berimbuhan atau berawalan, sehingga memungkinkan peneliti lain melakukan penelitian dari sisi hubungan yang lain.

F. Definisi Operasional, asumsi dan Ketrbatasan Peneliti

1. Definisi Operasional

Awalan ber Dalam Bahasa Indonesia

Dalam tata bahasa Indonesia tedapat dua macam morfem yaitu (1) morfem bebas, dan (2) morfem terikat. Selanjutnya morfem bebas disebut juga morfem dasar, dan morfem terikan disebut imbuhan morfem terikat diklasifikasikan menjadi empat berdasarkan tempat terikatnya pad sebuah morfem dasar yaitu (1) perfiks atau awalan yang meliputi mem-, ter-, di-, pen-, se-, pe-, (2) infiks atau sisipan meliputi er, -em, dan el, (3) Sufiks atau akhiran meliputi an, -kan, -I, dan (4) konfiks merupakan

gabungan dari dua atau lebih, dari ketiga macam di atas yang sama-sama membentuk suatu kesatuan arti (keraf, 1984 5152).

2. Asumsi

Mengklasifiaksikan afiks atau imbuhan berdasarkan tempat melekatnya pada bentuk dasar. Afiks yang melekat di depan bentuk dasar disebut perfiks, sedangkan yang melekat di akhir bentuk dasar disebut prefiks, sedangkan yan melekat di akhir bentuk dasar disebut sufiks, dan yang melekat di dalam bentuk dasar adalah infiks, gabungan antara prefiks dan sufiks yang memebantuk suatu kesatuan secara serempak dinamakan konfiks.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa morfem terikat adalah afiks yang keberadaannya selalu terikat pada bentuk dasar, afiks bahasa Indonesia terdiri dari prefiks, infiks sufiks dan konfiks.

Contoh : Prefiks bahasa Indonesia (khususnya awalan ber-)

men- + ambil mengambil

ber- + jumpa berjumpa

di- + bangun dibangun

te- + susun tersusun

pen- + dingin pendingin

se- + rumah serumah

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kategori Kata Bahasa Indonesia Kata adalah liguistik yang paling kecil dan setara gramatikal merupakan bentuk bebeas atau berdiri sendiri. Hal yang dipertegas oleh pendapat Ramlan (1987 : 33) bahwa : Kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata:. Jadi, satu satuan rumah, perumahan, penduduk dan sebgainya merupakan kata, karena merupkan satu satuan beebas.

Pengertian kata. KBBI (1988 : 395) memberikan batasan bahwa Kata adalah satuan atau unsur bahasa terkecil yang dapat diuraikan tentunya digunakana dalam berkomunikasi. Di samping sebgai unsur yang dapat diujarkan, kata juga suatu bentuk yang dapat berdiri sendiri. Sebgai contoh kata tidur, dalam berkomunikasi bentuk tidur biasa digunakana. Selain itu bentu tidur dapat berdiri sendiri tanpa terikat bentuk lain.

Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil (Kejono, 1982 : 44). Pada pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa kata mempunyai potensi untuk berdiri sendiri tidak terikat bentu lain. Hal ini dapat dicontohkan bentuk nasi adalah kata. Karena bentuk nasi adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri dan tidak terikat oleh bentuk lain.

Kata juga dapat diartikan sebagai terkecil dari sebuah kalimat yang sudah diuraikan bagian-bagiannya dan yang mengandung sebuah ide. Hal ini menunjuk batasan yang diberika oleh Gory Keraf (1991 44) bahwa, Kata adalah suatu satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagianbagiannya dan mengandung sebuah ide .

Sebagian contoh kalimat,

1. Indra sedang tidur

Jika diuraikan, kalimat tersebut tersusun dari bentuk indra, sedang, dan tidur. Bentuk-bentuk tersebut sudah tidak dapat diuraikan menjadi bentuk yang lebih kecil. Di samping itu bentu-bentuk tersebut mengandung sebuah ide. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan baha kata mempunyai ciri-ciri yaitu merupakan bentuk linguistik yang paling kecil, dalam bentuk bebas, dapat berdiri tanpa terikat oleh yang lain, mempunyai arti, tidak tersisipi, dan dapat menduduki satu fungsi dalam kalimat, juga dapat berpindah posisi dalam kalimat.

1. Puput minum susu. Bentuk susu dalam kalimat tersebut merupakan bentuk terkecil yang tidak dapat diuaraikan lagi dan merupakan bentuk bebas yang dapat berdiri sendiri. Bentuk susu mempunyai makna nama dari salah satu jenis minuman. Bentuk susu juga tidak dapat disisipi, selain itu bentuk susu dalam kalimat di atas menduduki salah satu fungsi kalimat. Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai jenis kata. Menurut tata bahasa struktural jenis kata dibagi 4 macam yaitu : kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Pembagian jeniskata selain menurut tata bahasa struktural juga ada pembagian jenis kata menurut tata bahasa tradisional. Dalam pembahasan ini akan diuraikan pembagaian jenis kata menurut tata bahasa struktural karena tata bahasa tradisional apabila digunakan tampaklah kekacauan dalam penggolongan jenis kata. Kekacauan itu terjadi karena tidak tegasnya perbedaan antara jenis kata dan fungsi kata. Dengan demikian penggolongan jenis katan, harus diadakan penyempurnaan atau merubah cara kerjanya sehingga jenis kata lebih tradisional dan memberikan keyakinan bahwa dasar itu lebih seragam dan rasional. Pembagian jenis kata menurut tata bahasa struktural dibagi empat yaitu : (1) kata benda, (2) kata kerja, (3) kata sifat dan (4) kata tugas (Keraf, 1982;84).

Kata benda, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang menandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an. Conth : kecantikan, perumahan, petenis,. Sedangkan berdasarkan kelompok kata, kata benda adalah kata yang dapat diperluas dengan kata yang + sifat. (Keraf, 1982 84). Cotoh ayah, bibi, meja, pohon, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat menjadi ayah yang gagh, bibi yang cantik, meja yang bagus, phon yang tinggi. Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa kata benda adalah segala macam kata, baik berimbuhan yang mengandung ciri struktural yang sama yang dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat. Kata ganti menjadi sub golongan kata benda.

Kata kerja, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang mengandung imbuhan me-. ber-, kan-, - I, di-. Contoh : mencuri, berjalan, bicaralah, gulai, dicari,. Sedang begdasarkan kelompok kata, kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat (Keraf, 1982 84).

Contoh : lari, duduk, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat menjadi lari dengan cepat, duduk dengan santai. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kata kerja adalah segala macam kata, baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan yang mengandung ciri struktural yang sama yang dapat diperluas dengan kelompok kat dengan + kata sifat.

Kata benda, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an. contoh : kecantikan, perumahan, petenis. Sedangkan berdasarkan kelompok kata, kata benda adalah kata yang dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat (keraf, 1982 84). Contoh : ayah, bibi, meja, pohon, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat menjadi ayah yang gagah, bibi yang cantik, meja yang bagus, pohon yang tinggi. Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa kata benda adalah segala macam kata, baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan yang mengandung ciri struktual yang sama dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat. Kata ganti menjadi sub golongan kata benda.

Kata kerja, berdasarkan bentunya adalah semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, -i, di-. Contoh : mencari, berjalan, bicaralah, gulai, dicari. Sedang berdasarkan kelompok kata, kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat (Keraf, 1982-84). Contoh : lari, duduk, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat menjadi lari dengan cepat, duduk dengan santai. Berdasarkan uraian di atas katahui bahwa kata kerja adalah segala macam kata, baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan maupun tidak berimbuhan yang mengandung ciri srtuktual yang sama yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat.

Kata sifat, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya. Contoh : setinggi-tingginya, sepahit-pahitnya, dan sebagainya. Berdasarkan kelompok kata, kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih (Keraf, 1982:84). Contoh : indah, gemuk, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diterangkan oleh kata paling, lebih, sekali menjadi paling indah, lebih indah, indah sekali, paling gemuk, lebih gemuk, gemuk sekali. Dari batasan di tasa dapat diketahui bahwa kata sifat adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya serta dapat diperluas dengan paling, lebih, sekali. Kata bilangan merupakana sub golongan kata sifat.

Kata tugas berdasarkan bentuknya ada yang sukar mengalami perubahan bentuk. Contoh : dengan, telah, dan tetapi. Ada juga yang dapat mengalami perubahan bentuk. Contoh : tidak, sudah. Berdasarkan kelompok kata, tugas hanmya mempunyai tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat (Keraf, 1982 : 84). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kata tugas tidak dapat menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat.

B. Kata Kerja Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai jenis kata yang merupakan untuk pembentuk kalimat. Antara kata yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gori Keraf yang ditulis Ramlan (1991 : 44). Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata itu, Gory Keraf menggabungkan kata-kata menjadi empat golongan yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata tugas .

Contoh :

Pemerintah sedang menggalangkan tamanam anggur.

Dalam kalimat tersebut antar kata yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dalam membentuk kalimat. Pemerintah kata benda, sedang kata tugas, menggalangkan kata kerja, tanaman anggur kata benda.

Kata kerja biasanya dibatasi sebagai kata-kata yang menanyakan perbuatan atau tindakan. Contoh : bekerja, berlayar, dan sebagainya. Namaun, batasan ini masih kurang karena tidak mencakup kata-kata seperti tidur dan meninggal yang termasuk kata kerja, tetapi tidak menyatakan perbuatan atau tindakan. Hal ini sesuai pendapat Gory Keraf (1991 : 72) Kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu .

FX Surana (1980 42) menyatakan bahwaq Kata kerja atau verba adalah semua kata-kata yang menyatakan perbuatan atau laku . Pernyataan tersebut sama dengan batasan kata kerja menurut Sulcan Yasin (1987 : 198). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa semua kata baik berimbuhan atau tidak berimbuhan yang menyatakan perbuatan atau laku digolongkan sebagai kata kerja. Contoh : lari, makan, menangis, berjalan, dan sebagainya.

Dari beberapa batasan di atas dapat diketahui bahwa kta kerja adalah semua kata baik yang berimbuhan atau tidak berimbuhan yang menyatakan perbuatan, tindakan atau menunjukkan terjadinya sesuatu. Contoh kata kerja yang tidak berimbuhan : minum, pergi, duduk, mandi, dan sebagainya. Contoh kata kerja yang berimbuhan : membaca, merayap, berdiri, dicambuk, terpeleset dan sebagainya.

Ciri-ciri kata karja bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi bentuk dan segi kelompok kata. Hal ini sesuai pendapat Gory Keraf (1991 : 73) bahwa Untuk menentukan sebuah kata adalah kata kerja atau tidak, kita mengikuti dua prosedur, yaitu prosedur pencalonan dengan kriteria bentuk, secara prosedur penetapan dengan kriteria bentuk, secara potensial semua kata yang mengandung inbuhan me-, ber-, di-. kan, dan I atau penggabungan dapat dicalonkan sebagai kata kerja, contoh : membeli, bermain, dibaca, berikan, digunduli. Dengan kriteria fraselogis atau kelompok kata semua kata yang mempunyai kasamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat termasuk kata kerja, contoh : tidur, meninggal, duduk. Apabila dijadikan bentuk kalimat menjadi Riski tidur dengan nyenyak, Pak Hji meninggal dengan tenang, Nana duduk dengan santai.

Bedasarkan ragamnya kata kerja digolongkan menjadi tiga yaitu (1) kata kerja aktif, (2) kata kerja pasif, (3) kata kerja bentuk lain (Yasin, 1987 198-208).

Kata kerja aktif dibagi menjadi dua yaitu (a) kata kerja aktif transitif adalah kata kerja yang dapat diikuti objek. Objek tersebut bisa perlengkap pelaku atau pelengkap penderita, contoh : makan menjadi makan nasi, beternak menjadi beternak ayam, menembak menjadi menembak burung dan sebagainya. (b) kata kerja aktif intransif adalah kata kerja aktif yan tidak memerlukan objek. Contoh : burung terbang, tono berbicara, Ibu menangis, dan sebagainya.

Kata kerja pasif adalah kata kerja yang mempergunakan imbuhan di atau ter. Contoh : Buku saya diambil Tono : Obatan yang pahit itu akhirnya terminum juga dan sebagainya.

Kata kerja aktif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaan sedang berlangsung, sedang kata kerja pasif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaan sudah berlangsung atau sudah selesai dikerjakan atau akan berlangsung.

Kata kerja bentuk lain termasuk kata kerja bentuk lain yaitu (a) kata kerja bentuk pesona, (b) kata kerja bantu dan (c) kata kerja gabung/kata kerja (Yasin, 1987 : 208).

1. Kata kerja bentuk pesona biasanya pasif namun ada juga yang aktif jika menunjukkan perbuatan yang ditunjukkan pada dirinya sendiri. Contoh : kata kerja bentuk pesona pasif : kemarin kuambil uangku; Pengumuman itu kutulis kemarin ; dan sebagainya.

Contoh kata karja Bantu pesona aktif : berhias, bercermin, bersemedi, dan sebagainya.

1. Kata kerja bantu yaitu kata kerja yang di dalam kalimat berfungsi membantu kata kerja lain agar kalimatnya menjadi lengkap,

contoh : Saya suka menulis; Ibu pasti pulang hari ini; Ayah harus berangkat ke bandara; dan sebagainya.

1. Kata kerja gabung kata kerja kopula yaitu kata kerja yang bersamaisama dengan kat benda kata sifat/keadaan membantu prediket.

Contoh : Riski menjadi pedagang; paman jatuh miskin; Saya bernama puput; dan sebagainya.

Mengklasifikasikan kata kerja menjadi dua kriteria yaitu : berdasarkan kelengkapan pengertiannya dan berdasarkan pelaku perbuatanya.

Berdasarkan kelemgkapan pengertianya, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua (a) kata kerja transif yaitu kata kerja yang berobjek atau dapat berobjek dan objeknya dapat dijadikan subyek dalam kalimat pasif, misalnya : menyalakan, mengetahui, dan sebagainya (b) kata kerja intransif yaitu kata kerja yang tidak berojek atau mingkin berobjek semua, misalnya : naik, pergi, menangis, dan sebagainya.

Bedasarkan hubungan pelaku perbuatannya, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua (a) kata kerja bentuk tindak (aktif) yaitu kata yang bila digunakan dalam kalimat, subjek kalimatnya bertindak atau melakukan pekerjaan. misalnya: menulis, melempari, dan sebagainya (b) kata kerja bentuk tanggap (pasif) yaitu kata kerja yang bila digunakan dalam kalimat, subjek kalimatnya menanggapi saja, yaitu diperlakukan atau dikenai pekerjaan, misalnya : tertembak, diikat, kelaparan, dan sebagainya.

Dilihat dari bentuk Harimurti Kridalahsana (1986 : 49) membedakan kata kerja atau verba menjadi dua yaitu :

1. Verba dasar bebas adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.

Contoh : duduk, makan, mandi, pulang, dan sebagainya.

1. Verba turunan adalah verba yang telah mengalami aflikasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa panduan leksim. Sebagai bentuk turunan dapat dijumpai :

a. Verba berakfiks

Contoh : ajari, bernyanyi, ditulis, jahitkan, dan sebagainya.

b. Verba bereduplikasi

Contoh : bangun-bangun, makan-makan, senyum-senyum, dan sebagainya.

c. Verba berproses gabung

Contoh : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dan sebagainya.

d. Panduan leksim verba

Contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi, dan sebagainya

C. Bentuk kata Bahasa Indonesia

Pengertian tentang bentuk dalam bahasa Indonesia menurut Sulchan Yasin (1987 : 31) adalah bentuk liguistik atau Linguistik form . Kata bentuk akhirnya lazim pula disebut sebagai Form saja. Bentuk lingustik dalam bahasa Indonesia ialah kesatuan-kesatuan yang menagndung arti baik secara leksikal

maupun secara gramatikal. Kesatuan-kesatuan yang menagndung arti secara leksikal misalnya kata rumah, mengandung arti seperti arti kata dalam kamus yaitu bangunan kasin tempat tinggal. Sedangkan kesatua-kesatuan yang mengandung arti secara gramatikal adalah kesatuan-kesatuan yang menagndung arti sebagai akibat adanya proses garamatik, contoh berumah mengandung makana gramatikal sebagai akibat peristiwa gramatis, yakni melekatnya ber pada kata rumah sehingga menimbulkan arti baru yaitu mempunyai rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bentuk linguistik terjadi hanya satu terkecil, bisa juga terjadi oleh beberapa bentuk terkecil.

Baik secara leksikal maupun gramatikal bentuk kata dapat dibedakan menjadi tiga yaitu , (1) bentuk tunggal dan bentuk kompleks (bentuk jadian), (2) bentuk dasar /kata dasar, dan (3) bentuk asal/kata asal (Yasin, 1987 -. 31-34).

Bentuk tunggal dapat didefinisikan sama dengan morfem yaitu bentuk linguistik yang terkacil dan tidak dapat dipecah lagi, contoh : sapu tangan, merah, sedangkan kompleks (bentuk jadian) adalah bentuk yang dapat dipecah lebih kecil lagi, contoh : sapu tangan dapat dipecah sapu dan tangan, berjalan dapat dipecah ber dan jalan.

Bentuk dasar/kata dasar mrnurut M. Ramlan (1983 43) adalah satuan baik tunggal maupunkomleks yang menjadi dasar bentuknya bagi satuan yang lebih besar. Dari uraian diatas dapat diketaui bahwa bentuk dasar/kata dasar tidak selalu berupa bentuk tunggal. Misalnya berpakaian terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-.

Bentuk dasar/kata dasar menurut Sulcan Yasin (1987:32)32) adalah bentuk linguistik berupa bentuk maupun kompleks (bentu jadian) yang menajadi bentuk dasar bentukan bagi satuan bentukan bagi suatu bentuk kompleks. Dari uraian di atas dapat dikaetahui bahawa bentuk dasar/kat dasar bentuk kompleks, misalnya minum + minuman unsurnya ; minum dan an, kata dasarnya bukanya bentuk kompleks, tetapi bentuk tunggal, tetapi bentuk kompleks.

Bentuk asal/kata asal menurut M. ramlan (1983 : 42) adalah satuan yang paling kecil yang menjasi asal suatu kata kompleks. Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa kata asal/kata asal selalu berupa bentuk tunggal, misalnya kata berkelanjutan, kata ini berbentuk dari bentuk tunggal lanjut mendapat bubukan afiks ber dan selanjutnya kata kelanjutan terbentuk dari bentuk tunggal lanjut dengan afiks kean.

Bentuk asal/ kata menurut Sulcan Yasin (1987 33) adalah bentuk linguistik paling kecil yang manjadi bagian dari pada bentuk kompleks. Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa bentuk asal adalah bentuk paling kecil dari sebuah tunggal bentuk kompleks. Misalnya kata suratan, kata ini terbentuk dari bentuk tunggal surat mendapatkan bubuhan afiks an.

Mansur Muslich (1990 : 12-13) membadakan bentuk kata menjadi empat yaitu : (1) bentuk bebas, (2) bentuk terikat, (3) bentuk semi, Dan (4) bentuk unik.

Bentuk bebas atau free form atau free morpheme ada;ah bentuk-bentuk yang dapat dipakai tersendiri terdiri dalam kalimat atau turunan. Contoh : mana, kamu, bisnis dan sebagainya.

Bentuk semi babas atau semi-free form atau semi-free morpheme adalah bentuk-bentuk yang masih mempunyai kebebasan. Contoh kata : dari pada kata dari mana.

Bentuk unik atau unige form atau unige morpheme adalah bentuk yang sangat terikat dengan bentuk lain. Contoh bentuk balau pada kata kacau balau.

D. Kata Kerja Berawalan Ber-

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang secara truktual dilengkapi pada awal sebuah kata dasar untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Hal ini sesuai pendapat Syofidar Kasim (1997 52) bahwa Setaip imbuhan (awalan, sisipan, akhiran0 mengandung fungsi dan arti tertentu . Misalnya : ber- pada kata berdagang, men- pada kata memanjang, dan sebagainya.

Pada awalan bahasa Indonesia diketahui cukup banyak macamnya, salah stu diantaranya adalah awalan ber-. Awalan ber- termasuk awalan yang produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Ramian (1983:53)53) bahwa afikas yang produktif adalah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melakat pada kata-kata atau mofem-morfem . Dengankesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem mengakibatkan awalan ber- berubah bentuk menjadi ber, be, dan bel. Contoh : ber + kerja = bekerja, ber + rumah = berumah, ber + ajar = belajar. Hal ini sesuai pendapat A. Manskan (1992:59)59) bahwa Akibat mofofonemik bentuk ber bisa berbentuk ber, be dan bel. Gejala semacam ini biasa disebut disimilasi dah perubahan bentuknya disebut olomorf .

Awalan ber- mempunyai makna setalah bergabung dengan dasar. Salah satu kelompok bentuk dasar yang dapat bergabung dengan awalan ber- yaitu bentuk dasar dapat bergabung dengan awawalan beryaitu bentuk dasar berkelas kata kerja. Awalan ber-, apabila bergabung dengan bentuk dasar berkelas kata kerja mempunyai arti sebagai berikut (Muslich, 1990:70) :

1. Dalam keadaan seperti bentuk dasar

Misalnya :Berada berarti dalam keadaan ada

Contoh :Murid-murid berada di dalam kelas pada waktu pembelajaran

1. Menjadi seperti bentuk dasar

Misalnya : berubah menajai ubah

Contoh : Andi berubah sifat, setelah menajdi kaya

1. Melakukan seperti bentuk dasar

Misalnya : bekerja berarti melakukan kegiatan kerja

Contoh : Petani bekerja di sawah.

E. Pengertian Bahasa

Menurut Pinker (Brown, 2000:5)

Language is a complex, specialized skill, which develops in the child spontaneously, without conscious efert or formal intruction, is depleyed without awareness of underlying logic, is gualitatively the same in every individuali, and is distinct from more general abilities to process informayion or behave intelligently.

Berdasarkan definisi di atas, bahasa adalah sesuatu yang rumit, keterampilan tertentu yang berkembang secar spontan dan tanpa radar dalam diri seorang anak, tidak disadari mentebar dalam pikiran, bahasa adalah sama bagi setiap individu dan berbeda hanya pada kemampuan seseorang dalam memproses informasi atau brsikap secara cerdas.

Selanjutnya menurut definisi standart di luar pengantar buku-buku teks,

Language is a system of members of a arbritary conventionalized vocal, written, or gestural symbols enable members of a given community to communicate intelligibly with one onother (Brown, 2000 : 5).

Bahasa adalah sistem vokal, tulisan ataupun simbol-simbol asyarat yang lazim berubah-ubah yang kemungkinan anggota masyarakat berkomunikasi satu dengan yang lain secara baik. Dengan bahasa tersebut seoarang dapat dengan mudah memahami kebudayaan dan bekerja sama dengan komunitas lain untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Brown (2000) lebih jauh mengajukan definisi mengenai bahasa yang terinci sebagai berikut : (1) bahasa adalah sistematik, (2) bahasa adalah seperangkat simbol yang berubah-ubah, (3) simbol-simbol itu pada umumnya ucapan (vokal), akan tetapi juga bisa berupa yang dilihat (visual), (4) simbol-simbol telah memiliki makna yang lazim terhadap apa yang dimaksudkan, (5) bahasa belangsung di masyarakat ataupun budaya bahasa (6) bahasa digunakan untuk brkomunikasi, (7) bahasa pada dasarnya milik manusia, meskipun mingn tidak terbatas pada manusia, dan (8) bahasa dperoleh oleh setiap orang dengan cara yang sama , bahasa dan pembelajaran bahasa keduanya memiliki ciri-ciri yang universal.

Berdasarkan definisi di atas, seorang guru bahasa perlu mengetahui sesuatu mengenai sistem komunikasi yang disebut bahasa. Guru bahasa Indonesia tidak mungkin dapat menagjar bahasa secara efektif bila dia tidaktahu mengenai hubungan bahasa dan pikiran, sistem tulisan, komunikasi verbal, sosiolunguistik, dan pemerolehan bahasa.

Menurut GBPP Bahasa Indonesia 1994, bahasa didefinisikan sebgai alat untuk komunikasi , yaitu menyampaikan pesan atau makan dari seorang kepda orang lain, dari pembicaraan/penulis kepada pendengar/pembaca.

Belajar Bahasa

Belajar bahasa menurut aliran behaviorisme diperoleh melalui latihan terus-menerus yang diikuti dengan pemantapan, baik positif maupun negatif, sebgai pokok-pokok aktivitas kelas. Adpun pandangan kognivisme yang dipeloporioleh Noam Chomsky (1964:63, Brown, 2000:10) bahwa bahasa merupakan sistem yang didasarkan pada aturan dan pemerolehan bahasa pada dasarnya merupakan pembelajaran sistem tersebut.

Pencarian dalam kamus konteperer menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh:, atau pendapat pengetahuan sesuatu atau keterampilan melalui belajar, pengalaman, atau petunjuk. Istilah yang lebih khusus mengenai belajar menurut Kimble dan Germany 9Brown, 1963) adalah perubahan yang secara permanen dalam kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari latihan .

Penjelasan dua istilah mengenai bagaimana seorang memperoleh atau menguasai bahasa, baik bahasa pertama maupun pada bahasa kedua. Proses penguasaan yang dimaksud meliputi penguasaan secara alamiah (acquisition) maupun secara formal (learning).

Penjelasan dua istilah mengenai bagaimana seseorang memperoleh atau menguasai bahasa dalam belajar bahasa adalah : Pertama, language acquistion, yaitu bahasa yang potensial dikuasai oleh seseorang anak sejak lahir secara tewaris, dikuasai bukan melewati proses belajar, tetapi melalui proses pemerolehan bahasa secara bawah sadar (mother toungue/Native language). Kedua, Language as second language/foreign language, yaitu bahasa yang dipelajari oleh seseorang siswa disamping bahasa siswa sendiri. Misalnya seorang siswa Indonesia yang sedang mempelajari bahasa Indonesia, maka Bahasa Indonesia tersebut merpakan bahasa kedua atau bahasa asing yang dipelajarinya.

Orang yang dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bukanlah karena dia telah mencapai kematangan tertentu, melainkan lebih dikarenakan proses belajar. Para ahli ilmu jiwa menggunakan istilah maturation (kamatangan) untuk hal-hal yang bisa dikelakan setelah mencapai tingkat kamatangan

tertentu, dan learning (belajar) untuk hal-hal yang bisa dikerjakan setelah mendapat latihan atau pendidikan. Stem (1983 ; 304) mengatakan :

.. Learning is much broadly conceived is psychology than in common parlance. Applicable to animal as well as humas, it si understood as a process by which individuals change in a positively direction as a result of experience or practive and under the influence of environmental factors induding teaching.

Belajar bahasa perlu dibedakan dengan belajar tentang bahasa. Dalam belajar bahasa, orang belajar untuk dapat menggunakan bahasa dalam hal belajar tentang bahasa, orang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bahasa, misalnya tentang kaidah-kaidah kebahasaan. pandangan yang pertama adalah pandangan pendekatan komunikatif, sedangkan pandangan kedua adalah pendekatan tradisional Ninan (1988 :78) mengatakan, in the communicative view of languaga-languaga learning was characterized as a process of developing the ability to do things with laguage (as apposed to learning abaot language)

Pembelajaran bahasa

Bila dihubungkan definisi balajar di atas, maka pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menunjukkan atau membentu seseorang untuk belajar bagaimana melakukan sesuatu, memberikan petunjukpetunjuk, membimbing dan mempelajari sesuatu, memberikan pengetahuan untuk mangetahui dan memahami sesuatu.

Pembelajaran tidak bisa didefinisikan terpisah dari belajar. Pembelajaran adalah membimbng dan membantu belajar, memungkinkan pembelajaran untuk belajar, dan menciptakan kondisi belajar. Pemahaman seorang guru tentang bagaimana siswa belajar akan menentukan pandangan mengenai pendidikan, gaya mengajar, pendekatan, metode dan teknik kegiatan di kelas.

Mengajar dan belajar merupakan dua konsep yang berbeda. Menurut Skinner (1957), belajar merupakan perubahan tingkah laku yang berthap dari bentuk yang sderhana sampai bentuk yang kompleks. Mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, berpikir dan menyelidiki (Coney Setiawan , 1992). Dalam mengajar proses yang terjadi pada giru, sedang dalam belajar, proses terjadi pada siswa. Betapapun belajar mengajar merupakan dua proses yang berbeda, keduanya terikat pada tujuan akhir yang sama yaitu bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa.

Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan konteks yang menekankan pada pola interaksi guru dan mirid, atau interaksi antar kegiatan belajar dan mengajar (Tabrani Rysyan, dkk, 1989 ,26). Hal ini berarti bahwa pembelajaran memiliki pengertian yang didalamnya mencakup sekaligus proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas, dan proses belajar yang terjadi pada diri siswa yang berisi perbuatan-perbuatan untuk menghasilkan perubahan pada diri mereka sebagai akibat kegiatan belajar dan mengajar.

Pembelajara juga dapat berlangsung tanpa adanya interaksi langsung antar guru dengan siswa, tetapi berupa susunan informasi dan lingkungan yang diciptakan oleh guru untuk memudahkan dan membantu siswa agar belajar (intruction). Misalnya siswa diminta untuk pergi ke perpustakaan, di mana mereka akan menentukan alat dan media yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibrikan oleh guru.

Pembelajaran dimaksudkan penciptaan suasana sehingga siswa belajar (Imran, 1998:43).43). Tujuan pembelajaran haruslah menunjang dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar. Dahulu, ketika pengajaran, dimaksudkan sebagai sekedar penyampaian ilmu pengetahuan, pembelajaran tidak terikat dengan belajar, termasuk tujuannya. Sebab jika guru telah menyampaikan ilmu pengetahuan, tercapailah maksud dari tujuan pembelajaran tersebut. Pembelajaran lebih konsentrasi pada kegiatan siswa. Jika pada masa sekarang ini, pembelajaran dicobakan dikatkan dengan belajar, maka dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus belajar dan aktivitas siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, kebermaknaan lebih diutamakan dari pada mengajar dengan cara terpisah-pisah antara unsur bahasa yang satu dengan yang lain, maka keunggulan cara belajar seperti ini akan berdampak pada teknik pembelajaran yang lebih variatif dan menarik. Demikian pula siswa siap dan aktif dalam mengembangkan latihan berbahasa.

Penggunaan bahasa oleh siswa dalam pembelajaran di kelas perlu diusahakan secara optimal agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian bahasa mengandung informasi yang disampaikan oleh pembicara untuk menggunakan bahasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa yang efektif mensyaratkan adanya keterlibatan guru dan siswa secara interaktif. Kelas yang terlalu didominasi guru, membatasi kemampuan siswa untuk siswa untuk beresperimen dengan bahasa. Jdi guru bukanlan penguasa tunggal di kelas, melainkan nara sumber dan pembimbing belajar.

Metode Pembelajaran Bahasa

Pendekatan dalam pembelajaran bahasa, adalah anggapan tentanghakekat bahasa serta kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut Anthony (1972), approach (pendekatan) ialah tingkat asumsi mengenai bahasa dan pengajaran bahasa, atau boleh dikatakan falsafah tentang pengajaran bahasa. Method (metode) ialah tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat approach. Dalam tingkat ini di adakan pilihan-pilihan tentang keterampilan khusus mana tyang harus diajarkan, materi-materi apa saja yang harus digunakan dan urt-urtan mana materi itu harus disajikan.

1. Metode Terjemah Tata Bahasa (Grammar Translation Method)

Terjemahan merupakan salah satu teknik tertua untuk menunjukkan makan dari suatu bahasa asing, dan tata cara ini telah digunakan di dalam pembelajaran bahasa asing pada jaman Kekaisaran romawi. Dari namanya kita sudah dapat mengetahui bahwa metode pembelajaran bahasa ini memberi penekanan pada kata tata bahasa kudua dan teknik praktik latihan utamanya adalah penerjemah dari dan kedalam bahasa target atau bahasa sasaran. Tujuan untama pengajaran adalah mempelajari karyakarya sastra, dan juga mempelajari system tata bahasa.

Menurut Tarigan (1988), metode terjemah tata bahasa (Grammar Translation Method) mempunyai beberapa ciri pokok antara lain : (1) kaidah tata bahasa dan kota kata dipelajari dengan seksama; (2) tata bahasa dipelajari secara deduktif; (3) segala kekecualian harus dihafalkan; (petunjuk penerjemah diberikan secara terperinci; 95) bahas pertama dan bahasa keduan dibandingkan secara konstan; (6) tujuan pengajaran mengalihkan bahasa pertama ke bahasa kedua dan sebaliknya; (7) fokus tertuju pada membaca dan menulis; (8) bahasa pertama merupakan sistem acuan pemerolehan bahasa kedua; (9) unit dasar pengajaran adalah kalimat ; (10) sangat mengutamakan kecermatan dan ketepatan; (11) seleksi kola kata berdasarkan teks bacaan; dan (12) bahasa pertama siswa merupakan media pengajaran siswa dikelas.

Bahasa dalam Grammar Translation Method ini disajikan dalam bab-bab atau pelajaran-pelajaran ke tata bahasaan singkat yang masing-masing memuat beberapa butir kaidah tat bahas yang disusun serta diilusrtsi dengancomtoh-contoh. Guru secara langsung memberikan pembelajaran

You might also like