You are on page 1of 3

MEMILIH PEMIMPIN IDEAL,

UNTUK GUBERNUR & WAGUB JATIM 2008-2013

MEMILIH PEMIMPIN IDEAL1


SEBAGAI GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TIMUR 2008-2013
Oleh : Muhamad Munir, ST2

Pilkada Jatim 2008, sudah tinggal 52 hari lagi. Warga Jawa Timur akan memilih secara
langsung Gubernur dan Wakilnya untuk periode 2008-2013.
Bagi Warga Nahdlatul Ulama’, untuk menetukan pilihan yang tepat ini sedikit merepotkan,
hal ini dikarenakan beberapa hal:
• Banyaknya calon dari tokoh-tokoh NU, yang rata-rata mempunyai kapasitas atau
kecakapan yang hampir sama.
• Adanya kekhawatiran, karena suara mayoritas (warga NU) terpecah-belah, maka
bisa jadi orang lain yang dapat untung, warga NU gak dapat apa-apa.
• Timbulnya gesekan-gesekan, perselisihan-perselisihan, konflik-konflik horisontal
antar aktivis NU mapun banom NU di tingkat akar rumput (grass root) yang
menyebabkan timbulnya ketidakharmonisan langkah memperjuangkan NU. Di sisi
lain, masalah seperti ini lama pemulihan atau penyembuhannya.
Namun demikian, banyak juga sisi positifnya, bagi NU baik sebagai lembaga maupun oleh
warga Nahdliyin sebagai jamaah. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah:
• Bagi lembaga NU, dengan tampilnya kader-kader NU yang banyak jumlahnya baik
sebgai Calon Gubernur maupun sebagai Calon Wakil Gubernur menunjukkan
kematangan organisasi NU.
• Bagi lembaga NU dengan banyaknya calon gub-wagub dari kalangan NU, NU
memliliki peluang kemungkinan (probabilitas) yang besar untuk memimpin
propinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia ini. Artinya, bisa diprediksikan
siapapun yang terpilih nantinya, besar kemungkinan ada orang NU-nya. Jadi ibarat
mata uang untuk tosh (bahasa Jawanya: gico), bolak-balik tetap menang.
• Bagi Lembaga NU, dengan banyaknya calon gub-wagub dari kalangan NU, citra
NU semakin naik dan meningkat.
• Bagi masyarakat NU, akan mendapatkan tambahan pelajaran untuk bisa toleransi
dengan orang-orang di sekitarnya, dengan sesama jamaah Nahdliyiin, atau antar
sesama aktivis NU maupun banom-banomnya maupun parpol-parpol yang
berhaluan NU. Bagaimana tidak, bisa saja dalam satu rumah, Sang Anak (laki-laki)
memilih pasangan Gubernur-Wagub dari Ansor, sementara ibunya memilih
pasangan Gub-Wagub yang dari pengurus Muslimat, dan Bapaknya memilih
pasangan Gub-Wagub yang dari Pengurus NU Jawa Timur, atau kakaknya memilih
pasangan yang didukung PKB, dan paklek-nya memilih pasangan yang diusung
Gus Dur, dan lain sebagainya. Maka dalam hal yang seratus persen berbeda ini,
apakah akan satru atau gegeran dengan sasama anggota keluarga?. Tentu tidak
bukan, nah itulah hikmahnya, belajar bertoleransi.

1
Makalah disampaikan dalam Diskusi Pencerahan IPNU-IPPNU Kecamatan Karangploso, di MI Miftahul
Abror Tawangargo, pada hari Ahad, tanggal 01 Juni 2008.
2
Penulis adalah Mantan Ketua PAC IPNU Karangploso yang kini sebagai Waka II MWC NU Kecamatan
Dau, dan bekerja sebagai Konsultan Teknik di Kota Malang.

Hal. 1 / 3
MEMILIH PEMIMPIN IDEAL,
UNTUK GUBERNUR & WAGUB JATIM 2008-2013

• Bagi jamaah Nahdliyin, fenomena banyaknya calon dari tokoh NU ini merupakan
ajang pendewasaan pribadi-pribadi maupun organisasi. Bukankan dengan terus
ditempa/ diasah, sebuah pisau akan menjadi semakin tajam?.
• Bagi umat NU yang oportunis3?, wah ini lebih lagi, (maaf) dia bisa pilih-pilih calon
mana yang lebih banyak sangu-nya maka itulah yang ia ikuti. Apalagi bagi para
Jurkam (juru kampanye) yang kurang bermoral, wah idealismenya bisa di jual nih.
Demikian juga oportunis kecil-kecilan alias masyarakat akar rumput (ya kita semua
ini), asalkan ngasih kaos apalagi ngasih uang transport buat beli bensinya ikuti
sajalah yang itu, tidak peduli siapa calon-nya, yang penting ubo rampe-
(suguhannya) nya komplit.
Kemudian, apakah masalahnya bagi kita cuma sekedar untung rugi bagi individu-individu
maupun bagi organisasi NU saja?. Tentu tidak, sebelum pada idealisme yang semestinya
kita harapkan, sebelum kita memutuskan pilihan (diantara kegamangan yang ada) akan
lebih sahih lagi jika kita kemukakan, siapa-siapa ‘jago’ kita yang akan bersaing
memperebutkan “Kursi Jatim-1” tersebut.
Dalam hal ini, penulis hanya akan mengemukakan pasangan calon yang dari tokoh-tokoh
NU saja, sesuai dengan kapasitas saya ini.
1. H. Saifullah Yusuf, Cawagub pasangan Pak De Karwo-Saifullah “KARSA”
2. DR. H. Ali Maschan Moesa, Msi., Cawagub pasangan Soenaryo-Ali Maschan
“SALAM”
3. Achmadi, Cagub pasangan Achmadi-Soebroto “PKB”
4. Hj.Dra.Chofifah Indar Parawansa, Cagub pasangan Chofifah-Mudjiono
“MANTEB”
Dari kempat tokoh NU dari unsur NU atau PKB atau PPP tersbut siapakah yang menjadi
pilihan Anda?, Ssst!. Simpan dulu jawaban Saudara, realisasikan nanti pada Rabu tanggal
23 Juli 2008. ‘Rahasia’ titik. Yang jelas harus ikut nyoblos, dan nyoblosnya jangan sampai
menjadi suara yang tidak sah. Jangan menjadi warga yang tidak bertanggungjawab,
walaupun memilih itu hukumnya mubah, nyoblos boleh gak nyoblos juga boleh. Tapi
tolong, warga Nahdliyin penulis ajak semuanya, asalkan tidak ada udzur yang sangat berat,
untuk ikut nyoblos menggunakan hak pilihnya dengan baik. Hindari golput.
Namun demikian, adakah kiranya dari ke-empat calon Gubernur maupun calon Wakil
Gubernur dari Daulat Negeri NU tersebut yang ideal?.
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya kita sadari dulu bahwa sesuatu yang
‘ideal’ itu tidak pernah ada. Namanya juga ideal artinya yang masih dalam tataran ide atau
angan-angan. Dan sebaik-baik pemimpin yang telah atau sedang tampil memimpin kita
(dimanapun pergumulan kita) itu berarti pemimpin yang unggul, pemimpin yang bijaksana,
pemimpin yang baik, pemimpin yang kualifaid (qualified) karena telah ditelorkan dari
paparan idea.
OK, sekarang kita semua (semoga) punya idealisme, punya bayangan, punya kriteria,
punya ciri-ciri tentang calon pemimpin yang baik bagi Jatim kita tercinta. Berikut adalah
idealisme yang menurut penulis patut dikemukakan:
Pemimpin yang ideal itu:
1. Secara personal, mempunyai kapasitas ilmu, integritas (moral), pengalaman,
kemampunan, komitmen (kesungguhan), kejujuran, kepedulian terhadap
pendukung dan warga masyarakat umumnya.
3
Oportunis, sikap mengambil untung pribadi karena adanya peluang yang menggiurkan, sehingga tidak
mempedulikan kepentingan organisasi apalagi harga dirinya.

Hal. 2 / 3
MEMILIH PEMIMPIN IDEAL,
UNTUK GUBERNUR & WAGUB JATIM 2008-2013

2. Secara organisasi (primordialisme), mempunyai loyalitas, pengalaman,


keberpihakan, dan komitmen yang terbukti kepada organisasi darimana mereka
berasal atau berangkat.
3. Secara umum, mempunyai Citra/ image yang baik, mempunyai kemampuan
memimpin, kemampuan berkomunikasi, kemampuan strategis untuk
mensejahterakan warga masyarakatnya.
Dari cerminan itu, siapakah dari ke-empat tokoh yang muncul dari ibu kandung NU
tersebut yang memenuhi syarat?.
Jujur, keempat-empatnya memenuhi syarat. Penulis bangga, mereka semua mempunyai
track record yang baik dan luas. Mereka-mereka itu mempunyai karakter atau kepribadian
yang bagus baik secara politis, organisasi ke-NU-annya, pengalaman kepemerintahannya,
dan perjuangan serta kedekatan kepada warga NU sebagai jamaah maupun konstituennya.
Sebenarnya dengan banyaknya calon dari unsur NU tersebut memang membuat penulis
atau kita semua gamang (ragu) untuk menjadikan pilihan yang mantab dan yang terpilih.
Karena bisa saja kita memilih dengan mantab tetapi kita tidak yakin pilihan kita yang
menang, atau sebaliknya kita mungkin bisa memilih calon yang mungkin menang tetapi
sebenarnya kita tidak mantab. Bingung kan?
Kembali lagi, gambaran kita terhadap keluarga kita dengan berbeda-beda calon atau
pilihannya seperti tersebut di atas adalah jalan tengah yang paling obyektif. Masing-masing
dari kita punya kepentingan sesuai dengan keberadaan kita dalam kaitannya dengan
organisasi NU. Jangankan kita yang menjadi aktivis, kita yang menjadi jamaah saja bisa
berbeda-beda keberadaan kita dalam kaitannya dengan NU.
Maka kecenderungannya sekarang adalah kemana kita menjatuhkan pilihan adalah kepada
siapa yang paling pinter merayu atau membujuk kita. Karena, sekali lagi, secara personal,
organisasi dan secara umum mereka para calon gubernur maupun wakil gubernur dari NU
tersebut semuanya kualifaid, tinggal bagaimana mereka mengkampanyekan kepada kita
nilai-nilai tambah atau tawaran-tawaran atau bahkan kontrak politik mereka terhadap kita.
Di sini, kata kuncinya adalah “Tim Sukses” untuk kemenangan pasangan calon gubernur-
wakil gubernur itu.
Akhirnya, dengan semakin tambah bingungnya kita menyikapi paparan ini, semoga
semakin tambah luas pula wawasan kita terhadap fenomena ini. Penulis khawatir, harapan
jauh dari kenyataan bagaikan panggang jauh dari api. Ke-empat tokoh NU yang secara hati
nurani kita, siapapun yang jadi, kita bisa ikut senang, akan tetapi bisa saja terjadi
sebaliknya, yang jadi atau yang menang malah bukan yang dari pasangan mereka. Seperti
halnya dengan apa yang terjadi di Kalimantan Barat beberapa waktu yang lalu, di sana
70% memeluk agama Islam, akan tetapi karena calon Gubernur dari Islam maju semua
(dari NU, dari Muhamadiyyah dan dari MUI) akhirnya yang menang dari non Islam (warga
Dayak dan warga keturunan China). Yaah, sedih deh.
Namun demikian, tanpa perlu berkecil hati, kita harus berfikir positif menyikapi fenomena
di daerah kita ini. Itulah perkembangan politik yang dinamis.
Yang terakhir kalinya, tak lepas dari ikhtiyar kasad mata, tersbut kita harus berdo’a
memohon kepada Allah agar Jatim kita tercinta, bumi Nahdliyin (maaf agak eksklusif) ini
diberi pemimpin yang baik, sesuai dengan kehendak hati nurani kita. Sekian.

Klandungan-Landungsari,
Malam Kamis, 29 Mei 2008; Pukul 00:48 Wib.
Muhamad Munir, ST.

Hal. 3 / 3

You might also like