You are on page 1of 17

PELANGGARAN HAM BERAT

Mahrus Ali, SH.,MH

Latar belakang Pembentukan UU Pengadilan HAM


Memburuknya situasi keamanan dan HAM di

Timor Timur pasca jajak pendapat tahun 1999


Desakan internasional kepada pemerintah

Indonesia agar menyelesaikan pelanggaran HAM di Timor Timur


PERPU) No.1 Tahun 1999 tentang Pengadilan

Hak Asasi Manusia ditolak DPR

Alasan Perpu Ditolak

Tiada situasi darurat atau kegentingan yang memaksa untuk diterbitkaannya Perpu. Substansi Perpu masih memiliki kelemahan, antara lain; tidak menerapkan asas retroaktif, masih ada ketentuan yang dinilai menyimpang dan tidak sesuai dengan asas-asas hukum yang berlaku, masih belum menjangkau pertanggungjawaban secara lembaga, dan adanya ketentuan yang kontradiktif

Kompetensi Absolut Pengadilan HAM


terbatas

memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat (Pasal 4), yaitu genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 7). berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan

tidak

Jenis2 Pelanggaran HAM Berat


Genosida

(genocide)

Kejahatan

thd Kemanusiaan (crime against humanity)

Genosida
Suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara: membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya; memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain (Psl 8)

Kejahatan thd Kemanusiaan


Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa: pembunuhan; pemusnahan; pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok internasional; penyiksaan; perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya; penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; penghilangan orang secara paksa; atau kejahatan apartheid (Psl 9)

Pengadilan HAM ad hoc


Pelanggaran

hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum UU Pengadilan HAM dapat dibentuk atas usul DPR RI dan dengan dasar Keputusan Presiden (Pasal 43 ayat (2).

Hanya

Tahap pembentukan pengadilan HAM ad hoc


tahap

persetujuan oleh DPR RI, dimana DPR menyampaikan usulan pembentukan pengadilan HAM ad hoc atas suatu peristiwa tertentu. dasar hukum pembentukan pengadilan ad hoc oleh Presiden, dimana Presiden atas usul DPR RI membentuk Pengadilan HAM ad hoc dengan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres).

tahap

Kendala Pengadilan HAM ad hoc


banyak pihak yang bertanggungjawab dalam

pelanggaran HAM masa lalu masih mempunyai pengaruh dalam pemerintahan selalu melibatkan pihak-pihak yang memiliki legitimasi untuk menggunakan alat-alat kekerasan yakni militer dan kepolisian

pelanggaran HAM masa lalu di Indonesia hampir

upaya untuk mengungkap kebenaran masa lalu

juga dipersulit dengan tantangan yang cukup serius dari masyarakat

Hukum Acara yg Berlaku


Berlaku ketentuan KUHAP kecuali ditentukan secara khusus oleh undangundang pengadilan HAM

Penyimpangan Hukum Acara


penangkapan

(pasal 11) penahanan (pasal 12-pasal 17) penyelidikan (pasal 18-20) penyidikan (pasal 21-22) penuntutan (pasal 23, 24, 25) sumpah (pasal 26) pemeriksaan sidang pengadilan (pasal 2728) perlindungan saksi dan korban, pemberian kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi.

Ketentuan Pidana
Jenis Pidana : Pidana mati dan penjara Lamanya Pidana : Maksimum 25 thn penjara

dan minimum antara 10 sd 5 thn penjara


Aturan Pelaksanaan Pidana : Tidak diatur

Hub Pengadilan HAM dg ICC


International

Criminal Court established under Statute shall be complementary to national criminal jurisdiction (Psl 1 Statuta Roma) akan mengadili kasus pelanggaran HAM berat jika negara yg bersangkutan tidak bersedia (unwilling) atau tidak mampu (unable)

ICC

IIC Tdk BerhaK Mengadili


kasusnya sedang diselidiki atau dituntut oleh suatu Negara yang mempunyai jurisdiksi atas kasus tersebut, kecuali kalau Negara tersebut tidak bersedia (unwilling) atau benar-benar tidak dapat (unable) melakukan penyelidikan atau ;penuntutan kasusnya telah diselidiki oleh suatu Negara yang mempunyai jurisdiksi atas kasus tersebut dan Negara itu telah memutuskan untuk tidak menuntut orang yang bersangkutan, kecuali kalau keputusan itu timbul dari ketidaksediaan atau ketidakmampuan Negara tersebut untuk ;benar-benar melakukan penuntutan orang yang bersangkutan telah diadili atas perbuatan yang merupakan pokok pengaduan itu kasusnya tidak cukup gawat atau berat untuk membenarkan .tindakan lebih lanjut oleh Mahkamah

Makna Unwillingness

langkah-langkah hukum sudah atau sedang dilakukan atau keputusan nasional diambil untuk tujuan melindungi orang yang bersangkutan dari tanggungjawab pidana atas kejahatan yang berada di bawah jurisdiksi Mahkamah sebagaimana tercantum dalam Pasal 5; ada suatu penangguhan yang tidak dapat dibenarkan dalam langkah-langkah hukum yang dalam keadaan itu tidak sesuai dengan maksud untuk membawa orang yang bersangkutan ke depan pengadilan; langkah-langkah hukum dulu atau sekarang tidak dilakukan secara mandiri atau tidak memihak, dan langkah-langkah tersebut dilakukan dengan cara dimana, dalam hal itu, tidak sesuai dengan maksud untuk membawa orang yang bersangkutan ke depan pengadilan (Psl 17 ayat 2 Statuta Roma)

Makna Unableness
Mempertimbangkan apakah, disebabkan oleh keruntuhan menyeluruh atau sebagian besar dari sistem pengadilan nasionalnya, Negara tersebut tidak mampu menghasilkan tertuduh atau bukti dan kesaksian yang perlu atau sebaliknya tidak dapat melaksanakan langkahlangkah hukumnya (Pasal 17 ayat (3) Statuta Roma 1998).

You might also like