You are on page 1of 34

ATRESIA ANI

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK R


DENGAN ATRESIA ANI
TINJAUAN KASUS

I. DATA DASAR
Pengkaiian dilakukan pada hari Senin, 20 Oktober 2008 pukul 12.00 WIB di BPS Sumberdadi desa Sumbergempol Tulungagung.

A. Biodata:
Nama pasien : Radit
Umur : 2 hari
BB lahir/PB : 3000 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak : Ke 1

Nama Ibu/Bapak : Ny. T / Tn. J
Umur : 20 th / 25 th
Agama : Islam
Pekeriaan : Wiraswasta
Alamat : Tulungagung

B. Keluhan utama
-

C. Riwayat kesehatan yang lalu
1 Riwayat antenatal
a. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin di BKIA Ibu dan Anak
b. Mendapat imunisasi TT lengkap, 2x. TCPW 4x dan 82 TT selama hamil
c. Obat-obat yang pernah diminum : Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1. Diminum sesuai aniuran
d. Tidak ada keluhan selama hamil
e. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun obat-obatan.
I. Tidak ada penyakit menular.
Contohnya: hepatitis, AIDS, Typoid, PMS
g. Tidak ada penyakit menurun.
Contohnya: DM, Hipertensi
h. Tidak ada penyakit menahun.
Contohnya: TBC, Ashma
i. UK: 38 minggu.

2 Riwayat Intranatal
a. Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 6 Januari 2009, pukul 13.00 WIB sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dan
ketuban pecah pada tanggal 6 Januari 2009 pukul 17.00 wib dengan warna iernih, bau khas, tidak bercampur mekonium.
b. Bayi lahir tanggal 6 Januari 2009 pada pukul 18.00 WIB ditolong oleh bidan, persalinan secara spontan, ienis kelamin perempuan,
bayi lahir dengan letak kepala cacat tidak punya anus, Iaktor penyulit dalam proses persalinan berlangsung.
c. Lama persalinan : Kala I : 12 iam
Kala II : 1 menit
Kala III :15 menit
Kala IV : 2 iam.
d. Obat yang diberikan : Oksitosin 10 IM.

3 Riwayat Neonatal
a. Bayi lahir secara : Spontan
b. AS : 8
c. BB : 3000 gram
d. LD : 30 cm
e. LK : Io: 34 cm; mo: 35 cm; sob: 32 cm.
I. PB : 50 cm
g. LILA : 11 cm

4 Riwayat Tumbuh kembang

5 Riwayat Imunisasi BBL :
Hepatitis B
Polio I / pertama
BCG

6 Pemberian ASI
Bayi setelah lahir langsung diberikan ASI; reIlek menghisap baik

7 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir; dilakukan pengikatan tali pusat.

8 Riwayat Keluarga
o Tidak ada penyakit menular
o Tidak ada riwayat penyakit menurun
o Tidak ada penyakit menahun.

D. Data Psikososial
o Kelahiran bayi ini sangat diharapkan
o Ibu merasa kuatir akan kehamilan dan persalinan

E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Nadi : 110 X/menit.
Respirasi : 32 X/menit.
Suhu axila :36 Celsius.

2. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada beniolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom. FO: 34, MO: 35, SOB: 32.

3. Mata
Simetris, tidak koniungtiIistis, tidak ada perdarahan subkoniungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, coniungtiva
tampak agak pucat.

4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernaIasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.

5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis.

6. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.

7. Leher
Tidak ada webbed neck.

8. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak Iunnel shest, pernaIasan normal

9. Jantung
Tidak ada mur-mur, Irekuensi iantung teratur

10. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginial, tidak termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilikus
11. Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.

12. Anus
Tidak terdapat anus

13. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak Iraktur, iumlah iari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat

14. Punggung
Tidak ada penoniolan spina giIida

15. Pemeriksaan ReIlek
a. Suching
b. Rooting
c. Moro
d. Grip
e. Plantar

F. Pemeriksaan penuniang
Laboratorium

Kesimpulan
Bayi dengan Atresia Ani




II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
S : -
DO :
TTV :
a. Nadi : 110 X/menit.
b. Respirasi : 32 X/menit.
c. Suhu axsila :36 C
Pemeriksaan Fisik :
a. Mata: simetris, tidak koniungtivistis, tidak ada perdarahan subkoniungtivistiva/sclera, tidak ikhterus, tidak anisocor/nystagamus,
tidak epichantus, coniungtiva tampak agak pucat.
b. Abdomen: simetris, teraba hepar, teraba ginial, tidak terdapat masa/tumor
c. Ekstrimitas (tangan dan kaki); simetris, tidak Iraktur, iumlah iari lengkap
d. Anus: tidak ada lubang Diagnosa: Atresia Ani


III. IDENTIFIKASI DIAGOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Atresia ani

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
Colok dubur
Kolaborasi dengan tim medis




V. VI. VII. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
DX / Masalah Tuiuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Atresia Ani
Tuiuan:
1. Menangani atresia ani.
Kriteria keberhasilan
Nadi: 110 x /menit
Respirasi: 32 x/menit
Suhu: 36oC
Keadaan umum bayi baik
Mempunyai anus
2. Membikin lubang anus
Kreteria hasil:
Mempunyai lubang anus untuk BAB
Mekanium keluar dengan lancar 1. BHSP
Rasional : Hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga mempermudah tindakan medis.
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk membuat lubang anus.
Rasional : membuat lubang anus untuk mengeluarkan mekonium
3. Beritahu ibu tindakan apa yang akan dilakukan.
Rasional : dengan mengetahui kondisi bayinya ibu meniadi tenang

Implementasi

Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 pukul
1. Menialin hubungan terapeutik antara pasien dengan perawat
2. Membuat anus dengan cara colok dubur agar mekonum keluar
3. Mengaiak bicara ibu dan memberi tahu kondisi bayi nya saat ini

Evaluasi

Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 pukul
S : Mengerti dan memahami keadaan anak / bayinya.
O : KU: Baik
Anus: tidak ada anus
Pola pemeriksaan colok dubur tidak ada lubang anus
A : Atresia ani
P: diruiuk ke RS untuk mendapatkan penanganan lebih laniut











dent|tas
nama An n (perempuan)
Da 3 Lahun 6 bulan 26 har
nama bu nv l 8apak 1n C
enddkan SL1A enddkan S2
eker[aan bu rumah Lanaaa eker[aan karvawan Lelkom
Suku / banaa [awa / Wnl
AlamaL uavu erma naanalk Sleman
e|uhan utama
nver poL LuLup koloLom har perLama
k|wayat keham||an dan persa||nan
Prenatal :
ibu melakukan ANC teratur di dokter spesialis kebidanan seiak umur kehamilan 3 bulan, ibu sering mengalami demam,
minum tablet tambah darah.

2 Natal :
Komplikasi persalinan (-), cara persalinan spontan, tempat persalinan di rumah sakit.

3 Postnatal:
Langsung menangis, skor APGAR 8/9, berat lahir 3400 gram, paniang badan 48 cm.

k|wayat muncu|nya masa|ah saat |n|
- An. N, lahir tanpa tulang anus, orang tuanya langsung membawa anaknya ke RS Kebumen.
- Di RS Kebumen dilakukan TCD (Transversal Colostomy Dextra), dirawat selama bebrapa hari.
- Umur 20 bulan, diruiuk ke RS Sardiito untu pembuatan anus dengan PSARP (Posterior Sagitalis Ano Rectal Plasty).
- HMRS, orangtua membawa anaknya untuk operasi tutup kolostomi.

k|wayat ke|uarga dan soc|a|
- Klien adalah anak tunggal, bapak ibu tidak menderita penyakit kronis begitu iuga 3 generasi sebelumnya.
- Selama dirawat di RS anggota keluarga yang dapat dihubungi adalah bapak ibu.
- Lingkungan : rumah tinggal permanen di kompleks perumahan, lantai keramik, terdapat ventilasi, sumber air minum
berasal dari PDAM.
9erkembangan hal pemerkaan uenver ll nLerpreLa normal
,asa|ah akt|f med|s
ALrea an poL1Cu poLSA8 poL opera LuLup koloLom
eadaan kesehatan dan pemer|ksaan saat |n|
a) Keadaan umum:
keadaran compo menL CS 13 klen menaeluh nver nad 112x/mnL 88 28x/mnL uhu 367
o
C 88 12 ka 18 93 cm
-) Keadaan fisik:
- Kepala bentuk bulat, rambut hitam, lurus, tebal, kulit kepala bersih.
- Muka simetris, mata strabismus, koniungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, hidung simetris, pernaIasan cuping
hidung (-), Iungsi baik.
- Mulut : membrane mukosa lembab
- Leher : kaku kuduk (-), JVP tidak meningkat.
- Dada simetris, retraksi sub costal intercostals (-), dengan auskultasi vasikuler, iantung S1S2 murni.
- Abdomen terdapat distensi (-), peristaltic (), terdapat luka tutup kolostomi, nyeri tekan ()
- Ektrimitas hangat, perIusi
- Genital normal, perempuan
- Kulit pucat (-), turgor baik
.) Data tam-ahan:
- Ibu klien menyatakan klien mengeluh nyeri dan tidak bias tidur.
- Ibu mengatakan belum tahu cara perawatan anaknya setelah tutup kolostomi, dan menanyakan pada perawat apakah
anaknya akan normal?
- Obat-obatan yang diberikan:
1. Novalgin 3x 1/3 A
2. TriceIin 2X 750 mg
3. Metronidazol 3X 150 mg
4. InIuse KAEN 1100 cc/ 24 iam

9engert|an A1kL5IA ANI
ALrea an (malforma anorekLal/ anu mperforaLe) adalah benLuk kelanan konaneLal vana menun[ukan keadaan Ldak ada anu
recLum vana bunLu LerleLak d aLa mukulu levaLor an pada bav (aaene recLum) ualam Llah kedokLeran aLrea Lu endr adalah keadaan
Ldak adanva aLau LerLuLupnva lubana badan normal aLau oraan Lubular ecara konaenLal debuL [uaa clauura !ka aLrea Ler[ad maka hampr
elalu memerlukan Lndakan opera unLuk membuaL aluran eperL keadaan normalnva
Malforma anorekLal menvebabkan abnormalLa [alan buana ar bear Maalah n akan bervara beraanLuna Lpe malformanva
- Ketika lubang anal sempit, bayi kesulitan BAB menyebabkan konstipasi dan ketidaknyamanan.
- Jika terdapat membrane pada akhiran ialan keluar anal, bayi tidak bias BAB.
- Ketika rectum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat Iistula, Ieses akan keluar melalui Iistula tersebut sebagai
pengganti anus. Hal ini dapat menyebabkan inIeksi.
- Jika rectum tidak berhubungan dengan anus dan tidak terdapat Iistula sehingga Ieses tidak dapat dikeluarkan dari tubuh
dan bayi tidak dapat BAB.

5e[arah
ODikenal seiak abad ke-7, Paulus Aegineta (ahli bedah Yunani) : tindakan operasi dengan insisi kulit dan dilatasi
dengan businasi.
OPada tahun 1826 Stephens dan Smith : bedah sangat lengkap pada penderita atresia ani, DieIIenbach
mentranplantasikan Iistula rektovaginal ke perineum (belum banyak digunakan).
OTahun 1835 Amussat (ahli bedah Prancis) : mencari lubang rectum secara buta lewat perineum, menggerakannya
dan meniahitnya ke kulit (anoplasty).
OTahun 1856 Chassaignac (ahli bedah Prancis) : kolostomi (prosedur awal untuk mencegah obstruksi usus).
OMcLeod (1880): prosedur operasi one-stage abdominoperineal ( British Medical Journal)
OTahun 1953 Stephens (ahli bedah Australia) : teknik abdominoperineal pull-through (untuk atresia ani letak tinggi),
berkembang di Eropa seiak diperkenalkan Kiesewatter (prosedur sakroabdominoperineal teknik terbaik yang menghasilkan
kontinensia eIektiI).
OPendekatan posterosagital (dengan mencegah muskulus sIingter eksternus dan muskulus levator ani untuk
memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan Iistula) diperkenalkan September 1980 dan dipublikasikan 1982
oleh Pena dan de Vries.

Lp|dem|o|og|
Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresiani didapatkan 1
dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom
VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, EsoIageal, Renal, Limb). Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras kaukasia dan kulit
berwarna, sedangkan pada negro bantu Irekuensi paling rendah.

Lt|o|og|
envebab vana ebenarnva dar aLrea an e[auh n belum dkeLahu namun ada umber menaaLakan kelanan bawaan anu debabkan
oleh aanaauan perLumbuhan fu dan pembenLukan anu dar Lon[olan embroaenk ada kelanan bawaan anu umumnva Ldak ada kelanan
recLum fnaLer dan oLoL daar panaaul namun demkan pada aaene anu fnaLer nLernal munakn Ldak memada MenuruL penelLan
beberapa ahl mah [arana bahwa aen auLoomal reef vana men[ad penvebab aLrea an Crana Lua Ldak dkeLahu apakah karer aen pada
kond n !ann menerma copan dar kedua aen orana Luanva aanaan uam Lr vana karer aen LerebuL berpeluana 23 unLuk Ler[ad laa
malforma pada kehamlan berkuLnva SeperLaa dar bav vana memlk vndrome aeneL abnormalLa kromoom aLau kelanan konaneLal
lan [uaa mempunva malforma anorekLal

9atof|s|o|og|
Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Uiung ekor dari bagian belakang berkembang meniadi kloaka
yang merupakan bakal genitoury dan struktur anorektal. Teriadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Teriadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7 dan 10 minggu dalam
perkembangan Ietal. Kegagalan migrasi dapat iuga karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan Iecal tidak dapat dikeluarkan sehungga intestinal mengalami
obstruksi.

,an|festas| k||n|s
ada aolonaan 3 hampr elalu derLa fLula ada bav wanLa erna dLemukan fLula rekLavaanal (denaan ae[ala bla bav buana ar
bear fee keluar dar vaana) dan [arana rekLoperneal DnLuk menaeLahu kelanan n ecara dn pada emua bav baru lahr haru
dlakukan colok anu denaan menaaunakan LermomeLer vana dmaukkan ampa epan[ana 2 cm ke dalam anu ALau dapaL [uaa denaan
[ar kelnakna vana memaka aruna Lanaan !ka LerdapaL kelanan maka LermomeLer/[ar Ldak dapaL mauk 8la anu LerlhaL normal dan
penvumbaLan LerdapaL lebh Lnaa dar perneumCe[ala vana menun[ukan Ler[adnva aLrea an aLau anu mperforaLa Ler[ad dalam wakLu
2448 [am Ce[ala Lu dapaL berupa
1. Perut kembung
2. Muntah (cairan muntahan berwarna hiiau karena cairan empedu atau berwarna hitam kehiiauan karena cairan mekonium)
3. Tidak bisa buang air besar dan kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir
4. Tidak ada atau stenosis kanal rectal
5. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana terdapat penyumbatan
6. Adanya membrane anal dan Iistula eksternal pada perineum

|as|f|kas| atres|a an|
Secara Iungsional, pasien atresia ani dapat dibagi meniadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai melalui saluran Iistula eksterna.
Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan Iistula rectovagina atau rectoIourchette yang relatiI besar,
dimana Iistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa Iistula traktus yang tidak adequate untuk ialam keluar tinia.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon, memerlukan beberapa
bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasiIikasikan lebih laniut meniadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :

1. Anomali rendah / inIralevator
Rectum mempunyai ialur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sIingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan Iungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
2. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sIingter eksternal berada pada posisi yang
normal.
3. Anomali tinggi / supralevator
Uiung rectum di atas otot puborectalis dan sIingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhungan dengan Iistuls
genitourinarius retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara uiung buntu rectum sampai
kulit perineum lebih daai1 cm.
Terdapat bemacam macam klasiIikasi kelainan anorektal menurut beberapa penulis. Menurut Ladd & Gross cit Prasadio et al (1988)
terdapat 4 tipe :
1. Tipe I stenosi ani kongenital.
2. Tipe II anus imperIorata membranase,
3. Tipe III anus imperIorata,
4. Tipe IV atresia recti.
KlasiIikasi ini sekarang sudah ditinggalkan. KlasiIikasi berdasarkan hasil Ioto:
Menurut Wingspread cit Prasadio et al (1988), bila bayangan udara pada uiung rectum dari Ioto di bawah garis puboischias adalah tipe
rendah, bila bayangan udara diatas garis pubococcygeus adalah tipe tinggi dan bila bayangan udara diantara garis puboischias dan
garis pubococcygeus adalah tipe intermediet. KlasiIikasi internasional mempunyai arti penting dalam penatalaksanaan kelainan
anorektal.

,D- membaa berdaarkan aar pubocoxaeu dan aar vana melewaL ch kelanan debuL
LeLak Lnaa recLum berakhr daLa mlevaLor an (mpubo coxaeu)
LeLak nLermedeL akhran recLum LerleLak d mlevaLor an
LeLak rendah akhran recLum berakhr bawah mlevaLor an

9emer|ksaan penun[ang
Cara peneaakan daano pada kau aLrea an aLau anu mperforaLa adalah emua bav vana lahr haru dlakukan pemaukan
LermomeLer melalu anunva Ldak hanva unLuk menaeLahu uhu Lubuh Lap [uaa unLuk menaeLahu apakah LerdapaL anu mperforaLa aLau
Ldak
DnLuk memperkuaL daano erna dperlukan pemerkaan penun[ana ebaaa berkuL
1. Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen : Dilakukan untuk menentukan keielasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui iarak
pemaniangan kantung rectum dari sIingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen : Digunakan untuk melihat Iungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan
mencari adanya Iaktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
4. CT Scan : Digunakan untuk menentukan lesi.
5. PyelograIi intra vena : Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan Iisik rectum : Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau iari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis : Juga bisa digunakan untuk mengkonIirmasi adanya Iistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.
Diagnosis
8av cepaL kembuna anLara 48 [am eLelah lahr
OTidak ditemukan anus, kemungkinan ada Iistula
OBila ada Iistula pada perineum(mekoneum ) kemungkinan letak rendah
DnLuk meneaakkan daano ALrea An adalah denaan anamnes|s dan pemer|ksaan per|neum yang te||t|
9LNA menaaunakan cara ebaaa berkuL
1. Bavi LAKI-LAKI dilakukan pemeriksaan perineum dan urine bila :
istel perianal (+) , bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti atresia letak rendah penatalaksanaan
inimal PSARP tanpa kolostomi
ekoneum (+) dinamakan atresia letak tinggi sehingga dilakukan kolostomi terlebih dahulu dan minggu kemudian
dilakukan tindakan deIinitive.
Apabla pemerkaan daLa meraaukan dlakukan |nvertrogram 8la
Akhran recLum debuL leLak rendah
Akhran rekLum 1 cm debuL leLak Lnaa
ada laklak fLel dapaL berupa rectoves|ka||s rektourethra||s dan rektoper|nea||s
2. !ada bavi perempuan 9 " atresia ani disertai dengan fistel
8la dLemukan
!ka fLel perneal (+)mnmal SA8 Lanpa koloLom
!ka fLel rekLovaanal aLau rekLoveLbuler maka dlakukan koloLom Lerlebh dahulu

lLel () maka dlakukan |nvertrogram
a. Akhiran
b. Akhiran ~ 1 cm dari kulit dilakukan kolostomi terlebih dahulu.

9encegahan
enanaanan ecara prevenLf anLara lan
1. Kepada ibu hamil hingga kandungan menginiak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan
dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia anin.
. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena iiwanya terancam iika sampai tiga hari tidak diketahui mengidap
atresia ani karena hal ini dapat berdampak Ieses atau tinia akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
3. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.

9enata|aksanaan secara umum
Pada kelainan anorektal letak rendah, penderita laki-laki dilakukan anoplasti perineal dengan prosedur V- Y plasti, sedang
untuk wanita dilakukan 'cut back atau prosedur V-Y seperti laki-laki. Bila Iistula cukup adekuat maka tindakan anoplasti dapat
ditunda menurut keinginan (Bisset 1977 ; Filston 1986 ; Spitz 1990).
Pada kelainan anorektal letak tinggi atau intermediet, setelah diagnosis ditegakkan, segera dilakukan kolostomi selaniutnya
dibuatkan lopogram untuk mengetahui macam Iistula.
Menurut De Lorimer (1981) dan Spitz (1990) kolostomi dilakukan pada kolon sigmoid, sedangkan Spitz (1990) mengatakan
kolostomi dilakukan pada kolon tranversum dekstra dengan keuntungan kolon kiri bebas, sehingga tidak terkontaminasi bila dilakukan
'Pull Ttrogh. Tindakan deIinitiI dapat menunggu sampai beberapa minggu bulan (Bisset 1977 ; Splitz 1990), sedangkan Goligher
cit Amri & Soedarno (1988 ) menyatakan tindakan deIinitiI dilakukan setelah penderita berumur 6 bulan 2 tahun atau berat badan
minimal 10 kg. Tindakan deIinitiI dilakukan dengan prosedur 'Pull Through sakroperineal dan abdomino perineal, serta posterior
sagital anorektoplasti (PSARP) (De Lorimer, 1981 ; Spitz, 1990). Jorge et al (1987) menyatakan bahwa PSARP dapat digunakan
untuk penderita dewasa terpilih untuk mendapatkan kontinensia Iekal terbaik sesudah operasi. Sedangkan Iwai et al (1988)
mendapatkan kontinensia Iekal dan Iungsi seksual yang baikdengan tindakan abdominoperineal rektoplasti.

9enata|aksanaan med|s
Pem-uatan kolostomi (TCD)
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan
Ieses. Pembuatan lubang biasa sementara atau permanen dari usus besar atau colon iliaka.
lotetveosl kepetowotoo ptoopetosl kolostoml
Dukungan psikososial
Pasien yang menialani pembedahan untuk kolostomi sementara dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah yang
serupa dengan individu yang memiliki stoma permanen. Semua anggota tim kesehatan, termasuk perawat enterostomal,
dan keluarga harus ada di samping pasien untuk memberikan bantuan dukungan.
Perubahan yang teriadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat mengganggu, dan pasien memerlukan dukungan
empatis dalam mencoba menyesuaikanya. Karena stoma ditempatkan pada abdomen, pasien dapat berpikir bahwa
setiap orang akan melihat ostomi. Perawat dapat membantu mengurangi ketakutan ini dengan memberikan inIormasi
actual tentang prosedur pembedahan dan pembentukan serta penatalaksaan ostomi kepada pasien maupun keluarga.
Persiapan untuk pembedahan
Diet tinggi kalori, rendah residu biasanya diberikan selama beberapa hari sebelum pembedahan, bila waktu dan kondisi
pasien memungkinkan. Apabila tidak terdapat kondisi kedaruratan, tindakan preoperative dilakukan serupa dengan
pembedahan abdomen pada umumnya. Lakukan iuga lavement untuk mencegah adanya inIeksi akibat Ieses.

lotetveosl kepetowotoo poscoopetosl
aen vana men[alan koloLom dbanLu Lurun dar LemoaL Ldur pada har perLama pacaopera dan ddorona unLuk mula berparLpa
dalam menahadap koloLom Auhan keperawaLan pacaopera mencakup kebocoran dar anaLomo prolap Loma perfora
reLrak Loma mpak fekal dan rLa kulL erLa komplka paru vana dhubunakan denaa bedah abdomen kembalnva deL ke pola
normal berlanauna anaaL cepaL SedkLnva 2 L caran /har dan[urkan SeLap upava dbuaL unLuk mendorona paen hdup eperL
ebelum pembedahan

Meooooool kolostoml
luna koloLom akan mula Lampak pada har ke 3 ampa har ke 4 eran perawaL dalam penanaanan koloLom
Perawatan kulit
Rabes eIluen akan bervariasi sesuai denan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat Ieses lunak dan berlendir
yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi sigmoid, Ieses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit.
Pasien dianiurkan untuk melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan,
memberikan barier kulit protektiI di sekitar stoma dan mengamankannya dengan
melekatkan kantung drainase.


Memasang kantung drainase
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm atau lebih besar dari
stoma. Kulit dibersihkan sesuai prosedur di atas. Barier kulit peristoma dipasang. Kantung kemudian dipasang dengan
cara membuka kertas perekat dan menekannya di atas stoma selama 30 detik. Iritasi ringan memerlukan bedak
stomahesive sebelum kantung direkatkan.
Menangani kantung drainase
Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi.
Mengangkat alat
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga berat isinya tidak
menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya.
Mengirigasi kolostomi
Stoma pada abdomen tidak mempunyai otot control volunteer sehingga pengosongannya dapat teriadi pada interval
waktu yang tidak teratur. Pengaturan pasase Iekal bias dengan irigasi atau secara alami. Tuiuan irigasi kolostomi adalah
untuk mengosongkan kolon dari gas, mucus, dan Ieses sehingga pasien dapat menialankan aktivitasnya tanpa takut
teriadi drainase Iekal.



9eoJlJlkoo posleo Joo pettlmbooooo petowotoo Jl tomob
Anggota keluarga harus diberitahu tentang prosedur dan perawatan stoma. Penyesuaian oleh keluarga sangat diperlukan
agar mereka terbiasa dengan kolostomi pada saat pasien pulang ke rumah. Klien perlu di dorong untuk mengungkapkan
masalah mereka. Mereka iuga perlu untuk memahami pentingnya membuat penyesuaian untuk memungkinkan pasien
menghadapi perubahan citra tubuh dan melakukan perawatan yang tepat terhadap kolostominya.

Status nutrisi
Makanan yang menyebabkan baud an gas berlebihan dihindari. Makanan ini termasuk kol, telur, ikan, kacang polong,
dan produk selulosa seperti kacang tanah. Status hidrasi dikaii dan tanda-tanda dehidrasi dilaporkan. Apabila pasien
mengalami diare, Irekuensi diare pasien dicatat bersamaan dengan kambuhnya kram abdomen, dorongan, dan bising usus
hiperaktiI. Pasien dibantu untuk mengidentiIikasi makanan atau cairan yang mungkin menyebabkan diare, seperti buah,
makanan serat tinggi, soda, kopi, the, atau minuman berkarbonat. Bismuth peregorik subgalat, bismuth subkarbonat, atau
deIenoksilat dengan atropine akan membantu mengontrol diare. Untuk konstipasi, ius prem atau apel atau laksatiI ringan
sangat eIektiI.

Komplikasi kolostomi
Insidensi komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa
komplikasi umum adalah prolaps stoma (biasanya akibat obesitas), perIorasi (akibat ketidaktepatan irigasi stoma), retraksi
stoma, impaksi Iekal, dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomosis usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan,
peningkatan suhu, serta tanda shock. Pneumonia dan atelektasis iuga bias meniadi komplikasi pada usia 5o tahun yang
mendapatkan sedative dan antobiotika atau tirah baring lama. Komplikasi ini bias dicegah dengan sering beraktiIitas, naIas
dalam, batuk eIektiI, dan ambulasi dini.

2 PSARP (Posterosagital Ano Re.tal Plasty)
Pena secara tegas menielaskan bahwa Atresia ani letak tinggi dan intermediet a dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk
dekompresi dan diversi. Operasi deIinitive setelah 4 8 minggu. Saat ini tehnik yang paling banyak dipakai adalah
posterosagital anorectoplasti, baik minimal, limited atau Iull postero sagital anorektoplasti.
Teknik Operasi
Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi pasien tengkurap dan pelvis
ditinggikan.
Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identiIikasi anal dimple.
Incisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2 cm didepanya.
Dibelah iaringan subkutis , lemak, parasagital Iiber dan muscle complek. Os Coxigeus dibelah sampai tampak
muskulus levator , dan muskulus levator dibelah tampak dinding belakang rectum.
Rektum dibebas dari iaringan sekitarnya .
Rektum ditarik melewati levator , muscle complek dan parasagital Iiber
Dilakukan anoplasti dan diiaga iangan sampai tension.
Perawatan Pas.a Operasi PSARP
Antibiotik intra vena diberikan selama 3 hari ,salep antibiotik diberikan selama 8 -10 hari. 2 minggu pas.a operasi
dilakukan anal dilatasi dengan heger dilatation, 2x sehari dan tiap minggu dilakukan anal dilatasi dengan anal dilator yang
dinaikan sampai mencapai ukuran ynag sesuai dengan umurnya. Businasi dihentikan bila busi nomor 13-14 mudah masuk.
DMD8 DkD8An
1 4 8ulan # 12
4 12 bulan # 13
8 12 bulan # 14
13 Lahun # 13
3 12 Lahun # 16
12 Lahun # 17

l8LkDLnSl ulLA1ASl
1ap 1 har 1x dalam 1 bulan
1ap 3 har 1x dalam 1 bulan
1ap 1 mnaau 2 x dalam 1 bulan
1ap 1 mnaau 1x dalam 1 bulan
1ap 1 bulan 1x dalam 3 bulan
kalbra anu Lercapa dan orana Lua menaaLakan mudah menae[akan erLa Ldak ada raa nver dlakukan 2x elama 34
mnaau merupakan ndka LuLup koloLom ecara berLahap frekuen dLurunkan
Skoring Klotz
IAkIA8LL 5k

1 uefeka 1 2 kal ehar
2 har ekal
3 3 kal ehar
3 har ekal
4 har ekal
1
1
2
2
3
2 kembuna 1dak pernah
kadanakadana
1eru meneru
1
2
3
3 konLen normal
Lembek
Lncer
1
2
3
4 eraaan nan 8A8 1eraa
1dak Leraa
1
3
3 Solna 1dak pernah
1er[ad berama
flaLu
1
2
3
1eru meneru
6 kemampuan menahan fee
vana akan keluar
1 menL
1dak ba menahan
1
2
3
7 komplka 1dak ada
komplka mnor
komplka mavor
1
2
3

Penilaian hasil skoring :
Nilai scoring 7 21 e 7 Sangat baik
8 10 Baik
1113 Cukup
~ 14 Kurang

3 Tutup kolostomi
Anak dipuasakan dulu beberapa hari setelah operasi tutup kolostomi. Sementara usus dalam proses penyambuhan.
Beberapa hari setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui rectum. Pertama, BAB akan sering dan tidak terkendali. Ruam
karena diapers dan iritasi kulit dapat meniadi masalah. Dalam beberpa minggu setelah operasi, BAB berkurang Irekuensinya
dan agak padat serta sering menyebabkan konstipasi.
Toilet training segera dimulai saat anak berusia antara 2-3 tahun. Bagaimanapun, anak-anak dengan malIormasi
anorektal yang telah diperbaiki, dapat lebih lambat control BAB nya. Beberapa anak mungkin tidak dapat mengontrol BAB
dengan baik, sedang lainnya mungkin mengalami konstipasi yang kronik, tergantung dari tipe malIormasi dan perbaikan yang
telah dilakukan.
Anak-anak dengan malIormasi membrane pada anal dan sempitnya lubang anal biasanya mempunyai control yang baik
dalan BAB setelah perbaikan. Anak-anak dengan variasi malIormasi anorektal yang lebih kompleks membutuhkan program
'bowel management untuk membantu mengontrol dan mencegah konstipasi.

9enata|aksanaan keperawatan
9engka[|an
konep Leor vana daunakan penul adalah model konepLual keperawaLan dar Cordon MenuruL Cordon daLa dapaL dkelompokkan
men[ad 11 konep vana melpuL
1. Persepsi Kesehatan Pola Manaiemen Kesehatan
Mengkaii kemampuan pasien dan keluarga melaniutkan perawatan di rumah.
. Pola nutrisi Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu teriadi pada pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien
untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta dampak dari anestesi.

3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien
akan mengalami kesulitan dalam deIekasi (Whaley & Wong,1996).
1. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.
. Pola Persepsi KognitiI
Menielaskan tentang Iungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam
meniawab pertanyaan.
o. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.
. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menielaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comIort. Teriadi perilaku distraksi, gelisah,
penolakan karena dampak luka iahitan operasi (Doenges,1993).
8. Peran dan Pola Hubungan
Bertuiuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungiawab
atau perubahan kapasitas Iisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
9. Pola ReproduktiI dan Sexual
Pola ini bertuiuan menielaskan Iungsi sosial sebagi alat reproduksi (Doenges,1993).
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya Iaktor stress lama, eIek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993).


11. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam
keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya
pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan Iisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang kadang
tampak ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh iaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik,
tanpa mekonium dalam 24 iam setelah bayi lahir, tinia dalam urin dan vagina (Whaley & Wong,1996)

Ldukas|
Lduka vana dapaL dlakukan kepada keluaraa adalah menaena cara perawaLan Loma dan koloLom
AkLfLanva
1. Menandai kulit yang terdapat stoma
2. Mengaiari pasien dan keluarga dalam menggunakan peralatan kolostomi
3. Membantu pasien atau keluarga dalam melakukan ostomy-care
4. Menganiurkan pasien atau keluarga untuk mendemonstrasikan penggunaan alat
5. Memonitor luka stoma
6. Irigasi kolostomi secara tepat
7. Memonitor stoma atau iaringan sekeliling luka dan adaptasi peralatan ostomy
8. Mengosongkan ostomy-bag dengan tepat
9. Mengaiari klien mekanisme mengurangi bau
10. Mengaiari klien atau keluarga untuk asupan nutrisi secara tepat dan mampu menuniukan iika teriadi perubahan Iungsi
eliminasi.

Nursing Care Plans

No Diagnosa keperawatan NOC NIC
Nyer| akut r/t agen |n[ury
b|o|og| (|uka post tutup
ko|ostom|)
Def|n|s| keLdaknvamanan
enor dan penalaman emo
vna Lmbul dar keruakan
[arnaan acLual aLau poLenal
aLau menaaambarkan
berberapa keruakan oneL
LbaLba aLau lambaL dalam
beberapa nLenLa dar lembuL
ampa kera denaan akhr vana
dapaL d anLpa aLau d
predk an duranva kurana
dar 6 bulan
uC
- post tutup kolostomi
- Lahir tanpa lubang
anus dan TCD
- PSARP
- Luka tutup kolostomi
- Kontrol nyeri
Definisi : aksi personal
untuk mengontrol nyeri
Kriteria Hasil :
- Mengetahui
Iactor penyebab
- Mengetahui
onset nyeri
- Mengetahui
geiala
- Menggunakan
penyembuhan
dengan non-
analgesik
- Menggunakan
analgesic bila
diperlukan
- Melaporkan
nyeri yang dapat
dikontrol
- anajemen nyeri
Definisi : meringankan nyeri atau mengurangi nyeri menuiu level
nyaman yang dapat diterima oleh pasien.
Aktivitas :
- Melakukan pemeriksaan komprehensiI pada nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, onset atau durasi, Irekuensi,
kualitas, intensitas, atau tingkat nyeri dan Iactor pencetus
nyeri.
- Observasi respon nonverbal klien terutama pada klien
yang tidak dapat berkomunikasi secara eIektiI
- Menggunakan strategi komunikasi yang terapetik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien dan menerima respon
klien terhadap nyeri.
- Menyadari pengaruh kebudayaan terhadap respon nyeri
- Evaluasi keeIektiIan penilaian control nyeri yang telah
dilakukan sebelumnya.
- Menyediakan inIormasi tentang nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa nyeri tersebut berlangsung, ketidaknyamanan
yang diantisipasi dari prosedur yang dilakukan.
- Mendorong klien untuk dapat memonitor nyerinya dan
melakukan tindakan seperlunya.
- Mengaiarkan bagaimana menggunakan teknik
- Nyeri tekan positiI
uS
- Anak mengeluh nyeri
dan susah tidur
- Ibu belum tahu cara
tutup kolostomi

nonIarmakologi untuk mengurangi nyeri misalnya dengan
relaksasi, guided imagery, distraksi, massage dll.
2 kes|ko |nfeks| r/t kerusakan
[ar|ngan prosedur |nvas|ve
Def|n|s| pennakaLan rko
unLuk Lernva oleh oraanm
paLhoaen
uC
- Terdapat luka tutup
colostomy
- Pemasangan inIus
uS

- Risk .ontrol
Definisi : tindakan untuk
mengeliminasi atau
mengurangi Iactor risiko
secara actual, dari klien
atau dgn tindakan yang
dapat dimodiIikasi.
Indikator :
- Mengakui
adanya resiko
- Memonior
Iactor resiko
lingkungan
- Memonitor
- Kontrol infeksi
Definisi : meminimalisir penerimaan dan transmisi agen inIeksi.
Aktivitas :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tiap-tiap
pasien
- Menggunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan
- Memakai sarung tangan (sesuai universal precaution)
- Memelihara lingkungan aseptic ketika mengganti selang
TPN (Total Parenteral Nutrisi)
- Memastikan tindakan aseptic pada semua IV Lines
- Mengaiari pasien dan keluarga, tanda dan geiala inIeksi
dan kapan melapor pada petgas kesehatan
- Mengaiari pasien dan anggota keluarga bagaimana
menghindari inIeksi
Iactor resiko sikap
personal
- Membangun
strategi eIektiI
control resiko
- MemodiIikasi
gaya hidup untuk
mengurangi resiko
- Mendapat
imunisasi
yangsesuai
- Memonitor
perubahan status
kesehatan
- Memberikan agen immunizing dengan imunisasi
3 urang pengetahuan r/t
kurangnya |nformas| yang
d|dapaat
Def|n|s| kurananva nforma
koanLf berhbunaan denaan
Lopc LerLenLu
uC
Pengetahuan : prosedur
perawatan
Definisi :memperluas
pemahaman tentang
prosedur yang dibutuhkan
sebagai bagian dari
regimen.
Tea.hing : prosedur perawatan
Definisi: menyiapkan klien untuk mengerti dan persiapan mental
untuk prosedur atau perawatan yang dianiurkan.
Aktifitas:
- MenginIormasikan kepada pasien dan keluarga kapan,
dimana, berapa lama, dan siapa yang member tindakan.
- Luka tutup kolostomi
- Nyeri tekan positiI
uS
- Ibu belum tahu cara
perawatan luka tutup
kolostomi



Indi.ator:
-
Medeskripsikan
prosedur
perawatan
- Menielaskan
tuiuan dan
langkah-langkah
dari prosedur
- Menuniukan
bagaimana
prosedur
perawatan
dilakukan
-
Mendeskripsikan
potensial eIek
samping
- Menentukan pengalaman serta tingkat pengetahuan
berhubungan dengan tindakan perawatan
- Menielaskan tuiuan dan cara perawatan
- Menyediakan inIormasi tentang hasil perawatan.
4 angguan po|a t|dur r/t
ket|daknyamanan f|s|k nyer|
Sleep
Definisi: meningkatkan
Simple relaxation theraphy
Definisi : menggunakan teknik untuk mendorong dan
Def|n|s| aanaauan kwanLLa
dan kwalLa Ldur karena
keruakan funa
uC
uS
- Ibu mengeluh anak
tidak bisa tidur

periode kenyamanan
alami yang berkurang
selama tubuh di perbaiki.
Indi.ator:
- Lamanya tidur
- Perbaikan pola
tidur
- Meningkatnya
kwalitas tidur
- EIisiensi tidur
mendapatkan relaksasi yang bertuiuan untuk menurunkan tanda
dan geiala tidak menyenangkan seperti nyeri,, tekanan otot atau
kecemasan.
Aktifitas:
- Memberikan penielasan secara detail untuk pemilihan
intervensi relaksasi.
- Memberikan kenyamanan, sehingga klien bersedia
untuk berpartisipasi. Dan mengecek kemampuan
berpartisipasi klien.
- Menciptakan keadaan yang sunyi, lingkungan yang
tenang, mengeset pencahayaan, dan suhu ruangan iika
memungkinkan.
- Menginstruksikan klien untuk menempatkan diri
senyaman mungkin.
- Menyediakan waktu untuk tidak menganggu karena
kemungkinan pasien akan merasa ngantuk.

You might also like