You are on page 1of 21

ABSTRAK Tujuan dari percobaan ketiga adalah mempelajari sifat fisika dan kimia senyawa kovalen dan senyawa

ion serta mempelajari bagaimana jenis ikatan dan struktur molekul sifat fisika dan kimia senyawa. Perbandingan yang dilakukan adalah dengan melihat perbandingan titik leleh dengan cara memanaskan tabung reaksi yang di dalamnya terdapat urea (CO(NH2)2 dan naftalen. Perbandingan wujud dilakukan dengan cara mengamati wujud masing-masing senyawa isopropil allkohol, urea, naftalen, NaCl, MgSO4, dan KI. Perbandingan kelarutan dilakukan dengan memasukkan urea, naftalen, NaCl, MgSO4, KI, dan isopropil alkohol ke dalam air serta ke dalam CCl4. Perbandingan daya hantar listrik dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda karbon yang telah dihubungkan dengan arus listrik dan lampu ke dalam air kemudian elektroda karbon dicelupkan kembali pada air yang telah ditambahkan beberapa tetes urea, naftalen, NaCl, MgSO4, KI, dan isopropil alkohol secara bergantian. Perbandingan kemudahan terbakar diamati dengan meletakkan urea, naftalen, NaCl, MgSO4, KI, dan isopropil alkohol pada sudip kemudian dibakar, dan uji bau dengan cara mengidentifikasi bau dari urea, naftalen, NaCl, MgSO 4, dan KI. Dari percobaan didapatkan hasil yaitu : senyawa yang termasuk dalam senyawa ion adalah MgSO4, KI dan NaCl, hal ini ditunjukkan dengan senyawasenyawa tersebut memiliki titik leleh yang sangat tinggi, tidak mudah terbakar, tidak berbau, dapat menghantarkan arus listrik, tidak mudah terbakar dan dapat larut dalam air. Senyawa yang termasuk senyawa kovalen adalah isopropil alkohol, urea dan naftalen, senyawa ini menunjukkan hal yang sebaliknya dengan senyawa ion.

Kata kunci : senyawa ion, senyawa kovalen,

III-2

PERCOBAAN 3 PERBANDINGAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA ANTARA SENYAWA ION DENGAN SENYAWA KOVALEN

I.

PENDAHULUAN Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat fisika dan kimia antara senyawa ion dan senyawa kovalen serta mempelajari bagaimana jenis ikatan dan struktur molekul mempengaruhi sifat fisika dan kimia senyawa.

I.1. Tujuan Percobaan

I.2. Latar Belakang Suatu senyawa kimia tentunya tidak lepas dari ikatan kimia yang membentuknya. Ikatan kimia yang paling umum adalah ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion akan membentuk suatu senyawa yang disebut senyawa ion dan ikatan kovalen akan membentuk senyawa kovalen. Senyawa ion dan senyawa kovalen memiliki berbagai sifat fisika dan kimia yang berbeda. Sifat-sifat fisika dan kimia dari senyawa ion antara lain berupa senyawa ion memiliki titik leleh yang sangat tinggi, umumnya dapat menghantarkan listrik, tidak mudah terbakar, umumnya berwujud padat dalam suhu kamar, tidak berbau, serta dapat larut dalam air dan sedikit yang larut dalam pelarut non polar, sebaliknya pada senyawa kovalen. Dalam percobaan ini akan dipelajari perbedaan sifat fisika dan kimia antara senyawa ion dengan senyawa kovalen dalam hal wujud, kelarutan, kemudahan terbakar, daya hantar, bau, dan perbandingan titik leleh.

III-3

II.

DASAR TEORI Sir Joseph John Thomson atau lebih dikenal sebagai J.J Thomson (1856-1940) seorang fisikawan Inggris telah berhasil memperoleh hadiah nobel fisika pada tahun 1906 atas penemuan elektron. Dalam penelitiannya Thomson mempelajari bahwa tabung katoda dalam kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan mengeluarkan berkas sinar dimana Thomson menyebut berkas sinar ini sebagai berkas sinar katoda disebabkan karena berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda negatif). Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik negatif maka akan dibelokkan, berdasarkan hal ini maka Thomsaon menyatakan bahwa berkas sinar katoda itu adalah partikel-pertikel bermuatan negatif. Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom tersusun oleh elektron, kemudian Thomson mengajukan stuktur atom sebagai bulatan awan bermuatan positif dengan elektron yang terdistribusi random di dalamnya (Anonim1, 2008). Dengan adanya teori elektron mengenai struktur atom, ada usaha untuk menjelaskan konsep valensi tentang teori elektron. Dasar teori elektron tentang valensi diberikan oleh Kossel dan Lewis pada tahun 1916. Kossel membicarakan tentang transfer elektron di antara atom-atom sedangkan Lewis tentang pembagian elektron di antara atom-atom. Keduanya mendasar kan dari eksperimen dari gas-gas mulia yang beratom satu dan tidak reaktif. Kestabilan atom gas mulia karena atom ini memiliki elektron oktet di kulit terluar (kecuali helium). Kossel dan Lewis berpendapat bahwa atom-atom berkehendak memiliki struktur elektron seperti gas mulia, dengan jalan melepaskan atau menerima elektron untuk membentuk suatu ikatan kimia (Sukardjo, 1997). Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul sebagai berikut : Atom yang satu melepaskan elektron, sedangkan elektron yang lain menerima elektron (serah terima elektron).

III-4

Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari masing masing elektron yang berikatan. Penggunaan bersama pasangan elektron yang berasal dari salah satu atom yang berikatan. Tujuan dari pembentukan ikatan kimia adalah agar terjadi pencapaian

kesetabilan suatu unsur. Elektron yang berperan pada pembentukan ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom atau unsur yang terlibat. Salah satu petunjuk dalam pembentukan ikatan kimia adalah adanya satu golaongan onsur yang stabil yaitu golongan VIII A ( gas mulia). Berdasarkan perubahan konfighurasi elektron yang terjadi pada pembentukan ikatan, ikatan kimia dapat di bedakan menjadi 2, yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen. 1. Ikatan Ion Terjadi jika atom unsur yang memiliki energi ionisasi kecil melepaskan elektron valensinya (membentuk kation) dan unsur lain yang memiliki afinitas elektron besar menerima elektron tersebut (membentuk anion). Kedua elektron tersebut kemudian saling berikatan dengan gaya elektrostatis (sesuai hukum Coulomb). Unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah unsur logam sedangkan unsur yang cenderung menerima elektron adalah unsur non logam. (Anonim, 2008). Ikatan ionik terbentuk melalui pemindahan satu atau lebih elektron valensi dari satu atom ke atom lain. Atom yang menyerahkan elektron menjadi bermuatan positif, yaitu kation. Atom yang menerima elektron menjadi bermuatan negatif, dinamakan anion. Atom-atom yang cendrung menyerahkan elektronnya dinamakan elektropositif. Atom-atom yang cenderung menerima elektron dinamakan elektronegatif. Sebenarnya ikatan ionik bukan benar-benar suatu ikatan. Karena muatannya berlawanan, ion-ion tertarik satu dengan yang lain sebagaimana halnya kutub-kutub magnet yang berlawanan. Dalam kristal ion-ion tersusun padat dengan cara tertentu, tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa ion tertentu berikatan dengan ion yang

III-5

lain, dan tentu saja jika suatu zat terlarut, ion-ion bergerak dengan bebas (Hart, 2000). Sifat umum senyawa ionik yaitu memiliki titk didih dan titik leleh yang tinggi, lelehan maupun larutanya dapat menghantarkan listrik, larut dalam air, tidak mudah terbakar, dan tidak berbau. (Anonim, 2008) 2. Ikatan Kovalen Ikatan yang tejadi karena pemakaian bersama pasangan elektron oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalalen terjadi akibat ketidakmampuan pembentukan salah satu atom yang berikatan untuk melepaskan elektron (terjadi pada atomatom non logam) Ikatan kovalen terbentuk karena atom-atom yang memiliki afinitas elektron tinggi serta ke elektronegatifannya lebih kecil di bandingkan ikatan ion (Anonim, 2008). Ikatan kovalen melibatkan penggunaan bersama sepasang atau lebih elektron di antara atom-atom. Unsur-unsur yang bukan elektronegatif kuat atau bukan elektropositif kuat cenderung membentuk ikatan melalui penggunaan bersama pasangan elektron bukan melalui pemindahan elektron. Jika dua atom identik atau mempunyai ke elektronegatifan yang sama, pasangan elektron di gunakan secara bersama. (Hart, 2000). Sifat umum persenyawaan kovalen umumnya berupa gas, zat cair atau zat padat yang mudah menguap, medan listrik yang di timbulkan oleh molekul ini nol atau sangat kecil, umumnya sukar larut dalam air, mudah terbakar dan berbau. (Respati, 1992). Gaya Van der Waals merupakan gaya tarik menarik antar molekul yang berdekatan. Titk didh hibrida (unsur yang membentuk senyawa dengan hidrogen) unsur golongan 4, akan menaik seiring dengan menurunnya letak unsur pada golongan. Kenaikan titik didih terjadi karena molekul memeperoleh lebih banyak elektron dan karena itu kekuatan dispersi Van der waals menjadi lebih besar, pada kasus NH3 , H2O, dan HF seharusnya terjadi penambahan gaya daya tarik antar molekul, yang secara signifikan

III-6

memerlukan energi kalor untuk memutuskannya. Gaya antar molekul yang relatif kuat ini di gambarkan dengan ikatan hidrogen (Anonim3, 2008). Ikatan hidrogen adalah gaya inter molekul yang agak kuat, dengan energi sebesar 15-40 KJ/mol (interaksi Van der Waals memepunyai energi sekitar 2-20 KJ/mol). Ikatan hidrogen cenderung terjadi jika atom H dalam molekul dapat secara serentak tertarik oleh atom yang sangat elektronegatif. Ikatan hidrogen lemah dapat pula terjadi antara atom H dari satu molekul dengan atom bukan logam lain dari molekul yang berdekatan (Petrucci, 1987). Senyawa polar memiliki ciri-ciri yaitu dapat larut dalam air dan pelarut polar lain, memiliki kutub (+) dan kutub (-) akibat tidak meratanya distribusi elektron, dan memiliki pasangan elektron bebas atau memiliki perbedaan keelektronegatifan. Senyawa non polar yaitu memiliki ciri-ciri yaitu tidak larut dalam air dan pelarut polar lain, tidak memiliki kutub (+) dan kutub (-), dan tidak memiliki pasangan elektron bebas atau keelektronegatifannya sama. (Anonim4, 2008). III. 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini : a. Tabung reaksi b. Termometer c. Gelas piala 100 ml d. Elektroda karbon e. Sudip f. Lampu g. Pipet tetes h. Bunsen i. Catu daya METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan

III-7

2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini : a. Urea ((NH2)2CO) b. Naftalen c. NaCl d. KI e. MgSO4 f. Isopropil alkohol ((CH3)2CHOH) g. CCl4 h. Air 3.2. Prosedur Kerja A. Perbandingan Titik Leleh 1. Memasukan sejumlah kecil urea ((NH2)2CO) ke dalam tabung reaksi. 2. Memasukan termometer kedalam tabung reaksi. 3. Memanaskan tabung reaksi di atas nyala api spiritus. 4. Memcatat suhu tepat saat urea mulai meleleh dan suhu saat seluruh urea telah meleleh, ini merupakan kisaran titik leleh. 5. Mengulangi langkah 1-4 untuk naftalen. 6. Mencatat kisaran titik leleh untuk tiap senyawa, mengulangi pengamatan masing-masing senyawa dua kali. B. Wujud Mengamati wujud isopropil alkohol, naftalen, urea, NaCl, KI, dan MgSO4. C. Perbandingan Kelarutan 1. Memasukan urea kedalam tabung reaksi I, Menambahkan air, mengaduk, dan mengamati .

III-8

2. Memasukan urea ke dalam tabung raksi II, menambahkan CCL4, mengaduk , dan mengamati. 3. Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk isopropil alkohol, naftalen, NaCl, KI,dan MgSO4. D. Daya Hantar 1. Memasukan 60 ml air pada gelas piala 100ml, mencelpkan elektrode karbon yang telah di hubungkan degan arus listrik dan lampu. 2. Mengulangi langkah 1 dan menambah beberapa tetes isopropil alkohol, mengamati lampu dan yang terjadi pda kedua elektrode. 3. Mengulangi langkah 2 dengan menganti ipropil alkohol dengan urea, naftalen, NaCl, KI dan MgSO4. E. Kemudahan Terbakar 1. Meletakkan beberapa tetesisopropil alkohol pada sudip, kemudian membakar dengan api. 2. Mengulangi Langkah 1 untukurea, Naftalen, NaCl, KI, dan MgSO4 F. Uji Bau Mengidentifikasi bau dari urea, Naftalen, NaCl, KI, MgSO4.

III-9

IV. A.Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3.1. Perbandingan Titik Leleh No 1. 2. 3. 4. Prosedur dalam tabung reaksi. Memasukan tabung reaksi. api spritus. meleh dan suhu saat seluruh urea meleleh. 5. 6. 7. 8. termometer ke dalam meleleh T1 = 15 0C T2 = 5 0C - Suhu saat urea meleleh T1= 40 0C T2= 15 0C Suhu rata-rata =27,5 0C Memasukan sejumlah naftalen ke dalam - Suhu saat naftalen mulai tabung reaksi. Memasukan termometer kedalam tabung reaksi. api spritus. meleleh dan suhu saat seluruh naftalen telah meleleh. meleleh. T1 = 10 0C T2 = 6 0C Suhu T1= 31 0C T2= 11 0C Suhu rata-rata =21 0C saat naftalen Hasil Memasukan sejumlah kecil urea ke - Suhu saat urea mulai

Memanaskan tabung reaksi di atas nyala Suhu rata-rata = 10 0C Mencatat suhu tepat saat urea mulai seluruh nya

Memanaskan tabung reaksi di atas nyala Suhu rata-rata = 8 0C Mencatat suhu tepat saat naftalen mulai meleleh seluruh nya.

III-10

Tabel 3.2. Wujud No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Prosedur Mengamati wujud Isopropil Alkohol Mengamati wujud naftalen Mengamati wujud urea Mengamati wujud NaCl Mengamati wujud KI Mengamati wujud MgSO4 Hasil Cairan bening Padatan kristal putih Padatan kristal putih Padatan kristal putih Padatan kristal putih Padatan kristal putih

Tabel 3.3. Perbandingan Kelarutan No Prosedur 1. Memasukan urea ke dalam tabung reaksi Larut I, menambahkan air, mengaduk dan mengamati 2. Memasukan urea ke dalam tabung reaksi Tidak larut II, menambah CCl4, mengaduk, dan megamati. 3. Memasukan isopropil alkohol ke dalam Tidak larut tabung 4. reaki I, menambahkan air, mengaduk, dan mengamati. Memasukan isopropil alkohol ke dalam Larut tabung reaksi II, menambahkan CCl4, mengaduk, dan mengamati. 5. Memasukan naftalen ke dalam tabung Tidak larut reaksi I, menambahkan air, mengaduk, dan mengamati. 6. Memasukan naftalen ke dalam tabung Larut reaksi 7. II, menambahkan CCl4, mengaduk,dan mengamati Memasukan NaCl ke dalam tabung reaksi Larut I, menambahkan air, mengaduk, dan Hasil

III-11

mengamati. 8. Memasukan NaCl ke dalam tabung reaksi Tidak larut II, menambahkan CCl4, mengaduk,dan mengamati 9. Memasukan KI ke dalam tabung reaksi I, Larut Menambahkan mengamati/ 10 . Memasukan KI ke dalam tabung reaksi II, Tidak larut menambahkan mengamati Memasukan MgSO4 ke dalam tabung Larut 11 . reaksi I, menambahkan air, mengaduk, dan mengamati. Memasukan MgSO4 ke dalam tabung Tidak larut reaksi 12 . II, menambahkan CCl4, mengaduk,dan mengamati CCl4, mengaduk,dan air, mengaduk, dan

III-12

Tabel 3.4. Daya Hantar No Prosedur Hasil 1. Memasukan 60 ml air pada gelas piala 100 Lampu ml, mencelupkan elektrode karbon yang tidak telah di hubungkan dengan arus listrik dan (tidak lampu. 2. 3. 4. 5. beberapa tetes isopropil alkohol. beberapa tetes urea beberapa naftalen beberapa NaCl 6. litrik). tidak ada gelembung tidak ada gelembung. tidak tidak tidak tidak menyala,ada gelembung menyala,ada gelembung. Lampu beberapa KI 7. Mengulangi prosedur I dan menambahkan beberapa MgSO4. Lampu tidak ada meyala,

gelembung

menghantarkan

Mengulangi prosedur 1 dan menambahkan Lampu tidak menyala, Mengulangi prosedur 1 dan menambah kan Lampu tidak menyala, Mengulangi prosedur I dan menambahkan Lampu Mengulangi prosedur I dan menambahkan Lampu

Mengulangi prosedur I dan menambahkan menyala,ada gelembung. menyala,ada gelembung.

III-13

Tabel 3.5. Kemudahan Terbakar No Prosedur 1. Hasil

Meletakan beberapa tetes, isopropil alkohol Mudah terbakar pada sudip, kemudian membakar dengan api.

2. 3. 4. 5. 6.

Meletakan

beberapa

urea

pada

sudip, Tidak mudah terbakar

kemudian membakar dengan api. Meletakan beberapa naftalen pada sudip, Mudah terbakar kemudian membakar dengan api. Meletakan beberapa NaCl pada sudip, Tidak mudah terbakar kemudian membakar dengan api. Meletakan beberapa KI pada sudip, Mudah terbakar kemudian membakar dengan api. Meletakan MgSO4 pada sudip, kemudian Tidak mudah terbakar membakar dengan api.

Tabel 3.6. Uji Bau No Prosedur 1. Mengidentifikasi bau urea 2. 3. 4. 5. Mengidentifikasi bau naftalen Mengidentifikasi bau NaCl Mengidentifikasi bau KI Mengidentifikasi bau MgSO4 Hasil Bau kapur barus Bau kapur barus Bau kapur barus, tidak menyengat Bau kapur barus Tidak berbau

III-14

B. Pembahasan 1. Perbandingan Titik Leleh Dari percoobaan yang telah di lakukan, di dapatkan suhu ketika urea mukai meleleh adalah 10 0C dan suhu ketika urea meleleh seluruhnya adlah 27,5 0C. Kisaran titik leleh yang di dapat dari percobaan ini jauh berbeda dengan kisaran titik lleh urea pada literatur, yaitu 132 0C - 133 0C. Perbedaan kisaran titik leleh jaga terjadi pada naftalen. Suhu ketika naftalen mulai meleleh adalah 8 0C dan suhu ketika naftalen meleleh seluruhnya adalah
0

21 0C, berbeda dengan

literatur yang menyebutkan bahwa kisaran titk leleh naftalen adalah 60 C 110 0C Senyawa ion memiliki titik lelehnyang jauh lebih tinggi, sehingga sehingga tidak dapat melakukan percobaan seperti pada senyawa kovalen dalam percobaan ini. Titik leleh senyawa ion yang di dapat dari literatur : NaCl : 801 0C 801 0C KI : 681 0C : 1124 0C MgSO4

Senyawa ion memiliki titk leleh yang jauh lebih tinggi dari pada titik leleh senya kovalen karena didalam senyawa ion terbentuk ikatan yang kuat dan stabil antara atom elektropositif dan elektronegatif, sehingga di perlukan energi yang besar untuk memutuskan ikatan teratur dalam keadaan padatnya menjadi ikatan cair yang lebih acak. Oleh karena itu titik leleh senyawa ion lebih tinggi dari pada senyawa kovalen. Titik leleh senyawa kovalen lebih rendah dari pada senyawa ion karena gay tarik Van der Waals antara molekul dalam senyawa kovalen lebih kecil di banding gaya tarik antar molekul di dalam senyawa ion. Karena itu sangat sedikit energi yang diperlukan oleh molekul dari senyawa kovalen untuk merusak keadaan padatnya yang teratur

III-15

menjadi kedaan cair yang acak, sehingga titik leleh senyawa kovalen menjadi lebih rendah dari pada titik leleh pada senyawa ion. 2. Wujud Bentuk atau wujud yang dimaksudkan disini adalah wujud zat pada saat suhu normal atau pada suhu kamar. Darimpercobaan ini dapat diamati bahwa isopropil alkohol berwujud cairan, sedangkan urea naftalen NaCl, KI, MgSO4 memiliki wujud berupa padatan. Isopropil alkohol, urea, naftalen merupakan senyawa kovalen memiliki wujud zat yang berbeda. Senyawa ion merupakan senyawa yang terbentuk akibat adanya reksi serah-terima elektron, ikatan kuat sehingga ion-ionnya membentuk kristal yang padat. Hal inilah yang menyebabkan senyawa ion masih berwujud padatan sampai beberapa ratus derajat di atas suhu kamar. Senyawa kovalen terbentuk karena adanya pemakaian elektron secara bersama, membentuk ikatan yang lemah, sehingga senyawa kovalen mudah untuk merusak keadaan padatnya. Oleh karena itu senyawa kovalen berbentuk cair atau gas pada suhu kamar. 3. Pebandingan Kelarutan Senyawa ion umumnya dapat larut dalam pelarut air dan sedit yang dapat larut dalam pelarut nonpolar, sedangkan senyawa kovalen umunya dapat larut dalam pelarut nonpolar dan sedikit yang dapat larut dalam pelarut air. Dalam percobaaan ini senyawa yang dapat larut dalam air adalah urea, NaCl, KI dan MgSO4, dan senyawa yang tidak dapat larut dalam air adalah naftalen dan isopropil alkohol. Hal yang terjadi sebaliknya jika senyawa-senyawa tersebut dilarutkan dalam CCl4. Molekul air bersipat polar, maka senyawa ion yang polar dapat larut dalam air. Jika jumlah ikatan molekul air dan ion meningkat, ikatan antara ion dengan ion-ion disebelahnya dalam struktur kristal melemah, sehingga terhidrasi dan akhirnya senyawa ion dapat larut

III-16

dalam air. Sedangkan senyawa kovalen umumnya larut dalam pelaru nonpolar. CCl4 merupakan senyawa nonpolar, sehingga naftalen danisopropil alkohol dapat larut dalam CCl4. Urea yang termasuk senyawa kovalen dapat larut dalam air. Hal ini karena seyawa kovalen yang dapat larut dalam air adalah senyawa yang kovalen mampu berikatan hidrogen dalam air, misalnya senyawa organik yang mengandung oksigan atau nitrogen dengan empat atom karbon atau kurang. 4. Daya Hantar Dalam percobaan ini senyawa yang dapat mengantarkan listrik adalah NaCl, KI, MgSO4, dan naftalen. Hal ini dengan adanya gelembung pada ke dua elektrode. Sedangkan senyawa yang tidak dapat menghantarkan listrik adlah isopropil alkohol dan urea. Senyawa kovalen tidak dapat menghantarkan listrik karena bila senyawa kovalen di larutkan dalam pelarut polar (dalm percobaan ini pelarut polar adalah air). Senyawa kovalen tidak terionisasi sehingga tidak dapat menghantarkan listrik. Senyawa ion yang berada dalam keadaan kristal (padatan) tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ion terikat satu sama lain dengan rapat dan kuat, sehingga tidak bebas bergerak. Namun, jika senyawa ion berada dalam keadaan larutan atau lelehan, senyawa ion dapat menghantarkanlistrik karena ion-ionnya bergerak bebas. Bila dalam larutan senyawa ion di masukan elektroda yang bermuatan, maka ion-ion bergerak ke arah elektrodayang berlawanan, sehingga larutan tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Pada saat senyawa NaCl di larutkan dalam air,ion-ion yang tersusun rapat dan terikat akan tertarik oleh molekul-molekul air dan air akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut (proses hidrasi) yang akhir nya akan terlepas satu sama lain dan bergerakbebas dalam larutan, reaksi nya adalah:

III-17

NaCl(s) + H2O(l) Adapun reaksinya sebagai berikut: KI(s) + H2O(l) MgSO4(s) + H2O(l) 5. Kemudahan Terbakar

Na+(aq) + Cl-(aq)

Hal yang sama juga terjadi pada senyawa KI dan MgSO4. K+(aq) + I-(aq) Mg2+(aq) + SO42-(aq)

Kemudahan terbakar menunjukan bagai mana reaksi suatu zat ketika terbakar, apakah dapat terbakar atau tidak. Isopropil alkohol, urea, naftalen merupakan senyawa kovalen yang mudah terbakar. NaCl dan MgSO4 merupakan senyawa ion yang tidak mudah terbakar. Senyawa ion terbentuk dari ikatan ion yang terdiri dari atom yang memiliki ke elektronegatifan yang tinggi rendah, gaya tarik antar ion positif dan negatif begitu kuat sehigga tidak mudah terurai. Sebaliknya pada senyawa kovalen yang memiliki gaya tarik antar molekul yang lemah menyebabkan senyawa kovalen menjadi mudah terurai sehingga senyawa kovalen mudah terbakar. 6. Uji Bau Dalam percobaan ini senyawa yangmamiliki bau adalah urea , naftalen, KI, dan Nacl, sedangkan senyawa yang tidak berbau adalah MgSO4. Senyawa kovalen umum nya berbau karena tersusun dari unsur logam dan non logam. Senyawa kovalen kebanyakan tersusun dari atom C, sehingga senyawa kovalen disebut juga sebagai senyawa organik. Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang berbau. Sedangkan senyawa ion umumnya tidak berbau karena tersusun dari senyawa logam dan non logam, selain itu senyawa ion tidak tersusun dari atom C, sehingga tidak mudah terurai karena pada senyawa organik baunya mudah terurai. Selain karena hal di atas, hal yang menyebabkan umumnya senyawa kovalen berbau adalah karena senywa kovalen memiliki titik leleh yang rendah sehingga mudah melepaskan oksigen, secara otomatis oksigen tidak terlepas dari aroma senyawa kovalen tersebut. Sedangkan

III-18

senyawa ion sedikit saja yang berbau karena titik leleh senyawa ion sangat tinggi sehingga sukar melepaskan oksigen, secara otomatis oksigen terlepas dari aroma senyawa ion tersebut. V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini adalah : 1. Jenis ikatan kimia, misalnya ikatan ion dan ikatan kovalen mempengaruhi sifat fisika dan kimia dari suatu senyawa. 2. Ikatan ion memiliki ikatan yang lebih kuat dari pada ikatan kovalen karena adanya pengaruh gaya van der waals di antara molekul. 3. Senyawa ion memiliki titik leleh yang sangat tinggi, umumnya berupa padatan pada suhu kamar, tidak mudah terbakar, dapat menghantarkan listrik, umumnya berbau, sedikit yang dapat larut dalam pelarut non polar dan larut dalam air, sebaliknya pada senyawa kovalen. 4. Yang termasuk senyawa ion adalah NaCl, KI, dan MgSO4. 5. Yang termasuk senyawa kovalen adalah urea, naftalen, dan isopropil alkohol. V.2.Saran Sebaiknya berhati-hati dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi kecelakaan, khususnya dalam uji kemudahan terbakar.

III-19

DAFTAR PUSTAKA Anonim1, 2008, http : //belajarkimia.com/2008/08/penemuan-elektron-danmodel- atom- jj-thomson/ Anonim2, 2008, http : //an-kimia.Blogspot.Com/2008/05/bab-4-ikatan-kimiadefinisi-ikatan.html Anonim3, 2008, http : //chem-is-try.org/?sect =belajar&ex =atom 02_08 Anonim4, 2008, http : //smartsains.blogspot.com/2008/09/perbedaan-senyawapolar-dengan-non.html Hart, 2000, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, Erlangga, Jakarta. Petrucci, Ralph H, 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta. Respati, 1992, Dasar - Dasar Ilmu Kimia, Rineka Cipta, Jakarta. Sukardjo, 1997, Kimia Fisika, Rineka Cipta, Jakarta.

III-20

TUGAS PERCOBAAN 3

A.

Mengapa air disebut molekul polar ? Jelaskan sifat dwi kutubnya

berdasarkan bentuk molekul ! Jawab : Air disebut molekul polar karena pada molekul air berikatan atom-atom yang memiliki perbedaan kelektronegatifan besar, yaitu antara atom hydrogen yang elektropositif dengan atom oksigen yang elektronegatif. Dimana, pasangan elektron ikatan akan tertarik kearah atom yang lebih elektronegatif, sehingga distribusi muatannya tidak merata (pada atom oksigen, rapat elektronnya menjadi lebih besar). Hal inilah yang menyebabkan air bersifat polar. Distribusi rapat elektron yang tidak merata menyebabkan terjadinya muatan parsial, yaitu kutub negatif pada hidrogen dan kutub positif pada oksigen. Molekul H2O memiliki bentuk dasar tetrahedron, tetapi karena adanya
0

pasangan-pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen, maka sudut ikatan H-OH mengecil dari 109 0 5, menjadi 104 30. Momen dwi kutub ((+) dan (-)) yang terjadi tidak sama dengan nol sehingga air bersifat polar. Struktur H2O jelas menunjukkan adanya kutub-kutub positif dan negatif dari atom H dan atom O. B. Sebutkan beberapa perbedaan senyawa kovalen dan senyawa ion ! Perbedaan apa saja yang anda amati pada percobaan ini ? Senyawa Kovalen Kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah (< 350 0C) Umumnya cairan atau gas pada suhu kamar Senyawa Ion Kebanyakan menunjukan titik leleh tinggi (> 350 0C, sering sampai 1000
0

C)

Semuanya adalah

III-21

Umumnya larut dalam pelarut nonpolar, sedikit yang larut dalam air Sedikit yang menghantarkan listrik Umumnya terbakar Banyak yang berbau

padatan pada suhu kamar Umumnya larut dalam air dan beberapa larut dalam pelarut nonpolar Umumnya menghantarkan listrik Hampir tidak terbakar Hanya sedikit yang berbau

C.

Sebutkan persenyawaan berikut apakah senyawa kovalen atau ionic :

MgCl2, C4H10, CO2, LiO, C3H3, PCl3, HCl, MgSO4, KI, CCl4, (CH3)2 CH OH. Jawab : Senyawa ionik : MgCl2, LiO, MgSO4, dan KI Senyawa kovalen : C4H10, CO2, C3H3, PCl3, HCl, CCl4, (CH3)2CHOH D. Senyawa no. 3 manakah yang dapat memiliki ikatan hidrogen bila

dilarutkan dalam air ? Jawab : Senyawa yang memiliki ikatan hidrogen adalah (CH3)2CHOH

You might also like