You are on page 1of 9

TINJAUAN TEORI A. Pengertian Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia.

Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 1997). Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anakanak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk. 1999). Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh: y Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) y Penurunan albumin dalam darah y Edema y Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia) Tanda tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus (Sukiane, 2002). B. Etiologi Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi : 1. Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. 2. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh : Malaria kuartana atau parasit lainnya. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid. Glumerulonefritis akut atau kronik, Trombosis vena renalis. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik. 3. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan

mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churk dkk membaginya menjadi : 4. Kelainan minimal Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding kapiler glomerulus. 5. Nefropati membranosa Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa proliferasi sel. Prognosis kurang baik. 6. Glomerulonefritis proliferatif y Glomerulonefritis proliferatif esudatif difus. Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltrasi sel polimorfonukleus. Pembengkanan sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat. y Dengan penebalan batang lobular. Terdapat prolefirasi sel mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular. y Dengan bulan sabit ( crescent) Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis buruk. y Glomerulonefritis membranoproliferatif Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk. y Lain-lain perubahan proliferasi yang tidak khas. 7. Glomerulosklerosis fokal segmental Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi tubulus. Prognosis buruk. C. Patofisiologi Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam dan air. Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.

Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anakanak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia. D. Manifestasi Klinik Gejala utama yang ditemukan adalah : y Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak. y Hipoalbuminemia < 30 g/l. o Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka, ascxites dan efusi pleura. o Anorexia o Fatique o Nyeri abdomen o Berat badan meningkat o Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia. o Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri. E. Komplikasi Infeksi (akibat defisiensi respon imun) Tromboembolisme (terutama vena renal) Emboli pulmo Peningkatan terjadinya aterosklerosis Hypovolemia Hilangnya protein dalam urin Dehidrasi F. Pemeriksaan Diagnostik v Adanya tanda klinis pada anak v Riwayat infeksi saluran nafas atas v Analisa urin : meningkatnya protein dalam urin v Menurunnya serum protein v Biopsi ginjal G. Penatalaksanaan Terapeutik y Diit tinggi protein, diit rendah natrium jika edema berat y Pembatasan sodium jika anak hipertensi y Antibiotik untuk mencegah infeksi y Terapi diuretik sesuai program y Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang y Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program y Tak semua orangtua beruntung melahirkan bayi yang normal dan sehat. Ada diantara mereka memiliki anak yang mengidap kelainan. Sindrom nefrotik atau dikenal juga dengan istilah ginjal bocor adalah salah satunya. Anak yang menderita ginjal bocor, sepintas tak ada

bedanya dengan anak-anak pada umumnya. Sindrom Nefrotik adalah suatu sindroma (kumpulan gejala-gejala) yang terjadi akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal dan menyebabkan : - proteinuria (protein di dalam air kemih) - menurunnya kadar albumin dalam darah - penimbunan garam dan air yang berlebihan - meningkatnya kadar lemak dalam darah. Sindroma ini bisa terjadi pada segala usia. Pada anak-anak, paling sering timbul pada usia 18 bulan sampai 4 tahun, dan lebih banyak menyerang anak laki-laki. Anak yang mengidap sindrom nefrotik bisa nampak tetap aktif, gembira dan sehat. Namun, anak itu setiap minggu harus kontrol ke dokter. Capek sedikit saja, badan anak jadi bengkak. Selain itu, anak harus selalu segera makan jika ia merasa lapar. Jika sudah begini, hendaknya orangtua bersabar akan kondisi anak. Yang penting, melakukan kontrol secara teratur. Penyakit yang dalam bahasa medis disebut sindrom nefrotik ini ternyata bisa disembuhkan dengan obat yang murah dan mudah didapatkan. Sebenarnya dari segi ilmiah menurut dokter, ginjal bocor itu tak ada. Karena untuk menjelaskan ke pasien awam susah dan butuh waktu untuk memahaminya, jadi dipermudah dengan istilah ginjal bocor. Penderita yang mengalami sindrom nefrotik ini terdapat albumin pada air seninya yang semestinya tak ada pada orang normal. Normalnya dalam air kemih ini tak terdapat albumin protein, tapi dalam sindrom nefrotik ini terdapat albumin sehingga orang mengatakannya ginjalnya bocor. Padahal sebenarnya tak sedikit pun pada ginjal itu yang bocor. Kalau dilihat di mikroskop, jelas tak ada yang bolong. Lebih jauh lagi, setiap darah yang mengalir dari pembuluh arteri akan masuk ke ginjal, lalu diproses dan disaring di glomerulus, lalu balik keluar lagi. Hasil dari penyaringan inilah akan keluar air kemih. Pada penderita sindrom nefrotik, permeabilitas ginjal ini meningkat sehingga albumin yang semestinya tak merembes jadi keluar. Istilah permeabilitas inilah yang susah

menjelaskannya pada pasien. Akhirnya, para dokter menyebut bocor. Seperti pada penderita busung lapar yang mengalami hipoalbuminemia (kekurangan protein), maka penyandang sindrom nefrotik pun mengalami hipoalbuminemia karena banyak albumin yang keluar lewat air seni. Akibat kekurangan albumin ini muncul bengkak di seluruh tubuh karena cairan darah dalam pembuluh darah berkurang. Jika kadar albumin ini terlalu rendah, tubuh bisa shock mendadak yang mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Dalam waktu lama, albumin yang rendah itu bisa mengakibatkan penderita mudah terkena infeksi karena fungsi protein salah satunya adalah menangkal infeksi. Selain albuminuria (terdapatnya protein dalam air kemih) dan hipoalbuminemia, sindrom nefrotik ini juga ditandai oleh munculnya edema (sembab pada tubuh), hiperkolesterolemia (peningkatan kadar kolesterol dalam darah). Kadang-kadang kelainan ini disertai hematuria (terdapat darah dalam air kemih), hipertensi (peninggian tekanan darah) dan penurunan fungsi ginjal. Menurut kedokteran, penyebab sindrom nefrotik bawaan dan yang diidap pada sebagian besar anak-anak ini tak diketahui dengan pasti (sindrom nefrotik primer). Namun, pada sindrom nefrotik sekunder yang umumnya menimpa orang dewasa bisa diakibatkan oleh penyakitpenyakit tertentu. Seperti hepatitis B, malaria, lepra, sifilis, pasca infeksi bakteri streptokokus. Sindrom ini juga bisa muncul karena ada kontaminasi toksin dan alergen, seperti logam berat, bisa ular dan serangga. Penyakit ganas, misal tumor paru atau tumor saluran cerna, pun bisa menjadi pencetus penyakit ini. Sindrom nefrotik pun bisa menyerang pengidap penyakit diabetes melitus. Begitu pula penyakit imunologis, seperti infeksi kulit atau radang tenggorokan. GEJALA Gejala awalnya bisa berupa: berkurangnya nafsu makan - pembengkakan pada kelopak mata nyeri perut pengkisutan otot pembengkakan jaringan akibat

penimbunan garam dan air - air kemih berbusa Perut bisa membengkak karena terjadi penimbunan cairan dan sesak nafas bisa timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura). Gejala lainnya adalah pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada pria). Pembengkakan yang terjadi seringkali berpindah-pindah, pada pagi hari cairan tertimbun di kelopak mata dan setalah berjalan cairan akan tertimbun di pergelangan kaki. Pengkisutan otot bisa tertutupi oleh pembengkakan. Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah pada saat penderita berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang bisa menyebabkan syok). Tekanan darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal ataupun tinggi. Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadi gagal ginjal karena rendahnya volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Kadang gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi secara tiba-tiba. Kekurangan gizi bisa terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi (misalnya glukosa) ke dalam air kemih. Pertumbuhan anakanak bisa terhambat. Kalsium akan diserap dari tulang. Rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan rambut. Pada kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal putih yang penyebabnya tidak diketahui. Lapisan perut bisa mengalami peradangan (peritonitis). Sering terjadi infeksi oportunistik (infeksi akibat bakteri yang dalam keadaan normal tidak berbahaya). Tingginya angka kejadian infeksi diduga terjadi akibat hilangnya antibodi ke dalam air kemih atau karena berkurangnya pembentukan antibodi. Terjadi kelainan pembekuan darah, yang akan meningkatkan resiko terbentuknya bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam vena ginjal yang utama. Di lain pihak, darah bisa tidak membeku dan menyebabkan perdarahan hebat. Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak paling mungkin terjadi pada penderita yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat.

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium terhadap air kemih menunjukkan kadar protein yang tinggi. Konsentrasi albumin dalam darah adalah rendah karena protein vital ini dibuang melalui air kemih dan pembentukannya terganggu. Kadar natrium dalam air kemih adalah rendah dan kadar kalium dalam air kemih adalah tinggi. Konsentrasi lemak dalam darah adalah tinggi, kadang sampai 10 kali konsentrasi normal. Kadar lemak dalam air kemih juga tinggi. Bisa terjadi anemia. Faktor pembekuan darah bisa menurun atau meningkat. Analisa air kemih dan darah bisa menunjukkan penyebabnya. Jika penderita mengalami penurunan berat badan atau usianya lanjut, maka dicari kemungkinan adanya kanker. Biopsi ginjal terutama efektif dalam mengelompokkan kerusakan jaringan ginjal yang khas. PENGOBATAN Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi penyebabnya. Mengobati infeksi penyebab sindroma nefrotik bisa menyembuhkan sindroma ini. Jika penyebabnya adalah penyakit yang dapat diobati (misalnya penyakit Hodgkin atau kanker lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala-gejala ginjal. Jika penyebabnya adalah kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian heroin pada stadium awal sindroma nefrotik, bisa menghilangkan gejalagejalanya. Penderita yang peka terhadap cahaya matahari, racun pohon ek, racun pohon ivy atau gigitan serangga sebaiknya menghindari bahan-bahan tersebut. Desensitisasi bisa menyembuhkan sindroma nefrotik akibat racun pohon ek, pohon ivy atau gigitan serangga. Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka untuk mengatasi sindroma nefrotik, pemakaian obat harus dihentikan. Jika tidak ditemukan penyebab yang pasti, maka diberikan kortikosteroid dan obatobatan yang menekan sistem kekebalan (misalnya siklofosfamid). Tetapi obat tersebut bisa menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan pada anakanak dan menekan perkembangan seksual. y Pengobatan yang umum adalah diet yang mengandung protein dan kalium dalam jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih. y ACE inhibitors (misalnya enalapril, captopril dan lisinopril) biasanya menurunkan pembuangan protein dalam air kemih dan menurunkan konsentrasi lemak dalam darah. Tetapi pada penderita yang memiliki kelainan fungsi ginjal yang ringan sampai berat, obat tersebut dapat meningkatkan kadar kalium darah. y Jika cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering. y Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretik. Diuretik juga dapat mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan, tetapi bisa meningkatkan resiko terbentuknya bekuan darah. Antikoagulan bisa membantu mengendalikan pembentukan bekuan darah. Prednison

nama - Erlanison - Kokosone - Pehacort - Predsil - Sohoson - Trifacort - Dellacorta

dagang

dosis Prednison adalah kortikosteroid sintetik yang umum diberikan per oral, tetapi dapat juga diberikan melalui injeksi intra muskular (im, iv), per nasal, atau melalui rektal. Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 80 mg per hari, bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit serta respon pasien terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20 80 mg per hari. Untuk anak-anak 1

mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per hari. Dosis harus dipertahankan atau disesuaikan, sesuai dengan respon yang diberikan. Jika setelah beberapa waktu tertentu hasil yang diharapkan tidak tercapai, maka terapi harus dihentikan dan diganti dengan terapi lain yang sesuai.

indikasi Gangguan endokrin y Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison merupakan pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga dapat digunakan) y Hiperplasia adrenal congenital/bawaan y Hiperkalsernia terkait kanker y Tiroiditis nonsuppuratif Penyakit Rheumatoid Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit: y Psoriatic arthritis y Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak y Ankylosing spondylitis y Bursitis akut dan subakut y Tenosynovitis nonspesifik akut y Gouty arthritis akut y Osteoarthritis pasca-traumatik y Synovitis of Osteoarthritis y Epicondylitis Penyakit-penyakit Kolagen Apabila keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai terapi perawatan pada kasus-kasus: y Systemic lupus erythematosus y Systemic-dermatomyositis (polymyositis) y Acute rheumatic carditis Penyakit-penyakit kulit tertentu y Pemphigus y Bullous dermatitis herpetiformis y Erythema multiforme parah (StevensJohnson syndrome) y Exfoliative dermatitis y Mycosis fungoides y Psoriasis parah y dermatitis seborrhea parah Penyakit-penyakit Alergi Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang memadai pada terapi konvensional: y Rhinitis yang disebabkan alergi y Asma bronkhial y dermatitis kontak y dermatitis atopik y Serum sickness

Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat Penyakit-penyakit mata Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang parah terkait proses alergi atau radang, seperti: y Allergic cornea marginal ulcers y Herpes zoster ophthalmicus y Radang segmen anterior y Diffuse posterior uveitis and choroiditis y Sympathetic ophthalmia y Konjungtivitis alergik y Keratitis y Chorioretinitis y Optic neuritis y Iritis dan iridocyclitis Penyakit-penyakit saluran pernafasan y Symptomatic sarcoidosis y Loeffler's syndrome yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain y Berylliosis y Tuberkulosis yang parah, tetapi harus diberikan bersama dengan kemoterapi anti tuberculosis yang sesuai y Aspiration pneumonitis Penyakit-penyakit Hematologis y Trombositopenia purpura idiopatik pada orang dewasa y Trombositopenia sekunder pada orang dewasa y Anemia hemolitik yang disebabkan Reaksi autoimmun y Anemia sel darah merah (Erythroblastopenia) y Anemia hipoplastik congenital/bawaan (erythroid) Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik) Sebagai terapi paliatif untuk: y Leukemia dan limfoma pada orang dewasa y Leukemia akut pada anak-anak Edema y Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa uremia, jenis idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus Penyakit-penyakit sistem pencernaan Untuk membantu pasien melewati periode kritis pada penyakit-penyakit: y Kolitis ulseratif y Enteritis regional Penyakit pada Sistem Syaraf Multiple sclerosis akut yang makin parah Lain-lain y Tuberculous meningitis disertai penghambatan subarachnoid, tetapi

harus diberikan bersama-sama dengan kemoterapi antituberculous yang sesuai Trichinosis disertai gangguan syaraf atau gangguan miokardial

kontraindikasi Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya.

efek

samping

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit y Retensi cairan tubuh y Retensi natrium y Kehilangan kalium y Alkalosis hipokalemia y Gangguan jantung kongestif y Hipertensi Gangguan Muskuloskeletal y Lemah otot y Miopati steroid y Hilangnya masa otot y Osteoporosis y Putus tendon, terutama tendon Achilles y Fraktur vertebral y Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai y Fraktur patologis dari tulang panjang Gangguan Pencernaan y Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan y Borok esophagus (Ulcerative esophagitis) y Pankreatitis y Kembung y Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun kembali jika terapi dihentikan. Gangguan Dermatologis y Gangguan penyembuhan luka y Kulit menjadi tipis dan rapuh y Petechiae dan ecchymoses y Erythema pada wajah y Keringat berlebuhan Gangguan Metabolisme y Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme protein Gangguan Neurologis

Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema (pseudo-tumor cerebri), biasanya setelah terapi y Konvulsi y Vertigo y Sakit kepala Gangguan Endokrin y Menstruasi tak teratur y Cushingoid y Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau Sakit y Hambatan pertumbuhan pada anak-anak y Menurunnya toleransi karbohidrat y Manifestasi diabetes mellitus laten y Perlunya Peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang dalam terapi diabetes mellitus y Katarak subkapsular posterior y Tekanan intraokular meningkat y Glaukoma y Exophthalmos Lain-lain y Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitas

interaksi Dengan Obat Lain : y Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersamasama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan. y Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid. y Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-

sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia. y Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersamasama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan. Dengan Makanan : Mekanisme kerja Sebagai glukokortikoid,bersifat menekan sistem imun,anti radang. bentuk sediaan Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg parameter monitoring stabilitas penyimpanan informasi pasien Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda. Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap infeksi, antara lain infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain. Oleh sebab itu harus benar-benar dijaga agar terhindar dari sumber infeksi. Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya. Terapi kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun jamur. Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh atau diinaktifkan dapat saja diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan. Pemberian kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid yang lebih kuat. Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.

Generic Name: ampicillin (am pi SIL in) Brand names: Principen, Totacillin, Omnipen, Omnipen-N, Totacillin-N Ads by Google Urinary Treatment TohklUrology.com/SingaporeDr Toh Khai Lee Experienced & Certified Specialist in Urology Drug Interaction Center www.druginteractioncenter.orgLearn about commonly misunderstood food-drug interactions. Drug Delivery Silicones www.nusil.comNuSil creates custom silicones for drug delivery devices / systems What is ampicillin? <script type="text/javascript" charset="ISO-88591" src="http://as.webmd.com/js.ng/Params.richmedi a=yes&amp;transactionID=76365681&amp;tile=76 365681&amp;site=2&amp;affiliate=38&amp;xpg=4 067&amp;pos=121"></script> Ampicillin is an antibiotic in the penicillin group of drugs. It fights bacteria in your body. Ampicillin is used to treat many different types of infections caused by bacteria, such as ear infections, bladder infections, pneumonia, gonorrhea, and E. coli or salmonella infection. Ampicillin may also be used for purposes not listed in this medication guide. What is the most important information I should know about ampicillin? Do not use this medication if you are allergic to ampicillin or to any other penicillin antibiotic, such as amoxicillin (Amoxil), carbenicillin (Geocillin), dicloxacillin (Dycill, Dynapen), oxacillin (Bactocill), penicillin (Beepen-VK, Ledercillin VK, Pen-V, PenVee K, Pfizerpen, V-Cillin K, Veetids), and others. Before using ampicillin, tell your doctor if you are allergic to cephalosporins such as Ceclor, Ceftin, Duricef, Keflex, and others, or if you have asthma, kidney disease, a bleeding or blood clotting disorder, mononucleosis (also called "mono"), or a history of any type of allergy.

ampicillin

Ampicillin can make birth control pills less effective, which may result in pregnancy. Before taking ampicillin, tell your doctor if you use birth control pills. Take this medication for the full prescribed length of time. Your symptoms may improve before the infection is completely cleared. Ampicillin will not treat a viral infection such as the common cold or flu. Do not share this medication with another person, even if they have the same symptoms you have. Antibiotic medicines can cause diarrhea, which may be a sign of a new infection. If you have diarrhea that is watery or bloody, stop taking ampicillin and call your doctor. Do not use antidiarrhea medicine unless your doctor tells you to. What should I discuss with my healthcare provider before taking ampicillin? Do not use this medication if you are allergic to ampicillin or to any other penicillin antibiotic, such as:

baby. You should not breast-feed while you are taking ampicillin. Ads by Google Enlarged Prostate Concern Try a 100% Herbal Supplement with No Prescription Ingredients! ayurstate.com Abilar wound healing The Finnish resin salve Registered CE-marked new treatment www.repolar.com Pediatric Bone Conduction Miniature Digital Bone Conduction. From Birth Onwards, Various Colors www.discoverbetterhearing.com How should I take ampicillin? Take exactly as prescribed by your doctor. Do not take in larger or smaller amounts or for longer than recommended. Follow the directions on your prescription label. Take the medicine with a full glass of water. Ampicillin should be taken on an empty stomach, at least 1 hour before or 2 hours after eating a meal. To be sure this medicine is helping your condition, your blood will need to be tested often. Your liver and kidney function may also need to be tested. Visit your doctor regularly. If you are being treated for gonorrhea, your doctor may also have you tested for syphilis, another sexually transmitted disease. Take this medication for the full prescribed length of time. Your symptoms may improve before the infection is completely cleared. Ampicillin will n ot treat a viral infection such as the common cold or flu. Do not share this medication with another person, even if they have the same symptoms you have. This medication can cause unusual results with certain medical tests. Tell any doctor who treats you that you are using ampicillin. Store at room temperature away from moisture, heat, and light.

y y y y y

amoxicillin (Amoxil, Amoxicot, Biomox, Dispermox, Trimox); carbenicillin (Geocillin); dicloxacillin (Dycill, Dynapen); oxacillin (Bactocill); or penicillin (Beepen-VK, Ledercillin VK, PenV, Pen-Vee K, Pfizerpen, V-Cillin K, Veetids, and others).

To make sure you can safely take ampicillin, tell your doctor if you are allergic to any drugs (especially cephalosporins such as Omnicef, Cefzil, Ceftin, Keflex, and others), or if you have:

y y y y y y

asthma; kidney disease; a bleeding or blood clotting disorder; mononucleosis (also called "mono"); a history of diarrhea caused by taking antibiotics; or a history of any type of allergy.

FDA pregnancy category B. Ampicillin is not expected to harm an unborn baby. Tell your doctor if you are pregnant or plan to become pregnant during treatment. Ampicillin can make birth control pills less effective, which may result in pregnancy. Before taking ampicillin, tell your doctor if you use birth control pills. Ampicillin can pass into breast milk and may harm a nursing

What happens if I miss a dose? Take the missed dose as soon as you remember. Skip the missed dose if it is almost time for your next scheduled dose. Do not take extra medicine to make up the missed dose. What happens if I overdose? Seek emergency medical attention or call the Poison Help line at 1-800-222-1222. Overdose symptoms may include confusion, behavior changes, a severe skin rash, urinating less than usual, or seizure (black-out or convulsions). What should I avoid while taking ampicillin? Antibiotic medicines can cause diarrhea, which may be a sign of a new infection. If you have diarrhea that is watery or bloody, stop taking ampicillin and call your doctor. Do not use antidiarrhea medicine unless your doctor tells you to. Ampicillin side effects Get emergency medical help if you have any of these signs of an allergic reaction: hives; difficulty breathing; swelling of your face, lips, tongue, or throat. Call your doctor at once if you have a serious side effect such as:

This is not a complete list of side effects and others may occur. Call your doctor for medical advice about side effects. You may report side effects to FDA at 1-800-FDA-1088.

y y y y y y

fever, sore throat, and headache with a severe blistering, peeling, and red skin rash; diarrhea that is watery or bloody; fever, chills, body aches, flu symptoms; easy bruising or bleeding, unusual weakness; urinating less than usual or not at all; agitation, confusion, unusual thoughts or behavior; or seizure (black-out or convulsions).

Less serious side effects may include

y y y y y

nausea, vomiting, stomach pain; vaginal itching or discharge; headache; swollen, black, or "hairy" tongue; or thrush (white patches or inside your mouth or throat).

You might also like