You are on page 1of 70

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Untuk mensukseskan program pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia akan berdampak kepada kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan, keterampilan, dedikasi, tanggungjawab, dan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya. Program nasional pada umumnya dan pembangunan pendidikan pada khususnya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal, inisalnya: Prestasi belajar siswa sangat erat kaitannya dengan psikososial seperti kemiskinan, gizi, dan kesehatan; penurunan angka partisipasi anak usia sekolah dalam pendidikan seringkali ada kaitannya dengan peningkatan angka pengangguran. Namun demikian untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya, kita kembalikan kepada TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) masing-masing sesuai dengan profesi dan keahlian (skill) masing-masing. Salah satu cara yang paling efektif untuk mensukseskan program pembangunan nasional tersebut adalah melalui jalur pendidikan yang terencana dengan sistematis dan dikemas dengan manajemen pendidikan berbasis sekolah yang tepat. Para pelaku penyelenggara pendidikan dan pengelola sekolah, baik formal maupun non formal harus dapat menetapkan/merumuskan ukuran, standarisasi

mutu dan relevansi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sebagai konsekuensi logis terhadap pengelola sekolah baik kepala sekolah maupun tenaga pengajar harus menyadari akan tangungjawab dan profesinya untuk terus meningkatkan kemampuan/kualitas sumber daya pribadinya. Melalui penelitian ini diharapkan penulis memperoleh gambaran mengenai kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Sekolah sebagai sistem yang menyelenggarakan pendidikan dan memiliki kontribusi langsung pada keberhasilan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan di sekolah harus ditangani sungguh-sungguh agar kualitas pendidikan dapat dicapai yang dapat dibuktikan dengan suatu indikator lul san u sekolah yang berkualitas meningkat. Sebagaimana fungsi pendidikan nasional dalam undang-undang Sisdiknas (2003: 6), Bab TI, Pasal 3 diharapkan siswa memiliki kompetensi dan prestasi yang diharapkan, yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penerapan MBS di SMP wilayah Kecamatan Tarogong Kaler pada umumnya masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Masih ada anggapan bahwa kepala sekolah sebagai penguasa tunggal, sehingga tindakannya masih belum terasa bahwa sekolah sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan-keputusan yang lebih demokratis.

Sehingga pada umumnya SMP yang berada di Kecamatan Tarogong Kaler belum mempengaruhi mutu pendidikan sesuai dengan pradigama Manajemen Berbasis Sekolah. Sebagaimana kita ketahui Indonesia sebagai negara sedang berkembang tidak luput dari perubahan, untuk dapat langsung beradaptasi dengan perubahan. Pendidikan (sekolah) adalah suatu organisasi masyarakat. Apabila sekolah tersebut dapat berfungsi dengan baik, maka organisasi tersebut harus terbuka terhadap perubahan seperti menurut Har Tilaar (1999:351), bahwa: Organisasi yang baik termasuk sekolah sebagai organisasi sosial merupakan suatu Learning Organization atau suatu organisasi sekolah memerlukan suatu perubahan yang terencana, bertahap tetapi mantap menuju kepada perubahan sehingga sekurang-kurangnya tidak tercecer dan perubahan didalam masyarakat dimana sekolah itu merupakan bagian dan kehidupan masyarakat luas. Dengan demikian inopasi pendidikan tetap merupakan suatu keharusan dalam suatu masyarakat yang sedang membangun Organisasi Sekolah sebagai pusat pembelajaran manusia modern didalam era globalisasi hanya dapat survive karena inovasi pendidikan di dalamnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan, sekolah merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan dan lebih lanjut dikemukakan oleh Nanang Fattah (200: 1) bahwa : kegiatan inti organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan dapat memberikan Kontribusi kepada pembangunan bangsa.

Semua pembaharuan pendidikan yang menyangkut proses maupun hasil pembelajaran harus mempertimbangkan guru dalam arti keikutsertaannya. Pembaharuan hanya dirumuskan di tingkat Menteri, Dirjen, dan Direktur tanpa melihat realitas kemampuan guru akan menghadapi hambatan dalam

implementasinya. Keikutsertaan guru ini bukan dalam arti fisik atau kualitas, namun yang lebih penting ialah keikutsertaan secara mental yang didukung oleh kemampuan professional. Oleh karena itu guru perlu memiliki semacam misi pada setiap proses pembaharuan. Pembaharuan ini meliputi kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, adininistrasi pendidikan, strategi pembelajaran dan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sedang kian kembangkan melalui penelitian ini. Implikasi dan pembaharuan ini adalah bahwa ukuran keberhasilan proses belajar mengajar guru di kelas mengalami perubahan. Tuntutan ketertiban kelas juga menjadi berubah. Selain itu guru mengajar tanpa menyiapkan program pembelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode, bukanlah guru yang baik. Keadaan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswa mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan belajar demi tereapainya tujuan belajar, bukanlah kelas yang baik, dan perlu dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi atau ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, mendorong guru mengetahui cara mengelola (manajemen) kelas dalam proses pembelajaran, begitu juga kepala sekolah kepala sekolah harus dapat mengkondisikan dalam menerapkan dan melaksanakan manajemen yang sesuai dengan tuntutan zaman. Setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kerja tertentu pula.

Menurut Rachman (1999: 1-3) pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, Fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang bidang studi, melainkan juga penguasaan guru atas manajemen kelas. Melalui penelitian ini diharapkan penulis memperoleh gambaran mengenai kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan penelitian ini dilandasi asumsi dan rasa ingin tahu kondisi di lapangan. Dalam kondisi seperti ini peranan para kepala sekolah dan komite sekolah harus benar-benar bersikap tanggap akan paradigma situasi masyarakat pada saat ini. Efisiensi anggaran dalam RAPBS dan standar mutu pelayanan minimal agar lebih diarahkan ke sistematis, efektif dan tepat sasaran. Anggaran penerimaan dan belanja sekolah (RAPBS) agar menjadi motivator bagi peningkatan bagi peningkatan kinerja guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Dan kedua misi di atas, tentunya pengembangan SDM akan berpengaruh dan berkorelasi secara positif terhadap tingkat perkembangan masyarakat sehingga penulis tertarik pada judul dalam penelitian ini. Penulis mengajukan judul yaitu: Pengaruh Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Mutu Proses belajar mengajar IPS Geografi di SMP Kecamatan Tarogong Kaler.

B. Rumusan Masalah Masalah adalah soal yang mengandung persoalan yang menghendaki pemecahan Sumaatmadja Nursid, (198 8:92). Bertitik tolak dari latar belakar yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Sejauh mana Penerapan MBS di SMP-SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler Mempengaruhi terhadap proses pengajaran IPS Geografi? 2. Apakah penerapan MBS di SMP-SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler Mempengaruhi terhadap minat belajar siswa pada mata pelajran IPS Geografi? 3. Apakah penerapan MBS di SMP-SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajran IPS Geografi?

C. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari panelitian dari yang kita proses atau yang sedang kita lakukan. Variabel ini dibagi dua, yaitu: a. Variabel bebas/idenpenden, yaitu faktor yang menyebabkan suatu pengaruh. b. Variabel terikat/dependen, yaitu faktor yang diakibatkan oleh pengaruh variabel bebas.

Tabel 1.1. Variabel Penelitian Variabel Bebas Paterapan manajemen berbasis Sekolah di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler (X) : 1.SMPN I Tarogong Kaler 2.SMP PGRI 3.SMP Baitul Hikmah 4.SMP Al Hikmah 5.MTs Tanjung Kamuning 6.MTs Annasher Variabel Terikat Mutu proses belajar mengajar IPS Geografi di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler (Y): 1. Pengajaran IPS Geografi. 2. Minat siswa pada Pelajaran IPS Geografi. 3. Prestasi siswa pada mata pelajaran IPS Geografi.

D. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman didalam penapsiran variabel-variabel penelitian maka penulis menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut : 1. Manajanen berbasis Sekolah, merupakan suatu guna pengelolaan membina,

Pengelompokan

berdasarkan

spesifikasi

bidang

memenejem sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. 2. Proses belajar mengajar, adalah suatu interaksi antara semua komponen dari unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (interdependen) dalam ikatan, untuk mencapai tujuan, yang termasuk komponen belajar mengajar, antara lain meliputi tujuan intruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode pengajaran, peraga pengajaran, serta evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya suatu

tujuan 3. IPS adalah ilmu pegetahuan tentang sejarah,sosiologi dan ekonomi yang disampaikan kepada anak didik (siswa), 4. Minat Belajar adalah suatu keinginan seseorang untuk mengetahui, memahami dan mengkaji apa yang belum diketahui oleh dirinya, 5. Prestasi Belajar, Yang dimaksudkan disini adalah kemampuan siswa dalam menyerap, memahami konsep-konsep khususnya mata pelajaran IPS Geografi.

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar penerapan,minat dan prestasi siswa dengan penerapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah .Dalam penelitian ini ada tujuan umum dan tujuan khusus : 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran empirik tentang hubungan kinerja Kepala Sekolah dalam penerapan dan melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah dengan Peningkatan Mutu dan Kelancaran Proses Belajar Mengajar IPS Geografi di SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler kabupaten Garut. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dengan peningkatan Mutu dan Kelanearan Proses

Belajar Mengajar siswa di SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. b. Untuk mengetahui apakah Penerapan MBS di SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler berpengaruh terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi. c. Untuk mengetahui apakah Penerapan MBS di SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler berpengaruh terhadap Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Geografi. d. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Bale Bandung.

F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini, sebagai berikut: Penelitian ini memiliki setidak-tidaknya dua kegunaan atau manfaat yaitu: Pertama, kegunaan dari segi ilmiah dalam kerangka pengembangan ilmu (manfaat teoritis) dan kedua kegunaan praktis. Ditinjau dan aspek pengembangan ilmu (manfaat teoritis), penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu keguruan yang berkaitan dengan upaya untuk menemukan berbagai konsep maupun pengertian baru kearah

pengembangan sumber daya manusia yang amat diperlukan dalam menjawab tantangan pembangunan Indonesia dimasa depan, khususnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan Sekolah-sekolah di Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut, khususnya bagi para kepala sekolah agar selalu meningkatkan

kinerja dan evaluasi fungsi dan peran manajemen sekolah serta guru agar mereka selalu dapat meningkatkan kinerja mereka mendorong sekolah-sekolah menuju pencapaian mutu sebagaimana yang diharapkan berbagai pihak. Secara lebih rinci manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi lembaga sekolah di Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut terhadap penenapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan Mutu dan Kelancaran Proses Belajar Mengajar siswa. 2. Diharapkan dapat menjadi satu motivator dalam pengembangan

selanjutnya dalam hal kinerja kepala sekolah. 3. Bagi peneliti bidang sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

10

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau dalam terininologi bahasa Inggris lazim disebut School Based Management adalah model pengelolaan yang memberikan otonoini atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, propinsi, kabupaten dan kota. Dalam hubungannya dengan model MBS, keberadaan Dewan Sekolah (dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut Komite Sekolah) merupakan bagian yang tidak terpisahkan (satu paket) dengan MBS. Dengan demikian keberadaan Dewan Sekolah/Komite Sekolah merupakan suatu kepatutan yang perlu ada dalam MRS. karena keberadaan sekolah diperlukan oleh masyarakat. Secara substantif peran dan fungsi yang selama ini dilaksanakan oleh BP3 akan larut dan melebur ke dalam Komite Sekolah. Dalam kadar tertentu fungsi kelembagaan sebagai penampung dan partisipasi masyarakat masih relevan untuk dilanjutkan, maka dalam rangka MBS, fungsi tersebut dilaksanakan oleh Dewan Sekolah (Komite Sekolah).

11

Sesuai dengan UU RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional seperti dinyatakan dalam pasal 56 ayat 1, sebutan Dewan Sekolah diubah menjadi Komite Sekolah, seperti dinyatakan: Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan Komite Sekolahlmadrasah. Sesungguhnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia (sesuai dengan Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English) istilah yang tepat untuk kepentingan itu adalah Dewan Sekolah, bukan Komite Sekolah. Dijelaskan dalam kamus itu: Dewan adalah majelis atau badan yang terdiri atas beberapa anggota yang pekerjaannya memberi nasihat, memutuskan sesuatu hal, dan sebagainya dengan jalan berunding. Sedangkan Komite diartikan sebagai sejumlah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas tertentu (panitia yang sifatnya ad hoc). Namun demikian sesuai dengan sebutan UU RI Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pelaksanaan MBS, sebutan Dewan Seko diubah lah menjadi Komite Sekolah.

2.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah Implementasi Manajemen Berbasis sekolah (MBS) memiliki tujuan

sebagai berikut: 1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia; 2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

12

3) Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah; 4) Meningkatkan kompetisi sehat antar-sekolah untuk pencapaian mum pendidikan yang diharapkan; 5) Memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan lulusan yang berhasil guna dan berdaya guna.

3.

Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah Secara umum manfaat yang bisa diraih dalam melaksanakan Manajemen

Berbasis Sekolah antara lain sebagai berikut: 1) Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi; 2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik; 3) Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dengan memenuhi kebutuhan sekolah karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya; 4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana masyarakat turut serta mengawasinya;

13

5) Keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat; 6) Sekolah bertanggungjawab tentang mutu pendidikan disekolahnya kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat; 7) Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan; 8) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang berubah dengan pendekatan yang tepat dan cepat.

4.

Prinsip Umum Manajemen Berbasis Sekolah Ada 6 (enam) prinsip umum yang patut menjadi pedoman dalam

pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: 1) Memiliki visi, inisi, dan strategi ke arah pencapaian mutu pendidikan, khususnya mutu siswa sesuai dcngan jenjang sekolah masing-masing; 2) Berpijak pada power sharing (berbagi kewenangan), yaitu bahwa pengelolaan pendidikan sepatutnya berlandaskan pada keinginan sating mengisi, sating membantu dan menerima serta berbagi

kekuasaan/kewenangan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing; 3) Adanya profesionalisme semua bidang. Maksudnya bahwa imptementasi MBS menuntut adanya derajat profesionalisme berbagai komponen, baik para praktisi pendidikan, pengelola, dan manager pendidikan lainnya, termasuk profesionalisme Komite Sekolah;

14

4) Melibatkan partisipasi masyarakat yang kuat. Maksudnya bahwa tanggungjawab pelaksanaan pendidikan, bukan hanya dibebankan kepada sekolah (guru dan kepala sekolah saja), tetapi juga menuntut adanya keterlibatan dan tanggungjawab semua komponen lapisan masyarakat, termasuk orang tua siswa; 5) Menuju kepada terbentuknya Komite Sekolah. Artinya, dalam

implementasi MBS, idealnya setiap sekolah harus membentuk Komite Sekolah (KS), sebagai institusi yang akan melaksanakan MBS. Dengan demikian pembentukan Komite Sekolah merupakan prasayarat

implementasi MBS. Pembentukan Komite Sekolah itu, sebaiknya juga diikuti dengan langkah-langkah nyata, yaitu mengidentifikasi tujuan, manfaat, perencanaan dan pelaksanaan program, se rta aspek yang berkaitan dengan Komite Sekolah sebagai institusi penopang keberhasilan visi dan inisi sekolah; 6) Adanya transparansi dan akuntabilitas. Yaitu memiliki makna bahwa prinsip MBS harus berpijak pada transparansi atau keterbukaan dalam pengelolaan sekolah, termasuk di dalamnya masalah fisik dan nonfisik. Sedangkan akuntabilitas (tanggungjawab) memberi makna bahwa sekolah beserta Komite Sekolah merupakan institusi terdepan yang paling bertanggungjawab dalam pengelolaan sekolah.

5.

Alasan Dilaksanakannya Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah dilaksanakan dengan pertimbangan dan

alasan sebagai berikut:

15

1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya, sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya; 2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik; 3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya (tidak sentralistik); 4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana masyarakat setempat juga ikut mengontrol; 5) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah, menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat; 6) Sekolah bertanggungjawab tentang mutu pendidikan sekolah masingmasing kepada pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk

melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan; 7) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalul upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah;

16

8) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkunagn yang berubah dengan cepat, Kepala Sekolah. B. Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar 1. Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran Prestasi belajar sendiri atas kata prestsi dan belajar. Prestasi menurut Purwadaininta (1995) adalah Hasil yang telah di capai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar menurut Djamarah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejunilah kesan dan bahan yang telah dipelajari. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam din individu. Perubahan dalam arti menuju dalam perkembangan individu seutuhnya. Dengan demikian belajar menurut Bambang (2005: 75) adalah Serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut Kongnitif, dan Psikoniotor. Setelah menelusuri uraian prestasi dan belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dalam belajar. Prestasi belajar yang diiniliki seseorang merupakan aktualisasi potensi yang diiniliki, artinya belajar

17

merupakan menipestasi kemampuan potensi individu menurut Arif (1994:23), dan Santoso B. (2005 : 7575-76), mengemukakan pengertian sebagai berikut. (1) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diuraikan pengukuran perubahan perilaku ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes Prestasi (Achievment test): (2) Prestasi belajar merupakan hasil dan perubahan individu itu sendfri dan bukan dan hasil perbuatan orang lain: (3) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penelitian atau belajar menurut standar yang telah dicapai oleh kelompok, dan (4) Prestasi belajar merupakan hasil dan kegiatan yang dilakukan sengaja dan disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan perilaku sebagai usaha yang disadari atau dapat diukur serta dievaluasi berdasarkan norma tertentu. Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini berwujud dalam bentuk angka-angka atau nilai untuk berbagai mata pelajaran yang indikatornya tercantun dalam rekapitulasi nilai dan masing-masing mata pelajaran. Setelah dilakukan penelitian oleh guru maupun penelitian melalui berbagai tes (preetes dan postes). Yang digunakan dalam penelitian ini adalah agka rata-rata setelah semua nilai tes digabungkan selama semester satu. Prestasi belajar sebagai hasil proses pembelajaran tidak bisa dipisahkan dengan komponen atau faktor lain yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, secara garis besar faktor-fktor tersebut adalah faktor internal (bersumber dan dalam din sendiri), yaitu sikap, minat, bakat, motivasi, kesiapan mental dan factor lainnya, yang

18

kesemuanya berasal dari dalam diri sendiri. Faktor eksternal (bersumber dari luar diri sendiri), seperti tempat belajar, sarana belajar, bahan pelajaran, personil, kurikulum, metode pembelajaran, dan sebagainya. Kedua faktor ini sangat dominan dan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Suiya (1985 62) mengemukakan tujuh faktor yang mempengaruhi kegiatan. belajar, ketujuh faktor ini adalah: (1) Karakteristik pelajar; (2) Karakteristik Guru; (3) karakteristik kelompok; (4) lntenksi pelajar dengan pengajar; (5) Karakteristik Fasilitas; (6) Suject Matter; dan (7) Faktor lingkungan.

2. Minat Belajar a) Pengertian Minat Minat adalah keinginan yang datangnya dan hati nurani, dimana dalam perwujdudannya selalu menjadi dambaan setiap saat. Minat belajar bagi siswa selain disebabkan oleh siswa itu sendiri, tapi adakalanya disebabkan oleh adanya dorongan dari luar atau lingkungannya. Lingkungan yang paling dekat dengan siswa adalah guru dan orang tua siswa. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi biasanya lebih disebabkan oleh dorongan dan siswa itu sendiri, seperti dengan adanya cita-cita yang terdapat dalam dorongan batin siswa itu sendiri. Minat belajar yang tinggi dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, prestasi siswa ini bisa berupa hasil penilaian yang bersifat kognitif atau bisa pula yang berupa psikomotor atau ketrampilan. Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah dipahami. Namun

19

demikian untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui bahwa penilaian adalah suatu aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Bagi lembaga pendidikan yang mengetahui prestasi belajar siswanya masih kurang menurut standar penilaian, maka lembaga tersebut dapat memperbaiki strategi evaluasinya, yang memungkinkan belum menyentuh materi pelajaran yang telah diberikan. Atau perlu meninjau kembali strategi proses interaksi belajar mengajarnya untuk memperoleh proses belajar yang kondusif.

b) Pengertian Penilaian dan Pengukuran Istilah penilaian yang dipergunakan disini sinonim dan dipakai secara bergantian dengan istilah evaluasi (evaluation). Istilah penilaian itu sendiri yang sering disamakan dengan tes menimbulkan banyak penafsiran yang berbeda-beda, bahkan ia diantaranya yang berkonotasi negative. Penilaian yang berkonotasi yang terakhir itu sering dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan, tidak menyenangkan, khususnya bagi pihak yang akan dikenai tindakan penilaian, baik pihak itu bersama siswa, mahasiswa, guru, lembaga, atau pihak-pihak lain. Penilaian mungkin dipandangnya sebagai suatu pelanggaran terhadap hak, atau sesuatu yang bersifat membatasi ruang gerak atau sebaliknya pemaksaan untuk melakukan sesuatu hal. Dalam kaitan ini, perlu sebelumnya diperjelas atau dibedakan pengertian antara penilaian dan pengukuran, dua hal yang sering dicampurkan pemakaiannya. Kegiatan pendidikan dan pengajaran sebenarnya merupakan

20

suatu proses, yaitu proses rnencapai sejumlah tujuan yang telah d itetapkan. Unttik mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan tersebut, diperlukan suatu alat atau kegiatan yang disebut penilaian. Oleh karena pendidikan itu merupakan suatu proses, penilalan yang dilakukan ha rus merupakan proses. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan Tuckman (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995: 4-5), yang mengartikan bahwa penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriterian yang telah ditentukan.

3. Konsep Pcngajaran Banyak model yang berbeda yang digunakan untuk menggambarkan proses disain pengajaran yang diterapkan sebagai sistem pendidikan secara keseluruhan. Model yang paling komprehenshif harus meliputi analisis kebutuhan, tujuan umum, prioritas, sumber, lingkungan, dan faktor sosial yang mempengaruhi sistim pendidikan. Garis besar tersebut akan terdiri da 14 ri tahap dalam disain pengajanan yang digunakan untuk disain pendidikan seeara keseluruhan. Sebagai penyempurnaan 9 tahap disain pengajaran dan Dick & Carey (1985), dalam Sunaryo (1989:80), Gagne, menambahkan analisis sumber, hambatan, alternatif sistim penyampaian, persiapan guru,

penambahan dan penyebaran pengembangan pengajaran yang ban?. Adapun model pendekatan sistim untuk disain pengajaran yang diambil dan Walter

21

Dick & Lou Carey (1985), dalam Sunaryo (1989: 79), seperti pada sketsa berikut:

Tahap-tahap Disain Sistim Pengajaran - Tingkat Sistim: 1). Analisis kebutuhan, tujuan umum, dan prioritas. 2). Analisis Sumber, hambatan, dan alternatif sistim penyampaian. 3). Penetapan ruang lingkup dan sikuen kurikulum dan mata pelajaran. - Tingkat mata Pelajaran: 4). Penetapan struktur mata pelajaran dan sikuen. 5). Analisis tugas. - Tingkat Pelajaran: 6). Definisi tujuan penampilan.

22

7). Persiapan rencana pelajaran (atau modul). 8). Pengembangan, peinilihan bahan, media. 9). Penilaian hasil belajar siswa (pengukuran penampilan). - Tingkat Sistim: 10) Persiapan guru. 11) Evaluasi formatif. 12) Tes lapangan, revisi. 13) Evaluasi sumatif.

C. Pengaruh Penerapan MBS terhadap Mata Pelajaran IPS di SMP 1. Penerapan Manajemen Berbasis Sekaolah (MBS) Kegagalan sekolah dalam melaksanakan fungsi manajemen pendidikan dapat disebabkan oleh banyaknya instruksi dan petunjuk dan luar sistem. lnstruksi-instruksi dan atas mengakibatkan para pembina pendidikan di wilayah menjadi kurang berinisiatif, dan mengakibatkan berkembangnya sikap menunggu. Kebermaknaan semua komponen pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah akan sangat bergantung pada manajemen sekolah, namun keberhasilan manajemen sekolah akan sangat bergantung pada kePemimpinan kepala sekolah. Demikian pula sumbangan guru sebagai tenaga fungsional yang propesional terhadap pencapaian tujuan institusional pendidikan, akan sangat bergantung pada kePemimpinan sekolah termasuk sikap kewiraswastaanya. Dalam upaya pembaharuan dan peningkatan mum pendidikan di Indonesia, pasal 51 butir 1 undang-undang Sisdiknas 2003 menetapkan bahwa pengelolaan satuan

23

pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan ininimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah. Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan sekolah, mengatur proses belajar mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan, personalis, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah terutama dalam memperlancar kegiatan belajar dikelas, ketatausahaan keuangan, serta m engatur hubungan dengan masyarakat. Selain itu juga, harus bertanggungjawab terhadap keadaan lingkungan sekolah baik fisik maupun non fisik, serta bertanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan pegawai adininistrasi. Untuk dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawab yang sedemikian besar seperti yang diungkapkan Sutisna.O. (1993): ): Ia harus memiliki kreativitas serta ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah dipimpinnya.

24

Sebagai manajer, ia harus memiliki kemampuan untuk menyusun program kerja yang diperlukan, sekaligus mampu menggerakan stafnya untuk mencapai program yang telah ditetapkan agar Kepala Sekolah dapat berperan sebagai manajer yang baik, Situmorang (1983: ) mengemukakan ia harus memahami visi dan inisi sekolah yang dipimpinnya. Sebagai seoraug manajer, Kepala Sekolah memiliki program dan target yang harus diwujudkan selama jabatannya. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang jelas tentang arah pengembangan sekolah yang dipimpinnya. Ia mesti memiliki visi yang tajam yang jauh kedepan, kemudian mendorong statnya untuk secara konsisten mencapal inisi yang telah ditetapkan. Ia harus terbiasa bekerja dengan target dan sasaran yang jelas. Sebagai Pemimpin, Kepala SM? hams memiliki integritas kepribadian yang mantap serta memiliki kemampuan untuk meyakinkan dan menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan. Untuk itu, segala tindak tanduk tingkah lakunya dimanapun a berada harus dapat dijadikan sebagai panutan. Ia juga dituntun untuk mampu mengambil keputusan yang tepat untuk setiap persoalan yang dihadapi. Ia harus memiliki kecerdasan yang lebih baik dan pada guru serta seluruh staf yang dipimpinnya. Keputusan yang cepat dan tepat hanya dapat dilakukan oleh seorang yang cerdas dan berakal kepribadian baik, Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan sebuah organisasi dan bagian sistim Pendidikan Nasional, dimana Kepala Sekolah mampu

melasksanakan para manajemen secara Efektif dan Efisien untuk mampu mewujudkan tanggung jawab Kepala Sekolah, dimana Kepala Sekolah dituntut

25

kemampuan secara propesionasi guna meningkatkan kinerja. Kinerja bisa diartikan sama dengan performance, pelaksanaan ke rja, prestasi kerja, mencapai kerja, unjuk kerja, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 504) dijelaskan bahwa, kinerja adalah suatu yang dicapai prestasi yang diperhatikan kemampuan kerja. Kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur ba ik kuantitasnta. . beberapan cara mengukur kinerja, yaitu (1) kualitas kerja (2) kuantitas kerja (3) pengetahuan tentang pekerjaan (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan (5) keputusan yang diambil (6) perencanaan kerjas dan (7) dalam organisasi kerja (Suasto : 1965). Sedangkan pendapat AZHAR (2000: 26) Menyatakan bahwa kriteria kinerja dapat diukur melalui: 1. Penyelesaian pekerjaan pada waktunya. 2. Pertunjukan keahlian dan kemampuan yang diperlukan dalam pekerjaanya. 3. Penunjukan kreativitas dan inisiatif dan 4. Pemenuhan target. Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat diatas adalah yang dimaksud kinerja kepala sekolah adalah merupakan wujud dan kemampuan dan motivasi yang diinilikinya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang ditampilkannya. Bahwa yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Menurut penulis dapat dilakukan melalui evaluasi kepala sekolah dengan beberapa cara antara lain, seleksi pengangkatan penclidikan dan penelitian (Diktat) dan Evaluasi Kepala

26

Sekolah. Keberhasilan suatu sekolah, terletak pada kinerja seseorang kepala Sekolah, oleh sebab itu, kriteria keberhasilan sekolah diperlukan adanya kePemimpinan Kepala Sekolah yang propesional, berkualitas, peran (Mulyoga, 2002: 125) mengemukakan empat kriteria kinerja yaitu : (1) Karakteristik personal, (2) proses, (3) hasil dan (4) Gabungan a, b dan c. Karakteristik personal meliputi kemampuan, keterampilan dan kepribadian dan motivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik, dilihat da proses. Proses ri kinerja akan dicapai jika perilaku personal dapat menunjukan kecocokan standar kinerja yang telah ditentukan. Bila dilihat dari hasil dalam penilaian kinerja personal hendaknya dapat dilihat dari hasil nyata baik dalam kualitas maupun kuantitas. Sehubungan dengan uraian diatas menurut Wahyo (2002: 273), bahwa Kepala Sekolah harus mampu menggerakan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan motivasi secara maksimal untuk: 1. Memungkinkan sekolah mengatasi ketidak pastian atau kelemahan. 2. Menyesuaikan program pendidikan secara terus terhadap kebutuhan hidup individu dan kebutuhan berkompetensi di dalam masyarakat yang dinainis. 3. Menggunakan kepemimpinan yang membentuk organisasi kemanusiaan dengan cara yang sesuai antara kepentingan individu dengan kepentingan sekolah. 4. Menciptakan kondisi dan suasana kondusif untuk meningkatkan pertumbuhan sikap kepeloporan, suka rela, dan Efektivitas individu secara

27

maksimal. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, menurut pendapat penulis bahwa kinerja kepala sekolah ditentukan oleh kualitas dalam pengambilan keputusan, bahwa pengambilan keputusan, bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah merupakan bagian penting dan seorang kepala sekolah. Maka dengan demikian efektivitas sekolah akan berhasil apabila seorang kepala sekolah selalu memperhatikan dan melaksanakan hal-hal sebagal berikut: 1. Kepala sekolah harus mampu menegakkan hubungan yang serasi setara tujuan dengan perilaku. Sumber daya manusia yang ada 2. Bahwa sumber daya manusia merupakan komponen penting dan keseluruhan perencana organisasi 3. Bahwa Sekolah secara terus menerus harus menyesuaikan dengan kondisi internal dan Eksternal, sesual dengan perkembangan Dunia Pendidikan. 4. Harus mampu mengkoordinasikan dan mempersatukan usaha seluruh sumber daya manusia kearah pencapaian tujuan. Dalam hal irti diperlukan kepala sekolah yang berkualitas Dedi (2000:26), menyatakan bahwa tujuh syarat bagi kepala sekolah yang berkualitas adalah sebagai berikut: 1. Fleksibility in autonomy and indovotoan 2. Cohes sivines wi this organization 3. Coiniterment to school mussion 4. Recognition of Staff

28

5. Problem solving trouht collaboration 6. Effective delegation end 7. focus on teaching and learning Pedoman petunjuk diatas, maka dalam penjelasan ukuran keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya adalah dengan mengukur kemampuan dan menciptakan iklim belajar mengajar dengan mempengaruhi, motivasi, guru, siswa dan personal lazimnya. Untuk menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Rosilawati (1985: 70) bahwa ada lima petunjuk praktis yang harus dipethatikan dalam memperbaiki dan

mengembangkan kinerja kepala sekolah adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah harus menyadari bahwa kualitas kePemimpinan

merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi keberhasilan. Kepala Sekolah harus mempunyai kemampuan untuk menampilkan gaya kePemimpinan yang bervariasi dalam menghadapi situasi kondisi yang ada (1) Kepala Sekolah harus berpandangan luas, jauh kedepan kemasa yang akan datang; (2) Kepala Sekolah harus menyadari bahwa Situasi Sekolah ruinit, berdinainika, berinteraktif antara satu hal dengan yang lainnya; dan (3) Kepala Sekolah harus memiliki kejelasan pengetahuan tentang supervisi dan sejumlah kniteria yang digunakan. Di dalam lingkungan organisasi sekolah (dalam hal ini SMP), bahwa kepala sekolah adalah jabatan Pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan oleh sebab dan kepala sekolah pada

29

hakekatnya adalah pejabat formal, karena pengangkatannya melalui berbagai prosedur yang didasarkan peraturan yang berlaku, oleh sebab itu kepala sekolah selalu memelihara cute gritas nama baik sekolah. Maka dari itu fungsi kepala sekolah amat penting sebab disamping berperan sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan control. Segala aktifitas guru, stap dan siswa dan sekaligus untuk meneliti persolan yang timbul dilingkungan sekolah. Hal ini pula dijelaskan oleh Dinas Pendidikan Kota Garut tahun 2006/ Bahwa tugas pokok dan fungsi kepala Sekolah adalah sebagai berikut: 1. Tugas pokok kepala sekolah adalah pengolah penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran disekolah 2. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, kepala sekolah berfungsi sebagai: a. Manajer yaitu memiliki program dan target yang harus diwujudkan selama masa jabatan/KePemimpinanya b. Pemimpin yaitu kepala sekolah memiliki kepribadian dan integritas yang mantap dan kemampuan untuk meyakinkan dan menggerakan orang lain (warga sekolah). c. Wirausahawan yaitu mempunyai kemampuan dalam menganalisis peluang serta menciptakan keunggulan kompetitif dan komparatif. d. Pencipta iklim kerja yaitu mempunyai kemampuan dalam meyakinkan dan menggerakan warga Sekolah untuk menciptakan kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan, kerindangan, dan kekeluargaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan profesionalisme.

30

e. Pendidik, yaitu mempunyai pemahaman yang baik terhadap wawasan wisata mandala dan hams mampu menyamakan persepsi seluruh warga di sekolah tethadap nilai-nilai tersebut f. Pembina tata usaha, yaitu mempunyai kemampuan dalam pengelolaan tata usaha sekolah, sehingga akan tercipta tertib kerja dan penyelenggaraan sekolah yang baik g. Penyedia, yaitu mempunyai kemampuan dalam mengkomunikasikan penyediaan kepala warga sekolah sesuai program. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berpungsi sebagai unit pelayanan teknis (UPT) pendidikan jalur sekolah, secara garis besar memiliki tugas dan tanggung jawab. Dalam melaksanakan tugasnya sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah .Kepala sekolah berpungsi dan bertugas sebagai Edukator, manajer, Adininistrator, supervisor, leader, inovaton, dan motivation dan monivation (Emaslin) untuk lebih jelasnya pungsi dan tugas kepala sekolah penulis uraikan sebagai berikut: 3. Edukator (Pendidik, Pengajar dan pelatih) Kepala sekolah sebagai Edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien sebagai seorang pendidik kepala sekolah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada para siswa, tugas pengajar mengacu kepada meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan tugas pelatih mengembangkan

keterampilan-keterampilan dan penerapannya kepada para siswa: Tugas dan fungsi diarahkan kepada peningkatan sumber daya manusia

31

(SDM) yang ada di sekolah. Adapun komponen-komponen kepala sekolah sebagai Edukator dalam proses belajar mengajar (PBM) meliputi sebagai berikut: a. Kemampuan Sebagai Guru. Mengacu kepada kemampuan-kemampuan Menyusun program pelajaran Melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Melaksanakan penilaian. Melaksanakan analisis hasil belajar siswa Melaksanakan program pengayaan dan perbaikan (peinidial teaching)

b. Kemampuan membimbing guru, mengacu kepada kemampuankemampuan sebagal berikut: Menyusun program pengajaran bimbingan dan konseling (BK) Melaksanakan program pengajaran bimbingan dan konseling (BK) Mengevaluasi hasil belajar siswa dan layanan bimbingan dan konseling (BK) Melaksanakan program pengayaan dan perbaikan (Re inidial)

c. Kemampuan membimbing karyawan (Pustakawan, laboran, tata usaha dan sebagainya) mengacu kepada kemampuan sebagai berikut: Menyusun program kerja Melaksanakan tugas sehari-hari Mengevaluasi dan mengendalikan kinerja karyawan secara periodik membimbing siswa mengacu kepada kemampuan

d. Kemampuan

kemampuan sebagai berikut:

32

Kegiatan ekstra kurikuler Mengikuti kegiatan perlombaan-perlombaan diluar sekolah seperti olah raga, kesenian, lomba mata pelajaran dan sebagainya.

e. Kemampuan mengembangkan tata usaha stap pengajar (guru-guru) seperti: Melalui pendidikan stap pelatihan (Diklat) secara teratur/terprogram untuk guru dan tata usaha. Melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) lokal, guru kabupaten dan propinsi. Melalui pendidikan guru inti, instruktur. Melatui diskusi, seininar, loka karya dan lain-lain. Melalui penyediaan bahan bacaan. Memperhatikan kebersihan perangkat. Mengusulkan untuk mengikuti Diklat guru inti, instruktur, guru berprestasi. Mengusulkan kenaikan jabatan melalui seleksi calon kepala sekolah, Pengawas, kepada tata usaha dan sebagainya. f. Kemampuan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengacu pada kemampuan-kemampuan seperti: Melalui pendidikan dan latihan karya ilmiah. Melalui pertemuan profesi musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) Melalui seininar, loka karya dan dikusi-diskusi pendidikan dan lain sebagainya. Melalui media elektronika, computer dan sebagainya.

33

g. Kemampuan memberi contoh mengajar/ bimbingan dan konseling (BK) yang baik, yang mengacu kepada kemampuan-kemampuan seperti: Melalui jadwal pelajaran 6 jam periminggu/bimbingan konseling (BK) sebanyak 40 siswa. Melalui pembuatan program tahunan/program semester, silabus satuan pelajaran, program layanan bimbingan konseling (BK). Memberikan contoh strategi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. (computer, OHP, TV, Video, Tape rekorder dan lain sebagainya. 4. Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas : (pengelola, penggerak sumber daya manusia) meliputi: a. Kemampuan menyusun program memiliki program sekolah meliputi sebagai berikut: Memiliki program sekolah jangka pendek (satu tahun) program jangka menengah (Empat tahun) dan program jangka panjang (Delapan tahun). Membuat reneana anggaran belanja sekolah (RAPBS). Mempunyai mekanisme, monitor, Evaluasi pelaksanaan program sekolah secara sistimatis dan berkala. b. Kemampuan menyusun organisasi di sekolah, yang mengacu pada kemampuan-kemampuan antara lain: Memiliki struktur organisasi sekolah. Memiliki susunan kepegawaian pendukung, antara lain pengelola

34

perpustakaan, pengelola laboratorium. Menyusun program kepanitiaan secara temporer antara lain: Panitia penerimaan siswa baru (PSB), panitia ulangan umum, panitia ujian sekolah, dan panitia Ujian Nasional (UN) panitia han besar keagamaan dan han besar Nasional dan sebagainya. c. Kemampuan menggerakan stap (baru dan karyawan) meliputi: Memberikan bimbingan, arahan yang dinainis dalam melaksanakan pekerjaan rutin Mengkoordinasikan stap yang sedang melaksanakan tugas Memberikan penghargaan (Roward) dan hukuman (Punishment)

d. Kemampuan mengoptimalkan sumber daya sekolah, mengacu kepada kemampuan-kemampuan antana lain: Memanfatkan sumber daya manusia secara optimal Memanfaatkan sarana prasarana inilik sekolah Merawat sarana/ prasarana inilik sekolah Mempunyai catatan kinerja sumber daya manusia yang ada di sekolah. Mempunyai program peningkatan mutu sumber daya manusia.

5. Kepala sekolah selaku Adininistrator di sekolah mampu menguasai komponen-komponen antara lain sebagai berikut: a. Kemampuan mengelola Adininistrasi kurikulum (Kegiatan belajar mengajar dan bimbingan konseling (BK) mengacu kepada komponenkomponen antara lain:

35

Mempunyai kelengkapan data adininistrasi proses belajar mengajar (PBM)

Mempunyai kelengkapan data Adininistrasi praktikum. Mempunyai diperpustakaan. kelengkapan Adininistrasi belajar siswa

b. Kemampuan mengelola Adininistrasi kesiswaan, mengacu kepada komponen-komponen: Mempunyai kelengkapan data Adininistrasi kesiswaan. Mempunyai kelengkapan data kegiatan Ekstra kulikuler. Mempunyai kelengkapan data hubungan sekolah dan orang tua siswa. c. Kemampuan mengetola Adininistrasi kepegawaian ketenagaan

mengacu pada komponen-komponen meliputi antara lain: Mempunyai kelengkapan Adininistrasi tenaga guru. Mempunyai kelengkapan data tenaga perpustakaan, laboratorium, pegawai tata usaha, d. kemampuan mengelola keuangan mengacu pada komponen antara lain: Mempunyai data Adininistrasi keuangan baik yang bersumber dan masyarakat Dana Sumbangan Pendidikan Bulanan (DSPB), Dana Sumbangan Pendidikan Tahunan (DSPT).

36

Mempunyai data adininistrasi keuangan yang bersumber dan pemerintah) Negara (Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan bantuan lainnya.

e. Kemampuan mengolah Adininistrasi sarana/prasarana pada komponenkomponen. Mempunyai data Adininistrasi Ruangan/gudang. Mempunyai data Adininistrasi Barang/meubelein dan lain-lain Mempunyai data Adininistrasi buku-buku perpustakaan. Mempunyai data Adininistrasi oleh laboratorium dan lain-lain.

f. Kemampuan mengelola Adininistrasi persuratan, mengacu pada badan komponen diantaranya. Mempunyai kelengkapan data adininistrasi surat masuk dan surat keluar. Mempunyai kelengkapan data adininistrasi surat keputusan/surat edaran dan lain-lain. 6. Kepala sekolah selaku supervisor harus menguasai komponen-komponen dalam pengawasan, pengendalian dan penyedia sebagai berikut: a. Kemampuan menyusun program supervise pendidikan yang mengacu kepada: Mempunyai program supervise kelas (KAM) dan bimbingan konseling (BK) Mempunyai program supervise untuk kegiatan ektra kurikuler.

37

Memiliki program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler. Memiliki kegiatan supervisi untuk kegiatan Iainnya supervise peipustakaan, laboratorium, Ulangan Harian, Ulangan Umum, Ujian sekolah, Ujian Nasional dan Adininistrasi sekolah.

b. Kemampuan untuk melaksanakan program supervisi pendidikan, mengacu kepada komponen-komponen antara lain: Melaksanakan program supervise kunjungan kelas program. Melaksanakan program supervise kelas secara mendadak. Melaksanakan program supervise kegiatan ekstra kurikuler dan sebagainya. c. Kemampuan memanfaatkan supervisi mengacu pada komponen: Memanfaatkan basil supervise peningkatan kinerja guru. Memanfaatkan hasil supervise untuk pengembangan sekolah.

1. Kepala sekolah sebagai leader (Pemimpin) Tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai leader (Pemimpin) dapat diartikan dengan orang yang meinimpin, membimbing, menuntun,

mengarahkan, menunjukan jalan, mendidik, mengajar, melatih agar dapat mengerjakan sendri. Sedangkan pendapat Wahjo (1990: 110), bahwa kepala sekolah sebagai Pemimpin (leader) yang dikehendaki adalah memiliki karakter atau ciri-ciri khusus yang mencakup: (1) kepribadian, (2) keahlian dasar, (3) pengalaman dan pengetahuan profesional, (4) diklat dan keterampilan

38

profesional, (5) pengetahuan adininistrasi dan pengawasan kompetensi kepala sekolah. Wahjo (1982:) yang mengutif pendapat RICHARD H. HALL, dalam bukunya yang berjudul Organization Struktur and process (1982)

mengemukakan bahwa ada empat macam tugas penting seorang Pemimpin yaitu: 1. mendefinisikan inisi dan peranan organisasi (Invoves the definition of the institutional organization inission and role) 2. pengetahuan tujuan organisasi (the institusional Embodiment of purpose). 3. mempertahankan keutuhan organisasi (to Refend the Organizations Integration) 4. Mengendalikan konplik internal yang terjadi dalam organisasi (The Ordering oflnternasikonflik). Dan berbagai tugas dan fungsi Pemimpin pada umumnya, kepala sekolah sebagai seorang Pemimpin (leader) dalam praktik kehidupan sekolah, juga hams mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut: a. Memiliki kepribadian kuat, mengacu kepada komponen-komponen: Jujur percaya diri, bertanggung jawab berani mengambil keputusan, berjiwa besar, dapat mengendalikan emosi, sebagai panutan/ teladan. b. Memahami kondisi guru, karyawan (stat) pam siswa dengan baik, mengacu pada komponen-komponen antara lain:

39

Memahami kondisi guru, karyawan (pustakawan, Iaboran,Tata usaha). Memahami kondisi para siswa Mempunyai program/upaya untuk memperbaiki kesejahteraan guru, karyawan.

Mau menerima, mendengar kritikan, usul, saran, dan guru, karyawan, siswa melalui pertemuan

Memanfaatkan upacara hari senin dan upacara lain untuk memahami kondisi siswa, guru, karyawan secara keseluruhan.

c. Mempunyai/memiliki ViSI dan memahami Inisi sekolah, yang mengacu pada komponen-komponen antara lain: Memiliki visi tentang sekolah yang dipimpinnya Memahami inisi yang di emban sekolah. Mampu melaksanakan program dengan baik. mengambil keputusan mengacu kepada komponen

d. Kemampuan komponen: -

Mampu mengambil keputusan bersama warga sekolah. Mampu mengambil keputusan untuk urusan interen sekolah. Mampu mengambil keputusan untuk eksteren sekolah. berkomunikasi, mengacu pada komponen-komponen

e. Kemampuan diantaranya: -

Mampu berkomunikasi secara lisan dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya.

40

Mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Mampu berkomunikasi dengan baik kepada siswa dan pengurus osis. Mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik kepada orang tual masyarakat.

2.

Tugas dan fungsi kepala Sekolah sebagai Inovator, maka kepala sekolah harus mampu menguasai komponen-komponen sebagai berikut: a. Kemampuan mencari/menemukan pembaharuan gagasan baru untuk di sekolah, mengacu pada komponen-komponen sebagai berikut: Mampu mencari/ menemukan gagasan baru. Mampu meinilih gagsan barn yang relevan Mampu mengimplementasikan gagasan baru yang baik.

b. Kemampuan melasanakan pembaharuan di sekolah mengacu pada komponen-komponen: Mampu melaksanakan pembaharuan di bidang kegiatan belajar mengajar dengan konseling. Mampu melaksanakan pembaharuan di bidang pengadaan dan pembinaan Negara guru dan karyawan. Mampu mengadakan pembaharuan di bidang ekstra kurikuler. Mampu melaksanakan pembaharuan dalam menggali sumber daya, dan pihak mmasyarakat (Stakeholders) Mampu berprestasi melalui kegiatan ekstra kurikuler.

41

3. Kepala sekolah sebagai Motivator harus mampu membangkitkan minat guru, karyawan dan para siswa agar tujuan yang dilaksanakan tercapai dengan ba ik, untuk mencapai tujuan tersebut kepala sekolh hams mampu menguasai kemampuan-kemampuan antara lain: a. Kemampuan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman mengacu pada komponen-komponenantara lain: Mampu memerapkan prinsip penghargaan (reward) Mampu menerapkan prinsip hukuman (punishment)

a. Kemampuan mengatur suasana kerja yang mengacu pada komponen antara lain: Mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru. Mampu menciptakan hubungan kerja sesama karyawan. Mampu menciptakan hubungan kerja antara guru dengan karyawan. Mampu menciptakan rasa aman dilingkungan sekolah.

b. Kemampuan mengatur Iingkungan kerja mengacu pada komponen sebagai berikut : Mampu menata/ mengatur ruang kerja (kepala sekolah, para pembantu kepala sekolah, guru, tata usaha) yang kondusip untuk bekerja. Mampu mengatur ruang kelas yang kondusip untuk kegiatan belajar mengajar (KBM), bimbingan dan konseling, OSIS dan urusan kesehatan sekolah (UKS).

42

D. Anggaran Dasar Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan anggaran dasar. Anggaran dasar penelitian berfungsi untuk membantu kelancaran

pengumpulan, pengolahan data dan penarikan kesimpulan. Surakhmad (1970: 99): Anggaran dasar inilah yang menjadi tumpuan pandangan dan kegiatan untuk masalah yang dihadapi. Anggaran dasar ini menjadi titik pangkal masalah yang dihadapi dan tidak menjadi keraguan bagi penyelidik. Adapun yang menjadi anggaran dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan MBS mempengaruhi terhadap pengajaran IPS di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler. 2. Dilihat dan proses KBM penerapan MBS mempengaruhi terhadap minat siswa pada mata pelajaran PS di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler. 3. Hasil evaluasi menunjukan perkembangan prestasi siswa setelah penerapan MBS pada Mata Pelajara IPS di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler

E. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan jabatan sementara atau dugaan sementara dan pennasalahan yang sedang diteiti. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut; Terdapat pengaruh positif Dan Signifikan Penerapan MBS terhadap proses Belajar mengajar, Minat dan Prestasi Siswa pada mata pelajaran IPS di SMP

43

Kecamatan Tarogong Kaler.

44

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dan tujuan tertentu yang harus dilaksanakan secara teratur, terencana, dan sistematis serta mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penelitian memerlukan suatu alat, teknik, atau metode untuk menemukan atau memperoleh data secara objektif sehingga dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk mamahaini, dan mengantisipasi masalah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode memahami masalah berdasarkan fenomena atau gejala pada saat penelitian berlangsung. Penelitian deskriptif, menurut Irawan (1995) bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu kelompok atau masyarakat tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.

B. Teknik pengumpulan Data Adapun Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis mengemukakan cara sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan langsung ke daerah penelitian dalam hal ini sekolah-sekolah di Kecamatan Tarogong Kaler terhadap peningkatan Mutu dan Kelancaran Proses Belajar Mengajar di sekolah -

45

sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. 2. Wawancara. Wawancara dilaksanakan dengan jalan mengadakan komunikasi lansung dengan para guru dan kepala sekolah di sekolah-sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. 3. Studi Dokumentasi. Studi dokumentasi ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas, dalam hal ini dokumen-dokumen yang terdapat di sekolahsekolah yang berada di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. 4. Angket. Angket yaitu sejenis daftar pertanyaan yang harus di jawab oleh responden sementara jawabannya sebagian besar sudah tersedia dan dibuat penulis sesuai dengan hipotesa yang penulis ajukan, dan angket ini ditarik kembali oleh penulis setelah dijawab oleh responden. 5. Studi Literatur. Studi Literatur dilaksanakan dengan jalan mempelajari buku-buku sumber yang dianggap menunjang dan membantu dalam pemecahan masalah dan topik yang sedang dibahas. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi menurut Sumaatmadja (1988: 112). Adalah sejumlah variabel

46

menyangkut masalah, kemudian ada juga yang memberi pengertian populasi adalah semna kasus, individu dan segala hal yang ada di daerah penelitian. Nazir (1999: 27) menyatakan bahwa unsur atau unit elementer adalah sebuth objek dimana akan dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap kumpulan-kumpulan dan unit-unit elemen tersebut populasi sedangkan Sugiono (1997: 57) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas bebenapa contoh subjek/objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seperti tenlihat pada Tabel Populasi Penelitian dengan jumlah 790 sebanyak enam kelas pada satu tingkat yaitu dari kelas 7.1 sampai 7.6 2. Sampel Sampel adalah bagian darin populasi (cuplikan,contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Untuk menarikan sampel ini tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah yang mutlak tentang besarnya sampel inipun tidak ada ketentuan angka yang pasti, besar angkanya dapat berkisar antara 10%sampai25%. Sampel adalah kriteria-kriteria dari keseluruhan sifat-sifat generalisasi yang ada dalam populasi harus diiniliki sampel. Jadi sampel adalah bagian dan populasi. Dalam hal ini penulis menggunakan Simple Random sampling karena objek penelitian merupakan suatu keseluruhan yang homogen. Untuk mencari

47

sesuatu ketepatan yang lebih tajam terhadap masalah maka diperlukan penbagian dahulu atas empat Wilayah sebagai sub populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara menyeluruh, yaitu semua anggota populasi digunakan Stratifikasi sampling random (peinilihan sampel dengan cara acak sesuai dengan tingkatan/strata) yaitu 20 siswa dan 790 siSwa.

Untuk lebih jelas lihat tabel 2. di bawah ini No 1 2 3 4 5 6 Nama Sekolah SMPN I Tarogong Kaler SMP PGRI SMP Baitul Hikmah SMP Al Hikmah MTs Tanjung Kamuning MTs Annaser Jumlah Kelas VIII VIII VIII VIII VIII VIII 6 Jumlah Siswa 240 120 160 120 70 80 790 Responden 4 3 4 4 2 3 20

D. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan untuk mengetahui Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler penulis menggunakan : 1.Teknik Prosentase. Terdapat beberapa langkah dalam teknik analisis data Pertama, untuk mengetahui Penerapkan Manajemen Berbasis Sekolah di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler (Variabel X) terhadap Mutu Proses Belajar Mengajar IPS di SMP Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler (Variabel Y), akan digunakan perhitungan dengan (Weighted Mean Score), yaitu: 48 menggunakan prosentase atau WMS

1) WMS (Weighted Mean Score), yaitu perhitungan dengan menggunakan prosentase dengan rumus:

Dimana:

= =

Weighted Mean Score Jumlah skor dan setiap alternatif jawaban responden Banyaknya responden

Selanjutnya prosentase rata-rata variabel X dan Y akan dicarikan dengan menggunakan perhitungan : Skor rata-rata X 100 % Skor ideal Setelah diperoleh harga X dan Y serta diprosentasikan, kemudian di konsultasikan dengan kriteria prosentase sebagaimana yang dikemukakan oleh Moch Idochi Anwar (1984: 130) sebagai benikut: 90%- 100% 80%-89% 70%-79% 60%-69% 50%-59% = Sangat tinggi = Tinggi = Cukup = Sedang = Rendah

40 % kebawah = Rendah Sekali

49

BAB IV ALNALISIS HASIL PENELITIAN

Bagaimana peranan Penerapan Manajemen Baerbasi Sekolah dalam proses belajar mengajar PS di SMP Kecamatan Tarogong Kaler padah Bab ini Penulis meneoba uraikan hasil pengolahan dan analisi data hasil penelitian dengan Langkah-langkah sebagai berikut: A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kondisi daerah yang akan diteliti, diuraikan dalam bentuk penelitian melalui letak kondisi fisis suatu daerah adalah keadaan yang menggambarkan situasi dan luas daerah penelitian, iklim, morfologi, penggunaan lahan dan Hidrologi 1. Letak dan Luas Secara adiininistratif letak wilayah penelitian berada di Kecamatan Tarogong Kaler termasuk wilayah Kabupaten Garut provinsi Jawa Barat dengan batas wilayah; sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan pacet, sebe Timur lah berbatasan dengan Kecamatan Paseh, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Majalaya sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan pacet. Kecamatan Tarogong Kaler berada pada ketinggian 760 m dpl, dengan luas wilayah 6630,237 Ha. Jarak dan pusat kecamatan dengan Kabupaten sekitar 40 Km dengan jarak tempuh 2 jam. Kecamatan Tarogong Kaler terbagi atas 12 Desa, 36 dusun, 116 RW dan 324 RT. Sedangkan secara astronoinis letak Kecamatan Tarogong Kaler adalah 1070 4313411 BT - 1070481 5711 dan 1070 021 5011

50

LS - 70 1013511 LS. 2. Iklim Iklim adalah gejala cuaca rata - rata dalam jangka waktu lama dan meliputi wilayah yang relatif luas. Keadaan lklim suatu wilayah erat kaitannya dengan corak kehidupan penduduk yang menempati daerah tersebut. Hal ini menunjukan adanya saling ketergantungan antara manusia dengan alam atau sebaliknya. Kecamatan Tarogong Kaler secara umum mempunyai iklim tropis clan memiliki curah hujan yang besar yaitu 3400 mm / tahun dan suhunya berkisar 23-300 C. Sehingga jika menurut iklim SF termasuk jenis kelompok iklim A yaitu iklim basah. 3. Keadaan Morfologi Keadaan morfologi suatu wilayah merupakan faktor penting, karena dapat mempengaruhi aktifitas manusia, transportasi, pertanian, dan pengembangan wilayah tersebut. Pada umumnya Kecamatan Tarogong Kaler mempunyai bentuk morfologi mulai dan yang datar atau landai, berombak, berbuldt sampai daerah pegunungan karena merupakan bagian dan lereng Pegunungan Malabar yang terletak di sebelah Utara dan daerah ini di fungsikan sebagai daerah resapan air dan tangkapan hujan bagi Daerah Aliran Sungai Citarwn bagian Hulu. Untuk lebih jelasnya mengenai morfologi kecainatan Ibun dapat dilihat dalam tabel berikut:

51

Tabel 3 Bentuk Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler No 1 2 3 Bentuk Wilayah Datar sampai berombak Berombak sampai berbukit Berbukit sampai bergunung Luas Wilayah % 10 30 60

4. Hidrologi Kondisi hidrologi Kecamatan Tarogong Kaler mencakup air yang berada di permukaan dan potensi air tanah. Air yang berada di pennukaan meliputi air sungai, danau, situ dan sebagainya. Sungai - sungai yang mengalir di Kecamatan Tarogong Kaler hampir semuanya mengalir ke arah Utara menuju sungai yang Iebih besar yaitu sungai Citarum. Adapun sungai - sungai yang berada di Kecamatan Tarogong Kaler adalah Sungai Cikaro, Sungai Cihejo dan Sungai Ciharus. Sedangkan danau yang berada di Kecamatan Tarogong Kaler adalah danau Pangkalan dan Danau Ciharus. Kedua danau meiniliki terletak di ujung selatan Kecamatan Tarogong Kaler yang hampir berbatasan dengan Kabupaten Garut. Sedangkan didaerah penelitian penduduk memanfaatkan sumber air yang terletak dikawasan yang lebih Landai dengan jarak 500 meter dan tempat permukimannya. 5. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di suatu daerah merupakan deskripsi dalam

pemanfaatan dan pengolahan wilayah bagi perkembangannya. Lahan Kecamatan Tarogong Kaler banyak digunakan untuk permukiman, industri, pertanian,

52

kehutanan. Berdasarkan data monografi Kecamatan Tarogong Kaler penggunaan lahannya dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1. Penggunaan lahan untuk daerah-daerah terbangun yang meliputi permukiman, perkantoran, sarana pendidikan (sekolah) kesehatan, clan Industri 2. Penggunaan lahan untuk daerah tidak terbangun meliputi sawah, kehutanan dan tegalan. Sedangkan untuk pembagian lahan secara terperinci berikut ini ;

No Penggunaan Lahan 1 Tanah sawah a. Irigasi setengah teknis b. Irigasi sederhana c. Tadah hujan sawah rendengan 2 Tanah Kering a. Perkarangan / Bangunan b. Tegal / kebun e. Ladang / Tanah Huma d. Ladang Penggexnbalaan 3 Tanah Basah 4 Tanah Hutan a. Hutan Lebat b. Hutan sejenis 5 Tanah keperluan Fasilitas umuni a. Lapangan Olah Raga b. Kuburan c. Sarana pendidikan Jumlah Sumber Monografi Kecamatan Tarogong Kaler

Luas lahan (Ha) 12 345,135 873 530.500 707.700 150.568 63975 50,609 1158,650 599,000 2,000 10,000 6630,237

53

B. Kondisi Sosial Kecamatan Tarogong Kaler 1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Ada tiga faktor yang menyebabkan jumlah penduduk pada suatu daerah bertambah atau berkurang yaitu disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan inigrasi. Pada dasarnya penambahan jumlah penduduk terjadi karena lebih tingginya angka kelahiran daripada angka kematian dan inigrasi masuk lebih besar daripada inigrasi keluar. Penduduk Kecamatan Tarogong Kaler pada tahun 2006 berjumlah 66.733 jiwa dengan jumlah laki-laki 33.687 orang dan jumlah perempuan 33.046 orang. Dan data ini dapat diketahui Sex ratio penduduknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut; SexRatio = Keterangan P PW 100 : Jumlah penduduk aki- laki : Jumlah Penduduk Perempuan : Nasabah
P x 100 PW

Maka sex ratio Kecamatan Tarogong Kaler jumlah penduduk adalah SexRatio =
33.687 x 100 ! 103 33.046

Maka diantara 100 orang perempuan terdapat 103 orang laki-laki, adapun untuk mengetahui angka kepadatan penduduk dapat di peroleh dan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Jumlah penduduk Kecamatan Tarogong Kaler pada tahun 2006 sebanyak 66.733 jiwa dengan luas wilayahnya 6630,237 Ha. Maka kepadatan penduduk 54

Kecamatan Tarogong Kaler adalah : Kepadatan Penduduk =


66.733 ! 10 6630,237

Sehingga kepadatan penduduk kasar Kecamatan Tarogong Kaler pada tahun 2009 adalah 10 orang perhektar. 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi Penduduk yang dimaksud disini adalah susunan penduduk berdasarkan kelompok-kelompok usia tertentu yang berada di Kecamatan Tarogong Kaler. Untuk lebih Jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. TabeI 4 Komposisi Penduduk Menurut Umur GolonganUmur Jumlah (Tahun) 1 0 4 6.954 2 5 9 8155 3 10 14 8.767 4 15 19 8.302 5 20 24 8.430 6 25 - 29 7.440 7 30 - 34 7.335 8 35 - 39 6.778 9 40 44 4.372 Jumlah 66.733 Sumber Monografi Kecamatan Tarogong Kaler No Persen 10,4 4 13,1 12,4 12,6 11,1 11,0 10,2 7 100

C. Pengolahan Data Hasil Angket Pengolahan data hasil Observasi dan klarifikasi angket yang telah penulis sebarkan kepada siswa hasilnya merupakan data yang masih harus dianalisis.

55

Untuk melihat sejauh mana peranan Manajemen Berbasis Sekolah dalam Proses belajar mengajar IPS, maka angket disebarkan pada Siswa dan guru yang ada di SMP-.SMP Kecamatan Tarogong Kaler berupa pertanyaan dan alternatif jawaban dapat diolah dan dianalisa sebagai berikut : Pengolahan dan analisa hasil angket mengunakan prosentase. Hal ini dilakukan dalan setiap alternatif jawaban dad setiap item. Yaitu dengan cara membagi frekuensi (1) jawaban dengan jumlah sampel, kemudian dikalikan 100 %.Adapun maksud penggunaan prosentase ini adalah sebagai berikut: a. agar terdapat keseragaman dalam penafsiran dan penyimpulan b. agar mempermudah penafsiran dan kesimpulan c. agar memberikan gambaran yang Iebihjelas. Standar penafsiran dalarn pengelompokaan prosentase yang penulis gunakan, mengambil pendapat Hainindiawati (sukman Munawar Alinurjaya,) 1989:83) adalah sebagai berikut: 0% 1-25 % 26-49 % 50 % 5 1-75 % 76-99 100 : tidak seorang pun : sebagian kecil : hampir separuhnya : separuhnya : sebagian besar : hampir seluruhnya : seluruhnya

Guna memudahan dalam pengolahan dan analisis, maka data hasil angket tersebut, penulis sajikan dalam bentuk tabel, yang masing-masing tabel

56

berisikan satu pertanyaan angket beserta jawabannya. Untuk lebih jelasnya maka tabel-tabel tersebut, disajikan sebagai berikut: Tabel.5 Kurikulum yang digunakan di SMP -SMP Kecamatan Tarogong Kaler No 1 2 3 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 0 0 0 0 48 100 48 100

Kurikulum 1994 Kurikulum KBK (2004) Kurikulum KTSP Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007

Dari tabel di atas jelas bahwa responden seluruhnya menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan di SMP-SMP sudah menerapkan Kurikulum KTSP. Agar lebih mendekati pada permasalahan yang penulis kemukakan, maka analisis berikutnya adalah sebagai berikut : Tabel. 6 Kurikulum yang digunakan untuk mata pelajaran PS di SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler No 1 2 3 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 0 0 0 0 48 100 48 100

Kurikulum 1994 Kurikulum KBK (2004) Kurikulum KTSP Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007

Dan hasil analisis dapat terlihat pada tabel di atas bahwa semua responden menyatakan kurikulum yang digunakan untuk mata pelajaran IPS adalah KTSP

57

Tabel. 7 Sikap Siswa Mempelajari IPS dengan menggunakan KTSP No 1 2 3 4 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 10 25 24 60 6 15 0 0 48 100

Senang sekali Senang Kurang senang Tidak senang Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007

Dari tabel di atas jelas bahwa lebih dan separuhnya menjawab senang, (60 %), menyatakan senang sekali (25 %), kurang senang (15 %) dikarenakan responden yang menjawab dan tak seorang pun yang menjawab tidak senang. Tabel. 8 Kesan Siswa Mempelajari IPS dengan menggunakan KTSP SMP-SMP No Alternatif Jawaban Kecamatan Tarogong Kaler F 1 2 3 4 Sukar dipahami Sangat sukat dipahami Mudah dipahami Sangat mudah dipahami Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007 Darid tabel di atas lebih dan separuh responden menyatakan mudah dipahami (70 %), menyatakan sangat mudah dipahami 25 %, dan 5 % menyatakan sukar dipahami. Serta tidak seorangpun yang menyatakan sangat sukar dipahami. 28 10 40 2 % 5 0 70 25 100

58

Tabel.9 Pendapat Siswa Tentang Waktu Yang Disediakan No 1 2 3 4 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 2 5 15 37,5 12 30 11 27,5 40 100

Cukup sekali Cukup Kadang-kadang Tida.cukup Jumlah Sumber : Hasil Penelitian 2007

Dari tabel di atas lebih dan separuh responden menyatakan cukup (3 7,5%), menyatakan sangat cukup 5 %, dan 30 % yang menyatakan kadangkadang. Serta 27,5 % yang menyatakan tidak cukup. Dapat diartikan dalam proses belajar geografi siswa merasa cukup dalam penyediaan waktu Tabel. 10 Pendapat Guru Tentang Waktu Yang Disediakan No 1 2 3 4 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 0 0 1 12,5 3 37,5 4 50 40 100

Cukup sekali Cukup Kadang-kadang Tidak cukup Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007

Dari tabel di atas lebih dari separuh responden menyatakan cukup (50%), menyatakan tidak cukup 5 %, dan 37,5 % yang menyatakan kadang -kadang. Serta 12,5 % yang menyatakan cukup.

59

Dapat diartikan guru merasa tidak cukup dalam penyediaan waktu dalam proses belajar geografi Tabel. 11 Penilaian Responden siswa tentang cam guru menerangkan pelajaran IPS dengan menggunakan KTSP SMP-SMP No Alternatif Jawaban Kecamatan Tarogong Kaler F 1 2 3 4 Sukar dipahami Sangat sukat dipahami Mudahdipahami Sangat mudah dipahami Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007 Dari tabel di atas lebih dari separuh responden menyatakan mudah dipahami (70 %), menyatakan sangat mudah dipahami 25 %, dan 5 % yang menyatakan sukar dipahami. Serta tidak seorangpun yang menyatakan sangat sukar dipahami. Kesimpulan sementara penulis bahwa penilaian siswa menyatakan lebih dan separuh siswa mudah dipahami acana guru menerangkan mata pelajaran geografi dengan menggunakan kurikulum karena dilengkapi dengan media dan metode yang bervariatif, hal ini berarti ada peran penting dan KTSP dalam pengajaran IPS 28 10 40 2 % 5 0 70 25 100

60

Tabel. 12 Penilaian Siswa terhadap penggunaan Media dalam pengajaran IPS No 1 2 3 4 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 11 27,5 12 30 15 37,5 2 5 40 100

Selalu Kadang-kadang sering Tidak pernah Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007

Dari tabel di atas lebih dari separuh responden menyatakan sering (37,5%), menyatakan tidak pernah 5 %, dan 30 % yang menyatakan kadang -kadang. Serta 27,5 % yang menyatakan selalu menggunakan media. Tabel. 13 Pendapat Guru terhadap Penggunaan KTSP dalam pengajaran IPS No 1 2 3 4 Alternatif Jawaban SMP-SMP Kecamatan Tarogong Kaler F % 4 50 2 25 1 12,5 1 12,5 40 100

Lebih Sukar Sukar Biasa-biasa saja mudah Jumlah Sumber: Hasil Penelitian 2007

Dari tabel di atas Iebih dari separuh responden menyatakan lebih mudah dalam menerangka (50%), menyatakan sukar 25 %, dan 12,5 % yang menyatakan biasabiasa saja. Seth 25 % yang menyatakan tidak mudah Kesimpulan sementara penulis bahwa pendapat guru menyatakan separuhnya lebih sukar dalam hal persiapan mengajar sedangkan hampir separuh menyatakan sukar dalan perlengkapan adininistrasi dalam hal ini berarti 61

terdapat kendala dalam pelaksanaan KTSP untuk saat ini karena masih dalam tarap transisi masih perlu penyesuaian.

D. Implikasi Hasilh Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi Melalui Pendidikan diharapkan kualitas sumber daya manusia dapat meningkat. Dengan demikian dapat menghasilkan manusia pembangunan yang berkualitas, Oleh sebab itu harus terus diupayakan peningkatan kualitasnya. Upaya tersebut merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Menurut undang-undang No 2. tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional point b. menyatakan bahwa: Pembangunan dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia dalam mewujudkan masyarakatyang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pp 19 Tahun 2005: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengganaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pada tingkat satuan pendidikan berpedoman pada panduan yang disusun oleh BNSP (sumber:Pusat Kurikulkum Balitbang Depdiknas). Disini terlihat perwujudan kerjasama antara pemerintah, pusat sampai daerah juga masyaraka dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa yang tertuang dalan UUD 1945 untuk mencerdaskan bangsa.

62

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir skripi ini penulis mengambil kesimpulan dan saran sesual dengan hasil penelitian dilapangan. Kesimpulan dan saran yang penulis kemukakan berdasarkan data baik melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket, adalab sebagai berikut: a. KESIMPULAN 1. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa terdapat perbedaan yang signipikan antara hash belajar siswa setelah penerpan Manajemen berbasis Sekolah. Dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa meningkat setelah Manajemen Berbasis Sekolah diterapkan sebagai sebagai upaya

pengembangan dalam proses belajar mengajar IPS, dibandingkan dengan prestasi belajar siswa sebelumnya. Hal ini diketahui dad hipotesis penelitian setelah teknilc penelitian ditempuh,maka dilakukan analisa sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan rumus Prosentase; P=
F X 100 % dimana N

F = Frekuensi dad jawaban Responden n = Jumlah sample/responden. Dengan demikian berarti bahwa Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam pengajaran IPS lebih efektip, efisien dan preduktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa 63

2. untuk memperkuat pembuktian hipotesis di atas penulis menyimpulkan berdasarkan data dan penyebaran angket sebagai berikut: a. Bahwa sikap siswa dalam mempelajari pelajaran IPS hampir seluruhnya menyatakan senang. b. Kesan siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS dengan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan Senang karena mudah dipahami. c. Mengenai waktu yang tersedia dalam pelajaran IPS dengan sebagai media pengajaran IPS siswa menyatakan cukup. d. Mengenai cara guru IPS mengajar dengan Cara memenej setiap Kajian Materi sebagai langkah awal pengajarai, siswa sebagian besar mudah dipahami dan baik. e. Hampir seluruhnya siswa tidak mempunya (tidak meiniliki)

media/alatbantu sebagai media pengajaran IPS. f. Mengenai Iingkungan sekolali tempat melakukan belajar, siswa menyatakan baik dengan keadaan kelas yang tenang. g. Dari angket yag diberikan kepada guru mata pelajaran geografi menyatakan bahwa Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai upaya peningkatan Mutu pengajaran IPS telah dilaksanakan di SMP SMP tetapi masih perlu pembenahan dan perbaikan-perbaikan.

64

b. SARAN-SARAN 1. Guru IPS khususnya usahakan senantiasa menggunakan Alat Bantu Pembelajaran sebagai media pengajara IPS agar siswa Iebih tertarik pada pelajaran IPS dan juga pelajaran lainnnya 2. Penggunaan media bervariasi, karena dalam kegiatan belajar mengajar heudaknya menggunakan media yang monoton akan

membosankan siswa dalam belajar. 3. Diharuskan siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar math pelajaran IPS Geografi khususnya selalu meiniliki peta. 4. Siswa diharapkan senantiasa memanfaatkan perpustakaan untuk

senantiasa memperdalam ilmu pengatahuan.

65

DAFAR PUSTAKA

Akdon (2004), Pengembangan Organisasi Manajemen Sekolah Di Era Otonoini Daerah, Jumal Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 1000 Garut. Ali, Mohammad,(1999), Pendidikan Dalam Perspektif Pengembangan SDM, Jurnasl Inimbar Pendidikan, No. 3 Tahun X VIII, Halaman 26-3 1, Universitas Indonesia, Garut. Ali, Mohammad,(2002),Analisis Keefektifan Biaya Dalam Manajemen Dan Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesian, Garut. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. (2000). Modul MBS Garut. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. (2003). Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Garut. Engkoswara. (2001). Para Digma Manajemen Pendidikan Dalam Otonoini Daerah Yayasan Amal Keluarga ; Garut. Fattah Nanang. (2000). Manajemen Berbasisi Sekolah . Rosda Karya; Garut. Nasution. (1996). Penelitian Pendidikan Kualitatif. Yasito;. Garut. Siagian Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buini Aksara;. Jakarta. Soeharno Bohar. (1987). Menyiapkan Penelitian Dan Penilisan Karya Ilmiah. IKIP, Luar Sekolah ; Garut.

66

Gonczi, Ini,.(1 999). Develoving Competence Work Place, Adelaide, Australia, Nasional Centre For Vocational Education Reseaech, Ltd. Sumaatmadja, Nursid, (1988). Studi (eografl Snafu Pendekatan dan Analisa Keuangan Penerbit Alumni, Garut. Sumaatmadja, Nursed,(2001), Konsep Dasar IPS, Pusat Penerbitas Universitas Terbuka, Jakarta. Surakhmad Winarno, (1980), Pengantar Penelitian Ilmiah, Tarsito, Garut. Yadi Ruyadi, (2002), Pendidikan Pancasila, CV. Maulana, Garut. Undang-undang No.20 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2005 nomor 41, Tambahan Lembaran Negara nomor 4496) Peraturan Presiden Nomor 9 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Susunan Organisasi, dan tata kerja kementrian Negara Republik Indonesia

67

ANGKET WAWANCARA (responden siswa) No. Responden :

TgI. Kunjungan : Petunjuk : 1. jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda X (silang) pada ajawaban yang benar atau mengisi titiktitik(. ) 2. angket ini bersifat netral, artinya tidak mempengaruhi nalai

1) Bagai mana sikap anda dalam mempelajari Mata Pelajaran IPS a Senang sekalai b Senang c Kurang senang d. Tidak senang

2) Apa kesan anda dalam mempelajari Pelajaran TPS a Sukar dipahami b Sangat sukar dipahami c. Mudah dipahami d. sangat Mudah dipahami

3) Menurut anda apakah faktor waktu untuk mempelajari materi matapelajaran IPS sudah cukup a Cukup sekali b Cukup c. Kadang-kadang d. Tidak cukup

4) Kurikulum apa yang digunakan disekolah ini a. Kurikulum 1994 b. Kurikulum Berbasis Kompetensi 5) Menurut anda bagaimana cam Bapak/Ibu guru menerangkan ma pelajaran ta dengan menggunakan media pengajaran? c. Kurikulam KTSP

68

a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami

c. Sukar dipahami d. Sangat Sukar dipahami

6) Pada waktu anda mempelajari mata pelajaran IPS , apakah Bapak/Ibu guru sering media Pembelajaran? a. Selalu b. Kadang-kadang c. sering d. Tidak Pernah

7) Apakah Bapak/Ibu guru mengajarkan agar anda harus mempunyai Media pembelajaran yang dapat menunjang mata pelajaran IPS? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Sering d. tidak pemah

8) Dengan menggunakan media pengajaran PS , apakah prestasi anda meningkat dalam mata pelajaran IPS? a Meningkat sekali b Meningkat c. tidak meningkat d. menurun

9) Ketika anda mempelajari pelajaran PS , apakah sering menggunakan peta sebagai media pengajaran geografi? a Selalu b Sering c. kadang-kadang d. tidak pernah

10) Berapa nilal rata-rata pelajaran PS anda, setiap diadakan tes terhadap materi pelajaran? a 0-30 b 40-50 c. 60-70 d. 80-90

69

11) Menurut anda bagaiman cara Bapak/ibu guru pada waktu mengajar pelajaran IPS dengan menggunakan Media Pembelajaran? a Sangat baik b Baik c. Kurang baik d. Tidak Baik

12) Menggunakan peta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa bagaimana pendapat anda? a Setuju sekali b Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

13) Bagaimana keadaan kelas anda pada waktu Bapak/Ibu guru mengajar dengan menggunakan media pengajaran? a Tenang sekali b Tenang c. Tidak tenang d. Biasa biasa saja

14) Bagaimana pendapat anda, apabila Bapak/Ibu guru memberikan tugas? a Senang sekali b Kurang senang c. Tidak senang d. Senang

15) Bagaimana Iingkungan sekolah anda dalam kegiatan belajar? a Sangat baik b Balk c. Kurang bak d. kurang baik sekali

70

You might also like