You are on page 1of 66

BAGAIMANA MEMILIH PENERBIT

Beberapa tips dalam memilih penerbit: 1. Kenali penerbit yang dituju, berikut divisi2 mereka, pastikan karya yang kita kirimkan sesuai dengan karakter divisi penerbit tersebut. 2. Cari data tentang penerbit-penerbit sejenis, semakin banyak, semakin banyak pilihan pula bagi kita. 3. Kenali produk yang telah mereka luncurkan, sosok bukunya. kenali kemampuan penetrasi pasar (lihat buku-buku yang telah diterbitkan, sudah berapa kali cetak ulang dan sebagainya, ini cuma satu indikasi), kenali profesionalitas mereka, cari info dari yang telah menulis di sana lebih dulu, untuk mengetahui seberapa jauh penerbit tersebut menghargai karya penulis-penulisnya, dan menunaikan hak royalti dengan baik, kenali pula standar royalti di sana. 4. Kenali keinginan kita tentang buku yang nanti diterbitkan (secara sosok, ukuran, desain dan seterusnya), kombinasikan dengan profesionalitas penerbit tersebut. 5. Langkah ke 4 perlu untuk membuat rank prioritas 1-10 misalnya, kirimkan naskah kita pertama-tama ke penerbit yang kita anggap paling cocok menerbitkan buku-buku kita. 6. Kirimkan naskah dalam bentuk disket dan hard copy, juga dalam bentuk email. Kalau kita menginginkan naskah dikembalikan apabila tidak dimuat, kirimkan juga sebuah amplop kosong yang bertuliskan nama kita dan alamat dan sudah dibubuhi perangko, hingga tidak merepotkan penerbit. 7. Sertakan juga biodata dan kalau ada keterangan tentang karya-karya yang telah dimuat di media mana saja. sertakan sinopsis cerita, sertakan pula karakter tokoh-tokoh dalam cerita, ini akan memudahkan ilustrator nantinya. 8. Rajinlah mengontak penerbit yang bersangkutan, apakah naskah kita sudah mereka terima, tanyakan pula kira2 berapa lama kita harus menunggu. kalau mereka tidak punya jawaban mungkin kita bisa memberikan alternatif (3 bln? 6 bln? 12 bln? tentu disesuaikan dengan posisi bargaining power kita, kalau baru pertama kali, mungkin jangan langsung 'menggetok' penerbit dengan hanya memberi waktu 3 bulan) untuk diketahui, biasanya penerbit perlu waktu 2-3 bulan untuk menerbitkan sebuah buku. 9. Meskipun itu buku pertama kita, gak berarti penulis gak berhak untuk memberikan usul2, atau meminta beberapa terms, selama wajar. misal minta dikabari soal ancer2 kaver, minta ngintip duluan soal endorsment atau sinopsis yang mereka buat, tanya apakah boleh memberi alternatif dari kita sendiri? tentu kalau kita yakin, bahwa endorsment dari kita memang lebih baik. 10. Pintar-pintar menempatkan diri dalam berkomunikasi dengan penerbit. ingat ini kebutuhan simbiosis mutualisme, bukan cuma penerbit yang butuh naskah, tapi pengarang juga butuh diterbitkan. 11. Kalau memang karya kita sudah dipastikan bisa terbit, biasanya surat perjanjian penerbitan ditandatangani setelah naskah mendekati siap cetak. jadi jangan nguber2 dulu sebelum itu. intinya sebelum buku terbit (siap cetak), harusnya kita sudah menerima spp. pastikan anda membaca secara teliti semua pasal-pasal di surat perjanjian penerbitan tersebut, tanyakan kalau ada yang tidak anda mengerti. 12. selama naskah dalam proses (setelah anda kirimkan), sebaiknya tidak menyusahkan penerbit dengan mengirimkan naskah yang sama ke penerbit lain, kecuali memang membuat sistem tender. sering kali terjadi penerbit telah selesai edit dan mau masuk ke lay out naskah, mendadak

pas dihubungi, penulisnya bilang, akan menarik naskah tsb! ini sangat merugikan. kalau anda ingin menarik naskah, lakukan sedini mungkin, batalkan secepatnya semua proses (lihat dulu udah sejauh apa), jangan sampai baru membatalkan ketika penerbit mengontak anda. 13. Klau naskah ditolak? jangan nangis dulu:) minta masukan dari mereka, apa kekurangan naskah yang dikirimkan. perbaiki setelah itu kirim ke penerbit number. 2 (Lhat poin 2-5), atau malah kirim lagi ke penerbit pertama. it's ok, kan sudah diperbaiki, siapa tahu perbaikannya cowok. begitu seterusnya. ada kalanya naskah ditolak bukan karena jelek, tapi berbeda jenis atau tidak sesuai tema yang diusung penerbit ybs. jadi jangan lelah kirim lagi, kirim lagi, kirim lagi. *** *) Tulisan ini diambil dari mailing list Forum Lingkar Pena.

Tips Mengajukan Naskah ke Penerbit


Beberapa waktu lalu saat saya bercerita mengenai Nilai Ekonomi Menulis Buku Pelajaran, salah seorang Sobat SGC mempertanyakan prosedur pengajuan naskah ke penerbit. Karenanya, saat ini saya coba bercerita sedikit pengalaman tentang hal tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diingat untuk mengajukan naskah ke sebuah penerbit, yaitu:
1. Naskah yang akan diajukan ke penerbit merupakan naskah yang sudah benar-benar rampung ditulis dengan kemampaun yang paling maksimal (Ini Wajib), bukan naskah mentah yang belum diolah. Apalagi naskahnya baru ada dalam bayangan. Mimpi kalee . Hal ini bertujuan agar seandainya naskah yang diajukan ternyata disambut baik oleh penerbit, kita tidak akan kelabakan menyelesaikannya, karena memang sudah selesai ditulis. Pernah saya bertemu beberapa penulis yang menawarkan naskah. Mendengar judulnya sieh cukup menarik. Namun, ketika saya serius menanyakannya ternyata penulis tersebut baru punya judul doang! Dasar Jabrig!!! 2. Buatlah kopian naskah yang akan diajukan ke penerbit dengan menampilkan satu atau dua Bab sempurna. Sementara bab yang lain hanya berupa Outline. Naskah yang inilah yang akan diajukan ke penerbit. Hal ini untuk menghindari tindak pencurian naskah. Sebab ada saja penerbit yang suka nakal. Katanya naskah kita tidak layak dan ditolak, namun beberapa lama kemudian ternyata naskah itu diterbitkan. Mungkin saat ada pengajuan naskah, langsung mereka kopi, sedangkan yang aslinya dipulangkan ke penulis. Pencuri kek gini pasti celaka deh!!! Namun, bisa saja kita mengajukan naskah secara lengkap satu buku jika penerbit tersebut sudah terpercaya. Penerbit yang sudah punya nama besar biasanya lebih hati-hati dalam masalah ini. Mereka tidak akan mau celaka karena perbuatan bodoh. 3. Ajukan naskah ke penerbit secara langsung ke Divisi Editorial. Sebaiknya tidak mengajukan naskah melalui POS atau dititipkan kepada orang lain. Hal ini untuk menghindari hilangnya naskah atau tidak sampainya naskah tersebut ke pihak penerbit. Bisa saja kan hal ini terjadi?! Maka dari itu, lebih aman langsung ajukan sendiri dan pastikan Sobat mengantongi surat tanda penerimaan naskah dari penerbit.

4. Naskah yang Sobat ajukan pastinya akan direview oleh pihak penerbit. Hal ini butuh waktu 1 s.d. 3 bulan atau mungkin lebih lama lagi, bergantung pada tingkat kesibukan penerbit. Bersabar dan berdoalah!!! 5. Tanyakan kembali naskah kita ke pihak penerbit pada waktu yang telah dijanjikan oleh penerbit. 6. Sobat boleh mengajukan satu naskah ke beberapa penerbit secara bersamaan (Ini Tambahan aza). Namun, jika naskah tersebut ternyata telah diterima di satu penerbit maka naskah yang diajukan ke penerbit lain harus dibatalkan Kalo pengen lebih aman, ya cukup ajukan ke satu penerbit aza dulu. Kalo nanti ditolak, baru ajukan ke penerbit lain. 7. Jika naskah yang diajukan sudah positif diterima, barulah di situ mengadakan negosiasi dengan penerbit mengenai sistem jual beli naskah tersebut. Apakah sistem royalti atau jual putus? Itu terserah pilihan Anda!

Strategi Ngeblog
MEMBUAT blog itu sangat mudah dan murah. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Technorati pada tahun 2007, setiap hari ada lebih dari 120.000 blog baru. Angka ini mengisyaratkan satu hal: PERSAINGAN KETAT! Itu sebabnya jika saat ini Anda akan membuat blog, maka Anda harus membuat blog yang menonjol di antara kerumunan blog yang ada. Jika tidak, maka sedikit orang yang akan meminati blog Anda. Buat apa susah-susah membuat blog jika tidak ada yang mengaksesnya? Sebelum melangkah lebih jauh, sebaiknya Anda memeriksa diri lebih dulu apakah Anda memang cocok untuk memiliki blog atau tidak. Caranya dengan mengecek kesukaan Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Apakah Anda Suka Berselancar di Dunia Maya? Untuk menjadi penulis blog yang baik, Anda harus menyisihkan banyak waktu untuk menjelajahi dunia internet. Ngeblog tidak berhenti setelah Anda selesai menulis dan mempublikasikannya. Anda masih punya tanggungjawab untuk mempromosikannya, menjawab komentar-komentar dari pengunjung, memperbaiki tulisan, dan mencari topik untuk tulisan berikutnya. Hal ini membutuhkan dedikasi dan komitmen untuk memberikan waktu, perhatian dan dana untuk beraktivitas di dunia internet. Jika Anda sangat menyukai dunia internet, maka Anda akan sangat menikmati aktivitas ngeblog. Apakah Anda Suka Menulis? Jika Anda tidak memiliki kerinduan untuk menulis, maka ngeblog tidak cocok untuk Anda. Sebagian besar aktivitas ngeblog adalah menulis, baik itu membuat tulisan baru, memberi komentar pada tulisan orang lain, menanggapi komentar orang lain pada tulisan Anda atau pun mendiskusikan topik tertentu. Jika Anda merasa belum mahir menulis, Anda tidak perlu khawatir karena keahlian menulis itu dapat dipelajari dan dilatih. Yang terpenting adalah Anda memiliki kerinduan (passion) untuk menulis.

Apakah Anda Suka pada Topik Tertentu? Anda harus benar-benar menyukai topik tertentu, sehingga Anda terdorong untuk membagikannya kepada orang lain, membujuk orang untuk mengaksesnya dan membuat mereka kembali lagi pada blog Anda di lain waktu. Jika Anda tidak memilikinya, maka Anda akan kesulitan untuk mengembangkan blog Anda. Dengan memiliki topik yang Anda sukai, maka setiap kali Anda log in, maka Anda melakukannya dengan senyum mengembang. Sebagai contoh, Anda menyukai alam dan memiliki hobi berpetualang. Dengan menetapkan penyelamatan alam sebagai topik blog Anda, maka Anda akan memiliki segudang bahan tulisan untuk ditambahkan pada blog Anda. Apakah Anda Suka Berdisiplin? Jika Anda menghendaki agar blog Anda menonjol, maka Anda harus berdisiplin dalam merawat dan memelihara blog Anda. Anda harus memberikan komitmen waktu, pikiran, dan dana untuk ngeblog, dan berdisiplin untuk menepatinya. Apakah Anda Suka Mengungkapkan Pendapat dan Gagasan? Sebagai seorang blogger, maka Anda harus berani mengungkapkan pendapat Anda pada seluruh komunitas maya. Dalam dunia maya ini kita memang dimungkinkan untuk menyembunyikan identitas kita yang sebenarnya. Kita dapat mempublikasikan berbagai pendapat dan komentar menggunakan berbagai nama samaran. Namun karena kita akan bermaksud menyampaikan kabar baik, maka kita pun harus menunjukkan niat yang baik juga. Dalam hal ini kita perlu memberikan identitas yang sejujurnya. Intergritas dari pemberi pesan akan mempengaruhi penerimaan pesan yang disampaikan. Jika identitas seseorang belum jelas, maka si penerima pesan cenderung ragu-ragu untuk menerima pesan yang disampaikannya. Itu sebabnya, Anda harus suka mengungkapkan pendapat Anda secara terbuka, tanpa menggunakan identitas samaran. Apakah Anda Suka Belajar Hal Baru dan tidak Alergi pada Teknologi? Kegiatan ngeblog membutuhkan pengetahuan tentang dunia internet dan penguasaan program komputer. Teknologi cyber mengalami perkembangan yang pesat. Untuk itu kita harus bersedia untuk belajar pada hal-hal yang baru. Jika Anda merasa tidak menguasai seluk-beluk komputer, Anda tidak perlu khawatir. Dari hari ke hari, teknologi komputer dikembangkan supaya semakin ramah kepada pengguna (user friendly). Yang penting Anda memiliki kesediaan untuk belajar. Dengan mengikuti perkembangan teknologi, maka blog Anda akan tetap eksis. Apakah Anda Suka pada Tantangan? Pemilik blog harus berani mengambil risiko untuk mengembangkan blognya sehingga diakses oleh banyak orang. Dia memandang hambatan sebagai peluang untuk menjajal kemampuannya dan untuk belajar hal-hal yang baru. Adrenalinnya memuncak setiap kali melihat ada tantangan yang dapat meningkatkan kualitas blognya.

Jika Anda memberikan jawaban ya pada pertanyaan-pertanyaan di atas, maka blog memang untuk Anda. Untuk lebih memantapkan tekad Anda, maka berikut ini disajikan sembilan manfaat yang diperoleh dengan ngeblog: 1. Untuk Menunjukkan Sikap dan Pendapat Anda Anda mungkin memiliki sikap dan pendapat terhadap sesuatu. Namun tidak semua media massa bersedia memuat sikap dan pendapat Anda ini. Blog memberi keleluasaan kepada Anda untuk melakukannya. 2. Untuk Memasarkan atau Mempromosikan Sesuatu Blog dapat digunakan untuk memasarkan atau mempromosikan karya Anda. Tidak hanya berupa benda, tapi bisa juga berupa jasa. Misalnya, jasa konsultasi perpajakan, jasa servis alat elektronik, jasa pengiriman dll. Selain itu juga dapat Anda manfaatkan untuk menawarkan pelayanan Anda. Misalnya, konseling, panggung boneka, pemutaran film, tempat retret, dll. 3. Untuk Menolong Orang Lain Ada banyak blog yang ditulis untuk menolong orang yang berada dalam kesulitan. Biasanya blog ini ditulis oleh orang yang pernah mengalami situasi tersebut. Misalnya blog untuk menolong pecandu narkoba, merokok atau minuman keras. Ada juga blog yang ditulis oleh orangtua yang memiliki anak autis, penderita kanker, pengidap HIV/AIDS, dll. 4. Untuk Memantapkan Kepakaran Blog dapat menjadi sarana seseorang untuk memantapkan kepakarannya di bidang tertentu. Misalnya, seorang pakar arkeologi rajin menampilkan tulisan-tulisannya menyangkut sejarah Indonesia. Dengan semakin banyak orang yang membaca tulisannya, maka semakin banyak orang yang tahu tentang kepakarannya di bidang tersebut. 5. Untuk Menjalin Hubungan dengan Orang Lain Blog dapat membantu kita berhubungan dengan orang lain yang tinggal di tempat yang sangat jauh. Kita tidak mungkin bertemu dengan mereka satu demi satu secara fisik. Namun dengan blog, kita dapat bertukar pikiran, tegur sapa dan memberi kabar kepada mereka. Kita dapat memiliki kenalan baru atau bahkan bertemu kembali dengan teman yang sudah lama tidak bertemu. 6. Untuk Mempengaruhi Orang Banyak Sebagai media komunikasi, blog dapat digunakan untuk mempengaruhi orang banyak dan membentuk pendapat umum. Namun hal tersebut tergantung pada kepiawaian Anda dalam mengemas pesan sehingga khalayak sepakat dengan pendapat Anda. Ini melibatkan teknik persuasi. Jika Anda ingin mengubah situasi sosial, Anda bisa memulainya dengan ngeblog.

7. Untuk Menambah Pengetahuan Bagaimana mungkin ngeblog bisa menambah pengetahuan? Bukankah kita yang justru memberi pengetahuan kepada orang lain dengan menulis di blog? Secara sekilas poin ini mungkin agak membingungkan. Maksudnya begini: Untuk menambahkan informasi yang bermanfaat kepada orang banyak, kita pun dituntut untuk selalu memutakhirkan pengetahuan kita. Sebuah teko tidak dapat mengisi gelas dengan air jika dirinya tidak mendapat pasokan air. 8. Untuk Menghasilkan Uang Hal yang patut dipahami bahwa blog tidak otomatis menghasilkan uang. Namun kegiatan dari ngeblog ini dapat menciptakan peluang untuk menghasilkan uang. Salah satu metode yang sudah sangat dikenal adalah dengan memasang ad sense oleh Google. Dengan memasang iklan yang disediakan oleh Google di blog Anda, maka Google akan membayar pada Anda jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode lainnya adalah dengan mencari sendiri pemasang iklan di blog Anda. Semua usaha ini dapat berhasil jika blog Anda dibaca oleh banyak pengunjung. Karena itu, Anda harus bekerja keras merebut perhatian para penjelajah di internet. 9. Untuk Bersenang-senang Banyak orang yang mulai ngeblog karena iseng saja. Mereka membuat blog hanya untuk bersenang-senang dan menyalurkan kreativitas mereka. Misalnya, ada blogger yang memiliki hobi menggambar kartun. Daripada tersimpan sia-sia, maka dia memajang hasil karyanya itu di blog. *** Apa pun motivasi dalam ngeblog, Anda perlu membuat rencana strategis supaya blog Anda tidak tenggelam di antara lautan blog. Dalam kehidupan nyata, Anda tidak akan keluar dari rumah tanpa menetapkan kemana akan pergi dan menggunakan apa. Demikian juga dalam membuat blog, Anda harus menetapkan tujuan dengan jelas. Dengan begitu, Anda tidak akan kebingungan karena setiap aktivitas Anda dalam ngeblog dipandu oleh rencana strategis ini. Entah Anda masih baru atau sudah lama memiliki blog, Anda perlu berhenti sejenak untuk merumuskan rencana strategis. Proses ini hanya berlangsung singkat, tidak lebih dari 30 menit tergantung keseriusan Anda dalam melakukannya. Keberhasilan dan kegagalan blog Anda akan sangat dipengaruhi oleh faktor ini. Orang bijak berkata: Orang yang gagal membuat rencana itu berarti sudah membuat rencana untuk gagal. Dalam dunia jurnalistik rumus 5W + 1H ini sudah sangat terkenal dan merupakan elemen dasar dalam penulisan berita. Kita dapat meminjam rumus ini membuat rencana strategis blog kita. Who (Siapa) yang menjadi sasaran blog?

Tetapkan dengan jelas siapa (orang) yang akan membaca tulisan Anda? Caranya dengan melakukan analisis demografis dan analisis psikografis audiens atau khalayak. Yang dimaksud demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Sedangkan analisis demografi dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Dengan analisis demografis ini, Anda perlu mengumpulkan informasi-informasi demografis audiens Anda, yang mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan dan, tempat tinggal. Berbekal informasi ini, Anda dapat mengenal audiens Anda sehingga lebih mudah mengemas pesan yang sesuai dengan mereka. Misalnya, audiens Anda memiliki data demografis berikut: Umur: 20-40 tahun; Jenis kelamin: laki-laki 45 %, perempuan 55%; Pendidikan: SMA; Tempat tinggal: kota. Berdasarkan informasi tersebut, kita dapat mengemas tulisan yang menyentuh kehidupan perempuan atau pria dewasa yang tinggal di perkotaan, dengan tingkat pendidikan minimal SMA. Sedangkan analisis psikografi digunakan untuk mengetahui karakteristik psikologis audiens berdasarkan dua variabel, yaitu gaya hidup dan kepribadian. Gaya hidup adalah mode kehidupan seseorang yang meliputi aktivitas dan minat mereka. Selain gaya hidup, kita dapat memahami perilaku audiens dengan mengetahui kepribadiannya. Dibandingkan dengan gaya hidup, kepribadian dapat menunjukkan pola hidup yang lebih konsisten dan ajeg. What (Apa) yang akan Anda sampaikan kepada khalayak? Hal ini menyangkut pesan yang Anda sampaikan kepada orang banyak. Ibarat orang yang sedang berjualan, pesan adalah barang dagangan Anda. Jenis barang yang Anda jajakan akan mempengaruhi keputusan orang lain untuk membelinya dan kembali lagi ke toko Anda di lain waktu. Where (dimana) Anda akan menempatkan pesan itu? Tentu saja di dalam blog. Meski begitu, ada berbagai jenis blog yang ada. Ada yang gratisan maupun berbayar. Anda perlu menentukan jenis blog yang sesuai dengan jenis pesan dan khalayak yang Anda tuju. Ada blog yang digemari remaja, ada blog lain yang digemari oleh golongan yang lebih dewasa. When (kapan) Anda akan mengurus blog Anda? Hal ini menyangkut kebiasaan Anda untuk ngeblog. Anda harus memutuskan seberapa banyak Anda menyisihkan waktu untuk ngeblog. Misalnya, setiap hari selama satu jam, atau setiap akhir pekan. Terserah pada komitmen dan pengaturan waktu Anda. Why (mengapa) Anda membuat blog ini?

Anda harus memiliki alasan yang jelas di dalam membuat blog. Anda perlu bertanya pada diri sendiri: Untuk apa aku mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan uang untuk ngeblog? Apakah ini akan membantu aku mencapai tujuan yang telah ditetapkan Tuhan bagiku? How (Bagaimana) Anda akan mencapai tujuan itu menggunakan strategi ini?

Semua Orang Punya Peluang Sama Menjadi Penulis Buku


Semua Orang Punya Peluang Sama Menjadi Penulis Buku Industri penulisan khususnya penulisan buku, sama uniknya dengan industri musik. Kata mereka yang sudah lama berkecimpung di bisnis ini, Tidak ada perusahaan besar yang bisa membunuh perusahaan kecil. Begitu pula sebaliknya, pikir saya. Tak ada perusahaan kecil yang akan mampu menggulung perusahaan kecil. Jika ditarik ke industri penulisan buku, maka kira-kira begini bunyinya, Tak ada penulis besar yang akan membunuh penulis kecil (pemula), dan begitu pula sebaliknya. Kira-kira lagi (karena tak ada yang pasti) begini analisisnya. Ketika kita memutuskan membeli sebuah kaset atau CD, apa yang menjadi pertimbangan utama? Jawabannya mungkin saja, penyanyinya, atau lagunya, atau liriknya atau alasan lainnya. Untuk yang fanatik, bisa jadi memilih karena penyanyinya. Tapi bagi mereka yang tidak fanatik, biasanya yang penting lagunya enak yang menjadi alasan. Demikian pula di industri penulisan buku. Apa sih yang menjadi alasan kita memutuskan membeli sebuah buku? Apakah karena penulisnya? Atau karena tema dan isinya? Atau mungkin karena judulnya yang provokatif dan sampulnya yang menarik? Ya, semua itu mungkin saja menjadi alasan. Sebuah survey di Amerika Serikat satu dekade silam, menunjukkan hasil yang membuat lega para penulis pemula. Hasilnya adalah (kira-kira): 1. 40% membeli buku karena TEMA-nya. 2. 20% membeli karena reputasi penulisnya. 3. Sisanya membeli karena judulnya, disain sampulnya, tata letak halamannya dan lain-lain. Kesimpulannya adalah laku atau tidaknya sebuah buku, penentu utama bukanlah reputasi penulisnya, melainkan temanya. Memang benar, keterkenalan penulis berpengaruh, tapi angkanya jauh di bawah kekuatan tema. Jika penulis berreputasi menulis tema yang tidak menarik, kemungkinan besar bukunya tidak akan laris. Sebaliknya, jika ada penulis baru yang mampu menghadirkan buku dengan tema menarik dan berkualitas, pastilah bukunya akan laku. Sudah banyak contoh yang bisa menjadi pelajaran buat kita. Misal, Andrea Hirata penulis buku Laskar Pelangi. Buku itu adalah buku pertama yang ditulisnya dan langsung menjadi buku teramat laris. Padahal, siapa yang mengenal nama penulisnya sebelum buku itu meluncur? Atau

Valentino Dinsi, penulis buku Jangan Mau Seumur Hidup jadi Orang Gajian. Itu adalah buku pertamanya yang langsung terjual lebih dari 200 ribu eksemplar selama lebih dari 3 tahun beredar. Jadi, siapapun Anda dengan latar belakang apapun, sudah berpengalaman atau belum, punya peluang yang sama menjadi penulis buku laris! Yang penting ada kemauan untuk belajar dan berkarya. Selamat menulis!

Jadi Penulis Fiksi? Gampang, Kok!


Bob Sadino adalah salah satu orang yang banyak menginspirasi saya dalam menjalani hidup. Begitu sederhana, mudah, mengalir, tanpa rencana, bahkan seperti tanpa memikirkan secara ribet segala sesuatunya.

Dalam salah satu inspirasi yang diberikannya, Bob mengatakan, yang lebih kurang intinya:

TIDAK HARUS SEGALA SESUATU ITU DIMULAI DENGAN IDE. BISA JADI DIMULAI DENGAN SATU LANGKAH. KALAU SAYA INGIN MELAKUKAN SESUATU, SAYA LANGSUNG MELANGKAH.

Melakukan sesuatu tidak harus selalu dimulai dengan ide, tapi dengan satu tindakan, satu langkah. Alangkah mudahnya hal ini dilakukan oleh siapapun.

Berpikir, membicarakan, merencanakan, mengkalkukasi, dan tetek bengek segala sesuatunya sebelum melangkah, sering kali lebih memusingkan daripada melangkah itu sendiri.

Begitu pula dalam menulis. Kalau kita sibuk memikirkan, merencanakan, membicarakan, mengkalkulasi, dll yang berkaitan dengan penulisan, lalu kapan menulisnya? Kapan kita akan duduk manis di depan laptop untuk menulis?

Sering pula saya menghadapi kenyataan; saya tidak tahu apa yang akan saya tulis. Di saat seperti inilah, sebuah tantangan menjadi begitu membuat jiwa bersemangat. Saya mengingat inspirasi Bob Sadino.

MEMULAI DENGAN SATU LANGKAH. MULAI MENULIS. Lalu, seperti sebuah keajaiban. Apa yang hendak saya tulis muncul sendiri satu per satu, kata demi kata, paragraf demi paragraf dan akhirnya naskah itu menyelesaikan dirinya sendiri. Tanpa saya tahu dari mana jalinan kata-kata tersebut terangkai.

TINDAKAN MENCIPTA KEAJAIBAN. Jadi, ketika menghadapi begitu banyak pertanyaan dari orang-orang yang mau menulis, tapi masih ribut ini itu dan segala tetek bengek penulisan (judul, tema, tokoh, materi, dll), saya hanya mengatakan:

MULAI SAJA MENULIS. OTOMATIS TULISAN ANDA AKAN MENGATUR DENGAN SENDIRINYA. Tidak mudah memang. Tapi ini bisa dilatih, dibiasakan jadi satu tindakan yang permanen. Kalau mau menulis meskipun mungkin kita tidak banyak tahu tentang penulis, menulis saja. Keberanian memulai, semangat, dan kerja keras saat awal jauh lebih berharga daripada orang yang sibuk bicara ini itu, tapi tidak berbuat dan tidak melangkah.

Menulis di Media Massa itu Tidak Sulit!


Sejak dulu saya yakin bahwa kalau saya melempar sekumpulan kata-kata ke angkasa, semuanya akan jatuh kembali dalam susunan yang benar Truman Capote Ada sebuah hitungan matematis yang dapat menggairahkan dunia tulis-menulis: misalkan seorang penulis dalam satu minggu dapat menghasilkan tiga tulisan yang dimuat di media nasional. Maka, dalam satu bulan penulis tersebut berkarya sebanyak 12 tulisan (artikel). Honor per tulisan di media nasional berkisar antara Rp. 200.000 sampai Rp. 600.000. Misalkan kita ambil tengah-tengahnya (Rp. 400.000) untuk honorarium setiap artikel, maka penghasilan penulis perbulannya Rp. 4.800.000. Angka ini merupakan pendapatan yang cukup besar untuk ukuran orang Indonesia. Bahkan, angka ini melebihi gaji seorang profesor di perguruan tinggi. Sungguh angka yang tidak mengecewakan! Tapi, untuk menjadi penulis profesional banyak hal yang perlu disiapkan. Diawal tulisan ini, sengaja saya mengutip pernyataan Truman Capote. Saya tidak tahu siapa Truman Capote. Apakah dia seorang penulis hebat? Yang jelas, pernyataannya mengisyaratkan kalau menulis itu adalah pekerjaan yang sangat mudah. Mengapa tidak setiap orang bisa menulis? Pertanyaan inilah yang membawa saya pada suatu kesimpulan bahwa untuk menjadi penulis memang perlu memperhatikan beberapa kata kunci. Dunia tulis-menulis tidak dapat dipisahkan dengan ide dan orisinilitas. Modal dasar seorang penulis adalah kepekaan dan sikap kritis berhadapan dengan teks kehidupan, entah teks tertulis maupun teks yang tidak tertulis. Dari sini penulis mendapat ide dan inspirasi, lantas mengelolanya menjadi karya tulis. Penuangan ide menjadi karya tulis menuntut ketreampilan dan melalui proses yang terus menerus (kontinu). Menulis adalah proses latihan dan mencoba terus menerus. Kemampuan menulis ibarat mata pisau, agar tidak berkarat mata pisau harus dipakai

dan diasah terus menerus. Selain proses yang terus menerus, seorang penulis pemula diberikan kebebasan untuk belajar pada penulis tenar yang ia kehendaki. Kita dapat belajar dari penulis tenar seperti: Karl Marx, Sigmund Freud, Soedjatmoko, Pramudya Ananta Toer, Goenawan Mohammad, William lidle, Abdurrahman wahid, Nue Cholish Madjid, Jalaludin Rachmat, Jaya Suprana, Putu Wijaya, Emha Ainun Nadjib, dan penulis-penulis hebat lainnya. Namun begitu, langkah ini harus dijauhkan dari tindak plagiasi. Hakim menambahkan, seorang penulis yang berorientasi pada nama besar dan honorarium serta imbalan sebanyak-banyaknya tidak akan menjadi penulis besar dan berpengaruh. Selain ide yang baru dan orisinilitas tulisan, seorang penulus pemula yang ingin tulisannya dimuat di media massa harus memperhatikan betul karakter media yang ingin dituju. Kita mesti rajin memantau kecenderungan artikel di media tersebut. Meskipun sama-sama bernama artikel, kadang ada nuansa perbedaan antara satu media massa dengan media massa yang lainnya. Perbedaan itu misalnya dalam hal panjang pendeknya, dalam hal pilihan temanya, dalam hal selera penuangan serta ungkapan bahasanya, dalam hal ide dan gagasannya, dan lain-lain. Kisah di sekolah Masih melekat dalam ingatan saya, delapan tahun yang lalu saya mengenakan seragam abu abuputih. Orang bilang, saya beranjak dewasa. Saya tidak tahu pasti apa makna kedewasaan. Yang jelas waktu itu saya suka sendiri menulis puisi. Biarlah orang bilang saya pemuda cengeng. Yang pasti, dengan menulis puisi saya mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin didapat orang lain. Dengan menulis, dari segi materi, saya memang merugi. Karena karya-karya itu hanya saya nikmati sendiri, dan tidak pernah menghasilkan uang. Bahkan, waktu untuk mengerjakan PR dari Bapak-Ibu guru sering melayang begitu saja untuk menulis. Saya tidak tahu sudah berapa rupiah jika waktu yang saya gunakan untuk menulis itu diuangkan. Dan, anehnya saya tidak pernah merasa rugi. Tiga tahun di SMA saya habiskan tanpa ada sesuatu yang istimewa. Setiap hari saya datang ke sekolah, pulang, kadang main ke rumah teman, dan esoknya saya kembali lagi ke sekolah. Rutinitas itu kadang terasa menjemukan. Tapi saya tahu, memang begitulah sekolah. Duduk manis mendengarkan pelajaran, mencatat hal-hal yang menurut saya penting, jika tidak tahu mengacungkan tangan bertanya pada guru. Saya tidak pernah membayangkan suatu saat nanti saya akan jadi penulis. Suatu hari saya berjalan sendirian di pinggir jalan dekat pasar. Ada pedagang yang sepi pembeli menggelar dagangannya. Maklum, dagangan itu memang tidak terlalu penting untuk dibeli. Buku loakan yang sebagian mengeluarkan bau tak sedap, mana mungkin menjadi komoditi yang dicari orang. Diam-dian hati saya tertarik pada benda rongsokan itu. Saya lihat buku bersampul kuning judulnya Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 karya H. B. Jassin. Disebelahnya, buku bersampul hijau dengan tulisan besar-besar Pengajaran Gaya Bahasa karya Henri Guntur Tarigan. Dua buku itu harganya seribu. Apalah artinya uang seribu. Kubeli buku itu tanpa tawarmenawar. Kecintaan saya pada dunia sastra semakin meningkat. Tapi, di sekolah saya malah memilih jurusan IPA. Jadi, kalau sekarang saya bisa menulis, semua itu saya dapat secara otodidak. Saya percaya kalau buku itu sumber ilmu. Dengan membacanya kita akan kaya dengan sendirinya. Pernah saya memutuskan untuk aktif dalam ekstra jurnalistik di sekolah saya. Saya ingin minat saya dalam dunia tulis menulis tersalurkan dengan baik. Kadang saya merasa iri dengan teman saya yang tulisannya nongol di majalah sekolah (majalah KHARISMA). Tapi, semua keinginan

saya itu tidak pernah kesampaian. Saya tetap menulis untuk diri saya sendiri dan tidak pernah dipublikasikan. Kalaupun ada orang lain yang membaca tulisannya saya itu sebatas teman dekat dan orang-orang tercinta. Pendek cerita tulisannya saya belum ada yang dipublikasikan di media massa. Bahkan, mimpi untuk menjadi penulis pun belum terbayang dalam benak saya. Ketika saya duduk di bangku kuliah, momen terindah dalam hidup saya terjadi. Tulisan saya dimuat dalam tabloid kampus. Saya merasakan kebahagiaan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Ah, benar-benar indah. Disamping itu, saya juga mendapatkan sejumlah uang yang belakangan hari saya tahu kalau setiap tulisan yang dimuat di media massa akan mendapatkan honorarium. Dan sekarang dunia saya benar-benar berubah. Biaya hidup saya, biaya kuliah, dan biaya-biaya yang lain justru saya dapat dari menulis. Ternyata, menulis yang dulu saya anggap sebagai pekerjaan sia-sia kini berfungsi sebagai penyambung hidup saya. Sesekali saya masih teringat kisah di SMA: saya sering sendiri sambil menulis puisi. Jangan dikira saya bisa menghilangkan kebiasaan saya itu, saat-saat tertentu saya masih suka sendiri sambil menulis. Bukan hanya puisi, sebab hidup ini tidak cukup diselesaikan dengan puisi. Menulislah sekarang juga! Paparan dalam tulisan ini barangkali tidak cukup ampuh untuk membangkitkan motifasi menulis Anda. Saya tahu, satu-satunya orang yang dapat memacu semangat anda adalah diri anda sendiri. Satu hal yang perlu digarisbawahi: ketika kita mencoba untuk menunda kegiatan menulis kita, maka selamanya kita tidak akan menulis. Seperti yang dikatakan Comte, jika kita melempar kata-kata ke angkasa maka kata-kata tersebut akan tersusun dengan sendirinya dalam susunan yang benar. Itu artinya, jika kita dengan sungguh-sungguh menuliskan barang satu kalimat saja maka kalimat tersebut akan menjadi kalimat terindah dalam hidup kita. Saya yakin Anda punya cukup banyak waktu untuk menulis. Maka menulislah sekarang juga, dan rasakan betapa bahagianya hati kita setelah menulis. Anda tidak percaya? Silahkan mencobanya sendiri! M. Haninul Fuad adalah penggiat Taman Baca, sedang melanjutkan studi di Univ. Negeri Malang

Penyebaran Virus-K di Kalangan Pelajar


Oleh: Maharani, siswi SMAN 5 Semarang

Saat ini dunia menjalani era industri gelombang keempat, industri yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian bangsa. John Howkins menambahkan bahwa era industri kreatif ini merupakan lanjutan dari era informasi. Penegasan ini tertulis dalam bukunya yang berjudul The Creative Economy (2001). Produk yang kreatif dan inovatif tersebutlah yang akan survive di era perdagangan bebas.

Apabila industri kreatif dapat diimplementasikan di Indonesia secara menyeluruh, bukan tidak mungkin akan mendongkrak pertumbuhan perekonomian Indonesia di tengah menipisnya sumber daya alam Indonesia akibat eksploitasi secara besar-besaran yang dilakukan perusahaan besar tanpa diiringi pembaharuan sumber daya alam. Dengan menipisnya SDA Indonesia akan mendorong pemerintah untuk mengimpor bahan baku, dan hal itu akan mengakibatkan melemahnya pasar domestik. Dalam hal ini produsen dituntut untuk memikirkan bagaimana caranya memanfaatkan barang seadanya hingga mampu menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai estetika dan nilai manfaatnya yang tinggi. Dengan demikian akan menghasilkan nilai jual yang tinggi dan dapat menguatkan pasar domestik. Banyak pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa penghambat berkembangnya industri kreatif ialah berkembangnya teknologi dan informasi secara cepat. Namun penulis beranggapan hal itu bukanlah suatu yang menjadi penghambat, melainkan suatu peluang yang harus di manfaatkan seefisien mungkin. Berkembangnya teknologi dan informasi dapat di jadikan peluang dalam proses distribusi suatu produk. Teknologi informasi memberikan paradigma baru mengenai pola interaksi, market place, dan jaringan informasi dengan efisiensi tinggi. Kemampuan teknologi informasi dalam melampaui batas-batas dimensi konvensional yang mencakup dimensi ruang dan waktu terefleksikan dalam pesatnya perkembangan internet (Muhadi, 2000). Menurut The Internet Economy Indicator (2000), nilai ekonomi internet tercatat sangat besar (lebih dari 850 milliar dollar). Menurut Intel Capital Director-South East Asia-Intel Asia Pasific, Deepak Natarajan, saat ini pasar yang cukup potensial untuk industri kreatif adalah konsep media online. Perkembangan pesat industri kreatif yang terjadi di seluruh dunia saat ini menuju ke arah media online. Berawal dari hobi, kemudian berkembang menjadi sebuah industri kecil-kecilan yang dapat diterapkan oleh kalangan pelajar. Mengapa dalam hal ini penulis menekankan pada pelajar? Tentunya karena pelajar merupakan cerminan pemimpin bangsa yang akan datang. Selain itu jiwa kewirausahaan harus ditanamkan sejak dini agar kedepannya tidak ada penambahan angka pengangguran akibat tekanan arus persaingan industri yang tentunya semakin kuat. Dengan dilatihnya kewirausahaan sejak dini maka akan membentuk suatu pribadi pengusaha yang bermental tangguh. Sebagai contoh penulis memiliki seorang teman sekolah yang dapat dikatakan pengusaha. Mengapa begitu? Karena dirinya sudah menerapkan kedua konsep yang telah disebutkan oleh penulis sebelumnya, dia memproduksi kalung dan sepatu lukis dengan modal awal yang ia pinjam dari orang tuanya, kemudian ia menekuni bidang tersebut hingga saat ini ia dapat mengembalikan pinjamannya kepada orang tuanya, dan usahanya semakin berkembang. Hal itu berawal ketika dirinya tak sengaja memperhatikan orang-orang sekitarnya yang memakai kalung terkesan standar, hingga pada suatu saat ia menemukan bahan baku pembuat kalung yang belum banyak dimanfaatkan oleh produsen kalung. Bahan baku tersebut dikenal dengan sebutan hamabeads. Kemudian ia mencoba mengolah hingga membentuk suatu kalung yang terbilang unik, dan ia menjualnya dengan harga Rp. 15.000-Rp. 25.000,00 tergantung dengan besar

kecilnya kalung serta pemilihan warnanya, dan untuk sepatu lukis ia mematok harga Rp. 80.000 Rp. 90.000,00 sesuai tingkat kerumitan desain lukisannya. Ternyata hasil produksinya dapat diterima lingkungan sekitar, hingga pada akhirnya ia memasarkan melalui jejaring sosial dan omset penjualannya meningkat. Berdasarkan sepenggal kisah usahanya tersebut, dapat menginspirasi kita ada beberapa hal yang penting dalam berbisnis industri kreatif bidang fesyen ini, diantaranya: 1. Perlunya pengamatan terhadap lingkungan sekitar sebagai sarat inspirasi kita akan desain produk yang akan diproduksi kemudian dikembangkan, serta pentingnya menganalisis karakteristik produk yang diinginkan konsumen agar target marketnya sesuai sasaran. 2. Perlunya kejelian dalam pengambilan keputusan dan menganalisis sistem pemasaran yang sering di sebut 4P (Product, Price, Promotion, dan Place). 3. Diperlukan ketelitian yang sangat tinggi, dikarenakan bisnis tersebut menggunakan bahan baku yang tergolong kecil, dan proses produksi sangat membutuhkan ketelitian, diantaranya saat merangkai hamabeads menjadi sebuah kalung yang lucu dan unik, serta saat melukis disebuah sepatu yang kecil tentunya harus memiliki sifat yang sabar dan teliti. Selain 3 poin penting yang telah dijabarkan penulis, tentunya produsen harus menjaga orisinalitas dalam desain produknya sehingga konsumen tetap tertarik pada hasil produksinya tersebut, karena desain yang berbeda dari pasaran itulah yang akan mengangkat citra produk dan nilai jualnya. Namun dibalik itu semua kita sebagai pemuda yang kritis dan inovatif harus kembali kepada prinsip usaha kita tersebut. Pada zaman seperti ini banyak orang yang mengidealkan bahwa segalanya untuk uang namun jangan pernah terlintas dipikiran kita untuk mengahalalkan segala cara agar mendapatkan uang. Contohnya, produsen membuat produk dengan kuantitas sebanyak-banyaknya tanpa melihat kembali kualitas yang terkandung dalam produk tersebut. Karena hal itu menyebabakan pelaku industri tersebut hanya sebagai angin lalu dengan gebrakan harga murah, sale besar. Industri ini tergolong industri yang sangat berpotensi apabila diterapkan di kalangan pelajar, namun tentunya banyak keluh kesah yang dihadapi oleh mereka. Secara singkat, berdasarkan hasil wawancara ke beberapa pelajar pelaku industri kreatif bidang fesyen, mereka mengaku bahwa kendala yang sering kali ia rasakan yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku yang bermutu di daerah kota Semarang, serta keterbatasan skill yang mereka miliki. Melihat kenyataan itu, penulis bermaksud menyalurkan pemikirannya untuk membantu menyelesaikan problematika yang dihadapi para pelaku usaha tersebut dengan adanya SINERGI TRIPLE HELIX Untuk mengatasi permasalahan di atas, seharusnya pemerintah memberikan regulasi yang mempermudah segala kegiatan produksi. Kurangnya ketersediaan bahan baku merupakan hal yang sangat ironis mengingat Semarang yang sempat mendapatkan predikat Semarang Pesona Asia merupakan salah satu daerah yang besar namun untuk permasalahan pariwisata dan industri kurang begitu menonjol. Oleh karena itu pemerintah perlu membentuk suatu tempat seperti pasar seni Ancol. Hal ini bertujuan agar lebih membuka ruang bagi para pelaku industri

kreatif bertukar pengalaman dan pusat hasta karya seperti yang digelar di balai kota Semarang beberapa waktu yang lalu, karena semakin banyak event yang digelar maka semakin luas pula pasaran produk tersebut. Selain itu, perlunya perbaikan kurikulum di jajaran sekolah meningkat keatas maupun kejuruan. Kurikulum yang berbasis kreativitas guna menggali potensi siswa yang dimiliki dalam bidang kerajinan. Seperti halnya pemberlakuan pelajaran membatik, hal itu sangat diperlukan mengingat batik merupakan ikon dari Jawa Tengah maka harus dilestarikan agar generasi selanjutnya dapat membatik secara benar walaupun membatik/melukis. Workshop dan seminar dengan tokoh pembicara yang karismatik sangat penting diselenggarakan sebagai rangsangan agar para pelajar lebih tertarik untuk mencoba industri kreatif. Terlebih lagi apabila pada akhir acara terdapat momen pemberian award bagi pelajar yang telah sangat berperan penting dalam pengembangan industri kreatif bagi para pelajar di Kota Semarang sebagai apresiasi pemerintah terhadap pelaku usaha tersebut. Selain itu hendaknya para kaum cendikiawan lebih banyak membantu meningkatkan industri fesyen kreatif ini dengan cara memperbanyak buku terjemahan sebagai literatur pengembangan fesyen, membangun pusat studi, informasi, dan teknologi bidang fesyen. Serta membantu pemerintah dengan cara menyusun sistem pendidikan bidang fesyen yang kebih diarahkan sebagai pendidikan eksplorasi diri. *

Menyiasati Peluang Diterbitkan (3)

3. Mengenal Visi dan Missi Media Massa Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. (QS. Fathir: 19). Setiap surat kabar dan majalah mempunyai visi atau pandangan dan mempunyai arah kebijaksanaan atau misi tertentu yang berbeda. Warna tulisan yang diinginkan dari para penulis artikel, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi yang diemban media cetak tersebut. Artinya, seorang harus fleksibel, mengetahui dengan jelas artikel seperti apa yang diinginkan suatu media. Majalah atau surat kabar yang mempunyai misi atau visi kesehatan, menginginkan artikel tentang kesehatan dan sudah tentu menolak artikel-artikel

yang keluar dari visi dan misinya itu. Surat kabar yang mempunyai visi atau misi khusus, seperti khusus kesehatan, ekonomi, olah raga, dan politik dengan sendirinya sudah menunjukan bahwa visi

dan misinya dalam bidang-bidang tersebut sehingga penulis tidak perlu menebak atau mengirangira lagi misi dan visi seperti apa yang diemban media tersebut. Mengapa harus ada visi dan misi? Sebuah koran atau majalah didirikan dengan sebuah idealisme dan cita-cita. Idealisme dan cita-cita koran atau majalah tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Konsekuensinya, masing-masing perusahaan surat kabar akan mempunyai sasaran pembaca sesuai dengan idealisme yang dibangunnya. Sebagai contoh, ada sebuah koran yang mempunyai sasaran pembacanya adalah kelompok pengusaha, ekonom, dan merreka yang berkecimpung di sekitar dunia bisnis, misalnya harian Bisnis Indonesia (di Jakarta), Harian Neraca (di Jakarta), harian Suara Indonesia (di Surabaya). Ada pula sebuah koran yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum dan jangkauan pembacanya bersifat nasional, sebagai contoh, Kompas, Republika, Suara karya, Pelita dan lainlain. Sebagian koran yang lain diterbitkan untuk memenuhi segmen pembaca yang bersifat lokal, atau terbatas satu daerah tertentu, misalnya harian Jayakarta untuk daerah DKI dan sekitarnya, harian Kedaulatan Rakyat untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, harian Pikiran Rakyat untuk wilayah jawa Barat dan masih banyak lagi. Aneka ragam jenis dan sasaran sebuah koran menyebabkan pihak redaktur di sebuah koran mempunyai policy tersendiri untuk menampilkan tulisan-tulisan bagi para pembacanya. Maka lahirlah apa yang disebut visi dan misi pada masing-masing media massa. Namun kebanyakan surat kabar atau majalah tidak mengkhususkan dalam bidang tertentu sehingga sulit ditebak atau diperkirakan isinya. Dalam hal ini seorang penulis dituntut untuk jeli dalam melihat apa yang diemban surat kabar atau majalah tersebut. Dengan kata lain, seorang penulis harus

cermat melihat, artikel seperti apa yang diinginkan media cetak tersebut. Biasanya permasalahan ini menjadi kendala bagi penulis pemula. Jika diumpamakan sebuah koran adalah sebuah toko, maka jenis toko biasanya bermacammacam. Ada toko besi, toko lain, toko kue dan sebagainya. Sebagaimana layaknya sebuah toko, pemilik toko biasanya membutuhkan dagangan untuk dijual kepada pembelinya. Sebuah toko besi tentu hanya akan menerima dagangan-dagangannya yang berkaitan dengan barang-barang yang berupa besi dan sejenisnya. Ia tidak akan menerima dagangannya berupa kain atau kue. Demikian halnya dengan media massa. Ia hanya akan menerima tulisan-tulisan yang sesuai dengan visi serta misi media yang diembannya. Memang untuk mengetahui visi dari sebuah media massa bukanlah pekerjaan yang gampang . Diperlukan pengamatan yang ciukup dan mungkin akan memakan waktu lama. Akan tetapi dengan mengetahui masing-masing visi yang ada pada media massa akan sangat membantu seorang penulis untuk dapat memilih media mana yang sesuai dengan masalah-masalah yang ditulisnya dan media mana yang kurang sesuai. Cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan untuk mengetahui visi dan misi koran antara lain, pertama, mencari informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu media. Kedua, mengamatio sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian dipelajari model-model tulisan yang ada di dalamnya. Ketiga, berdasarkan pengalaman. Di sini penulis terjun langsuing, dengan cara terus menerus menulis pada beberapa media yang diinginkan. Jika tulisan tidak dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, itu pertanda tulisan itu tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan terus-menerus, seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang sesuai dengan koran dan mana yang tidak sesuai. Akan tetapi perlu diingat, sebuah tulisan yang tidak diomuat belum tentu tidak sesuai dengan visi sebuah koran, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga dengan terpaksa tulisan kita yang dikalahkan. Atau barangkali ada sebab-sebab lain. Diantara sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagai redaktur sebuah koran untuk dimuatnya sebuah tulisan, antara lain, tema atau topik tulisan , gaya bahasa, keaktualan persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan latar belakang keilmuan penulis, dan sebagainya. Dengan mengetahui kodel-model tulisan yang disukai atau menjadi visi berbagai macam koran , berarti memberi peluang lebih besar untuk dapat dimuatnya tulisantulisan yang kita buat. (Ahmad Bahar: 1996). Dengan mengetahui visi dan misi suatu media, seorang penulis sudah bisa menghemat tenaga dan mengefisienkan waktu. Karena jika artikel salah kirim, bukan saja rugi waktu tapi juga rugi tenaga dan uang.

Untuk iu selayaknya sebelum artikel dibuat, seorang penulis harus pandai memprediksi, kemana artikel tersebut nantinya dikirim. Bahkan seorang penulis profesional bukan hanya sebatas mengetahui visi dan misi suatu media, tetapi gaya bahasa dan model judul suatu media sudah berada dalam pikirannya. Hal ini memang sulit untuk penulis pemula, namun jika rajin mengamati setiap media cetak dan terbiasa membuat artikel, lambat laun akan memahaminya. 4. Strategi Pengiriman Tulisan Tidak jarang tulisan yang secara isi pantas dimuat, namun kemudian dikembalikan, karena tidak mungkin memuatnya pada waktu yang tepat berhubung terbatasnya ruang atau berbenturan dengan tulisan lain, yang dipandang redaksi lebih baik. Untuk lebih memperbesar kemungkianan pemuatan tulisan kita di media massa, maka selain kita memperhatikan moment yang tepat, hendaknya kita juga tidak cuma membuat kemudian menunggu satu tulisan. Buatlah terus beberapa tulisan yang berbeda-beda, sebarkan ke berbagai media massa. Untuk pemilihan medianya sendiri, bagi pemula ada baiknya, yang skupnya lokal terlebih dulu, dengan bonaviditas memilih mulai yang paling rendah. Ada beberapa keuntungan penulis pemula mengirimkan tulisannya kemedia lokal, atau media yang masih berkembang, diantaranya: a. Saingan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berat; b. Redaksi juga lebih banyak kesempatan untuk membantu mengkoreksi tulisan kita c. Peluang pemuatan akan lebih besar. Sementara dengan dimuatnya tulisan kita, tentu akan menambah motivasi baru untuk lebih produktif lagi dan lebih berkualis lagi dalam menulis. by Aef Kusnawan

Pendapatan dari Menulis??


30 Dec 2010 Leave a Comment by miyosi chan in Pengetahuan Umum, Sekilas Info Menulis Tags: blog, kreatif, menulis, penulis artikel Artikel ini saya copy dr blog sy yang laen, hehe. Maaf ya!! Saya masih belum sempat berbagi apa2 sekarang coz kerjaan sedang numpuk *halah gayaaa*. Tapi kalau gak berbagi rasanya ada yg kurangg gituu. Alhasil, daripada susah2 mikir saya ngopast aja dr artikel sy di blog sy yg laen. Penulisnya sama kok, Jeng Miyooo. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang memiliki minat besar di bidang menulis. Yukk, sama-sama belajar!!

Ini lho artikelnya ** Assalamualaikum wr.wb. Siapa bilang kita tidak bisa menghasilkan uang dari menulis?? Ehm sesungguhnya lahan penulis itu sangat banyak bila kita kreatif. Saya sendiri sudah setahun ini mendapatkan penghasilan tetap dari menulis. Yups, sejak saya kecemplung ke dunia tulis-menulis, alhamdulillah saya sudah bisa merasakan nikmatnya uang dari hasil olahraga jari (baca: menulis). Apa kuncinya?? KREATIF & CEKATAN!!! Jangan terlalu LUGU hanya dengan mengandalkan satu usaha saja. Hareee geenee geetooo, terlalu lugu?? Hape dehh *sambil ngelempar HP ke kasur* wkwkwkwk. Nah, biar nggak kebanyakan kata pengantar, langsung saja ya, berikut ini sumber-sumber penghasilan penulis yang bisa teman-teman kita dapatkan, yaitu: 1. Dari Dumay (Dunia Maya) a. Jadi penulis SEO (Search Engine Optimization) Tugas utama kita?? Tentu saja menulis dan bukan masak . Kita bisa menjadi penulis SEO independent maupun dependent, terserah kita suka-suka. Tapi kalau masih awal-awal berkarir sih lebih baik dependent dulu, barulah nanti kalau sudah banyak ilmu kita bisa membuat perusahaan sendiri. Gimana caranya?? Kalau kita kerja sama orang (disebut writer manager) maka tugas kita adalah menulis artikel sesuai dengan kata kunci yang diberikan. Di sinilah asyiknya kita mesti kreatif memadupadankan kata kunci yang diberikan. Nah lhoo, nggak sekadar menulis kan tentunya?? Setelah menulis kita mengirimkan artikel yang telah kita buat tersebut dan dapat uang deh. Eits tidak segampang itu teman-teman, artikel yang masuk harus melalui proses editing terlebih dahulu. Pembayaran juga tidak setiap hari (capek donk writer manager nya) melainkan sebulan sekali via rekening yang kita punyai. Trus, bagaimana memulainya??? Gampang banget, cobalah memasuki situs-situs di bawah ini: http://www.penulisartikel.com/freelance/ o Langkah selanjutnya ya ikutilah petunjuk yg ada di website tsb. gampang kok o Untuk menjadi penulis di situs tersebut, teman-teman harus menguasai bahasa Indonesia & Inggris.

o Sistem pembayaran?? Alhamdulillah, lancar. http://www.anneahira.com o Sekarang lowongan memang sudah ditutup, tapi mungkin nanti buka lagi, semoga o Sistem pembayaran?? Alhamdulillah hingga detik ini saya juga belum pernah mendapatkan masalah http://penulispro.com o Katanya hingga sekarang masih buka lowongan, coba saja

b. Jadi penulis review atau penerjemah Teman-teman juga bisa menjadi reviewer atau translator. Caranya sangat mudah. Masuk ke website tsb, mengetik hasil review kita atau menerjemah, kirim, menunggu pengecekan, dapat uang (tiap bulan). Kalau yang ini kita dibayar menggunakan dollar. Wahhh. Keren nggak tuh?? Saya baru nyemplung, jadi masih belum ngerasain dibayar dollar (kerja aja belum). Cuma, menurut teman saya sesame blogger, situs ini terpercaya, dan teman saya tersebut sudah mendapatkan banyak uang dari hasil review mereka. Dan inilah situsnya http://id.shvoong.com. Cara selanjutnya, ikuti saja petunjuk yang ada di sana. Gampang kok.

c. Jadi blogger kreatif Saat ini, blog bukan lagi dipergunakan sebagai tempat curcol gak karuan. Blog sudah mengalami pergeseran fungsi. Dari blog, kita bisa menghasilkan uang. Ehm . Gimana caranya?? Ikut kontes blog : Sekarang ini banyak sekali kontes blog, coba saja ikuti semua, masak iya nggak ada yang nyanthol. Hasilnya lumayan meski juga tak bisa dibuat sandaran hidup secara kontes blog kan nggak setiap hari ada. Google Adsense : Kita bisa mendapatkan pendapatan dari blog dengan google adsense. Makanan apa itu?? Adalah layanan iklan yang dimiliki google yang bisa dipasang di blog kita. Jujur saja saya masih trantanan (baca: newbie) mengenai google adsense. Hanya saja, sepengetahuan saja, google adsense bisa berlaku bila blog kita menggunakan bahasa inggris. Maaph yang saya tahu baru itu, kapan-kapan saya share lagi kalau ada yang baru

d. Lain-Lain

Coba saja teman-teman buka satu persatu website yang saya dapat ini. Di sana sangat banyak lowongan sebagai penulis dalam berbagai bidang, tinggal pilih mau yang mana. Lebih banyak memang di luar negeri sih dan menggunakan bahasa asing. Inilah mereka: http://absolutewrite.com/ http://www.academia-research.com/jobs_for_writers.htm, http://allfreelancewriting.com/ http://www.allvoices.com/ http://www.bloggerjobs.biz/ http://www.sps.com/help/writers_guidelines.html http://jakarta.craigslist.org/search/wri?query=+ http://damazine.com/info/submissions.htm http://www.elance.com/ http://www.freelancer.com/ http://jobs.freelanceswitch.com/ http://www.freelancewriting.com/freelance-writing-jobs.php https://www.helium.com/login http://www.journalismjobs.com/Job_Listing.cfm?JobID=1215855&utm_source=Indeed&utm_m edium=organic&utm_campaign=Indeed http://www.journalismjobs.com/ http://kpwriting.com/ http://www.kutukerja.com/show.php?catid=113 http://www.odesk.com/ http://www.online-writing-jobs.com/jobbank/jobbank1.htm http://jobs.poewar.com/

http://jobs.problogger.net/ http://i-proclaim.com/creative-classroom.asp http://www.readbud.com/Articles http://www.recycledpapergreetings.com/artists.htm http://www.vworker.com/RentACoder/DotNet/default.aspx?blnDidRacRedirectToVworker_Req uestParm=true http://www.ruangfreelance.com/ http://www.simplyhired.com/a/jobs/list/q-blogger http://id.jobstreet.com/jobs/2009/5/default/40/77828.htm?fr=L https://www.wisegeek.com/freelance-writing-jobs.htm http://write-jobs.blogspot.com/ http://www.writejobs.com/ http://www.writerfind.com/ http://www.writersweekly.com/ http://writingcareer.com/ sementara itu yang saya tahu ** 2. Dari Duta (Dunia Nyata) a. Penulis (novel, buku-buku pelajaran, buku-buku pengayaan, buku panduan, buku untuk anakanak) b. Kontributor surat kabar, majalah, tabloid, dan yang sejenis c. Penerjemah (coba buka http://duniapenerjemah.com/cari-lowongan-penerjemah/ http://kanal-penerjemah.web.id/) atau

d. Ghost Writer (coba saja buka http://ghostwriterindonesia.com/, http://www.freelancer.com/projects/by-job/Ghostwriting.html, atau http://jurutulis.com/)

e. Co- Writer f. Penulis Skenario (coba buka http://labirinfilm.blogspot.com, http://skenario.org/faq/,) g. Resensor h. ** Masih banyak yang belum saya sebutkan karena memang saya belum tahu (takut menyesatkan). Itu sebabnya SEMANGAT TEMAN-TEMAN!!! Tak ada istilah menganggur!!!! Menulis menulis menulis!!! Kalau kita sudah nyemplung ke suatu dunia, jangan pernah setengah-setengah!!!! Hidup ini bukan mainan!!! Selamat berkarya!!!! Semoga sharing yang sedikit tersebut berguna. Terima kasih Wassalamualaikum wr.wb Miyosi http://mioariefiansyah.wordpress.com http://goresanpenaku.blogdetik.com ** Sedikit tambahan & cerita dari saya: Sssttt..jangan bilang-bilang Pak RT ya. Saya baru tahu hari ini, kalau kemarin sy dikirimin surat elektronik alias email & sms dr sbuah majalah baru yg kantornya di Jakarta. Isi surat elektronik tersebut yaitu mereka ingin mengajak saya bergabung sbg penulis freelance (jadi sy kan masih bs mengerjakan yang lain *sukaselingkuh.com*). Huwaaa, saya kaget *lebay*. Sumpahh, saya sepertinya tidak mengirimkan aplikasi apa-apa, apa mungkin sy yang dodol ya jadi cepet lupa kalau pernah mengirimkan aplikasi, tp seingat saya sih tidak. Senengg banget rasanyaaa, aktivitas blogging & writing & yg sejenis kalau dilakukan dg snang hati memang banyak manfaatnya. Lagi-lagi rizki itu datang (lagi) dan (lagii).

Sepertinya saya memang salah jurusan ya!!! Xixixixi. Harusnya dulu masuk jur. komunikasi atau sastra dan bukannya akuntansi. Ehm. tapi tak apa, lumayan dapat pengetahuan lain selain menulis. Setidak-tidaknya saya tahu otak orang ekonomi isinya apa (emang apa???) hehe. Ya sudahlah, sekarang saya mau menjawab dulu email dari mereka. Teman2, yakinlah Allah itu memang MAHA KAYA. SUMPAH DEMI ALLAH gak diragukan lagi!!! Rizki Allah itu ada di mana2 & bisa datang dari pintu mana saja!! Jenis pekerjaan juga banyak. Please, jangan berpikiran sempit *terutama ibu2* yang ingin bunuh diri hanya krn nggak bisa melakukan satu hal. KREATIF YUKKK!!! Kita, manusia, makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk2 yang lain, memiliki volume otak yg sangat banyak yang bisa kita gunakan untuk berpikir. Ayoo smngt!!! Hidup memang penuh tantangan!! *Lhaahhh kok jadi ceramah!! mentang2 nulisnya magrib* wwkwkwkwkwk Maappp keceplosannn Ya udah gitu duluuuu ** Selamat menulis dg ikhlas dan krn Allah Insya Allah hasilnya PUASSSS!!!

Peluang Bisnis Online yang sangat Menguntungkan


Apakah Anda mencari informasi tentang cara memulai bisnis online? Apakah Anda masih bingung dengan banyaknya informasi yang melimpah ruah di internet mengenai bisnis online ini ? Ya..Anda tidak sendiri, banyak orang yang bingung harus mulai dari mana, dan takut terjebak pada bisnis online yang ternyata hanya tipu menipu. Sebelum terjun ke bisnis online, cobalah untuk mengenal beberapa model bisnis online yang sangat populer saat ini.

1. Salah satu yang paling umum pada bisnis online saat ini adalah affiliate marketing. Anda bertugas mempromosikan produk perusahaan secara online dan Anda mendapatkan komisi pada setiap penjualan produk yang berhasil Anda lakukan. Ada banyak keuntungan yang terkait dengan peluang bisnis online ini. Anda dapat bergabung dengan bisnis ini dengan biaya yang kecil, Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang besar. Pangsa pasar Anda sangat luas karena menjangkau seluruh dunia. Anda hanya membutuhkan koneksi internet dan sebuah situs web/blog untuk memasarkannya. Contoh dari affiliate marketing yang terkenal adalah amazon.com, ebay dan clickbank. Sekarang banyak dijumpai kursus singkat bagaimana membuat mini site amazon seperti yang dilakukan oleh belajarbisnisinternet. Hal ini dilakukan untuk menyiasati persaingan penjualan produk-produk amazon yang sangat banyak bermunculan akhir-akhir ini. Anda akan bersaing dengan ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan blog/web yang menjadi afiliasi amazon. Tapi Anda jangan menyerah dulu, toh banyak juga orang Indonesia yang berhasil dalam bisnis ini. Pendapatan puluhan juta per bulan sudah biasa kita dengar, tinggal bagaimana Anda sendiri seberapa serius Anda akan terjun ke bisnis afiliasi. Agar sukses menjalani bisnis affiliate marketing, Anda harus belajar membuat web/blog, memahami SEO, belajar tentang search engine ( mengetahui pasar yang akan dibidik, sedikit yang mencari tetapi potensial untuk membeli produk ). Banyaklah belajar dari forum-forum seperti adsense-id, forums.digitalpoint dan forum-forum lain yang membahas masalah affiliate marketing. 2.Menjadi penulis konten. Banyak perusahaan dan individu mencari konten baru untuk digunakan pada blog mereka atau kampanye pemasaran. Beberapa orang pemilik web/blog tidak punya waktu atau tidak memiliki keterampilan dalam menulis. Jika Anda memiliki kemampuan menulis, peluang ini sangat terbuka luas buat Anda. Di forum seperti adsense-id banyak anggota yang menawarkan jasa penulis konten. Jasa penulisan konten ini terjadi karena pemilik blog mendapatkan pekerjaan untuk menulis sebuah review produk atau penulisan artikel untuk pemasaran sebuah situs/blog yang menginginkan artikelnya unik. Biasanya pemilik blog yang mendapatkan pekerjaan tersebut tidak memiliki waktu untuk menulis karena saking banyaknya blog yang dimiliki. 3.Situs flipping adalah tentang membuat situs dan menjualnya di internet. Jika Anda tidak memiliki keahlian untuk membuat situs Anda dapat membeli situs siap pakai dan mempelajari beberapa dasar HTML, sehingga Anda dapat melakukan perbaikan kecil dan menjualnya dengan jumlah uang yang lebih tinggi. Anda bisa memperoleh informasi mengenai flipping ini di flippa.com 4.Membuat produk sendiri dan menjualnya di internet. Salah satu keuntungan memiliki produk sendiri adalah keuntungan yang Anda peroleh bisa lebih besar. Menjual informasi produk sangat potensial sekali dilakukan secara online. Anda perlu waktu untuk menemukan sesuatu yang hangat dan banyak dicari kemudian menjualnya secara online. Anda bisa menemukan contoh dari afiliasi produk ebook di clickbank.

PELUANG BUKU: 85% BELUM TERISI Judul di atas bukanlah main-main. Tapi kenyataan yang ada di dunia perbukuan Indonesia. Seperti apa persisnya?! Kemaren, saya datang ke pembukaan Kompas Gramedia Fair, di Istora Senayan. Lima menit sebelum acara, saya sudah datang. Melongok kanan-kiri dan kursi undangan yang sudah mulai penuh. Kok yang diundang sepuh-sepuh dan nggak ada yang saya kenal? Ke mana penulispenulis mudanya? Karena nggak ada yang saya kenal, saya duduk diam anteng mengikuti acara. Dimulai dengan tarian pembuka Kinang Laras dari Betawi, plus paduan suara anak-anak. Lalu, seperti biasa sambutan-sambutan; dari ketua panitia, CEO Kompas Gramedia, sponsor-sponsor, sampai Gubernur Fauzi Bowo; terus ditutup dengan tari Gebyar Kipas dari Bali dan tari Zapin dari Jambi, ditutup doa dan keliling stand. Untung pas keliling stand, ketemu dengan orang-orang yang saya kenali dan ngepos di stand masing-masing. Bertanya kabar dan beberapa hal tentang perbukuan serta penerbitan.

Yang membuat saya terus berpikir adalah kata-kata dari CEO Kompas Gramedia. Menurutnya, bersumber data dari IKAPI, tiap tahun Indonesia rata-rata hanya menerbitkan 8,000 (delapan ribu) judul buku baru. Begitu pula tahun 2008 yang baru saja lewat.

Padahal idealnya dengan jumlah penduduk 250 juta, setiap tahunnya Indonesia menerbitkan 50,000 (lima puluh ribu) judul buku baru. Pasar buku yang terpenuhi baru sekitar 15%. Artinya masih ada 85% peluang pasar buku yang belum terpenuhi. Menurutnya, ini satu kenyataan yang sangat memprihatinkan dan sekaligus tantangan untuk memenuhinya.

Bayangkan saja, 85%.... alangkah besarnya peluang itu. Berarti ada kesempatan sekitar 42,000 (empat puluh dua ribu) judul buku baru yang bisa diisi oleh siapa saja yang ingin menulis buku. Luar biasa.

Yang saya pikirkan, ke mana penulis-penulis kita ya? Kenapa peluang buku itu dibiarkan saja dan malah diserahkan pada buku-buku terjemahan yang copy right nya juga nggak murah?

Saya memikirkan ini sebagai tantangan dan sekaligus juga himbauan kepada siapa saja untuk menulis. Ada begitu banyak peluang di dunia penulisan buku. Jadi, sangat masuk akal kalau banyak penulis yang beramai-ramai mendirikan penerbitan. Ternyata pasarnya masih begitu

besar. Meskipun akhirnya, seleksi alam jua yang membuat penerbit bertahan atau gulung tikar.

Yang jelas, dengan peluang yang begitu besar, kalau segala sesuatunya dikelola dengan bagus, pasti menjadi usaha yang solid. Sebagai contoh yang saya tahu, Media Pressindo, ketika mengawali penerbitannya 5 tahun lalu dengan kantor kecil dan ngontrak pula, sekarang telah menjadi salah satu ikon penerbit raksasa di Jogja dengan omzet miliaran tiap bulan.

Jadi, tunggu apalagi? Yang sudah punya banyak naskah, jangan ragu kirim ke penerbit! Kalau masih ditolak, ya santai aja. Dibetulin lagi, atau kirim naskah lainnya. Kalau ditolak lagi, ya cari penerbit lain lagi.... Gampang, kan? Penolakan-penolakan itu bikin kita kuat.

Yang masih mikirin ini itu kalau mau menulis, tulis saja.... Lihatlah peluang yang begitu raksasa. Siapa lagi yang akan meraihnya kalau bukan kita? Ataukah kita akan membiarkan saja pasar perbukuan Indonesia juga dijejali begitu sesak dengan buku-buku terjemahan? Kenapa? Ya, karena kurangnya penulis Indonesia yang mau menulis.

Mudah-mudahan dan saya berdoa, ada banyak penulis baru yang menulis dan menerbitkan buku setelah membaca peluang ini! Tulis saja dengan kemampuan yang terbaik dan biarkan pasar menyeleksinya secara alami.

Saya nggak akan bosen-bosen ngajakin temen-temen untuk nulis dan nerbitin buku. Sampai menyediakan diri untuk nulis bersama. Cuman, karena keterbatasan waktu dan energi, saya nggak bisa juga setiap kali ngopyak-opyak orang buat nulis.

Peluang Untuk Pensiunan: Jadilah Penulis!


Masa pensiun biasanya diidentikkan dengan masa purna bhakti, yang bermakna selesainya kegiatan berkarya. Tapi ternyata, pandangan itu sangat keliru, karena justru banyak orang yang tidak mau menjalani masa pensiun dengan tanpa berkarya. Banyak pensiunan yang dulu mengangankan akan menikmati hidup dengan cara ongkang-ongkang kaki, tanpa bekerja. Itulah sebabnya banyak pegawai di masa mudanya berusaha keras mendapatkan kepastian pada masa pensiun, seperti PNS. Namun ketika masa pensiun tiba, hmmm, ternyata diam itu sama sekali tidak nikmat. Nah, banyak pensiunan yang bingung mau melakukan apa ketika memasuki masa itu. Perusahaan besar biasanya menyiapkan calon pensiunannya dengan berbagai pelatihan. Mereka

menyebutnya sebagai MPP (masa persiapan pensiun) selama sekitar 2 tahun. Pada masa itu berbagai pelatihan diberikan kepada mereka, sesuai minat. Yang dalam 10 tahun terakhir marak adalah keterampilan kewirausahaan. Hampir semua perusahaan besar pasti sudah pernah memberikan pembekalan kewirausahaan kepada calon pensiunannya. Apa yang terjadi setelah pensiun, terhadap mereka yang mendapatkan pelatihan kewirausahaan? Sayang sekali, banyak diantara mereka yang bangkrut! Risiko wirausaha memang tinggi. Hanya mereka yang tahan banting dan tidak cengeng, yang bisa melewati berbagai rintangan bisnis. Masalahnya, energi para pensiunan sebagian besar sudah berkurang. Sulit mengharapkan mereka menjadi tahan banting dan tidak cengeng di usia senja. Wirausaha tidak mengenal usia. Mau muda atau tua, wirausaha mengharuskan pelakunya untuk gigih, penuh semangat/antusiasme, pantang menyerah, yakin dan fokus. Jadilah Penulis Sebenarnya masih banyak peluang lain buat pensiunan di luar wirausaha, yang risikonya lebih kecil. Investasi misalnya. Risikonya hanya modal, bukan pikiran, tenaga dan waktu. Atau menjadi pengajar dan konsultan. Dua bidang ini relatif kecil risikonya. Salah satu yang menjadi sorotan saya adalah peluang menjadi penulis. Pensiunan punya modal yang sangat lengkap, jika mau terjun sebagai penulis. Modal jadi penulis. Waktu! Pensiunan punya waktu yang sangat luang. Bukan rahasia jika banyak penulis pemula yang menyalahkan waktu sebagai penyebab gagalnya mereka menulis. Buat pensiunan, alasan itu tidak relevan lagi. Waktu mereka sangat luang dan longgar, sehingga seharusnya bisa menulis. Pengalaman! Yakinlah, pengalaman para pensiunan sudah menggunung. Usia 50, 60, 70 tahun, pasti sudah mendapatkan berbagai asam garam kehidupan. Pengalaman ini menjadi modal yang sangat bagus untuk dituliskan dan dibagi kepada orang lain. Skill! Sebagian besar pensiunan pasti punya keterampilan sesuai bidang kerjanya. Keterampilan selama puluhan tahun, tentu lebih bernilai dibanding keterampilan yang baru setahun dua tahun. Ini menjadi modal besar sebagai bahan tulisan.

Nah, tinggal mencari jalan agar berbagai modal itu bisa dimanfaatkan dengan baik. Soal peluang, tak perlu diragukan lagi. Media massa setiap hari membutuhkan tulisan dari orang luar, selain wartawannya. Penerbitan setiap bulan memerlukan naskah yang jumlahnya selalu meningkat. Jika ada kemauan pasti ada jalan. Jangan sampai setelah pensiun, sudah MPP dan mendapatkan pelatihan dari perusahaan, tapi malah mengalami MPP yang lain, yaitu mati pelan-pelan Semoga tidak. Dan ingat, menulis itu tidak ada masa pensiunnya!

Peluang menjadi penulis


Sahabat Pelita, Semenjak buku Be Brilliant and Productive diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dan alhamdulillah berhasil menjadi pesaing bagi 200 buku yang masuk pada bulan tersebut, saya memiliki janji bahwa suatu hari kelak harus banyak bermunculan para penulis muda yang mampu menginspirasikan banyak orang. Bisa saja penulis itu membawa nama kampus sebagai additional value (nilai tambah) maupun nama daerah nya seperti yang saya lakukan (Alhamdulillah remaja pertama Riau yang berhasil menulis buku dan diterbitkan oleh Gramedia dalam kategori non fiksi ditempati oleh saya). Intinya, saat kita masuk dalam kancah edukasi yang bersifat nasional kita sudah membawa harum nama kita, keluarga, almamter serta asal kita. Nah, seperti yang sudah-sudah. Setiap kali saya mengadakan seminar di berbagai kota di Indonesia, banyak yang bertanya bagaimana caranya bisa masuk dalam penerbit buku terbesar di Indonesia ini. Bahkan tidak jarang pula ada yang mengutarakan keinginan untuk menjadi penulis. Bagi mereka yang berkali-kali memiliki keinginan menulis, saya menunggu kiriman tulisan di mail saya, cameondi@yahoo.com. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada satupun yang mengirimkan kepada saya dengan alasan malu karena tulisannya yang menurut mereka kurang baik. Sahabat yang Brilliant, bagi kita yang memang ingin menjadi Produktive, misalkan salah satunya dengan cara menulis. Silahkan kirimkan tulisan harian kita. Saya berharap adek-adek dari angkatan pertama seminar Be Brilliant and Productive pun tidak sungkan-sungkan untuk mengirimkan tulisannya. Kapan kita bisa menginspirasikan tulisan kita jika kita sudah membatasi diri dengan mengatakan bahwa tulisan kita belum terlalu bagus. Bagi rekan-rekan Brilliant semua, saya pernah mengalami pembatasan diri seperti itu hingga pada satu ketika salah seorang sahabat dari Kalimantan membaca draft buku saya dan menangis, akhirnya itulah titik balik saya untuk membulatkan tekad meneruskan menulis dan menghubungi Gramedia untuk bisa menerbitkan buku tersebut. Nah, bagaimana dengan kita ? Jika kita memang hidup hanya sekali, tidakkah kita ingin meninggalkan kenang-kenangan untuk anak cucu kita kelak melalui tulisan-tulisan kita. Bisakah kita merasakan bagaimana indahnya ketika pemikiran kita bisa hidup ditengah anak cucu hanya karena sebuah buku yang bertuliskan nama pengarang adalah ayah, kakek maupun buyut mereka ? Bagi sobat Brilliant yang mungkin sudah memiliki buku namun masih malu-malu, inilah saatnya membuktikan diri. Apa yang kita pikirkan mampu menjadi kenyataan tatkala kita memikirkan dengan sepenuh hati dan seikhlas mungkin melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan kita. Pagi kemarin, Sabtu 17 Oktober 2009. saya membaca harian kompas di meja kerja saya dan di halaman 4 pada pojok kiri tertulis bahwa salah satu penerbit besar membuka kesempatan bagi

para penulis novel yang tertarik untuk mempublikasikan karangannya dengan tema bisa berupa roman, misteri, suspens, kisah islami atau sebagainya. Silahkan kirimkan karya berikut cv ke : Divisi Esensi Penerbit Erlangga Jl. H. Baping Raya NO. 100, Ps Rebo, Jakarta Timur 13746 Atau via mail di (editor_esensi@yahoo.com)

Semoga informasi hari ini bisa bermanfaat, Tetaplah menjadi pelita yang mampu menerangi setiap orang dalam hidup ini. Wassalam, FEBRIYO HADIKESUMA

10 ALASAN NASKAH DITOLAK PENERBIT Beberapa hari yang lalu, seorang pembaca mengirimkan SMS pada saya, lalu curhat.

Naskahnya sudah delapan kali ditolak oleh penerbit. Ditawarkan ke penerbit yang lain juga masih ditolak. Padahal, katanya kalau mengikuti lomba penulisan bahkan di tingkat provinsi dia juara satu dan selalu menang. Lalu, apa yang salah dan dia meminta saya untuk mengomentari tulisannya.

Begitu lebih kurang isi SMS-nya. Karena berbagai alasan, saya tidak lagi membaca dan mengomentari naskah yang dikirim ke saya secara pribadi. Saya mengatakan biasanya karena segmen yang terbatas penerbit menolak naskah dan saya menyarankan agar dia terus menulis. Belum ditolak 100x. Penolakan, bagi saya adalah hal yang biasa. Yang membaca JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK! pasti tahu bahwa saya menulis dan naskah cerpen saya dimuat pertama kali setelah ditolak puluhan kali.

Tak terhitung. Yang jelas bisa anda pikir berapa banyak kalau saya sudah mulai menulis dari kelas 1 SMP hampir setiap minggu mengirimkan ke media dan baru dimuat di awal saya kelas 3 SMP. Tapi saya tidak pernah jera karena saya yakin, saya menulis dengan kapasitas terbaik saya--dan sesuatu yang baik, cepat atau lambat pasti akan menghasilkan yang baik pula. Ingat-ingat

itu aja biar semangat.

Meskipun, tidak dipungkiri ada banyak penulis yang begitu menulis novel langsung diterima, diterbitkan dan jadi hits. Itu sih nggak usah diceritakan, anggap saja mereka beruntung.

Saya tidak ingin ada orang yang mengatakan bahwa menulis itu hanya kemampuan segelintir orang. Nggak. Siapa saja bisa menulis. Siapa saja bisa menuangkan ide pikiran kreatif lewat tulisan, sama seperti setiap orang bisa berkomunikasi secara lisan. Hanya, masalahnya mau atau tidak. Sungguh-sungguh atau tidak.

Nah, apa saja sih alasannya penerbit menolak naskah kita? Ada banyak, tapi paling tidak ada 10 alasan yang saya ketahui. Bagi teman-teman editor, bisa menambahkan bila ada yang belum tercantum. 1. Tidak sesuai orientasi penerbit. Misalnya, naskah anda tentang religi islam, sementara anda mengirimkan naskah ke penerbit yang major penerbitan dan orientasinya buku-buku komputer. Sebagus apapun naskah anda, jelas pasti tertolak. Cara untuk mengetahui major penerbitan, ya ke toko buku; lihat-lihat penerbit A, B, dst. Nerbitin buku apa aja. Kalau perlu, ya telpon editornya lah. Sekarang tiap penerbit kayaknya punya web dan bisa diketahui contact editor atau redaksinya. 2. Segmen terbatas. Anda punya naskah bagus sekali, ditulis dengan bagus dan lengkap pula, tapi segmen pasarnya terbatas. Misalnya, cara membuat gudeg Jogja. Sebagus apapun naskah dan penulisan materi ini, pasti akan ditolak karena pangsa pasarnya yang sempit. Nggak semua orang Jogja juga mau membuat gudeg. Padahal pasar buku adalah seluruh Indonesia. Orang Papua pasti nggak tertarik untuk baca buku tersebut. 3. Klise atau mengulang tema buku yang sudah ada. Tema-tema yang sudah biasa, selalu kecenderungan ditolak oleh penerbit. Kecuali penulisnya punya massa yang bisa digerakkan untuk membeli bukunya. Misalnya, menulis buku tentang sholat. Well, itung aja di pasaran berapa banyak jenis buku tersebut. Biarpun penerbit yang anda tuju penerbit Islam, kalau anda bukan seorang dai yang populer, sangat kecil kemungkinan buku tersebut diterbitkan. 4. Tidak memenuhi standar penerbitan. Masing-masing penerbit, memiliki standar (nilai) yang berbeda-beda terhadap naskah. Semakin besar dan solid penerbit, semakin tinggi pula standar penerimaan

naskahnya dan prosesnya sering lebih lama. Jadi, kalau anda pemula nggak ada salahnya memulai menerbitkan dari penerbit yang kecil, yang lebih mudah dihubungi, dan biasanya lebih kekeluargaan daripada penerbit besar dengan sistem manajemen yang strick. Tapi pastikan anda mencari penerbit yang solid dan kualified. 5. Lagi nggak trend Apa ini? Pasar buku juga tidak lepas dari trend. Bahkan, ketika satu buku begitu bestseller, akan selalu muncul pengekor-pengekor yang kurang ajar; hampir keseluruhan model produksinya dibuat sama untuk mendompleng kesuksesan buku yang diikuti. Sahsah aja, meskipun ini termasuk hal yang bikin saya mual. Kenapa, orang nggak berpikir lebih kreatif mencipta karya? Tulisan bagus pun, kalau lagi nggak musim dengan sukses pasti ditolak atau dipending penerbitannya. Kalau begitu nggak usah maksa. Simpan aja naskah anda dan keluarkan ketika sudah waktunya ngetrend. Yang penting naskah anda ditulis dengan kapasitas terbaik, pasti suatu saat bisa dijual. 6. Penulisan yang berantakan. Yang jadi editor, pasti sudah sering banget nerima naskah dengan penulisan yang berantakan. Bukannya menyederhanakan tulisan sehingga mudah dibaca, tapi di sana-sini muncul berbagai gambar, ilustrasi dan pilihan huruf yang bikin ilfill. Aduuuh, sebagus apapun naskah anda, bisa langsung ditendang. Dikembalikan tanpa dibaca karena bikin sakit mata. Tolooong....! Itu kenapa ada penerbit yang mencari para first reader untuk membaca naskah-naskah yang menyakitkan seperti ini. 7. Naskah telanjang. Apa itu? Naskah yang nggak lengkap, lebih-lebih untuk nonfiksi; maksudnya nggak ada sinopsis, daftar isi, daftar pustaka, biodata, judul, dll. kelengkapan naskah. Lebih-lebih kalau penulisnya masih antah berantah dan belum dikenali oleh editor, bukan tak mungkin naskah anda langsung didepak dengan sukses. 8. Ketahuan ngejiplak atau copy paste. Aduuuh, parah deh! Terinspirasi, mengadaptasi, mengolah kembali, dll. istilahnya adalah hal yang sah-sah aja dalam penulisan. Lebih-lebih untuk tulisan nonfiksi yang harus menyertakan sumber-sumber kutipan. Tapi kalau sampai ngejiplak, wah kok ya keterlaluan. Kalau mengutip, ya cantumkan saja sumbernya. Nggak ada larangan. Kalau sampai ketahuan ngejiplak, wis lah, tanpa sadar biasanya penulisnya masuk daftar hitam. Black list. Jadi, kreatiflah. Menulis sederhana, tapi pikiran kita dan olahan dengan gaya bahasa, jauh lebih berharga daripada menulis yang kelihatannya bermutu tapi jiplakan.

9. Penulis bawel. Ada toh penulis yang bawel? Huuuh, banyak. Tanya aja sama editor. Sudah tahu kalau penerbit itu tiap hari menerima puluhan bahkan ratusan naskah, eeeh, tiap hari ditanyain soal naskahnya. Sebel kan? Nggak cuman penulis pemula aja, penulis senior juga banyak yang bawel. Permintaannya macem-macem, ribet, nggak mau revisi, dll. yang bikin kerja sama jadi nggak nyaman. Sering gemas juga saya kalau denger editor dibuat jengkel oleh penulis-penulis yang begini. Mbok ya sabar dan bisa kerja sama. Coba lah mengerti sistem kerja di penerbitan. Naskah diterima dari penulis, itu akan dimasukkan dalam bagian administrasi naskah. Kemudian diantrikan untuk dibaca beberapa editor yang bersangkutan, lalu di saat sidang redaksi akan diputuskan apakah naskah tersebut layak atau tidak untuk diterbitkan. Untuk proses seperti ini saja, paling enggak butuh 3 bulan. Makin besar penerbit bisa makin lama, bisa jadi antrean naskah anda baru dibaca 1 tahun kemudian. Saya sudah pernah mengalami 1,5 tahun antri naskah; jadi jangan tiap hari anda tanya editor, Naskah saya sudah terbit atau belum? Kalau editornya lagi sebel, bisa lho, ditolak saja dan dikembalikan. Baru setelah naskah diputuskan diterima, kalau misalnya diterbitkan di saat itu, naskah akan diproses untuk editing (bahasa, materi, dll), diilustrasi, didesain covernya, dll. diproduksi, dipromosikan, didistribusikan, dll. Sebuah kerja panjang yang selayaknya juga dimengerti oleh penulis. Percayalah, penerbit juga pasti ingin menerbitkan buku bagus dan sekaligus menguntungkan. Naskah yang bagus dan kompeten, sudahlah, nggak usah khawatir cepat atau lambat tetep akan diproduksi. Nah, daripada bawel ngerecokin editor setiap hari, lebih bagus kalau anda menanyakan sekali sebulan agar editor tidak lupa dan menulis naskah lain sambil menunggu jawaban. 10. Nggak bisa diproduksi Ada toh naskah yang nggak bisa diproduksi? Banyak. Misalnya buku ensiklopedia dengan berbagai ilustrasi berwarna yang sangat mahal, dan tidak bisa dihitamputihkan. Kalau diproduksi, biayanya sangat mahal dan pasarnya belum jelas. Biasanya untuk urusan seperti ini, penerbit juga mikir berpuluh kali untuk menerimanya. Kecuali penulisnya membiayai sendiri ongkos penerbitannya, itu lain permasalahan. Nah, sekarang coba kalau naskah anda masih ditolak di penerbit, kira-kira masuk kelompok yang mana. Analisis dan kemudian mulailah menulis yang tidak akan ditolak. Selamat menulis dan bacalah JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK! dijamin bisa

menulis.... pasti... maksudnya di sini sampai menerbitkan buku, bukan hanya asal menulis untuk konsumsi pribadi.

Salam, Ari Wulandari

Kalah, Mengalah, dan Dikalahkan


Setiap hari setiap kita belajar untuk menjadi seseorang yang bisa menerima segala sesuatunya apa adanya. Tentunya setelah berbagai upaya keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Seringkali tidak semudah itu menerima semua 'apa adanya'. Sebab memang sudah dari sananya tabiat manusia yang hampir selalu 'tidak pernah puas' terhadap pencapaiannya. Ditambah lagi dengan tabiat yang mudah berkeluh kesah akan kondisi yang dihadapi, walaupun kondisi tersebut tercipta karena hasil perbuatan dirinya sendiri. Setiap saat, tiap diri manusia pastinya ingin mencapai apa yang ia inginkan. Ingin menang atas sesuatu, dan ingin berada pada kondisi yang kondusif, nyaman, serta penuh kebahagiaan. Kondisi yang kondusif, nyaman, serta penuh kebahagiaan biasanya tidak ada pada posisi 'kalah'. Biasanya begitu. Yang jelas, jarang sekali ada seseorang yang bahagia jika ia kalah atas sesuatu. Jarang, bukan berarti tidak ada. Ada saja orang-orang yang berlega hati ketika ia kalah. Misalnya, ketika ia kalah atas sebuah pertarungan memperebutkan kursi kekuasaan. Yang kalah, berlega hati karena jika ia menang sungguh amat berat tanggung jawabnya kelak. Memang Allah SWT tidak menakdirkannya menang sebab Allah Maha Tahu kemampuan hamba-hamba-Nya. Jika harus kalah tetapi itulah jalan yang Allah ridhoi, maka itu lebih baik daripada sebuah kemenangan yang tidak diridhoiNya. Lain halnya dengan sikap mengalah. Banyak orang bilang, mengalah untuk menang. Tidak banyak orang yang mau dengan senang hati mengalah untuk orang lain. Pastinya ya karena setiap manusia lebih suka menang daripada kalah. Mengalah mungkin hanya diperuntukkan halhal remeh-temeh, bukan sesuatu capaian tinggi yang dikejar. Untuk urusan besar, jarang yang mau mengalah. Kalau memang sudah berupaya sekuat tenaga, tapi kalah juga, baru kemudian cepat-cepat bersilat lidah dan mengatakan "saya mengalah saja darinya". Sudah kalah baru bilang mengalah? Kebanyakan orang yang dikalahkan orang lain, pastinya tidak bersenang hati. Tetapi lepas dari rasa tidak senang itu, biasanya ada sedikit rasa lega karena beban berat kemenangan tak jadi mampir. Dan kemudian sibuk mencari hikmah untuk menjadi pelajaran penting kehidupannya. Bahwa tidak setiap kemenangan patut menjadi bagian dari diri kita. Sekali-sekali perlu dikalahkan oleh orang lain untuk menjadi momentum introspeksi diri. Sebab bisa jadi kita dikalahkan orang karena apa yang kita lakukan sendiri: tidak berupaya sungguh-sungguh, kurang ikhlas dalam niat, atau tidak banyak berdoa memohon bantuan dari Sang Maha Kuat. Atau faktor

lainnya, yang terkadang tidak pernah terpikir oleh diri kita. Dikalahkan dengan cara-cara yang culas, memang tidak pernah menyenangkan. Tetapi terus merengek mengenang kekalahan tidak akan membawa kemajuan, pastinya. Maka, jadilah orang-orang yang selalu ikhlas dalam setiap ketentuan Allah. Sebab Ia yang paling tahu kebutuhan dan kondisi setiap hamba-Nya. Tidak pernah Ia menentukan sesuatu yang berakibat buruk, sebab setiap ketentuan-Nya selalu untuk kebaikan diri kita sendiri. Jika saya, Anda, atau siapapun juga sedang atau pernah mengalaminya, mari kita sama-sama melapangkan hati dan pikiran. Mungkin, kalah hari ini adalah awal dari kemenangan esok hari. Semoga kita adalah orang-orang yang selalu berusaha untuk berbuat lebih baik lagi, dan tidak terpuruk pada apa yang terjadi kini. Itulah para pemenang sejati.

Melihat ke Luar Jendela Sepertinya setiap orang memang memiliki arah hidup masing-masing. Selain karena memang atas kehendak Allah SWT, kita sebagai manusia memiliki potensi untuk menentukan arah hidup masing-masing. Semua adalah tentang pilihan. Bukankah Allah SWT mengaruniakan kita semua akal dan hati untuk memilih? Saya membicarakan tentang semua orang yang pernah mampir dalam hidup saya. Sebagiannya adalah sahabat-sahabat saya sendiri. Yang sudah lama sekali saya kenal, ataupun yang baru setahun-dua tahun ini dekat dengan saya. Salah satunya adalah sahabat saya Attin. Beberapa hari ini saya sibuk melihat-lihat dan membaca kembali tulisan-tulisannya dalam blog www.fragmensore.blogspot.com. Attin yang selalu membuat saya rindu. Tadi malam, baru saja saya iseng menelponnya. Ternyata Attin sedang sibuk sekali pulang pergi Jakarta-Bandung, katanya. Urusan pekerjaan, pasti. Sahabat tersayang saya ini sudah menyelesaikan program master di Maastricht, Belanda. Hebat, kan? Menurut saya, orang-orang yang memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk kuliah atau bekerja di sana atas biaya sendiri ataupun beasiswa adalah orang-orang yang hebat. Pergi jauh ke negeri orang, meninggalkan rumah yang nyaman beserta seluruh kerabat keluarga, beradaptasi dengan kultur yang sama sekali berbeda, dan hal-hal hebat lainnya yang entahlah apakah saya bisa melakukannya. Kemudian, dengan kerinduan yang sama, Inggrid. Setahun lebih cepat dari Attin mengambil program master atas biaya sendiri di IIUM (Malaysia). Dan akhirnya bekerja di sana kalau tidak salah, tinggal di sana setelah menikah, dan mungkin juga sampai sekarang masih di sana. Inggrid seseorang yang berjiwa pejuang, memang. Mandiri, cerdas, dan sangat disiplin. Saya rasa, setiap yang ingin sukses (baik di Indonesia maupun yang tinggal di negara lain) harus memiliki tiga sifat itu. Setidaknya, modal dasar untuk bertahan. Sahabat-sahabat saya yang lain, memilih untuk tetap tinggal dan bertahan di sebuah kota terpencil yang sulit dijangkau dari ibukota propinsi. Demi sebuah idealisme, mungkin juga

kesadaran dan niat tulus membangun dan membesarkan dakwah di tempat tersebut. Bagaimana dengan saya? Kata Hasan Al Banna, mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari. Mimpi saya terbangun dan terus dibangun untuk menjelajah ke luar sana. Seperti seseorang yang melihat ke luar jendela, saya menerawangkan kedua mata dan jiwa ini ke luar sana. Membangun mimpi tentu saja akan sia-sia tanpa diserta kekuatan doa dan jerih payah usaha mewujudkannya. Saat ini, tapak kaki ini sedang melangkah perlahan, dan kedua tangan ini bergegas untuk merajut kepingan mimpi itu menjadi lembaran baru yang indah, nantinya, insyaallah ...

BERANI JADI PENULIS BEST SELLER Pada pertengahan bulan Maret 2008, saya berkesempatan menjadi pembicara sebuah acara talkshow, dengan tema Kalau Masih Bisa Berwirausaha, Ngapain Harus Kerja? yang diselenggarakan di UNPAD, salah satu universitas negeri di Bandung. Selesai acara talkshow, saya dihampiri oleh seorang editor sebuah majalah dan diminta untuk menulis sebuah artikel dengan tema dream untuk dimuat di majalah tersebut. Wow, itulah pertama kalinya ada yang meminta saya untuk menulis sebuah artikel. Saya saat itu merasa tertantang untuk membuat sebuah artikel karena saya belum pernah sama sekali menulis artikel. Beberapa hari kemudian, saya berusaha mencari berbagai informasi tentang bagaimana cara menulis artikel melalui internet. Sampai akhirnya saya menemukan website pembelajar.com dan membaca artikel-artikel tentang cara menulis dari Edy Zaqeus, salah seorang penulis buku bestseller. Jadilah saya korban dari ide-ide provokatif dalam tulisan itu. Saya terinspirasi dan merasa semakin tertantang untuk dapat menulis. Akhirnya, saya memutuskan untuk berani membuat sebuah impian baru dalam daftar impian saya, yaitu impian menjadi penulis buku bestseller. Saat saya berani membuat impian ini, saya sama sekali belum berpengalaman ataupun memiliki kemampuan menulis artikel atau buku. Tetapi saya ingat sebuah pepatah, Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Ini adalah langkah ajaib pertama yang saya lakukan, yaitu berani memiliki impian. Walaupun saya memiliki keterbatasan waktu karena kesibukan pekerjaan saya sehari-hari yang sangat padat, belum lagi kendala lainnya, seperti tidak adanya pengalaman menulis sama sekali, tetapi saya tetap berani bermimpi. Impian saya adalah menjadi penulis buku bestseller dan buku itu akan diluncurkan (launching) pada waktu istimewa yang hanya akan muncul setiap 1000 tahun sekali, yaitu pada tanggal 08-08-08. Saya mengetahui bahwa sebenarnya banyak orang di sekitar saya dalam hatinya meragukan jika

saya dapat mencapai impian menjadi penulis buku, apalagi buku bestseller. Namun demikian, saya tidak peduli dengan keyakinan mereka karena berani membuat impian adalah hak saya, dan juga hak Anda! Segila apa pun impian itu merupakan hal terpenting bagi saya untuk berani mewujudkannya karena saya ingin selalu menjadi pemenang, seperti beberapa super hero idola saya semasa kecil (The Flash, Wonder Woman, The Green Lantern). Akhirnya, di bulan April 2008 saya mulai mewujudkan impian menjadi penulis buku bestseller. Aksi ini diawali dengan saya mulai belajar menuliskan kalimat-kalimat pertama untuk buku saya. Learning by doing, saya belajar menulis kata demi kata untuk sebuah buku bestseller. Satu setengah bulan kemudian, naskah hasil tulisan saya hampir rampung sesuai target saya yaitu 188 halaman. Saatnya berburu endorser dan mencari penerbit yang mau menerbitkan buku saya. Bagaimana cara mencari endorser? Saat itu saya belum tahu bagaimana caranya. Learning by doing, saya belajar mencari endorser dengan langsung melakukannya sendiri. Not doing is not Learning, prinsip saya. Dalam waktu singkat 8 endorsement (komentar) untuk naskah buku tersebut dari 8 endorser yang terkenal di berbagai kalangan profesi terkumpul. Ada yang dari kalangan birokrat, akademisi, penulis bestseller, profesional, pengusaha, rohaniwan, dan juga motivator. Bagaimana cara mencari penerbit? Pada saat itu saya juga belum tahu bagaimana caranya mencari penerbit. Apalagi penerbit yang sanggup meluncurkan buku saya hanya dalam tempo sekitar satu setengah bulan saja, mengingat waktu peluncuran buku yang saya inginkan adalah pada tanggal 08-08-08. Impossible!, kata beberapa teman saya yang telah menjadi penulis. Mereka berkata bahwa membutuhkan waktu berbulan-bulan sejak naskah diterima penerbit sampai pada peluncurannya. Bahkan ada yang menunggu lebih dari satu tahun baru diterbitkan. Lha, naskah saya dilihat penerbit juga belum. Hanya empat bulan setelah saya berani bermimpi menjadi penulis buku bestseller, tepat pada tanggal Delapan Agustus 2008 (08-08-08) jam 8.08 malam naskah yang telah saya tulis diluncurkan dalam bentuk sebuah buku Unik serba 8 di Toko Buku Gramedia Paris Van Java Bandung oleh Penerbit Andi dari Yogyakarta. Acara peluncuran buku begitu menarik minat banyak orang untuk hadir, sehingga 88 kursi yang disediakan oleh panitia tidak dapat menampung seluruh hadirin. Sebagian hadirin terpaksa sambil berdiri mengikuti acara peluncuran buku unik yang dicetak perdana limited edition sebanyak 8.888 eksemplar ini. Luar biasa! Terbitnya buku perdana ini, yang saya tulis sendiri, adalah hal yang luar biasa bagi saya pribadi. Bukan hanya karena waktu penulisannya yang singkat (88 jam) yang diselesaikan dalam waktu satu setengah bulan, ditengah berbagai kesibukan kerja saya yang dikejar deadline. Atau karena proses penerbitannya yang spesial dicap perangko kilat khusus oleh sebuah penerbit ternama (salah satu dari tiga penerbit besar yang menyatakan kesanggupannya untuk meluncurkan buku saya tersebut dalam waktu satu setengah bulan). Tetapi, karena empat bulan sebelum buku ini diterbitkan, tidak pernah terlintas sedikit pun dalam

pikiran saya untuk menjadi seorang penulis buku, apalagi penulis buku bestseller. Bagi saya seperti melompat dari bumi ke langit. Tak pernah terlintas sedikit pun bahwa pada akhirnya setelah buku itu diluncurkan, saya akan mendapatkan puluhan undangan sebagai pembicara talkshow untuk membedah buku tulisan saya. Undangan datang dari berbagai kota dari berbagai universitas terkenal, komunitas, radio, bahkan televisi. Setelah acara bedah buku selesai, banyak pihak pengundang yang menyatakan bahwa ingin mengundang saya kembali sebagai pembicara motivator dan inspirator di acara seminar atau pelatihan, memberikan kuliah umum atau studium general atau orasi ilmiah di acara-acara universitas, sampai menjadi pembicara talkshow secara rutin di radio-radio. Hal ini secara tidak langsung mendukung terwujudnya impian saya berikutnya (Langkah Ajaib ke 8) yaitu menjadi seorang pembicara Motivitor (Motivasi dan Inspirasi bersama Victor) dan menyebarkan virus semangat entrepreneurship (kewirausahaan) melalui Sekolah Gratis Kewirausahaan bernama USB. Inilah bukti KEKUATAN dari sebuah IMPIAN! Jadi, jangan ragu melakukan Langkah Ajaib pertama dari 8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit, yaitu Beranilah bermimpi dan Kalahkan semua Monster penghalang impian anda. Anda akan terbawa terbang ke langit di mana impian anda yang tergantung setinggi langit dapat teraih. Everything is possible! ~Dikompilasi sebagian dari buku 8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit karya Penulis, sesi Behind The Writing of This Book *Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor, Entrepreneur, Inspirator, Motivator, Software Engineer & Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller 8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit, Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id

Siapa Bilang Menulis Tak Menghasilkan


"Apa betul kita bisa hidup layak dari menulis?" "Bisakah saya kaya dari menjual tulisan?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kerap kali dilontarkan oleh teman-teman yang baru belajar menulis. Kadang, seorang penulis yang sudah kesohor dan punya namapun tidak mampu memberikan jawaban yang pasti, biasanya mengambang dan tidak jelas. Anda jangan kaget, karena demikianlah keadaannya. Profesi menjadi penulis belum sepenuhnya mendapatkan tempat yang layak di masyarakat. Tak percaya? mari diam-diam kita amati perilaku masyarakat ketika mengarahkan anak-anaknya memilih profesi masa depan. Hampir bisa dipastikan jika sebagian besar memilih untuk tidak menjadikan anaknya menjadi penulis. Jika tidak dokter biasanya insinyur, guru, pegawai bank, pekerja BUMN, dosen, artis, pengacara dan jenis profesi lainnya yang secara finansial memang

menguntungkan. Pernah, ketika kami sedang mengadakan pelatihan menulis kepada anak-anak usia sekolah dasar dan bertanya "Apa kalian nanti jika sudah besar ingin menjadi penulis?" Serempak mereka menjawab "Tidak". Memprihatinkan sekali. Buntut dari rendahnya "kasta" seorang penulis, menjadikan produktivitas buku-buku dalam negeri tertinggal jauh. Padahal kualitas sebuah buku mencerminkan kualitas sebuah bangsa.Saya selalu sedih setiap kali mengunjungi toko buku, yang saya lihat adalah buku-buku terjemahan, mulai dari novel, kumpulan cerpen, psikologi, musik, hingga buku-buku non fiksi seperti ekonomi, teknik hingga kedokteran. Lalu, kemanakah para penulis asli Indonesia? saya bukan anti terhadap produk asing, tetapi alangkah baiknya jika kita melahirkan buku-buku dari rahim sendiri. Jika disebut menjadi penulis sama halnya dengan memiskinkan diri, tidak sepenuhnya benar. Karena faktanya, banyak orang yang sukses dari menulis. Bukan hanya sukses kepuasan batin (karena bukunya dibaca sekian banyak orang) namun juga sukses secara finansial. Jikalau kita mau mengorek lebih dalam, apa yang terjadi saat ini hanyalah sebuah miskonsepsi, kesalahpahaman masyarakat dalam memandang profesi seorang penulis. Misalnya, mitos yang mengatakan bahwa menulis itu sulit dan memerlukan bakat yang luar biasa. Ada pula yang menyatakan bahwa untuk menjadi seorang penulis harus terlebih dahulu mencapai jenjang atau karir tertentu. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa pekerjaan menulis adalah pekerjaan istemwa yang pantas dikerjakan oleh orang yang super kreatif dna memiliki daya dongkrak imajinasi yang tinggi. Tentu saja, miskonsepsi ini membahayakan. Menulis menjadi menyeramkan, karena tak satupun ada calon-calon penulis yang berani mencoba. Apalagi siswa-siswa SD hingga SMA yang notebene adalah remaja. Padahal, setiap orang mempunya potensi untuk menjadi penulis, asalkan suka membaca dan menulis. Dalam tradisi baca tulis dikenal petuah bijak "There are all kinds of writer and all kinds of reader". Di masa krisis dan serba susah seperti ini, profesi menjadi penulis sebenarnya cukup menjanjikan. Apalagi perkembangan dunia perbukuan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang menggembirakan. Sebagai bukti, banyak buku-buku asli bikinan penulis dalam negeri laris manis bak kacang goreng. Bagi penulis yang bukunya masuk best seller dan dicetak berulang-ulang, royalti yang diperoleh juga makin berlipat. Sebut saja buku La Tahzan, karya karya Dr. 'Aidh al-Qarni yang menjadi buku terlaris di Timur Tengah, buku best seller Toto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi, atau novel-novel Dan Brown (The Da Vinci Code, Angel and Demons), belum lama ini juga diluncurkan buku The 8th Habit From Effectiveness to Greatness karya Stephen R Covey. Tentunya kita juga mengenal penulis semacam Muhammad Fauzil Adhim, penulis spesialisasi topik keluarga dan pernikahan seperti : Mencapai Pernikahan Barakah ( telah menembus angka 100.000 kopi), Kado Pernikahan untuk Istriku dan Indahnya Pernikahan Dini. 23 buku-buku karya Fauzil juga menjadi buku laris di pasaran. Bahkan Royalti buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah, (telah terjual 100.000 kopi) mencapai antara Rp 15 juta sampai Rp 25 juta per bulan.

Ada juga Pipit Senja, ia ini salah seorang penulis wanita senior, dan dapat membuktikan bahwa hidup bisa dari menulis, lebih 100 buku novel dan kumpulan cerpen telah ditulisnya. Dari menulis ini, Pipiet memperoleh royalti sekitar Rp 30 juta per tiga bulan. Serendah-rendahnya Rp 5 juta sebulan. Belum termasuk pendapatan dari seminar dan pelatihan menulis di berbagai kota, maupun menjadi editor tamu di sejumlah penerbitan. Bahkan, wanita penderita thalassemia (cacat darah bawaan) ini setiap hari pekerjaannya hanya menulis. Begitu juga saat diundang ke luar kota maupun luar negeri, ia selalu menyempatkan diri untuk menulis (Republika, 1 agustus 2005) Jika kamu seorang penulis artikel, bayarannya beda lagi. Tergantung media mana yang kamu tembus. Koran nasional seperti KOMPAS, TEMPO atau Jawa Pos tentu akan memberikan honor yang lebih besar ketimbang koran beroplah rendah. Taruhlah sekarang kamu produktif menulis di media nasional tiap minggu, jadi sebulan dimuat empat kali. Asumsikan honor per artikel sekitar 400 ribu, maka sebulan kamu bisa dapat honor 1,2 juta rupiah. Itu baru dari sisi finansial, belum lagi pengakuan intelektual yang bakal kamu terima. Penulis adalah profesi lintas batas. Siapa saja bisa menjadi penulis. Tua-muda, kaya-miskin, pejabat-orang biasa, lajang-berpasangan. Profesi penulis adalah profesi universal. Batasanya hanya satu : menulis itu sendiri. Maka jangan heran, jika banyak kita temukan orang-orang yang sukses berpresi ganda, ya penulis ya profesional dibidang lain. Mau contoh? mari kita amati bersama. Dari kalangan dokter ada Marga T yang menulis novel "Karmila". Juga Faisal Baraas dengan topik tulisannya yang beragama mulai dari seksologi, perempuan hingga sosial. Di Malang ada Pak Limas Sutanto, pskiater yang sering menulis masalah psikologi di media massa dan membuat buku dengan topik yang sama. Dari Kalangan artis juga banyak yang aktif menulis. Sebut saja Rieke Diah Pitaloka, Melly Goeslaw, Tamara Geraldine dan tentu saja Dewi "dee" Lestari dengan novel fenomealnya "Petir". Ada lagi penulis lain, seperti Safak Muhammad, pebisnis yang juga bankir di sebuah BUMN. Buku-bukunya yang sudah dilempar ke pasaran antara lain : Kaya Tanpa Bekerja (republika, 2004) dan Cara Mudah Orang Gajian menjadi Entrepeneur (MediaSukses, 2005). Ada juga Y.B Mangunwijaya, seorang arsitek yang juga lekat dengan dunia menulis. Bukunya antara lain, Burung-burung manyar dan Trilogi roro Mendut yang fenomenal itu. Jelas bukan, jika profesi menulis bisa ditekuni oleh siapa saja. Bahkan pekerja manufakturing yang biasanya tidak memiliki waktu banyak untuk menulis juga mampu menghasilkan sebuah karya tulis. Seperti kolega saya M Shofa, seorang Invetory Controller sebuah perusahaan swasta di solo yang menghasilkan novel "Sesobek kertas di sepatu kiri" (Diterbitkan Lanakar Publisher).

Ssssttt... Nulis Cerpen Yuuk...


Menulis buku itu gampang. Karena saat ini siapapun bisa menulis buku. Banyak penerbit yang mencari-cari naskah untuk diterbitkan, entah itu fiksi maupun non-fiksi. Bahkan sekarang kitapun bisa menerbitkan buku sendiri ! Ada begitu banyak jasa penerbitan indie yang bisa kita pakai untuk menerbitkan buku kita, asal kita punya dana yang cukup dan juga link yang kuat tentunya. Tapi sedikit yang menyadari bahwa sesungguhnya pertempuran terpenting dan paling menantang bagi calon-calon penulis bukanlah bagaimana perjuangan kita merangkai kata kemudian menuliskannya menjadi sebuah buku, bukanlah tentang bagaimana kita berjuang mengirimkan naskah ke penerbit-penerbit dan bersabar menunggu kapan naskah kita akan di approve untuk diterbitkan. Akan tetapi justu kawah candradimuka yang sesungguhnya bagi para penulis pemula adalah majalah dan koran-koran. Ya, mengirimkan cerpen atau artikel ke majalah dan koran adalah tantangan yang sesungguhnya bagi para penulis pemula. Mengapa ? mudah saja, karena di sini, karya kita mesti bersaing dengan ratusan mungkin ribuan karya penulis lain yang juga antri untuk dimuat. Di sini, kualitas menulis kita akan teruji di tangan para editor yang akan membaca tulisan kita dan memutuskan apakah tulisan kita layak dimuat atau tidak. Jika buku kita terbit dan menjadi best seller dan mungkin kemudian cetak ulang, kita bisa mengira-ngira berapa banyak orang yang membaca karya kita dengan cara menghitung berapa eksemplar buku yang telah laku terjual. sedikit banyak sejumlah itulah yang membaca kita ( belum lagi dihitung dari yang meminjam, red). Bayangkan jika tulisan kita terbit di koran atau majalah, ada berapa ribu bahkan jutaan orang yang membacanya ? oplah koran harian yang begitu besar, juga majalah-majalah mingguan atau bulanan yang jumlahnya lebih dari sekedar lima ribu eksemplar, membuat tulisan kita akan dibaca dimanapun, oleh siapapun, di pelosok sekalipun. Sebuah tantangan yang menarik bukan ? Jadi tunggu apa lagi , jika kita belum merasa sanggup untuk menulis sebuah buku, tulislah sebuah cerpen atau artikel terlebih dahulu lalu kirimkan ke majalah atau koran. Biarkan tulisan kita bersaing secara sehat dengan ratusan bahkan ribuan penulis lainnya. Mengutip pendapat seorang penulis kawakan, "Teruslah menulis, kirimkan dan lupakan. Menulis, kirimkan dan lupakan.." Artinya, ketika kita selesai menulis satu cerpen/artikel, kita kirimkan tulisan itu dan jangan sibuk menunggu kapan tulisan itu dimuat. Lupakanlah tulisan yang kita kirim itu dan sibukkan diri kita dengan menulis tulisan lain, begitu seterusnya. Ini melatih diri kita untuk terus menulis lebih baik lagi. Bagi seorang penulis buku yang belum pernah mencicipi cerpennya dimuat di majalah ataupun koran, Berani terima tantangan ?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat browsing di internet dan menemukan beberapa tips menarik seputar bagaimana cara mengirim cerpen ke majalah ataupun koran. Semoga tips ini bermanfaat, Selamat menulis !

TIPS MENULIS CERPEN


y

y y

Sebelum mengirim sebuah cerpen, belilah majalah yang akan menjadi target kita. Baca dan pelajari cerpen yang dimuat di sana. Dari situ akan terlihat cerpen jenis apa yang disukai redaksi majalah itu. Tapi, jika ternyata cerpen kita berbeda genrenya dengan cerpen di majalah itu, maka sebaiknya tunda pengiriman cerpen. Setidaknya, sampai kita sudah menghasilkan cerpen dengan genre yang sama. secara, kalau genrenya beda, sebagus apapun karya kita, belum tentu dimuat. Perhatikan persyaratan yang biasanya tercantum di halaman awal majalah. Misal :Jumlah halaman, jumlah karakter, spasi dsbnya. Paling bagus kalau mengirim cerpen via e-mail (dari sisi editor : lebih mudah mengeditnya, dari sisi penulis : lebih hemat biaya dan lebih praktis). Tapi tidak semua majalah mau menerima cerpen by e-mail. Jika demikian, mau nggak mau cerpen harus di print dan dikirim via pos. Boleh juga kalau kita telpon ke kantor redaksi majalah ybs, tanya apakah ada alamat e-mailnya (kalau kita memang lebih suka mengirim by e-mail tapi tidak tahu alamat e-mailnya/tidak tercantum di majalah). Untuk cerpen yg dikirim via pos, harus diprint di kertas yang bersih (bisa folioatau A4, tergantung persyaratan). Jangan bolak balik ya. Masukkan cerpen ke amplop coklat panjang. Jangan dilipat. Kesannya tidak rapi. Di halaman akhir cerpen cantumkan nama jelas, alamat lengkap, nomor ponsel/telpon rumah, nomor rekening. Kalau mau pakai nama samaran boleh saja tapi jangan lupa cantumkan juga nama jelas (nama yg sesuai dengan nama di rekening , agar pihak redaksi tidak bingung saat mengirim honor). Pengiriman yang dilakukan via email tidak usah pakai kata pengantar segala. Editor sudah cukup sibuk. Jangan ditambah kesibukan baru untuk membaca kata pengantar . Tapi jangan lupa tulis subjek : CERPEN atau FIKSI (liat persyaratannya, apakah harus tulis cerpen atau fiksi). Kata pengantarnya cukup :TERLAMPIR. Lalu cerpen yangr tesimpan di word, di attach aja. Cek lagi, apakah sudah berhasil dikirim. Kalau belum, coba lagi. Karena kadang-kadang ada majalah yang inboxnya sudah penuh cerpen tapi belum dibersihkan. Saya sering tuh mengalami yang kayak gini. Failure terus. Kalau masih belum bisa juga, tunda pengiriman 2 atau 3 hari. Jika masih gagal juga (undelivered terus) lebih baik telpon ke redaksi majalah ybs. Tanya apakah ada alamat email lain? Atau, tanya saja kenapa tidak bisa mengirim cerpen by email. Barangkali, alamat email sudah ganti. Memang kesannya niat banget ya. Tapi, kalau mau jadi cerpenis yaa...harus ada perjuangan dong.

Nah, kalau cerpen sudah berhasil terkirim, tinggal tunggu deh!

Masa menunggu ini paling menjemukan. Pernah ada cerpen yang sudah setahun dikirim baru dimuat. Capeeee deh! Makanya, sebaiknya setelah kirim, lupakan saja. Kalau makin ditunggu dan diharapkan terbit, malah jadi bete sendiri.

Tapi supaya tidak terjadi pengiriman ganda (satu cerpen dikirim ke 2 majalah) lebih baik kita buat catatan di notes atau di ponsel. Misal : cerpen berjudul AAA dikirim ke majalah C, cerpen berjudul BBB dikirim ke majalah D). Kalau mau lebih detail, boleh juga ditulis tanggal pengirimannya. Karena biasanya, kalau sudah lewat 3 bulan tapi tidak ada kabar dari redaksi, berarti cerpen kita tidak dimuat. Walaupun tidak selalu begitu.

Kalau cerpen kita dimuat, biasanya 2 minggu sebelumnya akan diberitahu by phone or email. So, rajin-rajinlah ngecek email. Saya pernah nggak ngecek email lantaran pergi melancong selama 3 minggu. Tau-tau, honor udah masuk ke rekening. Saya jadi kelimpungan deh mencari majalah yang memuat cerpen saya itu. Secara nggak semua redaksi mau mengirimkan majalah yang memuat karya kita, maka sebaiknya kalau ada pemberitahuan by phone tentang cerpen kita yang akan dimuat, jangan lupa tanya di edisi berapa? Supaya kita bisa membeli majalah itu dan tidak kehabisan. Ada juga sih, redaksi yang royal dan mau ngirimin majalah yang memuat karya kita. Tapi, kadang-kadang mereka juga kehabisan stok.

Hobi Jadi Sumber Pendapatan Ciptakan Surga Dunia


Bila Anda memiliki suatu hobi, dan bisa menulis, apa salahnya mengubah hobi itu menjadi sumber pendapatan? Dibayar untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan, bukankah itu surga dunia? Berikut sejumlah hobi yang bila ditulis berpeluang menjadi uang. 1. Traveling Daripada hanya menguras dompet, tuliskan pula pengalaman liburan Anda. Jepret dengan kamera digital spot-spot yang bagus. Kirimkan ke majalah traveling, baik cetak maupun online. Ingat, angle artikel Anda harus unik. Jangan sekadar menuliskan daya tarik utama tempat wisata itu. Bila Anda ke Bali, misalnya, jangan terfokus mendeskripsikan keindahan Pantai Kuta (gugling doang juga bisa!), tapi tulislah kehidupan ibu-ibu yang buka jasa pijat. Atau, keseharian bule-bule penggelandang (backpacker). Angle itu jarang diangkat sehingga memperbesar peluang artikel Anda lolos seleksi. Honor (artikel + foto): Rp 1 2 juta untuk perjalanan ke luar negeri, Rp 500 ribu 1 juta untuk perjalanan domestik, Rp 200 500 ribu untuk majalah online 2. Membaca Buku Bila Anda hobi membaca buku, tulislah resensi buku yang baru terbit atau berlabel bestseller. Kirimkan ke media yang menyediakan space untuk resensi buku. Atau, bila yang Anda baca itu buku berbahasa asing dan belum ada edisi terjemahannya, terjemahkan saja. Lalu ajukan ke penerbit yang relevan dengan topik buku tersebut.

Honor resensi: Rp 500 ribu 1 juta per resensi Honor terjemah: tergantung reputasi penerbit, bahasa asli, dan tebal buku 3. Menolong Orang Lain Bila Anda psikolog, seksolog, dokter, ataupun pakar di bidang lain, Anda dapat membantu pembaca media dengan mengasuh rubrik konsultasi. Bagaimana bila Anda bukan pakar? Nah, cobalah resapi prinsip saya ini: bila ada, raihlah; bila tidak ada, ciptakanlah. Anda jago memasak? Tawarkan proposal konsultasi bahan/resep/menu/masakan ke media kuliner. Anda senang utak-atik motor? Tawarkan proposal konsultasi modifikasi motor/mobil ke media otomotif. Oh, doyan berkebun doang? Jangan patah semangat! Tawarkan proposal konsultasi berkebun ke media agro. Bila Roy Suryo saja bisa memperoleh label pakar telematika, kenapa Anda tidak?! Honor: Rp 500 ribu Rp 2 juta per bulan 4. Bergosip Eit, jangan salah. Ibu-ibu di kompleks yang gemar bergosip, bila kreatif, bisa juga menjadikan hobinya itu sumber pendapatan. Kumpulkan info yang Anda dapatkan dari "ngumpul bareng tetangga". Misalnya, Bu Kokom baru melahirkan, ayahanda Pak Romli meninggal dunia, atau Bu Fenny membuka toko kelontong di depan rumahnya. Info sederhana ini penting bagi warga kompleks. Bila secara rutin Anda mengumpulkannya, menulis dan me-layout dengan rapi (gunakan saja template di Microsoft Publisher), mencetaknya (cukup HVS ukuran folio, difotokopi banyak-banyak), dan menyebarkannya ke tetangga (titipkan saja ke ketua PKK untuk beliau bagikan di acara arisan PKK bulanan), bisa menjadi bibit bisnis menjanjikan lho. Awalnya, carilah iklan dari tetangga yang membuka usaha lokal, juga yang berniat menjual/menyewakan mobil atau rumah. Patok tarif murah saja. Misalnya Rp 10 ribu per spot dan Rp 1.000,- per baris. Yang penting balik modal. Setelah bertahan tiga bulan, tawarkan proposal kerjasama ke pihak pengembang kompleks perumahan tersebut. Mereka mendanai, Anda terus bergosip dan menulis kontennya, laba dibagi sesuai kesepakatan. Hobi kreatif seringkali membawa hasil yang menguntungkan bagi seseorang. Contohnya, Asniar, warga Kelurahan Kebon Kosong ini, mampu menyokong ekonomi keluarga dari hobinya membuat pernak-pernik. Hal ini mungkin terdengar biasa saja. Apalagi yang dihasilkan awalnya hanya berupa tas, bros dan cincin saja. Namun, lima tahun terakhir ini, Asniar mulai mengembangkan usahanya dengan memasarkan hiasan bunga dari akrilik. Jika dilihat dari jauh, hiasan bunga akrilik ini tidak berbeda jauh dengan hiasan bunga kristal yang harganya jauh lebih mahal. "Sekitar lima tahunan lah, saya mulai membuat hiasan bunga seperti ini. Bahannya sih mudah didapat kemudian tinggal dirangkai saja dengan tali kenur. Saya sengaja tidak pakai lem karena biasanya cepat lepas." tutur ibu dari enam anak ini. Kisaran harga bunga per tangkainya adalah Rp. 15.000,-. Namun, jika beli per pot atau per vas harganya berkisar antara Rp.60.000,- sampai Rp.250.000,-.

Distribusi hiasan bunga ini pun ternyata sudah merambah Palembang dan Lampung. "Kalau di Palembang dan Lampung, saya titip ke toko-toko. Untuk wilayah Jakarta, saya titipkan saja ke anak-anak atau teman-teman yang sudah saya percaya." ungkap Asniar. Asniar juga menambahkan bahwa hiasan bunga karyanya ini menjadi produk unggulan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk Kelurahan Kebon Kosong. "Waktu itu, saya ikutkan karya saya ini eh banyak yang minat dan jadi produk unggulan." ucap Asniar. Ada lagi cerita tentang datangkan omzet lewat hobi, adalah Fernando (Nando, 29 tahun), pemuda berdarah Batak yang merintis usaha salon helm, Fernando mengungkapkan, pada awalnya usaha kutak katik dan cat helm itu bermula dari hobinya mengumpulkan helm. Sekitar lima tahun silam (tahun 2005), Nando yang saat itu sudah memiliki koleksi helm berbagai merek dan jenis yang dikumpulkannya sejak duduk di bangku SMP, ditantang teman lamanya untuk bisa memperbaiki helmnya yang rusak, yang sebelumnya kerabatnya itu ingin membeli salah satu helm kesayangannya. Selama ini orang memilih cara praktis mengganti helmnya yang rusak, tentunya tidak lain menggantinya dengan membeli helm yang baru. Namun belum tentu sebegitu gampang orang mau menukarkan helm yang sudah "enak" atau "pas"dipakai di kepala kita. Apalagi, helm itu helm kesayangan kita karena bentuk maupun design warnanya dan stikernya sangat menarik. Jadi apa solusinya? Salon Helm, bisa menjawab permasalahan tersebut. "Waktu itu saya merasa sayang sekali menjual helm koleksian saya. Tapi akhirnya saya lepas juga dibeli teman. Beberapa hari kemudian, teman itu bersama tiga orang temannya juga datang lagi dengan membawa helmnya yang rusak minta diperbaiki. Merasa tertantang, saya berjanji pada dia akan menghubunginya kemudian hari, untuk memperbaiki helmnya itu, dengan syarat teman itu bisa bawa sekitar 20 helm yang mau diperbaiki. Karena kalau empat helm saja kan kita rugi. Karena waktu itu saya belum ada keahlian khusus membetuli helm. Melihat peluang bisnis inilah saya berangkat ke Jakarta untuk belajar reparasi helm ini. Setelah tiga bulan di sana dan yakin saya bisa, sayapun balik ke Medan dan langsung menghubunginya, untuk segera memperbaiki helmnya itu. Dengan modal awal cuma Rp2 juta, dari sinilah awal saya merintis usaha salon helm ini," ungkap Nando yang hanya lulusan SMA di Belawan ini seraya mengenang perjalanan bisnisnya itu. Banyak jenis helm yang mampu diperbaiki oleh Nando di lapak usahanya yang persis berseberangan dengan kampus ITM, Jalan Gedung Arca Medan itu. Khususnya helm standart, seperti merek BMC,MDS,AGV, INK, LTD, SHOEI, WTC, CABERG, KYT. "Ya,baru dua tahun inilah aku fokus pada reperasi helm (salon helm) dan sekaligus jual helm baru berbagai merek standart impor dari Korea dan Tahailand, dan ada juga buatan lokal.Tiga tahun pertama aku masih menjual helm bekas, sekarang nggak lagi. Karena sudah makin banyak barang masuk dari distributor/agen helm ke tempat kita.Mereka sudah percaya pada kita.Lagipun kita ibarat bangun yang dasarnya terbuat dari beton, nggak tergantung jual helm saja, kita punya skill," tutur pemuda yang mengaku dari sejak SMP bercita-cita hidup mandiri jauh dari ketergantungan orang tuanya, padahal ortunya tergolong mampu ekonominya.

Dia menyebutkan, dalam sehari, usaha salon helmnya itu menampung sekitar 40- 50 order/pesanan dengan berbagai macam masalah kerusakan helm. Mulai dari ganti kaca, busa,kain, baut kaca, sampai dengan laundry plus rabin polis yang rata-rata selesai dikerjakannya paling lama satu hari. "Lumayanlah..seharinya omset kita bisa sampai sekitar Rp1,5 hingga Rp2 jutaan," sebut Nando yang saat ini mampu mempekerjakan 8 orang kenek atau karyawan yang membantu usahanya ini. Untuk reperasi helm, seperti ganti kaca Nando mematok tarif Rp10.000-Rp60.000, tergantung merek dan tingkat kerumitannya, ganti busa dan kain baru (helm standart) Rp50.000-Rp90.0000, sedangkan laundry plus rabin dikenakan biaya cuma Rp10.000, dan cat body helm Rp70.000 hingga Rp80.000 (sama ganti/pasang stiker baru). Nando yang sebelum berprofesi sebagai tukang reperasi helm ini, sudah pernah menjalankan usaha foto kopi dan jual koran ini menuturkan bahwa baginya prisnsip dalam menjalankan usaha adalah kemauan, dan rajin membaca dan belajar terus terkait dengan usaha. "Saya cuma mau kasi tips jalankan usaha salon helm ini adalah yang penting harus sudah punya keahliannya dan benar-benar serius, sabar dan teliti. Sehingga kita tak takut bersaing dimanapun berada. Jadi modal usaha (uang) bukan segalanya, memang ujung-ujungnya uang sih," ujarnya. (fn/km/rf/md)www.suaramedia.com

Adakah Peluang Usaha di Rumah ?


Ada begitu banyak peluang yang bisa Anda kerjakan dan bisa menghasilkan tambahan penghasilan jika Anda bekerja di rumah. Salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan orang dengan layanan dan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Anda bisa memulainya dengan modal kecil dan mulai dari rumah Anda sendiri. Sebenarnya ada banyak peluang jika Anda jeli dan rajin mengamati kebutuhan seseorang. Anda bisa menggunakan internet untuk mencari peluang usaha yang bisa dikerjakan di rumah. Anda akan menemukan banyak perusahaan yang mencari pekerja di rumah karena bisa menghemat waktu dan uang bagi perusahaan. Jika Anda memiliki bakat menulis kreatif, jangan salah terdapat banyak perusahaan yang mencari orang berbakat menulis dan bisa dikerjakan di rumah. Diantaranya adalah mereka mencari orang yang bisa menulis artikel,membuat slogan iklan atau bahkan menulis deskripsi

singkat tentang item yang mereka jual lewat katalog. Lihat artikel sebelumnya yang membahas menulis kreatif yang bisa menambah penghasilan. Jika Anda terampil dalam menjahit, banyak peluang usaha yang bisa Anda kerjakan di rumah. Salah satunya adalah melakukan perubahan pada pakaian atau membuat pakaian. Ini adalah kesempatan berharga untuk penjahit terampil yang ingin mencari peluang bisnis di rumah. Jika jenis pekerjaan Anda seperti ini, maka kemungkinan Anda telah memiliki organisasi penjahit dan semua yang perlu Anda lakukan adalah mengiklankan bisnis Anda di tempat-tempat di mana orang akan melihat dan mengingat nama Anda. Apakah Anda suka membuat kue? Ini adalah salah satu contoh dari peluang bisnis dengan bekerja di rumah. Keahlian membuat Roti dan kue ulang tahun pernikahan, adalah salah satu bisnis besar dan ideal terutama bagi Anda sebagai pebisnis yang ingin tinggal di rumah. Bila Anda menemukan peluang bisnis di rumah, seperti yang satu ini, Anda dapat melakukannya sendiri atau Anda dapat menyewa orang lain yang juga ingin bekerja di rumah untuk membantu Anda. Peluang usaha lainnya yang bisa menjadi contoh pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah adalah menjadi konsultan diet, hairdressing, konsultan pernikahan atau seorang perencana keuangan. Semua pekerjaan tersebut memungkinkan Anda menjadi bos dan bisa memilih waktu sendiri. Anda tidak harus menginvestasikan uang yang besar untuk memulai usaha ini. Anda akan menikmati ketenangan pikiran berada di rumah dan masih membawa pulang cek gaji bulanan. Ada begitu banyak pekerjaan di rumah yang bisa menjadi peluang bisnis bagi Anda, terutama jika Anda tetap ingin memperoleh penghasilan dan tidak ingin meninggalkan rumah untuk bekerja di luar. Bekerja di rumah sangat cocok bagi seorang ibu rumah tangga yang ingin tetap bisa aktif mengurus rumah tangga dan mendapatkan tambahan penghasilan. Bagaimana menurut Anda ?

Alamat, Nama Rubrik dan Jumlah Honor Menulis di Media


Senin, Februari 21, 2011 08:57 Diposkan oleh Mieny Angel , 6 Comments Label: Media Massa Ada banyak kesempatan untuk menulis di media sebagai salah satu ajang aktualisasi dan apresiasi di dunia menulis. Hampir semua media menyediakan rubrik untuk public. Yang paling umum adalah rubric opini (bisa dengan nama lain untuk sejumlah media), cerpen, puisi dan sebagainya.

Berikut nama media, nama rubric, alamat email dan perkiraan jumlah honor (dikompilasi dari sejumlah sumber) :

Kompas: opini@kompas.co.id Kompas termasuk media yang memiliki begitu banyak rubric untuk masyarakat. Selain opini, ada rubric lain yang bisa dicoba seperti Teroka dan Teropong. Bedanya, jika rubric opini muncul setiap hari, rubric-rubrik lain ada yang tiap satu atau dua minggu. Honor di Kompas konon ratarata di atas satu juta.

Jawa Pos (www.jawapos.com) Ada beberapa rubric yang bisa dicoba: opini, ruang putih, di balik buku, cerpen, puisi dsb.. Alamat email : opini@jawapos.co.id, sebutkan rubric yang dituju pada subyek email. Honor opini sekitar Rp 750.000. Untuk Kolom Esai Budaya, Cerpen, Resensi Buku dan Dibalik Buku: ariemetro@yahoo.com. (Untuk resensi buku, bisa dikirim yang panjang tulisannya sampai 800 kata)

Seputar Indonesia (www.seputar-indonesia.com) Alamat : redaksi@seputar-indonesia.com. Ada Opini (muncul setiap hari), Kolom Budaya, Resensi, Puisi, Cerpen (ada di hari Minggu saja). Tinggal kita tulis aja mau dimuat di kolom apa pada subject email pas kirim tulisan. Honor resensi buku 200 ribu. Opini dan Kolom Budaya 400 ribu, Cerpen 400 ribu.

Lampung Post (www.lampungpost.com): Untuk Kolom Opini: redaksi@lampungpost.co.id ini imel utama opinilampost@yahoo.co.id redaksilampost@yahoo.com Untuk Esai Budaya/Sastra dan Puisi: lampostminggu@yahoo.com, halaman opini@yahoo.com Honor Opini 200 ribu, Cerpen 200 ribu

Media Indonesia (www.media-indonesia.com): Untuk Kolom Opini dan Resensi Buku : redaksi@mediaindonesia.co.id opinimi@yahoo.com (Panjang resensi buku maximal 800 kata. Begitu juga dengan Opini. Saat kirim lebih baik semua imel dikirimi. Honor resensi buku dan Opini 400 ribu. Nama Kolom Resensi Buku-nya: Bedah Pustaka)

Bisnis Indonesia: redaksi@bisnis.co.id (Biasanya tulisan yang nyerempet soal bisnis dan ekonomi. Honor sekitar 300 ribu)

Pikiran Rakyat (www.pikiran-rakyat.com) (Jawa Barat): Untuk Kolom Opini: opini@pikiran-rakyat.com panjang tulisan maximal 6000 karakter dengan spasi honornya 300 ribu. Untuk Esai Sastra, Cerpen dan Puisi: khazanah@pikiran-rakyat.com ada di hari Sabtu Untuk Resensi Buku: kampus_pr@yahoo.com ada cuma hari kamis (panjang tulisan 4000 karakter dengan spasi. Honornya 200 ribu.)

Koran Tempo (www.korantempo.com): Untuk Kolom Opini: koran@tempo.co.id Untuk Resensi Buku, Esai Sastra dan Puisi: ktminggu@tempo.co.id Honor Opininya sekitar 600 ribu. Satu bulan sekali ada Suplemen Ruang Baca, kalo dimuat honornya 500 ribu. Resensi buku honor 400 ribu.

Republika (www.republika.co.id): sekretariat@republika.co.id ini buat Kolom Opini. Kalo kirim cerpen dan puisi, selain kirim ke imel itu, kirim juga ke: ahmadun21@yahoo.com

Suara Karya (www.suarakarya-online.com): redaksisk@yahoo.com Ada Kolom Opini. Cerpen dan Puisi hari Sabtu. Honor Opini 150 ribu

Suara Pembaruan (www.suarapembaruan.com): koransp@suarapembaruan.com semua jenis tulisan dikirim ke imel itu. Ada Kolom Opini, Resensi Buku, Puisi dan Cerpen

Koran Jakarta (www.koran-jakarta.com) : redaksi@koran-jakarta.com (Setiap hari ada Kolom Opini (namanya Gagasan) dan resensi buku (Perada). Honor 400 ribu untuk Opini, Resensi buku 280 ribu. Kalau mau dimuat, biasanya ditelfon terlebih dahulu.

Suara Merdeka (www.suaramerdeka.com): naskah@suaramerdeka.info dan wacana@gmail.com. Ini koran Jawa Tengah, InsyaAllah bisa dicoba oleh penulis lain dari luar daerah.

Catatan Tambahan : 1. Untuk Rubrik Opini, secara umum tulisan berkisar 700-850 kata. 2. Tulisan bisa dimuat satu hari setelah kirim, satu minggu, dua minggu atau bahkan dua bulan setelah kirim, umumnya juga tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. 3. Selain actual, kenali karakter media dengan sering mengunjungi webnya masing-masing. Selamat mencoba dan berkarya..

Apa Syarat Menulis Opini Kompas?


(Bagian 1) PERTANYAAN di atas sering terlontar dari rekan maupun saat pelatihan. Saya hanya bisa menjawab bahwa artikel harus aktual, artinya sesuai dengan peristiwa terkini. Jawaban ini sesuai pengalaman saat untuk pertama kali artikel saya dimuat di halaman opini Kompas, yang dulu dikenal sebagai Halaman 4 . Waktu itu, artikel saya yang berjudul Berharap dari KPAT Ke-8 bisa lolos seleksi dan dimuat di halaman bergengsi itu pada Rabu 20 Juni 1990, karena disesuaikan dengan adanya Kongres Perpustakaan se-Asia Tenggara di Jakarta. Saat artikel itu muncul, Kongres baru saja dimulai. Artinya, antisipasi dan persiapan saya saat menulis artikel itu dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya! Halaman 4 Kompas yang memuat Tajuk Rencana dan Opini yang sekarang menjadi Halaman 6, sering dianggap sebagai Universitas -nya Kompas. Tempat dimana pemikiran paling mutakhir dari para pakar tercurah. Ada tempat pembelajaran lintas ilmu di sini, selain juga bisa mengetahui arah kebijakan Kompas (baca keberpihakan) lewat Tajuk Rencana dalam menyikapi perkembangan zaman. Kecuali Tajuk Rencana, opini merupakan halaman khusus untuk pembaca atau dalam hal ini pakar, tidak boleh wartawan Kompas menulis opini di situ. Selain bergengsi, honor yang diberikan pun di atas rata-rata honor artikel pada media massa lain. Mengetahui syarat-syarat yang diinginkan Kompas mengenai sebuah artikel, mungkin salah satu strategi dalam menyiasati artikel agar bisa dimuat. Setelah meminta izin dari Fitrisia M (Mbak Poppy) dari Desk Opini, saya memaparkan 17 penyebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas. 1. Topik atau tema kurang aktual 2. Argumen dan pandangan bukan hal baru 3. Cara penyajian berkepanjangan 4. Cakupan terlalu mikro atau lokal 5. Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung 6. Konteks kurang jelas 7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer 8. Uraian Terlalu sumir 9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah 10. Sumber kutipan kurang jelas 11. Terlalu banyak kutipan 12. Diskusi kurang berimbang 13. Alur uraian tidak runut 14. Uraian tidak membuka pencerahan baru 15. Uraian ditujukan kepada orang

16. Uraian terlalu datar 17. Alinea pengetikan panjang-panjang.

Sahabat sekalian yang berminat menulis opini tinggal menegasikan saja 17 persyaratan di atas. Poin pertama, misalnya, topik atau tema harus aktual. Poin kedua argumen dan pandangan harus hal baru. Poin tiga, penyajian jangan berkepanjangan alias cukup singkat saja, dan seterusnya. Tentu saja ada trik lain agar opini bisa lolos dan dimuat, tetapi itu akan saya paparkan di lain kesempatan.
Syarat lain yang amat penting menurut Kadesk Opini Kompas Tony D. Widiastono, adalah panjangnya artikel yang cukup 5.300 karakter atau 700 kata saja dalam Bahasa Indonesia. Biar lebih cepat sampai,tulisan dikirim lewat imel ke alamat: opini@kompas.co.id. Naskah yang lolos pemeriksaan akan dimuat secepatnya. Jika tidak bisa dimuat, dipastikan dikembalikan paling lama dua minggu dari penerimaan naskah. Bagaimana, Anda berani mencoba? Apa Syarat Menulis Opini Kompas? (Bagian 2)

SEORANG sahabat memberi komentar pada postingan saya sebelumnya, bahwa syarat menulis di Kompas harus ditambahkan dua poin lagi, yakni poin 18: kesulitan tempat untuk memuat artikel Anda, dan 19: nama penulis tidak terkenal. Mungkin ini satir atau sindiran halus semata. Bahwa ada coretan editor di Desk Opini terhadap naskah yang dikembalikan (retour) dengan tulisan tangan berbunyi Redaksi kesulitan untuk memuat artikel Anda, ada benarnya. Sekadar berbagi info saja, setiap hari editor Desk Opini serta stafnya harus membaca kurang lebih 80-100 artikel yang masuk. Padahal, naskah yang kemungkinan bisa dimuat hanya 2 sampai 4 artikel saja. Sesungguhnya jika ada coretan tangan editor bahwa Redaksi kesulitan untuk memuat artikel Anda, itu artinya artikel tersebut masuk nominasi. Sudah dibaca sekian orang dan lolos saringan. Hanya saja setelah dibandingkan dengan artikel lain yang senada dan juga lolos nominasi, pilihan mau tidak mau harus dilakukan. Bahwa penulis harus orang yang terkenal atau dikenal sehingga penulis tidak terkenal tidak bisa lolos, itu sepenuhnya salah. Saya tidak akan jauh-jauh mengambil contoh pengalaman orang, tetapi pengalaman saya sendiri, meski mungkin terpaksa harus saya ceritakan kembali. Pada hari Rabu, 20 Juni 1990, saat artikel saya dimuat untuk pertama kalinya di halaman 4 Kompas, percaya atau tidak: itu adalah artikel pertama yang saya kirimkan ke Kompas sekaligus tulisan saya yang dimuat pertama kalinya di Kompas . Tentu saja saya bukan siapa-siapa saat itu, tidak pula penulis yang dikenal. Kecuali mungkin komunitas pembaca majalah berbahasa Sunda,

Mangle, sebab di majalah itu saya sering menulis carpon atau cerita pendek. Itupun tidak banyak. Mengapa artikel saya yang bukan siapa-siapa bisa lolos dan dimuat? Fakta ini mungkin bisa mematahkan asumsi bahwa tidak harus penulis terkenal saja yang artikelnya bisa dimuat di halaman 4 (kini halaman 6) Kompas! Memang sekali waktu, sebagaimana saya tangkap dari Kadesk Opini Kompas Tony D. Widiastono saat temu penulis di Surabaya dua tahun lalu, bahwa mereka yang menulis untuk halaman opini diutamakan yang setidak-tidaknya sarjana atau sudah lulus S1, bukan masih mahasiswa. Tulisan opini bukan untuk coba-coba, tetapi kepakarannya harus jelas dan bisa dipertanggungjawabkan, kata Tony saat itu. Meski demikian, mahasiswa (yang belum sarjana S1) tidak dilarang menulis dan mengirimkan opininya ke Kompas. Menurut staf sekretariat Desk Opini, sampai sekarang sejumlah mahasiswa yang belum lulus S1 mengirimkan artikelnya. Bahwa opini mereka belum bisa dimuat, itu soal lain. Akan tetapi rekan sefakultas saya di Universitas Padjadjaran, Yudi Latif (kini bergelar doktor dan menjadi Deputi Rektor Universitas Paramadina), tiga artikelnya dimuat di halaman opini Kompas dalam kurun waktu 1989. Untuk diketahui, saat itu Yudi masih mahasiswa. Hal sama terjadi pada Denny JA yang sangat produktif menulis di halaman 4 Kompas justru saat ia masih mahasiswa alias belum lulus S1. Anda, mengapa tidak?
Apa Syarat Menulis Opini Kompas? (Bagian 3) DALAM dua postingan terdahulu, Berbagi Pengalaman Menulis (34 & 35), selintas saya memaparkan syarat-syarat menulis artikel untuk Kompas. Mengapa tidak syarat menulis cerita pendek (cerpen) atau tulisan lainnya? Barangkali soal waktu dan pilihan saja. Ke depan, saya juga akan menyentuh hal itu.

Anggapan umum mengatakan: jangan lepaskan peristiwa atau wacana terkini, lalu tulis dan cepat kirimkan tulisan kepada Kompas (atau mungkin media lainnya), jangan biarkan penulis lain memangsa isu mutahir itu! Begitu kira-kira. Maaf bukan maksud mematahkan anggapan ini. Untuk Kompas, main ambil peristiwa mutahir untuk kemudian sesegera mungkin kita tulis, tidaklah cukup. Ada hal lain dari sekadar main cepat-cepatan seperti itu, yakni kepakaran penulis. Pakar bukan berarti doktor atau professor. Menunggu doktor atau professor menulis, sama saja menunggu Godot tiba karena tidak sedikit professor dan doktor Indonesia yang malas menulis. Kepakaran dengan sendirinya mematahkan anggapan ambil secepatnya peristiwa/isu mutahir. Kalau ada peristiwa terkini, katakanlah ledakan bom di Pakistan saat menyambut Benazir Bhutto, tentu saja tidak sembarang penulis yang akan mengambil peristiwa hot itu untuk

dijadikan sebuah opini maupun artikel. Anda yang bukan pakar Pakistan, tentu cukup tahu diri untuk tidak akan membuat analisis berita atau artikel mengenai peristiwa berdarah di negerinya Ali Bhutto ini. Sebaliknya, Kompas akan melihat kepakaran penulis, apakah dia orang yang tepat (prominent) dalam menulis Pakistan, atau sama sekali tidak. Beda misalnya dengan Anda yang mahasiswa S1 Jurusan Hubungan Internasional yang sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan, Anda adalah orang yang tepat. Setidak-tidaknya Anda menulis atribusi Anda sebagai mahasiswa, sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan. Apakah hanya karena menulis skripsi Anda dianggap cukup pakar soal Pakistan? Dewan redaksi opini yang akan menentukan, toh setidak-tidaknya Anda punya perhatian dan minat khusus pada politik Pakistan dibanding penulis lain yang baru mengenal Pakistan kemarin sore. Anda pasti membaca banyak buku referensi mengenai Pakistan dalam menyusun skripsi. Anda pasti lebih berharga dan berilmu dibanding penulis yang menggunakan atribusi pemerhati Pakistan atau peminat masalah Pakistan. Dengan demikian tulisan Anda bakal dilirik editor opini karena kepakaran Anda yang dalam hal ini intensitas Anda dalam mendalami Pakistan. Anda yang professor, doktor , atau pengkaji khusus masalah-masalah Pakistan, dengan sendirinya seharusnya menulis mengenai politik Pakistan mutakhir pasca pengeboman dahsyat. Asal tahu saja, editor Opini sering menelepon pakar tertentu hanya untuk menanyakan apakah bersedia menulis mengenai peristiwa terkini. Nah, bukankah ini peluang yang baik jika Anda yang memiliki kepakaran tertentu segera menulis artikel atau opini mengenai peristiwa mutahir ini. Apa yang harus Anda tulis dari peristiwa bom Pakistan? Bukan bermaksud mengajari bebek berenang, Anda setidak-tidaknya harus menjelaskan siapa Benazir Bhutto? Apa hubungannya dengan Bapak Pakistan Zulfikar Ali Bhutto? Mengapa Benazir kembali ke Pakistan? Mengapa dia dibuang atau mengasingkan diri di negeri orang? Apa maksud Benazir kembali ke Pakistan? Bagaimana reaksi Parvez Musharraf? Apa yang kemungkinan akan dia lakukan terhadap Benazir: dirangkul atau ditentang? Mengapa pelaku bom disebut-sebut Al Qaeda? Apa betul organisasi pimpinan Osamah bin LAden itu yang melakukannya? Apa tidak ada kemungkinan lain, misalnya intelijen Pakistan? Apa hubungan Benazir dengan Al Qaeda? Mengapa Al Qaeda begitu marah kepada Benazir? Coba jelaskan situasi politik Pakistan ke depan pasca kehadiran kembali Benazir dan aksi-aksi Al Qaeda yang semakin massif ke depan! Cermati pula peran Amerika Serikat yang berkepentingan menjadikan Pakistan sebagai penangkal teroris dalam kemelut Pakistan ini! Satu hal yang perlu diingat, Anda harus menuangkan semua persoalan di atas dalam sebuah tulisan yang concise, ringkas, dan padat. Tidak lebih dari 5.000 karakter. Ada beberapa hal lain yang akan saya ceritakan, tetapi baiknya di postingan mendatang saja. Masih tema yang sama soal menulis artikel di Kompas, tetapi dalam tema yang lain, yakni soal atribusi. Sampai bertemu lagi.

Apa Syarat Menulis Opini Kompas ? (Bagian 4)

ARTIKEL atau opini yang ditulis untuk Harian Kompas, menunjukkan siapa, apa dan bagaimana kapasitas penulisnya. Untuk itu, artikel yang ditulis oleh dua orang atau lebih sudah otomotis akan dianulir alias dikembalikan kepada para penulisnya. Artikel mutlak harus ditulis sendiri, tidak boleh tandem. Mengapa artikel harus ditulis sendiri? Sebab artikel itu harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh penulisnya sendiri. Ibarat mempertahankan skripsi, tesis atau disertasi, semua harus dilakukan sendiri oleh penulisnya. Bukankah tidak ada yang menulis skripsi, tesis, atau disertasi secara keroyokan? Begitu pula menulis artikel. Memulai menulis bukan berarti harus tandem dengan penulis yang sudah jadi atau ternama. Asumsinya, penulis ternama yang sudah biasa menulis di media massa, adalah jaminan mutu. Dengan demikian ia bisa mempromosikan kolega, kerabat atau keluarganya untuk samasama menulis. Sebaliknya, penulis baru bisa mendompleng nama penulis yang sudah dikenal. Pokoknya asalkan nama penulis itu bisa termuat di koran. Alhasil, artikel ditulis oleh dua orang atau lebih. Ini tidak boleh dilakukan kalau ingin menulis artikel di Kompas. Sendiri saja dan percaya diri sajalah. Atribusi atau penyebutan yang melekat ke dalam diri penulis, juga harus menunjukkan kepakaran penulisnya. Misalnya: Polan, penulis adalah Dokter Bedah. Atau penulis adalah Peneliti LIPI, atau penulis adalah Guru Besar Linguistik, atau bahkan penulis adalah Guru TK, dan seterusnya. Jadi, tidak ada lagi atribusi yang menyebutkan bahwa penulis adalah pengamat seni atau penulis adalah penikmat sastra. Tidak ada lagi atribusi yang tidak menunjukkan kepakaran penulisnya. Pengamat dan penikmat meskipun bisa dan mampu menulis, tetapi tentu saja kedalaman bahasan yang mereka tulis akan berbeda dengan penulis yang sudah teruji kepakarannya. Namanya juga pengamat apalagi penikmat, hal itu bisa dilakukan sambil lalu saja, tidak benar-benar mendalami persoalan yang ditulisnya. Padahal, pembaca artikel atau opini Kompas tidak sedang membaca sambil lalu. Para pembaca memerlukan opini yang mencerahkan, sesuatu yang baru atau setidaktidaknya ada kebaruan (novelty), suatu bahasan atau kajian yang berbeda dari yang lain dan syukur kalau bisa memberikan inspirasi.

Bagaimana Mencari Peluang Menulis yang Ada


Submitted by team e-penulis on Jum, 18/04/2008 - 9:08am

Pengantar

Apakah Anda suka menulis? Pernahkah Anda berpikir untuk menulis bagi orang lain atau perusahaan? Ada banyak peluang untuk menulis jika Anda berpikir seperti itu. Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda menemukan peluang itu. Langkah Pertama Apa yang ingin Anda tulis; artikel, makalah, jurnal, atau buku? Tergantung dari apa yang ingin Anda tulis, Anda dapat menemukan banyak peluang di banyak tempat yang berbeda. Langkah Kedua Membuat blog. Anda dapat membuat blog di internet dengan gratis. Gunakan mesin pencari untuk mencari situs-situs blog yang tersedia di dunia maya. Saat Anda sudah membuat blog, Anda dapat mencari blog-blog milik orang lain. Banyak blogger yang menulis untuk bersenangsenang, dan juga karena alasan profesional, menyediakan tautan yang berisi informasi peluang menulis. Langkah Ketiga Bergabung dengan grup. Banyak situs memiliki grup dan klub penulis, tidak peduli jenis penulis seperti apa Anda. Grup dan klub seperti itu adalah tempat yang sangat baik untuk menemukan peluang menulis. Wadah seperti itu juga memungkinkan Anda untuk berinteraksi dengan penulis-penulis lain seperti Anda. Langkah Keempat Carilah dengan rutin. Gunakan mesin pencari untuk mencari peluang menulis. Anda harus berhati-hati saat melakukannya karena ada banyak jebakan di dunia maya yang harus Anda hindari. Anda akan tahu apakah peluang menulis itu resmi dan bisa dipercaya atau tidak, terutama saat Anda tidak perlu merogoh kocek untuk mencoba peluang menulis yang Anda temukan. (t/Dian)

Bagaimana Caranya Mendapatkan Uang dengan Menulis?


Bekerja di rumah dengan menjadi penulis lepas Anda memiliki hobi menulis ? jangan sia-siakan hobi Anda tersebut, karena dengan hobi dan kemampuan Anda menulis tersebut Anda bisa mendapatkan penghasilan tambahan loh. Apalagi sekarang pekerjaan menulis tersebut banyak tersedia secara online, tidak peduli jarak dan waktu. Berikut ini adalah beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan menulis :

y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y y

Menjadi editor website Menjadi Penulis lepas Menulis resume Menulis tentang cara melakukan optimasi website ( SEO ) Menulis blog Menulis pesan kartu ucapan Menulis website Menulis buku dan penerbitan untuk keuntungan sendiri Terjemahan bisnis Menulis artikel Menulis ebook Menulis buku Menulis rencana bisnis Menulis skenario untuk film, dokumenter, dan televisi Membuat script telemarketing Advertising copy Menjual copy writing,termasuk katalog, dan website ecommerce Menulis siaran pers Menulis teknis penulisan termasuk buku petunjuk dan manual Menjadi penulis perusahaan, termasuk buku pedoman karyawan dan laporan tahunan Menulis cerita fiksi pendek Menulis fiksi termasuk buku anak-anak

Pekerjaan yang berhubungan dengan menulis, tersedia cukup banyak di internet. Anda bisa mendapatkannya melalui search engine. Tapi saran saya Anda harus tetap hati-hati terhadap tawaran yang ada di internet, dengan tidak memberikan informasi pribadi dan mengeluarkan sejumlah uang sebelum Anda yakin bahwa pekerjaan tersebut memang benar adanya. Biasanya website yang menyediakan pekerjaan tersebut akan memberikan petunjuk dan bantuan bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan tersebut dan memberikan peringatan untuk selalu hati-hati terhadap berbagai penipuan yang ada. Berikut ini adalah beberapa website yang menyediakan pekerjaan menulis secara online : * Elance http://www.elance.com Terdapat sekitar 1.167 jenis pekerjaan menulis * Http://www.rentacoder.com Website ini menawarkan sejumlah peluang termasuk menulis artikel web, produk e-commerce, menyalin tulisan, menulis tentang mesin pencari(SEO), pekerjaan menulis yang lebih kecil seperti posting forum. * Odesk.com http://www.odesk.com Sejumlah peluang menulis diposting di situs ini, sebagian besar terfokus pada menulis artikel, menulis web dan teknis menulis

* http://www.freelancer.com Di situs ini terdapat pekerjaan menulis seperti menulis lepas, menulis konten untuk situs web, menulis akademik, menulis review produk. * Menulis Jobs Online http://www.online-writing-jobs.com/ Terdapat ribuan listing iklan diklasifikasikan dalam mencari berbagai penulis. Tapi Anda harus hati-hati terhadap penipu yang ada luar sana. * Menulis Tawaran http://www.writingbids.com/ Terdapat 1000 penulis lepas untuk menulis tawaran, tapi Anda tetap harus waspada terhadap penipuan * Associated Konten https://publish.associatedcontent.com/signup.shtml Anda dapat mengajukan permohonan untuk mengirimkan konten Anda dan akan dibayar, meskipun kemungkinan lebih tinggi jika Anda adalah seorang penulis yang sudah matang * WritingCareer.com http://www.writingcareer.com/writingjobs/index.php * FreelanceWriting.com Lihat petunjuk untuk mendapatkan pekerjaan menulis di http://www.freelancewriting.com/guidelines/pages/index.php * Craigslist http://www.craigslist.com Anda juga dapat menemukan lowongan pekerjaan menulis lepas di Craigslist. Anda harus tetap hati-hati, verifikasi kebenaran poster pekerjaan tersebut, biar Anda tidak membuang waktu dan tenaga dengan percuma. * Reviewstream.com http://www.reviewstream.com/ Situs yang menyediakan pembelian review konsumen * Helium http://www.helium.com/marketplace Situs ini menawarkan pasar untuk penulis lepas

Berapa Sih Honor Menulis di Media Cetak?


REP | 21 February 2011 | 11:20 745 113 5 dari 15 Kompasianer menilai aktual

Banyak penulis yang enggan atau seakan tersipu-sipu bila ditanya berapa honor menulis artikel di media cetak? Terlalu vulgar, alasannya. Sebagian lagi hanya

menjawab diplomatis, pokoknya menyenangkanlah.. Ada juga membandingkan dengan parameter tertentu, pokoknya cukup buat ongkos bolak-balik Bandung-Jakarta sepuluh kali. Waah, tentu bias sekali. Padahal banyak pembaca yang ingin tahu berapa sih nominal honorarium sebenarnya ketika karyanya dimuat di rubrik Forum Guru Pikiran Rakyat? Atau di Kompas? Republika? Atau di media korps seperti Suara Daerah PGRI Jabar? Saya pun awalnya seperti demikian. Tapi merahasiakan terus dan membuat orang lain penasaran rasanya tak sampai hati terus-terusan menyimpan unek-unek ini. Toh, saya memperoleh honor pun resmi dan tentu halal Resmi karena menggunakan kuitansi dan dicatat bagian keuangan sebuah media, bukan? Dokumentasi Karya di Media Cetak Justru ketidakjelasan ini membuat saya merasa bersalah, banyak kawan-kawan termasuk kawan penulis yang akan menulis di media tertentu, akhirnya hanya menduga-duga. Berapa sih? Boleh jadi ukurannya dijadikan patokan pembaca adalah panjang tulisan dibuat, banyaknya gambar, atau besarnya judul tulisannya. Atau ukuran harga majalah dan lingkup distribusinya Ini jelas keliru. Honorarium menulis di media cetak, menurut pengalaman saya berdasarkan rubrik yang diisi. Panjang halaman diabaikan, kalau di rubrik yang sama honornya pun sama. Namun, saya tidak begitu paham apakah honornya sama penulis biasa dengan penulis VIP seperti pejabat publik atau anggota dewan di rubrik yang sama. Kalau penulis tamu yang diminta, dugaan saya bisa jauh lebih besar hehe Yang jelas honor menulis di media cetak amat membahagiakan. Berbeda dengan uang gaji, atau rapelan tunjangan sekolah, penggunaan amat ketat dan sudah ditunggu berbagai keeprluan. Honor tulisan membuat suka cita. Tak jarang, uang honor menulis untuk mentraktir kawan sejawat, atau makan di luar rumah bersama anak-anak. Pokoknya lepas, bak mendapat durian runtuh. Berdasarkan pengalaman saya yang alhamdulillah beberapa tulisannya dipercaya tayang di beberapa media berbeda, honorarium menulis tidak sama. Pengalaman menulis di Forum guru Pikiran Rakyat honorariumnya Rp. 300.000, dipotong pajak 5% jadi sekitar Rp. 285.000,00. Lumayan untuk neraktir guru satu sekolahku. Jangan kaget, Guru SD cuma 6 orang lho. Bila harga bakso favorit cuma 8.000 rupiah per porsi cukup Rp. 48.000, sisanya masih diatas Rp. 200 ribu dapat banyak dibawa pulang. Honor menulis yang terbesar saya peroleh saat menulis di rubrik Forum dan Anjungan Kompas (dulu di Biro Jabar) honornya Rp. 500.000,00 setelah dipotong pajak diterima bersih Rp. 450.000,00. Honor menulis di rubrik Akademia Republika sebesar Rp. 200.000,00 (setelah dipotong PPH bersih Rp. 188.000,00). Honor menulis di rubrik Suluh Tribunjabar diterima bersih sebesar

Rp. 200.000,00. Di Galamedia, di rubrik Opini dan Pendidikan, saya mendapat honor Rp. 75.000 dan Suara Guru (Galamedia) Rp. 50.000,00. Di majalah Mangle, honor untuk Barakatak 5.000 per humor. PPM 10.000,00 dan untuk Mimbar Atikan Rp. 30.000,00. Honor ini suka diambil dua bulan sekali, yahhh lumayan juga buat beli buku di samping kantor Mangle, yakni Pasar Buku Palasari. Di majalah internal korps, Suara Daerah PGRI Jabar sebelumnya honor per tulisan Rp. 75.000,00, sejak Oktober 2010 naik menjadi Rp. 100.000,00. Untuk BKW Disdik Jabar menyediakan uang lelah Rp. 50.000,00 per artikel yang dimuat. Ada juga media catak tidak jelas honornya, tapi tentu bukan semata-mata pertimbangan honor saya untuk tetap mengisi media tersebut. Menurut saya, bagaimana pun suatu media mempunyai segmen dan komunitas baik pembaca maupun penulisnya. Dengan menjalin silaturahmi, saya banyak mendapat manfaat, setidaknya pengayaan wawasan dan pergaulan. Bagi penulis, kepuasan bukan sekadar diukur oleh materi. Kepuasan bathin bisa berbagi dan menghibur publik, adalah kepuasan sesungguhnya. Menulis telah menjadi bagian panggilan jiwa. Di mana pun, kapan pun, menulis dapat dilakukan.****

Johan Wahyudi

Writerpreneur dan Edu Trainer, Penulis dan Penyunting Buku, Pengajar, Peneliti (PTK),Penerima Beasiswa Kemendiknas Program Doktor, dan Motivator. Senang diundang untuk berdiskusi tentang Penulisan PTK atau Buku. BANYAK MEMBERI BANYAK MENERIMA. HP 0856 251 7895 atau email jwah1972@gmail.com.

Kelebihan Menulis Buku Teks


Menulis buku itu mudah. Teramat mudah. Setiap pribadi yang berkemampuan menulis pasti berkesempatan menjadi penulis buku. Terlebih saat ini dibutuhkan naskah-naskah buku. Banyak penerbit memberi banyak kesempatan kepada penulis pemula untuk merambah dunia kepenulisan buku. Lihatlah iklan media cetak. Hampir setiap hari ditemukan informasi tentang kebutuhan naskah buku. Ini adalah kesempatan bagi para penulis untuk membuktikan talentanya. Maka, memanfaatkan kesempatan dan memaksimalkan kemampuan merupakan modal utama untuk mewujudkan cita-cita itu.

Jika naskah itu terwujudkan menjadi buku, betapa gembiranya sang penulis. Impian menjadi penulis tercapai sudah. Impian yang tak pernah termimpikan kini menjadi kenyataan. Dan itu adalah puncak kebahagiaan bagi sang penulis. Benarkah itu? Menurutku, itu adalah salah. Puncak kemahiran menulis buku seseorang terletak pada kemampuan menulis buku teks. Buku teks sering disebut pula buku pelajaran, buku pegangan, dan buku paket. Buku-buku itu disusun dengan kriteria yang teramat rumit. Oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), kriteria penilaian kelayakan buku teks mencakup semua aspek buku. Aspek-aspek itu meliputi penilaian bahasa, penilaian grafika, penilaian aktualitas isi, dan penilaian kesesuaian dengan Standar Isi (SI) sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Teramat berbeda dengan buku-buku umum (general books). Bahasa buku teks harus terbaca dan terpahami oleh setiap siswa berdasarkan jenjang dan kategorinya. Ini menjadi masalah yang teramat sulit terpecahkan jika penulis tidak terbiasa menulis buku pelajaran. Mengapa? Karena buku teks harus ditulis dengan bahasa Indonesia baku. Penilaian grafika juga teramat rumit. Semua komponen itu meliputi jenis huruf, ukuran huruf, ukuran buku, proporsionalitas antara gambar dan materi, dan penjilidan. Semua harus dipenuhi penulis. Itu teramat sulit dilakukan jika penulis tidak mempunyai keluasan dunia grafika. Kondisi itu masih diperparah dengan penilaian aktualitas isi. Materi yang disajikan dalam buku harus terkondisi terkini. Setidak-tidaknya, materi itu berisi peristiwa setahun berjalan. Ini dapat menjadi kendala jika penulis tidak mengikuti perkembangan materi. Anda tentu pernah mendengar perubahan tata surya di mana planet Pluto tidak termasuk tata surya lagi. Jika penulis tidak mengetahui informasi ini, jangan harap naskah bukunya lolos penilaian. Dan komponen terakhir adalah kesesuaian materi dengan standar isi. Pemerintah selaku regulator telah menetapkan rambu-rambu itu melalui Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Setiap penulis harus menaati Standar Isi itu. Lalu, penulis harus menyusun peta konsep untuk setiap Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). Ini tidak mudah. Ketika peta konsep sudah tersusun, penulis harus berjibaku mengumpulkan materi untuk penyusunannya. Proses itu berjalan begitu lama dan rumit. Teramat rumit dan sulit. Maka, benar jika ada anggapan bahwa belum menjadi penulis buku jika belum menulis buku pelajaran. Meskipun proses penulisan buku teks begitu rumit dan sulit, Anda tidak perlu khawatir. Mengapa? Karena buku teks mempunyai banyak kelebihan dibandingkan jenis buku lainnya. Ada empat kelebihan yang terkandung dalam buku teks, yaitu nilai royalti yang teramat tinggi, penjualan bersifat massal, menjadi guru sejati, dan tercatat dalam sejarah. Nilai Royalti yang Teramat Tinggi Pada tahun 2008, pemerintah mengumumkan hasil penilaian terhadap buku teks. Setiap buku teks yang dinyatakan lolos, pemerintah membelinya dengan banderol Rp 100 juta 175 juta. Buku yang terbeli

akan menjadi Buku Sekolah Elektronik (BSE). Anda tentu akan terkagum jika mengetahui bahwa ada seorang penulis mampu meloloskan 5 buah bukunya. Jika tidak boleh dibeli pemerintah, penulis dapat bekerja sama dengan penerbit. Lalu, penerbit itu akan menerbitkan buku itu secara berlipat. Dan itu berarti bahwa penulis akan mendapatkan royalti yang juga berlipat-lipat. Maka, Anda tidak perlu heran jika setiap tahun penulis itu selalu menerima royalti dalam jumlah yang menyilaukan mata. Penjualan Bersifat Massal Buku teks selalu dibutuhkan siswa. Tanpa buku teks, siswa seakan diajak ke rimba raya tanpa kejelasan tujuan. Meskipun saat ini tersedia LKS (Lembar Kerja Siswa), itu tidak mengurangi omzet penjualan buku teks. LKS harus diposisikan sebagai pelengkap. Ibarat makan, nasi adalah buku teks dan LKS adalah sayur-lauknya. Tidak akan pintar seorang anak jika hanya disodori LKS. Bagi penulis, kebutuhan itu merupakan peluang dan kesempatan berharga. Terlebih, penjualan buku teks bersifat masal. Artinya, kebutuhan buku teks bersifat komulatif. Jika suatu kelas atau sekolah membeli buku teks, tentu itu disesuaikan dengan jumlah siswanya. Dan sekolah pasti membeli buku dari penulis dan atau penerbit yang sama. Sekolah akan membeli buku teks sejumlah siswanya. Mengapa? Tentu itu bertujuan untuk menjaga kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Karena buku teks selalu dibutuhkan sekolah, penerbit dan penulis akan berlomba menyajikan buku teks yang berkualitas terbaik. Untuk menghasilkan buku teks terbaik, tentu dibutuhkan mutu cetakan dan grafika terbaik pula. Maka, mustahil tersedia buku teks berkualitas terbaik tetapi berharga murah. Menjadi Guru Sejati Guru sejati adalah guru yang menginspirasi siswa dan orang lain. Itu berarti bahwa guru harus berkemampuan untuk menjadi teladan bagi lingkungannya. Dalam posisi demikian, guru harus menunjukkan profesionalitas sebagai guru. Dan guru profesional adalah guru penulis. Mengapa? Guru penulis telah mampu menunjukkan contoh nyata dalam bentuk karya nyata. Guru itu tidak hanya mahir bertutur kata di depan siswanya. Namun, guru itu mampu menguasai bahan atau materi pelajaran dengan sangat baik. Karena semua telah ditulis melalui buku-bukunya. Luar biasa! Tercatat dalam Sejarah Penulis adalah pencatat sejarah. Tanpa penulis, sejarah hanyalah kisah yang beredar tanpa pengarang. Kisah itu hanya berkembang dari mulut ke mulut. Dan itu berarti bahwa kita kembali ke zaman prasejarah kala manusia belum mengenal huruf dan angka. Penulis buku adalah pencatat sejarah. Setiap peristiwa tercatat dalam karyanya. Karya-karyanya selalu diburu untuk dibaca, dipelajari, dianalisis, dan dikembangsempurnakan. Maka, penulis itu telah tercatat

dalam sejarah sebagai pribadi yang merintis jalan menuju jalan terang. Pada akhirnya, generasi akan mengenang sang penulis, melanjutkan cita-citanya, dan mendoakan kebaikannya. Tentu wajar-wajar saja jika penulis itu begitu dihormati karena karya-karyanya. Begitulah sahabat kompasiana yang baik hati. Tulisan ini sekadar merangkai pengalaman pribadi kala saya belajar menulis buku teks. Alhamdulillah, saya telah menulis 12 buku teks, 3 buku model pengembangan silabus buku teks, dan 10 modul bahan ajar. Sejujurnya, perjuangan untuk menjadi penulis buku teks memang memerlukan keuletan yang luar biasa. Tanpa konsistensi dan menjaga niat, mustahil cita-cita itu terwujud. Kini, Tuhan telah mengabulkan keinginan itu. Semoga buku-buku itu dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Amin. Majulah pendidikan Indonesia. Terima kasih.

Kesempatan Emas untuk Menjadi Penulis Buku


OPINI | 24 November 2010 | 15:58 277 44 2 dari 3 Kompasianer menilai Aktual

Ayo sahabat, kita menulis buku! Tadi, saya mendapat telepon dari kantor penerbit. Saya diminta untuk menemui kepala bagian. penerbitan buku sekolah. Tentu saja saya menyambut panggilan itu. Untuk keperluan itu, saya pun bergegas untuk berkemas. Dan saya pun segera menemui kepala bagian penerbitan.
Sesampai di kantor, saya langsung ditemui kepala bagian. Beliau menyodorkan beberapa lembaran kertas. Setelah itu, beliau pun menerangkan isinya. Ternyata, kertas itu berisi pemberitahuan tentang penulisan Buku Deradikalisasi untuk SD, SMP, dan SMA. Pemerintah memang sedang menggiatkan penulisan buku. Ini mungkin disebabkan kebutuhan buku yang semakin banyak dari tahun ke tahun. Maklum saja, jenjang pendidikan SD hingga perguruan tinggi diwajibkan mempunyai gedung perpustakaan. Tentu ini adalah ladang subur bagi penerbit dan penulis buku. Penulisan buku deradikalisasi berprinsip dan bertujuan untuk menjadi buku pengayaan dan sikap. Jadi, buku ini tidak berbentuk buku ajar. Buku ini harus menanamkan nilai-nilai yang dapat mencegah seseorang menjadi radikal atau teroris. Jadi, buku ini tidak berisi tentang terorisme. Buku deradikalisasi juga bertujuan untuk menumbuhkan solidaritas kemanusiaan (ukhuwah bashariyah) dan solidaritas kebangsaan (ukhuwah wathoniyah) dalam membangun solidaritas sesame umat beragama. Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk menumbuhkan loyalitas terhadap identitas kebangsaan dan ideologi negara (Pancasila). Juga, buku ini bertujuan untuk membangun demokrasi yang bermoral dan santun sesuai karakter bangsa. Dimaksudkan buku itu dapat membentuk anak didik yang berkarakter dan berdedikasi tinggi. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menumbuhkan kewaspadaan dini terhadap paham-paham radikal. Tema Untuk Setiap Jenjang Untuk SD, disediakan tiga tema. Pertama, tema Menjadi Anak Indonesia. Kisi-kisi penulisan berisi tentang kesadaran berbangsa Indonesia, kemajemukan agama dan toleransi (Bhinneka Tunggal Ika), dan apa itu Pancasila. Kedua, tema Main Bersama Meski Berbeda Agama. Kisi-kisi penulisan berisi tentang pandangan hidup orang Indonesia dan hidup bermasyarakat, nilai-nilai agama yang mengajarkan perbuatan baik, kesejahteraan rakyat dan kesalehan social, sikap saling membantu, serta indahnya hidup damai berdampingan. Ketiga, tema Belajar, Tekun, dan Berprestasi. Kisi-kisi penulisan berisi tentang ajaran agama yang antikekerasan, tidak fanatic, tidak mau menang sendiri, mencederai teman dan orang lain tidak dibenarkan agama manapun, serta kepedulian social dan rasa kemanusiaan.

Dengan menulis buku, kita turut mencerdaskan anak bangsa. Untuk SMP, disediakan tiga tema juga. Pertama, tema Indonesia Sebagai Bangsa Bermartabat. Kisi-kisi penulisan meliputi bangga menjadi generasi muda Indonesia, Indonesia dan negara-negara besar, pluralisme agama dan toleransi (Bhinneka Tunggal Ika), dan Pancasila sebagai dasar negara dan identitas kebangsaan. Kedua, tema Persahabatan dalam Perbedaan. Kisi-kisi penulisan meliputi hidup bermasyarakat harus rukun, semua agama menghendaki kedamaian, bekerja sama dalam berkarya dan kesalehan social, Indonesia adalah negara hukum, dan kejujuran serta tanggung jawab social. Ketiga, tema Belajar dengan Giat dan Berkarya Bersama. Kisi-kisi penulisan meliputi antikekerasan, tidak fanatic, kewaspadaan, larangan membunuh, dan kepedulian social.
Untuk SMA/MA, disediakan tiga tema. Pertama, tema Aku dan Mereka untuk Indonesia. Kisi-kisi penulisan meliputi generasi muda asset bangsa, pluralisme, pengaruh ideology transnasional, dan Pancasila sebagai ideologi negara. Kedua, tema Solidaritas dan Egaliter dalam Pergaulan. Kisi-kisi penulisan meliputi membedakan kepentingan pribadi dan umum, ajaran kesantunan, hokum bagi semua, kehidupan religius, kesejahteraan rakyat, dan ormas social keagamaan. Ketiga, tema Pesan Terakhir Para Sahabat. Kisi-kisi penulisan meliputi akibat aksi terror, bahaya paham tertutup, bahaya sikap ekstrem, doktrin terror, dan pelanggaran HAM. Untuk Panduan Guru, disediakan tiga tema. Ketiga tema itu adalah Indonesia sebagai Bangsa dan Negara, Antara Ajaran Agama dan Hukum Negara, serta Kekerasan, Terorisme, dan Perang Suci. Ketiga jenis tema itu harus dilengkapi panduan penugasan, simulasi, prakarya, dan lain-lain. Nah, kesempatan emas ini sebaiknya tidak disia-siakan. Ayo para sahabat, kita belajar menulis buku. Dengan menulis buku, kita turut mencerdaskan anak bangsa. Kita akan memperoleh semuanya: uang, nama, dan prestise. Setidaknya, kita telah andil dalam membentuk

karakter bangsa. Karena itu, alangkah baiknya jika kesempatan ini tidak dilewatkan. Ayo menulis buku! Selamat sore menjelang petang. Semoga informasi di atas bermanfaat bagi Anda dan saya. Amin!

Kesempatan Menjadi Penulis dan Editor


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah membuka kesempatan bagi para Dosen, Widyaiswara, Praktisi/Profesional, dan guru untuk menjadi Penulis dan/atau Editor buku teks pelajaran pada SMK. Mereka yang tertarik harus mengenyam pendidikan minimal S1 dengan latar belakang sesuai dengan judul buku yang akan ditulis/diedit. Selain itu, mereka harus berpengalaman menulis/mengedit buku. Penulisan buku harus selesai dalam waktu 5 (lima) bulan dan pengeditan 1 (satu) bulan. Calon Penulis/Editor harus mengantongi izin tertulis dari pimpinan institusi masing-masing. Buku yang ditulis/diedit harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, buku teks harus mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Ketentuan Kerja (SKK) yang berlaku untuk masing-masing program keahlian. Kesempatan ini dibuka untuk memenuhi kebutuhan buku teks pelajaran SMK dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Bagi mereka yang berminat, silahkan mengirimkan Curriculum Vitae (CV) beserta usulan judul buku yang dilengkapi dengan draft daftar isi dan deskripsi singkat isi buku. Usulan paling lambat diterima tanggal 31 Mei 2008. CV dan berkas-berkas lainnya di kirimkan ke: Direktur pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan u.p Kasubit Pembelajaran, Jl. Jend. Sudirman Kompleks Senayan, Gd. E, Lt. 12-13, Jakarta. Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi (021) 5725477 atau faks. (021) 5725474. Oleh : Redaksi www.mahasiswa.com

You might also like