You are on page 1of 16

AUDIT KEPATUHAN DAN TES KEPATUHAN

1. AUDIT KEPATUHAN (COMPLIANCE AUDIT)


Audit kepatuhan seringkali dinamakan sebagai audit aktivitas. Audit
kepatuhan merupakan suatu tinjauan atas catatan keuangan organisasi
untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah melaksanakan
prosedur-prosedur, kebjakan-kebijakan, atau peraturan yang telah dibuat
oleh otoritas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tujuan audit kepatuhan
sudah tentu menentukan apakah klien telah mengikuti prosedur, tata
cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi tersebut.
Temuan audit kepatuhan biasanya disampaikan pada seseorang di dalam
unit organisasi yang diaudit daripada disampaikan kepada pihak-pihak di
luar organisasi yang sifatnya lebih luas. Manajemen adalah pihak pertama
dan utama yang menaruh perhatian pada prosedur-prosedur dan
peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, audit jenis ini sebagian besar
dilaksanakan oleh auditor yang dipekerjakan pada unit organisasi itu
sendiri.

2. TES KEPATUHAN (COMPLIANCE TEST)
Tes Kepatuhan atau Compliance Test adalah tes terhadap bukti
pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen. Apabila terkadi penyimpangan dalam pemrosesan dan
pencatatan transaksi walaupun jumlahnya tidak material, auditor tetap
harus memperhitungkan dan penyimpangan terhadap efektifitas
pengendalian intern. Tes kepatuhan ini dilakukan pada waktu interim
audit dan dilanjutkan setelah perusahaan melakukan penutupan buku
pada akhir tahun.
Dalam melaksanakan compliance test ini, auditor harus
memperhatikan:
a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting schedule)
b. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit atau dikredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan buku besar pembantu
Sama halnya dengan pengujian substantif, tes kepatuhan juga
mengumpulkan bukti-bukti mengenai keefektifan pengendalian internal.
Selain itu, tes ini juga memeriksa ulang tiap-tiap transaksi dan saldo-
saldonya untuk memenuhi tujuan-tujuan audit yang berupa keakuratan,
keberadaan, valuasi, dan keterjadian.

A. ISTILAH-ISTILAH TEKNIK/PENDEKATAN MELAKUKAN AUDIT
1. Compliance Test
Tes Kepatuhan atau Compliance Test adalah tes terhadap bukti
pembukuan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen. Apabila terkadi penyimpangan dalam pemrosesan dan
pencatatan transaksi walaupun jumlahnya tidak material, auditor tetap
harus memperhitungkan dan penyimpangan terhadap efektifitas
pengendalian intern. Tes kepatuhan ini dilakukan pada waktu interim
audit dan dilanjutkan setelah perusahaan melakukan penutupan buku
pada akhir tahun.
Dalam melaksanakan compliance test ini, auditor harus
memperhatikan:
a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting schedule)
b. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit atau dikredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan buku besar pembantu
Sama halnya dengan pengujian substantif, tes kepatuhan juga
mengumpulkan bukti-bukti mengenai keefektifan pengendalian internal.
Selain itu, tes ini juga memeriksa ulang tiap-tiap transaksi dan saldo-
saldonya untuk memenuhi tujuan-tujuan audit yang berupa keakuratan,
keberadaan, valuasi, dan keterjadian.

2. Substantive Test (Uji Substantif)
Uji substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah
saji moneter yang langsung mempengaruhi ketepatan saldo laporan
keuangan. Uji substantif terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Uji Substantif Transaksi
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah keenam sasaran hasil
audit yang terkait dengan transaksi telah terpenuhi untuk masing-masing
kelas transaksi. Dengan kata lain, uji substantif transaksi menekankan
verifikasi transaksi yang dicatat dalam jurnal kemudian memposkannya di
buku besar.
b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan dari jumlah tercatat
untuk harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor sering
melibatkan kalkulasi rasio untuk perbandingan dengan rasio pada tahun
sebelumnya dan data-data terkait lainnya. Tujuan utama prosedur analitis
adalah:
1) Menunjukkan kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2) Mengurangi ujian rincian saldo
Nantinya, selama ujian saldo akhir, auditor akan mengkalkulasi kembali
rasio menggunakan data setahun penuh. Prosedur analitis ini
menekankan kewajaran transaksi dan saldo buku besar
c. Ujian Rincian Saldo
Ujian rincian saldo berfokus pada saldo buku besar akhir baik untuk
neraca saldo dan akun laporan penghasilan tetapi penekanan yang utama
dalam ujian rincian saldo ini adalah pada neraca lajur. Pengujian saldo
akhir ini penting karena bukti-bukti pada umumnya diperoleh dari sumber
yang tidak terikat dengan klien sehingga dianggap sangat dapat
dipercaya. Tujuan uji rincian saldo adalah membuat ketepatan moneter
dari akun yang berhubungan dengan akun-akun yang sebelumnya telah
diuji secara substantif. Oleh karena it u, dapat disimpulkan bahwa ujian
rincian saldo menekankan saldo akhir di buku besar.

3. Konfirmasi
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara
tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang
memverifikasikan keakuratan informasi senagaimana yang diminta
auditor. Konfirmasi-konfirmasi ini datang dari sumber independen
terhadap klien maka jenis bukti audit ini sangat dihargai dan merupakan
jenis yang paling sering dipergunakan. SAS 67 mengidentifikasi dua jenis
konfirmasi yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi
positif meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan.
Sedangkan konfirmasi negatif meminta penerima untuk merespon pada
saat informasi adalah tidak benar. Konfirmasi negatif kurang kompeten
jika dibandingkan dengan konfirmasi positif. Konfirmasi positif dapat
dilakukan dengan meminta penerimanya untuk memberikan informasi
(disebut formulir kosong/blank form) atau konfirmasi bisa meliputi
informasi dan permintaan responden untuk menunjukkan apakah ia set uju
dengan infoemasi itu. Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang layak,
konfirmasi harus diawasi oleh auditor.

4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan
dan eksistensi atau kejadian. Dengan merekonsiliasi dua catatan, auditor
dapat menemukan item-item yang tidak dicatat dalam catatan klien.
Sebagai contoh, dalam suatu rekonsiliasi bank, auditor dapat
mengidentifikasi pengeluaran kas yang telah dicatat bank tetapi tidak
dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor
dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien
juga dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung
kejadian dari transaksi pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan
klien.

5. Walkthrough Transaction Test
Walkthrough adalah prosedur menelusuri sebuah transaksi melalui
sistem yang memproses informasi dan semua hal yang berkaitan dengan
penyajiannya dalam laporan keuangan. Penelusuran ini dilakukan mulai
dari awal terjadinya transaksi sampai transaksi ter sebut disajikan dalam
laporan keuangan. Walkthrough ini memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut:
a. Walkthrough procedure akan membantu auditor untuk memahami
elemen kunci dari aliran pemrosesan informasi dan hubungannya
dengan pengendalian sebelum auditor benar-benar melakukan
pengujian secara detil.
b. Walkthrough membantu auditor memahami desain kontrol.
c. Walkthrough membantu auditor untuk mengevaluasi efektivitas desain
internal kontrol secara menyeluruh untuk masing-masing transaksi.
Ketika melaksanakan walkthrough ini, kemungkinan auditor juga
memperoleh bukti tentang efektivitas pengoperasian atas
pengendalian.
d. Walkthrough juga membantu auditor memahami letak terjadinya
material mis-statement dalam sebuah proses.
Walkthrough harus dilakukan oleh staff audit yang berpengalaman.
Prosesnya sebagai berikut:
a. Menelusuri transaksi dari awal melalui setiap tahap sistem informasi
organisasi termasuk kontrol yang harus dievaluasi oleh auditor sampai
ketika transaksi disajikan dalam dalam catatan akuntansi dan laporan
keuangan.
b. Melakukan prosedur secara menyeluruh pada proses permulaan
(initiating), pengotorisasian (authorizing), pencatatan (recording),
pemrosesan (processing) dan pelaporan (reporting) masing-masing
transaksi dan pengendaliannya, termasuk pengendalian dari
antikecurangan (anti-fraud control).
c. Pada setiap titik dimana prosedur pemrosesan yang penting dan
pengendalian terjadi, ajukan pertanyaan kepada pegawai perusahaan
(klien) tentang pemahaman atas prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan/entitas dan tentukan apakah pemrosesan
rosedur yang dilakukan sesuai pemahamannya serta ketepatan
waktunya. Auditor harus mengetahui berbagai pengecualian pada
prosedur-prosedur dan pengendalian perusahaan/entitas tersebut.

6. Footing-Cross Footing
Footing atau casting atau totting adalah penjumlahan bilangan pada
tabel berdasarkan lajur (dari atas ke bawah/vertikal). Tujuan teknik ini
adalah untuk menentukan apakah data atau laporan yang disediakan
auditi dapat diyakini ketepatan perhitungannya. Sedangkan cross footing
atau cross totting adalah penjumlahan bilangan pada tabel berdasarkan
baris (dari kiri ke kanan). Sama halnya dengan footing, cross footing
digunakan untuk perhitungan yang dibuat oleh auditi.

7. Kontrol Total
Istilah kontrol total biasanya terdapat pada teknik audit yang
menggunakan bantuan komputer. Total kontrol merupakan kemampuan
pada program piranti lunak audit yang memungkinkan auditor dapat
melihat sejauh mana efektivitas pengendalian secara menyeluruh yang
diterapkan perusahaan melalui aplikasi komputer yang digunakan klien.

8. Kontrol Hubungan
Kontrol hubungan merupakan teknik dalam audit dengan
mengaitkan bukti transaksi dengan kejadian transaksi. Tujuannya adalah
agar hal-hal yang berkaitan dengan transaksi, baik berupa kecurangan
ataupun hanya sekedar pengendalian, dapat ditelusuri. Biasanya kontrol
hubungan dilakukan jika bukti transaksi telah terkumpul.

9. Pengujian Analitik
Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audit
dan pada tahap review secara menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian
ini dilakukan dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan
antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses
audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam
memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan
audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara
rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, rasio
analisis, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan
perbandingan (comparative financial statements) merupkan cara yang
umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran
menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha klien.
Jadi, tujuan pengujian analitik ini adalah:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit lainnya
b. Sebagai pengujian subdtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi
tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi
c. Sebagai rewiew menyeluruh informasi keuangan pada tahap review
akhir audit

10. Audit Around Computer
Audit sekitar komputer merupakan pemeriksaan yang dilakukan
auditor terhadap efektivitas pengendalian secara manual ( manual user
control). Tujuannya adalah untuk memeriksa pelaksanaan manual user
control tersebut memenuhi tujuan audit seperti keterjadian ( occurence),
kelengkapan (completeness), keakuratan (accuracy), pisah batas (cut-off),
dan klasifikasi (classification) seluruh transaksi yang dicatat pada akun-
akunnya atau saldo yang signifikan.
Contoh dari pengendalian IT secara manual seperti menerapkan
peraturan atau kebijakan dan prosedur dalam pengendalian mengakses
sistem dan data komputer, mereview laporan klausul hukum ( exception
report), mengoreksi kesalahan dan menginput data transaksi. Contoh
pengendalian aplikasi adalah seperti membandingkan penginputan batch
data sebagai inputnya dengan cetakan ( printout) yang merupakan hasil
proses aplikasi tersebut.

11. Audit Through Computer
Uji prosedur audit pengendalian tertentu tidak dapat dilaksanakan
secara manual karena sistem yang prosesnya lebih rumit dan melibatkan
jumlah data yang sangat besar atau karena hanya terdapat informasi
secara elektronik yang tersedia sebagai bukti pengendalian operasi.
Ketika organisasi memperluas penggunaan TI-nya, pengendalian
dilakukan dalam aplikasi yang hanya terlihat dalam format elektronik.
Ketika dokumen sumber tradisionla seperti faktur, pesanan pembelian,
arsip penagihan, dan arsip akuntansi seperti jurnal penjualan, daftar
persediaan, dan catatan tambahan piutang dagang hanya dalam format
elektronik, auditor harus mengubah pendekatan audit. Pendekatan untuk
kondisi seperti di atas disebut mengaudit melalui komputer ( audit through
computer).
Dalam pendekatan ini, auditor harus memastikan apakah
pengendalian yang bersifat otomatis ini memenuhi tujuan audit yang
berupa keterjadian (occurence), kelengkapan (completeness), keakuratan
(accuracy), pisah batas (cut-off), dan klasifikasi (classification) untuk
transaksi ataupun saldonya. Pendekatan ini juga dibagi mejadi tiga
kategori, yaitu:
a. Pendekatan Data Ujian (Data Test Control)
Pendekatan ini melibatkan pengolahan data ujian auditor dengan
menggunakan sistem komputer dan program aplikasi klien untuk
menentukan ketepatan pengendalian yang dilakukan komputer dalam
memproses data ujian itu. Auditor membandingkan data keluaran yang
dihasilkan oleh sistem dari ujian data terhadap keluaran yang diharapkan
untuk menilai efektivitas dari aplikasi pengendalian internal program.
Ketika menggunaka pendekatan ini, ada tiga pertimbangan auditor yang
utama, yaitu:
1) Data ujian harus meliputi semua kondisi relevan yang ingin diuji
auditor
2) Program aplikasi yang diuji oleh data ujian auditor harus sama dengan
yang digunakan klien sepanjang tahun
3) Data ujian harus dihapuskan dari arsip klien
b. Simulasi Paralel
Auditor menggunakan perangkat lunak yang dikontrol oleh auditor
sendiri untuk melaksanakan operasional paralel terhadap perangkat lunak
klien dengan menggunakan arsip data yang sama. Ketiadaan dalam hasi l
keluaran menandakan perangkat lunak klien berfungsi secara efektih
tetapi sebaliknya jika terdapat perbedaan maka menandakan adanya
kelemahan potensial. Perangkat lunak auditor dirancang untuk
memparalel suatu operasi yang dilakukan oleh perangkat lunak klien.
Alat yang biasa digunakan auditor untuk melakukan simulasi
paralel adalah perangkat lunak audit umum ( generalized audit
software/GAS). Ada dua keuntungan perangkat lunak audit umum.
Pertama, Relatif mempermudah melatih staf audit dalam penggunaanya
bahkan bila mereka memiliki sedikit pelatihan TI terkait audit. Kedua,
perangkat lunak audit umum dapat diterapkan pada beragam klien
dengan penyesuaian yang minimal.
c. Pendekatan Modul Audit Tertanam
Saat menggunaka pendekatan ini, auditor memasukkan sua tu
modul audit dalam sistem aplikasi klien untuk menangkap transaksi
dengan karakteristik yang menjadi minat spesifik auditor. Keuntungan
pendekatan ini antara lain:
1) Kemampuan auditor untuk menguji secara terus-menerus dan
membandingkannya dengan data ujian dan pendekatan seimulasi
paralel yang dilaksanakan pada titik waktu tertentu
2) Kemampuan mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa untuk
menjadi bahan evaluasi auditor
Auditor biasanya menggunakan data ujian untuk melaksanakan
ujian substantif dan ujian pengendalian dari transaksi. Simulasi paralel
sering digunakan untuk pengujian substantif seperti menghitung kembali
jumlah transaksi dan membuat foot arsip induk catatan tambahan dari
saldo akun. Sedangkan pendekatan modul audit tertanam untuk
mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa dalam pengujian substantif.

d. Pendekatan Integrated Test Facility (ITF)
Integrated Test Facility (ITF)Adalah suatu pendekatan teknik
terotomatisasi yang memungkinkan auditor menguji alur logika dan
kendali suatu aplikasi pada saat operasi normal berlangsung. ITF ini,
bekerja dengan cara membuat sebuah entitas fiktif dalam database untuk
memproses uji transaksi secara berkala melalui inp ut. Keuntungan
menggunakan ITF yaitu pengujian berkala tersebut tidak memerlukan
proses pengujian secara terpisah. Namun, perencanaan tetap dibutuhkan
dan data yang diuji harus diisolasi dari data produksi. ITF berguna dalam
proses audit komputer karena menggunakan program yang sama untuk
membandingkan pengolahan data dengan melakukan penghitungan data
secara independen.

B. TEKNIK-TEKNIK AUDIT
Teknik audit adalah cara yang dipergunakan oleh auditor untuk
memperoleh bukti. Teknik audit yang umum digunakan adalah:
1. Pengujian Fisik
Pengujian fisik adalah inspeksi atau penghitungan yang dilakukan
oleh auditor atas aktiva yang berwujud. Pengujian fisik yang secara
langsung berarti verifikasi atas aktiva yang benar-benar ada (existence),
dianggap sebagai bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.
Tujuannya untuk meyakinkan kebenaran kuantitas ataupun uraian aktiva.
Namun, pengujia fisik bukan merupakan bukti yang cukup untuk
memverifikasi bahwa aktiva yang ada adalah aktiva yang memang dimiliki
klien. Selain itu, penilaian yang tepat bagi berbagai tujuan dalam
penyajian laporan keuangan umumnya tidak dapat ditentukan oleh teknik
ini.
2. Konfirmasi
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara
tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang
memverifikasikan keakuratan informasi senagaimana yang diminta
auditor. Konfirmasi-konfirmasi ini datang dari sumber independen
terhadap klien maka jenis bukti audit ini sangat dihargai dan merupakan
jenis yang paling sering dipergunakan. SAS 67 mengidenti fikasi dua jenis
konfirmasi yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi
positif meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan.
Sedangkan konfirmasi negatif meminta penerima untuk merespon pada
saat informasi adalah tidak benar. Konfirmasi negatif kurang kompeten
jika dibandingkan dengan konfirmasi positif. Konfirmasi positif dapat
dilakukan dengan meminta penerimanya untuk memberikan informasi
(disebut formulir kosong/blank form) atau konfirmasi bisa meliputi
informasi dan permintaan responden untuk menunjukkan apakah ia setuju
dengan infoemasi itu. Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang layak,
konfirmasi harus diawasi oleh auditor.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan
catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atapun yang
seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumentasi adalah suatu
bentuk bukti audit yang dipergunakan secara luas karena dokumentasi
telah tersedia bagi auditor dengan biaya perolehan bukti yang relatif
rendah.
Dokumen secara sederhana diklasifikasikan sebagai dokumen
internal dan eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang
dipersiapkan dan dipergunakan oleh organisasi klien sendiri dan tidak
pernah disampaikan kepada pihak di luar organisasi. Dokumen eksternal
adalah dokumen yanng pernah ada pada pihak luar organisasi yang
mewakili pihak klien dalam melakukan transaksi tetapi dokumen ini dapat
dengan mudah diakses oleh klien dengan segera. Dokumen eksternal
memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.
Ketika para auditor menggunakan teknik dokumentasi sebagai alat
untuk mendukung pencatatan transaksi atau nilai transaksi, hal tersebut
disebut dengan vouching. Pada banyak perusahaan merupakan hal yang
telah umum bahwa sejumlah besar proporsi dokumentasi klien hanya
tersedia dalam bentuk formulir elektronik.
4. Prosedur Analitis
Teknik ini menggunakan perbandingan-perbandingan dan
hubungan-hubungan untuk menilai saldo-saldo akun atau data lainnya
agar disajikan secara wajar. Prosedur analitis digunakan untuk tujuan
yang berbeda-beda. Tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Memahami industri klien
b. Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas
c. Menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan
d. Mengurangi ujian audit rinci
Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan
mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang
menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, rasio analisis,
analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan perbandingan
(comparative financial statements) merupkan cara yang umumnya
ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran menyeluruh dan
secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien
5. Wawancara kepada Klien
Wawancara adalah upaya memperoleh informasi baik s ecara lisan
ataupun tulisan dari klien sebagai tanggapan atas pertanyaan yang
diajukan oleh auditor. Bukti dari hasil wawancara dapat sinyatakan
sebagai bukti yang meyakinkan karena tidak diperoleh dari sumber yang
independen dan barangkali cenderung mendukung pihak klien. Oleh
karena itu, suatu keharusan bagi auditor untuk mendapatkan bukti audit
lainnya yang lebih meyakinkan melalui teknik audit yang lain. Selanjutnya
auditor akan melakukan sejumlah pengujian audit dengan menggunakan
dokumentasi dan observasi untuk memutuskan apakah berbagai transaksi
tersebut telah dicatat (completeness) dan diotorisasikan (authorized)
sesuai dengan pernyataan klien.
6. Hitung Uji
Teknik ini melibatkan penghitungan kembali sebagai pengujian dan
transfer informasi yang dibuat klien pada suatu periode yang terdapat
dalam periode audit pada sejumlah sampel yang diambil auditor.
Pengujian atas penghitungan ini merupakan pengujian atas keakuratan
aritmetis klien. Sejumlah besar hitung uji ini dilakukan dengan bantuan
piranti lunak pembantu audit berbasis komputer.
7. Observasi
Observasi adalah penggunaan indera-indera perasa untuk menilai
aktivitas tertentu. Dalam audit terdapat banyak kesempatan bagi auditor
untuk mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan
penciumannya dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka
ragam. Kelayakan bukti audit dari teknik sangat jarang diandalkan karena
terdapat risiko bahwa karyawan klien yang terlibat aktivitas-aktivitas yang
sedang diobservasi telah menyadari kehadiran auditor. Merupakan
kewajiban bagi auditor untuk memnindaklanjuti berbagai kesab pertama
yang didapat dengan berbagai bukti audit lainnya yang bersifat nyata.
Walaupun begitu, observasi sangat berguna dalam pelaksanaan sebagian
besar proses audit.

Audltlng-uround the computer
Pendekutun uudlt dengun memperlukukun komputer sebugul kotuk hltum, teknlk lnl tlduk mengu|l lungkuh lungkuh
proses securu lungsung, hunyu berfokus pudu lnput dun output durl slstem computer.
Kelemuhunnyu:
1. 8mumnyu dutu buse mencukup |umluh dutu yung bunyuk dun sullt untuk dltelusurl securu munuul
2. Tlduk membuut uudltor memuhuml slstem computer leblh bulk
3. Mengubulkun pengendullun slstem, sehlnggu ruwun terhudup kesuluhun dun kelemuhun potenslul dulum system.
4. Leblh berkenuun dengun hul yung lulu durl pudu uudlt yung preventlf
5. Kemumpuun computer sebugul fusllltus penun|ung uudlt mubuzlr
6. Tlduk mencukup keseluruhun muksud dun tu|uun uudlt
Audltlng-through the computer
Pendekutun uudlt yung berorlentusl computer yung securu lungsung berfokus pudu operusl pemrosesun dulum system
computer dengun usumsl bllu terduput pengendullun yung memudul dulum pemrosesun, muku kesuluhun dun
penyuluhgunuun duput dldeteksl.
Audit Around The Computer dan Through The Computer
Auditing around the computer adalah auditing tanpa menguji pengendalian EDP klien, sehingga audit
hanya dilakukan pada sumber masukan dan hasil keluaran dari proses EDP itu sendiri. Audit ini
dapat diterima bila:

* Sumber dokumen tersedia dalam bentuk yang dapat dibaca manusia.
* Dokumen difilekan secara baik yang memungkinkan melokalisasi mereka untuk keperluan audit.
Keluaran terdaftar secara detail yang memungkinkan auditor melacak transaksi individual dari
dokumen sumber ke keluaran dan sebaliknya. Tahap-tahap dalam EDP audit dapat diuraikan sebagai
berikut:

* Tahap awal, terdiri dari telaahan dan evaluasi awal terhadap area yang akan diaudit serta penyiapan
rencana audit. Pada telaahan awal ditentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam audit
dan mencakup keputusan-keputusan yang berkaitan dengan area-area tertentu yang akan
diinvestigasi, penugasan bagi staf audit, teknologi audit yang akan digunakan, dan pembuatan
anggaran waktu/biaya untuk audit.
* Tahap kedua, merupakan telaahan evaluasi rinci atas pengendalian. Sasaran difokuskan pada
temuan-temuan dalam area yang dipilih dalam audit. Dokumentasi area aplikasi ditelaah dan data
yang berkaitan dengan operasi sistem dikumpulkan melalui wawancara, kuisioner pengendalian
intern, dan observasi langsung. File-file transaksi, buku-buku harian pengendalian, daftar program,
dan data lain ditelaah sesuai kebutuhan untuk menentukan lingkup audit yang dicakup dalam
program audit dan merancang prosedur-prosedur pengujian yang akan digunakan kemudian.

* Tahap terakhir, mencakup pengujian ketaatan yang diikuti dengan analisis dan pelaporan hasil -
hasil. Tahap pengujian menghasilkan bukti ketaatan terhadap prosedur-prosedur. Pengujian ketaatan
dilakukan untuk memberikan jaminan memadai bahwa pengendalian intern ada dan bekerja sesuai
dengan yang dinyatakan dalam dokumentasi sistem.

Auditing through the computer adalah proses penelaahan dan evaluasi pengendalian intern dalam
sistem EDP, meliputi pengendalian aplikasi dan pengendalian umum. Secara ringkas audit ini
merupakan suatu metode audit sedangkan Auditing with the computer adalah pemanfaatan komputer
oleh auditor untuk melakukan sejumlah pekerjaan audit yang juga dapat dilakukan secara manual.
Secara ringkas audit ini merupakan suatu alat bantu audit.

You might also like