You are on page 1of 12

EVALUASI KURIKULUM

A. Latar Belakang Pemikiran Pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk memecahkan masalah masalah sosial, di antaranya upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Upaya ini tidak lepas dari peningkatan kualitas sistem pendidikan itu sendiri, yang dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan kebijakan, sesuai dengan perkembangan zaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sementara kualitas sistem pendidikan selalu berakar dari perancangan (desain) dan implementasi kurikulum pendidikan yang sedang diberlakukan. Untuk itu, dibutuhkan suatu kegiatan atau program yang mampu menilai seberapa besar tingkat pencapaian implementasi kurikulum di lapangan, dan seberapa efektif dampaknya terhadap peningkatan kualitas SDM itu sendiri, baik SDM sebagai output pendidikan, maupun SDM yang merupakan pelaku dari pendidikan itu sendiri, seperti tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Program inilah yang disebut evaluasi kurikulum, yang merupakan rangkaian kegiatan mengetahui dan menilai hasil yang dicapai dengan diimplementasikannya suatu kurikulum pada periode tertentu. Hasil dari evaluasi ini kemudian digunakan sebagai sarana untuk membantu upaya-upaya perbaikan proses pendidikan dan upaya-upaya perbaikan atau penyempurnaan kurikulum itu sendiri.Dengan kata lain, bila hasil evaluasi kurikulum akan merekomendasikan, apakah kurikulum yang sedang berjalan layak untuk dilanjutkan, ditinjau ulang, diperbaiki, atau bahkan dihentikan dan harus digantikan dengan desain kurikulum yang baru.

B. PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM Evaluasi kurikulum terdiri dari dua kata, yaitu evaluasi dan kurikulum dengan dua pengertian dan pengembangan pengertian yang berbed, namun bisa berkaitan satu sama lain, khususnya terkait dengan sistem pendidikan yang sedang diberlakukan. 1. Pengertian Evaluasi Menurut Tayibnapis (2000 : 2), dalam pengertian sempit, evaluasi (dalam pendidikan) selalu dihubungkan dengan hasil belajar. Terkait dengan hal ini, menurut Bloom (1971), seperti dikutip oleh Slameto (1988 : 5), evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes are taking place in the learns as well as to determine the amount or degree of change in individual students. (Maksudnya, evaluasi berarti usaha untuk mengetahui sejauh mana perubahan itu telah terjadi melalui kegiatan belajar-mengajar, sehingga ciri pertama dari evaluasi adalah mengukur perubahan yang berkaitan dengan program pengajaran, berupa kemampuan kognitif-intelektual, sosio emosional, maupun keterampilan motorik). Dalam Tayibnapis (2000 : 3-4) dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang evaluasi, di antaranya : a. Menurut Tyler (1950 : 69), evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. b. Menurut Cronbach (1963); Stufflebeam (1971); dan Alkin (1969), mendefinisikan, bahwa evaluasi adalah upaya menyediakan informasi untuk pembuat keputusan. c. Menurut Provus (1971), evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.

d. Menurut Scriven (1967); Glas (1969); dan Stufflebeam (1974), evaluasi adalah penelitian sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Sementara itu, menurut Roestiyah (dalam Slameto, 1988 : 6), evaluasi dapat didefinisikan dalam empat deskripsi berikut : a. Proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. b. Kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. c. Dalam rangka pengembangan sistem isntruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti yang telah direncanakan. d. Suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang diharapkan. Adapun dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 (21), evaluasi (pendidikan) adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, bahwa evaluasi (pendidikan) adalah : a. Suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat, sistematik dan penuh perhitungan dalam upaya perbaikan suatu program di masa yang akan datang.

b. Terkait dengan pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan integral dari pendidikan, sehingga arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. c. Suatu evaluasi (program/pendidikan), harus memiliki dan berdasarkan kriteria keberhasilan tertentu, baik ditinjau dari segi peserta didik, metode dan kemampuan pendidik, serta program pengajaran yang dilaksanakan. d. Sebagai suatu alat bukan tujuan tes, sehingga evaluasi merupakan kegiatan yang harus terus dilakukan sepanjang suatu program tersebut berjalan atau dilaksanakan, serta untuk menilai apakah proses perkembangan telah berjalan semestinya, dan apakah tujuan

pendidikan telah tercapai dengan program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. e. Suatu upaya pengembangan kemampuan belajar siswa, kemampuan mengajar guru, dan penyempurnaan program pengajaran secara keseluruhan. f. Secara keseluruhan, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dan terintegrasi dengan suatu sistem pengajaran untuk mengetahui apakah sistem tersebut baik atau tidak. Jika baik bisa dilanjutkan atau diperbaiki dan dikembangkan, jika tidak harus ditinjau ulang atau bahkan dihentikan pelaksanaannya.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Saud dan Makmun (2006 : 138), evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu pentingnya perencanaan pendidikan dan hasil-hasil potensialnya, serta sesuai dengan kebutuhannya, lebih jauh evaluasi sebaiknya muncul sepanjang proses perencanaan pendidikan. Konsep evaluasi juga berkaitan dengan supervisi, yang mana salah satu langkah supervisi adalah evaluasi segi-segi supervisi suatu program pendidikan oleh seorang supervisor. Segi-segi yang dievaluasi ini meliputi sasaran murid, guru, dan supervisor itu sendiri, serta segi-segi yang dievaluasi sendiri, di antaranya meliputi hasil belajar, kelemahan dan kemampuan guru, serta metode dan tujuan supervisi itu sendiri (Rifai, 1987 : 164-165). 2. Pengertian Kurikulum Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan, yang dalam Kamus Webster (1812) seperti dikutip oleh Nasution (2003 : 1), yaitu sebagai : a race course; a place for running; a chariot; a course in general; applied particularly to the course of study in a university. (Suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Pedoman yang digunakan secara wajib untuk mengikuti pendidikan di suatu universitas). Selanjutnya, Nasution (2003 : 4-10) mengemukakan beberapa definisi para ahli, di antaranya : a. Saylor dan Aleksander (1956), segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah, serta kegiatan ekstra kurikuler.

b. Langeveld, Sebagai alat-alat pendidikan (opvoedingsmiddelen) yaitu segala sesuatu yang dengan sengaja dilakukan oleh si pendidik terhadap anak didik guna mempengaruhi kelakuannya, seperti menjelaskan, menganjurkan, memuji, melarang atau menghukum. Juga merupakan faktor-faktor pendidikan (opvoedingsfaktoren), yang meliputi keadaan lingkungan pendidikan, seperti kebersihan ruangan, keramahan pendidik, serta tindakan-tindakan yang tidak disengaja. c. Hilda Taba, Kurikulum adalah suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang direncanakan dalam bentuk ide, gagasan, cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk atau diharapkan, sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan yang dicitacitakan. Hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 (19), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Uraian ini sejalan dengan konsep kurikulum menurut Nasution (2003 : 121), bahwa : Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Kurikulum juga dapat dipandang sebagai produk apa yang diharapkan dapat dicapai siswa, dan sebagai proses bagaimana yang harus dilakukan. Dengan demikian, terkait dengan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan, bahwa kurikulum dapat diberlakukan pada waktu tertentu dan pada saat tertentu dapat ditinjau ulang atau dilanjutkan atau dihentikan.

Hal ini bisa dilakukan, mengingat kurikulum merupakan pedoman dalam sistem pendidikan untuk mengatasi atau memperbaiki atau meningkatkan kualitas tertentu dari beberapa atau seluruh aspek dalam pendidikan, terutama untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada di suatu negara yang terus menghadapi berbagai gejolak tantangan di berbagai bidang. Dengan demikian, evaluasi kurikulum bisa digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki atau merubah substansi kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan perkembangan zaman yang berlaku.

C. IMPLEMENTASI EVALUASI KURIKULUM Sebagaimana telah dikemukakan, kurikulum juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Karena itu, menurut Nasution (2003 : 121), kurikulum dapat juga dianggap sebagai cetusan jiwa pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tinggi dalam kelakukan anak didiknya, sehingga kurikulum berkaitan erat dengan kepribadian guru. Terkait dengan hal ini, evaluasi bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang menjadi fokus perhatian, tetapi juga yang ada pada latar belakangnya yang sebaiknya tidak mengganggu pada saat sasaran-sasarannya tercapai, sehingga diperlukan teknik-teknik evalusi tertentu, di antaranya perbandingan biaya (cost-effectiveness) dan cost-benefit, serta cost-utility. (Saud dan Makmun, 2006 : 140)

Menurut Saud dan Makmun (2006 : 222-224), evaluasi pada dasarnya merupakan suatu aktivitas pengendalian yang memungkinkan intervensi yang positif, memeriksa arah yang diambil dan mengevaluasi hasil atau penyimpangannya dari perencanaan sebelumnya. Selanjutnya, dikemukakan bahwa skema evaluasi dapat disusun dari setiap aspek interaksi, misalnya siswa, stimulus, pesan, proses pembelajaran, pengaruh, dan tanggung jawab, serta umpan balik dapat dievaluasi dan diperiksa dalam membantu perencaan pendidikan yang efektif. Adapun skema yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

Stimulus Student

Message Learning Process

Message Effector

Response

Feedback

Dengan demikian, skema ini bisa digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kurikulum yang sedang berjalan, dan dapat membantu memperlancar pergeseran perubahan yang terjadi dari kurikulum lama ke arah kurikulum baru yang akan diberlakukan. Menurut Nasution (2003 : 122), perubahan (revisi) kurikulum tidak selalu sama dengan perbaikan, tetapi perbaikan selalu mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai/mutu. Namun perubahan yang terjadi dapat menggeser ke posisi yang mungkin membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Karena itu, perbaikan kurikulum selalu dikaitkan dengan penilaian (evaluasi).

Untuk itu, menurut Nasution (2003 : 133) dalam memperbaiki kurikulum di sekolah, harus memperhatikan sejumlah pertimbangan, agar usaha tersebut berhasil dengan baik, di antaranya : a. b. c. d. e. f. g. Mengetahui tujuan perbaikan Mengenal situasi sekolah Mengetahui kebutuhan siswa dan guru Mengenal masalah yang dihadapi sekolah Mengenal kompetensi guru Mengetahui gejala sosial Mengetahui perkemangan dan aliran dalam kurikulum.

Terkait dengan hal ini, sebelum merubah kurikulum hendaknya diadakan penilaian (evaluasi) tentang kurikulum yang sedang dijalankan. Menurut Nasution (2003 : 252), penilaian (evaluasi) juga perlu untuk mengetahui hingga manakah kurikulum mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan seperti yang tercantum dalam kurikulum itu. Selanjutnya, dikatakan, bahwa baik-tidaknya suatu kurikulum pada hakekatnya dapat dinilai dari hasilnya, yakni dari kedudukan, kehidupan, atau prestasi para lulusannya. Menurut Nasution (2003 : 253), untuk menilai kurikulum, harus menilai komponen-komponennya, yaitu : a) tujuan kurikulum, b) pengelaman-pengalaman belajar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan murid, c) organisasi pengalaman belajar itu, pengalaman itu, hubungannnya dengan pengalaman lain, serta d) cara-cara mengevaluasi hasil belajar murid. Dengan demikian, menilai atau mengevaluasi kurikulum harus dimulai dengan hakikat dan tujuan kurikulum itu sendiri sebagai alat untuk mengubah kelakukan anak didik.

Berdasarkan hal ini, efektivitas kurikulum berwujud dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan murid. Selain itu, menurut Nasution (2003 : 253), evaluasi kurikulum harus mempertimbangkan, bahwa kurikulum sekolah bukan satu-satunya alat untuk mengubah kelakukan manusia (murid). Selanjutnya, dikatakan bahwa, untuk menilai suatu kurikulum perlu diketahui tujuannya dengan jelas, spesifik, dalam bentuk kelakukan yang dapat dilihat dan diukur, sehingga penilaian dapat dilakukan dengan lebih cermat. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi (penilaian) kurikulum bertujuan untuk memperbaiki atau merubah kurikulum. Perbedaannya, menurut Nasution (2003 : 252) adalah : a. Perbaikan kurikulum, biasanya hanya mengenai satu atau beberapa aspek dari kurikulu, misalnya metode mengajar, alat peraga, buku pelajaran, dengan tetap menggunakan kurikulum yang sedang berlaku. b. Perubahan kurikulum, biasanya mengenai perubahan dasar-dasarnya, baik tujuan maupun alat atau cara-cara untuk mencapai tujuannya, sehingga merubah kurikulum sama artinya dengan turut merubah kelakuan dan karakter manusia, baik guru, pembina pendidikan, maupun anak didik. Dengan kata lain, perubahan kurikulum dianggap sebagai perubahan sosial, karena mengandung pembaharuan atau inovasi, yang meskipun bertujuan untuk memperbaiki keadaan, namun tidak sedikit mungkin membawa hasil sampingan yang kurang baik dalam aspek-aspek tertentu. Sementara itu, Depdiknas (2004 : 10), konsep evaluasi merupakan langkah terakhir dari rangkaian kegiatan pengukuran, penilaian dan evaluasi yang bersifat hierarkis, yaitu dimulai dari pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi. Dengan kata lain, evaluasi merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pengukuran, penilaian dan berakhir pada evaluasi, yaitu kegiatan menerapkan hasil-hasil pengukuran dan penilaian.

Selanjutnya dikemukakan oleh Stufflebeam dan Shinkfield (1985) seperti dikutip Depdiknas (2004 : 11), bahwa evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu obyek, yang berarti didalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur judgement dengan langkah pengukuran tentang nilai suatu program dan unsur subyektivitas program. Terkait dengan hal ini, obyek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya, yang tidak lain adalah aspek-aspek yang tercakup dalam suatu kurikulum pendidikan. Dengan demikian, evaluasi dalam sistem pendidikan selalu terkait dengan perubahan dan perbaikan kurikulum yang sedang berjalan, baik perubahan dan perbaikan dalam satu atau beberapa aspek, atau bahkan seluruh aspek sistem pendidikan yang sedang berlangsung. Tentunya, diharapkan pergeseran ini akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan, namun tidak sedikit juga yang berdampak kurang baik terhadap beberapa aspek pendidikan lainnya, sehingga diperlukan teknik-teknik evaluasi yang cocok, efektif dan efisien, agar mampu meminimalisir segala dampak negatif yang mungkin timbul akibat dari pemberlakuan kurikulum yang baru.

D. SIMPULAN Evaluasi dalam bidang pendidikan selalu terkait dengan aspek-aspek pengukuran dan penilaian dari beberapa faktor yang dianggap bisa mempengaruhi arah dan mutu pendidikan yang sedang berlangsung, di antaranya kurikulum.

Dengan kata lain, evaluasi merupakan rangkaian pengukuran dan penilaian sejumlah aspek kurikulum pendidikan berdasarkan pertimbangan beberapa hal yang mungkin timbul, serta harus menggunakan teknik-teknik yang sesuai agar berlangsung efektif. Efektivitas evaluasi kurikulum pendidikan tergantung beberapa hal, di antaranya hakekat dan tujuan evaluasi itu sendiri, teknik-teknik evaluasi, sasaransasaran-sasaran evaluasi, segi-segi dan produk yang dievaluasi, serta kemampuan evaluator (pelaksana evaluasi) itu sendiri.

Referensi : Alkin, M.C. 1969. Evaluation Theory Development. Evaluation Comment 2. Beverly Hills, C.A. : Sage Publishers Depdiknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaian Kurikulum 2004. Jakarta : Depdiknas Nasution, S. 2003. Asas-asas Kurikulum. Edisi Kedua, Cetakan Kelima. Jakarta : PT Bumi Aksara Rifai, M. Moh. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan 2. Edisi Ketiga Revisi. Bandung : Penerbit Jemmars Roestiyah, N.K. 1982. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT Bina Aksara Saud, Udin Sy., Abin Syamsudin Makmun. 2006. Perencanaan Pendidikan : Suatu Pendekatan Komprehensif. Cetakan Kedua. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Bina Aksara Stufflebeam, D.L. 1969. Evaluation and Enlightment for Decision Making. Columbia, O.H. : Ohio State University Evaluation Center Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. 1985. Systematic Evaluation. Boston : Kluwer-Nijhoff Publishing Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta ................. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). UU RI No. 20/2003. Bandung : Penerbit Citra Umbara

You might also like