Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Fenimisme
Fenimisme adalah istilah baru di Indonesia. Orang Indonesia lebih akrab menyebutnya dengan emansipasi. Emansipasi diilhami oleh perjuangan R.A. Kartini pada akhir abad ke 19. Menurut bahasa, kata fenimisme berasal dari bahasa latin, femina yang berarti perempuan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata fenimism adalah kata benda yang berarti sebuah doktrin atau gerakan yang menganjurkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di bidang sosial, politik dan ekonomi. Sedangkan kata sifatnya adalah feminine yang berarti memiliki sifat perempuan, terkait dengan atau berwatak perempuan. Sedangkan pelakunya disebut feminist, pejuang hak-hak perempuan (Marios (intro.), 1991:490).
Definisi Fenimisme
Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, dua orang feminist dari Asia Selatan, fenimisme adalah suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja, dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut. Menurut Yunahar Ilyas seorang pemerhati fenimisme dari Indonesia fenimisme adalah kesadaran akan ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
Kata feminisme diperkenalkan pertama kali oleh aktivis sosial utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Sebagai sebuah gerakan sosial dengan tujuan yang jelas, fenimisme mulai timbul pada abad ke 18 di Eropa tepatnya di Prancis. Gerakan ini didorong oleh ideologi pencerahan (aufklarung) yang menekankan pentingnya peran rasio dalam mencapai kebenaran. Hal lain yang mendorong timbulnya feminisme, menurut Murtadha Muthahari adalah kepentingan kapitalisme. Seperti yang dikatakan Will Durant, emansipasi perempuan adalah dampak dari revolusi industri. Para pemilik pabrik lebih menyukai tenaga kerja perempuan daripada tenaga laki-laki karena lebih murah dan tidak banyak protes. Tahun 1882 di Inggris ditetapkan undang-undang yang menetapkan perempuan berhak memiliki uang yang mereka peroleh. Undang-undang ini diusulkan para pemilik pabrik untuk menggoda perempuan Inggris agar mau bekerja di pabrik (Muthahhari, 2004: x).
Jenis-Jenis Feminisme
5. Feminisme Teologis 4. Fenimisme Sosial 3. Feminisme Radikal
Fenimisme Liberal
Aliran ini memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hukum. Ketidaksadaran dalam masyarakat terjadi karena ada pelanggaran terhadap kebebasan individu yang terjadi melalui proses sosialisasi peran atas dasar seks. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisa dicapai melalui pembaruan peraturan dan hukum, dan proses pendidikan (Sukri(ed.),2002:187-188).
Feminisme Marxis
Menurut aliran ini sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.Menurut engels, di dalam keluarga, suami adalah cerminan kaum borjuis (pemilik modal), dan istri kaum ploletar yang tertindas. Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engels mengajak perempuan untuk memasuki sektor publik yang dapat membuat perempuan juga produktif (menghasilkan materi atau uang). Dengan demikian, pekerjaan domestik perempuan tidak ada lagi. Bahkan institusi keluarga perlu dihapus karena dianggap melahirkan kapitalisme. Sebagai gantinya, dibuatlah keluarga kolektif, dimana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif, termasuk dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak (ilyas, 1997:49).
Feminisme Radikal
Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriaki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Mereka memandang bahwa patriaki merupakan sistem kekuasaan yang seksis, yang menganggap laki-laki memiliki superioritas atas perempuan. Kelemahan perempuan di hadapan laki-laki adalah karena struktur biologis fisiknya, di mana perempuan harus mengalami haid, menopause, hamil, sakit saat haid melahirkan, menyusui, mengasuh anak, dan sebagainya. Semua itu membuat perempuan tergantung pada laki-laki. Perbedaan fungsi reproduksi inilah yang menyebabkan pembagian kerja atas dasar seks yang terjadi di masyarakat (Sukri (ed.), 2002:190 dan Ilyas, 1997 : 50).
Feminisme Sosialis
Feminisme sosial muncul sebagai kritik terhadap fenimisme Marxis. Aliran ini mengatakan bahwa patriaki sudah muncul sebelum kapitalisme. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Kapitalisme dan patriaki adalah dua kekuatan yang saling mendukung dan merupakan sumber penindasan perempuan (http: //id.wikipedia.org/wiki/Feminisme).
Feminisme Teologis
Teori dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan yang menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan ideologi, agama dan norma-norma masyarakat. Mereka berpendapat bahwa penyebab tertindasnya perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideologi masyarakat yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki (subordinasi). Oleh karena itu, ideologi yang bias jender tersebut harus diubah, antara lain, dengan cara mengkaji ulang sumber ideologi tersebut.Kajian ulang ini diarahkan untuk mendapatkan pijakan yang sah guna mengembangkan suatu ideologi atau teologi yang menempatkan perempuan setara dengan laki-laki.
Ekofenimisme
Aliran ini merupakan jenis feminisme yang menyalahi arus utama ajaran feminisme, sebab cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan perempuan (ilyas, 1997: 46). Ekofenimisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang menggunakan prinsip maskulinitas. ideologi untuk menguasai, dalam usaha untuk mengakhiri penindasan perempuan akibat sistem patriaki. Sebab prinsip tersebut tidak hanya anti terhadap feminitas, melainkan juga ekologi.
Pembahasan tentang konsep perempuan dalam konsep Islam berikut ini akan diawali dengan pandangan sejumlah peradaban lain seperti Yunani, Romawi, India, dan Cina juga agama lain seperti Yahudi, Nasrani, Buddha, Zoroaster, dan sebagainya tentang perempuan sebagai prawacana dan perbandingan. a) Kesamaan Kedudukan Perempuan dan Laki-Laki b) Perbedaan Perempuan dan Laki-Laki c) Hak-Hak Perempuan d) Hadis-hadis dan Tafsir yang Merendahkan Perempuan
PANDANGAN ISLAM TENTANG FEMINISME Dalam pandangan Islam, ide awal dan utama yang diperjuangkan oleh feminisme berupa keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan kedudukan dan hak antara perempuan dengan laki-laki adalah sesuatu yang tidak menyalahi kodrat kemanusiaan. Namun, hal ini tidak membuat Islam memberikan hak identik kepada mereka sebagaimana Islam memberikan kewajiban identik pada mereka dalam semua hal. Adapun isu penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki yang menjadi titik awal munculnya feminisme harus diakui memang terjadi di berbagai tempat sejak dulu hingga kini, baik di wilayah masyarakat Muslim maupun non Muslim. Dalam konteks keluarga, Islam memandang perempuan sebagai pasangan, partner dan sahabat untuk laki-laki dalam menjalankan tugas menjadi khalifah di bumi.
Pertanyaan
Ayu : apakah ibu rumah tangga yg tidak bekerja dianggap kedudukannya lebih rendah dr laki2 ? Iin : Apa yg menyebabkan adanya kelompok yg menentang feminisme? Rani : knp ada yg menyebut kalau do a anak laki2 lbh manjur drpd do a anak prempuan? Gita : bagaimana islam memandang ttg pemimpin wanita dan ttg poliandri? Risky : hak spt apa yg dibatasi antra laki2 dan prempuan?