You are on page 1of 7

PENDEKATAN PEMBELAJARAN CBSA (CARA BELAJAR SISWA AKTIF) 1. 1.

Pengertian Pendekatan CBSA Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata approach yang dimaksudnya juga pendekatan. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama. 1. 2. Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha proses pembangkitan kembali atau proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut: 1. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh k mauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sek lah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.

Belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid murid untuk dirinya sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar. Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan Penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengeanal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berfikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya ( Raka Joni, 1992 : 1 ). Guru diharapkan bekerja secara professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna ( efisien dan efektif ) artinya guru dapat merekayasa system pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif ( Raka Joni, 1992 : 11 ). Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan social budaya. 1. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran. 2. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif. 3. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benarbenar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik 4. 3. Hakikat Pendekatan CBSA Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf

perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya: 1. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. 2. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan. 3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektualemosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar. 1. 4. Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut: 1. Dimensi subjek didik :
y

y y y

Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat. Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru. Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru. Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.

1. Dimensi Guru
y y y y y

Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator. Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing. Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkugan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.

1. Dimensi Program
y y y

Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

1. Dimensi situasi belajar-mengajar


y

Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara gurusiswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.

Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Persamaan Rasional Pendekatan CBSA dengan Ketrampilan Proses : 1. Percepatan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan bahan ajar, yang bersumber dari ilmu pengetahuan itu makin banyak (makin luas dan atau mendalam) sehingga bahan ajar (isi mata pelajaran) akan cepat menjadi usang. Dengan demikian pebelajar dituntut untuk terus belajar, sehingga dalam pembelajaran: hasil belajar sama pentingnya dengan penguasan cara belajar yang tepat; 2. Perkembangan teknologi irfomasi dan komunikasi atau TIK (information and communication technology atau ICT) sehingga terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh informasi selain yang disampaikan guru di sekolah. Dengan kata lain, terdapat beragam sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh murid kapan dan dimana saja yang diinginkannya. sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep itu kepada muridnya dalam pembelajaran di sekolah. 3. Sekolah dituntut untuk berupaya sedemikian rupa sehingga semua murid dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai kemampuan masing-masing. Fungsi sekolah merupakan fungsi pengembangan (setiap murid dapat lanjut terus sesuai kemampuannya), mengembangkan ketrampilan psikomotorik: ketrapilan fisik/intelekualuntuk mengaitkan pengembangan konsep (ranah kognitif) dan pengembangan sikap dan nilai (ranah afektif).

4. Setiap pembelajaran harus tetap berusaha untuk mengembangkan kepribadian murid secara holistik. Meskipun suatu pembelajaran berada dikawasan ranah kognitif, tetapi pembelajaran itu tidak boleh dilepaskan dari ranah afektif dan atau psikomotorik. Sekolah diharapkan secara serentak menyiapkan peserta didiknya untuk mampu menyesesuaikan diri dengan masyarakatnya (fungsi sosialisasi) dan untuk mampu membaharui masyarakatnya itu (agen pembaharuan).

Perbedaan rasional Pendekatan CBSA dan rasional PKP : Perbedaan antara keduanya adalah pada penekanannya. Pendekatan CBSA penekanan pada peningkatan keterlibatan murid dalam belajar (fisik, dan yang utama mental: intelektual/emosional) Pendekatan Keterampilan Proses menekankan pengembangan ketrampilan proses. Dalam pembelajaran, murid diberi peluang yang besar untuk mengembangkan berbagai ketrampilan proses untuk menerapkan prinsip CBSA.

Jenis-jenis keterampilan proses : a. Observasi atau Pengamatan Mengobservasi atau mengamati adalah penggunaan semua alat indra (untuk melihat, mendengar, meraba, mencium, dan atau mengecap) dengan seksama untuk memilah-milahkan sesuatu yang penting dari yang kurang/tidak penting. dalam observasi yang pokok adalah pemusatan perhatian,ketelitian,dan kecermatan dalam melihat, mendengar, dsb sehingga dapat memilahkan yang penting dari yang lainnya. Murid seharusnya dilatih melalui pembelajaran untuk melakukan observasi atau pengamatan dengan cermat dan terarah, dan tidak sekadar melihat/mendengar sesuatu itu sepintas lalu. b. Penghitungan Menghitung merupakan ketrampilan mendasar yang banyak sekali dipergunakan. Hasil perhitungan itu dapat dilaporkan dengan membuat tabel, grafik, dan atau histogram, Tingkat kesulitan penghitungan itu harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid, di kelas-kelas awal dengan penghitungan sederhana, sedangkan untuk kelas- kelas lanjut dengan penghitungan dan cara pelaporan yang lebih rumit. c. Pengukuran Pengukuran dilakukan secara bertahap, pada awalnya hanya membandingkan panjang, besar, berat, dll terhadap benda di sekitarnya, kemudian mulai diperkenalkan dengan ukuran seperti meter, gram, liter, dll yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan murid.

d. Klasifikasi Klasifikasi atau penggolongan / mengelompokkan persamaan dan perbedaan sesuatu sebagai dasar klasifikasi itu, baik berdasarkan ciri khusus, tujuan, maupun untuk kepentingan tertentu. Mula-mula cara klasifikasi yang masih sederhana, dan makin lanjut kelas dengan kemampuan murid yang mulai

berkembang, tugas klasfikasi makin sulit, baik isi tugasnya maupun cara pengolahan hasil klasifikasi itu dalam pelaporan. e. Pengenalan ruang dan waktu serta hubungan keduanya Pengenalan bentuk-bentuk ruang (lingkaran, persegi empat, segi tiga, kubus, silinder, dll), pengenalan arah (bawah, atas, belakang, depan, kiri, kanan, dll), pengenalan waktu (menit, jam, sehari, seminggu, sebulan dll) serta hubungan yang satu dengan lainnya (arah, jarak, dan waktu, seperti lamanya mengelilingi suatu lingkaran, dll) f. Pembuatan Hipotesis Hipotesis adalah suatu perkiraan ilmiah tentang pemecahan suatu masalah, penjelasan suatu keadaan, yang selanjutnya diuji kebenarannya melalui penelitian, eksperimen, dsb g. Perencanaan Penelitian/Eksperimen Dari percobaan secara coba-coba ( trial and error ) menjadi suatu eksperimen yang dipandu oleh suatu hipotesis yang dilandasi dasar teoritis, dan dilakukan secara sistimatis dan terarah. Melalui pembelajaran, disamping eksperimen, murid dibiasakan pula melakukan berbagai penelitian sederhana. h. Pengendalian Variabel Pengendalian variabel atau faktor yang berpengaruh dalam penelitian/eksperimen merupakan salah satu ketrampilan mendasar yang dilakukan para ilmuwan dalam melaksanakan penelitian/eksperimen itu. Pengendalian variabel meliputi baik variabel bebas maupun variabel tergantung (variabel eksperimen). Pengendalian variabel, baik variabel bebas maupun variabel tergantung, sangat penting dalam setiap eksperimen.

i. Interpretasi Data Interpretasi Data atau menafsirkan data yang telah dikumpulkan dalam penelitian/eksperimen harus dapat diinterpretasi/ditafsirkan dengan cara-cara sesuai kaidah ilmiah. Pembelajaran seyogianya melatih murid untuk menguasai ketrampilan interpretasi data ini. Dengan pembelajaran yang memberi peluang untuk berlatih menginterpretasi data, murid akan terbiasa membuat kesimpulan yang sesuai dengan kaidah ilmiah, dan bukannya kesimpulan yang direka-reka saja. j. Kesimpulan Sementara (Inferensi) Murid dilatih untuk membuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi atau data yang dimilikinya pada suatu waktu tertentu, yang masih akan diuji kembali dengan diperolehnya informasi/data tambahan . Ketrampilan membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering dipergunakan dalam suatu penelitian, suatu kesimpulan yang masih akan diuji selanjutnya untuk menjadi kesimpulan akhir. k. Peramalan Pembelajaran harus memberi peluang kepada murid untuk berlatih membuat peramalan yang didasarkan pada informasi atau data yang telah tersedia.Peramalan didasarkan fakta atau data yang

telah dikumpulkannya melalui obervasi, pengukuran, eksperimen, dll, yang memperlihatkan suatu kecenderungan gejala tertentu. l. Penerapan (Aplikasi) Menggunakan ketrampilan penerapan, baik dengan langsung melakukannya maupun dengan menunjukkan bukti penerapan itu disekitarnya. Menguasai ketrampilan untuk mengaplikasikan suatu konsep, prinsip, dan atau teori untuk memecahkan suatu masalah, menjelaskan suatu peristiwa baru, dsb. menguasai ketrampilan untuk mengaplikasikan suatu konsep, prinsip, dan atau teori untuk memecahkan suatu masalah, menjelaskan suatu peristiwa baru, dsb. m. Komunikasi Menyampaikan gagasan, hasil penelitian, penemuan, dll kepada orang lain, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya dilengkapi dengan penyajian data dalam bentukgambar, model, tabel, grafik, diagram, dan sebagainya yang akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang dikomunikasikan itu. Ketrampilan ini penting untuk dikuasai, agar gagasan, penemuan, dan sejenisnya dapat tersebar luas dan diketahui orang lain. Murid perlu dibiasakan mengkomunikasikan gagasan, hasil pengamatan, pengukuran, dan atau eksperimen, dsb sesuai kaidah komunikasi ilmiah. Dengan bimbingan guru, murid harus melengkapi laporannya dengan penyajian data yang relevan dengan laporan itu,

You might also like