You are on page 1of 61

lanova hersipa L

funny people githu lhow


Home ALKALOID ANEKA RESEP KUE Asam,Basa,Buffer dan pH KIMIA Kimia Organik Pemisahan Senyawa dan campuran Reaksi kimia sifat kimia,fisika dan proses pemisahan senyawa sifat koligatif larutan(penurunan titik beku) Tanaman Obat

RSS

ALKALOID

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. 1. Sifat-Sifat Fisika Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air. 2. Sifat-Sifat Kimia Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada

nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa Noksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya. KLASIFIKASI Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b) Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian. (a) Alkaloid Sesungguhnya Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. (b) Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin. (c) Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein)) Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas: a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah : 1. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae. 2. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia

hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae) 3. alkaloid QuinolinMempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax 4. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora 5. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins. 6. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua. 7. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea). 8. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus. 9. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae) 10. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao. b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2. Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

Leave a Reply

Enter your comment here...

Guest Log In Log In Log In

Email (required) (Not published)

Name (required)

Website

Please log in to WordPress.com to post a comment to your blog.

You are commenting using your Twitter account. (Log Out)

You are commenting using your Facebook account. (Log Out) Connecting to %s Notify me of follow-up comments via email. Notify me of new posts via email.
Post Comment

Search

Search

Pages ALKALOID ANEKA RESEP KUE Asam,Basa,Buffer dan pH KIMIA Kimia Organik Pemisahan Senyawa dan campuran Reaksi kimia sifat kimia,fisika dan proses pemisahan senyawa sifat koligatif larutan(penurunan titik beku) Tanaman Obat Archives o March 2011 o September 2009 o May 2009 o September 2008 Categories o Uncategorized (10) Bookmarks o anemia ibu hamil o Bahan Ajar Fisika o blogx my sister o IATT o istilah o kesehatan o kumpulan cerpen o kumpulan lagu o materi bidan o pmf uii o robet PR o SMA Q o tanaman obat o tumbuhan obat Meta o Register o Log in
o o o o o o o o o o

Blog at WordPress.com. Theme: Choco by .css{mayo}. Entries (RSS) and Comments (RSS)

sayacintafarmasi http://hersipa.wordpress.com/alkaloid/ Just another WordPress.com site

Skip to content

Home About

antivirus, antikanker, antijamur alkaloid & antihistamin

fitokimia
Posted on March 27, 2011 by sayacintafarmasi SIFAT FISIKA Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air. SIFAT KIMIA

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya. KLASIFIKASI Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b) Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian. (a) Alkaloid Sesungguhnya Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. (b) Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin. (c) Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein)) Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas: a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah : 1. Alkaloid Piridin-Piperidin Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae. 2. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae) 3. Alkaloid Quinolin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax 4. Alkaloid Isoquinolin Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora 5. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkins. 6. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua. 7. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea). 8. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus. 9. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae) 10. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao. b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping. 1. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine) Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale. 2. Alkaloid Capsaicin Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense. IDENTIFIKASI Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam

klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener. Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff. Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan -piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida. Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (pdimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid. Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat. Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 g dapat terdeteksi. SIMPLISIA 1. Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan struktur inti :

Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan : 1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae) berguna sebagai bumbu dapur. 2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam: Umbelliferae) berguna sebagai antisasmodik dan sedatif. 3. Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae) berguna sebagai anthelmentikum pada hewan. 4. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (fam: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus. Tumbuhan yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum (fam: Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga. 2. Alkaloid Tropan Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang

belakang, struktur intinya : 1. Hiosiamin dan Skopolamin Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae), tumbuh pada daerah yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan sedative. Pada tumbuhan Hyoscyamus muticus dan H. Niger (fam Solanaceae), tumbuh didaerah Amerika Selatan dan Kanada dikenal dengan nama Henbane daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada otot. 2. Kokain Senyawa ini berfungi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan (drug abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan sebagainya. 3. Atropin, Apotropin dan Belladonina Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata Atropos yang berarti tidak dapat dibengjokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian. Belladonna barasal dari bahasa Italia Bella artinya cantik dan Donna artinya wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan menyebabkan

dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi sangat menarik Akar dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam Solanaceae) merupakan sumber dari senyawa ini, digunakan sebagai antispamolitik, antikolinergik, anti asma dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak dapat disaingi harganya. 3. Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dengan struktur inti seperi di bawah ini: 1. Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (fam : Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau jawa. Sebelum PD II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di dunia, ketika Jepang memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat antimalaria sintetik (kloroquin, kunaikri dan primakrin) untuk menggantika kina. 2. Akronisina Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae, berfungsi sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia. 3. Camptothecin. Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca acuminata (fam : Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di daratan cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia limpoid. 4. Viridicatin Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium viridicatum (fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu pendengaran berkuran. 4. Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen dengan struktur inti :

1. Morfin Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai : 1). Infark miokard; 2). Mioplasma;3). Kolik renal atau kolik empedu ; 4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;5) perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan 6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri pascabedah. Morfin diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver somniferum dan P. Bracheatum (fam : Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil sadapan dari getah buah yang dikenal sebagai opium yang berarti candu, Candu merupakan ibu dari morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan sebagai obat yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah. Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam kondisi mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman. Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat takjub dokter-dokter pada masa itu. Sayangnya, ketergantungan terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak terdeteksi sampai masa Perang Saudara berakhir. Dengan adanya penggunaan yang berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat yang secara tidak layak atau menyimpang dari norma pengobatan yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug abuse terlebih lagi apabila pada pemakaian morfin sebagai obat keras. Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni zat-zat yang pada penggunaan kronis menyebabkan perubahan perubahan dalam tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala ini mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat zat ini untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi.dilain pihak , dosis yang digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang dikehendaki (toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik (ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan. 2. Emetina Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae) 3. Hidrastina dan Karadina Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir. 4. Beberina Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris

(dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik. 5. Alkaloid Indol Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol dengan inti seperti di bawah ini :

1. Reserpina Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi. Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu R. Serpentine, R. Canescens, R. Micratha, dan R. Tetraphylla. Selain sebagai anti hipertensi juga berfungsi sebagai traqulizer (penenang), 2. Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (fam : Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor. 3. Sriknina & Brusina Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (fam :Loganiaceae) yang terdapat di Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang diambil berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun tikus). 4. Fisostigmina & Eserina Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam : Leguminosae) yang berkhasiay sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma. 5. Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab berasal dari jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik. Diperoleh dari sisik jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps purpurea (fam: Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain itu jamur ini juga

terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae). 6. Kurare Diperoleh dari kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera (fam:loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (fam: Menispermaceae) yang berguna sebai relaksan pada otot. 6. Alkaloid Imidazol Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, dengan inti :

Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari familia Rutaceae yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma. 7. Alkaloid Lupinan Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, intinya adalah :

alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (fam : Leguminocaea) dan Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik. 8. Alkaloid Steroid Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Inti dari steroid adalah :

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu : 1. Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina, Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina 2. Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosia 3. Golongan III : Germina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina 1. Germidina, Germitrina Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum viride (fam: Liliaceae) yang berguna sebagai antihipertensi. 2. Protoveratrin Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum album (fam : Liliaceae) yang berguna sebagai insektisida & antihioertensi. 3. Sevadina Diperoleh dari biji sebadilla (Sebadilla Semen) dari tumbuhan Schonecaulon officinalis (fam: Liliaceae) berguna sebagai insektisida. 9. Alkaloid Amina Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin.

1. Efedrina Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina (fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama Ma Huang dalam bahasa Cina Ma berarti sepat sedangkan Huang berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan rasa dan warnan simplisia ini. Selain dari persenyawaan alam, alkaliod ini juga dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang berbetuk kristal, sifatsifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai sebagai simpatomimetik. 2. Kolkisina Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam : Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji kormus (pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang sama. 3. d- Norpseudo Efedrina

Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis (fam : Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP. 4. Meskalina Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria 10. Alkaloid Purin Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen; dengan inti :

Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung dengan Imidazole 1. Kafeina (1,3,7, Trimetil Xanthin) Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat, ginjal, otot otot jantung. tumbuhan lain yang juga mengandung caffein seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam starculiaceae).

2. Theobromina (3,7 Dimetil Xantin) Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.

3. Theofilina (1,3 Dimetil Xantin) Merupakan isomerdari 1,3 dimetil xantin (isomer Theobromina) yang berguna sebagai bronkodilator dan diuretik) Deteksi amin 20 dengan Asam amino basa yaitu Lisin, histidin, arginin Alkaloid dalam fungi Trichoderma viridae gliotoksin Alkaloid cair pada suhu kamar nikotin, konini, spartein 5. Alkaloid inti tropan 6. Inti kokain tropan 7. Alkaloid dalam Lophophora williamsi Alkaloid isokinolin sederhana (ancholamin, anhalidin, anhalonidin), meskalin utama 8. Asam amino yang bukan protein dalam tumbuhan GABA 9. Asama amino 30 banyak dalam tumbuhan tiramin 10. Alkaloid N-alifatik efedrin, muscarin, meskalin 11. Asam amino netral glisin, alanin, valin, leusin isoleusin 12. Pereaksi asam amini ninhidrin 13. Alkaloid inti tropan solanaceae (atropine, datura, hyoscyamus) 14. Alkaloid bukan tumbuhan Batrachotoxin katak beracun, Phyllobates aurotaenia. Castoamin Cenadian beaver, muskopiridin dari sejenis rusa, piosianin Pseudomonas aeruginosa, gliotoxin fungi Trichoderma viridae 15. Senyawa N penting sebagai hormone tumbuhan 16. Vasicin (P. harmala), asam amino derivat asam antranilat 17. Biosintesis terpen dimulai dari asetil coA asam asetat, asam mevalonat 18. KLT minyak atsiri benzene CHCl3 , benzene-etil asetat 19. Isomer geraniol nerol 20. Inti tropan merupakan kombinasi dari pirolidin-piperidin 21. Alkaloid inti pirolidin higrin, cuscohigrin 22. Alkaloid bukan/tidak memiliki inti aromatis efedrin, muskarin, meskalin 23. Genus yang memiliki alkaloid inti tropan atropa, datura, hyoscyamus, scopelia 24. Deteksi amin alifatik 10 ninhidrin & 2-asetoasetilfenol 25. Senyawa yang merupakan hormone tumbuhan giberelin 26. Pipekolat analog prolin 1 gugus CH3 lebih banyak 27. Asam azetidina 2-karbox analog prolin 1 gugus CH3 lebih sedikit
1. 2. 3. 4.

28. Alkaloid papaver terikat oleh asam mevalonat 29. Biosintesis alkaloid kinin berasal dari triptofan, tirosin, asam mevalonat 30. Pemecah pelarut dan basa pada analisis kinin di FI3 adalah pemecah asam formiat 31. Alkaloid lain dari kini kupredein, kuprein, sinkonasin 32. Alkaloid kinin termasuk golongan alkaloid kuinolon 33. Vinca alkaloid kebanyakan dengan inti indol dan turunan dihidroindol 34. Alkaloid yang berasal dari fenilalanin efedra 35. Alkaloid hyoscyamin selain fistostigmin oseramin, geneserin 36. Alkaloid strychnine (Strychnos nox vumica) colubrine A,B; vomicin; novacin;

spernotrychnin; pseudostrychnin 37. Alkaloid utama strychnos vox vumica strychnine & brucin 38. Yang termasuk terpen alkaloid strychnine dan reserpin 39. Alkaloid yang punya inti fenantren papaverin, narkotin, nasein 40. Biosintesis alkaloid morfin berasal dari sintesis tirosin 41. Alkaloid fistostigmin berasal dari aa triptofan 42. Asam amino bukan protein aspartat, glutamate, A,B,G butirat 43. Poliamin alifatik tersebar luas agmatin, spermidin, spermina, hisperidin 44. Terpen bau khas monoterpen &sekuisterpen 45. Identifikasi terpen KMnO4, SbCl3, H2SO4, uap brom 46. Deteksi triterpen steroid carr-price, Liebermann-bouchard, h2so4/air/alcohol 47. Deteksi senyawa alkaloid dengan dragendorf, iodoplatinat, marquis, formaldehid/h2so4(p) . Penetapan Kadar Morfin (C17H19NO3) : a. Penetapan kadar morfin HCl (berdasarkan Farmakope Indonesia IV halaman 568) : 1. Timbang seksama 350 mg sampel, larutkan dalam 30 ml asam asetat glasial P (panaskan jika perlu) 2. Dinginkan dan tambahkan 6 ml Raksa (II) Asetat LP dan kristal violet LP sebagai indikator 3. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV 4. Lakukan penetapan blanko 5. 1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 32,18 mg C17H19NO3.HCl b. Penetapan Kadar Opium (berdasarkan Farmakope Indonesia IV halaman 632) :
1. Timbang seksama 8 gr sampel, gerus dalam mortir dengan 10 ml air, ad homogen 2. Tambahkan 20 ml air dan 20 mg Ca(OH)2 P

3. 4. 5. 6.

Pindahkan sampel ke labu secara kuantitatif, bilas mortir dengan air hingga bobot 90 gr Tutup labu, diamkan 30 menit dengan sesekali dikocok Saring hingga filtrat dan residu terpisah. 52 ml filtrat 5 gr zat Masukkan filtrat ke dalam erlenmeyer, tambahkan 5 ml etanol P 90% dan 25 ml eter P. Tutup erlenmeyer dan kocok 7. Tambahkan 2,0 gr Ammonium Klorida P, kocok 5 menit,diamkan 30 menit dengan sesekali dikocok (sehingga jumlah waktu pengocokan 15 menit)

8. Diamkan semalam hingga lapisan eter terdekantasi sempurna. Melalui corong berisi kapas, bilas labu dan isinya dengan 10 ml eter P, tuang larutan melalui penyaring tanpa menuangkan seluruh hablur 9. Cuci labu penyaring dengan air bermorfin LP hingga filtrat bebas klorida 10. Bilas hablur pada penyaring, kembalikan ke dalam labu dan tambahkan 30 ml asam sulfat 0,1 N LV 11. Didihkan, dinginkan dan filtrasi kelebihan asam dengan Natrium Hidroksida 0,1 N LV 12. Tambahkan indikator metil merah LP 13. 1 ml asam sulfat 0,1 N 28,53 mg C17H19NO3

Senyawa Nitrogen asam amino, amina, alkaloid, glikosida sianogenik

Asam Amino Ada 2 golongan, yi aa protein (as. Glutamate, as. Aspartat, asparagin) dan aa non protein (histidin, triptofan, sistein, metionin). Sifat: tidak berwarna, ttitik leleh tinggi, larut dalam air, bentuk ester lebih mudah menguap Penggolongan berdasarkan gugus karboksilat & amida : 1. Aa netral : glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin 2. Aa basa : lisin, histidin, arginin 3. Aa asam : as. Glutamate, as. Aspartat Penggolongan : 1. 2. 3. 4. Aa heterosiklik : asam asetidin-2-karboksilat, 4-metil-prolin, asam pipekolat Aa dekarboksilat : asam-G-metil glutamate, asam-A-adloat Aa mengandung sulfur : alliin, 5-metil sistein, asam jengkolat Aa hidroksi : homoserin, G-hidroksi valin, asam-G-hidroksi glutamate

Isolasi / pemisahan : biasanya digunakan elektroforesa dan permukaan ion : 1. KKT : 2 arah butanol:HAc:air=4:1:1 ; fenol:air=3:1 2. KLT : 1-2 arah selulosa = fase diam ; kloroform:meOH:NH4OH=2:2:1 ; fenol:air=3:1 Deteksi :
1. Larutan 0,1% ninhidrin / BuOH / EtOH (1000C) biru kelabu

2. Elekktroforesa : cepat, baik, akurat 3. HPLC 4. KGC : harus zat mudah menguap Biosintesis amina dekarboksilasi asam amino, transaminase senyawa aldehid Penggolongan berdasarkan jumlah gugus NH2 : 1. Moniamin alifatik Metilamin, heksilamin (tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, mudah menguap, konsentrasi >>> bau tidak enakk) 1. Diamin dan poliamin Kurang atsiri, bau tdk enak . eg : putresin, agmatin, sperinidin, spermina, kadaverin 1. Amina aromatic Noradrenalin, histamine, tiramina, holdenina

Analisis amin alifatik : 1. KKt : n-butanol-HAc-H2O=4:1:5 2. 10 : ninhidrin : merah ungu; 2-asetoasetilfenol 1% / EtOH fluorosensi kuning (spesifik) 3. 20 : ninhidrin warna lemah (cenderung biru); na nitroprussid + asetanilid 10% +Na2CO3 20% biru 4. 30 : dragendorf jingga 5. KGC : karena mudah menguap 6. KLT : selulosa MN 30, lebih baik gabungan KLT dan elektroforesis Analisis amin aromatic : 1. KKT : n-BuOH:HAc:H2O=12:3:5 ; Isopropyl-NH4OH-H2O=20:1:2 ; nBuOH:piridin:H2O=1:1:1 ; n-propanol:NH4OH=5:1 2. KLT : silica gel (petroleum eter:aseton=7:3 ; CHCl3:EtOH:HAc=6:3:1)

Alkaloid

Senyawa N organic bersifat basa, cincin heterosiklik Berbentuk Kristal tidak berwarna, tidak berbau, rasa pahit, Umumnya optic aktif isomer perhatikan waktu ekstraksi Bentuk garam mudah larut dalam air, bentuk asam sukar larut dalam air Banyak yang mempunyai efek gfarkol bermafaat sebagai obat sifatnya terhadap system saraf Dalam tumbuhan biasanya berbentuk garam Asam organic : asam asetat, sitrat, tartrat Asam oranik khusus : asam kinat, asam mekonat Perkecualian : o Tidak bersifat basa : kafein, koklisin, nisin o Berbentuk cair : nikotin, zeomiin, spartein o Kerja tidak terhadar system saraf : kinin

Reaksi warna : 1. Coffein : semua 2. Hyoscyamin (atropine) : wasicky merah violet (pemanasan) 3. Kodein : HNO3(p) kuning-coklat pucat ; Erdmann hijau-coklat; frohde hijau-biru; mandolin biru-violet; wasicky merah terang (pemanasan); mecke biru jadi ijo 4. Papaverin : hno3(p) kuning pucat; Erdmann kuning pucat; frohde violet biru jadi kuning; mandolin ? Biru hijau jadi biru; wasicky jingga (pemanasan); marquis merah anggur jadi kuning jingga; mecke hijau buri jadi merah jadi violet tua (pemanasan) 5. Morphin : HNO3(p) jingga jadi kuning; Erdmann kecoklatan; frohde merah violet jadi hijau; mandolin violet; wasicky merah terang (pemanasan); marquis merah violet; mecke biru, biru hijau 6. Emetin : HNO3(p) kuning jadi orange; Erdmann hijau kuning; frohde hijau 7. Strychnine : HNO3(p) kuning; mandolin biru violet jadi merah

Sintesis hyoscyamin : Ornitin n-metilpirollinium ion tropin Fenilalanin asam tropic/ asam aropat Tropin +asam aropat hyoscyamin

Pembentukan inti tropan : Ornitin n-metil-putrosin n-metil higrin tropin Contoh alkaloid tropan : hyoscyamin, skopolamin, meteloidin

Alkaloid tropan : solanaceae, concolculaceae, dioscoreaceae, erythroxylaceae

Biosintesis fenilalanin, tirosin, triptofan : Asam sikimat 3-cnoylpiruvyls asam khorismat triptofan Asam khorismat asam prephenat pretirosin, p-hidroksifenil piruvic acid, asam fenil piruvat fenilalanin Pretirosin & p-hidroksifenl piruvic acid tirosin

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink. antivirus, antikanker, antijamur alkaloid & antihistamin Like Be the first to like this post.

Leave a Reply
Enter your comment here...

Guest Log In Log In Log In

Email (required) (Not published)

Name (required)

Website

Please log in to WordPress.com to post a comment to your blog.

You are commenting using your Twitter account. (Log Out)

You are commenting using your Facebook account. (Log Out) Connecting to %s Notify me of follow-up comments via email. Notify me of new posts via email.
Post Comment

Search

Search for:

Recent Posts
o o o o o

toksik eksipien farmasetika barbital sulfonamida vitamin June 2011 April 2011 March 2011 December 2010 Uncategorized Register

Archives
o o o o

Categories
o

Meta
o

o o o o

Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.com

sayacintafarmasi Theme: Twenty Ten Get a blog at WordPress.com

sayacintafarmasi Just another WordPress.com site

Skip to content

Home About

fitokimia shampo dan pewarna

alkaloid & antihistamin


Posted on April 3, 2011 by sayacintafarmasi Reaksi umum untuk alkaloid 1. 1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid 2. Reaksi Mayer : HgI2

HgCl2 1 bagian + KI 4 bagian Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di

mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya. 1. Reaksi Bouchardat

I2 2 bagian + KI 4 bagian + aqua ada 100 Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat coklat merah, + alkohol endapan larut.

1. Pereaksi-pereaksi lain yang memberikan endapan dengan alkaloid

Sublimat larutan 5%.

Sublimasi dilakukan dengan cincin sublimasi. Cara: pada objek glass, taruh zat + talk lalu aduk-aduk, letakkan cincinnya dan taruh objek glass di atas cincin tersebut. Taruh kapas di atasnya, yang dilihat yang di atasnya.

Tanin ;larutan 10% (membentuk endapan alkaloid-tannat). Asam pikrat/pikrolin 1% ( membentuk endapan pikrat) Reaksi Kalomel: zat digerus dengan kalomel lalu diberi nafas supaya lembab endapan.

1. 2. Reaksi warna

Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning atau merah) Pereaksi Marquis o Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) warna. o Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat Zat + pereaksi Forhde kuning kecoklatan Reaksi King Zat + diazo A (4 bagian) + diazo B (1 bagian) + NaOH sampai alkalis warna merah intensif.

Reaksi Nelzer Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 dan CS2 warna coklat seperti minyak. Reaksi Mandelin : zat + H2SO4 + FeCl3warna Reaksi Roux: 1 tts NaOH + 1 tts KMnO4 + 20 tts Na nitroprusid kocok larutan dan endapan, larutan diambil. Reaksi Serulas & Lefort : larutan zat dalam H2SO4 encer + KI + CHCl3 dikocok; lapisan CHCl3 akan berwarna.

Reaksi Huseman : zat + H2SO4 pekat dipanaskan di atas api sehingga dihasilkan apomorfin + HNO3 65% + KNO3 padat warna. Reaksi Bosman: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 dikocok dengan CHCl3; lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk endapan coklat. Reaksi Zwikker : Zat +1 ml Pyridin 10% + CuSO4 batang panjang tidak berwarna, Kristal tidak spesifik dan dibuat di objek glass. Reaksi Mandelin amonium vanadat % dalam air + H2SO4 pekat. Reaksi Murexide : Zat + 1 tetes H2O2 3 % atau KClO3 padat + 1 tetes HCl 25%, panaskan di water bath hingga kering agak Jingga; + NH4OH warna Ungu Reaksi Parri : Zat + Co(NO3)2, lalu + uap NH4OH warna ungu. Reaksi Vitally : zat + HNO3 berasap, diuapkan di atas water bath sampai kering, + spir/alkali ungu, tahan dalam aseton Apomorfin : merah Strychnine : merah ungu Veratrin : coklat jingga Reaksi Lieberrman: H2SO4 pekat + HNO3 pekat Reaksi Sanchez : zat + p-nitrodiabendazol (p-nitoanilin +NaNO2 + NaOH) ungu jingga. Reaksi Pesez : zat + H2SO4 + lar. KBr, panaskan di atas water bath hijau, ditarik dengan CHCl3 biru hijau. Reaksi Thalleiochin : larutan zat dalam asam asetat encer + 1 tetes aqua brom + NH4OH berlebihhijau zamrud + kloroformdifloresensi Reaksi Erytrochin : larutan zat dalam HCl encer + aqua brom (hingga kuning) + kalium ferrocyanida + CHCl3 + NH4OH, kocok homogen lapisan CHCl3 berwarna merah. Reaksi Sanchez. (reagen : larutan jenuh p-nitronilin dalam 1% H2SO4 + NaNO2). Zat + H2SO4 75 % + 1 tetes reagen + NaOH ungu tua, asamkan dengan H2SO4 jingga. Reaksi Feigel : 5 tetes H2SO4 pkt + sedikit yohimbin ad larut + kristal khloral hidrat panaskan di WB merah biru stabil, + air warna hilang. Reaksi esterifikasi : Zat + alkohol + H2SO4 conc. Panaskan bau khas. Reaksi isonitril : Zat + spiritus + KOH panaskan ditambah CHCl3 panaskan lagi bau iso nitril (segera diasamkan karena bau beracun/busuk) Reaksi Runge : Dipanaskan dengan HCl 25% dinginkan ditambah NaOH ad basa lemah berwarna ungu kotor

Reaksi Indophenol: Panaskan dengan HCl dinginkan diencerkan dengan air + phenol + kaporit nampak ungu kotor ditambah NH4OH berlebih berwarna biru + HNO3 tidak berwarna kuning. Reaksi Ehrlich : Zat padat + pereaksi p-DAB HCl berwarna kuning kenari Reaksi Wassicky : zat + p-DAB +H2SO4 pekat merah ungu Reaksi korek api : zat + HCl lalu batang korek api dicelupkan jingga/kuning.

1. 3. Reaksi Kristal: 2. Reaksi Kristal dragendorf Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf 1. Reaksi Fe-complex & Cu-complex: Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1. Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja

digoyangkan di atasnya Kristal terlihat. 2. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop. 3. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen kristal lempeng (coklat/violet) Reaksi Khusus untuk Alkaloid Alam 1. 1. Alkaloid Derivat Fenil Alanin 1.1 Alkaloid Amin 1.1.1 Efedrin HCl Asal (efedrin) : Ephedra vulgaris Organoleptis Kelarutan : serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit : larut dalam lebih kurang 4 bagian air

Reaksi Identifikasi:

1. Larutan zat dalam air + PbSO4 + NaOH violet. 2. Larutan zat dalam air +NaOH 0,1 N + 3 ml CCl4 dikocok , dibiarkan pisahkan lapisan organik + sedikit tembaga kocok keruh lalu terbentuk endapan. 3. Reaksi oksidasi oleh KMnO4 bau benzaldehid. 4. Reaksi iodoform (+) 5. Reaksi Nelzer: Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 dan CS2 coklat minyak. 6. Zat + sulfanilat + NaOH merah. 7. Larutan zat dalam air + HCl, + H2O2 + NaCl + 6 tetes NaOH merah violet. 8. Larutan zat dalam air + AgNO3 endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OH endapan akan larut kembali. 1.2 Alkaloid Benzil Isokuinolon 1.2.1 Morfin Asal: Papaver somniferum 1.2.1.1 Etil Morfin HCl Sinonim Organoleptis Kelarutan : Dionin : kristal putih : larut dalam 12 bagian air

Reaksi Identifikasi: 1. Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+) 2. Zat + H2SO4 + FeCl3 dipanaskan dalam air mendidih biru + HNO3 merah/coklat merah tua. 1. 2. 3. 4. Reaksi iodoform (+) Reaksi FROHDE: kuning hijau. Reaksi MANDELIN: kuning hijau. Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu lama. 5. Larutan zat dalam HCl + I2 endapan yang larut dalam spiritus. 1.2.1.2 Morfin HCl

Organoleptis : serbuk hablur atau hablur jarum mengkilat atau massa berbentuk kubus; putih; tidak berbau; rasa pahit. Kelarutan : larut dalam 25 bagian air Reaksi Identifikasi: 1. Larutan zat dalam air +1 tetes FeCl3 biru (hilang dengan penambahan asam/ etanol 95% /jika dipanaskan). 2. Zat dilarutkan dalam campuran H2SO4 encer & air (1:19) + KI coklat kuning. 3. Zat + H2SO4 + FeCl3 dipanaskan dalam air mendidih biru + HNO3 merah/coklat merah tua. 4. Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+) 5. Reaksi FROHDE: ungu lalu menjadi hijau. 6. Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu singkat. 7. Reaksi SERULAS & LEFORT: larutan zat dalam H2SO4 encer + KI + CHCl3 dikocok; lapisan CHCl3 akan berwarna ungu. 8. Reaksi HUSEMAN: zat + H2SO4 pekat dipanaskan di atas api sehingga dihasilkan apomorfin + HNO3 65% + KNO3 padat violet merah lalu menjadi merah darah. 9. Larutan zat dalam air +AgNO3 endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OH endapan akan larut kembali. 1.2.2 Kodein Asal : Papaver somniferum Reaksi Umum Kodein: 1. Zat + H2SO4 + FeCl3 dipanaskan dalam air mendidih biru + HNO3 merah/coklat merah tua. 2. Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ (+) 3. Reaksi FROHDE: kuning-hijau-biru. 4. Reaksi MANDELIN: hijau biru. 5. Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu singkat.

6. Tidak bereaksi dengan FeCl3 7. Zat + H2SO4 + FeCl3 biru. 8. Zat + NH4OH pekat merah. 1.2.2.1 Kodein HCl Organoleptis Kelarutan : serbuk hablur putih atau hablur jarum tidak berwarna. : larut dalam 20 bagian air

Reaksi Identifikasi: 1. Larutan zat dalam air + AgNO3 endapan (AgCl), dicuci dengan air + NH4OH endapan akan larut kembali. 1.2.2.2 Kodein Fosfat Organoleptis : serbuk hablur atau hablur berbentuk jarum halus; putih; tidak berbau; rasa pahit. Kelarutan : mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air panas

Reaksi Identifikasi: 1. Larutan zat dalam air dinetralkan dengan NH4OH encer + AgNO3 endapan kuning perak fosfat yang larut dalam HNO3 encer & dalam NH4OH encer. 2. Larutan zat dalam HNO3 encer + amonium molibdat dihangatkan endapan kuning kenari terang. 1.2.3 Papaverin HCl Organoleptis Kelarutan : hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit lalu pedas. : larut dalam lebih kurang 40 bagian air

Reaksi Identifikasi: 1. Zat + H2SO4 + FeCl3 dipanaskan dalam air mendidih biru + HNO3 tidak menghasilkan warna merah /coklat merah tua. 2. Zat dilarutkan dalam H2SO4 dipanaskan hingga suhu 160oC violet. 3. Zat berfluoresensi ungu-biru.

4. Reaksi ERDMANN: ungu. 5. Reaksi FROHDE: ungu merah kersen. 6. Reaksi MANDELIN: hijau biru. 7. Reaksi MARQUIS: ungu-coklat rosa. 8. Reaksi BOSMAN: larutan zat dalam H2SO4 encer + KMNO4 dikocok dengan CHCl3; lapisan CHCl3 akan berwarna violet kemudian terbentuk endapan coklat. 9. Larutan zat dalam air + AgNO3 endapan (AgCl), dicuci dengan air + NH4OH endapan akan larut kembali. 2. Alkaloid Derivat Lisin 2.1 Lobelin HCl Organoleptis Kelarutan Reaksi Identifikasi: 1. Reaksi Marquis: Ungu (lama) 2. Reaksi Frohde: Kuning Coklat 3. Larutan zat + H 2SO 4 pekat Tidak berwarna , Lalu + Formaldehid Warna merah 4. Pemijaran: bau asetopenon 5. Reaksi Kristal: KOH Padat - HgCl2 - K 3Fe(CN)6 - Asam pikrat 1. 3. Alkaloid Derivat Purin 3.1 Kofein Organoleptis: Serbuk atau bentuk jarum mengkilat biasanya menggumpal. Berwarna putih, Rasanya pahit, Tidak berbau Bersifat netral terhadap kertas lakmus. : Bubuk berwana putih, berbau, rasanya pahit : Dalam air 1:40, dalam spiritus 1:10

Kelarutan : Dalam air = 1:20, mudah larut dalam spiritus dan CHCl3, sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam etanol 95%. Reaksi Identifikasi: 1. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan pada suhu 80 selama 4 jam dan didispersikan dalam paraffin cair pekat menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada kofein PK. 2. Reaksi Murexide: Violet. Warna ini akan hilang jika ada penambahan larutan alkali. 3. Larutan zat dalam air + I2 tidak terjadi nedapan; + HCl endapan Coklat, larut dalam NaOH 1. Larutan zat + larutan tannin dalam air endapan putih dalam reagen berlebih 2. Larutan jenuh + larutan HgCl2 5% endapan putih, rekristal dengan pemanasan akan tampak kristal jarum panjang 3. Reaksi Zwikker batang panjang tidak berwarna

3.2 Diuretin Organoleptis : Bubuk putih, rasa pahit, warna agak coklat

Kelarutan : Larut dalam alcohol, CHCl3 Tidak larut dalam air Reaksi Identifikasi: 1. Reaksi Frohde ungu-hijau 2. Reaksi Marquis ungu 3. Reaksi Mandellin cklat rose 4. Zat + H2SO4+ FeCl, dipanaskan ( ); ini yang membedakan Diuretin dengan Morphin dan codein 5. Larutan zat + K3Po(CN)6 + FeCl3 hijau berlin, biru berlin 6. Zat + dinitro benzene , aduk, + NaOH ungu muda-kuning 7. Zat + H2SO4 + larutan KBr dipanaskan di water bath warna coklat, kocok dengan CHCl3, lapisan CHCl berfluoresensi biru 8. Seluras dan Lepori: ( + )

Zat + H2O2 + HNO3 + 1 tetes CuSO4 kuning jingga Zat + HAC + NaNO2 kuning muda

1. Reaksi Kristal Dragendorf

3.3 Theobromin Organoleptis : Bubuk hablur, berwarna putih, berfluorosensis ungu biru Kelarutan : Dalam air = 1:0.03, dalam Spiritus= 1:0.02 , dalam eter= 1: 0.004.

Reaksi Identifikasi: 1. 2. 3. 4. 5.

Raksi Murexide ( + ) Parri (- ) Zat + larutan tannian Endapan putih Zat + HCl + Aq. Iod Endapan coklat hijau tua Reaksi Kristal Dragendorf Fe-kompleks Cu-kompleks

3.4 Theofillin Organoleptis : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit, mantap di udara. Kelarutan : Dalam air = 1:180, dalam spiritus = 1:80, tidak larut dalam eter, sukar larut dalam CHCl3, mudah larut dalam air panas, larut dalam 120 bagian etanol 95%, mudah larut dalam alkali hidroksida dan dalam ammonia encer. Reaksi Identifikasi: 1. Raksi Murexide ( + ) 2. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromide menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada teofilin BPFI 3. Larutan jenuh + larutan tannin endapan yang larut dalam pereaksi yang berlebihan 4. Fluoresensi

Zat padat: biru muda Dalam H2SO4: biru

1. Larutan + NH4OH + AgNO3 Endapan seperti selai yang larut dalam HNO3

ROUX Memberiksn warna hijau stabil 1. Reaksi Parri ungu 2. Zat + aq. Brom endapan putih stabil

3. Reaksi Burian Zat + Diazo A + Diazo B + NaOH warna Merah 1. Reaksi Kristal Mayer

Bouchardat Dragendorf Fe-kompleks Cu-kompleks Sublimasi

3.5 Aminofillin Organoleptis : Bubuk atau serbuk, berwarna putih agak kekuningan, bau lemah mirip amoniak, rasanya pahit Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin menjadi keruh, Praktis tidak larut dalam etanol 95% , Praktis tidak larut dalam eter Reaksi Identifikasi: 1. Larutkan zat dalam 10 ml air, netralkan dengan asam klorida encer endapan putih. Saring lalu cuci endapan dengan air, keringkan pada suhu 105 ; suhu lebur endapan lebih kurang 272. Lakukan idendifikasi lagi: 1. 10 mg zat dalam cawan porselen + 1 ml HCl + 10 tetes larutan hidrogenperoksida, lalu uapkan di atas tangas air hingga kering; jika ditempatkan di atas wadah yang berisi beberapa tetes ammonia encer warna ungu, yang hilang dengan tambahan larutan alkali 2. Larutan + NH4OH + AgNO3 endapan seperti selai yang larut dalam HNO3 3. Dari filtrat yang diperoleh dari identifikasi A tambahkan 1 ml campuran 1 bagian volume benzoilklorida dan 2 bagian volume eter. Tambahkan larutan natrium hidroksida 8% b/v secukupnya hingga alkalis, kocok, saring. Cuci nedapan dengan 10 ml air, larutkan dalam 2 ml etanol 90% hangat. Tambahkan 5 ml air hablur, keringkan pada suhu 105; suhu lebur hablur lebih kurang 249 3.6 Kofein Sitrat Organoleptis : serbuk putih, tidak berbau, rasa agak pahit, sedikit asam, larutan bereaksi terhadap kertas lakmus

Kelarutan : Mudah larut dalam air hangat. Jika diencerkan dengan volume air sama, pelahan-lahan kofeina terpisah sebagian yang dengan penambahan air larut kembali. Reaksi Identifikasi: 1. Larutkan lebih kurang 20 kurang 20 mg dalam 1 ml asam klorida dalam cawan porselen, tambahkan 100 mg kalium klorat, uapkan di atas air hingga kering. Tempatkan cawan terbalik di atas bejana yang berisi beberapa tetes ammonia; sisa berwarna lembayung yang dengan penambahan larutan alkali akan hilang. 2. Pada 5 ml larutan 1% b/v tambahkan 1 ml larutan raksa (III) sulfat, panaskan hingga mendidih, tambahkan 1 ml larutan kalium permanganate: terbentuk endapan putih. 3. Hablurkan kembali sisa yang diperoleh pada Penetapan kadar kofeina dengan air panas, keringkan pada suhu 80 selama 4 jam; suhu lebur hablur antara 235 dan 237.5

1. 4. Alkaloid Derivat Triptofan 4.1 Alkaloid Pirolidin 4.1.1 Striknin Nitrat (Strychni Semen) Organoleptis : Bubuk kristal jarum, mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sangat pahit. Kelarutan : Dalam air (1:60), spirtus (1:70), Reaksi Identifikasi:
1. Vitally : ungu + aseton merah rosa

eter (tidak larut).

2. Zat + HCl pekat lalu dipanaskan + NaNO2 merah darah 3. Zat + K2Cr2O7 padat + H2SO4 pekat, aduk-aduk merah ungu larutan hingga kering, tambah lagi reagen ungu 4. Zat + aqua brom endapan kuning putih

diuapkan

4.2 Alkaloid Kuinolon (Chinae Cortex) Alam : Chinin, Chinidin, Cinchonin, Chinchonidin

4.2.1 Kinin (Chininum) Organoleptis : hablur putih, pahit

Kelarutan : dalam air (1:4800), spiritus (1:1). Dalam H2SO4 berfluoresensi biru kuat Reaksi Identifikasi: 1. Reaksi Thalleiochin hijau zamrud (warna ini dapat dihasilkan pula jika dikocok dengan kloroform). Reaksi ini positif terhadap :

cinchonin & cinchonidin endapan putih codein merah rosa morfin coklat merah Antipyrin mengganggu reaksi ini

2. Reaksi Erytrochin lapisan CHCl3 berwarna merah. 3. Reaksi Sanchetz ungu tua, asamkan dengan H2SO4 jingga 4. Reaksi Herapathiet : zat + 1 tetes reagen kristal platces (coklat/violet), spesifik untuk kinin. 5. Reaksi kristal :

Zat + ammonium oksalat endapan (+) hanya pada kinin Zat + pereaksi mayer endapan (+) Zat + pereaksi bouchardat endapan (+)

4.2.2 Kinin Sulfat Organoleptis : hablur berbentuk jarum, putih, tidak berbau, pahit. Oleh pengaruh cahaya warna menjadi tua Kelarutan : larut dalam 810 bagian air dan dalam 95 bagian etanol (95%), sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Reaksi identifikasi : 1. Pada 5ml larutan 0,1% b/v tambahkan 2 atau 3 tetes larutan brom P dan 1ml amonia encer P terjadi warna hijau zamrud. 2. Pada larutan 0,5% b/v tambahkan asam sulfat encer P volume sama terjadi fluorosensi biru tua. 4.2.3 Kinin HCl

Organoleptis : hablur jarum mengkilat, putih, tidak berbau, sangat pahit. Kelarutan : larut dalam lebih kurang 25 bagian air, dalam lebih kurang 2 bagian etanol (90%) P dan dalam lebih kurang 2 bagian kloroform P ; sangat sukar larut dalam eter P. Reaksi identifikasi: 1. Larutkan 5mg dalam 10ml air, tambahkan 1 tetes asam sulfat encer P terjadi fluorosensi biru kuat. 2. Pada 5ml larutan 0,1% b/v tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan brom P, dan 5 tetes amoniak P terjadi warna hijau zamrud. 4.2.4 Kinkonin (Chinchonin) Organoleptis : kristal jarum ortokrombik Kelarutan : Larut dalam alkohol (1:60), alkohol panas (1:2), kloroform (1:110), eter (1:500), praktis tidak larut dalam air Reaksi Identifikasi: 1. Reaksi Fluoresensi

Larutan zat dalam air tidak berflouresensi Larutan zat dalam asam asetat glasial + H2SO4 + formalin berflouresensi (+)

1. Reaksi warna (-) terhadap Erythrochin, Sanchez (cuprein), dan herapathiet. 4.3 Alkaloid Indol 4.3.1 Yohimbin HCl Organoleptis : kristal jarum putih berasa pahit Kelarutan : alkohol,eter, CHCl3 mudal larut Reaksi Identifikasi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Marquis : hijau coklat Frohde : biru hijau Wassicky : ungu Zat + HNO3 pkt : hijau tua + KOH spir merah Zat + H2SO4 + K2Cr2O7 pdt ungu biru muda Feigel merah biru stabil, + air warna hilang. (khas dan peka)

Reaksi Khusus untuk Alkaloid Sintetik 1. 1. Golongan Anilin 1.1 Asetanilid Organoleptis Kelarutan (1:12) : hablur mengkilap, tidak berbau, dan tidak berwarna : dalam air (1:0,5), dalam spiritus (1:3,7), dalam eter (1:2,5), dalam kloroform

Reaksi untuk identifikasi: Zat padat + H2SO4 conc. + K2Cr2O7 padat diaduk : ungu biru hijau Reaksi esterifikasi bau wangi etilasetat Ditambah Aq.Brom : mula warna hilang, bila berlebihan : timbul endapan putih Reaksi isonitril : (+), bau iso nitril Reaksi Runge berwarna ungu kotor Reaksi Indophenol berwarna biru Ditambah HNO3 : tidak berwarna kuning (berbeda dengan phenacetin)

1.2 Fenasetin Organoleptis Kelarutan : hablur, berwarna putih dan berasa pahit : dalam air (1 : 0,06), dalam spiritus (1 : 6,7), dalam eter (1 : 1,5)

Reaksi untuk identifikasi: Reaksi Bouchardat : (+) Zat padat + K2Cr2O7 +H2SO4 pekat aduk hijau Zat + HCl dipanaskan saring + air filtrat + K2Cr2O7 berwarna merah ungu Reaksi esterifikasi bau wangi etilasetat Reaksi indophenol : ungu Ditambah HNO3 : berwarna kuning intensif

Reaksi Ekkert :
1. Zat + resorchin + H2SO4 pekat panaskan diatas api kecil ad mendidih dinginkan

tambahkan air + NaOH ad basa menghasilkan warna ungu merah, berfluorosensi merah coklat 2. Zat + H2SO4 pekat panaskan lalu dinginkan ditambah air + resorchin + NaOH + I2 menghasilkan warna ungu tua ditambah HCl berlebih berwarna ungu kuning 1.3 Parasetamol Organoleptis Kelarutan dalam etanol : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit : Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium hidroksida 1N, mudah larut

Reaksi untuk identifikasi: Uji fenol : larutan zat + FeCl3 larutan berwarna ungu-biru

Uji adanya amina aromatis : Zat + NaOH + etanol dipanaskan larutan berbau isonitril (bau busuk) Uji Fluorosensi : berwarna hijau biru

1. 2. Alkaloid Sintetik Pirazolon 2.1 Antalgin / Novalgin Organoleptis Kelarutan : serbuk hablur putih, berasa pahit : dalam air (mudah), dalam methanol (mudah), dalam eter (tidak larut)

Reaksi untuk identifikasi: Reaksi Mayer : (+) Reaksi Bouchardat : (+) Reaksi Ehrlich : berwarna kuning kenari + FeCl3 : biru-hijau, hijau-kuning + HNO3 : biru, hijau-kuning

+ HCl + hypoklorit : biru hijau + KMnO4 : warna hilang

2.2 Antipyrin Organoleptis : serbuk hablur tidak berwarna atau putih, tidak berbau dan agak pahit

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan kloroform, agak sukar larut dalam eter Reaksi untuk identifikasi: Larutan dalam air bersifat netral + aq.brom : terbentuk endapan putih Reaksi Mayer : (+) Zat + HCl 0,5 N + pereaksi (HgCl2 + KI + aquadest) timbul endapan kuning Reaksi Bouchardat : (+), pereaksi harus banyak Reaksi Marquis : jingga terang Reaksi Millon : Larutan zat dalam air + pereaksi Millon : berwarna kuning-hijau + FeCl3 : merah darah, ditambah H2SO4 dil. : kuning Larutan zat dalam air + NaNO2 + HCl dil. : berwarna hijau dan timbul kristal hijau (lama) Zat + pyramidon + HNO3 encer berwarna merah coklat Zat + HNO3 encer (jika perlu dipanaskan) berwarna kuning Zat + H2SO4 dil. + KNO2 hijau Larutan zat dalam air + asam tannat panaskan timbul endapan putih

2.3 Pyramidon Sinonim : aminofenazon, aminopirin Organoleptis : serbuk hablur putih, tidak berbau, agak pahit Kelarutan : Dalam air 1:18, dalam spiritus 1:1,5 , larut baik dalam eter dan kloroform.

Reaksi untuk identifikasi: Zat + HCl dil + NaNO2 ungu biru Reaksi Mayer (+) Reaksi Bouchardat (+) Zat + FeCl3 ungu; + H2SO4 dilut merah darah-violet Zat + AgNO3 biru ungu, endapan abu-abu Zat + HNO3 pekatkuning hijau abu-abu, berlebihan akan hilang Zat + aqua brom endapan Reaksi Kristal: HgCl2, asam pikrat

3. Alkaloid Sintetik Kuinolin 3.1 Eukinin Organoleptis : hablur putih, berbentuk bulu atau jarum, tidak berbau, tidak berasa, jika dikunyah agak pahit Kelarutan : dalam air (tidak larut), dalam spiritus (1:2)

Reaksi untuk identifikasi: Larutan zat dalam H2SO4 : berfluorosensi biru

Zat + 10 ml HCl (p) 0,25%, kocok kuat, saring. Pada 5 ml filtrat tambahkan 2-3 tetes brom dan 1 ml NH4OH (e) terjadi warna hijau Zat + asam asetat + H2SO4 (p) dipanaskan diatas waterbath menghasilkan bau etil asetat Zat + 2 ml NH4OH + 5 ml I2 panaskan diatas penangas timbul bau iodoform

Zat + 10 ml KOH (p) 2,5% dalam etanol mula-mula larut, berangsur-angsur terbentuk endapan putih

3.2 Klorokuin difosfat Organoleptis Kelarutan : serbuk hablur putih, tidak berbau, berasa pahit : mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol, kloroform dan eter.

Reaksi untuk identifikasi: Larutkan 25 mg dalam 20 ml air, tambahkan 8 ml larutan trinitrofenol P. cuci endapan dengan air, etanol (95%) P, dan eter P; suhu lebur endapan lebih kurang 207o Lapisan air yang diperoleh pada PK setelah penyarian klorokuin, netralkan dengan asam nitrat encer P. tambahkan larutan amonium molibdat P volume sama, hangatkan; terbentuk endapan kuning

1. 4. Alkaloid Sintetik p-aminobenzoat 4.1 Benzokain Sinonim : etil aminobenzoat

Organoleptis : serbuk hablur, putih, tidak berbau, agak pahit disertai rasa tebal Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P, mudah larut dalam eter P. Reaksi untuk identifikasi: Zat + p-DAB HCl jingga menggumpal Reaksi Liebermann (+) Reaksi Marquis (+)

Panaskan lebih kurang 50 mg dengan 0,1 ml asam asetat P, dan 0,25 ml asam sulfat P bau etilasetat Reaksi Kristal: asam pikrat dan aseton-air

4.2 Lidokain Organoleptis : serbuk hablur, putih agak kekuningan, bau khas mantap di udara Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat larut dalam alkohol dan kloroform, mudah larut dalam eter, larut dalam minyak.

Reaksi untuk identifikasi: 100 mg zat larutkan dalam 1 ml etanol (95%) P tambahkan 10 tetes larutan kobalt (II) klorida P, kocok selama 2 menit hijau terang dan endapan halus. 4.3 Prokain HCl Organoleptis : hablur kecil, putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa agak pahit; menunjukkan sifat anestetika lokal jika diletakkan di atas lidah. Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter. Reaksi Identifikasi : Reaksi Meyer = terbentuk endapan putih, larut dalam HCl Reaksi Bouchardat = (+), larut dalam HCl Reaksi pDAB HCl = jingga

Zat + NaOH, dipanaskan = maka akan keluar NH3 dan etilen diamin, periksa dengan lakmus Reaksi korek api = (+) KMnO4/asam : warna hilang Reaksi diazotasi = (+) Calomel reduksi = (+) KMnO4/ basa = ungu-hijau (biru)

Reaksi Kristal : HgCl2 Asam pikrat : mula seperti minyak Mayer = bagus

1. 5. Alkaloid Sintetik Piridin

5.1 INH Sinonim : Isonicotinathidrazid/Isoniazid

Organoleptis : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit, terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), sukar larut dalam kloroform dan eter Reaksi identifikasi : Isoniazid + AgNO3 = mereduksi Isoniazid + Ag ammoniakal = mereduksi Reaksi Luf dan Fehling positif (+) Isoniazid + vanillin + methanol + HCl = kuning hijau (spesifik) Isoniazid + salisilaldehid = kuning muda Isoniazid + asam fosfomolibdat + NH4OH = warna biru Jika dipijar, menimbulkan bau piridin, meleburkan uapnya kuning muda Isonitril = (+) Isoniazid + CaOCl3 + CHCl3 = lapisannya merah

Inti Pyridin zat + Na2CO3 dilebur = bau piridin + CNBr + annilin = merah jingga larutan dalam methanol + HCl + DAB = merah coklat, kadang-kadang kuning DAB HCl = jingga kuning Korek api = (+) Roux = merah cokelat NaOH = dipanaskan keluar NH3

Reaksi Kristal

Dragendorf Fekompleks

1. 6. Alkaloid Sintetik Fenantren 6.1 Dicodid Dyhydrocodeini HCl Organoleptis : kristal putih

Kelarutan :larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, tidak larut dalam kloroform dan eter. Dicodid bitartras larut dalam air. Reaksi identifikasi Marquis = Ungu Frohde = kuning-biru-hijau Larutan dalam H2SO4 + 1 tetes HNO3 + 1 ml air = kuning citroen Frohde + hexamine = hijau rumput cokelat

Reaksi Kristal K3Fe(CN)6 : Kristal jarum besar-besar Dragendorf

1. 7. Alkaloid Sintetik Furan 7.1 Santonin Organoleptis : Kristal putih, berbau, rasa pahit Kelarutan : kelarutan dalam air 1: 5000, dalam spiritus 1: 40, CHCl3 1: 4

Reaksi identifikasi :

Zat + H2SO4 pekat = larutan berwarna kuning, pada pemanasan lalu menjadi cokelat orange kuat Zat H2SO4 25% tidak berwaarna, + beberapa tetes FeCl3 = merah ungu Larutan dalam spiritus + KOH padat = merah Santonin + Na salisilat, dilebur = merah + air = larutan merah Zat + H2SO4 pekat + resorsin, panaskan + air = cokelat kuning dengan flouresensi hijau

Reaksi Kristal Larutan dalam air + Ca asetat = Kristal Pb asetat = kristal kuning Pyridin + air = Kristal H2SO4 pekat + air = Kristal panjang

ANTIHISTAMIN Sifat Antihistamin Sifat-sifat yang dimiliki antihistamin antara lain sebagai berikut :

Umumnya histamin seperti alkaloida mempunyai pH 8-11 Tidak larut dalam air, larut dalam asam encer dan alkalis

Identifikasi Antihistamin Antihistamin dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara :


Titik leleh, contoh titik leleh dari Difenhidramin berkisar 1660 1670 Reaksi Warna (gunakan asam pekat) : Dengan H2SO4 pekat semua memberikan warna, kecuali antistin dan chlortrimeton

Beberapa warna yang dihasilkan adalah :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. -

Multergan : Rosa Phenergan : Rosa merah Histaphen : Kuning tua Avil : Kuning Neo-antergan: Merah Neo-benodin : Kuning dengan bintik jingga Benadryl : Jingga + coklat + merah 8. Fenatiazin : merah + jingga + hijau Dengan HNO3 pekat

Beberapa warna yang dihasilkan : 1. 2. 3. 4. Histaphen : Kuning dengan bintik jingga Antergan : Kuning Neo-benodin : kekuningan Avil : Kuning + gas

Masing-masing zat + H2SO4 pekat/HCl pekat/HNO3 pekat -> berwarna + air -> berubah (kemungkinan alkaloid 80%), jika tetap kemungkinan alkaloid, tapi beberapa alkaloid juga bisa menyebabkan perubahan warna (tergantung posisi N). Perlu dilakukan reaksi pendukung lainnya. Mandelin

Pereaksi : NH Vanadat % dalam air + H2SO4 pekat Frohde

Pereaksi : Larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat Beberapa warna yang dihasilkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Phenergan : Merah violet Neo-antergan : Merah ungu Neo-benodin : Kuning kenari Multergan : Ungu Histaphen : kuning dengan bintik coklat Fenotiazin : Coklat hijau violet Benadryl : Merah jingga

Marquis

Pereaksi : larutan encer formalin (formalin 0,1% 1%) + H2SO4 pekat Beberapa warna yang dihasilkan :

1. Benadryl : ungu 2. Avil : Kekuningan 3. Multergen : Ungu 4. Antistin : lama lama akan berwarna ungu FeCl3 AgNO3

Reaksi Kristal

Beberapa pereaksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :


1. AuCl3 2. PtCl3

3. Asam Pikrat 4. Asam Pikrolon 5. Garam Reinekat Proses kerja : zat dilarutkan dalam HCL 0,2 N kemudian ditambahkan pereaksi endapan, dipanaskan dalam api kecil hingga larut, dinginkan mengkristal Pengecualian untuk pereaksi asam pikrat: pada gelas objek, zat diberi air kemudian ditetesi asam pikrat, jangan ditambah HCl (dengan HCl, yang keluar adalah kristal asam pikrat sendiri.

Pengecualian untuk asam pikrolon : Tidak perlu dipanaskan dalam api kecil Mayer (pada plat tetes)

Pereaksi : HgCl2 + lautan KI 5% + H2SO4 pekat Proses kerja : zat + HCl 0,2 N + pereaksi Contoh : Benadryl ungu muda

Dragendorff

Pereaksi : Larutan bismut nitrat basa dalam air/asam asetat glasial dengan KI dalam air Proses kerja : zat + peraksi

Reaksi Korek Api

Proses kerja ada 2 cara :

Batang korek api dicelupkan kedalam campuran (zat dalam HCl), lalu dibasahi dengan HCl pekat, atau Batang korek api dibasahi dengan HCl pekat, keringkan lalu celupkan kedalam campuran (zat dalam HCl) untuk penentuan amin aromatis primer (berwarna jingga). Contoh : avil jingga

Antihistmain Generasi Pertama


1. I. Derivat Etanolamin

1. 1. ANTIMO - Sinonim - Pemerian : dimenhidrat : tablet rosa

- kelarutan larut dalam 1 : 95 air, 1 : 2 alkohol, dan 1 : 2 kloroform - Reaksi zat + H2SO4 p jingga merah zat + HCl p rosa lemah zat + FeCl3 merah coklat daging zat + HNO3 p zat + aqua brom zat + pereaksi marquis kuning coklat zat + pereaksi frohde kuning jingga :

1. 2. DRAMAMIN

Sinonim - Pemerian - Reaksi

: dimenhidrat, amosud : tablet jingga :

zat + pereaksi marquis coklat kuning/rosa zat + pereaksi frohde coklat muda zat + FeCl3 coklat muda zat + HNO3 zat + H2SO4 p zat + AgNO3 -

3. BENADRYL

Sinonim diphenhidramin HCl, benadrin, benodin - Pemerian : bubuk Kristal berwarna putih atau tidak

berwarna dan rasanya pahit - kelarutan mudah larut dalam air, spiritus, kloroform, asoton, dan benzen - Reaksi :

20 mg zat + KMNO4 dipanaskan bau dimetilamin 10 mg zat dilarutkan dalam HNO3 + H2SO4 merah violet + air + CHCL3 + kocok lapisan CHCl3 (ungu)

zat + H2SO4 p jingga-merah, coklat (pada pengenceran warna tetap) zat + pereaksi marquis kuning reaksi mayer ungu muda zat + aqua iod hitam dan keunguan zat + calomel reduksi reaksi Kristal asam pikrat

1. 4. NEO-BENODIN Sinonim - Pemerian - Reaksi : metyldiphenyldramin HCl : tablet putih, rasanya pahit dan sedikit pedas. :

zat + pereaksi marquis coklat kuning/rosa zat + DAB-HCl kekuningan zat + aqua brom bintik-bintik jingga zat + AgNO3 lama-lama ungu kecoklatan zat + HNO3 p zat + pereaksi marquis kuning kecoklatan reaksi bellstein + 1. II. Derivat Etilendiamin Yang termasuk dalam derivat etilendiamin adalah tripenelamin HCl, antazolin HCl, dan lain-lain. Contoh sediaan : 1.ANTISTIS Sinonim : Antazolin HCl

- Pemerian dan tidak berbau

: serbuk hablur berwarna putih, rasanya pahit,

- kelarutan larut dalam 1 : 50 air, 1 : 65 spiritus, praktis tidak larut dalam eter, benzene, dan kloroform - Reaksi :

zat + HNO3 p merah + air merah coklat zat + H2SO4 p gelembung-gelembung gas, bagian pinggirnya merah jingga/ungu zat + AgNO3 mereduksi zat + HgCl2 Kristal zat + aqua brom warna hilang zat + pereaksi bellstein + zat + pereaksi marquis kuning (lama) zat + pereaksi frohde merah lemah reaksi roux ungu kotor atau hijau zat berfluoresensi jingga lemah 1. 2. AZARON Sinonim - Pemerian : pribenzamin HCl, tripelenamin HCl : bubuk hablur berwarna putih atau tablet putih

dan jika terkena udara akan berwarna hitam - kelarutan larut di dalam air dan di dalam spiritus

- Reaksi

zat + HNO3 p zat + H2SO4 p kuning + air kelabu putih Kehijaun zat + FeCl3 coklat-kuning-hijau-hilang zat dipanaskan dengan KMNO4 bau benzaldehid zat + pereaksi frohde kuning zat + pereaksi merquis kecoklatan zat berfluoresensi ungu merah 1. III. Derivat Alkilamin Yang termasuk dalam derivat alkilamin adalah klorfeniramin,dan lain-lain. Contoh sediaan : 1. 1. AVIL Sinonim - Pemerian : Pheniramin : berupa larutan berwarna kekuning-kuningan,

rasanya pahit, dan berbau - kelarutan tidak larut di dalam air, larut di dalam asam encer, alkohol, dan benzene - Reaksi :

zat + FeCl3 merah violet coklat (tidak stabil di dalam alkohol) zat + aqua brom kuning jingga

zat + DAB-HCl jingga zat + H2SO4 p + Cr2O7 hijau zat + CuSO4 coklat zat + HNO3 p (coklat-kuning lemah) zat + H2SO4 p (coklat kuning lemah) reaksi korek api jingga

1. IV. Derivat Fenotiazin Yang termasuk dalam derivat fenotiazin adalah prometazin, chlorpomazin, dan lain-lain. Contoh sediaan :
1. 1. PHENARGAN . HCl

Sinonim - Pemerian

: prometazin HCl : tablet couting (biru hijau), tidak berbau, dan

rasanya sangat pahit - kelarutan mudah larut dalam air, spiritus, dan kloroform - Reaksi :

zat + FeCl3 rosa jingga zat + HNO3 p merah marganta panaskan di W.B akan berwarna kuning zat + H2SO4 p rosa merah + air rosa zat + KMNO4 + NaOH hijau zat + pereaksi frohde merah violet zat + pereaksi nillon rosa (kekuningan)

zat + pereaksi marquis merah marganta zat berfluroresensi kuning 2. LARGACTYL Sinonim - Pemerian : Chlorpomazin : tablet tidak berwarna, rasanya pahit, terasa

menggigit, dan anastesi - Reaksi :

zat + FeCl3 rosa kecoklatan zat + HNO3 p rosa violet (cepat hilang) zat + H2SO4 p rosa merah violet zat + aqua brom kuning jingga zat + aqua regia hijau kolanplemer reaksi bellstein + reaksi yodoform + reaksi roux merah coklat 3. CHLORPROMAZIN HCl

- Pemerian berbau - kelarutan larut dalam air, HCl,alkohol, dan tidak larut dalam NaOH - Reaksi :

: serbuk putih, rasanya pahit, dan tidak

zat + DAB-HCl zat + H2SO4 p merah ungu

zat + FeCl3 merah zat + NH4OH putih zat + aquabrom ungu merah zat + pereaksi nessler putih zat + pereaksi frohde hijau muda zat + pereaksi marquis ungu zat berfluoresensi 1. V. Derivat Trisiklik Lainnya Yang termasuk dalam derivate trisiklik yang lainnya adalah siproheptadin,dan lain-lain. Contoh sediaan : 1. 1. SIPROHEPTADIN - Pemerian : sebuk hablur putih agak kekuningan

- kelarutan sukar larut dalam air - Reaksi :

larutan dalam methanol tetes pada kertas saring keringkan fluoresensi biru terang (UV 254 nm)

1. 2. Antihistamin Generasi Kedua

1. 1. ASTEMIZOL

1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih; praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, mudah larut dalam diklorometan dan metanol; terlindung dari cahaya. 2. Indentifikasi: spektrum serapan inframerah (197K). 3. 2. FEKSOFENADIN

1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih; sedikit larut dalam air, mudah larut dalam metanol, sangat sedikit larut dalam aseton; terjadi polimorfisme. 2. Indentifikasi: spektrum serapan inframerah (197K); pembentukan endapan klorida. 3. 3. LORATADIN

1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih, bubuk kristal; praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton dan metanol; terjadi polimorfisme. 2. Indentifikasi: spektrum serapan inframerah (197M). 3. 4. SETRIZIN

1. Sifat: bubuk putih atau hampir putih; mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam aseton dan diklorometan; larutan 5% dalam air memiliki pH 1,2-,1,8 1. 3. Penggolongan Antihistamin II (AH2) 1. 1. SIMETIDIN

1. Sifat bubuk putih atau hampir putih; sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, praktis tidak larut dalam diklorometan; bubuk polimorfisme; larutan dalam asam mineral encer 1. Indentifikasi

Dengan reagen Nessler pada suhu 1000C berwarna hitam Dengan Natrium pikrat berwarna merah. 0,1 ml sampel yang diperoleh dari melarutkan 1 mg Simetidin dalam 1 ml etanol ditambah 5 ml larutan dari 1 g asam sitrat dalam asam anhidrat sampai 50 ml dipanaskan di atas water bath sekitar 10-15 menit maka akan diperoleh warna merah violet 0,1 ml sampel yang diperoleh dari melarutkan 1 mg Simetidin dalam 1 ml etanol ditambah 5 ml HCl 0,1 N dipanaskan dan ditambahkan 3 ml NaOH mengubah kertas lakmus warna merah menjadi biru.

Obat lainnya: famotidin dan ranitidin untuk penyakit tukak lambung

Ranitidin

Untuk mengetahui gugus CN, zat didestruksi sehingga CN pecah menjadi CN. Kemudian CN + AgNO3 mengendap Reinerhard + Sublimasi

Tambahan: untuk membedakan antihistamin dan alkaloid reaksi pengenalan: dilakukan di plat tetes zat ditetesi asam sulfat pekat; asam klorida; dan asam pikrat berwarna + air warna tetap (alkaloid) atau warna berubah (anti histamin) This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink. fitokimia shampo dan pewarna Like Be the first to like this post.

Leave a Reply
Enter your comment here...

Guest Log In Log In Log In

Email (required) (Not published)

Name (required)

Website

Please log in to WordPress.com to post a comment to your blog.

You are commenting using your Twitter account. (Log Out)

You are commenting using your Facebook account. (Log Out) Connecting to %s Notify me of follow-up comments via email. Notify me of new posts via email.
Post Comment

Search

Search for:

Recent Posts
o o o o o

toksik eksipien farmasetika barbital sulfonamida vitamin June 2011 April 2011 March 2011 December 2010 Uncategorized Register Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.com

Archives
o o o o

Categories
o

Meta
o o o o o

sayacintafarmasi Theme: Twenty Ten Blog at WordPress.com.

http://sayacintafarmasi.wordpress.com/2011/04/03/shampo-dan-pewarna/

You might also like