You are on page 1of 22

Dimensi sosial politik liberal

Hubertus M?ller-Groeling

Dimensi sosial politik liberal

Hubertus M?ller-Groeling

Dimensi sosial politik libera

Hubertus M?ller-Groeling

Politik liberal diidentifikasikan sebagai politik yang memiliki cita-cita utama memberdayakan individu, hak-hak kebebasan dan tanggung jawab pribadi. Cita-cita ini hendak dicapai dengan menerapkan kebijakan ekonomi pasar secara efisien, kompetitif dan mendorong kemajuan ekonomi serta membatasi kekuasaan pemerintah pada hal-hal yang seperlunya. Politik liberal seperti ini dengan himbauannya pada penentuan kehendak sendiri dan tanggung jawab pribadi seringkali dianggap kurang memiliki dimensi sosial. Pembandingan yang sempit antara individu dan masyarakat, pasar dan moral, prinsip efisiensi dan keadilan sosial adalah alasan atas kritik sikap masa bodoh politik liberal terhadap sosial. Sebenarnya kesalahpahaman terhadap kebijakan atau politik liberal yang dianggap dingin atau tidak memiliki sense sosial itu hanya bisa terjadi pada orang-orang yang mengidentifikasikan sosial dengan sistem jaminan sosial pemerintah. Identifikasi yang sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun ini kemudian menyebabkan orang menyamakan intensifikasi atau klimaks sosial dengan perluasan sistem jaringan sosial tersebut. Dan apabila politik liberal menolak mengidentifikasikan sosial seperti versi yang telah berlaku puluhan tahun tersebut, maka ia dianggap politik yang mengusung liberalisme ekonomi dan dianggap tidak memiliki dimensi sosial. Kritik ini mungkin bisa dibenarkan apabila ia menyangkut fakta bahwa para penganut politik liberal tidak ikut berjuang memperluas sistem jaringan sosial kolektif yang diatur pemerintah. Akan tetapi, kritik ini tidak menyinggung inti masalahnya. Dimensi sosial dalam politik liberal Politik liberal justru menentang perluasan ssstem asuransi yang dipaksakan (baca:diatur) pemerintah, menentang sosialisasi risiko-risiko kehidupan pribadi dan menentang menjadikan solidaritas sebagai urusan pemerintah. Politik liberal menentang perwalian dan pengambilan hak bicara warga oleh pemerintah dan menentang tumbuh berkembangnya mentalitas yang selalu ingin menuntut sesuatu dari pihak lain (Anspruchsmentalitt; umumnya berkaitan dengan asuransi di mana

seorang peserta asuransi bisa membuat klaim untuk pembayaran, misalnya, biaya rumah sakit. Lebih detilnya lihat dalam artikel asas-asas kebijakan liberal ). Sayangnya seringkali orang lupa bahwa inti dari politik liberal adalah suatu konsep masyarakat di mana aspek sosial tidak dianggap sebagai hal yang paling penting dalam mekanisme pasar, hanya sebagai koreksi belaka terhadap hasil-hasil pasar. Dengan demikian aspek sosial dalam politik liberal sedikit banyak dibatasi pada sistem jam inan sosial. Politik liberal lebih bertujuan pada penerapan suatu sistem ekonomi dan masyarakat yang kesosialannya bersifat hakiki. Dalam politik liberal ada sifat sosial karena ia tidak hanya mencoba menciptakan kebebasan kepada rakyat melalui kebijakan ekonomi pasarnya, membiarkan rakyat dengan tanggung jawab sendiri berikhtiar untuk kesejahteraannya tanpa campur tangan pemerintah dan tanpa diskriminasi, tapi juga karena prasyarat ikhtiar itu diberikan melalui tatanan hukum dan ekonomi sedemikian rupa sehingga secara umum apa yang bermanfaat begi setiap individu berarti juga baik bagi masyarakat. Dimensi sosial politik liberal terdapat pada ikhtiar individu untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan urusannya sesuai dengan kapasitasnya. Dimensi sosial politik liberal terletak pada kualitas dampak timbal balik di mana tindakan untuk tujuan sendiri membuat orang lain juga bertindak untuk tujuannya (Simmel). Sistem pengaturan dan persaingan Syarat terciptanya dampak timbal balik seperti dimaksud di atas adalah adanya pertukaran dan kerja sama di pasar bebas di mana pasar ini hanya akan ada apabila semua yang terlibat di dalamnya dapat mengambil untung darinya. Pondasi dimensi sosial politik liberal adalah tatanan hukum dan ekonomi. Tatanan ini mengandung aturan-aturan dan norma minimal yang menyelaraskan tindakan-tindakan individu dengan kesejahteraan umum.1 Adalah ordo liberal sekolah Freiburg (Freiburger Schule) yang didirikan oleh profesor Eucken dan Bhm yang telah berjasa mengenali peran kerangka tatanan hukum untuk aktifitas pasar, yakni peran tatanan ekonomi dan persaingan yang selanjutnya diterapkan oleh masyarakat pada pasar
Lihat Karl Homann/Eckart Blome-Drees, Unternehmensethik, Managementethik (Etika perusahaan, etika manajemen), dalam: Die Betriebwirtschaft (Jurnal Ekonomi Perusahaan) 55/1995, h. 98 dst.
1

melalui proses politik. Namun, untuk menafsirkan pranata seperti tatanan ekonomi dibutuhkan pengetahuan tentang sejarah atau tradisi tatanan tersebut. 2 Peran yang sangat penting dalam penafsiran ini adalah moral pasar yang dikembangkan sendiri oleh masyarakat, yang kemudian dijadikan aturan baku melalui UU dan yang juga mempengaruhi moral masyarakat sipil.3 Meskipun banyak kritik tentang kurangnya aspek moral dalam politik liberal dan adanya perdebatan tentang pembentukan tatanan hukum dan ekonomi, tidak bisa dikatakan bahwa pasar yang ada dalam pandangan liberal bersifat tak terkendalikan. Tentu saja pasar harus dibebaskan dari intervensi dan regulasi pemerintah yang berlebihan, seperti misalnya yang terlihat dalam pasar tenaga kerja, dalam sistemsistem asuransi yang diatur pemerintah (asuransi kesehatan, asuransi jaminan hari tua), dalam masalah tempat tinggal, dan yang menyebabkan munculnya dampak sklerotis. Selain itu, pasar juga perlu dilindungi dari kartelisasi, monopolisasi dan penguasaan pasar agar fungsinya sebagai instrumen pilihan, non-diskriminasi dan tentu saja instrumen pembatasan kekuasaan dapat dipertahankan. Biasanya pasar terbuka dan persaingan internasional merupakan instrumen yang lebih efektif untuk menghindari penumpukan kekuasaan ekonomi daripada kebijakan kartel pemerintah. Namun demikian kebijakan ini tetap penting dan perlu. Jadi, politik liberal memiliki semacam kantor pengawas dalam tanggung jawab sosial. Kolaborasi antara tatanan ekonomi dan perilaku pasar mungkin paling tepat diilustrasikan dengan contoh dari bidang olah raga. Perilaku pemain dan taktik atau strategi permainan mereka dalam pertandingan sangat penting untuk memenangkan sebuah pertandingan, tapi aturan permainan lah yang membuat pertandingan menjadi fair dan yang menentukan berhasil tidaknya kompetisi secara keseluruhan. Taktik masing-masing pemain atau sebuah tim akan membuat prestasi pemain berkembang dan juga membuat penyelenggaraan lomba berhasil secara keseluruhan, dengan catatan peraturan permainan fair dan dihargai secara fair pula. Seperti halnya dalam aktifitas/peritiwa pasar, peraturan-peraturan dalam olah raga juga tidak menutup kemungkinan munculnya suatu perilaku fair yang melebihi
Bandingkan dengan Karl Pooper, In Search of a Better World, London 1992, h. 155 dst. Lihat Herbert Giersch, Moral als Standortfaktor, surat kabar Frankfurt Allgemeine tgl. 31 .12.1994, dan H. Mller-Groeling, Ethik und Markt (etika dan pasar), liberal, angkatan ke 38, buku 1 1996, h. 59 dst.
2 3

perilaku yang dituntut oleh peraturan-peraturan tersebut. Bahkan sikap fair yang berlebihan dalam pertandingan ini yang mungkin telah menandakan perkembangan lebih lanjut dari moral kompetisi berdasarkan pengalaman akan berdampak sangat positif terhadap reputasi pemain atau bahkan lama kelamaan membuat pemain menyesuaikan diri dengan peraturan pertandingan. Hal yang sama berlaku pula dalam ekonomi pasar. Apabila tatanan hukum dan ekonomi sesuai dengan tuntutan paham liberal, maka rakyat yang dalam kompetisi atau persaingan berpegang pada hukum dan UU dapat menganggap bahwa aksinya juga punya nilai sosial, bermanfaat bagi masyarakat meskipun pada saat yang sama ia hendak mengejar kepentingannya sendiri. Satu unsur penting dimensi sosial yang etis dari politik liberal terkandung dalam tatanan hukum dan ekonomi yang ikut menentukan aksi rakyat.
4

Kondisi sistem peraturan sangat menentukan struktur

ransangan aksi dalam politik dan ekonomi, seperti halnya dalam olah raga. Dan persaingan dalam olah raga seperti persaingan dalam bidang ekonomi dan masyarakat berorientasi pada masing-masing sistem peraturan dan ransangan tersebut. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa kebiasaan dan moral sipil menuntut lebih banyak sikap sosial daripada apa yang dituntut dalam aturan-aturan kerangka tatanan. Bahkan pada basis tingkat kesejahteraan yang telah dicapai muncul tuntutan akan sikap sosial bersamaan dengan tuntutan-tuntutan lainnya. Dan tentu saja politik liberal juga mencakup tanggung jawab individu terhadap kelompok kelompok masyarakat yang kecil dalam sebuah masyarakat sipil dan juga partisipasi mereka dalam kelompok-kelompok masyarakat tersebut dan dalam pemerintahan. Salah satu cita-cita politik liberal adalah meningkatkan persepsi terhadap tanggung jawab dengan cara menciptakan otonomi yang lebih luas. Jadi, dimensi sosial politik liberal bukan diutamakan pada upaya memperbaiki proses-proses sosial, di mana kebijakan sosial pemerintah mengintervensi hasil hasil pasar dan persaingan. Adalah suatu kesalahpahaman yang mendasar dan sayangnya meluas di masyarakat bila pemaknaan sosial hanya dibatasi pada perbaikan proses-proses sosial dan pada perbandingan antara sosial dan kebijakan ekonomi pasar. Kesalahpahaman ini lebih diperkuat lagi dengan pengamatan yang umumnya sepihak terhadap contoh-contoh dari apa yang disebut dengan kegagalan pasar. Dengan menggunakan istilah ini diupayakan untuk
"

Lihat Karl Homann/Eckart Blome-Drees, op.cit

melegitimasikan intervensi pemerintah tanpa memperhatikan kegagalan

pemerintah yang sangat mencolok itu. Dimensi sosial politik liberal bukan difokuskan pada perbaikan terhadap keadaan atau proses sosial yang telah berlangsung lama, melainkan terletak pada konsep masyarakat itu sendiri, dalam tatanan hukum dan ekonomi yang menjamin kepemilikan dan mengarahkan persaingan melalui aturan-aturan yang sesuai demi kesejahteraan umum.
5

Politik liberal utamanya meraih dampak-dampak sosialnya melalui pasar, kebijakan ekonomi pasar dan pemanfaatan mekanisme-mekanisme stimulus yang ekonomis yang terkandung dalam tatanan ekonomi. Mekanisme-mekanisme stimulus ini sudah terkandung dalam suatu tatanan hukum dan tatanan ekonomi yang merefleksikan tuntutan sosial dan etika masyarakat sebagai suatu moral minimum. Perbandingan antara kebijakan ekonomi pasar dengan kebijakan sosial tidak sesuai dengan politik liberal. Karena membandingkan dua kebijakan ini adalah suatu langkah yang mencerminkan bahwa orang salah mengartikan unsur-unsur penting dari mekanisme dampak sosial politik liberal. Fungsi sosial pasar Hal yang terpenting dalam politik liberal adalah kebebasan rakyat. Kebebasan yang membatasi hak-hak pemerintah dan masyarakat terhadap individu. Akan tetapi, kebebasan berarti juga tanggung jawab setiap individu terhadap akibat dari tindakannya, baik bagi diri sendiri dan keluarganya maupun bagi masyarakat umum. Namun, yang dimaksud dengan kebebasan di sini bukan hanya kebebasan dari apa, artinya kebebasan seluas mungkin dari intervensi pemerintah meskipun kebebasan yang ini juga sangat penting. Tapi juga kebebasan untuk apa. Dalam konteks ini unsur yang paling esensial adalah kebebasan memilih, kebebasan setiap warga untuk mengatur hidupnya dalam kerangka tatanan hukum dan ekonomi sejauh mungkin berdasarkan pandangan dan tanggung jawab sendiri, tentu saja

Karl Homann, Sozialpolitik nicht gegen den Markt (Keselarasan antara kebijakan sosial dan pasar), Surat Kabar Frankfurter Allgemeine., nr. 37, tgl 13 Februari 1999, h. 15; Homann/Blome-Drees, Unternehmensethik ...., (Etika Perusahaan ...)op.cit., H. MllerGroeling, Unternehmensethik in einer Sozialen Marktswirtschaft nach deutschem Vorbild (Etika Perusahaan dalam Ekonomi Pasar Sosial menurut Pola Jerman), dalam: Majalah Kamar Dagang dan Industri Jerman-Polandia, volume 7/8 dan 9, 1999.
5

dengan memperhatikan kebebasan orang lain dan dengan cara bersaing dengan mereka. Untuk itu dibutuhkan alternatif-alternatif, dan untuk ikut berpartisipasi dalam pengaturan urusan publik tentu saja diperlukan alternatif politik. Tapi ini dalam politilk liberal bukan hanya menyangkut kebebasan memilih dalam bilik suara dan perluasan unsur-unsur plebisit, melainkan menyangkut kebebasan individu untuk mengatur kehidupan pribadi. Kebebasan memilih selain itu tidak boleh hanya dibatasi pada dimensi ekonomi, namun harus di segala bidang atau menyeluruh. Instrumen yang mutlak perlu, yang sosial, meski seringkali disalahpahami, untuk menjamin kebebasan memilih ini, untuk memberikan sejumlah kemungkinan, adalah pasar dan kebijakan ekonomi pasar yang menjamin kepemilikan secara mendasar dan yang berorientasi pada sistem-sistem pasar bebas dalam kerangka suatu tatanan hukum dan ekonomi. Pasar memungkinkan terjadinya pertukaran bebas, persaingan bebas dan kerjasama bebas. Ketiga unsur ini merupakan sokoguru sebuah masyarakat liberal. Syarat terciptanya masyarakat liberal adalah adanya pasar di mana terjadi pertukaran bebas dalam kerangka hukum, namun juga adanya persaingan sebagai ransangan bagi pelakunya (setiap individu) untuk produktif dan untuk membatasi kekuasaan ekonomi. Elemen terakhir yang harus ada dalam pasar tersebut adalah kerjasama bebas yang perannya bagi sistem ekonomi pasar seringkali dipandang dan dihargai secara tidak memadai. Selain peran kerjasama bebas, fungsi pertukaran bebas pun tidak boleh diremehkan. Masalah informasi sentral bagi kemajuan ekonomi (masalah tentang preferensi dan kekurangan ekonomi) dipecahkan dalam proses pasar dan melalui harga pasar. Suatu masalah yang seperti yang ditunjukan oleh eksperimen kantor pusat ekonomi mau tidak mau harus dipecahkan secara desentral melalui pasar. Dengan demikian, melalui sistem ransangan dengan mekanisme ekonomi pasar dan melalui persaingan yang sekaligus merupakan proses penemuan6, politik liberal mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dan kemajuan teknis-ekonomis. Efisiensi ini membuat tercapainya, khususnya di negara-negara industri maju, tapi tidak melulu di sana, peningkatan kesejahteraan yang mencengangkan. Namun anehnya ukuran kesejahteraan ini seringkali tidak diperhatikan orang lagi. Perhatian orang terhadap
Lihat Friedrich v. Hayek, Der Wettbewerb als Entdeckungsverfahren (Persaingan sebagai proses penemuan), ceramah di Kiel nr. 58, Tbingen 1968
6

ukuran kesejahteraan ini semakin kentara ketika ukurannya bukan lagi berupa angka-angka produksi barang, melainkan berupa bertambahnya waktu luang, berkurangnya masa kerja serta meningkatnya harapan usia hidup. Peningkatan kesejahteraan yang luas inilah yang menjadi bagian penting dari dimensi sosial politik liberal. Fungsi politik ekonomi pasar seringkali disalahpahami karena istilah pasar hanya diterapkan secara sempit pada pasar konsumsi barang dan karena politik atau kebijakan seperti ini hanya dipandang sebagai kebijakan yang memuaskan kebutuahan materi. Pandangan seperti ini tidak menyadari bahwa kegiatan-kegiatan seperti konser, teater, pameran, ceramah dan banyak hal lain adalah juga obyek pasar. Jadi, pandangan yang menganggap peristiwa budaya berada diatas pasar dalam arti sempit itu lebih cenderung disebabkan oleh ketidaktahuan tentang makna pasar ketimbang oleh keunggulan moral. Bahwa keputusan-keputusan penting dalam kehidupan ditentukan dalam pasar, itu seringkali dilupakan. Di sini akan ditunjukkan contoh-contoh keputusan tersebut dalam pasar tenaga kerja, pasaar tempat tinggal, pasar pendidikan dan pasar uang.Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita betapa pentingnya pasar bagi otonomi individu dan untuk menunjukkan bahwa tak ada alasan untuk berprasangka buruk terhadap politik liberal yang berorientasi pada pasar. Contoh dari pasar tenaga kerja Apa yang akan terjadi apabila dalam pasar tidak diperbolehkan untuk berusaha secara bebas, bisa dilihat pada kasus tingginya tingkat pengangguran di Jerman. Pengangguran yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kurang tepat adalah suatu nasib sosial yang jauh melewati isu upah dan gaji dan yang merugikan posisi sosial serta rasa percaya diri yang bersangkutan. Kenyataan seperti inilah yang hendak dihindari oleh dimensi sosial politik liberal, yaitu dengan cara menciptakan pasar tenaga kerja yang mampu berfungsi melalui proses deregulasi dan fleksibelisasi pasar tenaga kerja dan melalui kebijakan ekonomi pasar. Dan dengan usaha ini politik liberal hendak ikut memberikan kontribusi terhadap upaya mengurangi angka pengangguran, seperti yang telah diterapkan di negara-negara

lain. Sebuah kebijakan liberal tentang pasar tenaga kerja antara lain akan menjamin hak-hak individu untuk menerima suatu pekerjaan sesuai dengan kondisi pasar jika

Kebijakan Eropa dengan pengakuan subsidiaritas sebatas pemanis bibir adalah salah satu contohnya.

pekerjaan tersebut ditawarkan. Ada tiga alasan untuk mengatakan bahwa kebijakan liberal tentang pasar tenaga kerja bersifat sosial. Pertama, ia dapat menghalangi terjadinya kesepakatan antara pihak pemberi dan penerima kerja yang mengorbankan pihak ketiga, yakni mengorbankan penganggur dan pembayar pajak (ini biasa terjadi mengingat aturan pasar tenaga kerja yang berlaku sekarang). Kedua, kebijakan liberal tidak memberi peluang kepada mereka yang enggan bekerja menghindari tanggung jawab mereka untuk menanggung biaya hidup sendiri dan keluarga mereka atas biaya masyarakat banyak. Namun alasan yang paling penting adalah alasan ketiga, yakni bahwa kebijakan sosial liberal akan memberikan kontribusi yang menentukan terhadap pengurangan jumlah pengangguran melalui fleksibelisasi UU pasar tenaga kerja. Penganggu ran adalah satu hal yang mengingat dampak negatif sosialnya paling tidak sosial yang diproduksi dalam masyarakat kita, dan ini sering kali dengan klaim bahwa UU tentang ketenagakerjaan dan pasar tenaga kerja yang relevan bersifat sosial. Dari penjelasan ini terlihat bahwa dalam banyak kasus politik liberal lebih bersifat sosial daripada usaha memperluas pembuatan UU sosial yang ada saat ini dan yang sebagian bersifat proteksionis itu dan lebih sosial daripada kebijakan jaminan sosial. Subsidiaritas Politik liberal adalah suatu politik yang menjamin dan meransang kebebasan warga dengan cara memberikan kemungkinan dan melatih membuat keputusan-keputusan bebas dengan tanggung jawab sendiri. Kebebasan, kemandirian dan tanggung jawab pribadi merupakan bagian dari gambaran khas manusia liberal, sama halnya mengembangkan dan mengukur kekuatan dalam persaingan dan kerjasama bebas dalam pasar sebagai nilai. Inilah nilai-nilai yang berhubungan erat dengan prinsip organisasi masyarakat, yakni prinsip subsidiaritas, yang sering dikutip, tapi jarang sekali dianggap serius seperti seharusnya.7 Prinsip subsidiaritas adalah prinsip liberal yang sudah sangat tua yang sayangnya saat ini kurang diperhatikan oleh penganut paham liberal sendiri. Menariknya prinsip ini dirumuskan secara jelas

dalam ensiklik Quadragesimo Anno di mana ia digambarkan sebagai asas sosialfilosofis tertinggi. Dalam bahasa ensiklik tersebut prinsip subsidiaritas menyatakan bahwa segala sesuatu yang dapat diproduksi oleh setiap individu atas dasar prakarsa dan dengan kekuatan sendiri tidak boleh direnggut darinya dan diserahkan kepada aktifitas masyarakat. Selanjutnya ensiklik itu menyebutkan bahwa setiap aksi atau aktifitas masyarakat berdasarkan esensi dan istilahnya bersifat subsidiar. Pasar bebas, dinamika ekonomi dan ruang gerak bagi solidaritas yang hakiki Eksistensi pasar bebas, kebijakan ekonomi pasar adalah elemen penting jaminan kebebasan dan kerjasama yang bebas dari kekuasaan. Terlepas dari argumentasi tentang efisiensi dan pertumbuhan bagi tatanan ekonomi yang berlandaskan mekanisme ekonomi pasar, pasar bebas merupakan nilai yang mendasar bagi individu untuk menjalani hidup dan kedaulatannya. Karena perannya yang fundamental bagi kebebasan memilih dan khususnya karena keadaan saling tergantung (interdepensi) antar tatanan (Eucken), pasar bebas seperti yang ditunjukkan sejarah adalah pondasi suatu masyarakat demokratis dan dengan demikian tentu saja ia adalah esensi inti dari politik liberal. Selain itu, dengan menekankan pada dan mempertahankan sistem ekonomi pasar politik liberal juga memberi sumbangan terhadap dinamika ekonomi dan berarti juga terhadap kesejahteraan dalam masyarakat. Suatu tatanan ekonomi yang berlandaskan pada kebebasan individu dengan sistem pasar bebas tidak hanya memungkinkan adanya kebebasan mengambil keputusan sendiri, melainkan ia juga menciptakan ruang gerak bagi solidaritas yang hakiki, yang tidak dipaksakan melalui aktifitas pribadi serta menciptakan ruang gerak bagi bantuan umum kepada mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan. Ruang gerak ini tercipta dengan cara membuat mekanisme-mekanisme peransang yang bertujuan mengaktifkan keinginan individu untuk berprestasi dan bertindak produktif. Pasar dan perlakuan yang sama
7

Kebijakan Eropa dengan pengakuan subsidiaritas sebatas pemanis bibir adalah salah satu contohnya.

Salah satu sifat pasar yang penting adalah bahwa ia dalam secara prinsipiil menjamin perlakuan yang sama terhadap semua warga. Dan ini berarti, dengan kata lain, tidak ada diskriminasi. Perlakuan yang sama ini merupakan unsur yang penting dari dimensi sosial politik liberal.

Dalam pasar yang ditekankan bukanlah cinta kasih sesama atau pribadi terhadap keluarga. Juga bukan kebersamaan, koncoisme atau klik-klik terhadap kelompokkelompok kecil, perkumpulan-perkumpulan dan parpol (jadi yang ditekankan bukan kapitalisme kroni atau korporatifisme). Yang ditekankan dalam pasar adalah persamaan kesempatan yang merupakan inti dari politik liberal, bukan persamaan hasil (hal-hal yang berbeda ditangani secara berbeda pula). Yang ditekankan adalah tidak adanya diskriminasi terhadap orang asing dalam pasar, tidak ada cinta kasih sesama (Hartmann), tapi harus ada persaingan.8 Konsep perlakuan yang sama terhadap orang terdekat dan terjauh inilah atau perlakuan non-diskriminatif inilah yang seringkali membuat pasar ala kaum liberal dan ekonom beraliran liberal dikritik tidak memiliki rasa sosial. Namun, perlakuan tidak diskriminatif adalah unsur penting dari kebijakan sosial dan masyarakat yang baik. Pasar, seperti nampak di sini, harus hemat dalam menggunakan aspek sosialnya agar ia benar-benar dapat diterapkan pada hal yang tepat (v. Hayek). Egoisme, altruisme dan keadilan sosial Seringkali pilihan dalam pasar dibandingkan dengan pilihan politis. Perbandingan ini hendak menunjukkan bahwa proses memilih dalam pasar dilakukan untuk manfaat sendiri, sementara dalam pilihan politis yang diperhatikan adalah aspek altruis. Pendeknya, yang diperbandingkan di sini adalah sifat egois dan altruis, yang satu diwakili pasar, sementara yang lainnya diwakili politik. Namun perlu dipikirkan bahwa pilihan yang dilakukan dalam pasar dibayar sendiri oleh si pemilih, biasanya dengan menggunakan dana sendiri, sementara dalam pilihan politis si pemilih bisa saja orang yang diutamakan. Apabila warga setuju dengan aksi-aksi sosial yang mendahulukan orang lain (altruis) setidaknya ia bisa berharap hanya menanggung sebagian dari beban ini atau mungkin tidak memberikan kontribusi apapun terhadap pembiayaan aksi-aksi tersebut. Tidaklah kebetulan kalau opsi atau pilihan yang seringkali menyangkut distribusi layanan sosial dibandingkan dengan aksi pelelangan (Roland Vaubel). Juga dari sudut pandang ini, keputusan-keputusan pasar terlihat lain, lebih sosial. Seringnya muncul pernyataaan bahwa opsi atau alternatif politis dibandingkan dengan keputusan pasar lebih banyak dipengaruhi
Lihat Herbert Giersch, Das Wirtschaftswachstum in Zeiten der Globalisierung (Pertumbuhan Ekonomi di Masa Globalisasi), Surat kabar Frankfurter Allgemeine, No. 12, 15-1-2000, h. 15.
8

altruisme, menjadi meragukan bila kita memperhatikan pemikiran-pemikiran di atas. Dan karenanya cenderung bisa dipahami mengapa politik liberal dalam banyak kasus lebih berorientasi pada sistem pasar dan mekanisme keputusan dalam pasar. Dalam kaitan lain, politik liberal juga mengutamakan proses persaingan dalam pasar. Yang ingin dimunculkan dalam proses persaingan ini adalah isu keadilan sosial yang sering diperdebatkan. Kesepakatan mengenai kapan suatu hasil distribusi bisa dianggap adil sangat jarang sekali bisa dicapai. Ini disebabkan oleh adanya berbagai kondisi kepentingan. Oleh karena itu, Friedrich v. Hayek yang sempat menyatakan keadilan sosial yang hampa makna untuk menyindir kebijakan yang ada sekarang, mengusulkan untuk menciptakan keadilan proses, dan bukan keadilan hasil.9 Artinya, setiap individu diperlakukan secara adil dalam berikhtiar, tidak ada yang didahulukan. Karena itu, dalam konteks usu lan ini politik liberal mengutamakan analog dengan persaingan dalam olah raga konsep persaingan dalam pasar dengan memperhatikan peraturan-peraturan dalam tatanan hukum dan ekonomi. Dan politik liberal mengutamakan perbaikan peraturan-peraturan tersebut dan tentu saja mengoreksi hasilnya bagi mereka yang tidak dapat atau hanya secara terbatas ikut serta dalam persaingan tersebut. Dengan meningkatkan kesejahteraan, meminimalkan pengaruh pemerintah dan dengan membuat peraturan perundangan yang liberal politik liberal tidak hanya hendak menciptakan keleluasaan bagi individu untuk mencari dana bagi jaminan dirinya sendiri serta ruang gerak bagi bantuan pemerintah untuk mereka yang benarbenar membutuhkan, melainkan juga bagi amal pribadi. Yang ingin ditekankan oleh politik liberal di sini adalah mendorong tumbuhnya suatu sikap sosial dalam bentuk beramal secara pribadi dan dipaksakan melalui suatu perangkat UU, seperti yang dapat kita lihat di negara-negara lain.10 Suatu pandangan yang menganggap bahwa sosial hanya berarti tuntutan individu pada masyarakat kolektif adalah produk dari pemeliharaan mentalitas tak mandiri yang telah berlangsung bertahun-tahun. Suatu mentalitas yang dikembangtumbuhkan oleh adanya tanggungan penuh pemerintah terhadap kelompok masyarakat tertentu yang pada gilirannya tidak lagi memadai
Lihat Friedrich v. Hayek, Drei Vorlesungen ber Demokratie, Gerechtigkei und Sozialismus (Tiga kuliah tentang demokrasi, keadilan dan sosialisme), Tbingen 1077, h. 23, dan The Fiction of Social Justice, dalam: New Studies in Philosophy, Politics, Economics and the History of Ideas, London 1978 Lihat Karl-Heinz Paqu, Philantrophie und Steuerpolitik (Filantrofi dan Kebijakan Pajak), studi Kiel 203, Tbingen 1986
9 10

atau tidak bisa dibiayai lagi (contoh tanggungan ini: dana penganguran, bantuan sosial dan banyak lagi bantuan-bantuan sosial yang umumnya dibiayai dari pajak). Kemajuan ekonomi Kebijakan ekonomi pasar mengutamakan adanya dinamika ekonomi yang terdiri dari kombinasi antara prakarsa individu dan sistem-sistem pendukung yang sesuai. Perdagangan bebas dengan barang dan jasa dan lalu lintas modal secara bebas memungkinkan terjadinya pembagian kerja di seluruh dunia dan bertujuan untuk menciptakan kemakmuran bangsa. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kemakmuran baik secara nasional maupun internasional sangat penting bagi dimensi sosial politik liberal. Ia menjadi semakin penting ketika pertumbuhan ekonomi semakin cepat dan semakin lebih dilandasi pada penelitian dan pengetahuan ketimbang pada bahan-bahan mentah dan produksi industri. Hal ini perlu diantisipasi dengan adanya kehendak untuk mengelola ekonomi secara langgeng. Upaya ini merupakan salah satu titik berat dalam dimensi sosial politik liberal. Bentuknya adalah pendidikan dan pelatihan. Dengan cita-cita menciptakan ekonomi yang langgeng ini dimensi sosial politik liberal memperoleh peran tambahan, dan bagi setiap individu tercipta semakin banyak peluang untuk menerapkan bakat atau ketrampilannya.
11

Suatu percepatan pertumbuhan ekonomi bukannya tanpa masalah. Pertumbuhan juga selalu berarti perubahan struktur dan ia tidak hanya memperbanyak peluang, melainkan juga risiko. Pertumbuhan menuntut adanya fleksibilitas dan kesediaan untuk beradaptasi dan terlalu menuntut solidaritas sosial. Pengetahuan dan kapital lebih cepat menjadi usang, dan diferensi sosial dapat meningkat. Semua ini cukup membahayakan keseluruhan ide liberal. Ia memperkuat keinginan atas diciptakannya persamaan (tapi bukan persamaan peluang, melainkan persamaan hasil) dan atas adanya intervensi pemerintah dan ia menghasilkan resistensi justru terhadap prasyarat yang strategis bagi kemajuan ekonomi. Kebanyakan dari faktor yang menentang kemajuan ekonomi itu adalah resistensi terhadap perubahan, kurangnya pendidikan dan fleksibilitas, dan sebagian disebabkan oleh adanya
Perbedaan-perbedaan dalam bakat tentu saja di sini akan menelurkan hasil yang berbeda pula, namun perbedaan ini bukan alasan untuk tindakan penyamarataan, baik dalam pendidikan/pelatihan sendiri maupun dalam hasil-hasilnya.
11

kesalahpahaman tentang prasyarat kemakmuran dan kemajuan ekonomi serta tentang peran pemerintah yang sulit dihilangkan. Globalisasi dan politik liberal Jika berbicara tentang kebijakan sosial, anehnya kita selalu menghubungkannya dengan keadaan dalam negeri. Juga mereka yang mengingingkan suatu masyarakat yang multikultural seringkali mengaitkan pemikiran-pemikiran mereka tentang kebijakan sosial dengan keadaan dalam negeri, paling tidak jika diskusi politik melampaui masalah pembiayaan bantuan kepada negara berkembang. Pemikiran seperti ini bisa jadi adalah akibat dari sempitnya cara pandang terhadap makna sosial dalam suatu tatanan masyarakat. Pandangan ini muncul karena adanya konsentrasi atau pemfokusan ternadap sistem-sistem jaminan sosial yang sebenarnya dari banyak segi sama sekali tidak sosial. Perdebatan tentang tatanan ekonomi dunia dan globalisasi adalah satu pelajaran bagi komponen-komponen sosial politik liberal. Dalam konteks ini dimensi sosial politik liberal juga tidak semata-mata terletak pada pembiayaan bantuan untuk negara berkembang, melainkan pada upaya untuk menciptakan pasar bebas bagi perdagangan, investasi dan jasa, di samping pengembangan hubungan budaya dan bantuan kepada negara berkembang dalam bidang teknik-ekonomi. Dengan pemfokusan ini dimensi sosial politik liberal menciptakan akses pasar yang bebas ke dalam pasar-pasar negara industri maju, termasuk juga bagi produsen dari negara negara berkembang sehingga semua pihak yang menginginkan hal seperti ini dapat berpartisipasi pada pembagian kerja dalam ekonomi dunia secara bebas, tanpa diskriminasi. Dalam pandangan sempit yang hanya terbatas pada keadaan dalam negeri, globalisasi seringkali dianggap sebagai ancaman sosial bagi kelangsungan pekerjaan-pekerjaan sederhana (pekerjaan yang tidak menuntut kualifikasi tertentu) di dalam negeri yang saat ini juga menghadapi tekanan persaingan dari apa yang disebut negara-negara dengan upah rendah (Billiglohnlnder). Ini artinya tenaga kerja non-kualifikasi di dalam negeri harus bersaing dengan pekerja-pekerja dari negara-negara berkembang dan negara-negara yang sedang direformasi di wilayah Timur (tidak lama lagi malah dengan Hongkong). Lowongan pekerjaan bagi tenaga kerja tidak berkualifikasi di negara-negara industri maju pada kenyataannya -

terancam, selama dalam negara-negara ini tidak dilakukan adaptasi struktural yang diperlukan. Artinya, perlu ada perbaikan pendidikan dan pelatihan serta penopangan terhadap pendapatan upah/gaji. Di sisi lain globalisasi menciptakan kesamaan kesempatan bagi orang-orang miskin di negara-negara berkembang. Globalisasi memberi mereka kemungkinan untuk berpartisipasi pada hasil-hasil pembagian kerja agar mereka dapat memperoleh pendapatan atau kemungkinan untuk meningkatkan standar hidup mereka. Hasil lain dari perluasan pembagian kerja secara internasional yang tercipta berkat globalisasi itu adalah bahwa negara-negara yang terlibat dengan aksi-aksi mereka semakin diawasi oleh mekanisme persaingan yang ada. Ini artinya, sebagian dari kekuasaan mereka terhadap rakyat berkurang dengan adanya persaingan, dan intervensi pemerintah dibatasi seminimal mungkin. Pemerintah akan semakin kesulitan untuk membatasi pendapatan rakyat melalui pajak atau pungutan pungutan sosial, selama ekuivalennya dianggap tidak memadai oleh rakyat. Hal serupa dialami pula oleh kelompok-kelompok kepentingan yang harus membatasi kekuasaan mereka dalam pasar dalam negeri. Tidak semua pihak akan menyambut pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah ini, khususnya orang-orang yang banyak diuntungkan oleh aksi-aski pemerintah dan yang memberikan jalan kepada pemerintah untuk memainkan perannya seluas mungkin.
12

Namun dalam prinsipnya

persaingan lokasi (Standortwettbewerb) menurut pandangan politik liberal membuat kesempatan memilih warga semakin luas dan menekan kekuasaan pemerintah dalam menentukan regulasi dan pajak dan kekuasaan lembaga-lembaga pajak di luar pemerintah serta menciptakan perbaikan persyaratan persaingan di seluruh dunia. Proteksionisme sebagai ancaman Sulit sekali untuk tidak menghadapi tuntutan sosial, untuk mendefinisikan secara sempit apa yang dimaksud dengan kumpulan masyarakat yang diuntungkan dan untuk melindungi diri terhadap persaingan dari luar yang tak diinginkan. Sementara adalah suatu hal yang mudah untuk mengamini bantuan sosial (bantuan kepada
Juga ada argu men race to the bottom, yakni suatu kekhawatiran bahwa dengan adanya persaingan lokasi tersebut penurunan pajak oleh pemerintah tidak akan berakhir; sebuah kekhawatiran yang nampaknya cenderung bertentangan dengan kenyataan.
12

negara berkembang), namun sebisa mungkin ia dibiayai orang lain. Dan tidak sulit untuk menolak akses bebas ke dalam pasar dan persaingan bebas dengan cara merekayasa skenario yang menakutkan dari globalisasi. Dalam hubungan ekonomi internasional ada banyak kemungkinan untuk menghalangi persaingan. Tidak semua kemungkinan bisa dikenali dengan mudah sebagai langkah proteksi. Salah satu kemungkinan adalah bergabung dengan satu asosiasi bea cukai (atau lebih) sehingga anggotanya bisa melakukan perdagangan dengan bebas. Biasanya dalam bentuk kerjasama seperti ini selain terciptanya efek perdagangan juga muncul hal-hal seperti penyelewengan perdagangan, yang mana berdampak negatif atau merugikan pihak bukan anggota dan menguntungkan anggota asosiasi tersebut. Praktek yang merugikan bukan anggota asosiasi ini (dengan atau tanpa izin) adalah sebuah pelanggaran terhadap prinsip proteksi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menuntut bahwa semua keuntungan yang diberikan kepada satu negara harus diberikan pula bagi negara-negara lain. Unsur-unsur diskriminasi (proteksionisme) yang membahayakan adalah standar standar yang diusung dengan bendera sosial, namun seringkali dimanfaatkan sebagai instrumen proteksionisme dengan cara mencoba memaksa mitra dagang. Standar-standar ini berbahaya karena, contohnya standar sosial atau standar lingkungan, kelihatannya sosial tapi bisa jadi sangat tidak sosial. Bagaimana pekerja dari Bangladesh misalnya bisa mampu bersaing apabila mereka dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar sosial di negara industri maju? Adalah tidak sosial kalau kita baik di dalam maupun luar negeri berupaya agar keadaan mereka yang sudah memiliki pekerjaan menjadi lebih baik. Yang bisa disebut sosial adalah apabila kita memberikan kesempatan kepada orang-orang yang belum memiliki pekerjaan. Atau: dapatkah dan tidakkah lebih baik suatu negara yang lebih kaya membuat standar lingkungan yang berbeda daripada negara yang lebih miskin? Apakah upaya melarang adanya persaingan antara pekerja dengan upah rendah dari negara-negara MEE melalui peraturan yang sepihak dapat dikatakan sosial? Aspek keadilan sosial dari semua upaya ini sangat meragukan, upaya-upaya yang bermaksud mempertahankan privileg sendiri terhadap orang-orang (negara-negara) miskin, menghalangi atau setidaknya menyulitkan mereka untuk memperoleh akses pasar. Dan FDP dengan kebijakan ekonomi dunianya yang menentang diskriminasi -

dan proteksi berlebihan menunjukkan profil sosial yang mantap. Dan hal ini tercipta tanpa merujuk pada kebijakan bantuan terhadap negara berkembang. Namun tentu saja tidak berarti bahwa kebijakan ekonomi FDP seperti halnya dengan masalah bantuan sosial di Jerman tertutup terhadap kemungkinan memberikan bantuan kepada negara berkembang. Politik liberal dan kebijakan sosial Untuk menghindari kesalahpahaman perlu ditekankan bahwa yang dibahas di sini adalah dimensi sosial politik liberal, bukan pandangan sosial terhadap sektor jaminan sosial yang berlaku sekarang. Kalau pembahasan di sini menyangkut kebijakan sosial liberal dalam konteks jaminan sosial maka yang kiranya harus didiskusikan adalah kesimpulan apa yang harus diambil dari prinsip-prinsip politik liberal yang mendukung sistem-sistem jaminan terhadap dampak ekonomi dari risiko-risiko seperti penyakit, usia tua, invaliditas, kebutuhan akan perawatan dan pengangguran bagi warga. Selanjutnya yang kiranya harus didiskusikan adalah apakah proses distribusi pendapatan yang diatur oleh pemerintah, apakah perampasan hak warga melalui sistem asuransi sebagai antisipasi terhadap risiko hidup yang diatur pemerintah dapat sejalan dengan prinsip-prinsip liberal. Dan pembahasan ini khususnya dengan memperhatikan pertanyaan apakah sistem-sistem asuransi wajib seperti ini masih dapat dianggap sesuai mengingat semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Karena kondisi sekarang bisa jadi sudah sangat berbeda dengan masa di mana sistem-sistem itu pertama kali diterapkan. Selain itu, perlu kiranya dipertanyakan apakah sistem-sistem ini dengan metode distribusinya benar-benar masih bisa berjalan mengingat menyusutnya populasi di Jerman dan apakah mereka menjamin sedikit keadilan antar individu dan antar generasi. Pendeknya, kalau yang dibahas di sini adalah kebijakan sosial liberal maka yang kiranya harus didiskusikan adalah bagaimana warga menurut pandangan liberal harus menjamin dirinya dalam situasi sekarang dari risiko-risiko hidup. Tampaknya di bidang jaminan hari tua, diskusi seperti ini akan bermuara pada usulan-usulan yang menekankan pada tanggung jawab pribadi dan asuransi/jaminan individual (tanpa aturan pemerintah) berdasarkan pendekatan jaminan modal (Kapitaldeckungsverfahren), sangat mungkin dengan jaminan minimal yang diatur UU seperti dalam asuransi wajib

kendaraan dalam rangka menghindari moral hazard (sikap masa bodoh atau ceroboh). 13 Sementara untuk bidang perlindungan asuransi kesehatan diskusi ini akan bermuara pada usulan-usu lan yang menekankan pada kebebasan memilih, asuransi swasta dengan berbagai bentuk ganti rugi dan tanggungan sendiri (tanggungan yang dibayar sendiri peserta asuransi, misalnya untuk pengobatan ringan) di mana di sini dapat ditetapkan jaminan minimal sebagai konsesi terhadap masyarakat karena adanya moral hazard yang menjalar di mana-mana.
14

Perlu diketahui bahwa seperti halnya kebijakan sosial yang ada sekarang politik liberal juga mendukung adanya jaminan individu terhadap risiko pendapatan. Dimensi sosial dari politik liberal difokuskan pada upaya untuk memberdayakan individu agar ia bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan tidak serta-merta bergantung pada masyarakat. Dengan demikian dimensi sosial politik liberal juga memberikan kebebasan memilih dalam batasan tertentu. Jaminan sosial dalam politik liberal memperoleh dimensi khas sosialnya dengan cara berupaya untuk menghindari suatu kebijakan yang merugikan pihak ketiga. Dengan kata lain, dalam kebijakan liberal yang berdimensi sosial tidak akan ditemukan tindakan atau perjanjian-perjanjian yang menyusahkan orang lain seperti yang terjadi dengan perundingan tentang sistem jaminan sosial yang diatur pemerintah dewasa ini. Contoh yang paling tepat untuk ini adalah jaminan hari tua yang telah disepakati dengan mengusung slogan solidaritas dan kontrak generasi oleh pihak perunding, namun yang merugikan pembayar pajak dan generasi penerus. Banyaknya kritik yang dilontarkan politik liberal terhadap sistem-sistem yang ada sekarang tidak boleh membuat FDP dalam kebijakan sosialnya mengesampingkan kewajibannya membantu rakyat yang benar-benar membutuhkan bantuan. Bahwa politik liberal bercita-cita meningkatkan kesetahteraan umum, mengutamakan prakarsa individu, masyarakat dan jaringan, itu bukan berarti bahwa kebijakan sosial FDP tidak siap untuk menyediakan dana yang dibutuhkan bagi anggota masyarakat yang benar-benar memerlukan bantuan. Sebaliknya, dengan berupaya mendorong kemajuan ekonomi, menghindari munculnya mentalitas bergantung pada orang lain
Lihat Roland Vaubel, Reforming Social Security for Old Age (Reforamsi jaminan sosial untuk usia tua), dan Hubertus Mller-Groeling, komentar dalam: Herbert Giersch (Peny.), Reassessing the Role of Government in the Meixed Economy, h. 173 dst., Tbingen 1983. Bandingkan dengan Institut Liberal Yayasan Friedrich-Naumann, Asas-asas Kebijkan sosial liberal 12 tesis, h. 261 dst.
13 14

dan mengonsentrasikan bantuan sosial hanya kepada anggota masyarakat yang benar-benar membutuhkan berarti politik liberal benar-benar dapat membantu mereka. Kebebasan dan tanggung jawab dalam masyarakat Politik liberal memiliki dimensi sosial yang penting. Politik liberal bercita-cita menciptakan suatu konsep masyarakat yang bersifat sosial dan menjamin kebebasan individu untuk mengejawantahkan pola hidupnya dalam masyarakat sipil sejauh mungkin tanpa campur tangan pemerintah, merealisasikan dirinya secara mandiri dan bertanggung jawab, baik dalam persaingan dengan orang lain maupun dalam bekerja sama dengan mereka. Ini dilakukan politik liberal dalam suatu kerangka hukum dan tatanan yang harus menjamin bahwa perilaku persaingan masing-masing individu tidak hanya bermanfaaat bagi dirinya sendiri dan kelompoknya dalam masyrakat sipil, melainkan juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, kerangka hukum dan tatanan itu harus juga menjamin bahwa persaingan berlangsung secara adil, artinya setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang berbagai perbedaan yang ada. Politik liberal memfokuskan pada dinamika ekonomi, pada pendidikan rakyat dan juga pada kemajuan teknik ekonomi yang lahir dari dinamika ekonomi dan pendidikan tersebut serta pada peningkatan kemakmuran. Untuk meraih cita-cita ini dibutuhkan satu sistem pasar bebas yang memungkinan terjadinya pertukaran barang, jasa dan modal secara bebas baik secara nasional maupun internasional. Selain itu dibutuhkan juga suatu kebijakan ekonomi pasar yang memungkinkan adanya keterbukaan dan berfungsinya pasar dan yang sekaligus membatasi kekuasaan pasar. Pembatasan kekuasaan pasar adalah salah satu wewenang pemerintah. Dalam kebijakan FDP, wewenang pemerintah hendak dibatasi pada penyelengaraan tugas-tugas utamanya (seperti keamanan dalam dan luar negeri) yang harus dilakukan dengan serius. Upaya untuk mengukur substansi sosial politik liberal pada kebijakan sosial yang ada sekarang atau bahkan pada perluasan sistem-sistem asuransi wajib yang diatur pemerintah hanya akan bermuara pada munculnya kesalahpahaman. Politik liberal memiliki dimensi sosial yang tidak hanya terbatas pada kebijakan sosial dalam arti sempit, karena dimensi sosial dalam kebijakan sosial liberal sudah terkandung dalam konsep masyarakat. Ia menyatu dalam kinerja masyarakat dengan

memperhatikan prinsip-prinsip liberal. Artinya, dalam kebijakan sosial prinsip-prinsip politik liberal inilah yang menjadi landasan bagi suatu kebijakan yang lebih menekankan pada kebebasan dan tanggung jawab individu. Dan setiap individu pada gilirannya harus memutuskan sendiri bagaimana ia menjamin kehidupannya dan keluarganya dari risiko-risiko ekonomi. Ini merupakan suatu prosedur yang secara oromatis lebih menitikberatkan pada metode jaminan modal dan persaingan pasar asuransi. Cara ini sekaligus juga menghindari perilaku menggantungkandiri pada anggota masyarakat tertentu sehingga dana yang ada dalam kebijakan sosial benar-benar dapat difokuskan untuk memberikan bantuan bagi mereka yang sungguh-sungguh membutuhkan. Sebagai kebijakan ekonomi pasar politik liberal menitikberatkan pada tatanan hukum dan ekonomi yang bebas, pada jaminan terhadap kepemilikan, pada moral pasar yang muncul sejalan dengan sejarah, pada tanggung jawab dan kepentingan pribadi rakyat serta pada dinamika persaingan. Politik liberal mempertahankan dan menjamin kebebasan warga terhadap campur tangan pemerintah dan kekuasaan kelompok-kelompok tertentu. Dengan kebebasan yang diberikannya kepada setipa individu, politik liberal tidak hanya membebaninya dengan tanggung jawab untuk dirinya sendiri dan keluarganya, melainkan juga tanggung jawab untuk ikut ambil bagian dalam kelompok-kelompok kecil masyarakat dan dalam masyarakat sipil. Jadi, politik liberal sama sekali bukan seperti yang diyakini lawan politik liberal politik individualisme yang salah (v. Hayek) yang memandang individu sangat terisolasi dari tanggung jawab dan partisipasi dalam masyarakat.

You might also like