You are on page 1of 25

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan pada sistem tenaga listrik tidak saja disebabkan oleh hal-hal yang terjadi didalam bumi, tetapi juga bisa disebabkan dari luar bumi.Hal itu terjadi karena cuaca antariksa yang disebabkan oleh aktivitas matahari.Geomagnetic Storm (Badai Geomagnetik) merupakan sebuah gangguan pada magnet bumi yang terjadi akibat sebuah aktivitas dari matahari atau yang dikenal dengan nama badai matahari. Adanya isu kiamat yang terjadi pada tahun 2012 juga dikaitkan dengan peristiwa ini, dengan melibatkan ilmu sains dan teknologi, memang akan terjadi aktivitas matahari yang cukup besar yang didasarkan pada siklus mataharinya. Dengan beberapa landasan itulah penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai masalah ini yang lebih terfokuskan mengenai efek yang ditimbulkannya yang berhubungan dengan sistem jaringan listrik yaitu Geomagnetic Induced Current, untuk diangkat menjadi sebuah judul Tugas Akhir. Badai Geomagnetik merupakan sebuah fenomena alam yang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan lisrtik, sistem navigasi, sistem komunikasi HF dan satelit. Badai Geomagnetik disebabkan oleh sebuah aktivitas matahari yaitu Coronal Mass Ejection (CME) dimana CME adalah peristiwa lontaran plasma/solar wind(angin matahari) yang terjadi pada lapisan korona matahari yang terdiri dari proton,elektron dan sejumlah elemen berat seperti helium,oksigen dan besi,dimana plasma merupakan tingkat ke-empat dari materi, bukan gas, cair ataupun padat.Badai Geomagnetik terjadi ketika adanya interaksi antara medan magnet bumi dengan angin surya, yang mengakibatkan shock wave pada magnetosphere bumi,ketika energi partikel dari angin surya ini bertemu dengan magnetosphere bumi terjadi aliran arus dilapisan atmosfir bumi yang disebut dengan arus electrojet, arus ini berada sekitar

100 km diatas permukaan bumi, dimana arus ini terjadi karena fluktuasi medan geomagnet. Arus ini mengalir kepermukaan bumi yang menyebabkan perbedaan potensial diatas permukaan bumi yang disebut dengan Earth Surface Potensial (ESP). ESP bertindak sebagai sumber tegangan yang berlaku diantara dua ground transformator yang terletak pada ujung-ujung jaringan panjang transmisi arus. ESPini menghasilkan arus-arus induksi yang dikenal dengan Geomagnetic Indued Current (GIC) yang berjalan melewati netral trafo dan mengalir sepanjang kawat transmisi dan efek yang ditimbulkan dalah kerusakan pada trafo, dimana kerusakan terbesar pernah terjadi pada trafo Hydro Quebec (Kanada) pada tahun 1989 yang menyebabkan trafo tersebut terbakar dan terjadi Black Outselama 9 jam. GIC mempunyai karakteristik dibawah 1Hz, sehingga GIC seolah-olah merupakan arus DC.Besarnya kuat arus GIC tergantung dari resistansi tanah disekitar trafo,intensitas badainya dan juga lintang geografisnya. Dampak lain yang terjadi selain badai geomagnetik saat terjadi aktivitas matahari adalah timbulnya aurora pada atmosfir bumi, yang bisa kita lihat pada daerah yang mempunyai lintang tinggi ataupun menengah. Studi tentang pengukuran GIC sudah banyak dilakukan di negaranegara lain,namun belumbanyakdilakukan di Indonesia.Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain olehJ. Koen, C.T. Gaunt (Geomagnetically Induced Currents at Mid-Lattitude) yang mengukur besarnya GIC pada transormator Grassridge dan Hydra yang mendapati GIC sebesar 3A dan 1,6A.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Bagaimana mendapatkan nilaiGeomagnetic Induced Current (GIC) pada neutral transformator? 2. Bagaimana mengetahui saat terjadinya Badai Geomagnetik? 3. Apa dampak yang diakibatkan oleh Geomagnetic Induced Current (GIC) pada transformator?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan objektif yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendapatkan besarnya nilai GIC pada netral trafo. 2. Mengetahui waktu terjadinya Badai Geomagnetik sesuai dengan indeks Dstnya. 3. Untuk mengetahui dampakyang diakibatkan oleh GIC pada trafo.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan pada PT.PLN (Persero) bermanfaat untuk bisa memahami cara pengukuran GIC pada trafo serta dampak yang ditimbulkannya, sehingga bisa melakukan preventif sedini mungkin saat terjadinya badai geomagnetik dalam skala besar sehingga dapat meningkatkan mutu penyaluran daya listrik PT. PLN kepada konsumen.

1.5 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Pengukuran GIC dilakukan pada GI Cawang dan GI Tasik. 2. Tidak membahas terlalu mendalam tentang proses terjadinya aktivitas matahari. 3. Indeks yang digunakan dalam menentukan badai geomagnetik adalah Dst Index. 4. Spesifikasi trafo yang digunakan dalam pengukuran ini adalah trafo hubungan Y-Y.

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan yang dilakukan dalam Tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan tentang cuaca antariksa (aktivitas matahari),Geomagnetic Induced Current (GIC), teori medan magnet dan teori transformator. BAB III : METODELOGI PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan cara pengukuran GIC pada netral trafo yang berdasarkan pada indeks Dst nya. BAB IV : HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Pada bab ini adalah hasil penelitian dan analisa yang dilakukan berdasarkan perancangan yang digunakan pada bab III. BAB V : KESIMPULAN Pada bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktivitas Matahari Tidak hanya di bumi, cuaca juga dapat terjadi di antariksa.Cuaca antariksa disebabkan oleh adanya aktivitas matahari yang melontarkan miliyaran ton partikel dan plasma berenergi tinggi serta radiasi gelombang elektromagnetik. Lontaran partikel dan radiasi yang mengarah ke bumi akan mempengaruhi lapisan atmosfer, sistem teknologi, serta aktivitas manusia di antariksa dan di bumi. Terdapat empat aktivitas matahari, diantaranya Sunspot, Flare, Prominensa dan Coronal Mass Ejection (CME).Variasi fenomena fisis yang terkait dengan cuaca antariksa seperti badai geomagnetik (geomagnetic storms) dan substorms, memberikan energi pada sabuk Van Allen hingga dapat menimbulkan aurora, arus induksi geomagnetik (geomagnetically induced current) di permukaan bumi, serta perubahan kondisi ionosfer yang dapat menyebabkan gangguan komunikasi dan navigasi.

2.1.1 Sunspot Sunspot adalah bintik hitam yang biasa tampak di permukaan matahari. Daerah dengan sunspot di matahari memiliki medan magnet yang sangat besar mencapai 1000-4000 Gauss. Daerah sunspot ini memiliki suhu yang relative lebih rendah dibandingkan dengan permukaan matahari sehingga sunspot terlihat lebih gelap dibandingkan permukaan di sekelilingnya.Sunspot diyakini merupakan penampakan garis medan magnet yang terpuntir di permukaan matahari.

Gambar 2.1 Aktivitas Matahari Berupa Sunspot

2.1.2 Flare Flare adalah ledakan di matahari akibat terbukanya salah satu loop medan magnet di matahari. Selain melepaskan partikel berenergi tinggi, flare juga memancarkan radiasi gelombang electromagnet seperti sinar X dan sinar Gamma.Radiasi gelombang elektromagnetik ini dapat mencapai bumi hanya dalam waktu sekitar delapan menit, sedangkan partikel bernergi tingginya membutuhkan waktu sekitar satu atau dua hari. Adanya flare yang besar cukup berdampak serius pada cuaca antariksa secara keseluruhan

Gambar 2.2 Aktivitas Matahari Berupa Flare

2.1.3 Prominensa Prominensa adalah peristiwa ledakan di matahari yang tampak di tepian matahari seperti lidah yang menjulur.Prominensa tampak terang dan panas meskipun sebenarnya lebih dingin dari atmosfer matahari seperti kromosfer dan korona. Jika terlihat dari depan, prominensaakan tampak seperti garis yang melintang di matahari dan disebut filament. Prominensa dan filament dapat bertahan selama beberapa hari dan menyemburkan energi yang besar ke seluruh tata surya.

Gambar 2.3 Aktivitas Matahari Berupa Prominensa

2.1.4 Coronal Mass Ejection CME merupakan singkatan dari Coronal Mass Ejection atau Lontaran Massa Korona. Seperti terlihat dari namanya, CME merupakan lontaran sebagian massa dari daerah korona matahari. CME teramati dari kamera di satelit seperti letupan yang menyembur dari matahari. Energy yang dilepaskan pada peristiwa CME ini sangat besar karena mengandung massa yang besar dan kecepatan yang tinggi.Pada saat terjadi CME, 2 1011 Kg hingga 4 1013 Kg materi dari korona terlontar dengan energi mulai dari 1022 Joule hingga 6 1024 Joule. Kecepatan materi CME bervariasi dari 20 Km/s mencapai 2000 Km/s, dengan rata-rata kecepatannya mencapai 350 Km/s. Lontaran materi CME ini dapat mencapai bumi dalam waktu satu hingga tiga hari.Data terjadinya CME diambil dari pengamatan satelit Solar and

HeliosphericObservatory (SOHO) dan Advanced Composition Explorer Spacecraft (ACE) yangbersumber dari International of Solar Terrestrial Physics (ISTP).

Gambar 2.4 Aktivitas Matahari Berupa Coronal Mass Ejection

2.2 Siklus Matahari Selain berputar mengelilingi pusat galaksi, matahari juga berputar pada porosnya sendiri.Perputaran matahari pada porosnya sendiri ini disebut sebagai rotasi.Periode rotasi matahari dapat diketahui berdasarkan pengamatan sunspot.Dengan melihat pergeseran letak sunspot setiap harinya, maka periode rotasi matahari dapat diperkirakan.Jika periode rotasi bumi sama untuk daerah ekuator dan kutubnya, tidak demikian halnya dengan matahari. Wujud matahari yang berupa gas menyebabkan periode rotasi matahari untuk daerah ekuator dan kutubnya berbeda.Di ekuator, untuk satu kali rotasi membutuhkan waktu 25 hari.Sedangkan untuk daerah kutub, satu kali rotasi membutuhkan waktu 36 hari.Perbedaan kecepatan rotasi untuk daerah dengan lintang yang berbeda di matahari ini dinamakan sebagai rotasi diferensial. Adanya rotasi diferensial diyakini menyebabkan terpuntirnya medan magnet matahari sehingga menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan medan magnet di permukaan matahari ini menimbulkan beberapa fenomena di matahari seperti sunspot, flare, dan CME.Siklus matahari menunjukkan adanya saat-saat awal siklus, puncak siklus, dan akhir siklus.Puncak aktivitas matahari terjadi saat siklus matahari mencapai

puncaknya.Sedangkan aktivitas matahari di saat awal dan akhir siklus cenderung tenang.Periode satu siklus matahari berkisar antara 9 hingga 13 tahun dengan ratarata siklus sekitar sebelas tahun.Puncak siklus matahari terakhir kali terjadi sekitar tahun 2001-2002.Itu berarti puncak siklus berikutnya terjadi pada tahun 2012-2013.

Gambar 2.5 Siklus Matahari

2.3 Angin Matahari Aktivitas matahari melepaskan banyak sekali partikel dan radiasi gelombang electromagnet berenergi tinggi.Aliran partikel bernergi tinggi dari matahari tersebar ke seluruh penjuru tata surya seperti hembusan angin di bumi yang disebut sebagai angin matahari. Angin matahari mengandung partikel-partikel bermuatan listrik yang saat tertiup ke bumi sanggup mempengaruhi dinamika medan magnet dalam ruang antarplanet. Saat terjadi aktivitas matahari yang besar, angin matahari berhembus dengan kecepatan lebih tinggi dan membawa partikel dengan energy yang lebih besar dari biasanya.Kondisi normal kecepatan angin matahari sekitar 300-900 km/detik, tetapi dalam kasus tertentu kecepatan angin matahari dapat mencapai lebih dari 2000

10

km/s. Angin matahari terdiri dari electron, proton berenergi tinggi (sekitar 1 keV) yang dapat melewati gravitasi matahari, karena partikelkinetik yang tinggi. Beberapa peristiwa yang berhubungan dengan angin matahari yaitu badai geomagnetik, ekor plasma komet yang selalu mengarah menjauhi matahari. Angin matahari juga dapat berefek pada gangguan orbit penerbangan satelit dan timbulnya aurora pada daerah dengan lintang tinggi dan menengah.

Gambar 2.6 Angin Matahari yang Mengarah ke Bumi

2.3.1 Aurora Auroraatau Northen-Southern Light adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).Aurora dapat terlihat pada daerah yang mempunyai lintang tinggi-menengah di belahan utara dan selatan bumi.Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan namaAurora Borealis. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora

11

Australismempunyai sifat-sifat yang serupa.Aurora terbentuk karena interaksi partikel-partikel atmosfer bumi dengan partikel bermuatan dari matahari yang disebut dengan plasma.plasma adalah partikel sejenis gas yang telah terionisasi. pada umumnya gas tidak bermuatan, tetapi karena suhu yang sangat panas di matahari menyebabkan partikel gar terionisasi maka terbentuklah plasma. plasma ini dipancarkan matahari ke segala arah (biasanya pada saat terjadi aktivitas matahari pancaran plasma bertambah), kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yang terpusat di kutub utara dan selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi.Saat bertemu dengan partikel atmosfer bumi terjadi eksitasi-relaksasi elektron sehingga memendarkan warna yang indah.Munculnya aurora harus memiliki dua prasyarat, pertama suhu harus rendah, kedua cuaca harus cerah. Sejumlah besar negara di dunia juga kerap akan tampak aurora, di antaranya termasuk Norwegia, Rusia, Finlandia, Kanada bagian utara, Alaska dan AS bagian Utara.Aurora cemerlang penuh warna, indah penuh pesona.Ini adalah cahaya yang dipancarkan setelah mendapat benturan karena dalam atmosfer mengandung sejumlah besar gas dari unsur yang berbeda. Umumnya Cahaya Kutub yang sering ditemui berwarna hijau kekuningan, ini disebabkan bagian partikel yang membawa energi berbenturan dengan molekul oksigen yang hanya berjarak 20km dari permukaan bumi, ketika molekul nitrogen mendapat benturan partikel, akan memancarkan cahaya ungu kemerahan. Nitrogen, akan memancarkan cahaya biru.Sedangkan nitrogen yang netral akan memancarkan cahaya merah. Karena itu, orang-orang baru dapat melihat garis cahaya merah, biru, hijau dan ungu yang berselang-seling menyelimuti angkasa.Bahkan aurora yang indah cermerlang memperlihatkan bentuk yang selalu berubah, ada yang berbentuk tirai, busur, pita, sinar dan berbagai macam bentuk lainnya.Kuat atau lemahnya solar wind dipengaruhi aktivitas di permukaan matahari, saat matahari semakin aktif, bintik di permukaan semakin banyak atau terjadi letusan protuberan atau lubang korona semakin besar, solar wind yang dipancarkan semakin kuat.Partikel bermuatan listrik yang terkandung di dalamnya semakin banyak.

12

Gambar 2.7 Penampakan Aurora

2.3.2 Gangguan Orbit Satelit Gerak satelit di ruang angkasa dapat di lihat dari orbitnya yang diwakili oleh beberapa parameter diantaranya inklinasi yang menyatakan sudut antara bidang ekuator bumi dengan bidang orbit satelit, posisi dan kecepatan satelit.Dalam desain awal orbit sebelum satelit di luncurkan, orbit satelit selalu di asumsikan berbentuk lingkaran.Pada umumnya, satelit di tempatkan berdasarkan misinya. Untuk satelit dengan misi komunikasi, pada umumnya di tempatkan pada ketinggian orbit Geosinkronus, yakni sekitar 36.000 km dari permukaan bumi. Sedangkan untuk misi penginderaan jauh, pada umumnya satelit di tempatkan pada ketinggian orbit rendah, yakni di bawah 1000 km dari permukaan bumi.Perubahan cuaca antariksa yang ekstrem dapat menyebabkan terjadinya pemuatan listrik di satelit sehingga mengganggu operasional satelit. Gangguan cuaca antariksa juga dapat menyebabkan penurunan ketinggian orbit satelit sehingga orbit satelit mengalami perubahan atau bahkan meluruh ke bumi. Adanya radiasi yang besar saat terjadi badai matahari juga dapat berdampak buruk bagi para astronot yang berada di luar angkasa.

13

Gambar 2.8 Satelit Ruang Angkasa 2.3.4 Badai Geomagnetik Badai geomagnetik disebabkan angin surya yang dihasilkan oleh Coronal Mass Ejection.Ketika sebuah Coronal Mass Ejection (CME) terjadi dipermukaan matahari, maka angin surya menginjeksikan partikel bermuatan berkecepatan tinggi menuju bumi. Saat bertemu dengan magnetosfer bumi maka terjadi Interplanetary Shock (IPS). Resultan dari IPS mengkompresi magnetosfer bumi menyebabkan kenaikan mendadak medan magnet dipermukaan bumi. Peristiwa selanjutnya adalah terjadi badai geomagnetic dan akan semakin intens pada saat bersamaan medan magnet antar planetnya (Interplanetary Magnetic Field) mengarah keselatan.

Gambar 2.9 Peristiwa Badai Geomagnetik

14

2.3.5 Geomagnetic Induced Current Gangguan badai geomagnetic karena Coronal Mass Ejection (CME) kadangkala dapat terjadi secara ekstrim. Peristiwa ini sering menyebabkan rusaknya peralatan teknologi tinggi untuk pemantau cuaca antariksa seperti satelit, system navigasi, komunikasi HF, dan juga terbakarnya trafo listrik. Pada saat badai geomagnetic besar, hluktuasi medan geomagnet menimbulkan fluktuasi arus ionosfer yang mengalir dipermukaan bumi.Aliran arus ionosfer ini menimbulkan perbedaan potensial diatas permukaan bumi yang dinamakan Earth Surface Potensial (ESP). ESP ini bertindak sebagai sumber tegangan yang berlaku diantara dua ground netral trafo yang terletak pada ujung-ujung jaringan panjang transmisi arus. ESP juga menghasilakan arus-arus induksi yang diketahuin sebagai Geomagnetically Induced Current (GIC), melewati ground netral trafo dan mengalir sepanjang jaringan kabel transmisi. Besarnya kuat arus GIC yang timbul di trafo dipengaruhi oleh intensitas badai geomagnetnya dan lintang geografisnya. Badai geomagnetic besar yang terjadi pada tahun 1989 di Kanada menyebabkan terjadinya saturasi pada trafo Hydro Quebec yang menyebabkan trafo terbakar dan terjadi Black Out selama 9 jam. GIC mempunyai karakteristik frekuensi <1 Hz sehingga seolah-olah merupakan arus DC

Gambar 2.10 GIC Pada Trafo

15

Gambar 2.11 Saturasi Pada Trafo Daya Reaktif Trafo saat terjadi GICdapat dihitung dengan persamaan:

Dimana: Iexc = Arus exciting trafo (tanpa DC) Idc = Arus trafo pada lilitan trafo

16

2.4 Medan Magnet Medan magnet mempunyai kekuatan untuk menarikatau menolak bahan/benda yang mempunyai sifat kemagnetan. Sifat kemagnetan bahan sering diukur oleh mudah tidaknya suatu bahan dipengaruhi oleh medan magnet. Medan magnet ini muncul pada suatu konduktor yang dialiri arus. Arus yang berubah terhadap waktu akan menimbulkan medan magnet yang berubah terhadap waktu dan menimbulkan medan listrik induksi. Jadi sifat kemagnetan dan kelistrikan dan terjadi bolak balik sebagai penyebab dan akibat, dan sering dinamakan sebagai medan elektromagnet.

2.4.1 Induksi Magnet Pada suatu titik ada medan magnet bila muatan yang bergerak pada titik tersebut mengalami gaya magnet. Medan magnet ini dikenal juga sebagai induksi magnet. Induksi magnet dapat dilukiskan sebagai garis garis yang arah singgungnya pada setiap titik menunjukkan arah vektor induksi magnet di titik-titik tersebut. Banyaknya garis-garis induksi magnet yang melalui satuan luas bidang dinyatakan sebagai besar induksi magnet di titik tersebut. Banyaknya garis-garis induksi magnet dinamakan fluks magnet sedang banyaknya garis-garis induksi magnet persatuan luas dinamakanrapat fluks magnet (B). Hubungan antara fluks magnet dan rapat fluks magnet dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai: = B.A.cos Dimana : = fluks magnet (W) B = Induksi magnet (w/m2) = sudut A = Luas penampang (m2)

17

Dalam sistem MKS, satuan fluks magnet adalah weber (W) atauTesla m2, sedang satuan rapat fluks magnet adalah weber/m2 (W/m2) atau dikenal dengan Tesla (T). Untuk sistem CGS satuan fluks magnet adalah Maxwell (M), sedang satuan rapat fluks magnet adalah Maxwell/cm2 (M/cm2). Satuan Maxwell/cm2 disebut juga dengan nama Gauss (G). Hubungan satuan sistem MKS dan sistem CGS adalah 1 T = 104 G.

Gambar 2.12 Induksi magnet Apabila arus mengalir ke atas arah B berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dan jika arah arus ke arah bawah maka arah induksi magnet B searah dengan arah putaran jarum jam.

18

Gambar 2.13 Arah arus dan arah induksi magnet

2.4.2 Induksi Elektromagnetik Jika kawat berarus dapat menimbulkan medan magnet disekitarnya (yang arahnya menurut aturan tangan kanan) menurut hokum Bio-savart.Amatlah beralasan jika kita mempertanyakan apakah hal sebaliknya bisa terjadi?.Pertanyaan ini dijawab oleh Faraday dan Henry melalui percobaannya pada tahun 1830-an melalui sebuah magnet batang yang dililit oleh suatu kawat penghantar, diharapkan pada kawat penghantar ini timbul arus yang nantinya diukur oleh suatu Galvanometer. Akan tetapi arus yang diharapkan tidak terjadi, dan percobaan ini gagal. Akan tetapi Faraday dan Henry mengamati hal yang lain, bahwa ketika batang magnet mulai dimasukkan kedalam lilitan kawat, terjadi arus yang terukur oleh Galvanometer, namun arus tersebut setelah beberapa saat kemudian hilang. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, Faraday dan Henry pun mengambil kesimpulan bahwa perubahan magnetiklah yang menimbulkan arus listrik, bukan hanya medan magnet. Fenomena perubahan medan magnet yang menimbulkan arus listrik inilah dinamakan Induksi Elektromagnet

19

Gambar 2.14 Pada Saat Awal Tidak Ada Arus Yang Terukur Pada Galvanometer Karena Tidak Ada Perubahan Fluks Magnet

Gambar 2.15 Pada Saat Magnet Didekatka Timbul Fluks Magnet Yang Menyebabkan Timbulnya Arus Listrik 2.4.3 Medan Magnet Bumi Bumi merupakan kutub magnetic yang besar dengan kutub-kutub magnetic utara dan selatan kira-kira pada 750LU,1010BB, dan 670LS, 1430BT. Pusat Dwikutub ini bergeser kira-kira 750 mil dari pusat geometris bumi

20

Gambar 2.16 Medan Magnet Bumi Persamaan rumus untuk menetukan induksi magnet pada bumi adalah:

Dimana:

B = Induksi magnet ( T ) M = Magnetic Moment (A-m2)


0 = Magnetic

Konstan (H/m)

r = Jarak dari pusat dipole (m) Dengan rata-rata induksi magnet equator sebesar 31.000 nT dan radius buminya 6.378 km, maka besar magnetik momentnya adalah sebesar:

21

2.4.4 Parameter Medan Geomagnetik Besaran dari medan F, sudut inklinasi I dengan Horizontal, sudut deklinasi D dengan utara geografis, secara komplit mendefinisikan medan magnet utama. Selain D dan I dalam penyelidikan Geofisika medan utama sering juga dinyatakan dalam komponen tegak (vertikal) V atau Z, yang diambil positif jika kebawah, dan komponen horisontal H yang harganya selalu positif, juga komponen X dan Y

Gambar 2.17 Elemen-elemen Medan Magnet Bumi Dari gambar diatas diperolehn hubungan :

Dimana:

Dengan penjelasan sebagai berikut: D = Deklinasi (derajat) sebesar 18,970 dan berubah -0.3070/tahun

22

I = Inklinasi (derajat) sebesar 74,1440 dan beriubah -0,0120/tahun X = Komponen Utara sebesar 14.416,14 nT dan berubah +16,27 nT/tahun Y = Komponen Timur sebesar 4.955,46 nT dan berubah -80,63 nT/tahun H = Intensitas Horizontal sebesar 15.244,07 nT dan berubah -10,6 nT/tahun Z = Vertikal Komponen sebesar 53.669,56 nT dan berubah +5,27 nT/tahun F = Total Intensitas sebesar 55.792,5 nT dan berubah +2,18 nT/tahun

2.5 Transfornator Transformator tenaga adalah sutau peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Dalam operasi umumnya, trafo-trafo tenaga ditanahkan pada tititk netralnya sesuai dengan kebutuhan untuk system pengamanan atau proteksi.Sebagai contoh trafo 150/70 kV ditanahkan secara langsung disisi netral trafo 150 KV, dan trafo 70/20 KV ditanahkan dengan tahanan disisi netralnya 20 kV.

23

Gambar 2.18 Trafo Daya 2.5.1 Cara Kerja dan Fungsi bagian Trafo A.Bagian Utama 1.Inti Besi Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalannya fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan.Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berosilasi untuki mengurangi panas yang ditimbulkan oleh edy current. 2. Kumparan Trafo Pada trafo terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan AC maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang menimbulkan induksi tegangan,jika pada pada rangkaina sekunder ditutup maka mengalir arus pada kumparan tersebut. 3.Kumparan Tertier Fungsi kumparan tertier adalah untuk memperoleh tegangan tertier atau kebutuhan lain.

24

4.Minyak Trafo Sebagian besar trafo tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas dan juga sebagai isolasi sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi 5.Bushing Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing, yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki trafo 6.Tangki dan Konservator Pada umumnya bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada didalam tangki untuk menampung pemuaian pada minyak trafo, pada tangki dilengkapi sebuah konservator B.Peralatan Bantu 1.Pendingin Berfungsi untuk menyalurkan panas keluar trafo 2.Tap Changer Perubah perbandingan trafo untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang diinginkan dari tegangan jaringan primer yang berubah-ubah. 3.Alat Pernapasan Sebagai penstabil suhu minyak trafo

25

4.Indikator Sebagai pengawas saat trafo mulai beroperasi. C.Peralatan Proteksi 1.Relai Bulchoz 2.Relai tekanan lebih 3.Relai Diferensial 4.Relai Arus lebih 5.Relai Tangki tanah 6.Relai Hubung tanah 7.Relai Termis

You might also like