You are on page 1of 44

ADMINISTRASI PEMERINTAH

B A B XX ADMINISTRASI PEMERINTAII A. PENDAHULUAN Usaha penyempurnaan Administrasi Pemerintah secara teratur dan bertahap dan terus-menerus semenjak tahun 1966 dan selama Repelita I, telah dilanjutkan dalam tahun pertama (1974/75) Repelita II. Sasaran dari kegiatan di bidang penyempurnaan Administrasi Pemerintah dalam tahun pertama Repelita I I ditujukan kepada penyempurnaan sarana administrasi dalam rangka meningkatkan kemampuan aparatur untuk menggerakkan dan memperlancar pelaksanaan pembangunan. Hal ini adalah penting karena tuntutan di bidang administrasi pemerintah dalam Repelita II adalah jauh lebih besar dari pada apa yang dihadapi pada masa Repelita I sebagai akibat meningkatnya pembangunan. Dalam hubungan ini maka pada tahun pertama pelaksanaan Repelita II dilakukan peningkatan usaha-usaha yang ditujukan kepada penyempurnaan segi-segi kelembagaan, prosedur kerja, kepegawaian serta sarana dan fasilitas kerja, baik pada aparatur Departemen maupun Lembaga Pemerintah Non Departemen, aparatur perekonomian negara maupun aparatur pemerintahan di daerah. Penyempurnaan administrasi untuk sektor-sektor tertentu yang memperoleh prioritas seperti misalnya perbaikan administrasi dalam pengadaan pangan, pembangunan perumahan, perbaikan gizi rakyat, pembangunan prasarana, pembinaan lembaga-lembaga keuangan, dan lain-lain termasuk pula dalam ruang lingkup kegiatan dalam tahun pertama pelaksanaan Repelita II.

781

Di dalam rangka penyempurnaan administrasi pemerintah diusahakan pula perbaikan di bidang sistim pembiayaan pembangunan. Hal ini disebabkan oleh karena pembangunan akan dapat lebih berhasil dengan adanya mobilisasi serta penggunaan dana-dana pembangunan secara efektif. Perbaikan sistim administrasi dan pembiayaan pembangunan yang dilakukan secara terus-menerus meliputi perencanaan program dan proyek, pengkaitan perencanaan dan penyusunan anggaran, prosedur pelaksanaan anggaran, laporan pelaksanaan dan pengawasan proyek-proyek pembangunan. B. PENYEMPURNAAN REPELITA I ADMINISTRASI PEMERINTAH DALAM

Selama Repelita I sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan di bidang penyempurnaan administrasi pemerintah dan telah menampakkan hasil-hasilnya pula. Usaha-usaha itu mencakup antara lain penertiban dan penyempurnaan organisasi Pemerintah Pusat, hubungan kerja antar lembaga, organisasi Pemerintah Daerah, administrasi kepegawaian, perusahaan negara, administrasi pengawasan, administrasi keuangan serta sistim administrasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Dalam bidang organisasi Pemerintah Pusat telah diadakan perumusan yang lebih tegas dan jelas tentang tugas pokok dan fungsi departemen-departemen serta penertiban dalam struktur organisasinya. Di samping itu juga telah dilakukan penyederhanaan berbagai lembaga pemerintah lainnya serta peningkatan efistensi kerjanya. Pada tahun terakhir Repelita I telah disusun perbaikan tugas pokok, fungsi, dan susunan organisasi departemen-departemen yang dengan demikian diharapkan akan lebih meningkatkan kemampuan kerja departemen-departemen dalam rangka pelaksanaan Repelita II dengan permasalahannya yang jauh lebih besar dan lebih kompleks dari pada Repelita I.

782

Usaha-usaha perbaikan dalam hubungan kerja, baik hubungan kerja antar lembaga maupun hubungan kerja dalam lembaga itu sendiri telah menghasilkan adanya pola-pola dan praktek-praktek hubungan kerja yang lebih mantap, baik dalam aparatur Pemerintah Pusat, aparatur Pemerintah Daerah, maupun antara aparatur Pemerintah Pusat dengan aparatur Pemerintah Daerah. Bidang hubungan kerja ini merupakan bidang yang cukup penting oleh karena dalam pelaksanaan tugastugas pemerintah khususnya program-program pembangunan seringkali melibatkan beberapa lembaga pemerintah. Hal ini terutama banyak terjadi dalam pelaksanaan program-program pembangunan, seperti program keluarga berencana, program peningkatan produksi pangan, program penanaman modal, tata penyelenggaraan administrasi pembiayaan pembangunan, administrasi bantuan luar negeri, tata penyelenggaraan perdagang- an luar negeri khususnya untuk meningkatkan ekspor, dan lain sebagainya. Mengenai hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, telah dikeluarkan berbagai pedoman dan petunjuk agar segala kegiatan yang terjadi di daerah dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Sebagai dasar dan pengarahan yang lebih mantap sesuai dengan keadaan dalam pengembangan pelaksanaan otonomi daerah, sertatantra dan dekonsentrasi, maka dalam tahun terakhir Repelita I, telah diundangkan Undangundang No. 5 tahun 1974 mengenai Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah sebagai pengganti dari Undang-undang No. 18 tahun 1965 yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang baru itu diharapkan agar dapat dijamin keserasian antara pelaksanaan desentralisasi (otonomi), sertatantra, dan dekonsentrasi. Hal ini dibarengi pula dengan berbagai usaha penyusunan administrasi keuangan daerah. Dalam bidang kepegawaian telah pula dilakukan usahausaha perbaikan secara terus-menerus. Usaha-usaha tersebut antara lain berupa peningkatan penerimaan gaji pegawai ne-

783

geri secara bertahap yang dilakukan setiap tahun. Kecuali itu tambahan gaji (tunjangan kerja) diberikan atas dasar gaji pokok. Juga diadakan penyempurnaan dalam sistim dan prosedur pensiun sehingga keputusan serta pelaksanaan pembayaran pensiun berjalan dengan lebih mudah dan lebih lancar. Salah satu usaha yang penting pula dalam perbaikan bidang kepegawaian ini ialah diselenggarakannya pendaftaran ulang pegawai negeri sipil pada bulan Maret 1974. Dari hasil pendaftaran ulang (tersebut telah diperoleh data yang lengkap dan dapat lebih dipercaya mengenai pegawai negeri sipil. Data tersebut sangat penting artinya sebagai dasar bagi perencanaan dan pembinaan pegawai negeri sipil pada waktu yang akan datang. Penertiban dan perbaikan terhadap badan-badan usaha ne-gara telah dilakukan dengan mengadakan penyederhanaan jumlah dan bentuknya. Dalam usaha penertiban perusahaan-perusahaan negara itu Pemerintah berpegang pada prinsip deetatisme dan demokrasi ekonomi. Sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 9 tahun 1969 telah banyak perusahaan-per-usahaan negara yang dialihkan bentuknya ke dalam salah satu bentuk badan usaha negara yang baru yaitu : Perjan, Perum, atau Persero. Di samping itu diusahakan supaya Perusahaanperusahaan Negara dapat bekerja atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat. Kecuali itu mulai pula dilakukan langkah-langkah pembinaan berbagai lembaga-lembaga keuangan serta Pasar Uang dan Modal untuk menunjang kegiatan-kegiatan ekonomi dalam masyarakat dalam rangka meningkatkan investasi yang produktif. Di bidang pengawasan telah dilakukan dan ditingkatkan penertibannya, baik dalam segi organisasi aparatur pengawasan itu, maupun dalam segi sistim dan prosedur pelaksanaan pengawasannya. Untuk lebih memantapkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan antara lain 784

Wakil Presiden melaksanakan pengawasan tersebut dengan bantuan Departemen-

departemen, dalam hal ini Para Inspektur Jenderal. Di samping itu telah diangkat 3 orang Inspektur Jenderal Pembangunan yang dberi tugas mengawasi pelaksanaan proyekproyek pembangunan. Usaha-usaha penyempurnaan dalam bidang administrasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan telah dilakukan secara terus-menerus, terutama penyempurnaan perencanaan program-program dan proyek dalam rencana tahunan. Sebagai hasil dari penyempurnaan itu maka tinjauan terhadap hasil pelaksanaan pembangunan dan perkiraan sumber-sumber pembiayaan dapat diselesaikan pada waktunya. Selanjutnya atas dasar perkiraan itu dapat disusun rencana anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai pencerminan utama dari rencana tahunan. Dalam hubungan ini terus-menerus diadakan usaha peningkatan kemampuan unit-unit perencanaan departemen dan unit-unit perencanaan Daerah serta hubungan kerja antar aparatur dalam bidang perencanaan. Di samping itu di dalam administrasi pelaksanaan pembangunan telah pula dilakukan penyempurnaan sistim pembiayaan pembangunan dan pengawasan keuangan negara. Hal itu antara lain dituangkan dalam prosedur pelaksanaan anggaran yang ditetapkan tiap tahun. C. KEBIJAKSANAAN DAN SASARAN PENYEMPURNAADMINISTRASI PEMERINTAH AN

Tata penyelenggaraan pemerintahan harus mencerminkan peranan pemerintah dalam pembangunan. Pembangunan dewasa ini yang mempunyai prioritas di bidang ekonomi, penyelenggaraannya bersendikan demokrasi ekonomi. Pembangunan ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang menggairahkan perkembangan dunia usaha dengan tetap berorientasi kepada kepentingan rak-

785

yat. Dalam menjalankan peranannya di bidang ekonomi yang lebih menekankan kepada pengarahan dan dorongan kegiatan ekonomi, Pemerintah sebanyak mungkin mengurangi penguasaan serta pengurusan sendiri kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut. Karena itu administrasi Pemerintah perlu disempurnakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan, usaha penyempurnaan Administrasi Pemerintah ditujukan agar tidak hanya mampu menjalankan tugas-tugas umum pemerintahan tetapi juga mampu melaksanakan tugas pembangunan yaitu dalam arti menyusun rencana, program serta pengendalian daripada pelaksanaan pembangunan itu secara baik. Hal ini baik mengenai rencana lima tahun maupun terutama dalam pelaksanaan rencana tahunan. Penyempurnaan aparatur pemerintah ditujukan supaya benar-benar menjadi alat yang berwibawa, kuat, stabil, efektif, efisien, dan bersih, penuh kesetiaan dan ketaatan kepada negara dan pemerintah. Aparatur tersebut diisi oleh tenaga-tenaga ahli dan mampu menjalankan tugas di bidang masingmasing dan hanya mengabdikan diri kepada kepentingan negara dam rakyat. Yang terakhir ini juga berarti mengembangkan terus sistim karier yang didasarkan atas sistim prestasi kerja yaitu orientasi kepada penghargaan prestasi kerja. Sasaran-sasaran dalam usaha penyempurnaan administrasi pemerintah dalam Repelita II adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelaksanaan fungsi dan hubungan kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembagalembaga Tinggi Negara. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh aparatur negara dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugastugas pembangunan dan orientasi pelayanan kepada masyarakat. Mengusahakan keserasian antara pelaksanaan dekonsentrasi, sertatantra, dan swatantra di Daerah. 2.

3.

786

4. Meningkatkan

5.

keserasian hubungan kerja antar lembaga terutama dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program pembangunan sektoral serta program-program yang sifatnya antar sektor yang melibatkan berbagai departemen/lembaga serta khususnya yang merupakan proritas. Meningkatkan pengawasan pembangunan dengan tetap mengusahakan adanya keluwesan dalam pelaksanaan. 6. Meningkatkan produktivitas kerja, iklim kegairahan kerja untuk menegakkan disiplin kerja di bidang kepegawaian dalam rangka pembinaan sistim karier pegawai negeri sipil. 7. Membina dan menyempurnakan badan-badan usaha ekonomi, lembaga-lembaga keuangan dalam rangka pembinaan dunia usaha. 8. Menyempurnakan administrasi pelaksanaan pembangunan yang meliputi perencanaan operasionil pembangunan, usaha-usaha mobilisasi sumber-sumber pembiayaan, program perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek, sistim anggaran dan pembiayaan pembangunan, masalah-masalah management dalam pelaksanaan rencana tahunan. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN DAN PENYEMPURNAAN ADMINISTRASI PEMERINTAH 1974/75 1. Aparatur pemerintah HASIL TAHUN

D.

a.

Lembaga-lembaga Negara Tertinggi/Tinggi Negara

Dengan kedudukan MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara dan Presiden, DPR, BPK serta Mahkamah Agung masingmasing selaku Lembaga Tinggi Negara sesuai dengan kemurnian Undang-Undang Dasar 1945 serta dengan tersusunnya hubungan kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga Tinggi Negara sebagaimana telah dituangkan dalam

787
511120

Ketetapan MPR No. VI/MPR/1973 maka telah dapat diletakkan landasan hubungan kerjasama yang serasi antara Lembaga-lembaga tersebut dalam peningkatan pelaksanaan fungsinya masing-masing pada tahun pertama Repelita II. Dalam tahun 1974/75 telah diadakan penyempurnaan organisasi serta personalia dari Lembaga-lembaga negara tersebut,
termasuk sekretariatnya, untuk memungkinkan peningkatan

pelaksanaan tugasnya masing-masing. Dalam pada itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1974 tentang tunjangan kerja bagi pegawai negeri dan pejabat negara, sejak 1 Januari 1975 kepada Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara serta Ketua Muda Mahkamah Agung telah diberikan tunjangan kerja 900% dari gaji/gaji kehormatan di atas penghasilan yang berhak diterimanya berdasar Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1974 tentang gaji/gaji kehormatan/uang kehormatan Ketua/ Wakil Ketua/Anggota Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara. Ketentuan tunjangan kerja ini berlaku juga untuk Presiden dan Wakil Presiden serta para Menteri. b. Administrasi dan aparatur pemerintah tingkat pusat

Perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang administrasi dan aparatur tingkat pusat dalam tahun 1974/75 adalah dituangkannya Pokok-pokok organisasi Departemen dan Susunan Organisasi Departemen, masing-masing dalam Keputusan Presiden No. 44 dan No. 45 tahun 1974 sebagai penyempurnaan terhadap Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. 15/ U/Kep/8/1966 dan No. 75/U/Kep/11/1966. Penataan kembali satuan-satuan organisasi di lingkungan Pemerintah tersebut ditujukan untuk mempertegas sistim organisasi berdasar jalur dan staf serta mempertegas rumusan tugas pokok, fungsi, susunan organisasi serta tata-kerja masing-masing unit berdasar azas koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi untuk kesatuan gerak yang serasi antar unit yang ada, di samping juga mempertegas azas fungsionalisasi dan azas membagi habis tugas satuan organisasi. 788

Selanjutnya melalui koordinasi dan pembahasan bersama antara Departemen dan Menpan telah diusahakan penyempurnaan berbagai organisasi Departemen sesuai dengan prinsip jalur dan staf yang di dalamnya terdapat unsur-unsur pimpinan, pembantu pimpinan termasuk pengawasan, dan unsur pelaksana sebagaimana ditentukan dalam Keputusan Presiden No. 44 dan No. 45 tahun 1974. Dengan dirumuskannya tugas pokok serta fungsi, susunan organisasi, hubungan kerja, administrasi kepegawaian, administrasi perencanaan dan pelaksanaan, administrasi keuangan dan materiil, perwakilan di daerah serta perwakilan di luar negeri dari tiap Departemen yang lebih jelas, diharapkan tiap Departemen benar-benar merupakan alat yang efektif dan efisien. Dan dengan diperjelasnya tanggungjawab masing-masing Departemen dihindarkan terjadinya kesimpang-siuran dalam tugas dan tanggungjawab masing-masing Departemen. Di samping penyempurnaan terhadap organisasi Departemen, pada dewasa ini sedang dilakukan pula penelitian mengenai Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen untuk melengkapi penyempurnaan administrasi dan aparatur pemerintah di tingkat pusat. Dalam pada itu selama tahun 1974/75 telah disempurnakan fungsi dan kedudukan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Keputusan Presiden No. 18 tahun 1974 dan Arsip Nasional dengan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1974. Dalam rangka membantu memecahkan masalah kebutuhan akan perumahan, maka dengan Keputusan Presiden No. 35 tahun 1974 telah dibentuk Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional yang berada langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Badan tersebut berfungsi membantu Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan di bidang pembinaan dan pengembangan perumahan serta mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan dan penyelenggaraannya oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen.

789

Dalam pada itu telah diadakan pula peninjauan kembali mengenai kedudukan dan tugas Dewan Telekomunikasi. Dengan Keputusan Presiden No. 10 tahun 1975 maka ditetapkan pembaharuan Dewan Telekomunikasi yang diketuai oleh Menteri Perhubungan. Dewan Telekomunikasi bertugas memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam soal-soal yang berhubungan dengan penggunaan telekomunikasi dilihat dari segi pengamanan dan pelaksanaan pembangunan dalam arti yang luas. Di samping itu dewasa telah diambil langkah-langkah untuk menyempurnakan lembaga Sekretariat Dewan Pertahanan Keamanan Nasional. c. Penyempurnaan tata hubungan kerja antar lembaga

Penyempurnaan tata hubungan kerja antara berbagai badan/lembaga pemerintah yang telah dilakukan sejak tahun 1966 antara lain meliputi pelaksanaan program-program keluarga berencana, peningkatan produksi dan pengadaan pangan, tata penyelenggaraan administrasi pelabuhan, penyelenggaraan administrasi pembiayaan pembangunan, administrasi bantuan luar negeri, tata penyelenggaraan perdagangan luar negeri khususnya untuk meningkatkan ekspor dan lain-lain. Pada tahun pertama pelaksanaan Repelita II, dalam bidang ini terasa terselenggaranya praktek-praktek hubungan kerja yang lebih mantap, baik mengenai aparatur di tingkat pusat, aparatur di tingkat daerah maupun antara aparatur tingkat pusat dan tingkat daerah. Keputusan Presiden No. 25 tahun 1974 tentang pengangkatan Inspektur Jenderal Pembangunan, demikian pula Instruk- si Presiden No. 8 tahun 1974 tentang tatacara pengawasan atas pelaksanaan proyek-proyek pembangunan merupakan penyempurnaan tata hubungan kerja yang di bidang pengawasan yang pelaksanaannya dilakukan oleh berbagai badan/lembaga pemerintah. Untuk menciptakan koordinasi yang sebaik-baik-

790

nya dalam pelaksanaan pengawasan, maka telah pula diadakan rapat-rapat koordinasi di antara semua aparat pengawasan tingkat Pusat yang dipimpin oleh Wakil Presiden. Dengan kejelasan fungsi serta dengan koordinasi yang baik maka akan dapat dilakukan pengawasan yang efektif dan efisien. Sementara itu dengan Inpres No. 14 tahun 1974 telah pula diletakkan landasan bagi penyelenggaraan usaha-usaha perbaikan, gizi rakyat secara terkoordinir. Tujuan daripada usahausaha tersebut ialah lebih menganeka-ragamkan jenis dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat, baik kwalitas maupun kwantitas, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Masalah-masalah yang timbul dalam penyelenggaraan usaha tersebut diselesaikan dalam suatu rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat. Dengan terbentuknya Badan Pengembangan Pembangunan Daerah Transmigrasi dengan Keputusan Presiden No. 29 tahun 1974, maka dapat ditingkatkan koordinasi fungsionil, operasionil dan hubungan kerja Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan. Koperasi dengan Departemen-departemen/ instansi-instansi lain, baik di Pusat maupun di Daerah, dalam rangka mensukseskan pelaksanaan program pembangunan di daerah transmigrasi. Badan tersebut diketuai oleh Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi dan beranggotakan wakil-wakil dart berbagai departemen dan instansi. Di samping Badan Pengembangan yang ada di Pusat maka di tiap propinsi dibentuk pula Badan Pembina Pembangunan Daerah Transmigrasi yang diketuai oleh Gubernur/Kepala Daerah, sedangkan di tiap kabupaten dibentuk Badan Pelaksana Pembangunan Daerah Transmigrasi yang diketuai oleh Bupati/Kepala Daerah. Dalam rangka penegasan bidang tugas dan tanggung jawab fungsionil pembinaan pendidikan dan latihan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972, maka telah dibentuk Team Koordinaasi Pembinaan Pendidikan dan Latihan dengan Instruksi Presiden Nomor 15 tahun 1974. Team bertugas antara lain mengambil langkah-langkah yang

791

perlu kearah terlaksananya kebijaksanaan Pemerintah tersebut di atas, dengan cara mengadakan konsultasi dan kerjasama mengenai rencana serta mengambil langkah-langkah mengenai anggaran bagi pendidikan dan latihan dalam lingkungan Departemen/Lembaga Pemerintah masing-masing. Berbagai penyempurnaan tata hubungan kerja juga terlihat dalam bentuk Surat-surat Keputusan Bersama mengenai pedoman pelaksanaan pembangunan untuk berbagai bentuk bantuan-bantuan kepada daerah. d. Administrasi dan aparatur pemerintah tingkat Daerah Mekanisme yang memungkinkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan yang semuanya pada akhirnya tersebar di daerah-daerah, secara formil telah mendapatkan wadah dalam Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang pokokpokok pemerintah di Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 18 tahun 1965. Sebagai tindak lanjutnya, dewasa ini sedang disiapkan berbagai peraturan pelaksanaannya. Dalam keadaan di mana kemampuan keuangan Daerah masih lemah dan terbatas maka dalam rangka penciptaan keseimbangan pembangunan antar Daerah sebagai usaha perataan pemanfaatan hasil pembangunan, telah ditetapkan pemberian bantuan pembangunan khusus yang dituangkan melalui Program Bantuan Inpres Daerah Tingkat I, Program Bantuan Inpres Daerah Tingkat II, Program Bantuan Desa, Program Bantuan Inpres Sekolah Dasar, Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan dan sebagainya. Keputusan Presiden No. 15 tahun 1974 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dimaksudkan untuk lebih mengembangkan kemampuan perencanaan pembangunan daerah sejalan dan serasi dengan pembangunan nasional. Dengan terbentuknya Bappeda tersebut yang susunan dan tata kerjanya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 142 tahun 1974, maka Gubernur Kepala Daerah akan memiliki aparat yang baik di bidang perencanaan. Sedangkan instansi vertikal maupun dinas otonom yang ada

792

di daerah sebagai aparatur peIaksana dan Inspektorat Daerah sebagai aparatur pengawasan diharapkan akan mampu melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dalam tugas pembangunan di daerah secara lebih mantap. Dengan adanya lembaga BAPPEDA maka dapat disusun rencana pembangunan daerah yang kemudian dituangkan dalam APBD serta program-program bantuan Inpres yang pelaksanaannya dipercayakan kepada Daerah. Daerah diharapkan akan terangsang untuk meningkatkan kemampuannya baik dari segi perencanaan maupun pelaksanaan. Dalam pada itu untuk meningkatkan tertib administrasi dan keseragaman dalam penyelenggaraan keuangan daerah telah diadakan pengaturan kembali mengenai pengurusan pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah dengan Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1975 dan tentang cara penyusunan APBD, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah, dan penyusunan perhitungan APBD dengan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1975. Dalam rangka usaha pembangunan daerah pedesaan dan peningkatan perlembagaan desa dewasa ini sedang disusun Rancangan Undang-undang Desa, sedangkan sementara ini Pemerintah, c.q. Departemen Dalam Negeri dengan bantuan dari berbagai departemen dan instansi lainnya sedang mengambil langkah-langkah untuk peningkatan koordinasi dalam pembangunan pedesaan dan untuk pembinaan Lembaga Sosial Desa sebagai wadah partisipasi masyarakat dan saluran komunikasi antara masyarakat desa dengan pemerintah. f. Lembaga lembaga ekonomi/keuangan dan perusahaan perusahaan negara

Tujuan penyempurnaan badan-badan usaha ekonomi negara yang dipisahkan sebagai modal perusahaan. Sedangkan pembinaan lembaga-lembaga keuangan negara diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pengembangan dunia usaha, terutama pembinaan pengusahapengusaha golungan ekonomi lemah secara mantap.

793

Usaha penyempurnaan badan-badan usaha negara yang telah dimulai sejak tahun 1967, diteruskan dalam Repelita II. Usaha-usaha tersebut meliputi penanganan masalah-masalah management, likwiditas, solvabilitas, rentabilitas, bonafiditas, dan arah investasi. Dalam rangka membantu memecahkan masalah kebutuhan akan perumahan telah dibentuk Perum Pembangunan Perumahan Nasional dengan Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1974. Perum tersebut bertugas merencanakan dan melaksanakan pengadaan perumahan dan prasarana lingkungan sesuai dengan prioritas yang ditetapkan dalam Repelita II. Selanjutnya dalam rangka peningkatan efisiensi perusahaan negara maka telah dibentuk Perum Angkasa Pura dengan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1974 dan Perum Survai Udara Penas dengan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 1974. Sampai pada tanggal 1 Juni 1974 jumlah Perusahaan Negara yang berstatus Persero berjumlah 75 buah, yaitu 5 Persero yang beroperasi di sektor jasa keuangan, 21 Persero di sektor jasa umum, 36 Persero di sektor industri, dan 23 Persero di sektor pertanian. Adapun jumlah PT sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969 ada 12 buah. Perusahaan Negara (PN) yang belum diusulkan/ditentukan statusnya menurut Undang-undang No. 9 tahun 1969 berjumlah 19 buah, sedangkan sisa PN yang telah diusulkan untuk dialihkan bentuknya menjadi Persero, tetapi belum dilaksanakan berjumlah 35 buah. Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perum berjumlah 17 buah dengan parincian 3 Perum bernaung di bawah Departemen Keuangan, 2 Perum di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, 5 Perum di bawah Departemen Perindustrian, 4. Perum di bawah Departemen Pertanian, 2 Perum di bawah Departemen Perhubungan, dan 1 Perum di bawah Departemen Hankam. Perusahaan Negara yang berkedudukan sebagai Perjan berjumlah 2 buah, yaitu sebuah di bawah Departemen Keuangan dan sebuah lagi di bawah Departemen Perhubungan.

794

Pembinaan dan usaha penyempurnaan lembaga-lembaga keuangan bukan bank yang telah dimulai sejak Repelita I diteruskan dan ditingkatkan dalam tahun pertama Repelita II (1974/75). Langkah-langkah tersebut dimaksudkan agar pengerahan dana-dana masyarakat dapat terus ditingkatkan dan agar terus ditingkatkan pula kwalitas dan kwantitas pelayanan kepada masyarakat. Peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral atau lembaga keuangan yang utama di dalam pelaksanaan kebijaksanaan moneter pemerintah, telah makin ditingkatkan khususnya dalam, hal pengarahan dan pembinaan terhadap dunia perbankan. Demikian pula telah disempurnakan sistim pengawasan dan bimbingan terhadap bank-bank umum, terutama bankbank umum milik pemerintah. Mengenai bidang perbankan lainnya, sejak tahun 1974 kepada Bank Tabungan Negara telah ditugaskan untuk melakukan fungsi sebagai Bank Hipotik Perumahan (BHP) dalam hubungannya dengan pembentukan Perum Pembangunan Perumahan Nasional serta Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional. Da1am rangka menciptakan sistim keuangan yang lebih lengkap untuk menunjang pelaksanaan pembangunan, telah diambil langkah-langkah ke arah terselenggaranya pembentukan pasar uang dan modal di Indonesia. Untuk keperluan tersebut telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-38/MK/IV/1/1972 tahun 1972 tentang pembentukan lembaga keuangan non bank. Berdasarkan Surat keputusan tersebut maka hingga bulan Juni 1974 telah didirikan sejumlah 12 lembaga keuangan non bank yang telah diberi izin oleh Pemerintah. Dari jumlah tersebut, dua buah perusahaan yaitu PT Indonesian Development Finance Company (IDFC) dan PT Private Development Finance Company of Indonesia (PDFCI) merupakan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pembiayaan pembangunan, sedangkan sepuluh buah perusahaan lainnya merupakan lembaga perantara penerbitan dan perdagangan Surat-surat berharga.

795

g. Penyempurnaan di bidang kepegawaian Kebijaksanaan di bidang kepegawaian yang digariskan dalam Repelita II ditujukan kepada peningkatan pembinaan pegawai negeri sipil atas dasar sistim karier dan sistim prestasi kerja dan meliputi antara lain penyempurnaan persyaratan kerja, sistim formasi, promosi, mutasi, jenjang jabatan, kepangkatan, penyempurnaan mengenai kewajiban-kewajiban dan hakhak pegawai, dan sistim penilaian pelaksanaan kerja. Arah kebijaksanaan tersebut telah lebih dimungkinkan pelaksanaannya dengan telah berlakunya Undang-undang No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagai pengganti Undang-undang No. 18 tahun 1961 tentang Ketentuanketentuan Pokok Kepegawaian. Dalam rangka pembinaan pegawai negeri sipil yang berencana dan terarah, Pemerintah secara terus menerus dan bertahap telah mengambil langkah-langkah ;antara lain : (1) (2) (3) (4) perbaikan penghasilan pegawai negeri sipil, perbaikan penghasilan pensiun, perbaikan formasi dan struktur pegawai, penambahan pegawai dan penyelesaian kepangkatan, (5) penyeragaman sistim pembinaan serta tata usaha, kepewaian dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, (6) peningkatan ketrampilan serta produktivitas kerja pegawai. Untuk dapat menunjang pelaksanaan penyeragaman sistim pembinaan tersebut serta untuk perencanaan kepegawaian pada umumnya maka dalam bulan Maret 1974 telah diselenggarakan Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil secara serentak dan menyeluruh. Pengolahan hasil Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil tersebut telah dapat diselesaikan pada, bulan Maret 1975. Dengan adanya hasil Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil tersebut, dewasa ini telah tersedia data kepegawaian yang tepat, lengkap, dan dapat dipercaya yang merupakan dasar bagi penetapan kebijaksanaan pembinaan pe-

796

gawai negeri sipil pada waktu yang akan datang. Dengan adanya data kepegawaian yang baik dan lengkap maka penyelesaian urusan kenaikan pangkat, urusan kenaikan gaji, urusan pensiun, urusan mutasi pegawai, dan lain-laimnya dapat diselesaikan dengan lebih lancar. Dengan demikian akan semakin terjamin ketenangan dan kegairahan bekerja pegawai negeri dan pada gilirannya akan mendorong pegawai negeri untuk bekerja dengan lebih produktif, tertib dan teratur sehingga tugastugas umum pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Berdasarkan hasil Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil maka dapatlah diketahui jumlah dan komposisi Pegawai Negeri Sipil yang disusun menurut 11 unsur-unsur utama, ialah: (a) jumlah dan jenis kelamin, (b) jenis kepegawaian, (c) kepangkatan, (d) pendidikan, (e) masa kerja, (f) umur, (g) kedudukan, (h) status kepegawaian, (i) lokasi, (j) status perkawinan, (k) keluarga dan (1) status perbantuan. Gambaran umum tentang jumlah dan komposisi Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai terlihat dalam Tabel XX 1. Data kepegawaian tersebut sangat berguna bagi Pemerintah bagi penentuan kebijaksanaan kepegawaian selanjutnya, antara lain untuk mengusahakan keserasian antara penyusunan formasi dan anggaran pegawai yang disediakan dalam rangka formasi pegawai tersebut, termasuk penentuan besarnya sub- side anggaran belanja pegawai bagi daerah otonom. (1) Perbaikan penghasilan pegawai Dalam rangka perbaikan penghasilan pegawai negeri termasuk ABRI sesuai dengan kebutuhan hidup serta dalam rangka usaha meningkatkan prestasi kerja untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1974 tentang Tunjangan Kerja Bagi Pegawai Negeri Dan Pejabat Negara, sejak 1 Januari 1975 pegawai negeri diberikan tunjangan kerja sebesar 900% dari gaji pokok. Tunjangan kerja sebesar 900% dari gaji pokok di

797

TABELXX1 KOMPOSISI PEGAWAI NEGERI SIPIL PER 31 MARET 1975 (orang/%)

(a) Jenis kelamin. No. JENIS KELAMIN JUMLAH 1.674.871 1.372,282 302.589 % 100 81,9 18,1

Jumlah seluruhnya 1. 2. P r i a W a n i t a

(b ) Jenis kepegawaian. No. JENIS KEPEGAWAIAN Jumlah seluruhnya Pegawai negeri sipil Pegawai negeri sipil Pegawai PERUM Pegawai PN Lain lain JUMLAH 1.674.871 % 100

1.

1.164.192 362.617 52.842 86.529 8 . 691

69,5 21,7 3,2 5,2 0,5

2.

3. 4. 5.

798

(c) Kepangkatan No. PANG KAT Jumlah seluruhnya 1. 2. 3. 4, 5, Golongan Golongan Golongan Golongan I II III IV JUMLAH 1.674.871 882.258 681.704 70.292 6.479 34.138 _ % 100 52,7 40,7 4,2 0,4 2,0

Golongan Iainnya

(d) Pendidikan No., TINGKAT PENDIDIKAN Jumlah seluruhnya 1 2. 3. 4, 5, 6. s/d SD JUMLAH 1.674.871 648.540 367.389' 537.962 79.301 41.519 160 % 100 38,7 21,9 32,1 4,7 2,5 0,0

SLTP SLTA Sarjana muda/akademi Sarjana Tidak Jelas

(e) Masa kerja No .

MASA KERJA Jumlah seluruhnya 0 10 tahun 11 20 tahun 21 tahun lebih Lain lain

JUMLAH 1.674.871 821.480 531.732 198.709 122.950

% 100 49,0 31,8 11,9 7,3

1. 2. 3. 4.

799

(f) Umur No. U M U R Jumlah seluruhnya 1 2. 3. 4, 5, 6. (g) Kedudukan No. KEDUDUKAN Jumlah seluruhnya 1 2. 3. 4, 5, 6. Jabatan pimpinan Pekerjaan Guru / dosen Non aktip Anggota DPR-RI/DPRD Lain-lain JUMLAH 1.674.871 219.618 848.787 548.214 55.026 2.958 268 % 100 13,1 50,7 32,7 3,3 0,2 0,0 18 25 tahun 26 35 tahun 36 45 tahun 46 56 tahun 57 tahun lebih Tidak jelas JUMLAH 1.674.871 185.040 710.228 503.394 270.503 5.446 260 % 100 11,0 42,4 30,1 16,2 0,3 0,0

(h) Status Kepegawaian No. STATUS Jumlah seluruhnya 1. 2. 3. Pegawai Negeri Sipil Calon Pegawai Negeri Sipil Tidak Jelas Status Kepegawaiannya JUMLAH 1.674.871 1.368.711 306.147 13 % 100 81,7 18,3 0,0

800

(i) Lokasi No. KEPULAUAN Jumlah seluruhnya 1. 2. 3. 4. 5. Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian jaya Luar Negeri dan yang tidak jelas JUMLAH 1.674.871 308.0461 1.048.938 68.428 135.561 111.738 % 100 18,4 62,6 4,1 8,1 6,7

6.

2.160

0,1

(j) Status Perkawinan No. STATUS PERKAWINAN Jumlah seluruhnya 1, 2. 3. Kawin Tidak Kawin Duda / Janda JUMLAH 1.674.871 1.429.678 210.807 34.386 % 100 85,4 12,6 2,1

801

( k ) Keluarga No. TANGGUNGAN Jumlah Pegawai Jumlah Tanggungan 1. 2, 3. Tanggungan Isteri JUMLAH 1.674.871 5.827.376 1.139.817 92.813 4.594.746 % 100 347,9 68,1 5,5 274,3

Tanggungan Suami Tanggungan Anak

Catatan :

Perbandingan jumlah pegawai dengan jumlah tanggungan adalah 1.674.871 orang berbanding dengan 5.827.376 orang atau 1 : 3,5.

(l)

Perbantuan jumlah pegawai negeri sipil yang diperbantukan/dipekerjakan kepada Daerah Otonom / Instansi lain. No. JENIS KELAMIN Jumlah seluruhnya 1. 2. Pria Wanita JUMLAH 536.047 388.425 147.622 % 100 72,5 27,5

802

atas penghasilan yang diterimanya tersebut, dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1967 tentang PGPS. 1968 dengan ketentuan bahwa penghasilan yang terendah setelah ditambah tunjangan kerja tersebut berjumlah sekurangkurangnya Rp. 10.000,. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut selanjutnya ditentukan bahwa untuk penyeragaman dalam pemberian tunjangan dan penyederhanaan tata usaha keuangan negara, tunjangan kerja, tambahan tunjangan kerja, dan tunjangan kerja khusus diintegrasikan menjadi satu macam tunjangan saja. Pemberian tunjangan kerja sebesar 900% dari gaji pokok tersebut merupakan pelaksanaan kebijaksanaan dalam rangka memperbaiki penghasilan pegawai yang diusahakan secara bertahap sejak tahun 1969 sesuai dengan kemampuan keuangan Negara. Gambaran perkembangan kenaikan penghasilan Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 1970 s/d 1974/75 adalah seperti tercantum dalam Tabel XX 2. Bersamaan dengan kenaikan penghasilan pegawai negeri, sistim potongan penghasilan pegawai negeri yang didasarkan pada Keppres No. 22/1970 sebesar 6,22% yaitu 3,89% untuk Dana Kesehatan, 1,25% untuk Taspen, 0,6% untuk Dasperi, 0,42% untuk Koperasi disempurnakan. Arah penyempurnaan sistim potongan gaji ini ialah, antara lain, agar manfaat potongan-potongan tersebut dapat lebih secara langsung dinikmati oleh para pegawai negeri sendiri. Potongan penghasilan pegawai negeri berdasarkan Keppres No. 22/1970 dinaikkan menjadi 10% dengan perubahan susunan sebagai berikut : iuran pensiun 4,00%, iuran pemeliharaan kesehatan 2,75% dan tabungan hari tua dan perumahan 3,25%. Iuran pensiun sebesar 4% tersebut merupakan tabungan pensiun bagi pegawai negeri yang akan pensiun di masa mendatang. Sebagian besar beban pensiun untuk beberapa tahun

803

TABEL XX - 2 PERBANDINGAN PENGHASILAN RATA-RATA PEGAWAI NEGERI SIPIL DARI 1968 s/d 1975/1976

GOLONGAN NO. RUANG PGPS 1968

MASA KERJA

1-1-1969 s/d 31-3-1970 1970/1971 1971/1972 1972/1973 1973/1974 1974/1975 1975/1976 KETERANGAN

1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. DA5AR

2
I/a I15 I/c lid II/a 11/b II/c II/d III/a 111/b III/c 911/d 1V/a IV/b IV/c IV/d 1V/e

3
4 7 9 11 12 13 13 13 15 15 15 75 18. 18 18 18 18 y

4
1.053 1.072 1.093 1.199 3.106 3.747 4.166 4.612 6.446 7.036 7.651 8.293 .9.904 10.664 11.450 12.262 13.100 PP 12 Tahun 1967

5
1.753 1.772 . 1.793 1.899 4.659 5.621 ' 6.249 6.918 9.669 10.554 11.477 12.440 14.856 15.996 17.175 18.394 19.650 PP 12 Tahun 1967. jo PP 10 Tahun 1970

5
2.353 2.372 2.393 2.499 6.212 7.494 8.332 9.224 12.892 14.072 15.302 16.586 19.808 21.328 22.900 24.524 26.200

7
3.353 3.372 '3.393 3.480 8.582 10.354 11.512 12.744 17.812 19.442 21.142 22.916 27.368 29.468 31.640 33.884 36.200

8
4.050 4.050 4.050 4.558 10.952 13.214 14.692 16.264 22.732 24.812 26.982 29.246 34.928 37.608 40.380 43.244 46.200

9
7.500 7.500 7.500 7.700 15.700 18.940 21.060 23.310 32.580 35.560 38.670 41.910 50.050 53.890 57.860 61.970 66.200

10
10.000, 10.000 10.000 10.920 24.440 29.490 32.790 36.300 50.730 55.370 60.310 65.270 77.950 83.930 90.110 96.510 103.100 PP 12 Tahun .1967 jo PP 41 Tahun 1975

11
1. Setiap Pegawai Negeri Sipil dianggap mempunyai seorang isterilsuami dan 3 ltigal orang anak 2. Dalam permtungan panghasilan ini, belumzermasuk : a. Tunjangan jabatan pimpinan. b. Tunjangan pangan.

PP 12 Tahun PP 12 Tahun 1967 jo 1967 jo PP 17 Tahun PP 13 Tahun 1971 1972

PP 12 Tahun PP 12 Tahun 1967 jo 1967 jo PP 35 Tahun PP 11 Tahun 1973 1974

yang akan datang masih tetap merupakan beban Negara, disebabkan karena (1) mereka yang pensiun sekarang tidak memiliki tabungan pensiun dan (2) sebagian besar dari pegawai negeri, walaupun telah mulai melakukan tabungan pensiun tersebut relatif belum memadai. Iuran Pemeliharaan Kesehatan yang sampai sekarang sebesar 3,89% dirobah menjadi 2,75% sejak Januari 1975. Penurunan persentase iuran ini mengurangi beban pegawai negeri. Di lain pihak pengurangan iuran ini tidak perlu mengakibatkan kurangnya pelayanan kesehatan pegawai negeri, karena bersamaan dengan itu diusahakan pula perluasan dan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain melalui program Puskesmas. Besarnya potongan untuk Tabungan Hari Tua (TASPEN sekarang) yang semula sebesar 1,25% dinaikkan menjadi 3,25% dan dirobah namanya menjadi Tabungan Hari Tua dan Perumahan. Dana Tabungan Hari Tua dan Perumahan dapat dipergunakan oleh pegawai negeri yang bersangkutan untuk: (a) membayar sebagian dari harga rumah yang diinginkan (sebagai, down payment) baik rumah yang dibangun oleh Perum Pembangunan Perumahan Nasional (PERUMNAS) maupun oleh perusahaan lainnya dan (b) keperluan lainnya. Bilamana dana Tabungan Hari Tua dan Perumahan tidak dipergunakan untuk membayar angsuran dalam rangka pemilikan rumah, maka seluruh dana Tabungan Hari Tua dan Perumahan yang telah terkumpul, akan diterimakan kepada Pegawai negeri yang bersangkutan pada waktu ia mendekati masa pensiun atau mulai pensiun. Dana Tabungan Hari Tua dan Perumahan dikelola oleh lembaga yang ada, yaitu Perum TASPEN dengan diadakan penyempurnaan seperlunya untuk kelancaran pelaksanaan program baru ini. Bersamaan dengan Program Hari Tua dan

805
511120

Perumahan tersebut diusahakan pula peningkatan pembangunan rumah rakyat khususnya melalui program pembangunan perumahan oleh PERUMNAS. (2) Perbaikan penghasilan pensiun Sebagai langkah lanjutan dalam perbaikan penghasilan para penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1974 tentang perubahan dan tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1974, maka kepada penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun/tunjangan penghargaan menurut peraturan diberikan uang bantuan pensiun sebesar 270% dari penghasilan yang berhak diterima, sehingga jumlah penghasilan pensiun menjadi sekurang-kurangnya Rp. 4.000, Peraturan Pemerintah tersebut mulai berlaku sejak 1 Januari 1975. Perlu dikemukakan disini bahwa besarnya bantuan pensiun tersebut dalam tahun 1973/74 adalah 135% dari penghasilan yang berhak diterima. Untuk meningkatkan pelayanan kepada para pensiunan maka telah diadakan pula perbaikan dalam cara pembayaran pensiun, antara lain dengan menggunakan buku pensiun, pemberian kelonggaran-kelonggaran waktu dalam pengambilan pensiun dan pemberian kesempatan untuk menggunakan fasilitas pembukuan rekening giro pos dalam rangka mempermudah pengambilan pensiun. (3) Penambahan kepangkatan Dalam rangka meningkatkan dan memperluas pelayanan pendidikan dan kesehatan maka penambahan pegawai untuk tenaga dibidang pendidikan dan dibidang kesehatan perlu memperoleh perhatian utama dalam tahun 1974/75. pegawai dan penyelesaian

806

Dalam tahun anggaran 1974/75 penambahan pegawai negeri untuk keperluan tersebut adalah sebagai berikut : a. Guru Sekolah Dasar 18.000 orang b. Guru SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi 6.870 orang Jumlah 24.870 orang

Selanjutnya dalam usaha Pemerintah untuk meningkatkan kesehatan rakyat, maka dalam tahun anggaran 1974/75 pemerintah telah mengangkat tenaga dokter dan para medis sebanyak 3.896 orang. Pengangkatan pegawai negeri sipil baru dalam tahun 1974/75 untuk Departemen/Lembaga adalah sebanyak 32.944 orang. Berdasarkan pengamatan pada hasil Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil memang terdapat beberapa kelambatan kenaikan pangkat. Dalam tahun 1974/75 telah dapat diselesaikan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil sebanyak 57.414 orang dengan perincian seperti tersebut dalam Tabel XX 3. (4) Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No. 8 tahun 1974 yaitu Undang-undang pokok kepegawaian, maka dewasa ini sedang dipersiapkan berbagai rancangan Peraturan Pemerintah tentang (i) cuti pegawai negeri sipil, (ii) formasi, (iii) pengadaan pegawai negeri sipil, (iv) kode etik pegawai negeri sipil, (v) peraturan disiplin pegawai negeri sipil, (vi) perawatan dan uang duka bagi pegawai negeri sipil yang ditimpa kecelakaan dan oleh karena menjalankan dinas, dan sebagainya. (5) Pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kemampuan pegawai Sejalan dengan penyempurnaan di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan maka telah dilakukan usaha perbaikan mutu

80 7

TABEL XX 3 DAFTAR REALISASI KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PUSAT DALAM TAHUN ANGGARAN 1974/75 MENURUT GOLONGAN RUANG PGPS 1968 (orang)

NO

GOLONGAN

RUANG

JUMLAH

JUMLAH BESAR

KETERANGAN

3 e d -

4 24 75 232 359 851

6 Jumlah kenaikan pangkat golongan ruang IV/a kebawah PGPS 1968 = 56.724 Jumlah kenaikin pangkat golongan ruang IV/b keatas PGPS1969 =. 690.

IV

c b a

1.541

d c 2. III b a d c 3. II b a d c b a JUMLAH

1.438 2.165 4.390 5.251 4.315 7.485 8,127 6.589 3.858 4.631 7.704 16.193 57.414 57.414 26.436 13.244

4.

808

809

bersifat luar jabatan (pre-service) maupun dalam (in-service) untuk pegawai negeri.

jabatan

Ruang lingkup pembinaan pendidikan dan latihan pegawai negeri mencakup bidang yang luas, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: (i) bidang teknis fungsionil, yaitu yang menyangkut bidang teknis sesuai dengan tugas pokok instansi yang bersangkutan

(ii) bidang administrasi, yaitu yang menyangkut administrasi umum, teknis pengelolaan dan administrasi pembangunan (iii) bidang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pendidikan dan latihan ini meliputi pendidikan dan latihan bagi pejabat-pejabat tingkat tinggi, tingkat menengah dan tingkat rendah. Selain bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, program pendidikan dan latihan juga mengusahakan perbaikan sikap dan kepribadian para pegawai agar di samping mampu menjalankan tugas di bidang masingmasing juga berorientasi pada pengabdian kepada kepentingan Negara dan Rakyat. Di antara program-program pendidikan dan latihan tersebut yang utama ialah program SESPA (Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi) yang merupakan program pendidikan dan latihan bagi pegawai negeri yang akan atau sedang menduduki jabatan tingkat tinggi. Dalam tahun 1974/75, 11 Departemen telah menyelenggarakan SESPA, di samping SESPA interdepartemental yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara. Penyelenggaraan SESPA-SESPA ini selalu mengalami perbaikan-perbaikan dari tahun ketahun. Sementara itu program pendidikan latihan pegawai lainnya yang penting adalah Program Perencanaan Nasional (PPN) yang telah diselenggarakan sejak tahun 1972. Pada tahun ang-

garan 1974/75 telah dilaksanakan program angkatan ke 3 yang diikuti oleh 58 pejabat-pejabat dari Biro-biro Perencanaan Departemen dan BAPPEDA. Program Pendidikan dan Latihan Pegawai Negeri Sipil ini secara bertahap dikaitkan dalam sistim promosi. Akhirnya untuk menyelesaikan masalah-masalah di bidang pendidikan dan latihan pegawai negeri secara menyeluruh, telah dikeluarkan Instruksi Presiden No. 15 tahun 1974 yang ditujukan kepada semua Pimpinan Departemen dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen agar melaksanakan penyesuaian pendidikan dan latihan menurut Keputusan Presiden No. 34 tahun 1972. h. Penyempurnaan tata kerja dan penertiban administrasi Berbagai usaha yang dilakukan dalam tahun 1974/75 dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tata kerja, pengawasan dan penertiban administrasi, antara lain di bidang administrasi inventaris negara, penertiban dan pendayagunaan komputer, kearsipan, pengawasan dan penertiban, dan lain sebagainya. Dalam rangka penyempurnaan inventarisasi barang-barang milik/kekayaan negara telah diadakan penyempurnaan formulir isian sehingga barang-barang milik negara/kekayaan negara pada Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang diiperoleh dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBN dapat tercatat dengan lebih baik. Usaha yang penting pula dalam rangka penertiban administrasi ialah penertiban pendayagunaan komputer. Pada tahun 1971 terdapat 21 buah komputer yang dimiliki oleh Instansiinstansi Pemerintah. Kalau semula sebagian besar komputer yang ada belum dimanfaatkan sepenuhnya menurut kapasitasnya masing-masing, maka pada dewasa ini telah meningkat penggunaannya sampai dua atau tiga shift sehingga semua keperluan pengolahan data secara elektronik yang diperlukan harus dilayani. Oleh karena makin meningkatnya kebutuhan maka telah diadakan pembelian/penyewaan terhadap beberapa

810

komputer oleh beberapa instansi yang memerlukannya. Pada akhir tahun 1974 jumlah komputer yang ada pada Pemerintah adalah sebanyak 31 buah, diantaranya 11 buah dimiliki dan 20 buah disewa dari perusahaan yang bersangkutan. Mengenai kearsipan negara, dapat dikemukakan bahwa Depot Arsip Nasional yang dalam Repelita I sebagian telah dapat diselesaikan, dalam tahun pertama Repelita II dilengkapi dengan bangunan bertingkat delapan yang akan dipergunakan untuk menampung penyimpanan arsip-arsip statis sesuai dengan masterplan yang ada. Dengan penyerahan arsip-arsip dari Departemen-departemen/Lembaga-lembaga kepada Arsip Nasional berarti bahwa pada Departemen/Lembaga akan tersedia ruangan-ruangan cukup untuk menyimpan arsip-arsip dinamis mereka. Peningkatan pembinaan kearsipan dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dan latihan kearsipan bagi pejabat-pejabat dan pegawai-pegawai yang tugasnya berhubungan erat dengan kearsipan dari badan-badan pemerintahan tingkat pusat dan daerah serta lembaga-lembaga negara lainnya. Maksud dari pada pendidikan dan latihan tersebut ialah agar dapat dilaksanakan keseragaman dalam sistim dan prosedur kearsipan. 2. Sistim Pembiayaan Pembangunan a. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan Sistim pembiayaan pembangunan yang bersumber pada keuangan negara dilaksanakan melalui cara perencanaan proyek-proyek berdasarkan penyusunan Daftar Isian Proyek. Pembiayaan pembangunan juga dilakukan dalam bentuk bantuan kepada daerah-daerah. Di samping itu, sebagian dana-dana keuangan negara juga disalurkan untuk pembiayaan pembangunan melalui sektor perbankan sebagai kredit atau kepada badan-badan usaha dalam bentuk penyertaan modal. Sistim pembiayaan pembangunan yang dikemukakan di atas telah dilaksanakan sejak Repelita I, dan pada tahun pertama Repelita II (tahun 1974/75) mengalami perbaikan dan

811

penyempurnaan. Penyempurnaan terutama dilakukan dalam hal perencanaan proyek-proyek atau perencanaan penggunaan dana pembangunan, tata hubungan kerja antara lembaga yang terlibat dalam kegiatan pembiayaan pembangunan serta administrasi pembiayaannya. Prinsip anggaran berimbang tetap dipertahankan, sedang sistim "performance budgeting" terus dikembangkan dalam penyusunan anggaran pembangunan. Dalam rangka usaha lebih menyerasikan usaha pembangunan yang bersifat nasional maupun yang akan dilaksanakan oleh daerah-daerah telah disempurnakan pula tata cara pembiayaan pembangunan pada tingkat daerah. Demikian pula diusahakan secara terus menerus penyempurnaan sistim pembiayaan rutin sehingga dapat mendukung pembiayaan pembangunan. Pada pokoknya tujuan pembinaan sistim pembiayaan pembangunan ditujukan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dengan prioritas program serta proyek-proyeknya dalam satu tahun tertentu. Administrasi pembiayaan pembangunan diusahakan supaya cukup luwes dalam mendukung kegiatan pembangunan, tanpa meninggalkan keterarahan dan adanya pengawasan yang efektif. Pengelompokan program dan proyek mengalami perubahan pack tahun 1974/75 yaitu tidak lagi disusun menurut bidang, tetapi penyusunan rencana maupun penyediaan biaya lebih didasarkan kepada pendekatan-pendekatan yang integratif. Di bidang pembiayaan dalam bentuk bantuan kepada daerah-daerah juga terdapat berbagai perbaikan dan perluasan. Dalam tahun 1973/74 dimulai pelaksanaan Inpres Bantuan Propinsi/Daerah Tingkat I, Bantuan Pembangunan SD, dan Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Masyarakat. Hal-hal ini terus disempurnakan dalam tahun 1974/75 dengan adanya pula perluasan dalam bentuk bantuan untuk perbaikan landasan terbang di daerah, serta mengenai penyediaan dana bantuan bencana alam.

812

Usaha perbaikan juga dilakukan mengenai tata cara penyelenggaraan pembiayaan seperti yang telah dilakukan pemerintah setiap tahun melalui Pedoman Pelaksanaan APBN. Untuk tahun anggaran 1974/75 tata cara pelaksanaan anggaran ditetapkan ,dengan Keputusan Presiden No. 17 Tahun 1974. Dalam bidang ini telah dilakukan berbagai penyempurnaan dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan sebelumnya. Penyempurnaan tersebut antara lain adalah mengenai perubahan dasar UUDP dan Batas lelang. Berbagai pedoman pelaksanaan mengenai bantuan-bantuan kepada daerah-daerah juga telah disusun. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1972 tentang Pengurusan, Pertanggungan Jawab dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1973 tentang Pedoman Penyelenggaraan Keuangan Daerah secara terus menerus dilakukan perbaikan dalam pelaksanaannya. Di bidang pengawasan keuangan negara, telah ditempuh cara pendekatan preventif maupun represif atau pendekatan pre-audit dan post-audit. Demikian pula dilakukan penilaian atas Laporan-laporan Triwulanan kegiatan fisik dan pelaksanaan pembiayaan proyek-proyek. Dalam hal pengawasan ini telah diadakan penertiban dan penyempurnaan antara lain pada unit-unit pengawasan intern dan extern yang ada, serta koordinasi pelaksanaan pengawasan. Selanjutnya sasaran pemeriksaan dalam Repelita II telah diperluas sesuai dengan tahap peningkatan pengawasan antara lain apakah hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan pembangunan telah secara fungsionil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. b. Penyusunan Anggaran Pembangunan Seperti dilakukan pula dalam tahun-tahun sebelumnya, anggaran pembangunan dalam tahun 1974/75 disusun dan ditetapkan berdasarkan perkiraan penerimaan negara, khususnya tabungan pemerintah dan penerimaan pembangunan. Untuk menjamin kontinuitas pekerjaan dalam kegiatan penyelenggaraan proyek-proyek, tetap dilaksanakan sistim viremen.

813

Dalam prosedur penyusunan anggaran, telah dilakukan perubahan-perubahan berupa penyempurnaan pembuatan Daftar Isian Proyek (DIP) untuk anggaran pembangunan, Daftar Isian Kegiatan (DIK) untuk anggaran rutin dan susunan anggaran pembangunan dalam APBN 1974/75. Apabila selama periode Repelita I anggaran pembangunan sebagai suatu keseluruhan dibagi dalam Bidang, Sektor, SubSektor, Program, dan Proyek, maka untuk tahun pertama Repelita II yaitu tahun anggaran 1974/75 anggaran pembangunan diperinci dalam susunan Sektor, Sub-Sektor, Program, dan Proyek. Kemudian juga disusun dalam masingmasing bagian anggaran (Departemen/Lembaga) bersangkutan. Dengan demikian terlihat secara jelas hubungan secara matriks antara penyusunan per sektor (horisontal) dan penyusunan per Departemen/Lembaga Pemerintah (vertikal). Dalam A P B N 1974/75 susunan anggaran pembangunan meliputi 17 Sektor, yakni Sektor Pertanian dan Pengairan, Sektor Industri dan Pertambangan, Sektor Tenaga Listrik, Sektor Perhubungan dan Pariwisata, Sektor Perdagangan dan Koperasi, Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Sektor Pembangunan Regional dan Daerah, Sektor Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Mahaesa, Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional dan Pembinaan Generasi Muda, Sektor Kesehatan, Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial, Sektor Perumahan Rakyat dan Penyediaan Air Minum, Sektor Tertib Hukum dan Pembinaan Hukum, Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional, Sektor Penerangan dan Komunikasi, Sektor Pengembangan Ilmu, Teknologi, Penelitian dan Statistik, Sektor Aparatur Negara, dan Sektor Penyertaan Modal Pemerintah. Dalam pembagian kembali menurut Departemen dan Lembaga yang akan melaksanakan program-program tersebut masih terdapat sejumlah anggaran yang karena sifatnya, seperti misalnya pembiayaan melalui perbankan dan untuk Penyertaan Modal Pemerintah, biaya untuk pembangunan di Irian

814

Jaya, Bantuan Pemerintah untuk Pembangunan Desa, Kabupaten, Daerah Tingkat I dan lain-lain sebagainya, dimasukkan dalam Bagian XVI (Bagian Pembiayaan dan Perhitungan). Dalam tahun-tahun 1973/74 dan sebelumnya program-program tersebut dimasukkan dalam Mata Anggaran IX A. Penyusunan rencana proyek-proyek anggaran pembangunan tetap dituangkan dalam Daftar Isian Proyek (DIP). DIP-DIP tersebut yang dimaksudkan sebagai program kerja yang jelas untuk mencapai suatu hasil tertentu dalam jangka waktu setahun, dan memuat aspek kegiatan fisik yang harus dilakukan maupun kebutuhan pembiayaan dari suatu proyek. DIP-DIP tersebut telah mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan. Tujuan penyempurnaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan akan keluwesan dalam pelaksanaan suatu proyek dengan tidak melepaskan pengarahan dan tujuan yang ingin dicapai serta adanya unsur-unsur untuk dapat dilaksanakannya pengawasan yang baik. Dalam pelaksanaan APBN tahun 1974/75 telah dianut adanya fleksibilitas dalam pengisian DIP dimana kebutuhan akan informasi-informasi yang lebih terperinci dimuat dalam suatu "dokumen pembantu" dari DIP bersangkutan. Sedangkan DIP nya sendiri menjadi tidak terlalu terperinci. Demikian pula dalam hal revisi DIP telah lebih banyak diberikan pendelegasian mengenai perubahan/penggeseran hal-hal tertentu dalam DIP yang sifatnya tidak prinsipiil, yakni tidak merubah kwalitas dan kwantitas fisik maupun jumlah pembiayaan keseluruhan. Dengan cara demikian diusahakan agar pelaksanaan proyek dapat dilakukan secara lebih lancar. Dalam proses kegiatan seperti tersebut di atas usaha penyerasian proyek-proyek yang memperoleh bantuan proyek/ bantuan tehnik terus ditingkatkan. Dengan demikian diusahakan terdapatnya hubungan yang lebih jelas antara pembiayaan rupiah dari anggaran pembangunan dengan pembiayaan yang berasal dari bantuan proyek/bantuan tehnik.

815

Penyerasian antara anggaran pembangunan dan anggaran rutin senantiasa ditingkatkan. Persiapan penyusunan anggaran rutin sejak tahun 1973/74 lebih sesuai sistimatikanya dengan penyusunan anggaran pembangunan. Mulai tahun anggaran tersebut, perencanaan anggaran rutin dilakukan melalui pengajuan Daftar Usulan Kegiatan (DUX) yang kemudian secara lebih kongkrit dituangkan dalam Daftar Isian Kegiatan. Pengeluaran rutin dalam APBN 1974/75 terbagi dalam Bidang-bidang, yaitu Bidang Umum, Bidang Sosial, Bidang Ekonomi, dan Bidang Keamanan dan Pertahanan Nasional. Selanjutnya bidang-bidang tersebut dibagi dalam beberapa Sektorsektor menurut bidang masing-masing. Ini berbeda dengan susunan pengeluaran rutin dalam APBN 1973/74 atau APBN dalam periode Repelita I sebelumnya, sebab pengeluaran rutin dalam periode tersebut tersusun menurut Departemen/Lembaga Pemerintah. Perubahan ini mencerminkan adanya perkembangan orientasi ke arah klasifikasi fungsionil dan orientasi menu-rut kegiatan-kegiatan dalam penyusunan anggaran rutin. Biaya-biaya dalam anggaran rutin dikelompokkan menurut tujuantujuan yang akan dicapai dengan pengeluaranpengeluaran yang akan dikeluarkan. Usaha penyempurnaan penyusunan anggaran pembangunan juga disertai dengan usaha penyempurnaan penyelenggara keuangan daerah terutama dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Keuangan Daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1973. Dalam beberapa hal tertentu dalam tahun 1974/75 diusahakan keserasian antara penyusunan anggaran pembangunan dengan APBD. Antara lain telah dilakukan penyempurnaan di mana Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dalam tahun 1974/75 dimasukkan ke dalam APBD baik pada tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten/Kotamadya. Dalam pada itu pelaksanaan bantuan pembangunan ini juga menggunakan prinsip saling mengisi

816

(matching principle) antara sumber-sumber keuangan negara dan sumber-sumber pendapatan daerah sendiri. Dalam rangka peningkatan kemampuan para pejabat dalam perencanaan, penilaian proyek dan penyusunan anggaran telah dilakukan berbagai program latihan, penataran dan kursus-kursus tentang tehnik perencanaan secara makro serta perencanaan, penganggaran, dan evaluasi proyek-proyek secara, khusus. c. Prosedur Pelaksanaan Anggaran Pembangunan Prosedur pelaksanaan APBN dituangkan dalam suatu Keputusan Presiden, dan untuk tahun 1974/75 dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 17 tahun 1974. Dalam Keputusan Presiden ini terdapat perubahan-perubahan dan penyempurnaan-penyempurnaan, jika dibandingkan dengan pedoman-pedoman pelaksanaan APBN sebelumnya. Walaupun demikian pada dasarnya tetap berpegang pada pola-pola terdahulu. Dalam Keputusan Presiden No. 17 Tahun 1974 terdapat beberapa penyempurnaan untuk memperlancar pelaksanaan penyediaan anggaran pembangunan tanpa meninggalkan unsurunsur pengawasan. Seperti telah dikemukakan di atas usaha tersebut meliputi penyempurnaan di dalam formulir DIP, pelimpahan wewenang dalam revisi DIP, adanya fleksibilitas dalam penggunaan biaya untuk jenis-jenis pengeluaran tertentu di dalam sesuatu proyek, dan sebagainya. Selain itu telah pula diadakan perubahan dalam batas beban tetap dan beban sementara. Batas UUDP dinaikkan dari Rp. 200.000, (Dua ratus ribu rupiah), menjadi sebesar Rp. 500.000, (Lima ratus ribu rupiah). Sedangkan batas pelelangan (pekerjaan/pembelian yang harus dilelangkan) dinaikkan pula dari jumlah Rp. 1.000.000, (Satu juta rupiah), menjadi sebesar Rp, 2.000.000, (Dua juta rupiah). Sedangkan untuk pekerjaan lanjutan dengan persyaratan tertentu dan berdasar Keputusan Menteri/Ketua Lembaga, bersangkutan dapat dikerjakan oleh pemborong yang sama. Formulirformulir SKO, SPP juga mengalami penyempurnaanpenyempurnaan.

817

Selama DIP masih merupakan alat perencanaan dan pengawasan dalam anggaran pembangunan maka penyimpangan dari pembiayaan yang telah ditetapkan di dalam suatu DIP perlu dimintakan persetujuan kepada Departemen Keuangan cq Direktorat Jenderal Anggaran dan Bappenas. Namun demikian telah diusahakan berbagai penyempurnaan dalam rangka perubahan (revisi) DIP ini untuk kepentingan kelancaran pelaksanaan proyek-proyek. Dalam Tahun anggaran 1974/75 telah diberikan pelimpahan wewenang dalam hal revisi DIP kepada Departemen Lembaga yang bersangkutan. Khusus untuk proyek-proyek yang memperoleh pembiayaan berupa bantuan luar negeri dari anggaran pembangunan, berlaku ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Keputusan Presiden No. 28 Tahun 1972, dan juga didasarkan atas Keputusan Menteri Keuangan Na. KEP703/MK/I/1971. Bagi proyek-proyek yang mendapat bantuan luar negeri bukan dari anggaran pembangunan, berlaku landasan Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-85/MK/I/3/1973. Mengenai pedoman pelaksanaan penyediaan biaya bantuan kepada daerah-daerah dapat diuraikan sebagai berikut. Program pembangunan Bantuan Desa untuk tahun 1974/ 75 didasarkan kepada Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1974 tertanggal 9 April 1974. Program bantuan pembangunan Kabupaten/Kotamadya, untuk tahun 1974/75 dilakukan berdasarkan Instruksi Presiden No. 3 tahun 1974 tertanggal 22 Maret 1974. Dalam tahun 1974/75 terdapat perubahan penting yaitu dilaksanakannya Program bantuan pembangunan Daerah Tingkat I untuk mengganti alokasi SPP ADO, dan yang dilakukan berdasarkan Instruksi Presiden No. 7 tahun 1974 tanggal 8 Mei 1974. Demikian pula program bantuan pembangunan Sekolah Dasar yang sudah dimulai pada tahun terakhir Repelita I, pada tahun 1974/75 dilaksanakan berdasar Instruksi Presiden No. 6 tahun 1974.

818

Hal-hal seperti itu berlaku pula mengenai program bantuan pembangunan sarana kesehatan untuk tahun 1974/75 yang dilakukan berdasar Instruksi Presiden No. 5 tahun 1974 tanggal 17 April 1974. Di samping itu terdapat pula berbagai pedoman serta pengaturan dalam rangka pembinaan perlembagaan dan penyaluran dana keuangan negara untuk pembiayaan pembangunan melalui perbankan dan kepada badan-badan usaha dalam bentuk penyertaan modal. d. Pengawasan Pelaksanaan Proyek-proyek Secara terus menerus selama pelaksanaan Repelita I, dan dengan demikian pula dalam tahun 1974/75 diusahakan penyempurnaan pengawasan pelaksanaan proyek-proyek. Hal ini dilakukan melalui penyempurnaan-penyempurnaan perlembagaan dan tata cara pelaksanaan pengawasan, sehingga diharapkan akan menemui sasarannya secara lebih efisien. Organisasi atau unit pengawasan di lingkungan departemen-departemen ditingkatkan dengan dikeluarkannya Kepuputsan Presiden No. 44 dan No. 45 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Organisasi Departemen dan Susunan Organisasi Departemen yaitu dengan dituangkannya penyempurnaan wewenang dan kewajiban dari Inspektorat Jenderal Departemen. Pada tingkat daerah sesuai dengan Undang-undang Pokok Pemerintahan di Daerah yaitu Undang-undang No. 5 Tahun 1974 dibentuk pula Inspektur Daerah dalam rangka pengawasan pelaksanaan pembangunan proyek-proyek ditingkat daerah. Dengan adanya perumusan kembali kedudukan dan tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BEPEKA) sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1973 Pengangkatan para Inspektur Jenderal Pembangunan dengan Keputusan Presiden No. 25 Tahun 1974, kewenangan Wakil Presiden dalam hal mengadakan rapat-rapat koordinasi di antara aparat pengawasan tingkat pusat dalam pelaksanaan pengawasan pembangunan serta

819

perumusan kewenangan dan kewajiban Inspektorat Jenderal Departemen serta Inspektur Pengawasan Daerah diharapkan tugas-tugas pengawasan pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih baik. Mengenai tata cara pengawasan terutama dilakukan melalui sistim pelaporan dan pengawasan setempat seperti telah diuraikan di dalam bagian terdahulu. Pembentukan Perangkat pengawasan dalam bentuk Inspektorat Jenderal bagi tiap-tiap departemen bertujuan untuk membantu Menteri dalam menyelenggarakan pengawasan intern departemen termasuk pengawasan pelaksanaan anggaran. Secara bertahap telah dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan di bidang tata kerja pengawasan keuangan negara yang meliputi perumusan dari pada fungsi Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara serta perubahan dan tambahan atas struktur organisasinya. Demikian pula telah dilakukan usaha untuk merumuskan secara baik fungsi InspektoratInspektorat Jenderal Departemen. Dalam rangka koordinasi mengenai hubungan pemeriksaan keuangan, diharapkan akan terdapat keseragaman mengenai sasaran pemeriksaan, cara memeriksa dan keseragaman cara melaporkan, dan bentuk laporannya. Dengan demikian berdasarkan laporan hasil pemeriksaan tersebut dapat disusun suatu kompilasi laporan yang menyeluruh dan dapat mencakup jangkauan yang lebih luas. Dari hasih kompilasi itu dapat diketahui adanya penyimpangan-penyimpangan serta hambatanhambatan dalam pelaksanaan APBN, sehingga masing-masing departemen/lembaga selanjutnya dapat melakukan tindakantindakan pengamanan, baik yang bersifat administratif proseduril maupun yang bersifat justisionil. Pengawasan keuangan negara dalam pelaksanaannya dilakukan melalui pengawasan yang bersifat preventif dan pengawasan yang bersifat represif. Kedua jenis pengawasan ini pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang saling isi

820

mengisi satu sama lain dan saling mempengaruhi, sehingga kedua-duanya tidak dapat diabaikan. Selama Repelita I dan tahun pertama Repelita I I pengawasan yang bersifat represif telah pula ditingkatkan dan disempurnakan. Apabila dalam tahun pertama Repelita I sasaran pemeriksaan hanya ditujukan terhadap kebenaran saldo Kas pada seseorang Bendaharawan, maka dari tahun ke tahun sasaran tersebut diperluas sesuai dengan tahap peningkatan pengawasan. Sebagai gambarannya, sasaran pemeriksaan ditujukan kepada pemeriksaan terhadap posisi kas, kelengkapan dan kebenaran dari pada penggunaan uang, pemeriksaan terhadap kelancaran pembayaran, mulai dari pengesahan DIP/DIK sampai dengan pembayaran kepada pihak ketiga. Kemudian pemeriksaan terhadap kemungkinan penyimpangan prosedur pembiayaan dan prosedur pelaksanaan pekerjaan dan pembelian, pemeriksaan fisik pekerjaan dan fisik pembelian. Dalam tahun pertama tahun 1974/75 sasaran pemeriksaan ini telah lebih ditingkatkan lagi ke arah apakah hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pembangunan telah secara fungsionil sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dalam rangka pemeriksaan terhadap pelaksanaan keuangan negara telah dilakukan pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus yang selain mencakup bidang pelaksanaan APBN, juga mencakup bidang pelaksanaan APBD. Dari hasil pemeriksaan rutin tersebut di atas biasanya diketahui adanya gejala penyimpangan-penyimpangan tertentu. Untuk menilai apakah gejala penyimpangan tersebut merupakan gejala insidentil atau gejala umum, maka telah dilakukan pemeriksaan khusus. Gambaran dan hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun telah terdapat adanya perbaikan dalam mentaati peraturan-peraturan keuangan negara yang berlaku. Selain dari pada itu dapat dikemukakan pula bahwa jumlah proyek Repelita yang telah diperiksa dalam pemeriksaan khusus, telah meningkat dari tahun ketahun (Tabel XX 4).

821

TABEL XX 4 PERKEMBANGAN PENGAWASAN PROYEK DALAM RANGKA PEMERIKSAAN KHUSUS, 1972/73 1974/75 Tahun Jumlah Proyek seluruhnya Proyek yang diperiksa Presentase dari Jumlah seluruh proyek 1.791 1.956 1.696 (80,2) (80,0) (83,9)

1972/73 1973/74 1974/75 * ) *) Angka sementara

2.234 2.445 2.022

Selain peningkatan dan penyempurnaan di bidang pengawasan baik yang bersifat preventif maupun represif tersebut, dalam rangka menanggulangi kekurangan tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang pengawasan keuangan negara, mulai tahun 1989/70 telah dimulai penataran Bendaharawan (Penataran A) secara terarah dan terkoordinir, sedang penataran untuk tenaga-tenaga administrasi keuangan (Penataran B) dan tenaga pengawasan keuangan (Penataran C) telah dimulai dalam tahun anggaran 1971/72. Adapun hasil lulusan penataran-penataran tersebut sejak tahun 1972/73 tampak dalam Tabel XX 5.
TABEL XX 5 HASIL LULUSAN PENATARAN BENDAHARAWAN (A), PEGAWAI ADMINISTRASI KEUANGAN (B), DAN PEMERIKSA KEUANGAN (C), 1972/73 1974/75 (orang) Tahun 1972/73 1973/74 1974/75 Penataran A 8.962 2.452 1.538 Penataran B 2.916 1.294 912 Penataran C 392 307 172

822

You might also like