You are on page 1of 25

BAB I HUBUNGAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Hubungan Internasional Merupakan hubungan antar bangsa/negara atau antar kelompok manusia di dunia yang masing-masing kelompok terikat oleh kebangsaan / hukum negara yang berbeda. 2. Ruang Lingkup Hubungan Internasional a. Hubungan antar bangsa yaitu terjadinya interaksi antara suatu negara dengan negara lain atau lebih untuk mewujudkan tujuan masing-masing negara tersebut. Bentuk hubungan antar bangsa ini terdiri atas 3 macam : 1) Bilateral 2) Regional 3) Multilateral (Internasional) b. Hubungan perorangan dan kelompok Dengan makin meningkatnya IPTEK dan derasnya arus informasi membawa dampak terhadap lahirnya kontak-kontak pribadi diantara warga negara dan kontakkontak antar kelompok masyarakat di dunia. Adapun asas-asas / prinsip-prinsip itu adalah : a. Asas persamaan harkat martabat dan derajat negara yang saling mengadakan hubungan harus menjunjung tinggi dan mengakui persamaan harkat, martabat dan derajat dalam hal : 1) Teritorial yaitu pengakuan keadaan negara atas daerah negara lain 2) Kebangsaan yaitu setiap warga negara dimanapun berada tetap mendapatkan perlakuan hukum negara aslinya 3) Asas kepentingan umum yaitu pengakuan suatu negara terhadap negara lain dalam hal wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakatnya. b. Asas Keterbukaan : Dalam menjalin hubungan antar bangsa diperlukan adanya asling tukar informasi berkaitan dengan bidang apa hubungan antar bangsa itu dilakukan.

3. Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif

a. Pengertian Politik Luar Negeri Kumpulan kebijaksanaan suatu negara untuk mengatur hubungan-hubungan luar negerinya. b. Pengertian Politik Bebas Aktif Menurut Prof. Dr. Muchtar KKusumaatdja, Bebas adalah : Bangsa Indonesia tidak memihak pada kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana tercermin dalam falsafah bangsa. Aktif adalah : bahwa dalam melaksanakan kebijakan luar negerinya tidak bersifat pasif reaktif atas kejadian-kejadian Internasional melainkan berseifat aktif. c. Tujuan Politik Luar Negeri a. Pembentukan satu negara Republik Indonesia yang berbetuk negara kesatuan dan negara kebangsaan yang demokrasi dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai Merauke b. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur material dan spiritual dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia c. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia, terutama sekali dengan negara-negara Afrika dan Asia atas dasar bekerja sama membentuk satu dunia baru yang bersih dari imperialisme dan kolonialisme menuju kepada perdamaian dunia yang sempurna. Mengenai tujuan Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas dan aktif, Drs. Mohammad Hatta dalam bukunya Dasar Politik Luar negeri Republik Indonesia, merumuskan sebagai berikut : a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan sendiri c. Meningkatkan perdamaian internasional karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran rakyat d. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang tersimpul di dalam Pancasila, dasar, dan filsafat negara kita.

4. Peranan Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri dalam Membina Hubungan dengan Negara Lain Bentuk Perwakilan Negara Republik Indonesia di Luar Negeri a. Perwakilan Diplomatik Tugas pokok Perwakilan Diplomatik Indonesia adalah sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan hubungan dengan negara lain atau hubungan kepala negara dengan pemerintah asing (membawa surat resmi negaranya). 2) Mengadakan perundingan masalah-masalah yang dihadapi kedua negara itu dan berusaha untuk menyelesaikannya 3) Mengurus kepentingan negara serta warga negaranya di negara lain 4) Apabila dianggap perlu, dapat bertindak sebagai tempat pencatatan sipil, pemberian paspor, dan sebagainya. b. Perwakilan Konsuler Tugas-tugas yang berhubungan dengan kekonsulan, antara lain, mencakup bidang berikut : 1) Bidang Ekonomi, yaitu menciptakan tata ekonomi dunia baru dengan menggalakkan ekspor komoditas nonmigas, promosi perdagangan, mengawasi pelayanan, pelaksanaan perjanjian perdagangan dan lain-lain. 2) Bidang Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, seperti : tukar-menukar pelajar, mahasiswa, dan lain-lain. 3) Bidang-bidang lain, seperti : a) Memberikan paspor dan dokumen perjalanan kepada warga pengirim dan visa atau dokumen kepada orang yang ingin mengunjungi negara pengirim; b) Bertindak sebagai notaris dan pencatat sipil serta menyelenggarakan fungsi administratif lainnya; c) Bertindak sebagai subjek hukum dalam praktek dan prosedur pengadilan atau badan lain di negara penerima. 5. Peran Serta RI dalam Organisasi Internasional a. Indonesia dan PBB Peran Indonesia dan PBB ialah dapat berperan aktif untuk ikut mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. b. Indonesia dan ASEAN

Sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara membawa Indonesia untuk ikut berperan aktif di dalamnya. Peran ini terlihat sejak berdirinya ASEAN, dimana negara Indonesia sebagai salah satuu sponsornya disamping Muang Thai, Malaysia, Philipina dan Singapura. c. Indonesia dan Non-Blok Non Blok sebagai gerakan netral, Indonesia ikut membidani kelahirannya bersama Afghanistan, Mesir, India, dan Yugoslavia. Dengan demikian Non Blok dalam perjuangannya diri sendiri dan oleh asasasasnya yaitu : 1) Hak rakyat jajahan atas kebebasan penentuan diri sendiri dan kemerdekaan 2) Hormat menghormati terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara 3) Hak semua negara atas persamaan dan partisipasi aktif dalam urusan-urusan Internasional 4) Hak semua negara yang berdaulat untuk menentukan secara bebas jalan yang akan ditempuh dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan budaya 5) Hak semua rakyat atas manfaat perkembangan ekonomi dan gasil revolusi IPTEK 6) Tidak mengancam akan menggunakan kekerasan dan asas penyelesaian secara damai

BAB II HUKUM INTERNASIONAL


1. Pengertian Hukum Internasional Prof. Dr. Muchtar Kusumaatdja. S.H.LLM Keseluruhan kaidah-kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara antar negara dengan negara-negara dengan subjek lain bukan negara. 2. Sumber Hukum Internasional a. Sumber Hukum Internasional dalam arti material adalah yang membahas dasar berlakunya hukum, mengapa hukum itu mengikat ada 2 teori : 1) Teori Hukum Alam (Naturalis) Grotius E Vattel

Aliran yang berdasarkan pada hak asasi atau hak alamiah. Kekuasaan mengikat dari Hukum Internasional di dasarkan pada hukum alam yang berasal dari Tuhan. 2) Teori Fasintisme (Han Kelsen) Hakekat yang mendasari berlakunya Hukum Internasional ialah adanya persetujuan negara-negara yang berdaulat untuk mengikatkan diri pada kaidah atau norma-norma Hukum internasional Ada 3 aliran Fasintisme : a) Teori Comon Coucent Hukum Internasional yang telah ditentukan oleh negara induk dan diterima oleh negara yang bersangkutan b) Teori Self Suni Tia Tiam Hukum Internasional merupakan persetujuan negara-negara yang berdaulat untuk terikat pada kaidah atau norma yang batas-batas berlaku Hukum Internasional itu ditetapkan sendiri oleh masing-masing negara. Contoh : Hongkong sebelum 30 Juni 1997. c) Asas Sun Servada

Hukum Internasional yang dibuat oleh peserta harus dilaksanakan dengan itikad baik. Contoh : Deklarasi Bangkok 8 Agustus tahun 1987

b. Sumber Hukum Internasional dalam arti formal : 1) Prof. Dr. Muchtar Kusumaatdja, S.H.LMM Sumber Hukum Internasional adalah darimana kita mendapatkan / menemukan ketentuan-ketentuan Hukum Internasional. 2) Briely Hukum Internasional merupakan sumber Hukum Internasional yang paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan autentik dan dapat dipergunakan oleh Hukum Internasional dalam memutuskan suatu sengketa internasional. c. Pertahanan Hukum Internasional dalam menjaga Ketertiban dan Keamanan Dunia adalah : Melahirkan hubungan yang tetap dan terus-menerus antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya di dunia. Contoh : Perjanjian pemanfaatan benua Antartika secara damai (1959) Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk kepentingan damai (1968) Perjanjian damai Dayton (1995) Perjanjian damai Serbia Muslim Bosnia dan Kroasia

BAB III PERJANJIAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Perjanjian Internasional Pengertian Perjanjian Internasional, menurut : a. Oppenheim-Lautherpacht Perjanjian Internasional adalah suatu persetujuan antar negara yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara pihak-pihak yang mengadakannya. b. Prof. Muchtar kusumaatdja, S.H.LLM Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara bangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu. c. Konvensi Wina (1969) Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih, yang bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu. 2. Penggolongan Perjanjian Internasional a. Menurut Subjeknya Subjek Perjanjian Internasional adalah sebagai berikut : 1) Negara 2) Takhta Suci 3) Organisasi Internasional 4) Orang-perorangan 5) Pihak-pihak yang bersengketa Perjanjian Internasional dapat dilakukan antara negara dengan subjek-subjek yang lain, atau subjek yang satu dengan yang lain. b. Menurut Isinya 1) Segi Politik Contoh : NATO, ASEAN 2) Segi Ekonomi Contoh : CGI, IMF, WTO 3) Segi Hukum Contoh : Indonesia-RRC mengenai status Kewarganegaraan, Ekstradisi 4) Segi Batas Wilayah

Contoh : Penentuan batas laut teritorial Demarkasi 5) Segi Kesehatan Contoh : Masalah Karantina, Penanggulangan Penyakit AIDS

c. Menurut Fungsinya 1) Law making Treaties Perjanjian yang mengakibatkan hukum dan berlaku secara Internasional. Law Making Treaties bersifat umum dan terbuka. Contoh : Konvensi Wina (1958) tentang Hukum Diplomatik Konvensi Montecarlo (1982) tentang Maklumat Internasional

2) Treaty Contract Perjanjian yang mengakibatkan hak dan kewajiban terhadap pihak-pihak yang mengadakannya. Treaty Contract bersifat khusus dan tertutup. 3. Proses Pembuatan Perjanjian Internasional Proses pembuatan Perjanjian Internasional menurut Konvensi Wina (1969) melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Perundingan (Negotiation) Pada tahap ini dilakukan perundingan atau negosisasi terhadap suatu subjek tertentu yang akan dijadikan bahan dalam Perjanjian Internasional. Peserta yang melakukan perundingan adalah Pejabat dari masing-masing pihak dengan menunjukkan surat Kuasa Penuh (Full Power). Surat Kuasa Penuh tidak diperlukan, bila dilakukan oleh Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Menteri Luar Negeri, atau Duta Besar (Ambasador). Peundingan yang diadakan dalam rangka Perjanjian Bilateral disebut Talk. Perundingan yang diadakan dalam rangka Perjanjian Multilateral disebut Conference. Perundingan yang diadakan untuk Perjanjian tidak resmi disebut Corridor Talk. b. Penandatanganan (Signature) Pada tahap ini dilakukan penandatanganan terhadap suatu naskah perjanjian yang obyeknya telah dibicarakan pada tahap negosiasi. Pada lazimnya penandatanganan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri atau Kepala Pemerintahan.

Dalam Perjanjian Multilateral, penandatanganan teks perjanjian sudah dianggap sah jika 2/3 peserta telah hadir, kecuali ditentukan lain. c. Pengesahan (Ratification) Pada tahap ini dilakukan pengesahan terhadap perjanjian yang telah ditandatangani. Pengesahan merupakan suatu bukti kekuatan hukum, bahwa suatu negara telah mengikat daripada perjanjian yang telah dibuat. Pengesahan tersebut dilakukan oleh badan yang berwenang dalam negara. Hal ini merupakan suatu cara yang melembaga dalam kegiatan Perjanjian Internasional. Pada sisi lain pengesahan Perjanjian Internasional secara teknis menumbuhkan keyakinan pada lembaga perwakilan rakyat bahwa wakil yang menandatangani suatu perjanjian tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan umum. Ratifikasi Perjanjian Internasional dapat dilakukan oleh : 1) Badan Eksekutif Biasanya dilakukan oleh Pemerintah yang Absolut / Otoriter 2) Badan Legislatif Dewasa ini jarang digunkaan secara Internasional 3) Campuran Saat ini paling banyak dilakukan, karena baik legislatif maupun eksekutif samasama berperan. 4. Perjanjian Bilateral Perjanjian Bilateral adalah Perjanjian Internasional yang dilakukan oleh dua negara / pihak perjanjian. Perjanjian ini bersifat khusus hanya memuat hal-hal yang mengatur dua negara / pihak perjanjian. 5. Perjanjian Multilateral Perjanjian Multilateral adalah Perjanjian Internasional yang dilakukan oleh lebih dari dua negara / pihak. Perjanjian ini bersifat lebih umum dan terbuka, karena memuat hal-hal yang menyangkut kepentingan umum. 6. Hal-Hal dalam Perjanjian Internasional a. Asas Pacta Sunt Serpada Asas yang mengatur bahwa pihak-pihak yang mengadakan Perjanjian Internasional harus tunduk dan mengikatkan diri pada perjanjian tersebut.

b. Asas Suara Bulat (Unanimity Principil) Asas ini mengatakan bahwa suatu Perjanjian Internasional dinyatakan dapat diterima apabila mendapat persetujuan dengan suara bulat dari seluruh peserta. c. Teori Pan Amerika Teori ini menyatakan bahwa suatu Perjanjian Internasional dapat dilaksanakan sekalipun tidak mendapat suara bulat, tetapi dengan enggunakan persyaratan (resevation), artinya bagi negara yang tidak menyetujui dapat mengajukan persyaratan terhadap perjanjian tersebut.

7. Berakhirnya Perjanjian Internasional Rof. Dr. Muchtar Kusumaatdja, S.H LLM menyebutkan Perjanjian Internasional dapat berakhir apabila : a. Telah tercapai tujuannya b. Habis masa berlakunya c. Punahnya obyek perjanjian d. Ada persetujuan untuk mengakhiri perjanjian itu e. Ada perjanjian baru yang menggantikan perjanjian sebelumnya 8. Pembatalan Perjanjian Internasional a. Ada unsur kesalahan dalam pembuatan perjanjian (Error) b. Adanya unsur penipuan pada saat pembuatan perjanjian c. Bertentangan dengan kaidah Hukum Internasional 9. Imposibility Performance Suatu ketidakmungkinan untuk melanjutkan pelaksanaan perjanjian 10. Asas Rebussiestantibus Asas yang menentukan bahwa suatu Perjanjian Internasional dikatakan batal apabila salah satu pihak secara sengaja melanggar isi perjanjian yang sangat fundamental. 11. Istilah-Istilah Perjanjian Internasional a. Traktat (Treaty) Perjanjian paling formal yang merupakan persetujuan dari dua negara atau lebih. Perjanjian ini khusus mencakup bidang politik dan ekonomi.

10

b. Konvensi (Convention) Persetujuan formal yang bersifat multilateral dan tidak berurusan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi (Hight Policy). Persetujuan ini harus dilegalisasi oleh wakil-wakil yang berkuasa penuh (Plaen-Potentiories). c. Protokol Persetujuan yang tidak resmi dan pada umumnya tidak dibuat oleh Kepala Negara. Perjanjian ini mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran, klausalklausal tertentu. d. Persetujuan (Agreement) Perjanjian yang lebih bersifat teknis atau administratif. Perjanjian ini tidak diratifikasi, karena sifatnya sesuai dengan Traktat dan Konvensi.

e. Perikatan (Arrangement) Istilah yang digunakan untuk transaksi-transaksi yang bersifat sementara. Perikatan ini tidak seperti Traktat. f. Proses Verbal Catatan-catatan / ringkasan-ringkasan / kesimpulan-kesimpulan kompetensi diplomatik atau catatan-catatan suatu pemufakatan. Proses verbal ini tidak diratifikasi. g. Piagam (Statue) Himpunan peraturan yang ditetapkan oleh persetujuan internasional baik mengenai pekerjaan maupun kesatuan-kesatuan tertentu seperti, pengawasan internasional tentang minyak atau lapangan kerja. Piagam ini dapat digunakan sebagai alat tambahan untuk pelaksanaan suatu Konferensi. h. Deklarasi (Declaration) Perjanjian internasional yang terbentuk Traktat atau dokumen tidak resmi. Deklarasi sebagai Traktat bisa menerangkan suatu judul dari batang tubuh ketentuan traktat dan sebagai dokumen tidak resmi. i. Modus Vivendi

11

Dokumen yang mencatat persetujuan internasional yang bersifat sementara samapi berhasil diwujudkan persetujuan yang lebih permanen, terinci dan dicermati serta tidak memerlukan ratifikasi. j. Pival Act (Penentuan Penutup) Ringkasan hasil konferensi yang menyebutkan negara peserta, nama urusan yang turut diundang, serta maslah yang disetujui konferensi dan tidak diperlukan ratifikasi. k. Ketentuan Umum (General Act) Traktat yang bersifat resmi dan tidak resmi, misalnya LBB menggunakan Ketentuan Umum mengenai Arbitrasi untuk menyelesaikan secara damai pertikaian internasional. l. Charter Istilah yang dipakai dalam Perjanjian Internasional untuk pendirian badan yang melakukan fungsi administrasi misalnya Atlantic Charter. m. Pakta (Pact) Istilah yang menunjukkan suatu persetujuan yang lebih khusus. Pakta

membutuhkan ratifikasi. n. Convenant Anggaran Dasar Liga Bangsa-Bangsa (LBB).

12

BAB IV PERDAMAIAN DUNIA

1. Dasar Perdamaian Dunia Perdamaian Dunia merupakan cita-cita dari setiap manusia, bangsa dan negara yaitu hidup rukun dan damai dengan sesamanya. a. Grotius Beliau mengumandangkan perdamian melalui hukum Perang dan Perdamaian (Abad XVII). b. Abbe de Saint Piere Abbe mengeluarkan gagasan tentang perdamaian (Abad XVIII). c. Simon Bolivar Simon mengusulkan sistem perwasitan. d. Henry Dunant Henry mendirikan Palang Merah (1859) untuk meringankan kesengsaraan akibat perang. e. Tsar Nikolay II (Rusia) Tsar Nikolay II memprakarsai Konferensi Perdamaian I (1899) dan II (1907) di Den Haag yang menghasilkan badan tetap perwasitan. f. Woodrow Wilson Woodrow Wilson berusaha keras mendirikan LBB. g. Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill Keduanya mengadakan pertemuan yang menhasilkan Piagam Atlantik (Atlantic Charter) yang berisi pencegahan anekasasi, hak untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dari ketakutan dan kemiskinan serta penolakan terhadap segala bentuk kekerasan. h. Thrited Nation Declaration Pernyataan yang mengandung janji perdamaian bersama dari bangsa-bangsa. i. Piagam PBB

13

Piagam PBB memuat cita-cita dan tujuan perdamaian bersama dari bangsa-bangsa.

j. Deklarasi Hak Asasi Manusia Sedunia Deklarasi Hak Asasi Manusia Sedunia mencanangkan untuk menjaga agar tidak mengambil jalan kekerasan. Oleh karena itu hak-hak asasi manusia dilindungi melalui tertib hukum. 2. Tujuan Perdamaian Dunia a. Berusaha bersikap sabar dan hidup bersama dan bertetangga baik. b. Menyatukan kekuatan untuk memelihara perdamaian dan keamanan c. Kekuatan senjata hanya untuk kepentingan bersama d. Mengembangkan kemajuan ekonomi dan sosial semua rakyat 3. Keamanan dan Ketertiban Dunia sebagai Tujuan bersama a. Menyelamatkan umat manusia dari kehancuran akibat perang b. Menandaskan kepercayaan atas hak asasi manusia dan warganegara c. Mengusahakan dan menegakkan keadilan d. Mendorong dan menjunjung tinggi Hukum Internasional e. Membantu usaha-usaha memajukan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masnusia.

14

ASEAN

1. Asas ASEAN a. Terbuka keanggotaannya b. Sukarela 2. Tujuan ASEAN a. Menjalin hubungan persaudaraan antar bangsa b. Menjalankan kerjasama Ekonomi c. Memajukan kerja sama dalam bidang sosial, budaya d. Meningkatkan kerja sama dalam Pariwisata e. Menanggulangi maslah narkotika secara bersama f. Melaksanakan ekstradisi antar ASEAN 3. Struktur Organisasi ASEAN a. Summit Meeting (KTT) b. Sidang tahunan para Menteri Luar negeri c. Sidang Menteri Ekonomi d. Sidang Menteri Non-Ekonomi e. Komite-komite khusus f. Sekretariat ASEAN

PBB

1. Asas PBB a. Persamaan kedaulatan b. Memenuhi semua kewajiban yang ditetapkan dalam Piagam PBB c. Penyelesaian persengketaan internasional dengan jalan damai d. PBB tidak berwenang mencampuri urusan dalam negeri anggota e. Keanggotaan PBB bersifat terbuka bagi setiap negara yang cinta damai f. Semua anggota harus membantu PBB dalam tindakan yang diambil berdasarkan Piagam PBB 2. Tujuan PBB a. Memelihara keamanan dan perdamaian internasional

15

b. Mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa dengan menghormati hak menentukan nasib sendiri berdasarkan persamaan hak dan kedudukan c. Mengembangkan kerja sama internasional dalam memecahkan maslah ekonomi , sosial, budaya dan kemanusiaan d. Menjadikan pusat dari kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB 3. Struktur Organisasi PBB a. Majelis Umum b. Dewan Keamanan c. Dewan Ekonomi dan Sosial d. Dewan Perwalian e. Mahkamah Internasional f. Sekretariat

MEE

1. Asas MEE Kerja sama Perserikatan Ekonomi Eropa 2. Tujuan MEE a. Meningkatkan kerja sama di bidang Ekonomi b. Meningkatkan taraf hidup masyarakatnya c. Penghapusan bea masuk antara anggota d. Memberi bantuan kepada anggota yang lemah ekonominya 3. Struktur Organisasi MEE a. Majelis (Assembly) b. Dewan Menteri Masyarakat Eropa (The Council) c. Badan Pengurus Harian (Commisions) d. Mahkamah Peradilan (Court of Justice)

16

OPEC

1. Asas OPEC Keanggotaan terbuka 2. Tujuan OPEC a. Bidang Ekonomi Mempertahankan harga minyak dan menentukan harga sehingga menguntungkan negara-negara produsen minyak. b. Bidang Politik Mengatur hubungan dengan perusahaan-perusahaan mingyak asing atau pemerintah negara-negara konsumen 3. Struktur Organisasi OPEC a. Konferensi b. Dewan Gubernur c. Dewan Komisi Ekonomi d. Sekretariat

NATO

1. Asas NATO Untuk membendung pengaruh Komunisme di Eropa 2. Tujuan NATO a. Menyelesaikan persengketan secara damai b. Tidak menggunakan ancaman militer di kalangan internasional c. Membela negara anggota dengan prinsip, bahwa ancaman pada satu negara anggota merupakan ancaman seluruh anggota NATO d. Menghilangkan persengketaan politik internasional 3. Struktur Organisasi NATO a. Dewan Tertinggi b. Sekretariat c. Komite Militer

17

LIGA ARAB

1. Asas Liga Arab Kecemasan negara-negara Arab terhadap berdirinya negara Israel 2. Tujuan Liga Arab a. Mengorganisasikan berbagai kegiatan politik para anggota sehingga terjamin kerja sama dan terpelihara kedaulatan setiap anggota b. Memupuk kerja sama di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, komunikasi dan lainlain c. Melarang menggunakan kekerasan senjata dalam menyelesaikan sengketa dengan negara anggota 3. Struktur Organisasi Liga Arab a. Terdiri 5 (lima) Sekretariat Jenderal b. Dilengkapi beberapa Komite

OKI

1. Asas OKI Menggalang Solidaritas Islam 2. Tujuan OKI a. Memajukan solidaritas Islam diantara negara-negara anggota b. Memperkuat kerja sama antara anggota dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, IPTEK serta mengadakan perundingan c. Mengupayakan seoptimal mungkin untuk menghapus pemisahan ras, diskripminasi serta menghilangkan kolonialisme dalam segala bentuk d. Menyokong segala kegiatan untuk menuju perdamaian dunia e. Mengatur usaha untuk melindungi tempat-tempat suci dan menyokong perjuangan rakyat Palestina menuju kemerdekaan f. Membentuk suasana yang harmonis demi meningkatkan kerja sama sesama anggota OKI maupun negara lain g. Memperkuat perjuangan umat Islam untuk melindungi martabat umat, tidak tergantung pada negara lain dan hak setiap negara

18

3. Struktur Organisasi OKI a. Badan Utama : 1) Konferensi Kepala Negara (diadakan setiap tahun) 2) Sekretariat jenderal sebagai Badan Eksekutif 3) Konferensi para Menteri Lar Negeri 4) Mahkamah Internasional sebagai Badan Yudikatif b. Komite-Komite Khusus 1) Komite Al-Guds 2) Komite Tetap Keuangan 3) Komite Keuangan 4) Komite Sosial Budaya c. Badan-Badan Subsidir : 1) Dana Solidaritas Islam 2) Pusat Riset Sejarah dan budaya 3) Dana IPTEK dan Pembangunan 4) Komisi Bulan Sabit (PMI) 5) Pusat Riset dan Training 6) Bank Pembangunan Islam 7) Kantor Berita Islam

CGI

1. Asas CGI Bantuan ekonomi kepada Indonesia 2. Tujuan CGI Untuk memperlancar Pembangunan Nasional 3. Struktur CGI a. Ketua b. Sekretaris c. Anggota

19

GERAKAN NON BLOK

1. Asas Gerakan Non-Blok Ketakutan akan terjadinya perang negara-negara adikuasa 2. Tujuan Gerakan Non-Blok a. Mendukung perjuangan dekolonialisasi dan memegang teguh perjuangan melawan imperialisme, kolonialisme, neo kolonialisme, rasialisme apertheid dan Zeonisme. b. Wadah perjuangan negara-negara berkembang c. Mengurangi ketegangan Blok Barat dan Blok Timur d. Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata 3. Struktur Organisasi Gerakan Non-Blok a. Ketua b. Sekretaris

APEC

1. Asas APEC Pasar Bebas 2. Tujuan APEC a. Menjalin kerja sama ekonomi antar bangsa di Asia Pasifik yang semakin erat atas dasar saling menguntungkan b. Meningkatkan hubuungan kerja sama ekonomi bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama c. Memperkuat kemampuan masing-masing dan kemampuan anggotanya untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Termasuk dalam forum Multilateral yang lebih luas. 3. Struktur APEC a. Ketua b. Sekretaris c. Anggota

20

D-8

1. Asas D-8 Keanggotaan terbuka bagi negara berkembang dengan jumlah penduduk minimal 60 juta jiwa (kecuali Malaysia). 2. Tujuan D-8 Menetapkan kerja sama ekonomi bukan untuk menandingi organisasi lain, melainkan mengantisipasi bersama kebijakan yang dihasilkan negara-negara maju yang tergabung dalam negara G-7 dari negara-negara industri maju. 3. Struktur D-8 a. Ketua b. Sekretaris c. Anggota 4. Prinsip-Prinsip a. Perdamaian bukan konflik b. Dialog bukan konfrontasi c. Kerja sama bukan pemerasan d. Keadila bukan standart ganda e. Persamaan bukan diskriminasi f. Demokrasi bukan penindasan

21

BAB V MASALAH REGIONAL

Pengertian Masalah Regional adalah masalah-masalah atau tantangan-tantangan yang dihadapi oleh negara di kawasn tertentu. Walaupun tantangan-tantangan tersebut hanya dihadapi oleh suatu kawasn tertentu, namun pengaruhnya dirasakan pula oleh negara-negara di luar kawasan tersebut. Masalah-masalah Regional itu antara lain adalah sebagai berikut : 1. Permaslahan di Kawasan Timur Tengah a. Bidang Politik 1) Masalah Palestina dengan Israel 2) Hubungan antar negara Arab yang radikal dengan konservatif 3) Negara kaya melawan negara miskin 4) Negara yang menganut aliran Sunni dengan negara yang menganut aliran Syia 5) Masalah Arab dan Non-Arab Dalam hal ini faktor-faktor ekstern juga menambah kompleksnya permaslahan, misalnya : Penempatan pasukan Amerika di kuwait Libia, Iran dan Aljazair dituduh sebagai teroris Masalah minyak dan penguasaannya Perbatasan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan Masalah alih senjata canggih

b. Bidang Ekonomi Masih terdapat adanya kecemburuan dan kesenjangan ekonomi di negara-negara Arab. c. Bidang Sosial Budaya Belum terciptanya kerukunan, persatuan dan kesatuan di kalangan negara-negara Arab

2. Permasalahan di Kawasan Eropa a. Bidang Politik Akibat perang dingin timbul perpecahan / konflik

22

1) Yugoslavia menjadi negara-negara kecil 2) Yunani dan Turki berebut Siprus 3) Adaya keinginan bebas dari negara-negara Blok Timur untuk bergabung dalam NATO b. Bidang Ekonomi 1) Belum tercapainya kesepakatan Mata Uang Tunggal Eropa 2) Pemberian subsidi bebas kepada negara-negara Blok Timur 3) Persamaan Standarisasi Produksi 4) Pelaksanaan Liberalisasi Ekonomi di Eropa c. Bidang Sosial Budaya 1) Bentrok Islam dan Kristen di bosnia 2) Hilangnya faham Komunisme di bekas negara Blok Timur 3) Konflik Irlandia Utara dengan Inggris 3. Permasalahan di Kawasan Asia Pasifik a. Bidang Politik Beberapa permasalahan antara lain : 1) Normalisasi hubungan Indonesia dengan China 2) Dialog bilateral yang terus menerus antara Jepang dan Rusia tentang status Kepulauan Kuril yang dikuasai Rusia 3) Upaya Reunifikasi antara Korea Utara dengan Korea Selatan yang tersendat 4) Masalah RRC dengan Taiwan yang semakin memanas 5) Masalah Timor-Timur yang mengganggu hubungan Indonesia dengan Australia b. Bidang Ekonomi Dibalik peristiwa berakhirnya Perang Dingin berlakukan pasar Bebas ASEAN (AFTA) dan Liberalisasi ekonomi dikawasan Asia dan Australia. Beberapa permasalahan yang diperhatikan : 1) Kecenderungan diskriminasi bagi para investor Asia dan Australia 2) Krisis Politik Intern beberapa negara Asia pasifik 3) Bergabungnya beberapa negara Asia Selatan dalam SAARC 4) Beberapa negara Asia belum siap pelaksanaan Liberalisme ekonomi 5) Pengalihan dana dari sektor Ekonomi ke sektor politik dan militer yang kurang realistis akibat konflik yang berkepanjangan (Korea Utara dan Korea Selatan) 6) Masih banyak sumber daya manusia yang terampil dalam penyusunan IPTEK

23

c. Bidang Sosial-Budaya Masalah-masalah yang timbul dalam bidang Sosial Budaya antara lain : 1) Suku Bangsa maori (penduduk asli) semakin terdesak dan didiskriminasi di Australia dan Selandia Baru 2) Masalah pengungsi Vietnam yang tidak bermotiv politik 3) Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di kawasan Asia Pasifik belum sesuai dengan ketentuan PBB 4) Adanya diskriminasi dan intimidaasi baik terhadap agama maupun suku yang berkepanjangan 5) Pengelolaan Pariwisata yang menonjolkan sex atau pornografi dan perhaulan bebas yang tidak sesuai dengan Budaya Timur

24

MASALAH INTERNASIONAL

Pengertian Masalah Internasional adalah beberapa permasalahan umum yang dihadapi oleh bangsabangsa di Dunia. Hal-hal yang masih menjadi masalah dibeberapa wilayah dan dirasakannya di luar wilayah tersebut antara lain adalah : 1. Keamanan Kawasan a. Keamanan di kawasan Timur Tengah yang masih sulit ditegakkan dan bahkan mengancam perdamaian dunia. b. Campur tangan negara-negara di luar suatu kawasan yang dilanda masalah keamanan, misalnya : Campur tangan Amerika Serikat di Kawasan Timur Tengah. 2. Perang dan Kerusuhan Etnis a. Perang dan kerusuhan Etnis di negara-negara bekas Uni Soviet b. Perang dan kerusuhan Etnis di Bosnia c. Perang dan kerusuhan Etnis di Afrika Peran serta Indonesia melalui PBB turut menyelesaikan masalah-masalah itu dalam bentuk pengiriman Pasukan Perdamaian. 3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

4. Kemiskinan di Negara-Negara Dunia Ketiga

25

You might also like