You are on page 1of 35

BAB VI RENCANA AKSI

A. Penyediaan Bakalan/Daging Sapi Lokal Justifikasi : Sapi lokal harus dijadikan tulang punggung dalam penyediaan daging nasional. Permasalahan yang dihadapi selama ini antara lain adalah terbatasnya jumlah sapi bakalan lokal yang dapat dimanfaatkan untuk penggemukan. Oleh karena itu impor sapi bakalan cenderung terus meningkat, yang setiap tahun dapat menguras devisa sampai Rp. 4,8-5 trilyun. Impor yang semula ditujukan untuk mengisi kekurangan, ternyata sudah berpotensi mengganggu usaha penggemukan sapi lokal. Mestinya jumlah devisa yang terserap ke luar negeri lebih tepat digunakan untuk mengembangkan usaha penyediaan sapi bakalan dan daging lokal yang akan berdampak pada peningkatan kemandirian dan daya saing. Untuk menstimulasi peternak agar mengembangkan usaha peternakan sapi lokal, perlu didukung program dan fasilitas usaha budidaya dan penggemukan sapi lokal. Tujuan Target : : Meningkatkan ketersediaan bakalan dan daging yang berasal dari sapi lokal. Sapi bakalan yang potensial untuk dipotong pada tahun 2014 sebanyak 2.779 juta dan potensi daging lokal 525.477 ton Manfaat : Memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha budidaya pembiakan dan penggemukan sapi lokal. Menstimulasi para peternak untuk menfokuskan usaha budidaya sapi lokal maupun hasil IB, serta melestarikan plasma nutfah sapi lokal yang sangat adaptif.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

85

1. Pengembangan Usaha Pembiakan dan Penggemukan Sapi Lokal Kegiatan operasional ini bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi bakalan dan daging lokal. Program aksi: a. Penguatan modal usaha kelompok peternak melalui pemberian kredit lunak jangka panjang atau modal abadi dalam bentuk bantuan sosial dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada kelompok peternak yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. b. Pengembangan Program Sarjana Membangun Desa dan pengembangan sistem manajemen regional melalui Sarjana Membangun Desa, dengan cara: 1) Bantuan kredit lunak jangka panjang atau penyediaan modal abadi dalam bentuk bantuan sosial dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada SMD dan kelompok peternak terpilih. 2) Pemberian bantuan dana bagi sarjana pengelola kelompok peternak untuk mengembangkan manajemen dan organisasi usaha kelompok dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan jejaring usaha pembiakan dan/atau penggemukan serta pemasaran. Target : a. PMUK pada tahun 2010 (100 klp), 2011(100 klp), 2012 (100 klp), 2013 (100 klp ) dan 2014 (100 klp ) b. SMD pada tahun 2010 (514 klp), 2011 (514 klp), 2012 (514 klp), 2013 (514 klp) dan 2014 (514 klp) Pelaksana :
Direktorat Daerah Jenderal (Gubernur Peternakan dan/atau dan Eselon I Lingkup poknak, Kementerian Pertanian beserta UK/UPT di bawahnya, Kepala Bupati), gapoknak/ pengusaha, koperasi, Lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi, serta lembaga/instansi lain yang terkait.
Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

86

2. Pengembangan Pupuk Organik dan Biogas Kegiatan operasional ini bertujuan untuk memberikan stimulasi bagi usaha pembiakan dan penggemukan sapi atau usaha cow calf operation pola kereman. Program Aksi : a. Pengembangan usaha pupuk organik dan sistem jaringan pemasarannya, melalui : 1) Pemberian fasilitas dana dan dukungan teknologi untuk pembangunan rumah kompos (bangunan penyimpanan dan pemrosesan kotoran ternak menjadi pupuk organik) beserta semua perangkatnya di kelompok peternak usaha pembiakan dan penggemukan yang populasinya memiliki jumlah minimal tertentu. 2) Pemberian pelatihan manajemen pemeliharaan sapi pola zero waste, pengolahan limbah sapi dan manajemen 3) Fasilitasi organisasi bagi kelompok dan peternak jaringan

pengelola rumah kompos. pengembangan promosi pemasaran sapi dan pupuk organik. b. Pembangunan instalasi biogas untuk penyediaan energi alternatif di pedesaan, melalui : 1) Pemberian bantuan dana maupun teknologi untuk membangun instalasi biogas beserta seluruh perangkat penunjangnya di kelompok peternak sapi penggemukan atau usaha cow calf operation yang populasinya memiliki jumlah minimal tertentu dan kandang komunal. 2) Pemberian pelatihan manajemen pemanfaatan biogas secara optimal bagi anggota kelompok peternak. Target : Jumlah pengembangan pupuk organik dan biogas pada 87

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

tahun 2010 (300 unit), 2011 (300 unit), 2012 (300 unit), 2013 (300 unit) dan 2014 (300 unit). Pelaksana : Direktorat Jenderal Peternakan dan Eselon I Lingkup Kemtan beserta UK/UPT di bawahnya, Kepala Daerah (Gubernur dan/atau Bupati), gapoknak/poknak, Lembaga Litbang dan lembaga/instansi lain yang terkait. pengusaha, koperasi, Tinggi, serta Perguruan

3.

Pengembangan Integrasi ternak sapi dan tanaman Kegiatan operasional ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi usaha agribisnis tanaman pola integrasi tanaman-ternak melalui pendekatan low external input sustainable agriculture (LEISA) dan meningkatkan jumlah/populasi dan kualitas ternak sapi. Program Aksi : a. Integrasi tanaman ternak untuk usaha pembiakan sapi potong di lahan perkebunan, kehutanan, yang lahan hortikultura, lahan pascatambang dll, dengan cara: 1) Koordinasi sebagai dengan inti, perusahaan lain berperan antara PTP/Perusda/swasta

perkebunan/ kehutanan atau pertambangan. 2) Bantuan kredit lunak atau pemberian modal abadi bagi para peternak dari pemerintah pusat dan daerah bagi kelompok peternak yang melakukan integrasi dengan tanaman (perkebunan, hortikultura, tanaman hutan). 3) Pengadaan sarana prasarana untuk mewujudkan
usaha peternakan pola integrasi dan untuk mencukupi kebutuhan pakan dari limbah pengolahan sawit atau limbah agroindustri lainnya (tetes, onggok, dlsb).

b. Integrasi ternak tanaman melalui program CSR dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL),
Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

88

dengan cara :
1)

Perusahaan agribisnis (di luar bidang peternakan) menyediakan bantuan ternak, kredit lunak, ataupun modal abadi kepada kelompok peternak yang berusaha di lahan perusahaan untuk menambah populasi sapi.

2) Perusahaan

pertambangan atau lainnya (bukan

usaha agribisnis) menyediakan bantuan ternak, kredit lunak, ataupun modal abadi bagi kelompok peternak di sekitar atau di luar usaha non-agribisnis untuk mengembangkan usaha peternakan Target : Jumlah integrasi tanaman-ternak sapi pada tahun 2010 (11 paket), 2011 (22 paket), 2012 (33 paket), 2013 (44 paket) dan 2014 (55 paket). Pelaksana : Direktorat Jenderal Peternakan dan Eselon I Lingkup Kemtan beserta UK/UPT di bawahnya, Kepala Daerah (Gubernur dan/atau Bupati), gapoknak/poknak, Lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi, PTPN, Perusahaan perkebunan, perhutani, perusahaan pertambangan, serta lembaga/instansi lain yang terkait. 4. Pemberdayaan dan Peningkatan Kualitas RPH Kegiatan operasional ini bertujuan untuk mengawasi pemotongan sapi betina produktif sekaligus untuk meningkatkan status hygiene dan sanitasi RPH dalam rangka penyediaan daging yang ASUH. Program Aksi : a. Pembangunan RPH baru di propinsi yang memiliki potensi dalam usaha pemotongan hewan namun belum memiliki fasilitas RPH yang memenuhi persyaratan teknis higienesanitasi dengan cara:

1) Pembangunan RPH baru yang memenuhi persyaratan


Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

89

teknis higiene-sanitasi dan kesejahteraan hewan, baik dari aspek lokasi, prasarana jalan dan air bersih, bangunan, dan peralatan.

2) Penyiapan Sumberdaya Manusia RPH yang terampil


dan terlatih.

3) Peningkatan kemampuan pengelola RPH dalam


menerapkan pelayanan manajemen masyarakat RPH sebagai sarana dan berbasis keamanan

kehalalan pangan (daging). b. Renovasi RPH yang sudah ada dengan cara: 1) Fasilitasi perbaikan bangunan dan/atau peralatan RPH sehingga mampu menerapkan praktek Higienesanitasi dan kesejahteraan hewan. 2) Pembinaan pelayanan teknis kesmavet di RPH. 3) Penatalaksanaan manajemen dan operasional RPH mengacu kepada prinsip sistem jaminan keamanan dan kehalalan pangan Target : a. Jumlah RPH pada tahun 2010 (2 unit), 2011 (6 unit), 2012 (7 unit), 2013 (4 unit) dan 2014 (6 unit) b. Tersedianya SDM RPH terampil dan terlatih sebagai pengelola, penanggung jawab teknis, juru sembelih halal, dan pekerja yang menanganani daging. Pelaksana : Ditjen Peternakan, Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota dan Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan masyarakat veteriner.

B. Peningkatan Produktivitas dan Reproduktivitas Ternak Sapi Lokal Justifikasi : Percepatan pencapaian target populasi sapi lokal sangat 90

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

ditentukan oleh produktivitas sapi dan performa reproduksinya. Secara genetis sapi lokal seperti Sapi Bali, sapi PO dsb memiliki kinerja reproduksi yang baik. Sementara itu sapi hasil IB hanya akan mengekspresikan potensinya bila mendapat perlakuan yang semestinya. Untuk meningkatkan produktivitas dan kemampuan reproduksi yang optimal sapi lokal maupun sapi silangan hasil IB perlu diupayakan penyediaan pakan berbasis sumberdaya lokal secara mudah, murah, dan berkelanjutan. Tujuan : Meningkatkan angka kebuntingan dan kelahiran sapi lokal dan sapi silangan hasil IB, sekaligus menekan angka kematian sehingga menambah populasi sapi lokal. Target : Kelahiran sapi tahun 2014 sebanyak 3,364 juta ekor dengan masing-masing kontribusi IB 1,89 juta ekor dan Kawin Alam 1,474 juta ekor. Manfaat : Menstimulasi lembaga menyediakan straw IB yang baik daerah dan dan pusat untuk diperlukan mendorong

pemberdayaan pos IB dan tenaga IB. Hasil yang diharapkan adalah peningkatan populasi yang sekaligus dapat membantu untuk meningkatkan skala usaha peternak. 5. Optimalisasi IB dan InKA Kegiatan opersional ini bertujuan meningkatkan jumlah kelahiran anak melalui optimalisasi IB dan Intensifikasi kawin alam (InKA). Program Aksi : a. Penambahan jumlah akseptor IB, dengan cara: 1) Redistribusi sapi betina produktif hasil penjaringan maupun pemanfaatan sapi ex-impor yang layak dikembangbiakkan 2) Pendataan peternak yang ternaknya bersedia dijadikan akseptor dalam perkawinan melalui teknik IB. 3) Penambahan jumlah straw semen beku 80% melebihi
Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

91

dari jumlah akseptor, melalui program pemerintah maupun KSO (swadaya). 4) Pengembangan sarana prasarana pendistribusian straw semen beku. 5) Pembangunan Unit Layanan Inseminasi Buatan (ULIB) di sekitar lokasi beberapa kelompok peternak yang memiliki jumlah minimal tertentu dan peternaknya siap untuk mengikuti program IB. 6) Pembangunan Unit Wilayah Inseminasi Buatan (UWIB) sebagai unit yang mengkoordinir ULIB di wilayah masing-masing. 7) Pelatihan bagi inseminator, pemeriksanaan kebuntingan (PKB), dan asisten teknis reproduksi (ATR). 8) Penambahan dan replacement bibit jantan sebagai donor semen di Balai/Balai Besar IB. 9) Penambahan jumlah tenaga inseminator mandiri melalui pelatihan bagi pemuda desa dan pemberian bantuan peralatan IB. 10) Pemberdayaan dan pembuatan Pos IB dan keswan. b. Penambahan jumlah akseptor InKA dan pejantan pemacek. 1) Pendataan kelompok peternak yang sapi betina produktifnya tidak dikawinkan melalui teknik IB. 2) Pengadaan dan pendistribusian pejantan pemacek di kelompok peternak yang memiliki jumlah minimal tertentu untuk sapi betina produktif. 3) Penguatan manajemen dan organisasi kelompok peternak dalam mengelola sapi. Target : 1) Angka kelahiran IB : tahun 2010 (1,3 juta ekor ), 2011 (1,4 juta ekor ), 2012 (1,6 juta ekor ), 2013 (1,8 juta ekor ), dan 2014 (1,9 juta ekor )
Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

92

2) Angka kelahiran InKA : tahun 2010 (1,4 juta ekor ), 2011 (1,4 juta ekor ), 2012 (1,4 juta ekor ), 2013 (1,4 juta ekor), dan 2014 (1,5 juta ekor ) Pelaksana : Ditjenak, Dinas terkait peternakan, gapoknak/poknak

6. Penyediaan dan Pengembangan Pakan dan Air Kegiatan operasional ini bertujuan menjamin penyediaan pakan dan air untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi kelompok peternak dan unit usaha pembibitan maupun penggemukan sapi, mengakselerasi proses pertambahan populasi sapi melalui pengembangan sistem produksi berbasis pastura (padang penggembalaan) atau cut and carry system dengan sistem extensive dan managemen murah (low external input management) Program Aksi : a. Penambahan penyediaan sumber benih pakan HMT nasional (graminae dan legume), melalui: 1) Penanaman dan pengembangan sumber benih/bibit tanaman pakan ternak (TPT). a) Inventarisasi lokasi sumber dan jenis benih/bibit tanaman pakan ternak (rumput atau legume) di Indonesia. b) Penanaman benih/bibit tanaman pakan ternak di BPTU, UPTD daerah dan kawasan pengembangan ternak. c) Pengembangan feed bank (lumbung pakan). 2) Pembuatan embung, pompa air, dan konservasi lahan karena kondisi kekurangan air minum pada saat kemarau. 3) Pengembangan desa mandiri pakan melalui gerakan massal penanaman pakan ternak dan pemanfaatan limbah pertanian di lokasi kelompok peternak sapi potong 93

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

(antara lain kelompok PMUK, BPLM, SMD, LM3) dan di lokasi lain seperti daerah aliran sungai, sekitar embung, lahan kritis, tambang batubara, dan eks hutan produksi, atau terintegrasi dengan perkebunan dalam suatu pola tumpangsari. 4) Perluasan dan revitalisasi padang penggembalaan di wilayah yang berpotensi untuk pengembangan ternak pola grazing. b. Peningkatan pemanfaatan limbah agro industri seperti limbah atau hasil samping perkebunan atau pabrik pengolahan sawit (bungkil inti sawit, BIS), pabrik gula (tetes), dan pabrik penggilingan padi (dedak), dlsb. c. Pengembangan teknologi dan industri pakan berbasis sumberdaya lokal, dengan cara: 1) Pengembangan teknologi pakan, melalui aplikasi teknologi
pakan di kelompok (pengolahan, pengawetan, penyimpanan) dan pengadaan alat mesin pengolahan pakan di kelompok.

2) Penguatan kelembagaan yang menangani pengujian dan standarisasi mutu pakan. 3) Pengembangan mini feedmill di kelompok peternak yang memiliki populasi ternak dengan jumlah minimal tertentu. 4) Peningkatan kualitas SDM bidang pakan, termasuk staf yang memiliki jabatan fungsional pengawasan mutu pakan, serta penyediaan tenaga baru untuk wastukan di daerah/wilayah. 5) Restrukturisasi sistem tata niaga bahan baku pakan lokal. Target : a. Jumlah benih HMT pada tahun 2010 (26 juta ton), 2011 (28 juta ton), 2012 (28 juta ton), 2013 (30 juta ton) dan 2014 (30 juta ton)
Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

94

b. Jumlah HMT pada tahun 2010 (94 juta ton), 2011 (97 juta ton), 2012 (99 juta ton), 2013 (102 juta ton) dan 2014 (105 juta ton) c. Feed mill : 200 buah per tahun Pelaksana : Ditjenak, Badan Litbang, Dinas terkait peternakan,

gapoknak/poknak.

7.

Penanggulangan Gangguan Kesehatan Hewan

Reproduksi

dan

Peningkatan

Pelayanan

Program ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kegagalan reproduksi ternak betina produktif yang telah berhasil dikawini sebanyak 200-300 ribu akseptor IB dan InKA, dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan terhadap 200.000 ekor sapi bakalan. Program Aksi : a. Penanggulangan gangguan reproduksi, dengan cara: 1). Pemeriksaan akseptor terhadap status Brucellosis (khususnya di daerah yang belum bebas Brucellosis); 2). Peningkatan kualitas SDM yang menangani penyakit reproduksi; 3). Pengadaan obat-obatan dan hormonal; 4). Penanganan reproduksi; b. ternak yang mengalami gangguan

5). Monitoring, evaluasi dan pelaporan. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan, dengan cara: 1). Pembangunan pusat kesehatan hewan di wilayah padat ternak. 2). Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet. 3). Pengadaan obat-obatan parasit internal, antibiotika dan penambah daya tahan. 4). Monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

terapi

95

Target

a. Penanggulangan gangguan reproduksi terhadap 200-300 ribu ekor per tahun. b. Pengendalian penyakit hewan bernilai ekonomis tinggi sebanyak 200.000 ekor.

Pelaksana :

Ditjenak, Dinas terkait peternakan, Puskeswan, gapoknak/ poknak, serta UK/UPT terkait lingkup Deptan.

C. Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif Justifikasi : Sapi betina produktif merupakan sumber penghasil pedet.

Penambahan populasi sapi sangat ditentukan oleh ketersediaan sapi betina produktif yang proporsional secara berkelanjutan. Saat ini tingkat pemotongan sapi betina produktif di Indonesia sudah sampai pada tingkat membahayakan populasi sapi nasional. Oleh karena itu perlu program terobosan yang dapat mencegah berkurangnya populasi sapi betina produktif.

Tujuan Target Manfaat

: : :

Mempertahankan

populasi

sapi

nasional

yang

ada

melalui

pencegahan pemotongan sapi betina produktif . Terselamatkannya pemotongan sapi betina produktif sebanyak 200 ribu ekor per tahun. Meningkatkan populasi sapi secara nasional dengan penambahan pedet yang dilahirkan dari sapi betina produktif yang terselamatkan.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

96

8. Penyelamatan Sapi Betina Produktif Kegiatan operasional ini bertujuan menyelamatkan 200 ribu ekor sapi betina produktif per tahun yang akan dibawa ke RPH oleh kelompok peternak atau akan dipotong di RPH Program Aksi : a Pemeriksaan status reproduksi sapi betina produktif secara rutin di RPH dan kelompok peternak. b Fasilitasi dana talangan untuk menyelamatkan sapi betina produktif di tingkat RPH dan di kelompok peternak. c Pembinaan kelompok peternak yang sudah mengembangkan sapi betina produktif dan kelompok peternak pembibit. d Penambahan tenaga dan peningkatan kemampuan teknis petugas reproduksi dan manajemen pemeliharaan. Target : Jumlah sapi betina yang diselamatkan sebanyak 150 ribu ekor per tahun dan penambahan pedet sebanyak 80 ribu ekor sapi betina per tahun (80% kelahiran & rasio jenis kelamin jantan:betina 50:50) Sasaran ; RPH dan kelompok peternak di propinsi sentra produksi dan/atau sentra konsumsi Pelaksana : Ditjenak, Dinas Provinsi/Kab/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan masyarakat veteriner, gapoknak/ poknak, BPTP

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

97

D. Penyediaan Bibit Sapi Lokal Justifikasi : Bibit merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan strategis untuk peningkatan populasi dan penyediaan daging nasional. Jumlah bibit di Indonesia masih sangat terbatas dan semakin diperparah dengan pemotongan betina produktif. Oleh karena itu perlu dilaksanakan kegiatan penguatan kelembagaan pembibitan yang menerapkan good breeding practice, peningkatan penerapan standar mutu benih dan bibit ternak, peningkatan penerapan teknologi perbibitan, dan pengembangan usaha dan investasi. Tujuan : Meningkatkan ketersediaan bibit dalam rangka memenuhi kebutuhan bakalan sapi potong lokal untuk mencapai swasembada daging sapi secara berkelanjutan. Target Manfaat : : Jumlah bibit yang dihasilkan sampai tahun 2014 adalah sebanyak 1.880.000 ekor; benih 34 juta dosis semen beku; 3.550 embrio Program penyediaan bibit akan membantu peternak untuk meningkatkan skala pengusahaan dan pendapatan 9. Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan Kegiatan operasional ini bertujuan mengembangkan dan memperkuat wilayah sumber bibit utama serta kelembagaan pengelolaan bibit nasional, sehingga menjadi pemasok bibit dan betina produktif serta menjadi pusat pelestarian sapi asli dan sapi lokal Indonesia. Program Aksi : a Pengidentifikasian wilayah yang berpotensi sebagai sumber bibit sapi. b Penetapan wilayah sumber bibit sapi yang memiliki potensi menghasilkan bibit. c Penguatan UPT pembibitan dan sinergisme antar UPT 98

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

lingkup Deptan dalam rangka penyediaan bibit sapi unggul. Target : Jumlah semen beku tahun 2010 (4 juta dosis), 2011 (4,25 juta dosis), 2012 (4,5 juta dosis), 2013 (4,75 juta dosis) dan 2010 (5 juta dosis) dan 3.550 embrio Sapi bibit yang bersertifikat : 17.745 ekor Sasaran : NAD, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Kalsel. Pelaksana : UK/UPT Perbibitan lingkup Ditjennak dan Litbang, Ditjennak, Dinas yang membidangi fungsi peternakan. Jatim, Bali,

10. Pengembangan Usaha Pembibitan Sapi Potong melalui VBC Kegiatan operasional ini bertujuan meningkatkan populasi bibit di masyarakat yang secara akumulatif memenuhi target kebutuhan bibit nasional. Program Aksi : a. Penyusunan kriteria Village Breeding Centre (VBC) berdasarkan acuan ilmiah. b. Penambahan jumlah sapi bibit di kelompok peternak yang sudah berpengalaman sesuai dengan kemampuannya. c. Pelatihan dan pendampingan kelompok peternak pembibit (VBC) dalam rangka menerapkan Good Breeding Practice. d. Penetapan standar mutu bibit melalui sertifikasi bibit untuk menjaga/meningkatkan harga bibit di peternak. Target : Dihasilkan 5 ribu ekor bibit per tahun Ditjenak, Badan Litbang/BPTP, Pergurun Tinggi, Dinas yang membidangi fungsi peternakan, gapoktan/poktan.

Pelaksana :

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

99

11. Penyediaan sapi bibit melalui subsidi bunga (KUPS) Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatan populasi, menyediakan bibit secara berkelanjutan, menumbuhkan industri dan kelompok pembibitan serta memperluas lapangan pekerjaan melalui bantuan permodalan dengan bunga rendah (karena disubsidi oleh pemerintah) bagi pelaku usaha pembibitan. Program Aksi : a. Sosialisasi KUPS di pusat dan daerah (Pelaksana: Deptan, Bank, Dinas/Pemda). b. Pemetaan daerah (peserta KUPS) yang berpotensi dalam penyerapan KUPS (Pelaksana Ditjennak, Dinas, Litbang). c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan KUPS antara Deptan, Depkeu, Perbankan, dan stakeholders terkait. d. Monitoring ketersediaan ternak di dalam dan luar negeri. e. Identifikasi dan klarifikasi pelaksana dan pemanfaatan KUPS. f. Penguatan modal usaha kelompok. g. Pembinaan, pendampingan dan pengawasan pelaksanaan KUPS. h. Koordinasi dengan Pemda untuk pengalokasian dana (APBD/DAK/DAU dll) untuk dana penjaminan KUPS pada bank daerah. i. Pengintegrasian program KUPS dalam program SMD dan program lainnya. Target : Penyerapan kredit untuk pengadaan dan pemeliharaan sapi bibit sebanyak 200 ribu ekor per tahun Pelaksana : Pelaku Usaha pembibitan sapi (perusahaan, DepKeu dan koperasi, Deptan

kelompok/gapoktan),

Perbankan,

(Ditjenak dan Pusat Pembiayaan), Dinas yang membidangi fungsi peternakan di prov dan kab/kota

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

100

E. Pengaturan Stock Daging Sapi Dalam Negeri. Justifikasi :

Angka importasi sapi bakalan setiap tahun mencapai lebih dari 600 ribu ekor, sementara impor daging lebih dari 70 ribu ton. Selain terjadi pengurasan devisa, importasi juga telah mengganggu usaha peternakan sapi lokal sehingga perlu regulasi, pedoman, instrumen dan insentif yang mampu memberi suasana kondusif bagi perkembangan usaha agribisnis sapi potong berdaya saing secara berkelanjutan.

Tujuan

Menstimulasi pengembangan usaha agribisnis sapi potong berbasis sumberdaya lokal dengan dukungan teknologi inovatif tepat guna, sehingga produktivitas ternak dan produksi daging meningkat dan selanjutnya dapat mewujudkan swasembada daging sapi secara berkelanjutan.

Target

Meningkatkan produksi daging sehingga dapat memenuhi 90% kebutuhan pasar domestik, dan selanjutnya diarahkan untuk dapat mengekspor produk tertentu yang berkualitas guna keperluan pasar global.

Manfaat

Program ini akan berdampak pada: (i) penghematan devisa untuk impor daging/sapi, dan (ii) sekaligus untuk memperoleh devisa dari ekspor produk tertentu, serta (iii) membantu peternak untuk mendapatkan keuntungan lebih baik dari harga sapi yang dijual, sehingga (iv) kesejahteraannya meningkat.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

101

12. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging a. Pengaturan stock sapi bakalan Kegiatan operasional ini bertujuan menerapkan aturan yang lebih kondusif dalam pelaksanaan impor sapi bakalan agar: (i) sesuai dengan SOP, serta (ii) mengikuti prosedur karantina yang benar. Program Aksi :
1)

Penerapan regulasi impor ternak sapi bakalan sesuai SOP dan tatacara karantina yang benar secara bertahap dan konsisten.

2)

Penyempurnaan regulasi setingkat Peraturan Menteri tentang pemasukan dan pengeluaran sapi potong dan bibitnya; serta penyempurnaan dan sosialisasi pedoman (SOP) untuk impor sapi bakalan.

3)

Pengawasan dan pemantauan kegiatan impor sapi potong bakalan sesuai dengan paraturan feedlot bukan untuk dan agar hanya keperluan perundang-undangan yang ada.

4)

Pembinaan

kepada

perusahaan usahanya

mengembangkan memanfaatkan
5)

memanfaatkan bakalan impor tetapi juga dengan bakalan lokal, domestik sekaligus untuk merebut peluang ekspor. Revitalisasi sistem karantina hewan terkait dengan impor bibit maupun sapi bakalan yang benar-benar sesuai ketentuan teknis.
6)

Pembinaan kepada industri penggemukan agar ikut berbasis

Target

serta dalam usaha cow calf operation. Peningkatan penyediaan daging sapi lokal nasional > 90% pada tahun 2014.

sumberdaya domestik untuk memenuhi kebutuhan daging

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

102

Pelaksana :

Ditjenak, Badan Karantina, BP2HP, Badan Litbang, Dinas Provinsi/Kab/Kota terkait, Departemen Perdagangan.

b. Pengaturan stock daging Kegiatan operasional ini bertujuan mengurangi impor daging sapi yang tidak berkualitas secara bertahap dan mencegah masuknya produk yang tidak terjamin ASUH atau produk dumping yang dapat mengganggu peternakan dan pasar domestik. Program Aksi : 1) Penyempurnaan dan penegakan Peraturan Pertanian tentang pemasukan daging. Menteri

2) Pengawasan dan pemantauan kegiatan impor daging sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 3) Pembinaan kepada importir dan distributor daging agar mendukung pengembangan perdagangan atau tata-niaga daging sapi lokal. 4) Pengembangan klasifikasi potongan daging sapi lokal hasil penggemukkan. Target : Mencegah, mengurangi dan menghambat masuknya daging yang tidak terjamin ASUH, daging ilegal, dan daging yang tidak berkualitas (jerohan), serta mengurangi kontribusi daging dan sapi bakalan impor untuk kebutuhan pasar domestik < 10%. Pelaksana : Ditjenak, Dinas Provinsi/Kab/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan masyarakat veteriner, pelaku usaha pemasukan dan distribusi daging sapi impor, serta instansi lain yang terkait dengan tataniaga daging.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

103

13. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging a. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi Kegiatan operasional ini bertujuan menjamin ketersediaan sapi potong berkualitas di wilayah sumber bibit, daerah pengembangan, maupun di daerah pemasaran (kota besar), dan sekaligus menjamin stabilitas harga sapi agar kesejahteraan peternak lebih baik. Program Aksi : a. Penetapan pengeluaran dan pemasukan sapi untuk keperluan bibit, sapi potong maupun pengembangan antar wilayah oleh pemerintah daerah melalui berkoordinasi dengan pemerintah pusat . b. Penyusunan regulasi setingkat Peraturan Menteri tentang pendistribusian dan pemasaran ternak untuk keperluan pembibitan, penggemukan, maupun sapi potong. c. Pengawasan dan pemantauan kegiatan perdagangan sapi potong antar wilayah; serta pendistribusian dan pemasarannya. d. Revitalisasi sistem karantina hewan terkait dengan perdagangan bibit, ternak bakalan dan sapi potong (termasuk sapi ex-impor) antar wilayah. Target : Setiap wilayah tersedia sapi bibit, sapi bakalan maupun sapi potong dengan harga terjangkau, serta menjaga jangan sampai terjadi pengurasan ternak maupun sumberdaya genetik di wilayah sumber bibit. Pelaksana : Ditjenak, Dinas Provinsi/Kab/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan masyarakat veteriner, pelaku usaha pemasukan dan distribusi daging sapi impor

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

104

b. Pengaturan distribusi dan pemasaran daging di dalam negeri Kegiatan operasional ini bertujuan menjamin ketersediaan daging di wilayah Indonesia dan stabilitas harga daging. Program Aksi 1) Peningkatan pengawasan dan pemantauan

distribusi daging lokal maupun impor . 2) Pengendalian distribusi daging impor berdasarkan kelengkapan fasilitas rantai dingin dari importir hingga ritel. Target : Harga daging lebih masih tetap atraktif sehingga tetap menggairahkan usaha agribisnis sapi potong, namun tetap terjangkau oleh konsumen. Pelaksana : Ditjenak, Dinas Provinsi/Kab/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan masyarakat veteriner, pelaku usaha pemasukan dan distribusi daging sapi impor

Road Map Program Swasembada Daging Sapi 2014 disajikan pada Gambar 8. Sedangkan rekapitulasi kontribusi daging pada setiap kegiatan disajikan pada Tabel 12.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

105

Gambar 8. Road Map Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 ROAD MAP PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2014 20 Lokasi Prioritas

5 Kegiatan Pokok

Target Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014


Impor Sapi bakalan setara daging 2010 : 46,3 rb ton 2011 : 35,2 rb ton 2012 : 26,7 rb ton 2013 : 20,3 rb ton 2014 : 15,4 rb ton Daging 2010 : 73,7 rb ton 2011 : 67,2 rb ton 2012 : 57,9 rb ton 2013 : 45,9 rb ton 2014 : 31,2 rb ton

Kelompok I Daerah prioritas Inseminasi Buatan (IB) yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Kelompok II Daerah Prioritas Pengembangan Campuran Inseminasi Buatan (IB) dan Kawin Alam yaitu Provinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Jambi dan Riau. Kelompok III Daerah Prioritas Kawin Alam yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

13 Kegiatan Operasional Pengembangan usaha pembiakan dan penggemukan sapi lokal Pengembangan pupuk organik dan biogas Pengembangan integrasi ternak sapi dan tanaman Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH Revitalisasi IB dan InKA Penyediaan dan pengembangan pakan dan air Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan Penyelamatan sapi betina produktif Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan Pengembangan pembibitan sapi potong melalui VBC Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Program KUPS) Pengaturan stock sapi bakalan dan daging Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging

Penyediaan daging sapi produksi lokal 2010 : 282,9 rb ton 2011 : 316,3 rb ton 2012 : 349,6 rb ton 2013 : 384,2 rb ton 2014 : 420,3 rb ton

90%

10%
Total permintaan Tahun 2014: 467 rb ton 106

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

Tabel 12. Rekapitulasi Kontribusi Daging dan Pelaksana masing-masing Kegiatan Operasional
Kontribusi Daging ( ton) No 1 2 3 Kegiatan Operasional Pengembangan usaha pembiakan dan pengemukan sapi lokal Pengembangan pupuk organik dan biogas Pengembangan tanaman integrasi ternak sapi dan
3,651 5,173 3,104 36,212 5,173 5,173 3,104 10,346 8,277 4,139 4,139 2,069 1,035 6,703 4,021.9 46,922 6,703 6,703 4,022 13,406 10,725 5,363 5,363 2,681 1,341 8,271 4,963 57,899 8,271 8,271 4,963 16,543 13,234 6,617 6,617 3,309 1,654 9,905 5,942.9 69,334 9,905 9,905 5,943 19,810 15,848 7,924 7,924 3,962 1,981

2010
7,302

2011
10,346

2012
13,406

2013
16,543

2014
19,810

Penangung Jawab Ditjen Nak

Pelaksana Unit Kerja Terkait Depsos, Kemeng Kop dan UKM Ditjen Nak, ESDM, LIPI Dephut, Ditjen Bun, Dirjen TP, Ditjen Hortikultura Depdag, P2HP, Pemda Pemda Ditjen Nak Dephut, Ditjen Bun Badan Karantina, Pemda Pemda Pemda Pemda Ditjen Nak, Depkeu, Bank Mitra Depdag, Karantina, Ditjen Nak Depdag, Karantina, Ditjen Nak Ditjen Nak , Pemda

3,651

5,173

6,703

8,271

9,905

PLA

Ditjen Nak Ditjen Nak Ditjen Nak PLA Ditjen Nak Ditjen Nak Ditjen Nak Ditjen Nak Setjen Ditjen Nak Ditjen Nak Ditjen Nak

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH


2,191

Optimalisasi IB dan INKA Penyediaan dan pengembangan pakan dan air Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan Penyelamatan Sapi Betina Produktif Pengembangan pembibitan sapi potong melalui VBC Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Program KUPS) Pengaturan stockr sapi bakalan dan daging Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging Operasional kegiatan pusat/prop/kab/kota Total

25,557 3,651 3,651 2,191 7,302 5,842 2,921 2,921 1,460 730

73,019

103,463

134,064

165,425

198,096

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

107

BAB VII ORGANISASI PELAKSANA

Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan program PSDS 2014, diperlukan struktur organisasi pelaksana yang bersifat operasional, mandiri, berjenjang, dan terkoordinasi sehingga kekurangberhasilan program swasembada daging sapi pada periode sebelumnya tidak terulang lagi. Pada periode tahun 2000 2005, organisasi pelaksana tidak dibentuk sehingga pelaksanaan kegiatan tidak jelas dan tidak terarah. Pada periode 2005 2010, organisasi pelaksana dibentuk sebagai tim teknis tetapi tidak bersifat operasional. Untuk itu, organisasi pelaksana PSDS 2014 yang dibentuk saat ini lebih baik dan berjenjang dari tingkat Pusat sampai daerah sebagaimana dijelaskan pada Bagan 1 berikut: Bagan 1 Organisasi Pelaksana PSDS.
STRUKTURAL HIRARKI UNIT FUNGSIONAL
UMP PSDS TENAGA AHLI : Produksi Keswan dan Kesmavet Sosial Ekonomi

PUSAT

(Unit Manajemen Pusat)

TIM PENGARAH TIM TEKNIS

PROVINSI

UM Prov PSDS (Unit Manajemen Prop)

KABUPATEN

UM Prov PSDS (Unit Manajemen Kab/Kota)

KECAMATAN

SATGAS PSDS (Melaksanakan 13 Langkah PSDS, Tergantung Kecamatan)

Keterangan = Arus Konsultatif, Koordinatif. = Arus Implementatif, Supervisi, Pembinaan. = Arus konsultatif, Pelaporan.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

108

A. Tingkat Pusat Unit Manajemen Pusat (UMP) terdiri dari unsur Teknis, Administrasi dan Pelaporan, serta Keuangan dan Perlengkapan. UMP diharapkan dipimpin oleh personal yang mempunyai kapasitas baik secara teknis, administrasi dan manajemen dengan dibantu oleh seorang sekretaris dan kepala urusan berdasarkan tiga wilayah PSDS dan bendaharawan/pengelola keuangan. Pelaksana UMP diupayakan tidak rangkap jabatan agar mereka dapat lebih fokus dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan tugas-tugas teknisnya UMP dibantu oleh beberapa tenaga ahli yang kompeten untuk memberikan saran/masukan teknis dan ekonomis dalam penyelenggaraan tugasnya untuk mencapai swasembada daging. Tenaga ahli tersebut bersifat multidisiplin yaitu tenaga ahli perencanaan, monitoring dan evaluasi, IB dan kawin alam, Kesehatan hewan, dan Kesmavet serta ahli di bidang sosial ekonomi peternakan. Tenaga ahli ini akan memberikan masukan operasional kepada UMP untuk dapat dilaksanakan dengan mengacu kepada dokumen blue print serta arahan dari tim pengarah dan tim teknis. Tim Pengarah terdiri dari unsur pengambil kebijakan di tingkat Kementerian Pertanian, sedangkan Tim Teknis terdiri dari unsur pejabat teknis sesuai dengan bidang tugasnya. Organisasi UMP dapat dilihat pada Bagan 2. Tugas, Tanggungjawab, dan Wewenang 1. Melaksanakan tugas-tugas operasional program swasembada daging sapi sesuai dengan dokumen blue print, 13 (tiga belas) kegiatan operasional dan program aksinya. 2. 3. Mengkoordinasikan agar terjadi sinergi kegiatan sebagaimana tercantum dalam pedoman. Melakukan sosialisasi langkah-langkah operasional pencapaian swasembada daging sapi kepada aparatur terkait, pelaku usaha, organisasi profesi, asosiasi, masyarakat dan melaporkannya kepada Direktur Jenderal Peternakan. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014 109

4. Menyiapkan bahan rumusan operasional dan pedoman umum pencapaian swasembada daging sapi secara nasional. 5. Melaksanakan pengendalian, pemantauan , supervisi dan evaluasi terhadap realisasi perencanaan yang telah ditetapkan. 6. Menginventarisasi permasalahan yang timbul dan memberikan saran penyelesaian serta melaporkannya kepada Direktur Jenderal Peternakan. 7. Menyiapkan bahan arahan untuk unit manajemen provinsi dan kabupaten serta para Satgas di tingkat kecamatan. 8. Mengelola keuangan dan administrasi perlengkapan. 9. Melaporkan secara regular setiap bulan kepada Direktur Jenderal Peternakan tentang pelaksanaan program swasembada daging sapi.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

110

Bagan 2 Organisasi Unit Manajemen Pusat (UMP)


Ditjen Peternakan

Ketua

Sekretaris

Tenaga Ahli : Produksi Keswan dan Kesmavet Sosial ekonomi

Ur. Keuangan Ur Perencanaan Ur. Monev dan Pelaporan

Korwil I

Korwil

Korwil III

Korwil IV

Ur Produksi Ur. Keswan dan Kesmavet

Ur. Produksi Ur. Keswan dan Kesmavet

Ur Produksi Ur.Keswan dan Kesmavet

Ur Produksi Ur.Keswan dan Kesmavet

Keterangan : = Arus Konsultatif, Koordinatif. = Arus Implementatif, Supervisi, Pembinaan. = Arus konsultatif, Pelaporan.

B. Tingkat Provinsi Unit Manajemen Tingkat Provinsi (UMProv) lebih bersifat koordinatif yang terdiri dari unsur Urusan Administrasi dan Pelaporan, Urusan Perencanaan dan Urusan Monitoring dan Evaluasi. UMProv diharapkan dipimpin oleh personil yang mempunyai kapasitas baik secara teknis, administrasi dan manajemen dengan dibantu oleh seorang sekretaris dan bendaharawan/ pengelola keuangan. Dalam merencanakan dan melaksanakan PSDS 2014, pelaksana tingkat provinsi diarahkan dan dibina oleh Tim Teknis yang unsurnya terdiri dari pejabat teknis

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

111

lingkup pertanian provinsi sesuai dengan bidang tugasnya. Secara diagramatis organisasi UMProv dapat dilihat pada Bagan 3. Bagan 3 Organisasi Tingkat Propinsi (UMProv)

Gubernur
Tim Teknis BPTP Sekdin BAPPEDA Perguruan Tinggi Distan Disbun Dinas Koperasi Dinas Menakertrans BAKORLUH

Ketua

Sekretaris (Kabid Produksi)

Ur Keuangan Ur Perencanaan Ur Monev dan Pelaporan

Bidang Produksi

Bidang Keswan dan Kesmavet

Bidang Perencanaan dan Pelaporan

Keterangan = Arus Implementatif, Supervisi, Pembinaan. = Arus konsultatif, Pelaporan.

C. Tingkat Kabupaten/Kota Unit Manajemen Tingkat Kabupaten/Kota (UMK) terdiri dari unsur Urusan Administrasi dan Pelaporan, Keuangan Perlengkapan dan urusan Teknis. UMK diharapkan dipimpin oleh personil yang mempunyai kapasitas baik secara teknis, administrasi dan manajemen dengan dibantu oleh seorang sekretaris dan bendaharawan/ pengelola keuangan. Pelaksana pada tingkat kabupaten (UMK) diupayakan tidak rangkap jabatan agar dapat lebih fokus dalam melaksanakan tugasnya. Dalam pelaksanaan tugasnya UMK diarahkan dan dibina oleh Tim Teknis yang unsurnya terdiri dari pejabat teknis lingkup pertanian kabupaten Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014 112

sesuai dengan bidang tugasnya. Secara diagramatis organisasi UMProv dapat dilihat pada Bagan 4. Bagan 4 Organisasi Tingkat Kabupaten/Kota (UMK)
Bupati

Ketua (Kadisnak)

Tenaga Teknis : Baperluh Sekdin Distan Disbun Dinas Koperasi

Sekretaris (Kabid Produksi)

Ur. Keuangan Ur Perencanaan Ur. Monev dan Pelaporan

Bidang Produksi

Bidang Keswan dan Kesmavet

Bidang Perencanan Monev dan Pelaporan

SATGAS PSDS KECAMATAN


Keterangan = Arus Implementatif, Supervisi, Pembinaan. = Arus konsultatif, Pelaporan.

D. Tingkat Kecamatan Pelaksana PSDS Tingkat Kecamatan (Satgas) merupakan ujung tombak pelaksanaan PSDS 2014. Satgas tersebut mempunyai tugas melakukan pendampingan teknis, pemberdayaan kelompok sasaran, pemantauan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. Sebagai pelaksana tingkat kecamatan (Satgas) disarankan dapat mendayagunakan para Petugas Teknis Peternakan (Inseminator, PKB, ATR, KCD, Medis dan Paramedis), Sarjana Membangun Desa (SMD), dan Penyuluh. Selanjutnya organisasi tingkat kecamatan disajikan pada Bagan 5. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014 113

Bagan 5 Organisasi Tingkat Satuan Tugas (Satgas) Kecamatan:

Kepala Dinas Kab/Kota

Koordinator

Satgas IB dan INKA

Satgas Keswan dan Kesmavet

Perencanaan dan Pelaporan

Keterangan : = Arus Implementatif, Supervisi, Pembinaan. = Arus konsultatif dan Pelaporan.

Tugas, Tanggungjawab dan Wewenang. 1. 2. Melaksanakan tugas-tugas teknis operasional IB, InKA, Keswan, Kesmavet, perencanaan dan Pelaporan. Melaporkan secara regular setiap minggu kepada Kepala Dinas Peternakan atau yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

114

BAB VIII PEMBIAYAAN Sumber dana Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 diharapkan berasal dari pemerintah (APBN dan APBD), swasta dan masyarakat. Pembeayaan yang bersumber dari APBN, untuk masing-masing skenario disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Rincian biaya program swasembada daging sapi 2014.
No Kegiatan Operasional Dana (Rp. Ribu) 2010 300,180 2,191,830 865,000 90,000 4,400 20,000 142,500 78,630 2011 450,270 1,983,180 790,000 90,000 8,800 60,000 152,500 78,680 2012 472,784 2,083,830 775,000 90,000 13,200 70,000 168,500 79,330 2013 496,423 2,137,180 760,000 90,000 17,600 40,000 181,500 80,280 2014 521,244 2,240,900 2,248,530 745,000 90,000 22,000 60,000 195,000 81,030

A B 1 2 3 4 5 6 7

Pesimistic Total Pesimistic Most Likely Pengembangan usaha pembiakan dan penggemukan sapi lokal Pengembangan pupuk organik dan biogas Pengembangan integrasi ternak sapi dan tanaman Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH Revitalisasi IB dan INKA Penyediaan dan pengembangan pakan dan air Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan Penyelamatan sapi betina produktif Pengembangan pembibitan sapi potong melalui VBC Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Program KUPS) Pengaturan stock sapi bakalan dan daging Pengaturan distribusi dan pemasaran ternak sapi dan daging Operasional kegiatan pusat/ prop/kab/kota Total Most Likely

75,000 79,000 150,000 200,000 14,000 500 200 472,600

78,600 90,000 150,000 250,000 30,000 1,000 200 203,400

82,500 101,000 150,000 300,000 50,000 700 200 203,400

86,700 107,000 150,000 350,000 70,000 500 200 203,400

91,400 120,000 150,000 400,000 90,000 500 200 203,400 10,644,550

8 9 10 11 12 13 14

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

115

No C. 1 2 3 4 5 6 7

Kegiatan Operasional Optimistic Pengembangan usaha penggemukan sapi lokal

2010 3,911,060

2011

Dana (Rp. Juta) 2012 3,964,260 1,550,000 180,000 26,400 140,000 337,000 158,660

2013 4,070,960 1,520,000 180,000 35,200 80,000 363,000 160,560

2014 4,293,660 1,490,000 180,000 44,000 120,000 390,000 162,060

3,762,960 1,580,000 180,000 17,600 120,000 305,000 157,360

pembiakan

dan 1,730,000 180,000

Pengembangan pupuk organik dan biogas Pengembangan integrasi ternak sapi dan tanaman Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH Revitalisasi IB dan INKA Penyediaan dan pengembangan pakan dan air Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan

8,800 40,000 285,000 157,260

150,000 Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan 9 Penyelamatan sapi betina produktif 10 Pengembangan pembibitan sapi potong melalui VBC 11 Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Program KUPS) 12 Pengaturan stock sapi bakalan dan daging 13 Pengaturan distribusi dan pemasaran ternak sapi dan daging 14 Operasional kegiatan pusat/ prop/kab/kota Total Optimistic 8 158,000 300,000 400,000 28,000 1,000 400 472,600

157,200 180,000 300,000 500,000 60,000 2,000 400 203,400

165,000 202,000 300,000 600,000 100,000 1,400 400 203,400

173,400 214,000 300,000 700,000 140,000 1,000 400 203,400

182,800 240,000 300,000 800,000 180,000 1,000 400 203,400 20,002,900

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

116

BAB IX PRASYARAT KEBERHASILAN

Swasembada daging sapi merupakan program unggulan Kementerian Pertanian dalam rangka membangun kemandirian pangan bangsa khususnya pangan sumber protein hewani. Itu merupakan program multiyears yang cukup berat dan memerlukan komitmen politik tinggi serta didukung sumberdaya manusia yang cakap, terampil, kredibel, dan berintegritas tinggi. Untuk mencapai tingkat keberhasilan tinggi, prasyarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program swasembada daging sapi 2014 adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan program harus ditangani oleh unit fungsional yang memiliki otoritas dalam implementasi seluruh kebijakan yang sudah ditetapkan, penunjukan sumberdaya manusia dan pengadaan sarana prasarana serta otoritas pemanfaatan dana untuk operasional mulai dari pusat sampai dengan ke lapangan. Oleh karena itu pengelolaan program swasembada daging sapi 2014 harus dikelola oleh organisasi khusus yang dibentuk oleh Menteri Pertanian untuk memperoleh legitimasi yang kuat. 2. Keterlibatan instansi lain di luar Kementerian Pertanian merupakan suatu keharusan dan harus bersinergi dalam melaksanakan program pertenakan yang terkait langsung dengan program PSDS 2014. Sinergisme antar instansi harus dirumuskan lebih konkrit dan diterapkan melalui berbagai pertemuan atau koordinasi pada level kebijakan maupun teknis. 3. Menteri Pertanian secara terus menerus menggaungkan program PSDS 2014 ke instansi lain melalui pelaporan kemajuan pelaksanaan dan pembahasan berbagai kendala pada sidang kabinet lengkap maupun pada sidang kabinet terbatas yang dipimpin Menko Perekonomian. Ini sebagai salah satu peningkatan pemahaman pentingnya swasembada daging sapi kepada pengambil kebijakan tertinggi di setiap Kementerian.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

117

4.

Penerapan regulasi pengendalian impor sapi dan daging secara benar dan konsisten dengan mengacu pada peraturan dan perundangan lebih tinggi kekuatan hukumnya.

5.

Pemerintah harus menerapkan kebijakan promosi dan proteksi kepada pelaku usaha peternakan sapi untuk mengantisipasi berlakuknya Free Trade Area dengan China. Ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk kebijakan non tariff seperti kehalalan, bebas penyakit menular berbahaya dan hormon untuk produk-produk lokal.

6.

Pemerintah harus menerapkan prinsip maksimum security dalam kegiatan impor sapi atau daging terutama untuk mencegah penyakit-penyakit menular berbahaya misalnya PMK dan Sapi Gila, dengan tetap memperhatikan aturan perdagangan internasional.

7.

Sensus Ternak Indonesia (STI) khususnya sapi mutlak dilakukan agar ada pijakan yang jelas dalam mengevaluasi keberhasilan program PSDS 2014.

8.

Penyediaan anggaran untuk pelaksanaan program ini harus terjamin keberlanjutannya baik dalam jumlah maupun waktu pencairannya.

9.

Penyediaan atau penghidupan kembali padang penggembalaan untuk usaha peternakan sapi berskala kecil di pedesaan. Setiap pemerintah daerah didorong untuk memiliki padang penggembalaan dimaksud dan perlu dijamin keberlanjutannya melalui penerbitan surat keputusan berkekuatan hukum.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

118

BAB X PENUTUP Program Swasembada Daging Sapi 2014 merupakan tugas seluruh lapisan masyarakat. Program swasembada daging ini memiliki nilai strategis guna meningkatkan asupan nutrisi pangan terutama yang bersumber dari protein hewani, dan memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan. Dalam implementasinya, Program Swasembada Daging Sapi harus dilaksanakan secara komprehensif dan penuh tangung jawab dengan melibatkan semua pihak mencakup pemerintah pusat dan daerah, swasta serta masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dan komitment yang kuat, dalam hal kebijakan, pendanaan, dan regulasi serta pelaksanaannya. Dengan begitu, Koordinasi pelaksanaan dan pelaporan yang sistematis menjadi sangat penting dan perlu mendapat perhatian, sehingga konsistensi terhadap pelaksanaan kegiatan prioritas dan operasional untuk mewujudkan swasembada daging sapi tetap terjaga. Dengan tercapainya swasembada daging sapi yang kita inginkan semoga dapat memberikan dampak yang cukup signifikan bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteran peternak.

Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014

119

You might also like