You are on page 1of 5

1.

Botol Minuman Dengan Kode Pet 1 Polimer ini mirip dengan polietilen, Monomer pembentuknya adalah propilena (CH3-CH = CH2), berbeda dalam jumlah atom C dengan etilen.Polipropilena lebih kuat dan lebih tahan dari polietilena, sehingga banyak dipakai untuk membuat karung, tali dan sebagainya. Karena lebih kuat, botol-botol dari polipropilena dapat dibuat lebih tipis dari pada polietilena. Botol minuman adalah salah satu contoh polimer propilena yang banyak dipergunakan. Penggolongan polimer Berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya botol minuman dengan kode PET 1 berasal dari sintetik / buatan tidak terdapat di alam, disintesis dari monomer-monomer pembentuknya yaitu propilen. Berdasarkan jenis monomernya Berdasarkan jenis monomernya, botol minuman dengan kode PET 1 merupakan homopolimer karena monomernya hanya sejenis yaitu propilena (CH3 CH = CH2) Berdasarkan sifatnya terhadap panas Berdasarkan sifat terhadap panas,sampel ini tergolong polimer termoplastis karena apabila dipanaskan akan meleleh(80oC) dan mengeras kembali ketika didinginkan. Apabila pecah dapat di sambungkan kembali dengan cara dipenaskan atau dicetak ulang dengan cara pemanasan. Berdasarkan ikatan Berdasarkan ikatannya sampel ini termasuk ke dalam polimer bercabang karena sampel ini lebih mudah meleleh. Rantai poliber yang bercabang banyak akan menyebabkan daya tegangnya rendah dan lebih mudah meleleh. Berdasarkan derajat kristalinitas Berdasarkan derajat kristalinitasnya sampel ini termasuk ke dalam polimer kristalin karena tingkat kepadatannya tinggi Proses polimerisasi Berdasarkan proses pembuatannya sampel ini termasuk ke dalam polimer adisi. Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi monomer (CH3CH2=CH2). nCH3-CH2=CH2 CH2 CH2 CH3 n Penentuan berat molekul Hal yang membedakan polimer dengan spesies berat molekul rendah adalah adanya distribusi panjang rantai dan untuk itu derajat polimerisasi dan berat molekular dalam semua polimer yang diketahui juga terdistribusi (kecuali beberapa makromolekul biologis). Distribusi ini dapat digambarkan dengan Mem plot berat polimer (BM diberikan) lawan BM, seperti terlihat pada gambar 1. Panjang rantai polimer ditentukan oleh jumlah unit ulangan dalam rantai, yang disebut derajat polimerisasi (DPn). Berat molekular polimer adalah hasil kali berat molekul unit ulangan dan DPn.

Mn = berat molekul rata-rata polimer M0 = berat molekul unit ulangan ( sama dengan berat molekul monomer) DP = derajat polimerisasi Contoh : polimer poli(vinil klorida), PVC memiliki DP = 1000 maka berat molekulnya (Mn) adalah Mn = DP x M0 M0 ( CH2CHCl - ) = 63, DP = 1000 Mn = 63 x 1000 = 63000. Rata-rata jumlah, Jumlah Rata-rata berat, polimer

Berat molekular Gambar 1. Distribusi berat molekular dari suatu jenis polimer Karena adanya distribusi dalam sampel polimer, pengukuran eksperimental berat molekular dapat memberikan hanya harga rata-rata. Beberapa rata-rata yang berlainan adalah penting. Untuk contoh, beberapa metoda pengukuran berat molekular perlu perhitungan jumlah molekul dalam massa material yang diketahui. Melalui pengetahuan bilangan Avogadro, informasi ini membimbing ke berat molekul rata-rata jumlah sampel. Untuk polimer sejenis, rata-rata jumlah terletak dekat puncak kurva distribusi berat atau berat molekul paling boleh jadi (the most probable molecular weight). Jika sampel mengandung Ni molekul jenis ke i, untuk jumlah total molekul dan setiap jenis molekul ke i memiliki massa mi, maka massa total semua molekul adalah . Massa molekular rata-rata jumlah adalah (1-1) dan perkalian dengan bilangan bilangan Avogadro memberikan berat molekul rata-rata jumlah (berat mol) : (1-2) Berat molekular rata-rata jumlah dari polimer komersial biasanya terletak dalam kisaran 10000 100000. Setelah berat molekular rata-rata jumlah , berat molekular rata-rata berat . Besaran ini didefinisikan sebagai berikut

(1-3) Seharusnya dicatat bahwa setiap molekul menyumbang kepada yang sebanding dengan kuadrat massanya. Besaran yang sebanding dengan pangkat pertama dari M mengukur hanya konsentrasi dan bukan berat molekularnya. Dalam istilah konsentrasi ci = Ni Mi dan fraksi berat wi = ci/c, dimana , (1-4) Karena molekul yang lebih berat menyumbang lebih besar kepada daripada yang ringan, selalu lebih besar daripada , kecuali untuk polimer monodispers hipotetik. Harga terpengaruh sekali oleh adanya spesies berat molekul tinggi, sedangkan dipengaruhi oleh spesies pada ujung rendah dari kurva distribusi BM . Besaran indeks dispersitas, adalah ukuran yang bermanfaat dari lebarnya kurva distribusi berat molekular dan merupakan parameter yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi (lebar kurva distribusi) ini. Kisaran harga dalam polimer sintetik sungguh besar, sebagaimana diilustrasikan dalam tabel 1

Tabel 1 Kisaran indeks polidispersitas (I) berbagai macam polimer Polimer Kisaran I Polimer monodispers hipotetik Polimer living monodispers nyata Polimer adisi, terminasi secara coupling Polimer adisi, terminasi secara disproporsionasi, atau polimer kondensasi Polimer vinil konversi tinggi Polimer yang dibuat dengan autoakselerasi Polimer adisi yang dibuat melalui polimerisasi koordinasi Polimer bercabang 1,00 1,01 1,05 1,5 2,0 2 5 5 10 8 30 3

20 - 50

Pada umumnya berlaku hal berikut : i Bila distribusinya sempit makai Bila distribusinya lebar makai Indeks dispersitas (I)i

2. Kabel. Kabel merupakan polimer yang dibentuk dari reaksi adisi monomer-monomer etilena(CH2=CH2). Kabel termasuk polietilena dengan kerapatan tinggi, namun masih mudah untuk dibentuk. Penggolongan polimer Berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya kabel merupakan polimer sintetik karena polimer ini tidak terdapat di alam. Berdasarkan jenis monomernya Berdasarkan jenis monomernya, kabel termasuk homopolimer karena monomernya terdiri dari monomer yang sejenis yaitu etilena. Berdasarkan sifatnya terhadap panas Berdasarkan sifat terhadap panasnya, kabel termasuk polimer termoplastik karena kabel Berdasarkan ikatan Berdasarkan ikatannya sampel ini termasuk ke dalam polimer linier karena sampel ini lebih mudah tidak mudah meleleh jika dipanaskan(135oC). Berdasarkan derajat kristalinitas Berdasarkan derajat kristalinitasnya kabel termasuk polimer kristalin karena polimer ini memiliki kerapatan yang tinggi Proses polimerisasi Karet terbentuk dari reaksi adisi dari monomer-monomernya(polimerisasi adisi). Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi monomer. nCH2=CH2 CH2-CH2 n Penentuan berat molekul Penentuan berat molekul pada polimer ini menggunakan viskositas. Viskositas merupakan ukuran menyatakan kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara visikositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbih polimer. Alat yang digunakan yaitu viskositas ostwalt. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, 4

alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip kerjanya sebagai berikut : 1. Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir diantara dua tanda yaitu X dan Y 2. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir ke bawah melalui pipa kapiler A, cairan harus mendorong cairan naik ke B akibatnya volume cairan berbeda masuk percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B akan berubah pula Dari teori visikositas yang digunakan untuk massa molekul polimer adalah jika viskositas larutan polimer adalah I dan viskositas polimer mrni adalah I0 maka viskositas jenis adalah : Isp = I - I0 / 0 Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan polimer secara matematis ditulis : Lim = Isp / C = [ I ] C-0 Harga Isp = viskositas tereduksi dan diberi lambang [ I ] untuk pelarut terbatas. Karena massa jenis larutan berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan massa jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiapa larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya. Isp = t2 - t1 /t1 t1 = waktu alir untuk larutan t2 = waktu alir untuk pelarut jika dihitung harga Isp dan Isp/c kemudian diekstrapolasi ke konsentrasi awal (C0) akan menghasilkan harga [ I ]. Dengan demikian [ I ] = KMA M= masa molekul relatif polimer K dan A untuk polimer polietilena yaitu K= 6,1 x 10-2 ,A = 0,70, T(oC) = 135 dan pelarut yang di gunakan yaitu dekalin

You might also like