You are on page 1of 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI SEJAHTERA

Menurut Wikipedia, sejahtera menunjuk ke keadaan yang lebih baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat atau damai. Lebih jauh, menurut Wikipedia, dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Menurut Wikipedia pula, dalam kebijakan social, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidang-bidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

2. TINGKAT KESEJAHTERAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat seringkali ditentukan oleh besarnya pendapatan per kapita (Sadono Sukimo, 1981). Kelemahan dari pengukuran pendapatan per kapita adalah ketidakmampuannya untuk menunjukkan bagaimana pendapatan ini terdistribusi di masyarakat. Selain itu tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan, melainkan juga oleh faktor-faktor lain (Morris. 1979). Berdasarkan keadaan ini maka diperlukan suatu pendekatan berbeda untuk melengkapi cara pengukuran tingkat kesejahteraan yang biasanya cenderung dilakukan dengan tingkat pendapatan per kapita. Morris (1979) mengungkapkan bahwa untuk menentukan tingkat kesejahteraan diusulkan pendekatan yang disebut "pertumbuhan dengan keadilan" (growth with equity). Dalam pendekatan ini diperlukan indikator yang dapat menggambarkan

kesejahteraan, yaitu dengan menggunakan indikator sosial disamping indikator ekonomi. Indikator sosial dapat dianggap sebagai petunjuk singkat dari pembangunan atau usaha perbaikan bidang sosial. Secara umum terdapat hubungan yang erat antara tingkat kesejahteraan masyarakat dengan tingkat perkembangan desa (Tjokroamidjojo, 1980), karena tingkat kesejahteraan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk

meningkatkan potensi dan mengelola wilayah dengan baik. Lebih lanjut dalam lingkup pembangunan perdesaan tersebut akan dinilai apakah kemajuan pembangunan yang dialami di bidang ekonomi juga disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan tujuan pembangunan secara menyeluruh.

3. INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN

Tingkat kesejahteraan penduduk akan dinilai dengan menggunakan indikator obyektif yang tidak bersifat moneter, yaitu indikator sosial-ekonomi. Pengukuran kesejahteraan menurut Morris (1979) dapat dilakukan dengan dua macam, yaitu: 1. Pengukuran subyek yaitu pengukuran yang menyangkut bagaimana

masyarakat merasakan pertumbuhan ekonomi. Apakah bahagia, merasa lebih arnan dan sikap-sikap lainnya. 2. Pengukuran yang lebih obyektif, yaitu mengukur tingkat kesejahteraan dengan pengukuran indeks kualitas hidup secara fisik. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kesejahteraan penduduk secara obyektif , yaitu dengan indikator pengukuran yang digambarkan oleh keadaan kualitas hidup, dengan mengambil daerah perdesaan DAS Beliksongo sebagai studi kasus dan tipologi SUB DAS sebagai unit penelitiannya. Pemilihan tersebut didasari oleh struktur keruangan dan unsur-unsur geografis yang relatif kompleks dan bervariasi, baik struktur fisik wilayah maupun sosial ekonomi. Dengan demikian penelitian ini akan mernberikan gambaran keruangan secara lengkap tentang tingkat kesejahteraan penduduk pada berbagai macam tipe wilayah, tingkat potensi dan kemungkinan pengembanganya. Disamping itu,

selama ini batasan unit satuan lahan jarang digunakan dalam studi tentang kesejahteraan penduduk. Dengan demikian penelitian ini berusaha melengkapi studi-studi yang ada, khususnya dalam perspektif keruangan, guna perencanaan yang lebih terpadu dan komprehensif. Beberapa ahli perencanaan yang telah melakukan kore penggunaan GNP ksi sebagai pengukur kesejahteraan antara lain: Morris (1979) dengan metode PQLI ,metode Beckerman (1981), UNRISD-UNESCO (1986), Bappenas (1990), AdelmanMorris dan Rao(1986). Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Metode PQLI (Physical Quality ofLife Index) Metode ini dikembangkan oleh Morris (1979), yang mendasarkan pemikiran bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari indeks kualitas hidup fisik. Metode ini tidak mengukur hasil pembangunan, tetapi lebih pada mengukur karakteristik pelayanan hidup. Ukuran PQLI menggunakan tiga indikator yaitu angka kematian bayi, angka harapan hidup pada penduduk yang berumur hingga I tahun, dan angka melek huruf. Dari perhitungan ini, temyata pendapatan per kapita yang tinggi tid selalu paralel dengan ak kualitas hidup yang baik. 2. Metode Beckerman (dalam Sadono Sukirno, 1981). Menggunakan indikator bukan moneter (modified non-monetary indicators), yang mengukur indeks kesejahteraan penduduk berdasarkan pada tingkat konsumsi atau persediaan barang jenis tertentu. 3. Metode UNRISD (United Nations Reseach Institute for Social Development). Penggunaan 18 jenis indikator untuk menciptakan indeks taraf pembangunandari negara maju dan berkembang. 4. Bappenas (dalam Supriyono, 1990) Menyusun indikator keadaan sosial untuk mengukur pembangunan. Indikatorsosial tersebut berkaitan dengan kependudukan, kesehatan, gizi, tenaga kerja, pendidikan dan kebudayaan, kesejahteraan sosial, perumahan, agama, dan keamanan. 5. Model Adelman-Morris (dalarn Morris, 1979). Menurut model ini pembangunan dipengaruhi oleh tiga kelompok indikator, yaitu kelompok ekonomi, politik dan sosial-budaya. Dari indikator ini

diturunkan menjadi 41 indikator. Indikator dipilh berdasarkan bobot pengaruhnya terhadap pembangunan. 6. Aletode Rao (1986), Menurutnya pembangunan sosial dapat ditunjukkan oleh 5 bagian utama yaitu a) kesehatan, kesejahteraan keluarga dan gizi; b) perkembangan kota, perumahan dan air bersih; c) pendidikan; d) tenaga kerja; e) perkembangan daerah miskin. Dari indikator ini dapat dirumuskan 64 variabel. Dari keenam uraian tersebut terlihat bahwa cara pengukuran

kesejahteraan penduduk digunakan indikator yang berbeda-beda bergantung pada latar belakang disiplin ilmunya, tujuan, serta objek studi. Berdasarkan pembahasan beberapa metode yang pernah dilakukan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di atas, dalam penelitian ini lebih mengacu pada cara -cara yang digunakan Bappenas dan Rao. Dalam penelitian ini beberapa peubah (variabel) penelitian dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berkaitan dengan daya beli masyarakat (tingkat ekonomi), pemenuhan prasarana hidup (pelayanan), dan peningkatan tingkat sosial penduduk. Tabel 1. Indikator Tingkat Kesejahteraan Penduduk Daerah Perdesaan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 INDIKATOR Penduduk dan Keluarga Berencana Ketenagakerjaan Sosial Keagamaan Kesehatan Pendidikan Perumahan Kepemilikan barang Kemampuan Swadaya Masyarakat Produktivitas Lahan Pertanian

Sumber : Analisis Data Sekunder Tahun 1999 Kesembilan indikator tersebut selanjutnya dirumuskan menjadi daftar pertanyaan yang lebih spesifik untuk memperoleh data kualitatif mengenai kondisi sosial-ekonomi masyarakat untuk mengukur tingkat kesejahteraannya.

Pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif analisis dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket tertutup untuk pengumpulan datanya. Untuk pengumpulan data perlu dilakukan penentuan lokasi pengambilan sampel yang didasarkan oleh tipologi SUB DAS. Peta tipologi SUB DAS yang digunakan disusun berdasarkan pembagian SUB DAS ke dalam 3 region, yaitu, region hulu, hilir, dan tengah. Berikut ini adalah Peta tipologi SUB DAS.

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Penelitian yang akan dilakukan, dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: Tahap pertama, akan dilakukan studi literatur yang intensif menyangkut topic penelitian. Dalam studi literature ini dikaji lebih lanjut konsep pembangunan yang menekankan pada aspek kesejahteraan penduduk. Dengan studi literature dirumuskan permasalahan, criteria, dan aplikasinya pada penelitian tingkat desa, dengan melakukan penyusunan peta-peta dasar, data sekunder dan persiapan penelitian lapangan. Tahap kedua, dilakukan penelitian lapangan berupa observasi lapangan dan pengumpulan data lapangan.

Tahap ketiga, dilakukan analisa dengan tujuan untuk memodifikasikan serta mengkomparasikan temuan-temuan studi dengan menganalisis: penentuan tipologi wilayah, pengukuran tingkat kesejahteraan, overlay tingkat kesejahteraan penduduk pada masing-masing wilayah.

Tahap penelitian diatas dapat dilihat pada bagan dibawah ini:


Peta tipologi sub DAS Beliksongo Studi Literatur: Indikator tingkat kesejahteraan penduduk Data Sekunder

Observasi lapangan

Analisis

Hubungan Tipologi Wilayah&Tingkat Kesejahteraan

C. HIPOTESIS PENELITIAN

1.

Terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan pada masing masing tipologi wilayah perdesaan, khususnya pada tipe fisiografis, dimana semakin baik kondisi fisoigrafi, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk.

2.

Terdapat hubungan yang erat antara tingkat kesejahteraan penduduk dengan indikator sosial ekonomi perdesaan, dimana kemampuan kepemilikan barang barang ekonomi rumah tangga merupakan faktor yang paling berpengaruh.

You might also like