You are on page 1of 10

TUGAS I : PRAKTIKUM PETROLOGI NAMA : PAULO G.S.

DE CARVALHO GENESA BATUAN BEKU Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur bertambah dengan 300 C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradient) . Bahan yang lebur ini, atau magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava, dan didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif. Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat embentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen. Apabila magma asal mempunyai kandungan silika rendah dan kandungan besi (Fe) dan magnesium (Mg) tinggi, magma dapat membentuk sebelum seluruh seri reaksi ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg dan Fe, yang dikatakan sebagai batuan mafic , dengan mineral utama olivin, piroksen dan plagioklas-Ca. Sebaliknya, larutan yang mengandung Mg dan Fe yang rendah, akan mencapai tahap akhir reaksi, dengan mineral utama felspar, kwarsa dan muskovit, yang dikatakan sebagai batuan felsic atau sialic. Seri reaksi ini adalah ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat terjadi di alam oleh proses kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu pemisahan kristal dari cairan karena pemampatan (settling) atau penyaringan (filtering), juga oleh proses Asimilasi (assimilation) dari sebagaian batuan yang terlibat akibat naiknya cairan magma, atau oleh percampuran (mixing) dua magma dari komposisi yang berbeda.

2.3. Bentuk dan Keberadaan Batuan Beku Batuan intrusif dan batuan ekstrusif dapat berupa bentuk geometri yang bermacam-macam Masa batuan beku (pluton) intrusif adalah batolit (batholith), umumnya berkristal kasar (phaneritic), dan berkomposisi granitik. Stok (stock), mempunyai komposisi yang sama, berukuran lebih kecil (< 100 km). Korok (dike) berbentuk meniang (tabular), memotong arah struktur tubuh batuan. Bentuk-bentuk ini, didasarkan pada hubungan kontaknya dengan struktur batuan yang diterobos disebut sebagai bentuk batuan beku yang diskordan (discordant igneous plutons). Sill, berbentuk tabular, dan Lakolit (lacolith), tabular dan membumbung dibagian tengahnya, memotong sejajar arah umum batuan, yang disebut sebagai bentuk batuan beku yang konkordan (concordant igneous plutons).

2.4 Pengenalan Batuan Beku Batuan beku diperikan dan dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur nya. Komposisi mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran tentang sejarah atau proses pendinginan dari magma. Komposisi Mineral Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur utama yaitu ; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan Magnesium. Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama (>> lihat kembali butir 2.2, hal. 16-17) yaitu ; Felspar, Olivin, Piroksen, Amfibol, kwarsa dan Mika. Mineral-Mineral ini menempati lebih dari 95% volume batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal. Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang banyak mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna terang, sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium umumnya mempunyai warna yang gelap. Sebagai penjelasan, muskovit dan biotit adalah mineral tambahan dan bukan mineral utama untuk dasar pengelompokan. Amfibol dan piroksen menjadi mineral tambahan pada kelompok batuan granitik.

Tekstur Tekstur adalah kenampakkan dari ukuran, bentuk dan hubungan keteraturan butiran atau kristal dalam batuan. Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-tekstur yang utama yaitu : Fanerik (phaneric) Terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (kristal) kasar, umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada pengamatan lebih seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk kristal yang sempurna (euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral) bentuk kristal tak baik (anhedral). Afanitik (aphanitic) Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil dari 1 mm, dan tidak dapat diamati dibawah pengamatan biasa. Porfiritik (Porphyritic) Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran (kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut sebagai enokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau matriks (matrix) yang lebih halus.

Vesikuler (Vesicular) Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong, oval atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang terperangkap pada saat pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amygdaloidal. Gelas (glassy) Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph). Beberapa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik diantaranya adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic). Tekstur pada batuan beku merupakan pencerminan mineralogi dan proses pembekuan magma atau lava pada tempat pembentukannya. Tekstur fanerik adalah hasil pembekuan yang lambat, sehingga dapat terbentuk kristal yang kasar. Umumnya terdapat pada batuan plitonik. Tekstur afanitik atau berbutir halus, umumnya terdapat pada batuan ekstrusif, yang merupakan hasil pembekuan yang bertahap, dari proses pendinginan yang lambat, dan sebelum keseluruhan magma membeku, kemudian berubah menjadi cepat. Tekstur vesikuler merupakan ciri aliran lava, dimana terjadi lolosnya gas pada saat lava masih mencair, menghasilkan rongga-rongga. Tekstur gelas terjadi karena pendinginan yang sangat cepat tanpa disertai gas, sehingga larutan mineral tidak sempat membentuk kristal (amorf). tekstur ini umumnya terdapat pada lava.

2.5. Klasifikasi Batuan Beku Dasar untuk mengelompokan batuan beku yang terutama adalah kriteria tentang komposisi mineral dan tekstur. Kriteria ini tidak saja berguna untuk pemerian batuan, akan tetapi juga untuk menjelaskan asal kejadian batuan. Banyak sekali klasifikasi yang dapat dipakai, yang penting untuk diketahui untuk kriteria mineralogi adalah ; - Kehadiran Mineral Kwarsa Kwarsa adalah mineral utama pada batuan felsik, dan merupakan mineral tambahan pada batuan menengah atau mafik. - Komposisi dari Felspar K-Felspar dan Na-Felspar adalah mineral-mineral utama pada batuan felsik, tetapi jarang atau tidak terdapat pada batuan menengah atau mafik. Ca-Plagioklas adalah mineral karakteristik batuan mAfik. -Proporsi Mineral Feromagnesia (Fe-Mg) Sebagai batasan umum, batuan mafik kaya akan mineral Fe-Mg, dan batuan felsik kaya akan kwarsa. Olivin umumnya hanya terdapat pada batuan mafik. Piroksen dan amfibol hadir pada batuan mafik sampai menengah. Biotit umumnya terdapat pada batuan menengah sampai felsik

GENESA BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi atau pelarutan. Jadi asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, batuan metamorf yang mengalami pelapukan, terkikis, tersangkut kemudian diendapkan ditempat lain, sehingga mengalami proses sementasi dan litifikasi menjadi batuan sedimen yang keras. Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan yang melibatkan : a. Pemampatan (Compaction) b. Penyimenan (Cementation) c. Penghabluran semula (Recrystallization) terutamanya sedimen karbonat)

2.1.1 Pemampatan (compaction) Pemampatan menyebabkan butiran sedimen akan tertekan semasa tertimbus. Susunan butiran akan tersusun semula dengan lebih padat. Jika banyak partikal yang lembut seperti syal, sedimen lebih mudah mengalami pemampatan. Akibat daripada pemampatan, lapisan menjadi lebih nipis, porositi berkurangan, terutama dalam sedimen lumpur terrigenus. Pengurangan porositi dan kehilangan air mencapai 60-80%. Air akan mengalir ke kawasan yang berketelapan tinggi seperti pasir, dan akan memain perana penting dalam pelarutan dan pemendapan kimia dalam pasir. Setelah tersusun semula, pemampatan yang terterusan menyebabkan butiran bersentuhan satu sama lain. Tempat sentuhan mengalami tekanan yang tinggi dan perubahan fizikal berlaku, seperti proses larutan tekanan (pressure solution). Silika yang terlarut akan masuk dalam rongga antara butiran dan boleh membentuk simen.

2.1.2 Penyimenan (cementation) Penyimenan merupakan proses dimana mineral baru yang berasal daripada cairan rongga (pore fluids) akan terbentuk/termendap di permukaan butiran atau berlakunya tumbuh-tambah atau tumbuh-lampau atau pertumbesaran (overgrowths) mineral yang sedia ada. Jenis simen yang utama ialah kuarza dan kalsit. Simen akan mengikat butiran menyebabkan sedimen menjadi batu. Penyimenan biasanya berlaku diperingkat pertengahan diagenesis. Jika berlaku diperingkat awal, ia boleh mengurangkan kesan pemampatan, yang mana simen yang keras boleh menahan tekanan. Simen kuarza berasal daripada air liang yang tepu dengan silika, iaitu hasil daripada pelarutan organisma bersilika, larutan tekanan kuarza, diagenesis kimia mineral liat dan lain-lain. Simen kalsit boleh terbentuk semasa sedimen terendap, iaitu di kawasan sekitaran karbonat.

2.1.3 Penghabluran Semula (recrystallization) Penghabluran semula ialah proses perubahan saiz dan/atau perubahan bentuk, tanpa adanya perubahan kimia atau mineralogi. Biasanya saiz akan bertambah, tetapi pengecilan saiz boleh berlaku. Penghabluran semula penting dalam batu kapur, yang mana saiz kalsit menjadi bertambah besar, tekstur serta strukturnya mungkin musnah. 2.2 JENIS BATUAN SEDIMEN Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu : 1) terbentuk dalam lembangan pengendapan atau dengan kata lain ianya tidak mengalami proses

pengangkutan. Sedimen sebegini dikenali sebagai sedimen autochthonous. Antara sedimen yang termasuk dalam kumpulan ini ialah evaporit, batu kapur, laterit. 2) mengalami proses angkutan, atau dengan kata lain, puncanya daripada kawasan luar lembangan, dan proses luluhawa, hakisan dan angkutan membawa sedimen ini ke lembangan pengendapan yang baru. Sedimen ini dipanggil sedimen allochthonous. Antara yang termasuk dalam kumpulan ini ialah konglomerat, volkanoklastik. Selain daripada pengelasan di atas, batuan sedimen boleh dikelaskan kepada beberapa jenis, bergantung kepada cara dan proses pembentukannya. Antara klas batuan sedimen yang utama ialah;

1- Terrigenous (detrital atau berklas / klastik clastic). Batuan klastik merupakan batuan yang puncanya berasal daripada suatu tempat lain, dan telah diendapkan dalam lembangan baru setelah mengalami proses pengangkutan. Antara nama batuan utama yang terdapat dalam kumpulan ini ialah;Konglomerat atau breksia, Batu pasir,Batu lodak, & Syal.

2- Sedimen endapan kimia / biokimia (Chemical/biochemical). Batuan endapat kimia merupakan batuan yang terbentuk hasil daripada pemendapan kimia daripada larutan, ataupun terdiri daripada endapan hidupan bercangkang mineral karbonat atau bersilika atau berfosfat dan lainlain.. Antara batuan yang tergolong dalam kumpulan ini ialah; Evaporit, Batuan sedimen karbonat (batu kapur dan dolomit), Batuan sedimen bersilika (rijang), & Endapan organik (batu arang).

3- Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktiviti gunung berapi. Debu-debu daripada aktiviti gunung berapi ini akan terendap seperti sedimen yang lain. Antara batuan yang ada dalam kumpulan ini ialah; Batu pasir bertuf & Aglomerat. 2.3 PENGGOLONGAN BATUAN SEDIMEN

Berdasarkan tenaga yang mengangakut hasil pelapukan / erosi, dapat digolongkan atas : a. Sedimen aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contoh: gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta, dan sebagainya. b. Sedimen aeolis/aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. Contoh : sand dunes, tanah loss, dan sebagainya. c. Sedimen glasial, yaitu sedimen yang diangkut oleh tenaga gletser Contoh : morena, drumline. Materi partikel ada yang kasar dua ada yang halus cara pengangkutan bermacam-macam, ada yang terdorong (trection), terbawa secara melompat-lompat (saltion, terbawa dalam duspensi, ada pula yang (solution). Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan ), batuan sedimen dibagi menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomit, napal, dan sebagainya. b. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya : endapan sungai

(aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya. c. Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan laut, misalnya endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis). Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli, baik berdarkan genetis maupun diskriptif. Secara genetis disimpulkan dalam dua golongan (Pettijohn, 1975 ddan W. T. Huang, 1962) : a. Batuan Sedimen Klastik Batuan Sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk akibat proses pengendapan secara mekanik ataupun litifikasi batuan-batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan sedimen klastik banyak mengandung Allogenic Minerals (mineral yang terbentuk di lingkungan sedimenasi atau pada saat sedimenasi berlangsung). Allogenic mineral mempunyai daya tahan yang tinggi. Mineral ini berasal dari bataun yang telah ada yang telah mengalami tahap transportasi dan kemudian mengendap pada lingkungan sedimenasi. Beberapa contoh mineral ini, antara lain kwarasa, hornblende, biotit, plagioklas, kaolinite, montmorillonite, hydromuscovite, gypsum, kalsedon, hematit, siderit, limonit, dan garnet. b. Batuan Sedimen Non-Klastik Batuan sedimen non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk akibat proses kimia baik dari larutan ataupun aktivitas organik. Didalam batuan sedimen non-klastik banyak sekali dijumpai Authigenic mineral (mineral yang terbentuk di daerah cekungan atau lingkungan sedimenasi). Beberapa contoh Authigenic mineral yaitu gypsum, anhydrite, kalsit, dan halit. Selain tersusun atas mineral-mineral, batuan sedimen juga tersusun atas fragmen batuan dan fosil. Kristal-kristal pada batuan sedimen juga memiliki andil dalam pengklasifikasian batuan sedimen. Pengklasifikasian batuan sedimen berdasarkan ukuran kristal dilakukan oleh Howell dan Hirschwald. Pengklasifikasiannya sebagai berikut : Makrokristalin, batuan dengan mineral yanZg kristal penyusunnya berukuran lebih dari 0,75mm. Mesokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran 0,2mm hingga 0,75mm.Z Mikrokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran 0,01mm hingga 0,2 mm.Z Kriptokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran lebihkecil dari 0,01 mmZ 2.4 TEKSTUR BATUAN SEDIMEN Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berkaitan dengan butir sedimen, mulai dari ukuran butir, bentuk butir, hingga orientasi. Proses pembentukan batuan sedimen dapat kita lihat pada strukturnya. Dari tekstur, kita juga dapat mengintepretasikan lingkungan sedimenasi suatu batuan sedimen. 2.4.1 Tekstur Batuan Sedimen Klastik Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik, adalah sebagai berikut : Fragmen, butiran yang berukuran lebih besar daripada pasir.Z Matrik, butiran yang ukurannya lebih kecil daripada fragmen, danZ mengisi sela- sela diantara fragmen, serta diendapkan bersama fragmen. Semen, material halus yang berperan sebagai pengikat. Semen diendapkanZ setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat, atau oksida besi.

Untuk mengukur ukuran butir pada batuan sedimen klastik digunakan skala Wentworth (1922). Ukuran Butir (mm) Nama Butir >256 Bongkah 64-256 Brangkal 4-64 Kerakal 2-4 Kerikil 1-2 Pasir Sangat Kasar -1 Pasir Kasar - Pasir Sedang 1/8-1/4 Pasir Halus 1/16-1/8 Pasir Sangat Halus 1/16-1/256 Lanau Lempung Skala Wentworth Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran butir. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Jenis Pelapukan b. Jenis Transportasi c. Waktu / jarak Transport d. Resistansi Bentuk Butir Bentuk butir batuan sedimen yang utama terdiri atas dua macam. Pertama, membulat (konglomerat). Dan kedua adalah meruncing (Breksi). Tingkat kebundaran butir batuan sedimen klastik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut : - Komposisi butir - Ukuran butir - Jenis proses transprtasi - Jarak transport Butiran dari mineral yang resisten akan berbentuk kurang bundar dibandingkan batuan yang kurang resisten. Butiran yang ukurannya diatas 64 mm akan lebih bundar dibandingkan yang berukuran lebih kecil. Jarak transport berpengaruh pada tingkat kebundaran. Semakin jauh jarak transport, maka akan semakin bundar. Pemilahan atau Sortasi Terdiri atas sortasi baik dan sortasi buruk. - Sortasi baik, jika ukuran butir merata atau sama besar. - Sortasi buruk, jika ukuran butir tidak merata, terdapat fragmen dan matrik. Kemas Kemas pada batuan sedimen klastik terdiri atas : - Kemas terbuka, biila butiran tidak saling bersentuhan. - Kemas tertutup, jika butiran saling bersentuhan. 2.4.2 Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral atau yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam tekstur batuan sedimen nonklastik adalah sebagai berikut : Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid, non-kristalini

Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat ataui elipsoid. Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm 2mm Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang lebih besar, lebih dari 2mm Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang sama besar Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besari Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas : - Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm - Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm - Berbutir halus, dengan ukuran <1mm 2.5 STRUKTUR BATUAN SEDIMEN Secara umum, struktur batuan sedimen terbagi atas 2 macam Struktur Syngenetik, struktur ini terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan sedimen, kerap kali disebut sebagai struktur primer batuan. Struktur Epiginetik, struktur ini terbentuk setelah terbentuknya kekar, sesar, dan lipatan. Struktur Sygenetik batuan sedimen terklasifikasikan atas dua bagian, karena proses fisik dan karena proses biologi. Karena Proses Fisik 1. Struktur Eksternal, kenampakan struktur batuan sedimen yang terlihat secara keseluruhan di lapangan. Contoh struktur eksternal, antara lain sheet, lensa, wedge, dan prisma tabular. 2. Struktur Internal, kenampakan struktur ini terdapat pada bagian dalam batuan sedimen. Macam-macam struktur internal adalah sebagai berikut : Perlapisan dan Laminasi Perlapisan dan laminasi terbentuk karena terjadi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Jika tebalnya lebih dari 1 cm, maka disebut perlapisan. Jika tebalnya kurang dari 1 cm, maka disebut laminasi. Macam-macam laminasi dan perlapisan: a. Perlapisan / laminasi sejajar, lapisan / laminasi tersusun secara horisontal dan saling sejajar satu dengan yang lainnya. b. Perlapisan / laminasi silang siur, lapisan / laminasi saling memotong satu dengan yang lainnya. c. Gradaed Bedding, dimana butiran-butiran berubah secara gradual. Masif, Bila di dalam struktur sedimen tidak ada kenampakan mengenai struktur sedimen. 3. Kenampakan Pada Permukaan Lapisan - Ripple Mark, bentuk permukaan bergelombang, karena adanya arus. - Flute Cast, bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktivitas arus. - Mud Cracks, bentuk retakan pada lapisan lumur, pada umumnya memiliki bentuk poligonal. - Rain Marks, kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan. 4. Struktur Yang Terjadi Karena Deformasi - Load Cast, lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat beban yang ada diatasnya. - Convolute Structure, liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. - Sandstone Dike and Siil, timbul karena pasir dapat terinjeksi pada lapisan sedimen yang di atasnya. Karena Proses Biologi - Jejak (Track and Trail) Track, merupakan jejak yang berupa tapak organisme. Sedangkan Trail adalah jejak yang berupa

seretan bagian tubuh organisme. - Galian (Burrow) Merupakan lubang akibat dari akitivitas organisme. - Cetakan (Cast and Mold) Mold merupakan cetakan bagian tubuh organisme. Sedangkan Cast adalah cetakan dari Mold. 2.6 STRUKTUR SEDIMEN Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn, 1975 ), dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu : 1. Struktur Sedimen Primer Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimenasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47) Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen. Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro (microcrosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007). 2. Struktur Sedimen Sekunder Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimenasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang. 3. Struktur Sedimen Organik Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan. GENESA BATUAN METAMORF Batuan beku dan sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika, biologi dan kondisikondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistim yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorfisme. Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk mengambarkan batas antara diagenesa dan metamorfisme adalah menentukan batas terbawah dari metamorfisme sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan,

seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorfisme shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200C 350C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineralmineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorfisme adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150C disertai oleh tekanan lithostatik kira-kira 500 bar. Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650C 800C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit. Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, beberapa darinya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain. Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu (1) metamorfisme tingkat rendah (low-grade metamorphism) dan (2) metamorfisme tingkat tinggi (high-grade metamorphism) (Gambar 3.9). Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (-sedimen, -beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous). Pembentukan batuan metamorf selain didasarkan pada tingkat malihannya juga didasarkan pada penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi tiga yaitu (1) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan; (2) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P dominan; dan (3) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas. Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh magma (intrusi) dengan lebar antara 2 3 km (Gambar 3.10). Metamorfisme dislokasi terjadi pada daerah sesar besar/ utama yaitu pada lokasi dimana masa batuan tersebut mengalami penggerusan. Sedangkan metamorfisme regional terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh orogenesa (Gambar 3.11). penyebaran tubuh batuan metamorf ini luas sekali mencapai ribuan kilometer.

You might also like