You are on page 1of 15

Alat Peraga Pembelajaran

26 Oct sumber : guru pembaharu.com

Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar. Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Pelajaran tidak sekedar menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik yang konkrit yang realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah dilupakan. Tujuan penggunaan alat peraga adalah untuk mendemonstrasikan konsep yang abstrak ke dalam bentuk visual. Dalam proses pembelajaran alat peraga berfungsi

memecah rangkaian pembelajaran ceramah yang monoton Membumbui pembelajaran dengan humor untuk memperkuat minat siswa belajar. menghibur siswa agar pembelajaran tidak membosankan. memfokuskan perhatian siswa pada materi pelajaran secara kongkrit. melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata.

Penggunaan alat peraga menunjang prinsip pembelajaran yang efektif (http://www.columbia.edu/cu/tat/handout15.html, 2009) yang terkait pada upaya : 1. Meningkatkan motivasi siswa belajar karena peraga dapat merangsang tumbuhnya perhatian serta mengembangkan keterampilan 2. Peraga dapat memfokuskan perhatian siswa, pendidik dapat menggunakan peraga dengan melihat benda yang sesungguhnya di luar kelas atau dalam kelas 3. Menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan kehidupan nyata dalam rangka meningkatkan daya antusias siswa terhadap materi pelajaran 4. Alat peraga pembelajaran dapat mengubah guru sebagai transmisi yang berfungsi sebagai penghantar menjadi fasilitator, peraga membuat siswa lebih aktif.

5. Membuat seluruh momen dalam kelas hidup dan berubah dari waktu ke waktu, pendidikan dapat membangun pertanyaan dengan dukungan alat yang ada di tangan 6. Alat peraga membuat siswa menjadi lebih aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena siswa tidak sekedar mengingat dan mendengarkan, namun mengembangkan pikirannya dengan fakta 7. Alat peraga lebih meningkatkan interaksi antar siswa dalam kelas sehingga transformasi belajar dapat berkembang dinamis 8. Dengan bantuan alat peraga dapat meningkatkan daya monitor pendidik sehubungan dengan aktifitas siswa lebih mudah diamati Penggunaan alat peraga memenuhi kebutuhan belajar sesuai gaya belajar siswa dalam satu kelas. Sebagaimana kita ketahui bahwa terdapat beberapa tipe siswa berdasarkan cara mereka memahami sesuatu. Ada siswa dengan gaya belajar visual, audio, atau kinestetik. Masing-masing memiliki kecenderungan untuk mengoptimalkan salah satu indera mereka dalam belajar sehingga memerlukan metode mengajar yang berbeda. Namun demikian, guru harus mampu untuk mengkombinasikan beragam metode pengajaran agar dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh siswanya dalam belajar. Metode untuk siswa visual mencakup materi tertulis, penggunaan gambar dalam menjelaskan materi, menggambarkan time line untuk hari-hari penting dalam pelajaran sejarah, menggunakan transparansi atau power point, dan instruksi tertulis lainnya (wikipedia, 2009). Biasanya siswa dengan gaya belajar visual akan selalu mengikuti dan melihat guru saat memberikan penjelasan. (www.tpamujahidin.com, 2009). Metode audio mencakup pengulangan secara lisan dengan suara keras istilah-istilah sulit dan konsep dalam pelajaran, menemani dalam diskusi kelompok, mengadakan debat, mendengarkan materi melalui tape, dan sebagainya. Metode kinestetik mencakup penyediaan peralatan dan kegiatan percobaan, penyelesaian tugas, menggunakan pertolongan alat dan objek dalam pembelajaran, menggunakan permainan dan menyelenggarakan field trip. Seringkali kita tidak memahami karakteristik siswa dan memaksakan metode pengajaran yang kita anggap benar sehingga pencapaian hasil yang diharapkan tidak tercapai. Salah satu sarana yang dapat mewadahi dan mendukung proses pengajaran menegaskan bahwa keberadaaan alat peraga dalam setiap pembelajaran sangatlah penting. Guru akan lebih mudah dalam mendeskripsikan materi yang sedang dijelaskan olehnya sehingga siswa pun akan lebih mudah dan cepat dalam memahami pelajaran. Ketiga jenis gaya belajar siswa pun dapat diakomodasi sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan lebih efektif. Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda aslinya, tiruannya, yang sederhana sampai yang canggih, diberikan dalam kelas atau di luar kelas. Bisa juga berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang tiga dimensi (ruang), animasi / flash

(gerak), video (rekaman atau simulasi). Teknologi telah mengubah harimau yang ganas yang tidak mungkin di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam kelas dalam habitat kehidupan yang sesungguhnya. Alat peraga pembelajaran sederhana dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti karton, kardus, styrofoam, dan juga bisa memanfaatkan software-software komputer yang dapat menciptakan alat peraga. Jika guru belum memiliki kemampuan untuk menciptakan alat peraga berbasis TIK maka guru dapat memanfaatkan hasil alat peraga yang telah diciptakan oleh rekan-rekan sejawat yang lain. Eksplorasilah kemampuan pencarian informasi melalui internet, maka guru akan mendapatkan beragam alat peraga pembelajaran berbasis TIK yang bisa dipergunakan secara cuma-cuma. Animasi atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat (wikipedia, 2009). Flash adalah alat untuk membuat web site yang interaktif dan web site yang dianimasikan (mohkaris.blogspot.com, 2009). Animasi flash adalah gambar bergerak yang dibuat dengan menggunakan alat untuk membuat web site yang interaktif dan web site yang dianimasikan. (mohkaris.blogspot.com, 2009). Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak (wikipedia, 2009).

Pembelajaran Tematik #2
25 Oct

Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan adanya tahap persiapan/perencanaan dan tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah melakukan pemetaan SK dan KD, menentukan tema, membuat jaringan tema, dan menyusun silabus untuk setiap tema yang mencakup beberapa mata pelajaran dan penyusunan RPP. Pada tahap pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan pengaturan kegiatan harian yang terdiri dari kegiatan pembukaan yang dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam pelajaran, kegiatan inti selama 3 jam pelajaran dan kegiatan penutup selama 1 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu memiliki satu tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran, berpusat pada siswa, memberi kesempatan kepada anak untuk melihat langsung obyek yang sesungguhnya, melibatkan semua indera, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam peneapan pembelajaran tematik antara lain :

Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester pada kelas yang sama Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, namun dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan Judul/nama tema maupun jumlah tema yang dipilih ditentukan oleh masingmasing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat, Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas. (Yuke Indrati , http://www.puskur.net)

Pembelajaran Tematik #2
25 Oct

Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan adanya tahap persiapan/perencanaan dan tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah melakukan pemetaan SK dan KD, menentukan tema, membuat jaringan tema, dan menyusun silabus untuk setiap tema yang mencakup beberapa mata pelajaran dan penyusunan RPP. Pada tahap pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan pengaturan kegiatan harian yang terdiri dari kegiatan pembukaan yang dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam pelajaran, kegiatan inti selama 3 jam pelajaran dan kegiatan penutup selama 1 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu memiliki satu tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran, berpusat pada siswa, memberi kesempatan kepada anak untuk melihat langsung obyek yang sesungguhnya, melibatkan semua indera, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam peneapan pembelajaran tematik antara lain :

Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester pada kelas yang sama Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, namun dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan

Judul/nama tema maupun jumlah tema yang dipilih ditentukan oleh masingmasing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat, Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas. (Yuke Indrati , http://www.puskur.net)

Pembelajaran Tematik #1
18 Oct

Dalam rangka implementasi Standar Nasional Pendidikan yang dijabarkan dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, maka pembelajaran di kelas awal SD; kelas 1-3 dilaksanakan dengan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang dengan tema-tema . Mengaitkan berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema tertentu sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningfull) bagi siswa . Esensi dari pembelajaran tematik ini adalah agar siswa dapat melihat sebuah pembelajaran secara utuh. Karena sesuasi karakteristik tingkat perkembangan usia ini, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) . Untuk itulah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran ( IPA, IPS, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika dsb ) yang dapat dikaitkan dengan tema, dipetakan dan direkatkan dalam sebuah jaring-jaring tema. Karakteristik Pembelajaran tematik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Berpusat pada siswa Belajar melalui pengalaman langsung Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Bersifat fleksibel Hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa Menggunakan prisinp belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran Tematik #1
18 Oct

Dalam rangka implementasi Standar Nasional Pendidikan yang dijabarkan dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, maka pembelajaran di kelas awal SD; kelas 1-3 dilaksanakan dengan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang dengan tema-tema . Mengaitkan berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema tertentu sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningfull) bagi siswa . Esensi dari pembelajaran tematik ini adalah agar siswa dapat melihat sebuah pembelajaran secara utuh. Karena sesuasi karakteristik tingkat perkembangan usia ini, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) . Untuk itulah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran ( IPA, IPS, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika dsb ) yang dapat dikaitkan dengan tema, dipetakan dan direkatkan dalam sebuah jaring-jaring tema. Karakteristik Pembelajaran tematik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Berpusat pada siswa Belajar melalui pengalaman langsung Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Bersifat fleksibel Hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa Menggunakan prisinp belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran Tematik #1
18 Oct

Dalam rangka implementasi Standar Nasional Pendidikan yang dijabarkan dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, maka pembelajaran di kelas awal SD; kelas 1-3 dilaksanakan dengan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang dengan tema-tema . Mengaitkan berbagai mata pelajaran ke dalam sebuah tema tertentu sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningfull) bagi siswa . Esensi dari pembelajaran tematik ini adalah agar siswa dapat melihat sebuah pembelajaran secara utuh. Karena sesuasi karakteristik tingkat perkembangan usia ini, mereka masih melihat

segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) . Untuk itulah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator mata pelajaran ( IPA, IPS, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika dsb ) yang dapat dikaitkan dengan tema, dipetakan dan direkatkan dalam sebuah jaring-jaring tema. Karakteristik Pembelajaran tematik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Berpusat pada siswa Belajar melalui pengalaman langsung Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Bersifat fleksibel Hasil pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan siswa Menggunakan prisinp belajar sambil bermain dan menyenangkan

Komik Tanpa Teks Solusi Baru Merangsang Anak Untuk Menulis


16 Oct Sumber LPMP BANTEN Dalam kehidupan sehari-hari, komik tak terlepaskan dari kehidupan anak-anak. Dewasa ini berbagai bentuk komik disajikan untuk merebut hati pembacanya yang notabene kalangan anak-anak. Komik merupakan sebuah media komunikasi, dimana komunikasi merupakan sebuah fenomena pemenuhan kebutuhan hidup. Kemampuan komunikasi diperoleh melalui intraksi kemampuan bahasa, karena di dalam berkomunikasi seseorang menggunakan bahasa sebagai media utamanya.Komunikasi melalui bahasa dapat memberikan kesempatan bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. Sehingga tidak dapat dipungkiri, kemampuan bahasa baik lisan maupun tulisan sangatlah penting. Namun demikian, keterampilan berbahasa terutama menulis tanpaknya sedikit sekali mendapatkan perhatian. Dalam kehidupan kita kegiatan menulis kurang dilakukan jika dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, dan membaca. Penelitian Rankin dan Anderson tentang kegiatan berbahasa memperlihatkan bahwa(i) menyimak:45%, (ii) berbicara: 30%, (iii) membaca : 16%, (iv) menulis : 9%. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan menulis tidak begitu diminati oleh banyak orang. Permasalahan dalam kegiatan menulis terletak pada proses penulisan. Setiap anak pasti mempunyai ide-ide yang cermelang dan ingin sekali menuangkannya dalam bentuk apapun termaksud dalam bentuk tulisan. Tetapi proses pengorganisasian ide ini yang menjadi pokok permasalahan. Dengan pengorganisasian yang baik, maka sebuah tulisan akan mudah diikuti arahnya dengan baik dan menjadi teratur. Bagi para penulis pemula terutama anak-anak kebanyakan menghadapi masalah ini.

Menulis merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan kita, tetapi terkadang kita mengabaikan kegiatan tersebut. Manusia telah melakukan kegiatan menulis sejak mereka mengenal simbol-simbol pada jaman prasejarah. Sampai sekarang mereka tetap melakukan kegiatan menulis karena hubungan secara tertulis dipandang sebagai hubungan yang paling efektif dan ekonomis, malaupun sudah ada alat komunikasi modern seperti radio, televisi dan lain-lain. Suatu komunikasi dipandang efektif apabila yang dikomunikasikan itu sampai di tempat tujuannya sesuai dengan sumbernya. Komunikasi lisan terkadang tidak dapat memenuhi hal ini, karena pesan yang disampaikannya terkadang ditambah atau dikurangi walaupun dengan tidak sengaja. Masyarakat kita memandang kegiatan menulis masih kurang penting, karena mereka menganggap menulis merupakan suatu kegiatan yang sulit, mereka biasanya lebih menyukai menyimak dan berbicara. Dalam kegiatan belajar, menulis merupakan kegiatan mutlak yang harus dimiliki oleh anak, tetapi mereka selalu memandang sulit terhadap kegiatan ini. Biasanya anak mengeluh apabila disuruh guru dalam membuat sebuah tulisan. Komik tanpa teks merupakan suatu media yang baik dalam meningkatkan minat anakanak untuk menulis. Komik tanpa teks adalah suatu rangkaian gambar yang terpisah tetapi saling berkaitan yang membentuk urutan cerita tanpa disertai tulisan atau kata-kata sebagai penjelasan dari gambar. Komik tanpa teks merupakan jenis media grafis yang berbentuk dua dimensi, dimana tampilan yang dihadirkan berupa gambar-gambar. Gambar yang terdapat dalam komik tanpa teks berbentuk kartun. Gambar kartun yang terdapat dalam komik tanpa teks mempunyai kekuatan untuk memancing perhatian serta mempengaruhi sikap dan prilaku pembacanya. Karekteristik yang nyata dari komik tanpa teks dapat mempersingkat penjelasan yang panjang serta rumit melalui unsur gambar yang ditampilkan sehingga menjadi sederhana dan mudah dipahami. Komik merupakan salah satu media visual yang cukup komunikatif. Media ini memberikan informasi yang jelas tidak hanya sekedar kata-kata. Komik sebagai bahan bacaan sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kita, terutama anak-anak dan remaja. Sebagai bahan bacaan tentunya komik dapat berfungsi ganda,yaitu sebagai media penghibur sekaligus menjadi media pembelajaran. Dengan komik, kita diajak untuk mengenal lingkungannya disamping meningkatkan rasa fantasi, imajinasi, dan jiwa kreatif. Dewasa ini komik banyak diminati oleh masyarakat kita, karena keberhasilannya mengungkapkan cerita dan gagasan kepada para pembaca secara menarik dan mudah dimengerti melalui ungkapan-ungkapan visual yang beruntun. Sekarang kita sudah tidak boleh lagi memandang sebelah mata tentang keberadaan komik, karena media ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi anak melalui sifatnya yang membuat anak merasa senang. Ketertarikan anak akan gambar bercerita memberikan penekanan yang berarti tentang perlunya penggunaan komik bagi pembelajaran. Penggunaan komik dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa, seni dan membantu anak dalam menafsirkan dan mengingat kembali cerita yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1991: 78) yang mengemukakan bahwa gambar membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, seni, dan pernyataan kreatif dalam cerita serta dapat membantu mereka dalam

menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan. Dalam bidang sastra, komik dapat memberikan dorongan untuk membaca, membangun perbendaharaan kosa-kata, dan memberikan tuntunan untuk melatih mereka menulis dengan bantuan bentuk visual yang ada dalam komik. Penggunaan komik dalam pembelajaran tentunya mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai. Komik yang digunakan dalam pembelajaran hendaklah memiliki kaidahkaidah seperti berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak menekankan perhatian kepada kekuatan militer dan kriminalitas. Dapat menciptakan sikap yang baik bagi pembacanya. Memberikan penekanan bahwa kebaikan selalu menang melawan kejahatan. Tidak menggambarkan kejahatan tentang suatu penculikan terhadap anak. Menghindari penggunaan kata-kata dan ilustrasi yang sifatnya tidak seronok. Tidak mengejek suatu agama atau suku tertentu. Memberikan komitmen untuk menunjukan suatu perlindungan terhadap anak dan kehidupan keluarga umumnya.

Komik tanpa teks merupakan suatu media alternatif yang dapat membantu kita dalam memberikan pelajaran menulis kepada anak. Penggunaan komik tanpa teks dapat menjadi kontribusi yang baik dalam pembelajaran bahasa, karena anak akan terdorong untuk membacanya, membantu menambah kosa-katanya, dan dapat mengembangkan rasa imajinasinya dalam membuat sebuah tulisan (tulisan). Beberapa konsep yang mendasari penggunaan media komik tanpa teks adalah: 1. Media komik tanpa teks dapat melatih keterbacaan visual anak. 2. Media komik tanpa teks dapat mengembangkan proses imajinasi anak dalam membuat tulisan. 3. Media komik tanpa teks memberikan tuntunan pengorganisasian ide dalam penentuan alur tulisan. 4. Media komik tanpa teks dapat mengembangkan kreatifitas anak dalam membuat tulisan. 5. Media komik tanpa teks dapat meningkatkan motivasi dan minat anak dalam membuat tulisan secara aktif. 6. Media komik tanpa teks dapat digunakan sebagai sarana menghibur sekaligus mendidik. Penggunaan komik tanpa teks akan menuntut anak untuk memahami gambar yang terdapat di dalamnya. Anak diajak untuk berfantasi dengan gambar yang disajikan dalam komik. Setelah itu, anak diarahkan untuk membuat tulisan berupa tulisan setelah membaca komik tersebut. Tulisan yang tepat untuk dibuat adalah berupa tulisan yang berbentuk narasi. Bentuk tulisan ini pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam kisah yang disajikan dalam sebuah komik. Bila kita lihat unsur dari tilisan narasi, tentunya kita dapat melihat persamaan itu dari unsur yang terdapat didalamnya seperti tokoh, alur, latar, waktu dan lain-lain.

Komik tanpa teks mempunyai hubungan dengan melatih kemampuan menulis tulisan narasi. Kisah yang disajikan dalam komik tanpa teks melalui gambar-gambar dapat membantu anak melatih kemampuan menulis sebuah tulisan narasi. Ketertarikan anak terhadap gambar-gambar yang disajikan komik yang tentunya menjadi kekuatan utama untuk membuat anak menjadi tertarik menulis sebuah tulisan. Dengan melihat gambar dan kisah yang terdapat dalam komik tersebut, merangsang anak untuk berpikir bagaimana kalau kisah itu diuraikan ulang melalui sebuah tulisan berbentuk tulisan narasi. Dalam proses pembuatan tulisan ini, anak diajak untuk menciptakan daya khayalnya tentang kisah dalam komik tersebut. Proses inilah yang dapat melatih kemampuan menulis tulisan narasi pada anak, karena anak nantinya akan memikirkan bagaimana penggunaan kata, kalimat, penggunaan unsur narasi, dan penggabungan paragraf dari kisah yang terdapat dalam komik tanpa teks. Daftar Pustaka

Arif Sadiman. 1996. Media Pendidikan ; Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatan. Jakarta : PUSTEKOM Dikbud dan Raja Grafindo Persada Bonneff, Marcel. 1998. Komik Indonesia, Jakarta : Kepustakaan Pupuler Gramedia Isah Cahyani. 2002. Model Proses Pembelajaran Menulis Populer Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia:volume 1,hal 84-92:FPBS UPI Scott Mc Cloud. 1967. Understanding Comic.Minnesota; Tarigan,d. 1995. Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP dan SMU Berdasarkan Kurikulum 1994 . Bandung : Angkasa. Tarigan,d. 1992. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. Tatsu Maki. 2002. How To Draw And Create Manga Volume 1.jakarta:Nexx Media,Inc. Tatsu Maki. 2002. How To Draw And Create Manga Volume 2.jakarta:Nexx Media,Inc.

Sumber: LPMP Banten http://lpmpbanten.net/konten.php?view=detail&kont=27 Namun demikian, keterampilan berbahasa terutama menulis tanpaknya sedikit sekali mendapatkan perhatian. Dalam kehidupan kita kegiatan menulis kurang dilakukan jika dibandingkan dengan kegiatan menyimak, berbicara, dan membaca. Penelitian Rankin dan Anderson tentang kegiatan berbahasa memperlihatkan bahwa(i) menyimak:45%, (ii) berbicara: 30%, (iii) membaca : 16%, (iv) menulis : 9%. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan menulis tidak begitu diminati oleh banyak orang. Permasalahan dalam kegiatan menulis terletak pada proses penulisan. Setiap anak pasti mempunyai ide-ide yang cermelang dan ingin sekali menuangkannya dalam bentuk apapun termaksud dalam bentuk tulisan. Tetapi proses pengorganisasian ide ini yang menjadi pokok permasalahan. Dengan pengorganisasian yang baik, maka sebuah tulisan

akan mudah diikuti arahnya dengan baik dan menjadi teratur. Bagi para penulis pemula terutama anak-anak kebanyakan menghadapi masalah ini. Menulis merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan kita, tetapi terkadang kita mengabaikan kegiatan tersebut. Manusia telah melakukan kegiatan menulis sejak mereka mengenal simbol-simbol pada jaman prasejarah. Sampai sekarang mereka tetap melakukan kegiatan menulis karena hubungan secara tertulis dipandang sebagai hubungan yang paling efektif dan ekonomis, malaupun sudah ada alat komunikasi modern seperti radio, televisi dan lain-lain. Suatu komunikasi dipandang efektif apabila yang dikomunikasikan itu sampai di tempat tujuannya sesuai dengan sumbernya. Komunikasi lisan terkadang tidak dapat memenuhi hal ini, karena pesan yang disampaikannya terkadang ditambah atau dikurangi walaupun dengan tidak sengaja. Masyarakat kita memandang kegiatan menulis masih kurang penting, karena mereka menganggap menulis merupakan suatu kegiatan yang sulit, mereka biasanya lebih menyukai menyimak dan berbicara. Dalam kegiatan belajar, menulis merupakan kegiatan mutlak yang harus dimiliki oleh anak, tetapi mereka selalu memandang sulit terhadap kegiatan ini. Biasanya anak mengeluh apabila disuruh guru dalam membuat sebuah tulisan. Komik tanpa teks merupakan suatu media yang baik dalam meningkatkan minat anakanak untuk menulis. Komik tanpa teks adalah suatu rangkaian gambar yang terpisah tetapi saling berkaitan yang membentuk urutan cerita tanpa disertai tulisan atau kata-kata sebagai penjelasan dari gambar. Komik tanpa teks merupakan jenis media grafis yang berbentuk dua dimensi, dimana tampilan yang dihadirkan berupa gambar-gambar. Gambar yang terdapat dalam komik tanpa teks berbentuk kartun. Gambar kartun yang terdapat dalam komik tanpa teks mempunyai kekuatan untuk memancing perhatian serta mempengaruhi sikap dan prilaku pembacanya. Karekteristik yang nyata dari komik tanpa teks dapat mempersingkat penjelasan yang panjang serta rumit melalui unsur gambar yang ditampilkan sehingga menjadi sederhana dan mudah dipahami. Komik merupakan salah satu media visual yang cukup komunikatif. Media ini memberikan informasi yang jelas tidak hanya sekedar kata-kata. Komik sebagai bahan bacaan sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat kita, terutama anak-anak dan remaja. Sebagai bahan bacaan tentunya komik dapat berfungsi ganda,yaitu sebagai media penghibur sekaligus menjadi media pembelajaran. Dengan komik, kita diajak untuk mengenal lingkungannya disamping meningkatkan rasa fantasi, imajinasi, dan jiwa kreatif. Dewasa ini komik banyak diminati oleh masyarakat kita, karena keberhasilannya mengungkapkan cerita dan gagasan kepada para pembaca secara menarik dan mudah dimengerti melalui ungkapan-ungkapan visual yang beruntun. Sekarang kita sudah tidak boleh lagi memandang sebelah mata tentang keberadaan komik, karena media ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi anak melalui sifatnya yang membuat anak merasa senang. Ketertarikan anak akan gambar bercerita memberikan penekanan yang berarti tentang perlunya penggunaan komik bagi pembelajaran. Penggunaan komik dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa, seni dan membantu anak dalam menafsirkan dan mengingat kembali cerita

yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1991: 78) yang mengemukakan bahwa gambar membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, seni, dan pernyataan kreatif dalam cerita serta dapat membantu mereka dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan. Dalam bidang sastra, komik dapat memberikan dorongan untuk membaca, membangun perbendaharaan kosa-kata, dan memberikan tuntunan untuk melatih mereka menulis dengan bantuan bentuk visual yang ada dalam komik. Penggunaan komik dalam pembelajaran tentunya mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai. Komik yang digunakan dalam pembelajaran hendaklah memiliki kaidahkaidah seperti berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak menekankan perhatian kepada kekuatan militer dan kriminalitas. Dapat menciptakan sikap yang baik bagi pembacanya. Memberikan penekanan bahwa kebaikan selalu menang melawan kejahatan. Tidak menggambarkan kejahatan tentang suatu penculikan terhadap anak. Menghindari penggunaan kata-kata dan ilustrasi yang sifatnya tidak seronok. Tidak mengejek suatu agama atau suku tertentu. Memberikan komitmen untuk menunjukan suatu perlindungan terhadap anak dan kehidupan keluarga umumnya.

Komik tanpa teks merupakan suatu media alternatif yang dapat membantu kita dalam memberikan pelajaran menulis kepada anak. Penggunaan komik tanpa teks dapat menjadi kontribusi yang baik dalam pembelajaran bahasa, karena anak akan terdorong untuk membacanya, membantu menambah kosa-katanya, dan dapat mengembangkan rasa imajinasinya dalam membuat sebuah tulisan (tulisan). Beberapa konsep yang mendasari penggunaan media komik tanpa teks adalah: 1. Media komik tanpa teks dapat melatih keterbacaan visual anak. 2. Media komik tanpa teks dapat mengembangkan proses imajinasi anak dalam membuat tulisan. 3. Media komik tanpa teks memberikan tuntunan pengorganisasian ide dalam penentuan alur tulisan. 4. Media komik tanpa teks dapat mengembangkan kreatifitas anak dalam membuat tulisan. 5. Media komik tanpa teks dapat meningkatkan motivasi dan minat anak dalam membuat tulisan secara aktif. 6. Media komik tanpa teks dapat digunakan sebagai sarana menghibur sekaligus mendidik. Penggunaan komik tanpa teks akan menuntut anak untuk memahami gambar yang terdapat di dalamnya. Anak diajak untuk berfantasi dengan gambar yang disajikan dalam komik. Setelah itu, anak diarahkan untuk membuat tulisan berupa tulisan setelah membaca komik tersebut. Tulisan yang tepat untuk dibuat adalah berupa tulisan yang berbentuk narasi. Bentuk tulisan ini pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam kisah

yang disajikan dalam sebuah komik. Bila kita lihat unsur dari tilisan narasi, tentunya kita dapat melihat persamaan itu dari unsur yang terdapat didalamnya seperti tokoh, alur, latar, waktu dan lain-lain. Komik tanpa teks mempunyai hubungan dengan melatih kemampuan menulis tulisan narasi. Kisah yang disajikan dalam komik tanpa teks melalui gambar-gambar dapat membantu anak melatih kemampuan menulis sebuah tulisan narasi. Ketertarikan anak terhadap gambar-gambar yang disajikan komik yang tentunya menjadi kekuatan utama untuk membuat anak menjadi tertarik menulis sebuah tulisan. Dengan melihat gambar dan kisah yang terdapat dalam komik tersebut, merangsang anak untuk berpikir bagaimana kalau kisah itu diuraikan ulang melalui sebuah tulisan berbentuk tulisan narasi. Dalam proses pembuatan tulisan ini, anak diajak untuk menciptakan daya khayalnya tentang kisah dalam komik tersebut. Proses inilah yang dapat melatih kemampuan menulis tulisan narasi pada anak, karena anak nantinya akan memikirkan bagaimana penggunaan kata, kalimat, penggunaan unsur narasi, dan penggabungan paragraf dari kisah yang terdapat dalam komik tanpa teks. Daftar Pustaka

Arif Sadiman. 1996. Media Pendidikan ; Pengertian, Pengembangan Dan Pemanfaatan. Jakarta : PUSTEKOM Dikbud dan Raja Grafindo Persada Bonneff, Marcel. 1998. Komik Indonesia, Jakarta : Kepustakaan Pupuler Gramedia Isah Cahyani. 2002. Model Proses Pembelajaran Menulis Populer Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia:volume 1,hal 84-92:FPBS UPI Scott Mc Cloud. 1967. Understanding Comic.Minnesota; Tarigan,d. 1995. Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP dan SMU Berdasarkan Kurikulum 1994 . Bandung : Angkasa. Tarigan,d. 1992. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. Tatsu Maki. 2002. How To Draw And Create Manga Volume 1.jakarta:Nexx Media,Inc. Tatsu Maki. 2002. How To Draw And Create Manga Volume 2.jakarta:Nexx Media,Inc.

Sumber: LPMP Banten http://lpmpbanten.net/konten.php?view=detail&kont=27

Menyulut Semangat Siswa dengan Energizer #1


15 Aug

Hari pertama masuk sekolah, biasanya belum efektif. Pembelajaran belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Moment ini bisa kita isi dengan mengkondisikan siswa dengan membuat kesepakatan bersama tentang aturan kelas diselingi dengan menyanyikan lagu-lagu ataupun aktivitas yang dapat menyulut semangat siswa dalam pembelajaran . Anak-anak diajak bergembira ria sambil menyanyikan lagu anak populer. Dalam kesempatan ini guru juga dapat mengenalkan lagu kelas mereka. Lagu kelas ini guru ciptakan agar terbentuk kebersamaan juga membangun semangat belajar mereka. Guru dapat menciptakan lagu kelas dengan mengadopsi lirik lagu anak yang sudah dikenal lalu mengganti syairnya dengan kata-kata yang sesuai. Menyanyikan lagu adalah salah satu energizer (penyulut semangat) siswa dalam pembelajaran Contoh lagu kelas sbb: LAGU ANAK 2AB lirik : Huhate Aku ini anak kelas 2 A/B Aku ini anak yang selalu ingat/yang selalu OK Membersihkan kelasku agar tetap terjaga Bersih itu Sehat Belajar jadi Ceria Reff Yo kita, yo kita yok bersama-sama Kita jaga kebersihan kelas kita Selalu ingat, selalu ingat Buang sampah di tempatnya Kelasku indah bersih dan nyaman
ADVERTISEMENT

You might also like