You are on page 1of 8

Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan


pilihan kata tertentu. Dengan cara itu, kesan dan efek yang ditimbulkan dapat
dicapai semaksimal mungkin. Gaya bahasa terbagi menjadi empat golongan:
y Gaya bahasa penegasan, terdiri dari:
o Repetisi, adalah gaya bahasa yang menegaskan sesuatu dengan mengatakannya
secara berulang-ulang
o Anafora, pengulangan kata pada awal kalimat
o Epifora, pengulangan kata pada akhir kalimat
y Gaya bahasa perbandingan,terdiri dari:
o Hiperbola, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan
o Metonimia, adalah gaya bahasa yang menamakan sesuatu dengan nama pabrik,
merek, atau yang lainnya
o Personifikasi, adalah gaya bahasa yang membandingkan seolah-olah benda mati
dapat bernyawa
o Metafora, adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu secara langsung
dengan singkat dan padat
y Gaya bahasa pertentangan, terdiri dari:
o Paradoks, adalah gaya bahasa yang isinya bertentangan dalam satu kalimat
o Antitesis, adalah gaya bahasa yang menggunakan paduan kata yang saling
bertentangan
o Litotes, adalah gaya bahasa yang ditujukan untuk mengurangi makna yang
sebenarnya
o Oksimoron, adalah gaya bahasa yang antara bagian-bagiannya saling
bertentangan
y Gaya bahasa sindiran, terdiri dari:
o Ironi, adalah gaya bahasa yang mengatakan sesuatu dengan makna yang berlainan
o Sinisme, adalah gaya bahasa yang cara pengungkapannya lebih kasar
dibandingkan ironi
o Sarkasme, adalah gaya bahasa yang sindirannya paling kasar dalam
pengungkapannya
y GAYA BAHASA
y (a) Bahasa Arab (contoh: takdirullah, roh, hidayah, iradat)
y (b) Bahasa suku kaum atau daerah
(contoh: pidak, bahar, biabas, rogon, sigup)
y (c) Simpulan bahasa (contoh: air muka, iri hati)
y (d) Personifikasi (contoh: peluru senapang kian rancak meluahkan
muntahnya kini)
y (e) Simile (contoh: pucat bagaikan mayat)
y (f) Metafora (contoh: mengukir senyuman nakal)

RAGAM GAYA BAHASA
2011
01.03
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan bahasa sedemikian rupa, sehingga kesan
dan efek terhadap pembaca atau pendengar dapat dicapai semaksimal dan seintensif mungkin.
Berikut adalah berbagai ragam gaya bahasa dan contoh penggunaannya dalam Bahasa Indonesia.
I. GAYA BAHASA PENEGASAN
1. AIuso
Guyu buhusu yung menggunukun perbuhusu yung muksudnyu suduh dpuhum umum.
Contoh :
Dalam bergaul hendaknya kau waspada.
Jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja.
Segala yang berkilau bukanlah berarti emas.
2. Antitesis
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.
Contoh :
Tinggi-rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.
3. Antiklimaks
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.
Contoh :
Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.
4. Klimaks
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.
Contoh :
Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibu kota, hari proklamasi ini dirayakan dengan meriah.
5. Antonomasia
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata ini diambil
dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
Contoh :
Si Pelit den Si Centil sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung.
6. Asindeton
Gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa hal berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh :
Buku tulis, buku bacaan, majalah, koran, surat-surat kantor semua dapat anda beli di toko itu.
7. Polisindeton
Gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hat berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung
(kebalikan asindeton).
Contoh :
Buku tulis, majalah, dan surat-surat kantor dapat di beli di toko itu.
8. Elipsis
Gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tak lengkap), yakni kalimat yang predikat atau subjeknya
dilesapkan karena dianggap sudah diketahui oleh lawan bicara.
Contoh :
Kalau belum jelas, akan saya jelaskan lagi.
Saya khawatir, jangan-jangan dia .
9. Eufemisme
Gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata
pantang (pamali, tabu), atau kata-kata yang kasar dan kurang sopan.
Contoh :
Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran.
Pegawai yang terbukti melakukan korupsi akan dinonaktifkan.
10. Hiperbolisme
Gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh :
Suaranya mengguntur membelah angkasa.
Air matanya mengalir menganak sungai.
11. Interupsi
Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau frase yang disisipkan di tengah-tengah kalimat.
Contoh :
Saya, kalau bukan karena terpaksa, tak mau bertemu dengan dia lagi.
12. Inversi
Gaya bahasa dengan menggunakan kalimat inversi, yakni kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Hal ini
sengaja dibuat untuk memberikan ketegasan pada predikatnya.
Contoh :
Pergilah ia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari harapan baru di kota.
13. Koreksio
Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata pembetulan untuk mengoreksi (menggantikan kata yang dianggap salah).
Contoh :
Setelah acara ini selesai, silakan saudara-saudara pulang. Eh, maaf, silakan saudara-saudara mencicipi hidangan yang
telah tersedia.
14. Metonimia
Gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk
menyebut benda yang dimaksud. Misal, penyebutan yang didasarkan pada merek dagang, nama pabrik, nama
penemu, dun lain sebagainya.
Contoh :
Ayah pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
Udin mengisap Gentong, Husni mengisap Gudang Garam.
15. Paralelisme
Gaya bahasa pengulangan seperti repetisi yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal
dinamakan anafora, sedang di bagian akhir disebutepifora.
Contoh AnuIoru :
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lampus
Contoh Epifora :
Rinduku hanya untukmu
Cintaku hanya untukmu
Harapanku hanya untukmu
16. Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung
dalam kata sebelumnya.
Contoh :
Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Tono berkelahi di tempat itu.
Dia maju dua langkah ke depan.
17. Parafrase
Gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula.
Misal, pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur; materialistis diganti dengan gila harta benda.
Contoh :
Pagi-pagi Ali pergi ke sawah. dijadikan Ketika mentari membuka lembaran hari, anak sulung Pak Sastra itu
melangkahkan kakinya ke sawah.
18. Repetisi
Gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa jenis
ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.
Contoh :
Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang.
Sekali merdeka, tetap merdeka!
19. Retoris
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenannya tidak bertanya.
Contoh :
Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan?
Inikah yang kau namakan kerja?
20. Sinekdoke
Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua yaitu : (a) Pars pro toto (gaya babasa yang menyebutkan sebagian untuk
menyatakan keseluruhan) dan (b) Totem pro parte(gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan
sebagian).
Contoh Purs pro toto :
Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp1.000,00.
Sudah lama ditunggu-tunggu, belum tampak juga batang hidungnya.
Contoh Totem pro parte :
Cina mengalahkan Indonesia dalam babak final perebutan Piala Thomas.
21. Tautologi
Gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
Contoh :
Engkau harus dan wajib mematuhi semua peraturan.
Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
II. GAYA BAHASA PEMBANDINGAN
1. AIegor
Guyu buhusu perbundngun yung membundngkun duu buuh keutuhun berdusurkun persumuunnyu securu
menyeIuruh.
Contoh :
Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudra kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi
badai dan gelombang.
2. Litotes
Gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang
menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh :
Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu.
Silakan, jika kebetulan lewat, Saudara mampir ke pondok saya.
3. Metafora
Gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.
Contoh :
Gelombang demonstrasi melanda pemerintah orde lama.
Semangat juangnya berkobar, tak gentar menghadapi musuh.
4. Personifikasi atau Penginsanan
Gaya babasa perbandingan. Benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dibandingkan dengan
manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.
Contoh :
Bunyi lonceng memanggil-manggil siswa untuk segera masuk kelas.
Nyiur melambai-lambai di tepi pantai.
5. Simile
Gaya bahasa perbandingan yang mempergunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat,
dan lain sebagainya) dengan demikian pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh :
Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
Wajahnya seperti rembulan.
6. Simbolik
Gaya bahasa kiasan dengan mempergunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu.
Misal, bunglon lambang manusia yang tidak jelas pendiriannya; lintah darat lambang manusia
pemeras; kamboja lambang kematian.
Contoh :
Janganlah kau menjadi bunglon.
7. Tropen
Gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan.
Contoh :
Seharian ia berkubur di dalam kamarnya.
Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.
III. GAYA BAHASA PENENTANGAN
1. Anukronsme
Guyu buhusu yung mengundung uruun utuu pernyutuun yung tduk sesuu dengun se|uruh utuu zumun tertentu.
MsuInyu menyebutkun sesuutu yung beIum udu pudu suutu zumun.
Contoh :
Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah.
2. Kontradiksio in terminis
Gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan
yang kemudian.
Contoh :
Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus kedengaran berdetak-detik.
3. Okupasi
Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan dan penjelasan.
Contoh :
Sebelumnya dia sangat baik, tetapi sekarang menjadi berandal karena tidak ada perhatian dari orang tuanya.
Ali sebenarnya bukan anak yang cerdas, namun karena kerajinannya melebihi kawan sekolahnya, dia mendapat nilai
paling tinggi.
4. Paradoks
Gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh :
Dengan kelemahannya, wanita mampu menundukkan pria.
Tikus mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
IV. GAYA BAHASA SINDIRAN
1. Inuendo
Guyu buhusu sndrun yung mempergunukun pernyutuun yung mengecIkun kenyutuun sebenurnyu.
Contoh :
la menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.
2. Ironi
Gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud
pembicara.
Contoh :
Eh, manis benar teh ini? (maksudnya: pahit).
3. Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan
amarah.
Contoh :
Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet!
Dasar goblok! Sudah berkali-kali diberi tahu, tetap saja tidak mengerti!
4. Sinisme
Gaya bahasa sindiran semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.
Contoh :
Hai, harum benar baumu? Tolong agak jauh sedikit!

You might also like