You are on page 1of 5

INISIASI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK ( P2TP2A ) DI KABUPATEN SLEMAN

BADAN KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN SLEMAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MARET 2011 A. LATAR BELAKANG Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang masyarakat yang rentan terhadap tindakan kekerasan, baik secara fisik, psikis, seksual maupun penelantaran. Tindakan kekerasan yang merupakan satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran norma sosial dan kemanusiaan itu belumlah banyak disadari oleh masyarakat, meski pemerintah banyak melakukan sosialisasi dan melakukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Oleh karena itu diperlukan Pengembangan kebijakan, Program dan kegiatan untuk lebih meningkatkan secara Optimal dalam pelayanan kepada masyarakat, dengan Tersedianya Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A) yaitu pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan , termasuk perdagangan orang , yang dibentukoleh pemerintah atau berbasis masyarakat, yang meliputi : pusat rujukan, pusat konsultasi usaha, pusat konsultasi kesehatan reproduksi, pusat konsultasi hukum, pusat krisis terpadu (PKT), pusat pelayanan terpadu (PPT) , pusat pemulihan

trauma (trauma center), pusat penanganan krisis perempuan (women crisis center), pusat pelatihan , pusat informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (PIPTEK) , rumah aman (shelter), rumah singgah atau bentuk lainnya. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menetapkan Peraturan Menteri No. 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Pelayanan tersebut meliputi lima jenis pelayanan yaitu : 1. Penanganan Pengaduan; 2. Pelayanan Kesehatan; 3. Rehabilitasi Sosial; 4. Penegakan dan Bantuan Hukum; 5. Pemulangan dan Reintegrasi Sosial. Di Kabupaten Sleman telah terbentuk Forum Penanganan Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak ( FPK2PA )sejak tahun 2007, SK Bupati sampai saat ini masih dalam proses, namun komitmen anggota Forum cukup tinggi sehingga keberadaan Forum tetap eksis dan berjalan. Pentingnya Forum tersebut mempunyai fungsi penyebarluasan informasi, pengkoordinasian dan fasilitasi pelayanan dalam rangka pencegahan dan penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dalam proses

penanganan pengaduan terhadap kekerasan pada perempuan dan anak, selama ini dilakukan di RPK Polres Sleman, Puskesmas, Rumah Sakit serta lembaga keanggotaan FPK2PA yang lain, dan apabila ada korban yang membutuhkan penanganan lebih lanjut akan dirujuk ke rumah aman milik Forum Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Propinsi DIY yakni Rekso Dyah Utami (RDU). Data jumlah kasus kekerasan yang terjadi di wilayah Sleman dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data yang ada di RPK (Ruang Pelayanan Khusus) yang ada di Polres Sleman dan RDU.
Tahun Data RPK Polres Sleman Data RDU seProv DIY Data RDU berasal dari Kab. Sleman

kesejahteraan dan perlindungan anak dalam sebuah Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). 2. Segera menyediakan berbagai pelayanan yang bersahabat bagi perempuan dan anak. ( TESA 129, SAPERA ) 3. Peningkatan peran serta anggota Forum Penanganan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak (FPK2PA) dalam pelaksanaan operasional terpusat dalam P2TP2A yang belum terbentuk. 4. Meningkatkan jumlah fasilitas dan layanan bagi perempuan dan anak. C. TUJUAN Umum dan anak Khusus : Meningkatkan kualitas hidup perempuan : jenis

2006 2007 2008 2009 2010

105 104 125 67

116 117 114 101 124

32 33 33 31 51

B. PERMASALAHAN Permasalahan atas meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di wilayah Kabupaten Sleman menyebabkan berbagai dampak yang harus disikapi sebagai berikut: 1. Mempercepat penyediaan sarana bagi peningkatan kualitas hidup perempuan,

1. Pemulihan kondisi psikis perempuan dan anak di shelter/rumah aman. 2. Meminimalisir KDRT dan traficking/perdagangan orang.

3. Mengembangkan kemampuan perempuan dan anak yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. 4. Membimbing perempuan dan anak untuk mengatasi kesulitan dan memecahkan masalah secara efektif. 5. Memberikan perlindungan dan rasa aman pada korban kekerasan. D. HAL YANG PERLU DILAKUKAN Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan , dimaksudkan nuntuk menjadi panduan bagiPemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan, khususnya dalam melaksanakan Perencanaa, pelaksanaa, pemantauan dan evaluasi, pelaporan pembinaan dan pengawasan , serta pertanggungjawaban penyelenggaraan sebagai urusan wajib dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dalam alur kerja Prosedur Standar Operasional SPM adalah langkah langkah standar yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang meliputi lima (5) jenis pelayanan yaitu :

1. Penanganan pengaduan yaitu serangkaian tindakanyang dilakukan oleh penyelenggara layanan terpadu untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diajukan korban, keluarga atau masyarakat. 2. Pelayanan Kesehatan : upaya yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan oleh Puskesmas, rumah sakit, dan KP3. 3. Pelayanan Rehabilitasi Sosial yaitu pelayanan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, meliputi pelayanan konseling, penyediaan rumah aman dan bimbingan rohani yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan instansi agama. 4. Pelayanan Penegakan dan Bantuan Hukum melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dilakukan oleh Kepolisian, kejaksaan, dan hakim. serta pelayanan yang diberikan pendamping hukum atau advokat untuk melakukan proses pendampingan saksi dan/atau korban kekerasan terhadap perempuan dan anak (KtPA) yang sensitif gender.

5. Pemulangan dan reintegrasi sosial adalah upaya mengembalikan KtPA dari daerah peneriman ke daerah asal, serta upaya untuk menyatukan kembali dengan pihak keluarga, keluarga pengganti atau masyarakat yang dapat memberikan perlindungan dan pemenuhan kebutuhan bagi korban. Khusus untuk ruang lingkup Pelayanan Sosial, berikut langkah-langkah yang perlu segera dilakukan : 1. Kelembagaan; membuat struktur organisasi yang bersinergi dengan kelembagaan lain seperti : Puskesmas, Rumah Sakit, Kepolisian, Dinsos, Dinas Pendidikan, PKK, Disnakertrans, dll). 2. Sarana dan Prasarana a. Ruang Rapat b. Ruang Pimpinan c. Ruang Konseling Anak d. Ruang Konseling Perempuan e. Fasilitas telepon Hotline untuk pengaduan kekerasan terhadap perempuan dan Telepon Sahabat Anak (TESA 129) 3. Persiapan SDM

a. Konselor (perkawinan, medis, psikologis, hukum, sosial) b. Pengasuh c. Petugas sekretariat d. Pengelola e. Penjaga keamanan dan petugas lainnya 4. Pengembangan mekanisme pengelolaan P2TP2A

You might also like