You are on page 1of 3

Ekstraksi emas dengan sianidasi telah lama digunakan secara komersial namun saat ini menjadi masalah yang

sangat berat karena limbah proses yang dihasilkan menimbulkan dampak lingkungan serius sebagai akibat dari senyawa sianida yang sangat toksik. Di samping itu, ketidak mampuan larutan sianida dalam melindi bijih emas refraktori karbonan (carbonaceous ores) dan kompleks (auriferous ores) secara efektif merupakan masalah yang harus diantisipasi. Perisahaan tambang di Indonesia masih menggunakan proses pelindian sianida. Di samping itu, pertambangan rakyat makin meluas menggunakan proses sianidasi namun sangat minim dalam pengelolaan dampak lingkungan sehingga dapat menimbulkan masalah yang sangat serius. Upaya mencari alternative metoda bukan sianida untuk proses ekstraksi emas telah dilakukan intensif sejak tahu 1970-an. Dari sejumlah proses alternatif, pelindian tiosulfat merupakan proses yang paling menjanjikan serta telah diterapkan secara komersial di beberapa Negara. Oleh karena itu, penelitian yang mengkaji pelindian tiosulfat ini akan mempunyai peran berharga dalam menjelaskan dan mensosialisasikan metode ekstrasi emas dengan bahan yang ramah lingkungan, berbiaya operasional yang kompetitif terhadap metoda sianidasi serta kinerja proses yang sebanding dengan proses sianidasi. Penelitian tahun 2007 merupakan penerapan lebih lanjut proses optimasi pelindian tiosulfat system batch dan penelitian skala batch perolehan emas dari larutan kaya hasil pelindian menggunakan metode perukaran ion (resin) dan sementasi serta perancangan peralatan pelindian skala bench. Hasil percobaan menunjukan, pembuatan larutan kaya emas tiosulfatsebagaibahan umpan proses pertukaran ion dan sementasi dengan konsentrasi sebesar 5.3 mg/L (ppm) dapat digunakan dengan baik.
Proses pertukaran ion yang efektif dengan adanya ion tembaga hanya dapat terjadi dalam kondisi terbatas karena ketidakstabilan larutan tiosulfat. Dengan kondisi 0,1 m ammonium tiosulfat, 500 ppm tembaga, pH optimum 11, diperoleh adsorpsi emas pada resin yang lebih kuat daripada tembaga.

Reaksi sementasi emas mengikuti kinetika tingkat pertama dan dengan deaerasi larutan, dapat meningkatkan perolehan emas. Namun, kehadiran ion feri dalam larutan pelindian dapat menurunkan efisiensi pengendapan emas dari 86 menjadi 78%. (sumber : http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/ )

Pengolahan Bijih Emas Kadar Rendah di Lampung May 11, 2010


Posted by julianusginting in Tailing. Tags: Emas, Flotasi, Konsentrat Emas, Lampung, Sianidasi, Tailing 5 comments

Propinsi Lampung termasuk salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya mineral yang cukup beragam baik mineral logam maupun non logam dalam jumlah yang menguntungkan untuk diolah. Salah satu bahan tambang yang cukup menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah mineral logam emas. Jumlah cadangan emas di Propinsi Lampung sebenarnya cukup potensial, tetapi permasalahan yang ada adalah potensi tambang logam emas di Propinsi Lampung berada pada

kondisi menyebar (tidak terkonsentrasi pada satu tempat)dan kadarnya masih sangat rendah yaitu sekitar 3 ppm. Hal ini yang menyebabkan kurangnya minat industri besar untuk menginvestasikan modalnya dalam pengolahan emas di propinsi Lampung sedangkan para pengusaha kecil dan menengah masih terkendala pada keterbatasan kemampuan penguasaan teknologi yang ekonomis dan tepat guna. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan teknologi benefisiasi dan pengolahan bijih emas kadar rendah dari batuan tambang yang ekonomis, efisien, dan tepat guna. Pada industri, emas diperoleh dengan mengisolasinya dari batuan bijih emas. Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm). Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah metode sianidasi dan metode amalgamasi (Hiskey, 1985 dan Lee, 1994). Selain menggunakan metode ekstraksi sianidasi dan amalgamasi, proses benefisiasi/pengambilan mineral emas dari batuan tambang juga dapat menggunakan metode flotasi. Flotasi adalah proses yang umum digunakan untuk pemisahan bahan partikulat yang terdispersi dalam sluri atau suspensi dan juga pemisahan dari substansi-substansi seperti minyak dari emulsi, khususnya didasarkan pada air. Pada tahun 2009 telah dilakukan kegiatan percobaan pendahuluan proses flotasi untuk benefisiasi emas dari bijih emas kadar rendah dari batuan tambang. Pada penelitian tahun 2011 akan dilakukan proses lanjut dari proses flotasi yaitu proses sianidasi untuk pemurnian dan peningkatan kadar konsentrat yang telah diperoleh dari proses flotasi sehingga diperoleh konsentrat emas dengan kadar 5000-6000 ppm. Kegiatan akan dilanjutkan pada tahun 2012 yaitu proses peleburan konsentrat emas yang diperoleh dari kegiatan tahun 2011.

Dampak Sianidasi Terhadap Lingkungan May 11, 2010


Posted by julianusginting in Tailing. Tags: Emas, Leaching, Lingkungan, Perak, Sianidasi, Tailing 1 comment so far

Bijih emas dan perak di alam sangat bervariasi, baik dalam macam dan kadarnya. Untuk memperoleh emas dan perak memerlukan suatu proses yang tepat, disamping itu diperlukan pula penanganan yang baik terhadap sisa hasil proses. Salah satu metoda pemisahannya adalah dengan sianidasi. Pada prinsipnya metoda ini adalah pengolahan bijih emas berupa partikel halus yang tersisa setelah mineral berharga diekstraksi dari batuan. Biasanya sisa ekstraksi tersebut di buang ke dalam sungai atau ditampung dalam bak penampung, limbah tersebut dinamakan dengan tailing. Proses amalgamasi merupakan salah satu tahap awal yang dilakukan pada ekstraksi emas dan perak. Hasil proses ini ada dua, pertama

mineral yang diekstrak (emas dan perak) dan limbah yang masih mengandung emas dan perak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar emas yang didapat dari proses amalgamasi masih rendah yaitu sekitar 40% dan kehilangan air raksa yang digunakan cukup besar yaitu 5-10%. Salah satu cara untuk meningkatkan perolehan kadar emas dan peraknya adalah dengan sianidasi, ternyata hasil yang diperoleh dalam proses sianidasi cukup memuaskan. Perolehan akhir yang didapat mulai dari pelarutan sampai mendapatkan emas murni dengan cara elektrolisa adalah lebih 70%. Tahapan proses pengambilan emas dengan sianidasi adalah dengan melarutkan emas dengan natrium sianida dan untuk berlangsung reaksi ini diperlukan oksigen. Adapun proses sianidasi mengikuti langkah-langkah seperti berikut ini, yaitu pelarutan (leaching) bijih emas, penyerapan (adsorption), pelarutan kembali (desorption), pengendapan dan elektrolisa. Dampak penggunaan sianida dalam proses sianidasi sangat besar terhadap kelangsungan makhluk hidup. Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh untuk semua jenis makhluk hidup, sianida bisa larut dalam air, sedimen dan biota laut. Akibatnya terjadi kontaminasi pada biota laut dan keanekaragaman hayati akan punah. Untuk mengurangi dampak negatif dari pengolahan emas tersebut, maka diperlukan batasan-batasan yang perlu diterapkan untuk setiap industri pengolahan emas disamping penggunaan teknologi penetralan sianida dengan sodium metabisulfat.

You might also like