You are on page 1of 16

TUGAS INDIVIDU FENOMENA STRATEGI KETRAMPILAN BERPIKIR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI BELAJAR

DOSEN . Dr.Budi Rahardjo,M.S.

Disusun oleh Endang Suminarni NIM.1005136353

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM MAGISTER KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN 2011

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

FENOMENA STRATEGI KETRAMPILAN BERPIKIR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Dalam system penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal dan pelaksanaannya, pengelolaan dan pelaporan hasil ujian.

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

Sampai saat ini masih banyak lembaga pendidikan mulai dari tingkat terbawah hingga yang tertinggi masih menerapkan cara-cara kuno dalam praktek pembelajarannya. Model pembelajaran tersebut biasanya dicirikan dengan praktek pengajaran dimana para pelajar dikondisikan hanya menelan informasi yang disampaikan oleh guru atau pengajar (teacher centered). Dengan pola pembelajaran seperti ini, sangat sulit menghasilkan individu-individu yang mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, melainkan hanya akan menghasilkan individu-individu otomatis yang melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa. Dengan kata lain kompetensi lulusan yang merupakan kualifikasi kemampuan lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang tertuang dalam Standard Kompetensi Lulusan ( SKL ) sulit tercapai. B. Permasalahan 1. Apakah yang dimaksud dengan keterampilan berpikir? 2. Bagaimanakah penggunaan keterampilan berpikir dalam proses belajar Fisika ? 3. Bagaimanakah penggunaan system penilaian di sekolah ?

BAB II PEMBAHASAN
1. Ketrampilan berpikir a. Pengertian Berpikir Menurut Bob Kizlik berpikir adalah proses menciptakan rangkaian transaksi konektif terstruktur antara unsure-unsur dari informasi yang dipahami. Sebagai sebuah proses yang cukup kompleks, kegiatan berpikir memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut;

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

1. Pembentukan konsep : menyusun informasi tentang suatu identitas atau kumpulan informasi yang bermakna. Sebuah konsep dapat dijelaskan sebagai hubungan yang dipahami antara dua atau lebih fakta. 2. Pembentukan prinsip : mengenali adanya hubungan antara atau antar konsepkonsep. 3. Pemahaman: menghasilkan pengertian-pengertian dan pemahaman-pemahaman dengan menghubung-hubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. 4. Pemecahan masalah: menganalisis suatu keadaan yang membingungkan atau keadaan sulit untuk tujuan menghasilkan pemecahannya. 5. Mengambil keputusan : proses memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia. 6. Penelitian : melakukan penyelidikan untuk tujuan menetapkan dan mengesahkan satu atau lebih hipotesis. 7. Menyusun kesimpulan : mengembangkan sesuatu berupa tulisan, musical, mekanikal atau artistic dari informasi atau pengetahuan yang dimiliki. 8. Penyampaian pesan : menyampaikan informasi atau pengetahuan yang diterima/dimiliki kepada orang lain. Berpikir adalah pekerjaan sadar dari otak. Pikiran selalu sibuk dalam banyak kegiatan seperti rekoleksi (recollectioning), mengerti (termasuk mencocokkan pola dan perhatian terfokus), membayangkan (termasuk meditasi), dan navigasi. Penjabaran dari proses berpikir itu adalah; 1. Rekoleksi terjadi saat otak membaca ulang memory dari penyimpanannya. Pembacaan ulang atau mengingat mungkin dapat terjadi secara tidak disengaja. 2. Pemolaan adalah suatu bagian dari otak-kanan, berpikir holistic. Seperti halnya yang diluar analisis, sisi verbal dari pemrosesan informasi kita (otak kiri) dan sisi artistic (otak kanan). Kegiatan pemolaan yang simultan membantu kita untuk menjalin hubungan.

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

3. Menelusuri jalur. Setiap tindakan yang diprakarsai oleh kita adalah tergantung pada suatu keputusan yang apabila dibantu dengan pola-pola yang cocok maka pikiran akan secara otomatis menggunakan kecocokan ini. 4. Mengerti adalah proses memperbesar rangkaian pola-pola atau menggabunggabungkan banyak informasi ke dalam pola-pola yang sudah ada (de Bono). 5. Mencocokkan pola Pengolahan informasi membuat penggunaan besar dari polapola untuk menyederhanakan keputusan. Pola-pola diciptakan saat suatu tanggapan pada suatu situasi tertentu yang diingat. 6. Memusat (focus) berarti memilih satu perhatian saat mengeluarkan sisa memory dan pengalaman external 7. Meditasi adalah proses pikiran tanpa berpikir sadar. Rene Descartes, seorang filsuf Perancis menungkapkan Cogito ergo sum yang rtinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satusatunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa manusia mulai berpikir. Coger,1989 menjelaskandalam bukunya, Rational Infant-bahwa bayi dalam 'tahap infansi' sudah dapat berpikir logis. Diperkuat oleh data (Monnier,1981) yang menunjukkan bahwa bayi berusia sekitar satu tahun dapat menggunakan kalkulus logis secara formal seperti anak usia remaja akhir. Artinya, kemampuan berpikir sudah ada pada manusia sejak tahun pertama kehidupan. Berpikir adalah 1) proses pengungkapan sesuatu dengan mengolah pengetahuanpengetahuan yang telah ada dalam benak kita sehingga diketahui, 2) merupakan instrumen psikis paling penting. Dengan berpikir, kita dapat lebih mudah mengatasi berbagai masalah dalam hidup, 3) berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan antara manusia dan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak, karena hanya memiliki instink, yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Menurut Ngalim Purwanto dalam berpikir orang mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

menjadi tersusun dan merupakan kebutan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami. Menurut J.C. Coleman dan C.L. Hammen (1974), berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang menghasilkan sesuatu yang baru - dalam konsep, pengertian, penemuan, karya seni. Sedangkan D.W. Mckinnon (1962) menyatakan, selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang baru bisa dikatakan berpikir secara kreatif apabila memenuhi dua persyaratan. Pertama, sesuatu yang dihasilkannya harus dapat memecahkan persoalan secara realistis. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan di ibukota, bisa saja seorang walikota mempunyai gagasan untuk membuat jalan raya di bawah tanah. Memang, gagasan itu baru, tetapi untuk ukuran Indonesia solusi itu tidak realistis. Dalam kasus itu, sang walikota belum dapat dikatakan berpikir secara kreatif. Kedua, hasil pemikirannya harus merupakan upaya mempertahankan suatu pengertian atau pengetahuan yang murni. Dengan kata lain, pemikirannya harus murni berasal dari pengetahuan atau pengertiannya sendiri, bukan jiplakan atau tiruan. Misalnya, seorang perancang busana mampu menciptakan rancangannya yang unik dan mempesona. Perancang itu dapat disebut kreatif kalau rancangan itu memang murni idenya, bukan mencuri karya atau gagasan orang lain. Menurut ahli lain, Dr. Jalaludin Rakhmat (1980) untuk bisa berpikir secara kreatif, si pemikir sebaiknya berpikir analogis. Jadi, proses berpikirnya dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal lain yang sudah dipahami. Kalau menurut pemahaman si pemikir, kesuksesan adalah keberhasilan mencapai suatu tujuan, maka saat ia berpikir tentang kesuksesan, ciri-ciri berupa "berhasil mencapai tujuan" menjadi unsur yang dipertimbangkan. Misalnya, seseorang dikatakan sukses bila ia dengan bekerja keras telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Tanpa tujuan yang jelas sulit bagi seseorang untuk bisa sukses. Namun, karena setiap orang mempunyai tujuan berbeda, maka standar kesuksesan setiap orang pun berbeda.

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

b. Keterampilan Berpikir Keterampilan berpikir termasuk juga dalam domain kognitif. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif//divergen (ciri-ciri aptitude) yaitu: 1) keterampilan berpikir lancar (fluency); (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility); (3) keterampilan berpikir orisinal (originality); (4) keterampilan memperinci (elaboration); dan (5) keterampilan menilai (evaluation). Makin kreatif seseorang, ciri-ciri tersebut makin dimiliki. (Williams dalam Munandar, 1999: 88) Dalam tulisan lain Richard Paul menyatakan bahwa solusi alternatif biasanya bukan bawaan, melainkan harus dibangkitkan atau diajarkan. Pemikir kritis harus sebaik pemikir kreatif sedangkan Patrick Hillis dan Gerald Puccio menjabarkan paduan generasi divergen dan evaluasi konvergen dalam suatu strategi problem-solving dan digunakan secara bergantian. Klasifikasi dari keterampilan berpikir menurut Sternberg, 1989: 1. Keterampilan berpikir kritis yang terdiri atas (a) menganalisa; (b) tinjauan/kupasan; (c) menilai; (d) mempertimbangkan; (e) membandingkan dan membedakan; (f) menafsirkan 2. Keterampilan berpikir praktis terdiri atas: (a) penerapan; (b) penggunaan dan memanfaatkan; (c) latihan, praktik 3. Keterampilan berpikir kreatif yang terdiri atas (a) membuat; (b) menemukan; (c) merekayasa; (membayangkan; mengira; (f) menduga Dari beberapa pendapat tersebut amat nyata bahwa dengan melatih keterampilan berpikir kreatif dan analitis dapat dijadikan modal bagi para pelajar untuk berpikir lebih produktif, karena dengan berpikir kreatif mereka bisa menghasilkan ide-ide dan dengan berpikir kritis mereka bisa mengevaluasi ide-ide. Inti dari keterampilan berpikir antara lain;
Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

1. Keterampilan memusatkan pikiran , melakukan pemilihan bagian informasi tertentu dan mengabaikan yang lainnya. a) Mendefinisikan masalah: hak menjelaskan, ketidak cocokan atau situasi membingungkan b) Menetapkan tujuan akhir: menetapkan arah dan tujuan 2. Keterampilan mendapatkan informasi , menyampaikan ketidaksadaran pada kebutuhan data relative bagi proses kognitif a) Mengamati: mendapatkan informasi melalui satu atau lebih alat indera b) Merumuskan pertanyaan: memandang informasi baru melalui penyelidikan 3. Keterampilan mengingat ,menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi a) Menyandikan: menyimpan I nformasi dalam ingatan jangka panjang b) Memanggil ulang: mengeluarkan kembali informasi dari ingatan jangka panjang 4. Keterampilan mengorganisasikan , merangkai informasi sehingga dapat digunakan dengan lebih efektif a) Membandingkan: mencatat persamaan dan perbedaan antara atau antar entitas b) Mengklasifikasikan: mengelompokkan dan memberi nama entitas berdasarkan atribut-atributnya c) Mengurutkan: Urut-urutan identitas menurut criteria tertentu d) Menampilkan kembali: mengubah bentuk namun bukan pada substansi informasinya 5. Keterampilan menganalisa : menjelaskan informasi yang ada dengan memeriksa bagian-bagian dan hubungannya. a) Mengidentifikasi perlengkapan-perlengkapan dan komponen-komponen: menjelaskan karakteristik-karakteristik atau bagian-bagian sesuatu

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

b) Mengidentifikasi hubungan-hubungan dan pola-pola: mengenali bagian-bagian cara yang berhubung-hubungan c) Mengidentifikasi gagasan utama: mengidentifikasi elemen pusat; sebagai contoh hirarki dari gagasan kunci dalam suatu pesan atau cara alas an d) Mengidentifikasi kesalahan: mengenali kekeliruan logis dan kesalahan lain serta apakah mungkin untuk memperbaikinya. 6. Keterampilan menyimpulkan : menghasilkan informasi, pengertian atau gagasangagasan baru. a) Mengambil kesimpulan: melampaui informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi apakah benar yang beralasan b) Menduga: mengantisipasi kejadian selanjutnya, atau situasi dapatan c) Mengelaborasi: menjelaskan dengan menambahkan detil, contoh-contoh atau informasi relevan lainnya 7. Keterampilan memadukan ,menghubungkan dan memadukan informasi a) Meringkas: memadukan informasi secara efisien kedalam suatu pernyataan kohesif b) Merestrukturisasi: mengubah struktur pengetahuan yang ada untuk menggabungkan informasi baru 8. Keterampilan menilai ,menilai gagasan-gagasan yang masuk akal dan berkualitas a) Menetapkan kriteria: menetapkan standar untuk membuat keputusan b) Memverifikasi: mengkonfirmasi keakuratan klaim Keterampilan berpikir (thinking skills) diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasikan model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Model itu kadang-kadang mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi perceptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya, dan mampumengantisipasi

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

hasilhasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah (trial and error). Keterampilan berpikir telah menjadi ungkapan yang bersifat umum, mencakup proses belajar dan memecahkan masalah. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah (Problem Solving) Problem solving merupakan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah yang pelik. Metode yang digunakan adalah metode ilmiah berarti berpikir yang sistematik, logis, teratur dan teliti. Cara ilmiah untuk memecahkan masalah dengan langkahlangkah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memahami masalah atau problema Mengumpulkan keterangan atau data Merumuskan hypotesa atau jawaban yang mungkin memberi penyesalan Menilai suatu hypotesa Men-test atau mengadakan eksperimen Membentuk kesimpulan Dari penjabaran dan pemaparan para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir adalah proses kognitif yang memudahkan kita untuk membuat pengertian dari dan menciptakan informasi. 1. Keterampilan berpikir dalam proses belajar Fisika . Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik ,seperti halnya ilmu lain. Fisika memiliki aspek kreatif dan juga aspek terapan atau praktik. Hal ini sesuai dengan tuntutan yang terdapat dalam peraturan pemerintah no.19 th 2005 menyatakan bahwa : fisika sebagai kelompok mata pelajaran ilmu pengethauan dan teknologi bertujuan agar peserta didik memperoleh kompetensi lanjut dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan proses berpikir secara kritis ,kreatif dan mandiri.

10

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

Lebih lanjut dikemukakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah peserta didik memiliki ketrampilan untuk mengembangkan kemampuan bernalarfisika adalah peserta didik memiliki ketrampilan untuk mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai fenomena alam dan menyelesaikan masalah baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa pelajaran Fisika di sekolah merupakan suatu tempat bagi siswa mengembangkan pengetahuannya tentang prinsip-prinsip konsep dan faktafisika untukmengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada kehidupan sehari-hari dan mengembangkan kemampuann berpikir kritis. Agar terjadi pengkonstruksian pengetahuan secara bermakna ,guru haruslah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan, salah satunya adalah dengan mengikutsertakan kegiatan praktikum dalam proses belajar mengajar, sebagaimana tertuang dalam standard kompetensi lulusan untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas bidang studi Fisika berikut ini : 1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis 2. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif 3. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum 4. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor 5. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

11

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

6. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi Berdasarkan uraian di atas tentang standard kompetensi lulusan yang tertuang dalam KTSP , pengertian ketrampilan berpikir dan prosedur pembelajaran Fisika di SMA , dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional sangat ideal dan konstruktiv , untuk memperoleh tamatan yang kompeten cerdas dalam mengembangkan identitas budaya dan bangsanya. Namun kenyataannya kondisi dilapangan menuntut pelaku pendidikan terutama di jenjang pendidikan SLTA bidang studi Fisika mengalihkan metode pengajarannya, dari metode metode pengajaran modern ke metode pengajaran kuno , beserta bentuk bentuk evaluasinya, dengan tujuan mencapai target kelulusan 100 % dalam ujian Nasional. Hal ini tidak memungkinkan pula terjadi pada sekolah sekolah yang berlebel RSBI maupun SBI. Berikut kondisi metode pengajaran dan bentuk evaluasi di sekolah sekolah saat ini, 3. System penilaian di sekolah Pengajaran di sekolah selama ini lebih banyak memberi ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga ketrampilan berpikir siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan pengajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama,

12

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

yaitu model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal. Namun demikian pelaku pendidikan khususnya pengajar bidang studi Fisika, tidak mempunyai banyak pilihan karena merasa ikut bertanggung jawab dalam kelulusan peserta didik, yang notabene ditentukan dalam Ujian Nasional .Pelaksanaan Ujian Nasional yang telah berlangsung sebenarnya sudah melenceng dari tujuan pendidikan karena Ujian Nasional telah dijadikan patokan atau acuan dari lulus atau tidaknya peserta didik. Pada Ujian Nasional hasil belajar peserta didik tidak semua di nilai, karenasoal ujian nasional khususnya SMU/MA berbentuk pilihan ganda atau pilihan ganda semua. Berikut adalah kelemahan kelemahan soal pilihan ganda Pertama siswa kurang merasa termotivasi belajar untuk memahami bahan ajar. Mereka lebih suka mengandalkan hafalan sekilas tanpa perlu memahami materi tersebut secara utuh. Rasa kuatir tak bisa menjawab soal agaknya tidak ada pada diri siswa. Mereka tenang dengan bekal seadanya toh nanti bisa menjawab rampung 100%. Pikiran seperti inilah yang membelenggu sehingga siswa belajar hanya sepotong-sepotong. Kedua siswa terbiasa main spekulasi. Olah tebak dari 4 alternatif jawaban menjadi kebiasaan dalam menghadapi ulangan umum atau ujian nasional. Kebiasaan ini menumbuhkan model-model spekulasi tanpa nalar yang logis. Misalnya menghitung kancing baju, menghitung bunyi tokek, burung tekukur dan lain-lain. Pendapat siswa lewat kalimat tak pernah muncul di permukaan. Hal ini disebabkan soal-soalnya yang selalu tertutup. Keadaan yang demikian ini masih diperburuk oleh kedalaman materi yang hanya seputar jenjang hafalan atau pengertian dan paling dalam pada jenjang pemahaman.

13

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

Ketiga siswa merasa mudah untuk menyontek hasil kerja temannya. Atau secara terangterangan minta jawaban kepada temannya. Tidak sulit mengelabuhi pengawas yang hanya duduk di depan itu karena bibir pemberi petunjuk cukup menjawab A, B, C, atau D saja. Karena suasana yang memberi kemudahan untuk menyontek, membuat siswa yang malas belajar merasa mudah menggantungkan teman-temannya. Keempat siswa tidak terdidik mengemukakan pendapat dengan kalimat yang betul. Terlebih lagi soal ujian nasional bahasa Indonesia yang menghilangkan soal mengarang, sungguh sangat ironis. Ruang yang baik sekali untuk mencurahkan daya kreatif, imajinatif dan ketrampilan berkomunikasi (berbahasa) justru dihapus begitu saja. Dengan demikian akhimya tak ada ruang bagi siswa untuk menyalurkan daya kreatif, imajinatif dan ketrampilan berbahasanya. Kelima guru pun terimbas oleh soal berpola pilihan ganda ini. Dalam memberi penjelasan materi kepada siswanya guru terpancang dan terpaku pada materi-materi praktis yang sering muncul dalam soal-soal ulangan umum maupun ujian nasional. Memahirkan siswa dalam menebak soa-soal ujian nasional yang akan keluar menjadi tuntutan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Akhimya guru ikut-ikutan menomorduakan pemahaman materi secara bulat dan utuh kepada siswa karena terjebak target materi yang sering muncul dalam soa-lsoal ujian nasional. Andalan bagi guru untuk menyiasati keadaan semacam ini biasanya siswa didril dengan soal-soal ujian nasional tahun sebelumnya. Ujungnya konsep-konsep, dalam suatu bahasa materi sering terasa kurang terurai bahkan ada bagian yang lepas. Ini sesuatu yang sebenamya tidak boleh terjadi. Keenam hasil kerja dari soal bentuk pilihan ganda secara individual belum dapat digunakan sebagai pembeda yang handal. Banyak contoh siswa yang biasanya santai, acuh terhadap materi ajar, ogah-ogahan dan malas belajar justru mempunyai jumlah nilai ujian nasional yang lebih tinggi atau nilai mata pelajaran tertentu lebih tinggi dari pada temannya yang biasanya jauh di atas siswa tersebut.

14

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

Dari uraian di atas ada 2 kemungkinan sikap siswa tersebut. Kemungkinan pertama memang siswa tersebut mempersiapkan belajar dengan betul. Kemungkinan kedua menjawab dengan ngawur tetapi betul. Jika dia ngawur dan betul maka dia lebih untung dari pada siswa yang memeras pikiran dan jawabannya betul. Nah kalau demikian lalu apa artinya pemberian soal ujian nasional itu? Untuk apa diberikan soal tadi? Kalau gagal membedakan hasil kerja keras dalam belajar dengan kerja ngawur, tidakkah perlu ditinjau kembali soal-soal bentuk pilihan ganda ?

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tujuan pendidikan Nasional dalam KTSP dan tujuan pembelajaran Fisika sudah sangat ideal dan konstruktiv , untuk memperoleh tamatan yang kompeten cerdas dalam mengembangkan identitas budaya dan bangsanya. 2. Sistem penilaian prestasi siswa lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah.Terutama soal soal dalam ujian Nasional yaitu dalam bentuk pilihan ganda. 3. Kondisi dilapangan menuntut pelaku pendidikan terutama di jenjang pendidikan SLTA mengalihkan metode pengajarannya, dari metode metode pengajaran modern ke metode pengajaran kuno , beserta bentuk evaluasinya, dengan tujuan mencapai target kelulusan 100 % dalam ujian Nasional. B. Saran 1. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan hendaknya tetap berpedoman pada tujuan pembelajaran Fisika yang melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan.

15

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

2. Bentuk soal dalam ujian nasional sebagian pilihan ganda dan sebagian esay. Materi soal tidak hanya pada tingkat hafalan. Untuk soal esay sebaiknya yang memerlukan jawaban proses. Bentuk soal esay dengan jumlah soal tidak terlalu banyak yaitu kurang lebih 10 15 soal saja. 3. Untuk menghadapi ujian nasional perlu bimbingan tersendiri berupa bimbel di sekolah maupun di luar sekolah Referensi http://psb-psma.org/content/blog/3992-keterampilan-berpikir-kritis http://defantri.blogspot.com/2009/05/sistem-penilaian-hasil-belajar.html http://mgmpsejarahma.wordpress.com/2011/01/22/fenomena-soal-multiple-choicedalam-ujian-nasional/ http://www.artikata.com/arti-343019-ortodoks.html systempenilaianktspsma-121317188517588-9.pps rancanganpenilaianhasil belajar.ppt

16

Fenomena strategi ketrampilan berpikir dalam pembelajaran Fisika

You might also like