You are on page 1of 16

PENGGUNAAN MEDIA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS PERSUASI PADA SISWA KELAS X-1

SMA NEGERI I MOJOLABAN (Penelitian Tindakan Kelas)[1] Oleh: Ari Setyaningsih Drs. Swandono, M. Hum. M. Rohmadi, S. S., M. Hum.

ABSTRACT
The approach of this research is a classroom action research. The subject of the research is the students of SMA N I Mojolaban class X-1. The aims of the research are; (1) to improve the quality of teaching process of writing persuasion by using media public service advertising of class X-1 of SMA N I Mojolaban, (2) to improve the quality of students writing persuasion by using media public service advertisement of the class X-1 of SMA N I Mojolaban. The technique of collecting data is conducted through the observation, writing test, questionare, interview, and document analysis. Each cycle consist of four steps; (1) planning the action, (2) the action, (3) the observation and interpretation, (4) the analysis and reflection. The improvement of quality of result study is going on the process and the students writing persuasion. The percentage of the completion of the study is increasing from one cycle to the next cycle, thats, 55 % I cycle 1, 97 % in cycle 2, and 100 % in cycle 3. Keyword: media, public service advertising, writing, persuasion. Pendahuluan Selama ini pembelajaran menulis di sekolah belum mendapat tempat yang cukup. Pembelajaran menulis di sekolah hanya mendapat porsi waktu yang sedikit dibandingkan dengan pembelajaran kebahasaan lainnya. Selain itu, guru hanya berorientasi untuk melihat hasil tulisan siswa tanpa membelajarkan proses menulis pada siswa. Akhirnya, tujuan pembelajaran menulis hanya mengarah pada pencapaian kemampuan menulis siswa. Dengan kata lain, siswa hanya dituntut untuk cerdas secara intelektual. Hal inilah yang menjadikan menulis sebagai suatu beban (Ari Kusmiatun, 2005). Pendapat senada juga diungkapkan oleh Achmad Alfianto (2006) bahwa kegiatan belajarmengajar belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru Bahasa Indonesia, sedangkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktik hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Menurut Bobbi De Porter (dalam Didik Komaidi, 2007: 29) menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri

(logika). Jadi, tulisan yang baik memanfaatkan kedua belahan otak tersebut. Dorongan untuk menulis sama dengan dorongan untuk berbicara. Hal ini dimaksudkan agar pikiran dan pengalaman kita dapat dikomunikasikan dan diketahui oleh orang lain. Menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam lambang-lambang bentuk bahasa (M. Atar Semi, 1990: 8). Pembelajaran menulis ini tidak lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkan bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement (2006) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya. Penguasaan meteri tersebut sebenarnya dapat ditunjang oleh beberapa faktor sehingga tingkat penguasaan materi meningkat. Berdasarkan kenyataan di lapangan, kemampuan menulis, terutama tulisan jenis persuasi siswa kelas X-1 SMA N 1 Mojolaban masih rendah. Dari hasil pengamatan, keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis hanya mencapai 12 % (5 orang, dari 38 siswa yang hadir). Hal ini terjadi karena siswa tidak mempunyai kegairahan menulis dan guru lebih menekankan pada teori tentang menulis dengan metode ceramah. Nilai ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia (65) yang ditetapkan sekolah hanya dicapai oleh 8 siswa dan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 57,18 dari keseluruhan siswa yang hadir (38). Untuk mengatasi masalah pembelajaran menulis persuasi, salah satu media yang dapat digunakan adalah media layanan masyarakat atau yang dikenal dengan Public Service Advertising. Iklan ini biasanya dikeluarkan oleh instansi, badan, atau departemen, misalnya iklan budaya membaca oleh Departemen Pendidikan Nasional dan iklan bahaya merokok oleh Departemen Kesehatan. Bentuk iklan layanan masyarakat dapat berupa poster, drama, film, musik, maupun kalimat yang mengarahkan pemirsa atau khalayak kepada sasaran agar berbuat atau bertindak seperti dianjurkan iklan tersebut. Melalui penggunaan media iklan layanan masyarakat siswa akan menemukan poin-poin penting karena dalam iklan tersirat permasalahan, upaya penanggulangan, beserta pernyataan yang bersifat mempengaruhi pembaca/pemirsanya. Dari iklan ini siswa juga dapat menangkap pesan-pesan moral yang bersifat mendidik serta relevan dengan kondisi di sekitar siswa. Hal ini akan memberi dampak yang baik bagi kepekaan siswa terhadap masalah yang sedang terjadi di sekitar mereka. Bertolak dari latar belakang masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis persuasi pada siswa kelas X.1 SMA N 1 Mojolaban, 2) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis persuasi pada siswa kelas kelas X.1 SMA N 1 Mojolaban. Kajian Literatur

Nurudin (2007: 4) mengemukakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menurut Bobbi De Porter (dalam Didik Komaidi, 2007: 29) menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Menurut Hanim (2006) disebutkan bahwa menulis adalah sebuah proses yang dapat dikembangkan kemampuan dalam berpikir dinamis, kemampuan analitis, dan kemampuan membedakan berbagai hal secara akurat dan valid. Menulis bukan hanya sebuah cara untuk mendemonstrasikan hal yang telah diketahui, lebih dari itu menulis adalah cara untuk memahami hal yang telah diketahui tersebut. Selanjutnya, disebutkan pula bahwa menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pikiran ke dalam tulisan. Melalui tulisan tersebut segala pesan ataupun maksud dari penulis akan dapat dipahami oleh pembaca. Persuasi adalah suatu bentuk wacana yang menyimpang dari argumentasi dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain (para pembaca atau pendengar) agar melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi (Gorys Keraf, 1995: 14). Dalam buku lain, Gorys Keraf mengartikan persuasi sebagai suatu seni verbal yang bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Gorys Keraf, 2000: 18). Nurudin (2007: 82) menyatakan bahwa melalui persuasi, seseorang penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tentang sebuah permasalahan tertentu. Penulis mempersembahkan fakta dan opini yang bisa didapatkan pembacanya untuk mengerti, menggapai sesuatu itu adalah benar, salah, atau di antara keduanya. Tajuk rencana, iklan berbentuk advetorial, surat pembaca dalam surat kabar dan majalah, dan naskah pembicaraan politik adalah contoh tulisan persuasif. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persuasi hampir sama dengan argumentasi. Persuasi merupakan jenis wacana yang bersifat mempengaruhi dan meyakinkan pembacanya dengan cara memberikan data dan alasan yang logis. Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan pengertian itu, guru atau dosen, buku ajar, dan lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Sri Anitah, 2008: 11) Arif S. Sadiman, dkk.(2007: 7) juga memberi batasan mengenai media. Menurutnya, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik benda maupun lingkungan yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar untuk menyampaikan pesan berupa bahan ajar atau meteri yang akan disampaikan pada siswa. Bermacam-macam media dapat digunakan sebagai sarana penunjang pembelajaran. Menurut Sri Anitah (2008: 12), secara umum ada tiga klarifikasi media pembelajaran, antara lain sebagai berikut. 1. Media visual, yang terdiri dari: a. media visual yang tidak diproyeksikan, antara lain: gambar diam, karikatur, poster, bagan, grafik, peta, bagan, papan, dan diagram; b. media visual yang diproyeksikan, antara lain: OHP, film bingkai (slide), filmstrip (film rangkai), dan opaque projektor. 2. Media audio, antara lain: program wicara, wawancara, diskusi, buletin berita, drama audio, dan lain-lain. 3. Media audio visual, antara lain: televisi, video, film, slide suara. Beberapa penggolongan media pembelajaran di atas sekiranya hampir sama. Masingmasing pakar menyederhanakan jenis media pembelajaran menjadi; 1) media visual (ditangkap dengan indera penglihatan); 2) media audio (ditangkap dengan indera pendengar); dan 3) media audio visual (ditangkap dengan indera pendengar dan penglihat). Media pembelajaran tentunya memiliki manfaat bagi proses pembelajaran. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153), secara khusus media pembelajaran digunakan dengan tujuan: 1) memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan, 2) memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar, 3) menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu. Curzon (dalam Abdelraheem dan Al-Rabane, 2005: 2) menjelaskan bahwa media pembelajran di kelas dapat memperlebar saluran komunikasi antara guru dengan murid. Media menumbuhkan kemampuan tertentu dalam pembelajaran dan mempertinggi kecakapan intelektual dan kecakapan gerak. Penggunaan media memungkinkan guru untuk menghadirkan banyak fenomena fisik dan isu-isu dengan mudah, serta menarik siswa untuk fokus dalam memperhatikan karakter objek yang disajikan.

Dengan demikian, dapat diambil simpulan bahwa kegunaan dan manfaat media pembelajaran adalah membantu guru dalam mengajarkan pesan atau materi ajar dengan mudah kepada peserta didik sehingga dapat memahami dan menguasai pesan-pesan tersebut dengan tepat dan akurat. Selain itu, media juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti penjelasan dari guru. Menurut Thomas Wibowo Agung Sutjiono (2005) secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain sebagai berikut. 1. Acces, yaitu pertimbangan kemudahan dan ketersediaan media yang diperlukan. 2. Cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan media. 3. Technology, yaitu kemudahan dan ketersediaan teknisi yang mengoperasikannya. 4. Interactivity, yaitu media yang memunculkan komunikasi dua arah/ interaktivitas. 5. Organization, yaitu daya dukung atau sarana dari pihak kantor/institusi yang bersangkutan. 6. Novelty, yaitu kebaruan dari media yang dipilih. Media yang lebih baru akan lebih baik dan menarik bagi murid. Pembelajaran merupakan situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar dan terjadi interaksi antara siswa dengan guru (Gino, dkk., 1998: 30). Discroll (dalam Siemens, 2005: 4) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu perubahan yang permanen dalam potensi tingkah laku yang berasal dari hasil pengalaman pebelajar dan interaksi dengan dunia. Batasan tersebut memberikan pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja tetapi juga dapat diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah. Dari pengertian tersebut dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran merupakan satu kesatuan integral yang terjadi dalam kelas antara guru dengan siswa. Hal ini berarti, pembelajaran memerlukan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat terjadi di dalam kelas maupun luar kelas. Rhenald Kasali (1995: 201) menyatakan bahwa iklan layanan masyarakat (ILM) merupakan iklan yang tidak semata-mata mencari keuntungan. Dalam iklan tersebut disajikan pesan-pesan sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian amsyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan umum. Senada dengan pengertian tersebut, Moore (2007: 255) iklan layanan masyarakat merupakan iklan yang dikeluarkan oleh bidang Humas dari sebuah organisasi atau institusi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan publik eksternal dan internal. Periklanan semacam ini dapat mempromisikan ketertiban lalu lintas, hubungan antarras

yang lebih baik, kesempatan kerja yang sama, program ekologi, pencegahan kebakaran hutan, kesegaran jasmani, dan tujuan-tujuan lain untuk kebaikan masyarakat. Sejumlah masalah yang sangat merisaukan dan dapat disampaikan lewat iklan layanan masyarakat, antara lain masalah kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liar, kesadaran yang masih rendah di kalangan produsen untuk memasang peralatan untuk mencegah bahaya polusi, kriminalitas, mutu lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi serta minat menjadi tenaga pengajar, penyalahgunaan narkotika, korupsi, penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, pentingnya bahasa Inggris dalam pergaulan internasional, produk-produk yang tidak bermutu dan membahayakan umum, perkelahian antarpelajar, dan lain sebagainya (Rhenald Kasali, 1995: 206). Dengan melihat permasalahan yang dapat diiklankan melalui iklan layanan masyarakat, dapat diketahui bahwa iklan layanan masyarakat berusaha mempengaruhi masyarakat agar mau melihat keadaan sekitarnya, bahwa masih banyak ketimpangan-ketimpangan sosial yang harus dibenahi demi keteraturan dan keseimbangan lingkungan. Ada tiga hal pokok yang dapat dilihat dengan munculnya iklan layanan masyarakat, antara lain: (1) menggugah kesadaran pemirsa untuk berbuat sesuatu, (2) isi pesannya bersifat umum, (3) isi pesannya menggunakan kata imbauan atau anjuran. Berkaitan dengan media pembelajaran, iklan layanan masyarakat dapat digunakan sebagai media pembelajaran menulis, khususnya menulis persuasi yang bersifat mengajak dan mempengaruhi pembaca atau pemirsa. Hal ini sejalan dengan sifat iklan yang berusaha mempengaruhi dan membujuk pembaca atau pemirsanya. Oleh karena itu, iklan layanan masyarakat tepat digunakan sebagai media pembelajaran menulis persuasi. Apabila dibandingkan dengan iklan jenis lain, iklan layanan masyarakat mempunyai lebih banyak kelebihan. Iklan layanan masyarakat mempunyai tema-tema yang menarik dan dapat dijadikan kerangka oleh siswa ke dalam sebuah tulisan persuasi. Tema tersebut kemudian dapat dikaitkan dengan fenomana/masalah yang ada di sekitar siswa. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Mojolaban. Sekolah ini beralamat di Jalan Batara Surya No. 10, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Tahap persiapan sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, yakni mulai bulan Desember 2008 sampai dengan April 2009. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran 2008/2009. Adapun jumlah siswa di kelas ini adalah 38 siswa dan objek penelitian berupa pembelajaran menulis persuasi di kelas X-1. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prinsip utama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning) (Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 104). Tahap berikutnya adalah pelaksanaan

tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis. PTK merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini menggunakan tiga sumber, yaitu: 1) tempat dan peristiwa, yaitu proses pembelajaran menulis persuasi yang terjadi di kelas X-1 Mojolaban, 2) informan, meliputi siswa kelas X.1 dan guru Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut, 3) dokumen, meliputi: iklan layanan masyarakat, nilai siswa, foto-foto pembelajaran, catatan lapangan hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil belajar siswa berupa tulisan persuasi, dan catatan lapangan hasil wawancara yang telah ditranskrip. Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik: 1) observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran menulis persuasi untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, 2) wawancara, yaitu dilakukan terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia serta siswa kelas X.1 SMA N 1 Mojolaban, 3) tes, yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis persuasi sebelum dan sesudah tindakan penggunaan media iklan layanan masyarakat guna mengetahui perbedaan dan perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan, 4) angket, yaitu dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan, 5) analisis dokumen, yaitu dengan menganalisis dokumen yang telah didapatkan dari hasil observasi. Untuk menguji kevaliditasan data maka digunakan teknik triangulasi data, yang meliputi: 1) triangulasi metode, yaitu teknik untuk menguji kebenaran dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara, 2) triangulasi sumber data, yaitu teknik yang digunakan untuk menguji kebenaran dengan mengacu kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan lain. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sumber data dokumen yang berupa foto pembelajaran dan catatan lapangan, 3) triangulasi teori, yaitu teknik yang digunakan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas masalah yang dikaji. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang ditempuh dengan cara: 1) pengumpulan data, yaitu mengumpulkan semua data dari penelitian, 2) reduksi data, yaitu proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi pengelompokan dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna, 3) paparan data, yaitu suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam paparan naratif, grafik, atau bentuk lainnya, 4) penyimpulan, yaitu pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat, dan bermakna (Milles dan Huberman dalam H. B. Sutopo, 2002: 96). Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (3 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaltu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Pelaksanaan

penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, yang setiap siklusnya selalu dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan tindakan selanjutnya. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari tindakan yang telah dilakukan dalam tiga siklus, ditemukan adanya peningkatan kualitas hasil maupun kualitas proses pembelajaran. Secara rinci diuraikan dalam paparan berikut. 1. Siklus I Pada siklus I iklan layanan masyarakat berupa poster yang bertema Larangan Merokok. Pada pertemuan pertama siswa menyusun karangan persuasi berdasarkan tema iklan layanan masyarakat tersebut. Pertemuan kedua pada siklus I, guru memfokuskan pada kegiatan menyunting tulisan yang telah dibuat siswa. Setelah mengawali pelajaran dengan penguatan materi menulis persuasi, siswa menyunting hasil tulisan teman sebangkunya. Guru juga menentukan aspek-aspek penyuntingan yang harus dijadikan menyunting bagi siswa. Selanjutnya, siswa merevisi dengan menuliskan kembali tulisan yang telah disunting teman sebangkunya. Secara lebih rinci, observasi yang telah dilakukan mendapatkan beberapa hal sebagai berikut 1. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar 63 %. Hal ini dilihat dari aktifitas siswa dalam memperhatikan apersepsi dan penjelasan guru, mengamati iklan layanan masyarakat dengan saksama, aktif dalam diskusi, dan aktif mengembangkan kerangka karangan ke dalam tulisan persuasi. Penghitungan tersebut berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebanyak 22 siswa. Siswa yang kurang aktif umumnya berada di bagian belakang dan dekat tembok. Mereka tampak kurang memerhatikan dan bercanda dengan teman sebangku. Hal ini disebabkan guru terlalu sering berada di depan kelas sehingga siswa bagian belakang merasa kurang diperhatikan (lihat lampiran 10, halaman 130). 2. Siswa yang mampu mengembangkan ide ke dalam tulisan persuasi mencapai 19 % (7 siswa). Hal ini diamati dari hasil tulisan persuasi siswa. Tulisan yang ide dikembangkan dengan dengan baik dilihat dari segi substansi yang cukup, sesuai dengan tema yang diiklankan, menarik, dan mempu mempengaruhi pembaca. 3. Berdasarkan tugas individu menulis persuasi dapat diidentifikasi bahwa 55 % (20 siswa) mendapat nilai di atas batas ketuntasan yang ditentukan (65). Berdasarkan hasil observasi, penggunaan media iklan layanan masyarakat dengan poster kurang menarik karena poster tersebut kurang baik dari segi cetakannya dan beberapa tulisan tidak tertera dengan jelas. Selain itu, poster tidak dapat bergerak sehingga terkesan monoton untuk dilihat. 4. Berdasarkan nilai rata-rata kelas, dibandingkan dengan rata-rata pada saat pretes, terjadi peningkatan sebesar 5,1 poin dari 57, 18 menjadi 62, 28. Hal ini juga

terjadi karena pada saat pretes, masih ada beberapa siswa yang belum mampu menulis persuasi dengan benar. Sebagian besar masih menulis argumentasi dan eksposisi. Pada siklus I hampir semua siswa sudah mampu menemukan karakteristik tulisan persuasi meskipun ada yang masih belum tuntas dalam mengolah ide. Adapun nilai tertinggi pada siklus I adalah 86, sedangkan nilai terendah adalah 49. 2. Siklus II Pada siklus II, guru menampilkan iklan layanan masyarakat dalam bentuk video dengan tema Helm Standar. Hal ini disebabkan pada siklus I, media poster bersifat monoton jika dilihat. Dalam video terdapat gambar dan suara sehingga siswa tidak bosan mengamatinya. Seusai memutarkan iklan dalam layar proyektor LCD, guru memberikan sedikit ulasan dan memberi umpan balik dengan menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan helm standar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa lebih banyak yang memberikan respon terhadap umpan yang dilontarkan guru. Untuk menyegarkan suasana, guru kembali memutarkan iklan tersebut dan meminta siswa mempersuasikan ilustrasi iklan tersebut dalam sebuah paragraf. Secara lebih rinci, observasi yang telah dilakukan mendapatkan beberapa hal berikut ini. 1. Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis persuasi mencapai 70 %. Hal ini diindikasikan oleh hal-hal yang disebutkan di atas. Penghitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu sebanyak 27 siswa. 2. Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan persuasi mencapai 94 %. Hal ini diamati dari hasil pekerjaan siswa berupa tulisan persuasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu mengembangkan ide tulisan dengan baik, yaitu sebanyak 36 siswa. 3. Ketuntasan hasil belajar menulis persuasi mencapai 97 %. Hal ini terlihat dari hasil kerja siswa berupa tulisan persuasi dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas, yaitu sebanyak 35 siswa. Nilai tertinggi siswa, yaitu 93 dan nilai terendah 64. Dalam siklus ini, peningkatan nilai rata-rata kelas terjadi sebesar 16,4 poin, yaitu dari 62,28 menjadi 78,68. Beberapa kelemahan yang terlihat oleh guru dalam pelaksanaan tindakan siklus II, antara lain guru masih kurang dapat mengondisikan siswa. Pada saat penayangan video guru tidak menepati waktu yang ditentukan. Saat siswa sudah berada di kelas, guru masih mempersiapkan LCD. Guru juga belum mengondisikan siswa untuk tertib di tempat duduk masing-masing. Dari segi hasil tulisan, siswa sudah mulai mencantumkan judul karangan dan semua tulisan sudah mengacu pada permasalahan yang diangkat dalam iklan layanan masyarakat. Selain itu, kesalahan penggunaan ejaan dan konjungsi dalam kalimat sudah mulai berkurang. Adapun respon siswa terhadap tindakan pada siklus II adalah siswa menyukai media yang digunakan guru. Berdasarkan wawancara tidak berstruktur dengan

siswa seusai pembelajaran, mereka mengatakan bahwa visualisasi video menarik karena terdapat gambar dan suara di dalamnya. Tema yang dipilih juga menarik karena dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini membuat mereka menjadi bergairah untuk menulis. Berdasarkan analisis di atas, peneliti dapat menarik beberapa pernyataan sebagai refleksi untuk tindakan berikutnya. Refleksi tersebut, antara lain sebagai berikut. 1. Pelaksanaan pembelajaran menulis persuasi memerlukan media iklan dengan tema yang dekat dengan dunia siswa. Dengan adanya tema tersebut siswa mudah tergali pengalamannya sehingga hasil tulisan lebih berisi. 2. Guru hendaknya tetap mempertahankan teknik pengelolaan kelasnya, yaitu dengan memberikan seluruh perhatian pada siswa. Pemberian motivasi dari guru terbukti telah dapat meningkatkan kegairahan siswa dalam menulis. Hal ini dapat diamati dari lembar obsevasi yang telah disusun. 3. Penekanan materi mengenai penggunaan ejaan dan tata tulis yang diberikan pada siklus II meminimalkan kesalahan tulisan siswa. Kemampuan siswa dalam menempatkan tanda baca terbukti lebih baik dengan adanya bimbingan guru selama menulis dan menyuting. 3. Siklus III Pada tindakan siklus III, guru menampilkan iklan layanan masyarakat dalam bentuk video dengan tema Membaca. Tema ini juga dipilih karena amat dekat dengan dunia siswa. di layar proyektor LCD, guru dan siswa mengulas dan mendiskusikan iklan yang telah ditampilkan. Guru kemudian memberikan sedikit informasi tambahan mengenai tema yang diangkat dalam iklan. Kegiatan berikutnya, yaitu siswa menyusun kerangka karangan dan mengembangkannya dalam tulisan persuasi. Pada siklus III guru lebih banyak memberikan motivasi dan semangat pada siswa agar bergairah dalam menulis. Hasil pekerjaan siswa pada siklus II dijadikan pedoman agar kesalahan tidak terjadi lagi pada paragraf yang dibuat pada siklus III ini. Karena alokasi waktu pelajaran akan segera habis, guru meminta siswa untuk membaca dan mengecek kembali tulisan yang telah disusun, terutama dari segi ejaan, judul, tanda baca, dan konjungsi. Secara lebih rinci, observasi yang dilakukan peneliti menghasilkan beberapa hal berikut ini. 1. Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis persuasi mencapai 80 %. Hal ini ditandai oleh hal-hal yang telah disebutkan di atas. Penghitungan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disusun terhadap jumlah siswa yang tampak aktif selama pembelajaran berlangsung, yaitu sebanyak 29 siswa. Siswa yang tampak pasif lebih berkurang dari siklus sebelumnya. Hal ini disebabkan guru telah mampu mengondisikan kelas dan memposisikan diri dengan baik. Guru

lebih fleksibel dan sering berkeliling untuk membimbing siswa dalam proses menulis. 2. Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan persuasi mencapai 97 %. Hal ini diamati dari hasil kerja siswa berupa tulisan persuasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mampu menulis persuasi dengan benar, yaitu sebanyak 35 siswa. 3. Ketuntasan hasil belajar menulis persuasi mencapai 100%. Hal ini terlihat dari hasil kerja siswa berupa tulisan persuasi dan dihitung dari jumlah siswa yang mencapai nilai 65 ke atas. Dilihat dari segi tulisan persuasi siswa, tindakan pada siklus III ini dapat dikatakan berhasil. Hal ini terbukti dengan tuntasnya semua siswa dalam menulis persuasi. Dilihat dari segi hasil pembelajaran, semua siswa dapat mencapai batas ketuntasan minimal, hal ini terlihat dari skor tulisan mereka yang mencapai skor 65 ke atas. Keberhasilan juga dapat dilihat dari tercapainya beberapa indikator yang telah ditetapkan. Seluruh siswa sudah mampu mencapai batas ketuntasan belajar. Oleh karena itu, penelitian dipandang cukup untuk dilaksanakan. Dari ketiga siklus tindakan yang telah dilakukan tersebut, penggunaan media iklan layanan masyarakat dapat menghasilkan hal-hal berikut. 1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Persuasi Tindakan berupa penggunaan media iklan layanan masyarakat yang dilakukan tiap siklus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis persuasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153) bahwa media pembelajaran bertujuan: (1) memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan, (2) memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar, dan (3) menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik. 2. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas Dengan adanya media iklan layanan masyarakat terbukti guru dapat mengelola kelas dengan baik dibandingkan saat survei awal. Hal ini sependapat dengan Arif S. Sadiman, dkk. (2007: 17) yang menyatakan bahwa media pembelajaran mempunyai manfaat; memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, dan memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Selain itu, media juga dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. 3. Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Persuasi

Setelah diadakan tindakan selama 3 siklus, ditemukan bahwa tulisan siswa mengalami meningkatan dari segi karakteristik tulisan, substansi, struktur kalimat, dan ejaan. Dari segi karakteristik, tulisan siswa sudah mengarah pada jenis persuasi. Dari segi substansi, tulisan siswa sudah sesuai dengan tema yang terdapat dalam iklan layanan masyarakat. Dari segi struktur kalimat, siswa sudah mampu menempatkan konjungsi pada tempatnya. Dari segi ejaan, siswa sudah tidak banyak melakukan kesalahan dalam hal penempatan tanda baca dan huruf kapital. Dengan melihat kalimat/slogan maupun visualisasi gambar yang tertera pada iklan, siswa mampu mengumpulkan data untuk dijadikan bahan tulisan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah, dkk. (1994: 7) bahwa topik yang menarik akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan tulisan. Dengan pemilihan tema iklan yang menarik dan dikenal, siswa menjadi bergairah dalam mengembangkannya dalam paragraf persuasi. Media iklan layanan masyarakat yang berupa poster dan video membantu siswa dalam menyusun alur kerangka berpikir. Poster mengandung unsur gambar dan kalimat yang mengarahkan siswa pada masalah yang diiklankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Anitah (2008: 18) bahwa poster berfungsi sebagai penggerak perhatian. Dengan gambar yang singkat dan tulisan yang sederhana, isi poster sudah dapat dimengerti maksudnya. Selain itu, poster juga menimbulkan daya tarik jika berwarna, menimbulkan daya tarik dengan maksud menjangkau perhatian, dan mengubungkan pesan-pesannya dengan cepat. Sementara itu, iklan dalam bentuk video dapat menghasilkan efek suara dan gambar yang bergerak. Hal ini amat membantu siswa dalam mengimajinasikan pesan yang terdapat dalam video sekaligus membuktikan pendapat Arif S. Sadiman, dkk. (2007: 74) bahwa video dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya. Selain itu, demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis persuasi dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Pembelajaran menulis persuasi dengan menggunakan media iklan layanan masyarakat dapat meningkatkan jumlah siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan belajar siswa yang telah ditentukan guru. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 55 % ( 20 siswa dari 36 siswa). Peningkatan tersebut terus meningkat pada siklus berikutnya. Peningkatan secara signifikan terjadi pada siklus II, yaitu sebesar 97 % (37 siswa dari 38 siswa) mampu mencapai batas ketuntasan belajar. Pada siklus III 100 % (semua siswa yang hadir) mampu mencapai ketuntasan belajar (nilai di atas 65). Pernyataan secara rinci dapat dilihat dari persentase peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis persuasi berikut ini. Tabel 1. Persentase Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Menulis Persuasi

No. Aktivitas Siswa 1. 2.

3.

Keaktifan siswa selama proses pembelajaran Kemampuan siswa dalam 19 % mengembangkan ide tulisan persuasi Ketuntasan hasil belajar 55 % siswa

Persentase Siklus I 63 %

Siklus II 70 % 94 %

Siklus III 80 % 97 %

97 %

100 %

Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada indikator yang ditetapkan dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I, Siklus II, dan siklus III. Peningkatan yang signifikan terjadi pada indikator ke dua, yaitu dari segi pengembangan ide ke dalam tulisan persuasi. Peningkatan yang tajam mencapai 75 poin pada siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut disebabkan siswa sangat akrab dengan tema iklan yang dipilih guru. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Penggunaan media iklan layanan masyarakat dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis persuasi pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Mojolaban. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan proses pembelajaran sebagai berikut: (a) jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi terus mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 53 % pada siklus I, 65 % pada siklus II, dan 77 % pada siklus III (b) jumlah siswa yang aktif memperhatikan penjelasan materi dari guru mengalami peningkatan, yaitu 66 % pada siklus I, 69 % pada siklus II, dan 83 % pada siklus III; (c) jumlah siswa yang aktif memperhatikan iklan layanan masyarakat mengalami peningkatan, yaitu 83 % pada siklus I, 91 % pada siklus II, dan 97 % pada siklus III; (d) jumlah siswa yang aktif dalam diskusi meningkat, yaitu 28 % pada siklus I, 33 % pada siklus II, dan 41 % pada siklus III; (e) jumlah siswa yang aktif membuat kerangka paragraf dan mengembangkan paragraf persuasi meningkat, yaitu 83 % pada siklus I, 94 % pada siklus II, dan 100 % pada siklus III. 2. Penggunaan media iklan layanan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis persuasi pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Mojolaban. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yang semakin meningkat dari siklus ke siklus. Pada survei awal nilai rata-rata kelas mencapai 57, 18; siklus I mencapai 62,28; siklus II mencapai 78, 68; siklus III mencapai 79,22. Keefektifan media iklan layanan masyarakat juga terbukti dengan fakta bahwa pada siklus ke III semua siswa dapat mencapai nilai ketuntasan hasil belajar (65). Pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 55 %; siklus II sebesar 97 %; dan siklus III sebesar 100 %. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti mengajukan saran berikut ini. a. Kepala Sekolah hendaknya: 1) mendukung segala kegiatan guru dan siswa yang sifatnya inovatif sehingga siswa dan guru mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, 2) hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar pendidikan, diklat, workshop, dan sebagainya, 3) menyusun manajemen fasilitas di sekolah dengan rapi dan tertib sehingga fasilitas sekolah dapat dimanfaatkan oleh semua warga sekolah terutama guru. b. Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya: 1) dapat menggunakan media iklan layanan masyarakat di kelas dengan lebih terampil dan inovatif, (2) memilih tema iklan layanan masyarakat yang dekat dengan dunia siswa agar siswa lebih antusias dalam menulis persuasi. c. Siswa hendaknya: 1) lebih banyak membaca bacaan dan memperluas pengetahuan, baik dari sekolah, rumah, maupun media massa, 2) aktif dalam belajar menggali ide tulisan melalui berbagai sumber, salah satu di antaranya adalah iklan layanan masyarakat yang banyak beredar di masyarakat. d. Bagi peneliti yang ingin memanfaatkan media iklan layanan masyarakat dalam pembelajaran menulis persuasi dapat bekerja sama dan berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, peneliti lain juga dapat memodifikasi media iklan layanan masyarakat dengan metode atau teknik lain untuk mengatasi masalah pembelajaran yang berbeda dan pada objek yang berbeda. Daftar Rujukan Abdelraheem, Ahmed Yousif dan Ahmed Hamed Al-Rabane. 2005. Utilisation and Benefits of Instructional Media in Teaching Social Studies Perceived by Omani Students. Malaysian Online Journal of Instructional Technology dalam http://pppjj.usm.my/mojit/articles/pdf/april05/08-Ahmed-final.pdf. Diakses pada tanggal 29 Mei 2009 pukul 15. 20WIB. Achmad Alfianto. 2006. Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah, Metamorfosis Ulat menjadi Kepompong dalam http://re-earchengines.com/0106achmad. html-17k. Diakses pada tanggal 30 April 2009 pukul 15.43 WIB. Ari Kusmiatun. 2005. Harmoni Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual dalam Pembelajaran Menulis dalam Pangesti Wiedarwati (Editor). Menuju Budaya Menulis (Suatu Bunga Rampai). Yogyakarta: Tiara Wacana. Arief S. Sadiman, R. Rahardjito, Anung haryono, dan Rahardjito. 2007. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Didik Komaidi. 2007. Aku Bisa Menulis: Panduan Praktis Menulis Kreatif Lengkap. Yogyakarta: Sabda. Gino, H. J., dkk. 1998. Belajar Pembelajaran I. Surakarta: FKIP UNS. Gorys Keraf. 1995. Eksposisi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. __________. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hanim. Communication is the Most Important Skill in Life dalam http://h4nim.Blogsome.com/2006/ 01-600k. Diakses pada tanggal 28 Mei 2008 pukul 19.15 WIB. Moore, H. Frazier. 2007. Humas (Membangun Citra dengan Komunikasi). Bandung: Rosda. Mulyani Sumantri dan H. Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana. Nurudin. 2007. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Rhenald Kasali. 1995. Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsyad, dan Sakura H. Ridwan. 1994. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Airlangga. Siemens, George. 2005. Connectivism: A Learning Theory for the Digital Age. International Journal Of Instructional Technology and Distace Learning dalam http://itdl.org/journal/Ja_05/Jan_05.pdf. Diakses pada tanggal 27 Mei 29 pukul 11.30 WIB. Sri Anitah. 2008. Modul Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 3. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sutopo, H. B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Suwarna, dkk. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana. Thomas Wibowo Agung Sutjiono. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur- No.04/ Th.IV/ Juli 2005 tersedia dalam

You might also like