You are on page 1of 23

19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karet
Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.

Rumus empiris karet alam adalah C10H16, dan ia adalah polimer tinggi yang lurus dari meta buta-1,3-diena (isoprena).

CH3

(CH2-C=CH-CH2)n Untuk mengubah sifat fisik dari karet dilakukan proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Suhu adalah

Universitas Sumatera Utara

20

faktor yang cukup penting dalam proses vulkanisasi, namun tanpa adanya panas pun karet tetap dapat divulkanisasi.

Vulkanisasi karet alam sangat bagus dalam hal berikut :

Kepegasan pantul Tegangan putus Ketahan sobek dan putus Fleksibilitas suhu rendah Daya lengket ke fabric atau logam

2.1.1 Sifat Kimia Karet

Hasil utama tanaman karet (Hevea Brasiliensis) adalah karet. Apabila hevea segar dicentrifuge pada kecepatan 32000 putaran per meneit (rpm) selama 1 jam akan terbentuk 4 fraksi yaitu:

Fraksi karet Fraksi frey wessling Fraksi serum Fraksi bawah

1. Fraksi karet terdiri dari partikel-pertikel karet yang terbentuk bulat dengan diameter 0,05 3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap. 2. Fraksi frey wessling yang terdiri dari pertikel partikel frey wessling yang dikemukakan oleh Frey Wessling. Fraksi ini bewarna kuning karena mengandung karotenida.

Universitas Sumatera Utara

21

3. Fraksi serum, juga disebut fraksi C (centrifuge cerum) mengandung sebahagian komponen bukan karet yaitu air, protein, karbohidrat, dan ion ion logam. 4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel partikel lutoid yang bersifat gelatin mengandung senyawa nitrogen dan ion ion kalsium serta magnesium. (M.Opusungguh, 1987)

2.1.2 Sifat Fisika Karet

Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Terjadinya aliran pada karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/ gaya disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai pliisoprene seperti terlepasnya benang-benang yag telah dirajut. Hal ini terjadi pada stress yang rendah/kecil 2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poliisoprene dan satu monomer dengan monomer yang lain saling tindih akan membentuk lingkungan yang Kristal.

Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversible dan dihitung sebagai aliran dingin (cold flow) dari karet mentah, seedangkan elastisitas mengukur energy yang segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energy kepadanya. Elastisitas menunjukan jarak diantara ujung-ujung rantai poliisoprene.

Komponen Elastisitas adalah reversible dan dihitung sebagai pantaulan karet.

Universitas Sumatera Utara

22

2.2. Bahan Baku Benang Karet


Lateks adalah sejenis bahan yang digunakan untuk menghasilkan berbagai produk seperti ban kendaraan, selang karet, benang karet dan sebagainya. Sebelum lateks digunakan untuk membuat benang karet maka karet lateks terlebih dahulu dipekatkan dan disebut dengan lateks pekat.

Karet alam mengandung 100% cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti yang diilustrasikan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Komposisi Karet Alam (Surya.I, 2006)

No 1 2 3 4 5 6 7

Komponen Karet hidrokarbon Protein Karbohidtrat Lipida Perseyawaan organik lain Persenyawaan anorganik Air

Komponen dalam lateks segar (%) 36 1,4 1,6 1,6 0,4 0,5 58,5

Komponen dalam lateks kering (%) 92 94 2,5 3,5

2,5 3,2

0,1 0,5 0,3 1,0

Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas Mooney nya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai viskositas Mooney maka semakin tahan karet terhadap regangan (strain).Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi sambung silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah dengan

Universitas Sumatera Utara

23

mengolah lateks dengan garam hidroksilamina. Garam hidroksilamina akan bereaksi dengan gugus aldehid membentuk oksim tak aktif.

Tujuan dari pemekatan lateks adalah :

1. Untuk memperoleh kadar kret kering sekurangnya 60% 2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi 3. Untuk mengetahui jumlah air ditambahkan pada pengenceran lateks sampai kadar yang dikehendaki

2.3 Pengolahan lateks pekat


Prinsip pembuatan lateks pekat bedasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel berat dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada partikel karet . Berat jenis serum 1,024 sedangkan partikel karet hanya 0,904. Akibatnya , partikel karet akan naik kepermukaan dan serum akan terkumpul dibagian bawah dalam proses pembuatan lateks pekat.

Ada empat macam lateks pekat yang biasa dijual dipasaran. Yang pertama adalah creamed latex atau di indonesia dikenal dengan nama lateks dadih sedangkan yang kedua centrifuge latex atau disebut latex pusingan, yang ketiga adalah penguapan (Evaporating), dan yang keempat adalah Dekantasi listrik.

1.

Pembuatan creamed latex

Pada pembuatan creamed lateks , getah yang sudah disadap dibawa ke tempat pengolahan di dalam tangki-tangki, alu ditambahkan gas ammonia sebanyak 4 7 g/liter lateks.Sesampainya ditempat pengolahan, lateks langsung disaring dan

Universitas Sumatera Utara

24

ditentukan kadar karet kering (KKK) nya. Barulah ditambahkan bahan pemekat / pengental atau creaming agent.

Bahan pemekat yang banyak digunakan adalah ammonium alginate yaitu dosisnya 60 ml larutan alginate 1% per liter lateks, sedangkan untuk tepung K diosisnya larutan tepung K 1% per liter lateks yang akan diproses. Lateks lalu diaduk sampai rata dan didiamkan selama 4 6 hari sampai menjadi lateks pekat. (J.Sugito, 1999)

2. Pembuatan Lateks pusingan

Lateks yang dialirkan kedalam alat pusingannya oleh daya sentrifuge yang berputar dengan kecepatan 6000 7000 rpm, dipisahkan menjadi dua pusingan yaitu lateks pekat dan serum.

Lateks pekat hasil pusingan yang mengalir

menuju tangki pencampur

dibubuhi dengan bahan pemantap. Bahan ini umunya berupa larutan 10 20% NH4, larutan (sejenis sabun) dengan dosis 0,05%. Fungsi dari larutan ini adalah untuk meningkatkan kemantapan lateks pekat hasil pemusingan. Selanjutnya dalam tangki/pengankut lateks pekat ditambah dengan NH3 sehinggaa kadar NH3 dalam lateks menjadi 0,7% atau lebih. (Setyamidjaja.D, 1993)

3. Penguapan

Cara penganbilan lateks dengan menguapkan air yang ada didalam lateks (lateks kebun) dengan kata lain mengurangi kadar air dengan melakukan pemanasan.

Universitas Sumatera Utara

25

4. Dekantasi listrik

Pemekatan lateks dengan cara ini disebabkan karena pengaruh medan listrik yang diberikan di antara elektroda yang dimasukkan di dalam lateks. Oleh karena butir karet bermuatan negative, maka akan ditarik elektroda positif. Dapat dikatanan, bahwa cara dekantasi ini serupa dengan pendadihan tanpa oenambahan bahan pendadih.

Lateks Pekat yang mengandung zat padat sejumlah 62 63%. Lateks pekat dekantasi listrik mempunyai kemantapan mekanis yang lebih besar daripada lateks pekat pusingan. Dari keempat cara tersebut diatas, yang paling banyak digunakan dalam industri adalah cara pemusingan (centrifuge), karena kapasitas produksinya tinggi, viskositas lateks rendah (tidak kenal) dan hasil lateksnya murni (tidak tercampur endapan dan kotoran). Mutu lateks pusingan ini ditentukan bedasarkan pengujian yang ditetapkn oleh ASTM D>1976 1980 dan ISO 2004.

2.4 Parameter dan Standart Mutu


Beberapa defenisi dari parameter mutu lateks pekat yaitu:

A. Kadar karet kering (Dry Rubber Content)

Kadar karet kering adalah menunjukan banyaknya kadar karet kering yang terdapat dalam lateks yang digumpalkan dengan asam, digiling dan kemudian dikeringkan pada suhu 70oC selama 16 jam atau pada suhu 100oC selama 2 jam.

Universitas Sumatera Utara

26

B. Jumlah padatan total (Total Solid Content)

Jumlah padatan total adalah menunjukan banyaknya zat padat yang terdapat di dalam lateks yang tidak dapat menguap bila dikeringkan pada suhu 70oC selama 16 jam atau pada suhu 100oC selama 2 jam.

C. Kadar Amoniak (NH3) Kadar amoniak adalah jumlah amoniak yang terdapat di dalam lateks pekat (% b/v).

D. Uji waktu kemantapan mekanis (Mechanical Stability Time)

Waktu kemantapan mekanis adalah waktu (detik) yang dibutuhkan untuk memulai menunjukkan flokulasi bila dipusingkan dengan kecepatan 14000rpm.

E. KOH number

KOH number adalah untuk mengetahui gram KOH yang ekivalen dengan asam radikal yang bergabung dengan asam amoniak.

Universitas Sumatera Utara

27

Tabel 2.2 Skema Standar Mutu Lateks Menurut ISO 2004 (Setyamidjaja.S, 1993)

Bahan Terkandung

Lateks pusingan HA LA 61.5 60 2.0 0.8 650 0.08 8 8 0.1 XA 61.5 60 2.0 0.8 650 0.08 8 8 0.1

Lateks dadih HA 66.0 64 2.0 1.6 650 0.08 8 8 0.1 LA 66.0 64 2.0 1.0 650 0.08 8 8 0.1

1. Total solid content, % (min) 2. Dry rubber content, % (min) 3. Non-rubber content, % (maks) 4. Ammonia, % of water content 5. Mechanical stability 6. Coagulant content, % (maks) 7. Cooper, ppm (max) 8. Manganese, ppm (max) 9. Sladge content, % (max) 10. Volatille fatty acid (VFA) number (max) 11. KOH number (max) 12. Color 13. Odor

61.5 60 2.0 1.6 650 0.08 8 8 0.1

2.0 1.0

2.0 1.0

2.0 1.0

2.0 1.0

2.0 1.0

Tidak menunjuk kebiru-biruan Tidak barbau besi LA adalah pekat jenis

Keterangan : HA adalah pekat jenis high ammonia Low ammonia

2.5 Lateks kompon


Lateks pekat yang diperoleh dengan cara pemusingan atau pendadihan digunakan untuk pembuatan barang jadi karet dari lateks dengan cara pembuatan lateks kompon yaitu persenyawaan atau pencampuran latek pekat dengan bahan bahan kimia.

Bahan bahan kimia yang digunakan pada proses pembuatan benang karet dapat dogolongkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

28

1. Bahan Vulkanisas

Untuk proses vulkanisasi diperlukan bahan pemvulkanisasi (vulkanisator), yang disebut juga sebagai bahan pemasak karena tanpa bahan tersebut lateks kompon yang tidak akan matang. Bahan pemvulkanisasi yang banyak digunakan adalah belerang (sulfur). Telerium dan selenium dapat juga digunakan sebagai pemvulkanisasi tetapi harganya yang terlalu mahal, telerium dan selenium ini jarang digunakan.

2. Bahan Pencepat (Accelerator)

Proses vulkanisasi dengan belerang sangat lambat. Guna mempercepat vulkanisasi diperlukan satu atau lebih bahan pencepat. Bahan pencepat yang biasa digunakan adalah ZDBC (Zinc Dibuthyl Dithyo Carbamat).

3. Bahan penggiat (Aktivator)

Bahan ini digunakan untuk menggiatkan kerja dari bahan pencepat (accelerator). Pada umunya bahan pencepat organik tidak dapat berfungsi secara efisien tanpa bahan penggiat. Bahan penggiat yang umum diguakan adalah zinc oxide (ZnO).

4. Bahan pengisi

Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama bahan pengisi yang aktif. Kedua, bahan pengisi yang menguatkan. Yang pertama hanya menambah kekerasan dan kekuatan pada bahan jadi yang dihasilkan, tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi yang tidak aktif lebih banyak diguakan untuk menekan harga karena bahan ini berharga lebih murah contohnya kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat. Bahan pengisi aktif atau

Universitas Sumatera Utara

29

penguat, contohnya carbon hitam, silica, aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan ketahan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus pada barang yang dihasilkan. Kadang kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan benang karet adalah titanium dioksida (TiO2) yang berbentuk tepung dan bewarna putih bersih.

5. Bahan Pemantap (Stabilizier)

Pottasium hidroksida (KOH) adalah bahan yang digunakan sebagai bahan pemantap. Bahan pemantap ditambahkan agar lateks terlindung dari tegangan terhadap beberapa campuran dan berfungsi sebagai bahan pendispersi.

6. Antioksidan

Bahan yang igunakan sebagai antioksidan adalah sunproof dan wingstay L. Fungsi bahan ini adalah untuk melindungi benang karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di dalam udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion ion tembaga, besi dan mangan. Selain itu juga mampu melindungi terhadap suhu tinggi, retak retak dan lentur.

Emulsi adalah sistem disperse koloid zat cair dalam zat cair. Dispersi adalah cara pembuatan larutan koloid dari fase yang disperse yang lebih kasar menjadi ukuran partikel koloid dengan penghalusan.

Adapun pembuatan lateks kompon dapat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

30

a. Pembuatan disperse dan emulsi

Untuk membuat disperse diperlukan suatu alat gilingan peluru (ball mill) sedangkan untuk membuat emulsi diperlukan alat pengaduk (stirrer). Dalam pembuatan disperse dan emulsi diperlukan bahan penolong lainnya misalnya : Bahan pendispersi (dispersing agent) atau bahan pengemulsi (emulsifying agent), bahan pemantap, air, dan sebagainya tergantung jenis bahan kimianya. Bahan yang dibuat disperse dicampur dengan bahan disperse dan air, lalu dimasukkan dalam gilingan peluru, kemudian diputar dengan alat pemutar gilingan peluru. Kecepatan putar sekitar 35 37 rpm dijalankan selama 24 jam tergantung dari jenis bahan kimia yang akan dibuat disperse. Untuk membuat emulsi maka bahan pengemulsi dimasukkan kedalam tabung, kemudian diaduk dengan alat pengaduk selama beberapa waktu sampai diperoleh emulsi bagus.

b. Pembuatan lateks kompon

Lateks pekat dicampur dengan bahan kimia yang telah dibuat dalam bentuk disperse atau emulsi dengan susunan kompon tertentu sesuai dengan tujuan barang jadi karet yang akan dibuat. Disperse disperse dan emulsi emulsi ini ditambahkan dalam jumlah seprti yang telah ditentukan dalam formulasi dan disesuaikan dengan keperluan. Campuran diaduk perlahan lahan dan jangan sampai terjadi pengotoran. Lateks kompon sebelum dicetak untuk membuat barang jadi karet adalah dalam keadaan cair.

Lateks kompon yang telah siap diolah dilakukan dengan 5 (lima) proses pembuatan barang jadi karet, yaitu

Universitas Sumatera Utara

31

1.

Proses celup

Mencelup dalam bentuk yang paling sderhana dengan jalan mencelup sesuatu barang (acuan) dalam campuran lateks dan kemudian mengeluarkannya lagi. Lapisan lateks yang menempel pada permukaan dari acuan lantas dikeringkan dan kemudian di vulkanisir.

2.

Proses flow casting

Ini adalah proses pembuatan benang dengan jalan menuang pada masa satu acuan yang hampa diisikan dengan satu campuran lateks yang menempel pada dinding acuan. Apabila lapisan lateks telah memperoleh kekuatan yang cukup, acuannya lantas dibuka dan barang keluar dikeringkan dan divulkanisir.

3.

Proses karet busa

Proses pembuatan barang karet yang terdiri dari beribu ribu gelembung udara atau sel sel. Pada tiap tiap sel ada selaput kulit tipis dan sel sel ini satu sama lain berhubungan.

4.

Proses semprot

Prinsip dengan cara ini bedasarkan penyemprotan satu campuran lateks melalui lubang kecil melalui satu penangan pembekuan, dimana talinya membeku, dan selanjutnya tali ini divulkanisir.

Universitas Sumatera Utara

32

5.

Meresapi lateks

Proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil yang diperoleh pada proses semprot yang membubuhi karet pada benang.

2.6 SIR (Standard Indonesian Rubber)


Table 2.3 Standard Indonesian Rubber TSR 5
SIR 5

TSR CTV Parameter Dirt (Max) Ash (Max) Nitrogen (Max) Volatile matter (Max) Initial Plasticity (Min) PRI Index (Min) Color lovibond scale Individual Value (Max) Mooney Viscosity (ML, 1+4, 100oC
Unit SIR 3CV50 SIR 3CV60

TSR L
SIR 3L SIR 3WF

TSR 10
SIR 10 SIR 10VK

TSR 20
SIR 20 SIR 20VK

%wt %wt %wt %wt

0,3 0.60 0.60 0.60 30 60

0.03 0.50 0.60 0.60 30 60

0.03 0.03 0.05 0.10 0.50 0.50 0.50 0.75 0.60 0.60 0.60 0.60 0.80 0.80 0.80 0.80 30 75 30 75 30 70 30 60

0.10 0.75 0.60 0.80 30 60

0.20 1.00 0.60 0.80 30 50

0.20 1.00 0.60 0.80 30 50

NA

NA

60

NA

NA

NA

NA

NA

NA

50+/5

60+/5

NA

NA

NA

NA

60+/5*

NA

60+/5*

*No specification status 2.7 Penyebab Terjadinya Prokoagulasi


Prokoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal

Universitas Sumatera Utara

33

perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami prokoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah.

Prokoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berkurang lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prokoagulasi.

Penyebab terjadinya prokoagulasi antara lain adalah sebagai berikut.

1.

Jenis karet yang ditanam

Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda beda pula. Otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Klon klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya. Namun, banyak pula karet yang mempunyai kadar kestabilan koloidal yang tinggi. Kadar kestabilan koloidal yang ini sedikit banyak berpengaruh terhadap faktor lain yang juga mampu menyebabkan terjadinya prokoagulasi.

2.

Enzimatis

Enzim dikenal sebagai bokatalais yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walau hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan

mengubah susunan protein yang melapisi bahan karet. Akibatnya, kemantapan karet berkurang dan terjadilah prokoagulasi. Biasanya enzim enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang yang disadap.

Universitas Sumatera Utara

34

3.

Mikroorganisme atau jasad jasad renik

Mikroorgaisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasa ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. Tetapi, pohon yang baru disadap mudah sekali terkena infeksi oleh jasad jasad renik.Apabila mikrooganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap, dan melakukan aktivitas hidup di dalamnya, maka akan terjadi reaksi dengan senyawa senyawa yang terkandung dalam lateks. Akibatnya timbul senyawa senyawa seperti asam dan sejenisnya. Bila banyak mikroorganisme dalam lateks, maka senyawa asam yang dihasilkan akan banyak pula. Ini memungkinkan terjadinya prokoagulasi. Oleh karena itu, kebersihan kebun serta alat alat yang dipergunakan harus dijaga agar jumlah mikroorganisme yang merugukan dapat ditekan.

4.

Faktor cuaca dan musim

Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prokoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prokoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat usim hujan. Itulah sebabnya penyadapan pada saat banyak turun hujan sering tidak dilakukan di perkebunan- perkebunan. Selain pelaksanaannya sulit, juga untuk mencegah prokoagulasi. Akan tetapi bila tindakan pencegahan prokoagulasi telah dilaksanakan, maka penyadapan pada musim hujan bisa terus dilakukan. Lateks yag bau disadap juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

35

5.

Kondisi tanaman

Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau sudah tua bisa mempengaruhi prokoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Hasil sadapan dari tanaman yang menderita penyakit fisiologis sering membeku dimangkok. Sedangkan tanaman tua dan sering sakit sakitan sering menghasilkan lateks yang sudah membeku diatas bidang sadap.

6.

Air sadah

Air sadah atau hard water adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air ini tercampur kedalam lateks, mak prokoagulasi akan terjadi dengan cepat. Untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. Derajat kesadahan air yang masih mungkin digunakan adalah 6oC (Derajat Jerman).

7.

Cara pengangkutan

Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prokoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang menyebabkan lateks baru tiba ditempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena terik matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya prokogulasi.

Universitas Sumatera Utara

36

8.

Kotoran dan bahan bahan lain yang tercampur

Prokogulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan bahan lain yang mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh sama. Lateks dari kebun karena rakyat biasa banyak tercampur kotoran atau bahan bahan lain daripada lateks hasil perkebunan besar swasta atau milik pemerintah.

2.7.1 Tindakan Pencegahan Prokogulasi Dan Zat Antikoagulan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prokoagulasi antara lain sebagai berikut :

1.

Menjaga kebersihan alat alat yang digunakan dalam penyadapan, penampungan, maupun pengankutan.

2.

Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran atau air got.

3.

Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu agar lateks dapat ampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas. (Tim penulis .1999)

2.7.2 Senyawa Kimia Sebagai Bahan Antikoagulan

Pemakaian bahan antikoagulan ahrus dibatsi, karena pemakainnya berarti memakan biaya, perlu penambahanb dosis asam dalam proses kogulasi ,dan mempengaruhi proses pengeringan. Pemberian antikoagulan ke dalam lateks biasanya dilakukan pada musim rontok daun, sesudah berlangsung hujan malam, pengankutan lateks pada jarak yang jauh, dan hasil penyedapan kebun kebun muda.

Universitas Sumatera Utara

37

Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah :

1.

Soda atau natrium karbonat

Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan , hanya mudah membentuk gas asam arang (CO2) dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan (Koagulum).

2.

Amoniak

Bersifat senyawa antikogulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7% NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan ((centrifuge latex). Tiap liter lateks membutuhkan 5 10 cc larutan amoniak 2 2,5%.

3.

Natrium sulfit

Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan. Untuk pemakaian segera dibuat larutan 10% dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5 10 cc Natrium sulfit 10%.

4.

Formaldehida

Pemakaian formaldehid sebagai antikogulan paling merepotkan dibanding zat lainnya. Formaldehid kurang baik apabila digunakan di musim hujan .Apabila disimpan, zat ini sering teroksidasi menjadi asam semut atau asam format.

2.7.3 Bahan Senyawa Penggumpal (Koagulan)

1.

Asam semut (Disebut juga asam formiat, CHOOH)

Universitas Sumatera Utara

38

Berupa cairan yang jernih dan tidak bewarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran.

2.

Asam cuka (disebut juga asam asetat, CH3COOH)

Berupa cairan yang jernih dan tidak bewarna, berbau merangsang dan mudah diencerkan dengan air. (Setyamidjaja.d, 1993)

2.8 Air Pengolahan


Dalam pengolahan karet, air berperan sangat penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar.

Syarat syarat air untuk pengolahan adalah :

Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengencer bahan bahan kimia, air harus jernih dan tidak bewarna, tidak boleh mangandung garam garam ter utama garam kapur, karena akan sangat mempermudan terjadinya prokoagulasi dan menimbulkan bintik bintik oksida.

Air pengolahan dipabrik persyaratannya tidak terlalu ketat, akan tetapi tidak mengandung kotoran. Air yang bersih dapat diperoeh dari sumbernya atau dari sungai dengan cara disaring dan diendapkan dalam bak bak, atau dengan penambahan tawas

Universitas Sumatera Utara

39

2.9 Pengujian Sifat Mekanis Karet


Swelling adalah suatu ukuran masaknya kompon. Dengan kata lain swelling merupakan nilai yang menunjukan perbandingan antara diameter pengembangan (setelah dicampurkan kedalam cairan organik) dengan diameter awal. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa lateks yag telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat tidak larut dalam suatu larutan organik, akan tetapi hanya mengembang.

Pengembangan ini menunjukan bahwa adanya peristiwa pemasakan lateks kompon yang mana hal ini memberi kesempatan pada molekul karet bersatu. Pernyataan ini erat hubungannya dengan peran sulfur sebagai vulkanisator. Vulkanisator adalah suatu proses reaksi partikel karet dengan sulfur yang berlangsung dengan adanya panas, aktivator, an katalisator dimana dua atau lebih partikel karet bergabung yang dijembatani oleh ikatan rangkap sulfur.

Tujuan dari proses vulkanisasi karet adalah agar sifat barang jai dari karet yang akan dihasilkan menjadi kuat dan teguh serta tidak mudah teroksidasi. Sebelum diproses sangatlah penting untuk memastikan keadaannya sehingga mengurangi gangguan pada proses produksi.

Adapun maksud dilakukannya swelling yaitu untuk mengetahui seberapa besar kematangan dari lateks pekat yang digunakan sebagai bahan baku utama, dan bahan kimia sebagai bahan baku penolong.

(sumber : Pabrik benang karet PT. Industri Karet Nusantar Medan)

Universitas Sumatera Utara

40

Tegangan tarik merupakan salah satu yang sangat penting diperhatikan dalam pengujian hasil produksi benang karet yang telah siap sesuai dengan order. Tegangan tarik secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana, = Tegangan tarik P = Gaya yang dilakukan

A = Luas permukaan penampang

Pada karet perlakuan tegangan tarik dikenal dengan istilah tegangan tarik300%. Alat yang digunakan untuk mengetahui tegangan tarik 300% ini adalah Dynamometer. Tegangan tarik 300% adalah perbandingan hasil pembacaan pada grafik 300% dengan total section, dan dirumuskan sebagai berikut :

300% =

Dimana, 300% = Tegangan tarik 300% (g/mm2) P 300% = Hasil pembacaan skala 300% (gr) = Total section (mm2)

Pembacaan skala 300% dibaca tiap skala adalah 300gr, total section dapat dihitung dengan rumus :

A=2xBxC

Universitas Sumatera Utara

41

Dimana A = Total section (mm2)

B = section (mm)

C = Jumlah loops

Dimana section adalah pemotongan benang karet yang sangat kecil dalam mm, dan jumlah loops merupakan standar perusahaan sebesar 12 mm untuk benang karet count 37 NS 40.

Universitas Sumatera Utara

You might also like