You are on page 1of 19

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF A.

Konsep Epidemiologi Epidemiologi merupakan ilmu tentang distribusi dan determinan dari penyakit, cedera, dan masalah kesehatan lainnya dalam pepulasi masyarakat. Tidak seperti kedokteran klinis, yang fokus pada peningkatan kesehatan satu individu pada satu waktu tertentu, tujuan dari analisis epidemiologi adalah meningkatkan kesehatan populasi secara keseluruhan. Jika kesehatan populasi meningkat, maka dengan sendirinya kesehatan individu juga tentunya meninghkat pula.1 Umumnya, epidemiologi dibedakan menjadi dua komponen yaitu, epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. epidemiologi deskriptif membahas tentang mengidentifikasi dan melaporkan baik profil maupun frekuensi dari kejaadian kesehatan dalam suatu populasi. Epidemiologi analitik fokus pada kegiatan mencari determinan-determinan dari masalah kesehatan. Kedua komponen ini bekerja sama untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan suatu populasi.1

Gambar 1.1. Siklus dalam Analisis Epidemiologi (sumber: Principles of Epidemiologi 2nd Ed)

Epidemiologi deskirptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu).2 Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik ayng dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukn untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau cross sectional.2 B. Tujuan Epidemiologi Deskriptif 1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang. 2. 3. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
C. Ciri-ciri Penelitian Deskriptif2

1. Penelitian deskriptif merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel utama subjek studi, misalnya; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status marital, sosial ekonomi, dan lain-lain disesuaikan dengan tujuan penelitian. 2. Pada penelitian deskriptif murni tidak dibutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding karena yang dicari adalah prevalensi penyakit atau fenomena tertentu, atau untuk memperoleh gambaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

3. Terdapatnya hubungan sebab-akibat hanya merupakan perkiraan yang didasarkan atas tabel silang yang disajikan. 4. Hasil penelitian hanya disajikan sesuai dengan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang mendalam. Penyajian data hasil penelitian dapat berupa tabel distribusi frekuensi, tabel silang dan grafik. Perhitungan yang dilakukan hanya berupa persentase, proporsi, rata-rata, rate, rasio, simpangan baku, dan lain-lain sesuai dengan skala ukuran data yang diperoleh. 5. Penelitian deskriptif merupakan penelitian pendahuluan dan digunakan bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian, misalnya untuk menentukan kriteria subjek studi. 6. Pengumpulan data dilakukan dalam satu saat atau satu periode tertentu dan setiap subjek studi selama penelitian hanya diamati satu kali. 7. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional berupa sampling survay atau data sekunder dari rekam medis. 8. Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada wilayah terbatas seperti desa atau kecamatan atau meliputi wilayah yang besar seperti negara, misalnya survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI).
D. Manfaat Penelitian Deskriptif2

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh peneliti atau pengelola pelayanan kesehatan untuk memperoleh informasi yang cepat dan relevan tentang ciri-ciri subjek studi dan klasifikasi penyakit. Secara garis besar, informasi yang diperoleh dari studi deskriptif dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Menyusun rencana pelayanan kepada masyarakat. Misalnya, dari penelitian deskriptif dihasilkan prevalensi penyakit tuberkulosa yang cukup tinggi atau ditemukannya prevalensi infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA) yang tinggi pada anak-anak. Informasi tersebut dapat digunakan untuk membuat usulan dalam perencanaan pelayanan kesehatan. 2. Hasil penelitian deskriptif dapat pula digunakan untuk mengadakan evaluasi program pelayanan kesehatan yang telah dilakukan. Misalnya, setelah

dilaksanakan program pelayanan kesehatan terhadap ISPA pada anak-anak dan kita ingin mengetahui hasil program tersebut, seperti ; apakah telah terjadi penurunan prevalensi ISPA di daerah tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian deskriptif dan bila ternyata hasilnya belum memuaskan maka dapat ditelusuri faktor penyebabnya dari hasil penelitian deskriptif tersebut dan dapat digunakan untuk perencanaan ulang (re-planning) pada program pelayanan terhadap ISPA tersebut. 3. Usulan untuk penelitian lanjutan. 4. Penelitian deskriptif dapat juga digunakan untuk membandingkan prevalensi penyakit tertentu antardaerah atau satu daerah dalam waktu yang berbeda.
E. Keuntungan dan Kerugian2

1.

Keuntungan a. Relatif mudah dilaksanakan b. Tidak membutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding.
c. Diperoleh banyak informasi penting yang dapat digunakan untuk

perencanaan program pelayanan kesehatan pada masyarakat, memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan, mengadakan perbandingan status kesehatan, penelitian deskriptif dapat pula digunakan sebagai penelitian pendahuluan untuk penelitian analitik atau penelitian eksperimental, dan untuk memperoleh gambaran tentang hasil pengobatan penyakit yang telah dilakukan (Posttherapeutic survey) d. Dari penelitian deskriptif dapat ditentukan apakah temuan yang diperoleh membutuhkan penelitian lanjutan atau tidak. Walaupun dengan penelitian deskriptif dapat diperoleh banyak informasi penting untuk perkembangan ilmu kedokteran.

2.

Kerugian Disamping beberpa keuntungan yang telah disebutkan diatas, penelitian

deskriptif mempunyai beberapa kekurangan seperti :

1.

Pengamatan pada subjek studi hanya dilakukan satu kali yang dapat diibaratkan sebagai potret hingga tidak dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu.

2.

Tidak dapat menentukan sebab-akibat.

B. Jenis-jenis Penelitian Deskriptif3

1.

Studi Kasus Studi kasus berkenaan dengan segala sesuatu yang bermakna dalam sejarah

atau perkembangan kasus yang bertujuan untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari siklus kehidupan suatu unit individu (perorangan, keluarga, kelompok, pranata sosial atau masyarakat). Suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis. Ciri-ciri penelitian kasus: a. Menggambarkan subyek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku itu sendiri dan hal-hal yang melingkunginya. b. Dilakukan dengan mencermati kasus secara mendalam dan berhati-hati. c. Dilakukan cenderung didorong untuk keperluan pemecahan masalah. d. Menekankan pendekatan longitudinal atau pendekatan genetika, yang menunjukkan perkembangan selama kurun waktu tertentu. 2. Survei Penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Frankel dan Wallen, 1990). Studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang

variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata. Ciri-ciri penelitian survei a. Data survei dapat dikumpulkan dari seluruh populasi, dapat pula dari hanya sebagian saja dari populasi. b. Untuk suatu hal data yang sifatnya nyata. c. Hasil survei dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang sifatnya terbatas, karena data yang dikumpulkan dibatasi oleh waktu, dan saat itu data dikumpulkan. d. Biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya insidental. e. Cenderung mengandalkan data kuantitatif. f. Mengandalkan tekhnik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara terstruktur. 3. Studi perkembangan Penelitian perkembangan adalah penelitian yang memusatkan pada variabelvariabel dan perkembangannya selama kurun waktu. Penelitian ini menyelidiki pola-pola dan perurutan perkembangan dan pertumbuhan, dan bagaimana variabel berhubungan satu sama lain dan mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan itu.

Ciri-ciri penelitian perkembangan a. Mengetahui perkembangan subyek penelitian dalam kurun waktu tertentu. b. Dapat mengetahui metode alur panjang (longitudinal method) dan metode potong silang (cross sectional method)

4.

Studi tindak lanjut Studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau

kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu. Ciri penelitian ini adalah penelitian tindak lanjut tidak berhenti pada suatu seri urutan pengukuran, tetapi peneliti masih terus melakukan pelacakan untuk kejadian yang menjadi tindak lanjutnya. 5. Analisis dokumenter Studi ini sering juga disebut analisi isi adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data. Ciri-ciri dari penelitian ini adalah: a. Penelitian dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk gambar, rekaman dll. b. Subyek penelitiannya adalah sesuatu barang, buku, majalah dan lainnya. c. Dokumen sebagai data pokok. Misalnya studi tentang dokumen keaslian teks Proklamasi Kemerdekaan RI. 6. Analisis Kecenderungan Analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. Ciri-ciri penelitian kecenderungan a. Cenderung menggunakan pendekatan logitudinal. b. Prediktif c. Karakteristik datanya mengenai apa yang terjadi di masa lampau, situasi sekarang dan masa yang akan datang. 7. Studi korelasi Jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.

C. Orang, Tempat dan Waktu Didalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan varieabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time). Karakteristik waktu termasuk angka kejadian pertahun, permusim, perhari bahkan perjam selama terjadi epidemi. Karakteristik tempat termasuk variasi geografi, perbedaan desa-kota, dan tempat kerja atau sekolah. Karakteristik orang meliputi faktor demografis seperti umur, ras, jenis kelamin, status perkawinan, dan status sosioekonomi, termasuk perilaku dan paparan lingkungan.2
1. Orang (person)

Tingkat Penyakit berubah seiring waktu. Beberapa perubahan ini terjadi secara teratur dan dapat diprediksi. Sebagai contoh, peningkatan musiman kasus influenza dengan musim mulainya dingin adalah pola penyakit yang sudah diketahui semua orang. Dengan mengetahui kapan kejadian luar biasa flu terjadi, departemen kesehatan dapat mengatur waktu untuk melakukan kampanye secara efektif. Tingkat penyakit lain membuat perubahan yang tak terduga. Dengan memeriksa peristiwa yang mendahului kenaikan atau penurunan tingkat penyakit, kita bisa mengidentifikasi penyebab dan tindakan yang tepat untuk mengendalikan atau mencegah terjadinya penyakit lebih lanjut.4

a.

Umur5 Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola

kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah. b. Jenis Kelamin5 Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya). Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria. c. Kelas Sosial5 Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat

perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial. Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan). Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin. d. Jenis Pekerjaan5 Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni :
Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan

seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor

yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).


Ada tidaknya gerak badan didalam pekerjaan; di Amerika Serikat

ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya gerak badan.
Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi

proses penularan penyakit antara para pekerja.


Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan

di tambang. Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari

10

hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin. e. Penghasilan5 Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya. f. Golongan Etnik5 Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaanperbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung. Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung. g. Status Perkawinan5 Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.

11

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orangorang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu. h. Besarnya Keluarga5 Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang. i. Struktur Keluarga5 Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

j.

Paritas5 Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan

kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
1. Tempat (place)5

12

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara : a. Batas daerah-daerah pemerintahan b. Kota dan pedesaan c. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut atau padang pasir) d. Negara-negara e. Regional Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya. Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti. Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.

13

Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya. Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah. Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) : 1. Susunan umur 2. Susunan kelamin 3. Kualitas data 4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk. Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya. Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut : 1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lainnya. 2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi. 3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat. 4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.

14

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut receptive area untuk demam kuning. Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
2. Waktu (time)5

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan : a. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu dan bulan. b. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun. c. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut secular trends. Fluktuasi Jangka Pendek Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :

15

a. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan. b. Waktu inkubasi rata-rata pendek. Perubahan-Perubahan Secara Siklus Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi. Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan : a. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan transmisi. b. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi. c. Selalu adanya kerentanan d. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan mereka terserang oleh vektor bornedisease tertentu. e. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit. f. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas. Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat diterangkan secara pasti mengapa wabah influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun, mengapa influensa B timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di Amerika Serikat).

16

Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman. Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan, perubahan tumbuhtumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya. Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.

Daftar Pustaka Rosenberg D, Handler A. Descriptive Epidemiology and Statistical Estimation in: Analytic Methods in Maternal and Child Health. The National Maternal and Child Health Clearinghouse: Viena. 1998. p3-46. 2. Budiarto E. Metodologi Penelitian Kedokteran: sebuah pengantar. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. 2004. 3. Riyanto Y. Metodologi penelitian pendidikan. SIC: Surabaya. 2001. 4. Anonymous, Principles of Epidemiologi 2nd Ed: An Introduction to Applied Epidemiology and Biostatistics. U.S. Departmen of Health and Human Services.
1.

5. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta: Jakarta. 2003.

17

18

1 Rosenberg D, Handler A. Descriptive Epidemiology and Statistical Estimation in: Analytic Methods in Maternal and Child Health. The National Maternal and Child Health Clearinghouse: Viena. 1998. p3-46. 2 Budiarto E. Metodologi Penelitian Kedokteran: sebuah pengantar. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. 2004. 3 Riyanto Y. Metodologi penelitian pendidikan. SIC: Surabaya. 2001. 4 Anonymous, Principles of Epidemiologi 2nd Ed: An Introduction to Applied Epidemiology and Biostatistics. U.S. Departmen of Health and Human Services. 5 Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta: Jakarta. 2003.

You might also like