You are on page 1of 23

1

PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DAN DEWASA

Tugas Dalam Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Oleh : I NENGAH SUARTIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DESEMBER 2009

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN Istilah menyesuaikan perkembangan diri dan merujuk pada bagaimana perjalanan orang hidup tumbuh, mereka. berubah sepanjang

Perkembangan manusia memiliki pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses yaitu proses biologis, kognitif, dan sosioemosional. Untuk mempersempit ruang lingkup pembahasan, perkembangan itu dipilah menjadi: perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, perkembangan kognitif (pemikiran), dan perkembangan moral. Disamping itu perkembangan juga dapat dideskripsikan berdasarkan periodenya. Proses biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetic memegang peranan penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat, dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak, dan perubahan hormonal di masa puber. Proses kognitif adalah perubahan dalam penikiran, kecerdasan, dan bahasa. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untuk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Proses sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan perasaan gembira remaja saat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu mencerminkan proses perkembangan sosioemosional. Perkembangan moral terkait dengan sikap manusia terhadap aturan-aturan yang berlaku dan diterima pada masyarakat social. Pandangan manusia tentang moral terkait dengan kemampuan manusia dalam menganalisis situasi social. Periode perkembangan yang umum digunakan meliputi periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle and late childhood (periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja), early adulthood (dewasa awal), middle adulthood (dewasa pertengahan), dan late adulthood (dewasa akhir). Gambaran singkat mengenai periode perkembangan manusia ditampilkan dalam table berikut.

Tabel 1 Periode Perkembangan Manusia No. 1 2 Umur Karakteristik Individu (tahun) Infancy 0 2 Ini adalah masa ketika anak sangat tergantung tahun kepada orang tuanya. Semua aktivitas perkembangan baru dimulai Early 2 5 Selama periode ini anak menjadimakin mandiri, childhood atau 6 siap untuk bersekolah seperti mulai belajar (usia untuk mengikuti perintah dan mengidentifikasi prasekolah) huruf, serta banyak menghabiskan waktu bersama teman. Selepas masa taman kanakkanak biasanya dianggap sebagai akhir dari periode ini Middle and 6 11 Anal mulai menguasai keterampilan membaca, late tahun menulis, dan menghitung. Prestasi menjadi tema childhood utama dari kehidupan anak dan mereka semakin ( periode mampu mengendalikan diri. Mereka juga sekolah berinteraksi dengan lingkungan social yang dasar) lebih luas dari keluarganya. Adolescence 10 atau Remaja mulai mengalami perubahan fisik yang (masa 12 18 cepat, termasuk bertambahnya tinggi dan berat remaja) atau 20 badan, dan perkembangan fungsi seksual. Di masa ini individu ingin semakin bebas dan mencari jati diri. Pemikiran mereka menjadi semakin abstrak, logis, dan idealistis Early 20 - 30 Ini adalah masa ketika kerja dan cinta menjadi adulthood tema utama dalam kehidupan mereka. Individu (dewasa mulai menentukan karir dan pasangan intim awal) untuk berpacaran atau bahkan membangun rumah tangga Middle 30 - 60 Pada masa ini umumnya adalah membina rumah adulthood tangga dan dimulainya proses regenerasi. Pada (dewasa tahap ini manusia terus mengalami proses pertengahan) pematangan. Late 60 - Pada masa ini manusia melakukan refleksi adulthood akhir terhadap kehidupan mereka dan memecahkan (dewasa krisis identitas terakhir mereka. Penerimaan, akhir) pencapaian, kegagalan, dan keterbatasan tertinggi membawa suatu rasa integritas atau keutuhan; suatu kesadaran bahwa kehidupan seseorang telah menjadi tanggung jawab sendiri Periode

Periode

perkembangan

manusia

beserta

proses

perkembangannya

ditunjukkan dalam gambar 1. Kesalingterkaitan proses-proses melahirkan periodeperiode perkembangan manusia.


PROSES PERKEMBANG AN Biological Processes SocioCognitive emotional Processes Processes Early Adulthood Adolescence Middle and Late Childhood Early Childhood Infancy

Gambar 1: Proses dan Periode Perkembangan Sebagai seorang guru mempelajari perkembangan peserta didik sangat penting untuk mengetahui karakteristik peserta didik sehingga guru mengetahui cara yang tepat untuk mengajari mereka. Pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan; atau terlalu mudah dan menjemukan. B. PERKEMBANGAN FISIK Perkembangan fisik mencakup perkembangan biologis yang dapat diamati seperti perubahan bentuk dan ukuran tubuh. Anak-anak kelas satu sekolah dasar berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak-anak awal ke fase perkembangan yang lebih lambat. Perubahan fisik anak relative kecil pada masa sekolah dasar. Pada usia Sembilan tahun tinggi dan berat badan anak lakilaki dan perempuan relative sama. Sebelum usia Sembilan tahun fisik anak perempuan lebih pendek dan langsing dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada akhir kelas empat sekolah dasar, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. Pada akhir kelas lima sekolah dasar, umumnya anak perempuan lebih tinggi, berat, dan kuat dibandingkan dengan anak-laki-laki. Anak laki-laki mulai

mengalami lonjakan pertumbuhan pada umur sebelas tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia dua belas sampai tiga belas tahun. Anak laki-laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi pada usia tiga belas sampai enam belas tahun. Perkembangan fisik semasa remaja dimulai dari masa pubertas. Masa ini ditandai dengan kematangan organ reproduksi. Hampir semua organ atau fungsi tubuh dipengaruhi oleh perubahan-perubahan ini. Anak pubertas awal dan remaja pubertas akhir berbeda dalam tampakan luar kareana perubahan-perubahan dalam tinggi dan proporsi badan serta perkembangan cirri-ciri seks primer dan sekunder. Tabel 2 Rata-rata Usia dan Perubahan Pubertas Utama Anak Laki-laki dan Perempuan Perempuan Usia Ratarata (Tahun) dada 10 10 10,5 11,6 11,7 12,8 13 14 Rentang Usia (Tahun) 8 - 13 8 - 13 8 - 14 9,5 - 14 10 13,5 Laki-laki Usia Ratarata (Tahun) Zakar 11,5 12,5 12 12 14 13 14 14 Rentang Usia (Tahun) 9,5 13,5 10,5 16 10 15 10,5 14,5 12,5 15,5 12 16 12,5 15,5 12,5 15,5

Buah mulai berpucuk Lonjakan tinggi badan mulai Rambut kemaluan muncul Puncak lonjakan kekuatan Puncak lonjakan tinggi badan Menstruasi pertama

Buah mulai membesar Lonjakan tinggi badan mulai Rambut kemaluan muncul Penis mulai membesar

Tinggi badan dewasa tercapai Pertumbuhan buah dada tuntas

Puncak lonjakan tinggi badan 10,5 15,5 Penyemburan pertama air mani 10 - 16 Rambut wajah mulai tumbuh 10 - 16 Suara mulai terdengar dalam

Pertumbuhan rambut kemaluan tuntas

14,5

14 - 15

Pertumbuhan penis tuntas Puncak lonjakan kekuatan Tinggi badan dewasa tercapai Pertumbuhan rambut kemaluan tuntas

14,5

12 16

15,3 15,3 15,5

13 17 13,5 17,5 14 -17

Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata-rata anak perempuan memulai perubahan pubertas satu setengah hingga dua tahun lebih cepat dari anak laki-laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi ada yang memerlukan waktu satu setengah sampai dua tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu enam tahun C. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET Piaget percaya bahwa anak-anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memahaminya. Dalam memahami dunia, mereka secara aktif menggunakan skema. Skema merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Sebagai contoh seorang bayi yang menemukan benda akan menggunakan skema yang telah dikembangkannya dan akan mengetahui apakah benda tersebut menghasilkan suara yang keras atau lembut ketika dibanting, seperti apa rasanya, dan mungkin apakah benda itu berguling atau mengeluarkan suara ketika dijatuhkan. Ketika anak memberikan tanggapan terhadap lingkungannya skema anak tersebut mengalami adaptasi atau penyesuaian. Penyesuaian itu berupa asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Atau dengan kata lain anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika

seorang anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikn skema mereka dengan lingkungannya. Piaget juga menyatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasi adalah konsep Piaget yang berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur ke dalam system fungsi kognitif. Setiap level pemikiran akan diorganisasikan. Perbaikan terus-menerus terhadap organisasi ini adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan.Anak yang mempunyai gagasan tidak jelas dalam hal menggunakan palu, mungkin juga akan mempunyai gagasan yang tidak jelas dalam menggunakan alat yang lain. Setelah mempelajari cara penggunaan masing-masing alat anak mengaitkan setiap cara ini atau dengan kata lain mengorganisasikan pengetahuannya agar mereka menguasai keahlian menggunakan alat tersebut. Dengan cara yang sama anak-anak terus mengintegrasikan dan mengoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya yang sering kali berkembang secara independen. Dalam kasus lain, siswa yang mencoba menghafal sesuatu yang baru harus berhadapan dengan situasi yang tidak dapat sepenuhnya ditangani dengan skema yang ada. Dalam teori Piaget hal ini menciptakan keadaan disekuilibrium atau ketidakseimbangan antara apa yang dipahami dengan apa yang ditemukan. Pada dasarnya orang berusaha menguranngi disekuilibrium itu dengan memfokuskan perhatian pada stimulus yang menyebabkanhal itu dan mengembangkan skema baru atau menyesuaikan skema lama hingga ekuilibrium pulih kembali. Proses pemulihan keseimbangan ini disebut ekuilibrasi. Menurut Piaget pembelajaran tergantung pada proses ini. Ketika ekuilibrium terganggu anak-anak mempunyai kesempatan untuk tunbuh dan berkembang. Pada akhirnya muncul cara baru dalam berpikir mengenai dunia ini dan anak-anak melangkah pada tahap perkembangan baru. Piaget percaya bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan sangat berperan penting agar terjadi perubahan perkembangan. Namun dia juga percaya bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya melalui diskusi atau perdebatan membantu untuk memperjelas pemikiran dan pada akhirnya menjadikannya lebih logis.

Tahap-tahap Perkembangan Menurut Piaget Piaget membagi perkembangan kognitif anak-anak dan remaja menjadi empat tahap: sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Dia percaya bahwa semua anak melewati semua tahapan dalam urutan ini. Tidak seorangpun dari anak yang melompati satu tahapan, walaupun setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda dalam setiap tahapan. Secara ringkas tahaptahap perkembangan menurut Jean Piaget dapat digambarkan dalam table berikut. Tabel 3 Tahap-tahap Perkembangan Menurut Piaget Tahap Sensorimotor Praoperasional Operasional Konkret Perkiraan Pencapaian Utama Usia Lahir - 2 Pembentukan konsep object permanence dan tahun kemajuan bertahap dari perilaku refleksif ke perilaku yang diarahkan tujuan. 2 - 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbolsimbol untuk melambangkan objek di dunia ini. Pemikiran tetap egosentris dan terpusat. 7 - 11 Perbaikan kemampuan berpikir logis. tahun Kemampuan-kemampuan baru meliputi penggunaan operasi yang dapat dibalik, pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin. 11 tahun - Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik dewasa dimungkinkan, masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematik.

Operasional Formal

Tahap Sensorimotor (pada saat lahir hingga usia 2 tahun) Tahapan awal kehidupan manusia disebut sensorimotor karena selama tahap ini bayi dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan indera dan kemampuan motor mereka. Semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memahaminya. Pada awalnya semua bayi mempunyai perilaku bawaan yang disebut gerak reflek. Sentuhlah bibir anak yang baru lahir, dan bayi itupun akan mulai menghisap. Letakkan jari anda ditelapak tangan bayi dan bayi tersebut akan memegangnya. Perilaku ini dan perilaku lainnya adalah bawaan dan merupakan landasan yang menjadi muasal skema pertama bayi tersebut terbentuk.

Bayi segera menggunakan perilaku refleksi untuk menghasilkan pola-pola perilaku yang lebih menarik dan intensional. Pembelajaran ini pada awalnya terjadi secara kebetulan dan kemudian melalui uji coba yang lebih intensional. Menurut Piaget, pada akhir tahap sensorimotor anak-anak telah melangkah dari pendekatan uji coba mereka sebelumnya ke pendekatan yang lebih terencana terhdap pemecahan masalah. Untuk pertama kali mereka dapat melambangkan objek dan peristiwa dalam pikiran. Ini adalah kemajuan besar karena itu berarti anak tersebut dapat memikirkan dan merencanakan perilaku. Pencapaian penting lain perkembangan kognitif pada tahap ini adalah object permanence. Ini artinya objek kejadian terus eksis bahkan ketika objek kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh, Tahap Praoperasional (Usia 2 hingga 7 tahun) Anak-anak prasekolah mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan segala sesuatu dibandingkan dengan masa sensorimotor dan dapat menggunakan symbol untuk melambangkan objek dalam pikiran.Selama tahap praoperasional, bahasa dan konsep anak-anak berkembang dengan kecepatan luar biasa. Anak kecil mulai mencorat-coret gambar orang, rumah, mobil, awan, dan banyak benda lain di alam. Mungkin karena tidak peduli terhadap realitas, gambar mereka tampak aneh dan tampak khayal. Dalam imajinasi mereka, matahari warnanya biru, langit berwarna hijau, dan mobil melayang di awan. Dalam perkembangannya dimasa sekolah dasar lukisan anak menjadi semakin realistis, rapi, dan persis seperti kenyataan. Walaupun banyak kemajuan yang dicapai oleh anak, namun banyak pemikiran mereka tetap sangat primitive. Salah satu penemuan piaget yang paling awal dan terpenting adalah bahwa anak kecil tidak mempunyai pemahaman tentang prinsip konservasi. Prinsip konservasi maksudnya beberapa karakteristik objek tidak akan berubah meskipun objek tersebut berubah penampilannya. Misalnya ketika kita menuangkan air dari wadah yang tinggi dan sempit ke dalam wadah yang pendek dan lebar, anak praoperasional akan yakin bahwa wadah yang tinggi itu akan berisi lebih banyak susu dibandingkan dengan wadah yang pendek dan lebar. Anak itu hanya terpusat (centration) pada satu aspek yaitu ketinggian dan mengabaikan aspek yang lain,

10

dan tidak dapat diyakinkan bahwa jumlah air tersebut tidak berbeda. Anak anak mungkin berpendapat air sudah berkurang setelah dituangkan karena mereka terpusat pada ketinggian dan mengabaikan lebar wadah. Ciri lain dari anak praoperasional adalah ireversibel (tidak dapat balik). Reversibilitas adalah aspek pemikiran yang berarti mengubah arah pemikiran seseorang sehingga orang dapat kembali ke titik semula. Sebagai orang dewasa tentu kita paham bahwa 5 + 7 adalah 12, maka 12 5 adalah 7. Andai anak praoperasional mampu berpikir seperti itu, mereka dalam pikiran dapat membalik proses menuang air tadi dan menyadari bahwa kalau air itu dituang kembali ke wadah yang tinggi jumlahnya tidak akan berubah. Anak-anak praoperasional bersifat egosentris dan animisme. Egosentris adalah ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif milik sendiri dengan perspektif orang lain. Anak-anak pada tahap ini percaya bahwa setiap orang dalam melihat dunia ini persis seperti yang mereka lihat. Atau dengan kata lain, anak-anakk ini tidak bisa mengambil sudut pandang orang lain dan sering mereka menafsirkan perristiwa seluruhnya dengan merujuk pada diri sendiri. Animisme juga merupakan cirri pemikiran praoperasional. Animisme adalah kepercayaan bahwa benda yang tidak bernyawa punya kualitas kehidupan dan bisa bergerak. Seorang anak kecil mungkin menunjukkan animism dengan mengatakan Pohon itu mendorong daun dan membuatnya gugur atau Trotoar itu membuatku jatuh. Pada masa empat sampai tujuh tahun, pada anak praoperasional anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai intuitif karena anak-anak merasa yakin dengan kemampuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apa-apa yang ingin mereka ketahui. Artinya mereka tahu sesuatu tidak dengan pemikiran rasional. Ketika dihadapkan pada sekumpulan objek yang sama dan bisa dikelompokkan berdasarkan bentuk dan ukuran, anak-anak jarang sekali mampu menggunakan bentuk dan ukuran itu secara konsisten untuk menilainya ke dalam kelompok yang sesuai. Anak-anak tidak bisa mengklasifikasi objek dengan pas.

11

Tahap Operasional Konkret (Usia 7 11 tahun) Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya pada situasi konkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada, tetapi belum bisa memcahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata. Operasi konkret membuat anak bisa mengoordinasikan beberapa karakteristik, jadi bukan hanya focus pada satu karakteristik dari objek. Anak-anak secara mental bisa melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret ini. Sebagai contoh, anak dapat menyatakan bahwa air dalam wadah yang tinggi jumlahnya sama dengan air dalam wadah yang pendek, yang sebelumnya tidak dapat dilakukan oleh anak praoperasional. Kemampuan tahap operasional konkret lainnya adalah pengklasifikasian atau membagi sesuatu menjadi sub yang berbeda-beda dan memahami hubungannya. Sebagai contoh dalam diagram silsilah keluarga, anak dapat memahami bahwa seorang anak laki-laki pada saat yang sama dapat menjadi ayah, saudara, dan cucu. Hal ini belum dapat dilakukan oleh anak praoperasional. Perbedaan mendasar lainnya antara anak praoperasional dan operasional konkret adalah bahwa anak-anak yang berada pada tahap praoperasional, menanggapi penampakan yang dipahami, sedangkan anak operasional konkret menanggapi realitas yang disimpulkan. Sebuah mobil merah yang sedang anakanak amati ditutupi dengan filter yang membuatnya tampak hitam. Ketika ditanya apa warna mobil tersebut, anak-anak yang berumur tiga tahun menjawab hitam dan anak-anak yang berumur 6 tahun menjawab merah. Anak operasional konkret mampu menanggapi realitas yang disimpulkan dengan melihat segala sesuatu dalam konteks makna lain. Anak-anak prasekolah melihat apa yang mereka lihat, dengan sedikit kemampuan untuk menyimpulkan makna dibalik apa yang mereka lihat. Salah satu tugas penting yang dipelajari anak-anak selama tahap operasional konkret ialah pengurutan (seriation), atau menyusun sesuatudalam deret logis. Misalnya menjajarkan batang dari yang terkecil hingga yang terbesar.

12

Untuk dapat melakukan itu mereka harus sanggup mengurutkan atau menggolongkan objek sesuai dengan criteria atau dimensi, dalam hal ini panjang. Kemampuan lain yang terkait dengan kemampuan seriation adalah transitivitas (transitivity), yaitu kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua objek berdasarkan pengetahuan hubungannya masing-masing dengan objek ke tiga. Sebagai contoh adalah kasus batang lidi. Misalkan tiga batang lidi yaitu A,B, dan C mempunyai panjang yang berbeda. Lidi A paling panjang, panjang B menengah, dan C paling pendek. Anak operasional konkret dapat memahami kalau A>B, B>C, maka A>C; tetapi anak praoperasional tidak dapat memahaminya. Pemikiran anak-anak operasional konkret, beralih dari pemikiran egosentris ke pemikiran yang tidak terpusat, memungkinkan anak-anak untuk melihat bahwa orang lain mempunyai persepsi yang berbeda dengan mereka. Kemampuan terakhir yang diperoleh pada masa operasional konkret adalah penyertaan kelas (class inclusion). Penyertaan kelas adalah kemampuan kognisi dimana orang-orang dapat berpikir sekaligus tentang seluruh kelompok objek dan tentang hubungan diantara kelompok-kelompok bawahannya. Sebagai contoh anak-anak praoperasional percaya bahwa terdapat lebih banyak anak laki-laki daripada anak-anak dalam kelompok bermainnya. Ini disebabkan karena anakanak praoperasional tidak mempunyai kemampuan berpikir sekaligus tentang seluruh kelompok tersebut (anak-anak) dan kelompok di bawahnya (anak lakilaki, dan anak perempuan). Tahap Operasional Formal (Usia 11 tahun hingga dewasa) Kadang-kadang disekitar awal pubertas, pemikiran anak-anak mulai berkembang menjadi bentuk yang merupakan cirri khas orang dewasa. Orang pra remaja mulai sanggup berpikir abstrak, idealis, dan logis atau pengalaman di luar pengalaman konkret. Kualitas abstrak dari pemikir operasional formal tampak jelas dalam pemecahan problem yang dikemukakan secara verbal. Pemikir operasional konkret perlu melihat elemen A, B, dan C untuk menarik kesimpulan logis bahwa memikirkan

13

jika A=B dan B=C maka A=C. Sebaliknya, pemikir operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walauproblem ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir operasional formal juga punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan membayangkan kemungkinankemungkinan. Pada tahap ini remaja mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Pemikiran idealis ini bisa menjadi khayalan. Banyak remaja tidak sabr dengan cita-cita mereka sendiri. Mereka juga tidak sabar menghadapi problem untuk mewujudkan cita-citanya itu. Sebagai pemikir operasional formal remaja mulai berpikir seperti ilmuwan. Mereka menyusun rencana untuk pemecahan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Piaget mengistilahkan hal ini dengan Hipotesis Deduktif (hypothetical-deductive reasoning) mengandung makna bahwa remaja dapat menyusun hipotesis tentang cara untuk memecahkan problem dan mencapai simpulan secara sistematis. Sebentuk egosentrisme juga muncul pada masa remaja. Egosentrisme masa remaja (adolescent egocentrism) adalah kesadaran diri yang tinggi yang tercermin dalam keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik pada dirinya sebagaimana dia tertarik pada dirinya. Egosentrisme remaja juga mencakup perasaan bahwa dirinya adalah unik atau berbeda dari orang lain. Ia ingin dilihat, diperhatikan, dan terkenal. Egosentrisme adalah kejadian yang normal dalam massa remaja dan lebih sering terjadi pada masa sekolah menengah pertama ketimbang masa sekolah menengah atas. Akan tetapi bagi beberapa individu, egosentrisme remaja bisa meninmbulkan perilaku nekat, termasuk pemikiran untuk bunuh diri, penyalahgunaan obat terlarang, dan melakukan seks bebas tanpa alat kontrasepsi. Egosentrisitas juga membuat beberapa remaja berpikir bahwa mereka tidak terkalahkan.

14

D. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY Karya Lev Semionovich Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama. Pertama ia berpendapat bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami dari konteks historis dan budaya yang dialami anak-anak. Ke dua dia percaya bahwa perkembangan tergantung pada system tanda yang ada bersama-sama masingmasing orang ketika mereka bertumbuh. System tanda merupakan symbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah Contoh dari system tanda adalah bahasa, system menulis,atau system berhitung suatu budaya. Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang-orang lain. Sama seperti Piaget, vygotsky percaya bahwa perolehan system-sistem tanda terjadi dalam urutan langkah-langkah tetap yang sama untuk semua anak. Proses Perkembangan Kognitif Piaget mengatakan bahwa perkembangan mendahului pembelajaran, artinya struktur kognisi tertentu perlu berkembang sebelum jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat terjadi. Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan. Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran dan informasi dari orangorang lain. Pembelajaran melibatkan internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang-orang lain. Kemampuan ini disebut pengaturan diri (self regulation). Langkah pertama dalam perkembangan kemandirian dan pemikiran independen adalah belajar bahwa tindakan dan suara mempunyai makna. Misalnya seorang bayi belajar bahwa proses menjangkau suatu objek ditafsirkan oleh orang-orang lain sebagai isyarat bahwa bayi tersebut menginginkan objek tersebut. Dalam kasus perolehan bahasa, anak-anak belajar menghubungkan suara-suara tertentu dengan makna. Langkah ke dua dalam mengembangkan struktur internal dan kemandirian melibatkan praktik. Praktik bayi memberikan isyarat yang akan memperoleh perhatian. Anak-anak prasekolah akan memasuki percakapan dengan orang-orang lain untuk menguasai bahasa. Langkah terakhir

15

melibatkan penggunaan tanda untuk berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang-orang lain. Pada tahap ini akhirnya anak-anak mengatur diri sendiri (self regulating) dan system makna tersebut telah diinternalisasi. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak menyerap percakapan orang lain kemudian menggunakan percakapan itu untuk membantu diri sendiri untuk memecahkan masalah. Mekanisme ini dapat dilihat pada anak-anak yang sering bercakap-cakap dengan dirinya sendiri ketika dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit, sehingga disebut dengan mekanisme percakapan pribadi. Seiring dengan pertamabahan usia, percakapan pribadi menjadi tidak terdengar tetapi sangat berperan penting. Vygotsky percaya bahwa anak-anak bekerja dalam Zone of Proximal development (ZPD). Tugas-tugas dalam ZPD adalah sesuatu yang masih belum dapat dikerjakan seorang anak sendirian tetapi benar-benar dapat dikerjakan dengan bantuan teman atau orang dewasa yang lebih kompeten. Gagasan ZPD ini menjelaskan pentingnya peranan lingkungan sosial dalam perkembangan kognitif. Gagasan lain dari vygotsky tentang pembelajaran adalah perancahan (scaffolding). Bantuan diberikan oleh teman atau orang dewasa yang lebih kompeten pada awal pembelajaran, pada tahapan berikutnya, sedikit demi sedikit dikurangi kemudian meminta anakuntuk memikul tanggung jawab yang semakin besar begitu dia sanggup. Dukungan untuk pembelajaran dan pemecahan masalah dapat berupa petunjuk, sarana, motivasi, penguraian persoalan menjadi langkahlangkah, penyediaan contoh, atau semua hal yang memungkinkan semua siswa tumbuh secara mandiri sebagai pelajar. Teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja sama dimana anak-anak bekerja sama untuk saling membantu belajar. Karena biasanya teman-teman bekerja dalam ZPD satu sama lain, mereka menyediakan contoh bagi satu sama lain tentang pemikiran yang sedikit lebih maju. Selain itu pembelajaran kerja sama memungkinkan percakapan batin anak-anak tersedia bagi anak-anak lain, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman tentang proses penalaran satu sama lain. Vygotsky sendiri mengakui nilai interaksi sesame teman dalam memajukan anak-anak dalam pemikiran mereka.

16

E. TEORI

PERKEMBANGAN

PRIBADI

DAN

SOSIAL

BRONFENBRENNER (TEORI EKOLOGI BRONFENBRENNER) Teori Ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner yang focus utamanya adalah pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Teori Ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima system lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas. Sistem-sistem itu adalah: mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Mikrosistem adalah seting dimana individu menghabiskan banyak waktu.Beberepa konteks dalam system ini adalah: keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam system ini, anak berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman sebaya, dan orang lain. Anak bukan penerima pengalaman secara pasif tetapi anak melakukan interaksi timbale balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi seting itu. Sebuah Mesosistem adalah kaitan antar mikrosistem. Contohnya adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, antara keluarga dengan teman sebaya. Salah satu contoh kaitannya adalah Murid yang diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah itu di rumah atau di kelas, menunjukkan inisiatif atau nilai yang lebih baik. Eksosistem terjadi ketika pengalaman pada seting lain mempengaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka. Contohnya komite sekolah memegang peranan kuat dalam menentukan kualitas sekolah. Keputusan mereka bisa membantu atau menghambat perkembangan anak. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan factor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas tempat murid dan guru tinggal, termasuk nilai dan adatistiadat masyarakat. Salah satu aspek dari status sosioekonomi murid adalah factor perkembangan dalam kemiskinan. Kemiskinan dapat merusak perkembangan anak dan merusak kemampuan anak dalam belajar, meskipun beberapa anak di lingkungan yang miskin sangat ulet. Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris perkembangan anak. Contohnya, murid-murid sekarang termasuk golongan generasi pertama yang mendapat

17

perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tidak terpusat dimana tidak jelas antara batas kota, sub kota dan desa. Bronfenbrenner banyak member perhatian pada kronosistem sebagai system lingkungan yang penting. Dia memperhatikan dua masalah penting. Pertama, banyaknya anak yang hidup dalam kemiskinan, terutama dalam keluarga orang tua tunggal. Ke dua, penurunan nilai-nilai.
F. TEORI PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL ERIKSON

(TEORI PERKEMBANGAN RENTANG HIDUP (LIFE-SPAN)) Pada saat anak-anak mengembangkan kemampuan kognitif, mereka juga mengembangkan konsep diri, dan cara berinteraksi dengan orang-orang lain, dan sikap terhadap dunia ini. Pemahaman tentang perkembangan pribadi dan sosial ini sangat penting bagi guru untuk memotivasi, mengajar, dan berinteraksi dengan berbagai tingkatan usia murid. Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan pribadi dan sosial melalui tahapan-tahapan, yang merupakan adaptasi dari adaptasi teori-teori perkembangan dari psikiater besar, Sigmund Freud. Karya Erikson sering disebut teori Psikososial, karena menceritakan prinsip-prinsip perkembangan psikologis dan sosial. Erikson mempunyai hipotesis bahwa orang melewati delapan tahapan psikososial dalam hidupnya. Pada masing-masing tahap terdapat krisis atau masalah-masalah penting yang harus diatasi. Kebanyakan orang mampu mengatasi dan meninggalkan krisis sosial untuk menghadapi tantangan baru pada tahapan berikutnya, tetapi beberapa orang tidak mampu mengatasi krisis seluruhnya dan terus menghadapinya kemudian dalam hidupnya. Tahap I: Kepercayaan versus Ketidakpercayaan (Sejak lahir hingga 18 bulan) Perkembangan kepercayaan memerlukan pengasuhan yang hangat dan bersahabat. Hasil positifnya adalah rasa nyaman dan berkurangnya ketakutan sampai titik minimal. Ketidakpercayaan akan muncul kalau bayi diperlakukan negative atau diabaikan.

18

Tahap II: Otonomi versus Malu dan Ragu (18 bulan hingga 3 tahun) Setelah mempercayai pengasuhnya, sang bayi mulai menemukan bahwa tindakannya adalah tindakannya sendiri. Mereka menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi dibatasi terlalu banyak atau dihukum terlalu keras, mereka akan mengembangkan rasa malu dan ragu. Tahap III: Inisiatif versus Rasa Bersalah (3 hingga 6 tahun) Saat anak merasakan dunia sosial yang lebih luas, mereka mendapatkan lebih banyak tantangan dibandingkan dengan saat bayi. Untuk mengatasi tantangan ini mereka harus aktif dan tindakannya mempunyai tujuan. Dalam tahap ini orang dewasa berharap anak semakin bertanggung jawab dan menyuruh anak untuk bertanggung jawab menjaga tubuh dan milik mereka. Memunculkan rasa tanggung jawab memerlukan inisiatif. Anak mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau merasa terlalu cemas. Tahap IV: Upaya versus Inferioritas (6 hingga 12 tahun) Inisiatif anak membuat mereka banyak berhubungan dengan pengalaman baru. Saat masuk sekolah dasar mereka menggunakan energinya untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Masa kanak-kanak akhir adalah masa pada saat anak paling bersemangat untuk belajar, saat imajinasi mereka berkembang. Bahaya pada masa ini adalah munculnya rasa rendah diri (inferioritas), ketidakproduktivan, dan inkompetensi. Tahap V: Identitas versus Kebingungan Peran (12 hingga 18 tahun) Remaja berusaha untuk mencari jati dirinya, apa makna dirinya, dan kemana mereka akan menuju. Mereka berhadapan dengan banyak peran baru dan status dewasa seperti pekerjaan dan pacaran. Remaja perlu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami identitas dirinya. Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan tidak merancang jalan ke masa depan yang positif, mereka bisa tetap bingung akan identitas diri mereka.

19

Tahap VI: Intimasi versus Isolasi (Dewasa Awal) Tugas perkembangannya adalah membentuk hubungan positif dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan intimasi sebagai penemuan diri sendiri tetapi kehilangan diri sendir dalam diri orang lain. Bahaya pada tahapan ini adalah orang bisa gagal dalam menjalin hubungan dekat dengan pacar atau kawannya dan terisolasi secara sosial. Bagi individu ini kesepian bisa membayangi seluruh kehidupannya. Tahap VII: Generativitas versus Stagnasi (Dewasa Pertengahan) Generativitas berarti mentransmisikan sesuatu yang positif kepada generasi berikutnya. Ini bisa dikaitkan dengan peran sebagai orang tua dan pengajar. Melalui peran itu orang dewasa membantu generasi selanjutnya untuk mengembangkan hidup yang berguna. Erikson mendeskripsikan stagnasi sebagi perasaan tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu generasi selanjutnya. Tahap VIII: Integritas versus Putus Asa (Dewasa Akhir) Orang tua merenungi kembali hidupnya, memikirkan apa-apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif ini positif mereka akan mengembangkan rasa integritas, yakni mereka meemandang hidup mereka sebagai hidup yang utuh dan positif dan layak dijalani. Sebaliknya, orang tua akan putus asa jika renungan mereka kebanyakan negative. G. TEORI PERKEMBANGAN MORAL PIAGET Piaget membagi perkembangan moral dalam dua tahapan. Moralitas Heteronom adalah tahap perkembangan moral pertama. Perkembangan ini berlangsung dari usia empat sampai tujuh tahun. Pada tahap ini aturan dianggap sebagai bagian dari dunia tak bisa diubah tidak bisa dikontrol oleh orang. Moralitas Autonom adalah tahapan ke dua yang tercapai pada usia sepuluh tahun atau lebih. Pada tahap ini anak mulai mengetahui bahwa aturan dan hukum adalah buatan manusia. Dalam menilai perbuatan, niat pelaku dan konsekuensinya harus dipikirkan. Anak usia tujuh sampai sepuluh tahun berada pada masa transisi antara

20

dua tahapan tersebut, dan karenanya mereka menunjukkan kedua cirri tahapan tersebut. Pemikir heteronom juga percaya kepada keadilan yang imanen (selalu ada), yakni konsep bahwa jika satu aturan dilanggar maka hukuman akan segera dijatuhkan. Anak kecil percaya bahwa pelanggaran secara otomatis akan menyebabkan jatuhnya hukuman. Anak yang telah mencapai tahapan autonom mengetahui bahwa hukuman dikenakan melalui medium sosial dan terjadi jika ada orang yang menyaksikan pelanggaran itu, dan bahkan hukuman itu bisa dihindari. Piaget mengatakan bahwa perkembangan moral terjadi melalui hubungan timbale balik dengan rekan seusia. Dalam kelompok teman sebaya dimana teman dan anggota lain mempunyai status dan kekuasaan yang setara aturan akan dinegosiasikan dan perselisihan akan dibahas kemudian diselesaikan. Orang tua tidak memegang peranan penting dalam perkembangan moral anak karena mereka mempunyai kekuasaan yang lebih besar dibandingkan anak danmenentukan aturan secara otoriter. H. TEORI PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG Menurut Lawrence Kohlberg perkembangan moral melibatkan penalaran (reasoning) moral dan berlangsung dalam tahapan-tahapan. Tahapan dalam teori perkembangan Kohlberg terdiri dari tiga level utama dengan dua tahap pada setiap level. Konsep penting dalam teori ini adalah internalisasi, yang berarti perubahan perkembangan dari perilaku yang dikontrol secara eksternal ke perilaku yang dikontrol secara internal. Penalaran prakonvensional adalah level terbawah. Pada level ini anak tidak menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh ganjaran eksternal. Penalaran konvensional adalah tahapan kedua atau menengah dalam teori ini. Pada level ini internalisasi masih setengah-setengah. Anak patuh secara internal terhadap standar tertentu, tetapi pada dasarnya standar itu ditetapkan oleh orang lain, seperti oleh orang tua atauaturan sosial. Penalaran postkonvensional adalah level tertinggi. Pada level ini moralitas telah sepenuhnya diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar eksternal.

21

Murid mengetahui aturan-aturan moral alternative, mengeksplorasi pilihan dan kemudian memutuskan kode moral apa yang paling baik bagi dirinya. Ringkasan tiga level perkembangan dan tahapannya disajikan dalam table berikut. Tabel 4 Level Perkembangan Moral Menurut Kohlberg Level 1 Tahap 1 Tahap 2 Moralitas Individualisme, Heteronom Tujuan, dan Pertukaran Level 2 Tahap 3 Ekspektasi Interpersonal Mutual, Hubungan, dan Konformitas Interpersonal Individu menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral Tahap 4 Moralitas Sistem Sosial Level 3 Tahap 5 Tahap 6 Kontrak Prinsip Etika Sosial atau Universal Utilitas dan Hak Individual Individu memahami bahwa nilai, hak, dan prinsip mendasari atau mengatasi hukum Orang telah mengembang kan penilaian moral berdasarkan hak asasi manusia yang universal. Ketika berhadapan dengan dilemma antara hukum dan kesadaran, yang akan diikuti adalah kesadaran individual seseorang

Anak patuh karena orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh. Orang mendasarkan keputusan moralnya karena takut pada hukuman.

Individu mengejar kepentingannya sendiri, tetapi membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Apa-apa yang benar melibatkan pertukaran yang seimbang.

Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan sosial, hukum, keadilan dan kewajiban

DAFTAR PUSTAKA

22

Anonim. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Ilmu Pengetahuan Alam Buku 3. Jakarta: Direktorat PLP, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas Santrock, J. W. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi Ke-2 (terjemahan Tri Wibowo B. S.). Jakarta: Kencana Slavin, R. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Edisi Ke-8 Jilid I (terjemahan Marianto Samosir). Jakarta: Indeks

DAFTAR ISI

23

Hal A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN.................................................................1 B. PERKEMBANGAN FISIK.................................................................................3 C. PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET.........................................................5 D. PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY...............................................13 E. PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL BRONFENBRENNER..........15 F. PERKEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL ERIKSON..............................16 G. PERKEMBANGAN MORAL PIAGET...........................................................18 H. PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG...................................................19 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

You might also like