You are on page 1of 16

MAKALAH SKILLS LAB BLOK IX "OPERASI PLASTIK"

Disusun oleh:

KELOMPOK C
BERNADET DHANNI ANDREAS JONATHAN ANDRE DHARMAWAN IMMA GABRIELA DEVI CHRESTELLA BRIANATA SUSANTO ANTONIUS SATRIYO DHINI OKTAVIA ANDREAS FENDY MARCELIA ANASTASYA 41100041 41100043 41100044 41100050 41100058 41100060 41100065 41100067 41100071 41100081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang berlimpah kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul OPERASI PLASTIK. Makalah ini disusun sebagai tugas skills lab blok IX Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Kristen Duta Wacana. Dalam proses pembuatan makalah ini, kami banyak dibantu oleh pihak-pihak yang selalu mendukung. Maka pada kesempatan ini izinkan kami pengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Drs. Wimmie Handiwidjojo, MIT selalu pembimbing skills lab. blok IX yang telah memberikan pengarahan dalam proses pembuatan makalah ini. 2. Para narasumber (pelaku operasi plastik; Pendeta Daniel; Romo Asodo, OMI; Pandita Lusia; Bintal Made; dan Kyai Maghbub) yang telah memberikan Informasi yang sangat berguna. 3. Teman-teman yang selalu mendukung. 4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu kami. Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu kami mohon maaf apabila masih banyak hal yang kurang berkenan. Kami juga mengaharapkan kritik dan saran yang membangun guna menambah wawasan kami untuk bekerja lebih baik lagi dalam penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar dan menambah pengetahuan pembaca sekalian. Penulis

BAB I DASAR TEORI


1.1 Operasi Plastik Kata plastik dalam operasi plastik, dalam bahasa inggris plastic surgery, diambil dari bahasa Yunani plastik (tekhn) yang berarti mematung. Bisa juga diartikan the art of modelling malleable flesh, dalam bahasa Indonesia berarti seni membentuk daging lunak. Operasi plastik rekonstruksi atau teknik bedah rekonstruksi sudah dilakukan di India sejak 800 SM. Sushruta, Bapak Operasi bedah, membuat kontribusi penting untuk bidang bedah plastik dan katarak pada abad 6 SM. Sushruta bekerjasama dengan Charak membuat banyak karya medis dalam bahasa Sansekerta, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab selama masa kekhalifahan Abbasiyah tahun 750 Masehi. Terjemahan bahasa Arab karya mereka dibawa oleh pedagangpedagang Arab sampai ke Eropa. Hingga akhirnya beberapa daerah di Eropa mulai familiar dengan teknik bedah rekonstruksi Sushruta. Beberapa abad kemudian beberapa dokter dari Inggris datang ke India untuk melihat rhinoplasties yang dilakukan dengan metode setempat. Pemberitaan tentang rhinoplasty yang dilakukan oleh Kumhar Vaidya ini dipublikasikan oleh Gentleman's Magazine tahun 1794. Setelah itu Joseph Constantine Carpue menetap selama 20 tahun di India untuk mempelajari metode operasi plastik setempat. Carpue akhirnya melakukan operasi plastik untuk pertama kalinya di dunia barat pada tahun 1815. Peralatan yang digunakan sesuai dengan apa yang ditulis Sushruta Samhita dalam bukunya yang kemudian dimodifikasi lebih lanjut sesuai perkembangan dunia medis barat. Bangsa Mesir dan Romawi kuno juga mengenal operasi plastik. Sejak abad 1 SM bangsa Romawi kuno dapat melakukan operasi plastik sederhana seperti memperbaiki telinga yang rusak. Studi tentang operasi plastik hanya dilakukan melalui buku-buku medis Yunani yang ditulis oleh pendahulu mereka karena untuk alasan agama, mereka tidak diperbolehkan membedah baik manusia maupun hewan untuk percobaan. Namun, Aulus Cornelius Celsus meninggalkan beberapa deskripsi akurat anatomi yang mengejutkan terkait operasi plastik, beberapa diantaranya mengenai alat kelamin dan tulang. Pada pertengahan abad ke-15 di Eropa, Heinrich von Pfolspeundt menjelaskan proses membuat hidung baru pada orang yang mengalami suatu kecelakaan dengan mengambil kulit pada lengan bagian belakang. Namun, operasi plastik tetap tidak populer pada masa itu karena resikonya masih sangat besar. Akhirnya pada abad ke 19 dan 20 operasi plastik menjadi sangat umum karena

teknik anestesi sudah baik sehingga operasi plastik tidak menimbulkan rasa sakit yang hebat. Selain itu teknik sterilisasi dan desinfektan yang sudah sangat baik, juga penemuan antibiotik seperti sulfa dan penisilin membuat infeksi yang timbul paska operasi menjadi sangat minim. Pada tahun 1792, Chopart melakukan operasi plastik pada bibir menggunakan lipatan kulit leher. Sedangkan pada tahun 1814, Joseph Carpue sukses melakukan operasi plastik pada seorang prajurit militer Inggris yang kehilangan hidungnya akibat keracunan merkuri. Pada tahun 1818, seorang ahli bedah asal Jerman, Carl Ferdinand von Graefe mempublikasikan jurnal berjudul Rhinoplastik. Von Graefe memodifikasi metode operasi plastik Italia dari menggunakan lipatan kulit menjadi menggunakan kulit normal dari lengan. Ahli bedah plastik pertama di Amerika adalah John Peter Mettauer yang melakukan operasi plastik pertamanya pada kasus bibir sumbing dengan peralatan yang didesain sendiri olehnya. Pada tahun 1845, Johann Friedrich Dieffenbach menulis jurnal tentang rhinoplasty dan memperkenalkan konsep bedah kosmetik untuk memperindah hidung yang sebelumnya telah dioperasi. Pada tahun 1891, seorang otorhinolaryngologist berkebangsaan Amerika, John Roe, mempublikasikan hasil karyanya yang berupa seorang wanita muda dengan hidung yang telah dioperasi plastik dengan tujuan kosmetik. Dalam Perang Dunia I, seorang otolaryngologist Selandia Baru yang bekerja di London, Harold Gillies, mengembangkan banyak teknik-teknik operasi plastik modern dalam merawat tentara-tentara yang menderita kerusakan pada wajah. Gillies berasal dari Inggris tetapi seorang sukarelawan di Palang Merah Perancis. Selama menjadi sukarelawan itu Gillies belajar tentang operasi plastik. Ia menjadi sangat sukses dan terkenal dengan karyanya. Selama Perang Dunia II karya Gillies diperluas oleh sepupunya Archibald McIndoe yang mempelopori pengobatan bedah plastik untuk luka bakar parah. Pada tahun 1946, Gillies melakukan operasi pergantian kelamin wanita ke pria pertama di dunia. Hingga akhirnya operasi plastik menjadi sangat berkembang pada Abad 20. (Wikipedia, 2011) 1.2 Metode Operasi Plastik Dalam operasi plastik, mencangkok jaringan kulit dari bagian tubuh lain (skin grafting) adalah prosedur yang sangat umum. Cangkok kulit dapat diambil dari pasien itu sendiri atau dari donor. Jenis-jenisnya antara lain: Autografts, yaitu mengambil kulit dari pasien itu sendiri. Kulit yang diambil adalah jaringan yang sehat, atau bisa juga dengan alternatif mengkulturkan sel epitel kulit. Allografts, yaitu mengambil kulit dari donor yang berasal dari satu spesies.

Xenografts, yaitu mengambil kulit dari donor yang berasal dari spesies berbeda. Misalnya untuk pasien manusia dapat mengambil kulit babi. (Wikipedia, 2011) 1.3 Kosmetik vs. Rekonstruktif Ada dua jenis bedah plastik secara umum: bedah plastik kosmetik dan bedah plastik rekonstruktif. Bedah plastik kosmetik digunakan untuk memperindah bagian tubuh pasien, tanpa adanya suatu trauma atau deformitas. Sedangkan bedah plastik rekonstruktif digunakan untuk memperbaiki suatu kecacatan atau abnormalitas tubuh akibat cacat kongenital, penyakit, atau trauma. (plasticsurgery.about.com) 1.4 Opini Publik: Pro dan Kontra Hingga saat ini, bedah plastik masih dianggap sesuatu yang eksentrik dan mahal. Di negara maju bedah plastik memiliki stigma jika orang yang melakukannya pasti orang yang mapan secara ekonomi dan bisa dijadikan suatu kebanggan tersendiri. Banyak orang yang mendukung maupun mengecam operasi plastik. Para pendukung bedah plastik mengatakan bahwa setiap orang menghabiskan waktu untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Dan bedah plastik adalah salah satu cara untuk menjadi lebih baik, apa salahnya menjadi lebih baik dengan bedah plastik? Sedangkan pengecam bedah plastik mengatakan, kecantikan yang alami selalu lebih baik. Dan daripada menghabiskan uang untuk kecantikan yang sifatnya semu kita sebaiknya mempercantik jiwa dan pikiran kita dan menggunakan uang tersebut untuk hal yang lebih penting seperti membantu orang lain. Mereka juga mengatakan, Tuhan telah menciptakan kita semua baik adanya. Tidak ada yang tahu sebenarnya operasi plastik itu benar atau salah. Kemungkinan besar, jawabannya ada di tengah-tengah. Operasi plastik bisa menjadi sesuatu yang salah tapi bisa juga menjadi sesuatu yang benar. (plasticsurgery.about.com)

BAB II HASIL WAWANCARA


2.1 Operasi Plastik Menurut Pelaku Waria (portmanteau dari wanita-pria) atau wadam (dari hawa-adam) adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Sebutan bencong atau banci juga sering digunakan kepada laki-laki yang berperan atau berperilaku seperti layaknya perempuan . Kelompok kami sudah berkencan dengan seorang waria untuk melakukan wawancara, kebetulan waria yang kami temukan cukup ekstrim wajahnya, karena beliau sudah melakukan suntikan silikon berkali-berkali. Sebut saja namanya L. Alasan kenapa beliau melakukan karena beliau ingin merubah wajah untuk menjadi lebih molek dan supaya terlihat lebih mirip seperti wanita. Beliau melakukan suntik berkali-kali pada bagian dagu, hidung, bibir, dan tulang pipi. Dimana bagian-bagian tersebut yang sudah diketahui masyarakat banyak merupakan bagian-bagian yang ditonjolkan oleh wanita-wanita. Beliau pertama kali melakukan suntik silikon pada tahun 1992. Dan terakhir kali suntik pada tahun 2001. Pada selang waktu tersebut, suntik silikon sudah dilakukan berkali-kali. Menutu beliau, harga satu kali suntik pernah mencapai Rp 10.000 itu pun pada saat sebelum krisis. Menurut kelompok kami, harga tersebut saat belum krisis merupakan harga yang tidak murah. Beliau juga menyampaikan, mungkin saat ini untuk memperoleh satu kali suntikan silikon bisa mencapai Rp 500.000. Harga-harga tersebut pun juga tidak lakukan pada tangan yang ahli atau dibidangnya. Beliau berkata kalau selama ini melakukan suntik silikon hanya melalui teman yang tidak memiliki dasar-dasar medis seperti dokter atau tenaga medis lainnya, hanya teman yang berbekal pengalaman menyuntikkan silikon kepada orang-orang yang menggunakan jasanya saja. Dan harga yang didapat pada kisaran tadi sudah merupakan harga teman alias lebih murah dibanding orang lain. Kami juga menanyakan apakah hasil suntikkan-suntikan yang dilakukan oleh orang yang tidak dibidangnya dan sudah disuntik berkali-kali apakah memiliki efek samping, beliau menjawab tidak. Rasanya sudah biasa saja, seperti wajah sedia kala, tidak ada efek samping ataupun gangguan yang dialami. Setelah melakukan suntik silikon, beliau juga menyampaikan bahwa penghasilannya bertambah daripada beliau bekerja dengan wajah aslinya. Selama ini beliau bekerja menjadi

pengamen disekitar-sekitar jalanan. Dan terlebih pendapat teman-teman yang sesama waria banyak yang iri dengan beliau karena sudah pernah melakukan suntik berkali-kali. Pendapat keluarga dekat ataupun teman-teman lain pun sudah menerima dan tidak keberatan dengan suntikan-suntikan yang sudah dilakukan mbak L dan juga keadaannya yang sekarang. Mbak L sendiri beragama muslim, dan pendapatnya dari segi agama sendiri, sebenarnya beliau tahu tidak boleh, tapi apa boleh buat, karena sudah terlanjur dan memang sudah menjadi mata pencaharian. 2.2 Operasi Plastik Menurut Agama Kristen Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama kristen mengenai bedah plastic, kami mewawancarai seorang pendeta bernama Pdt. Daniel, beliau dari sinode GKMI Yogyakarta yang sekarang menjadi dosen di fakultas Theologia Universitas Kristen Duta Wacana. Sebelum membahas bedah plastic dalam pandangan agama kristen, beliau sedikit menjelaskan tentang etika sebagai suatu proses pengambilan keputusan apakah bedah plastic dilakukan atau tidak Darii etika kita harus bisa mengambil keputusan dan mencermati kasus (case) dalam prospektif iman Kristiani. Ada tiga sumber etika yang beliau jelaskan yaitu : 1. Heteronomi; sumber dari luar, missal keputusan gereja, sinode,dsb. Kelemahannya adalah idealistic. 2. Autonomi; sumber dari dalam sendiri, memutuskan sendiri. Bersifat subyektif. 3. Teonomi; sumber dari Tuhan, Tuhan bilang apa, Tuhan menginginkan seperti apa. Ini sulit karena kita tidak tahu apa yang Tuhan inginkan. Dalam kasus seperti bedah plastic, beliau menjelaskan bahwa kita tidak boleh langsung menjudge bedah plastic tidak boleh atau boleh dilakukan. Namun harus mengetahui apa tujuan melakukan operasi plastic, motivasinya apa, kasusnya bagaimana, juga harus tahu apa alasan orang melakukan tindakan itu. Setelah mengetahuinya, barulah kita menimbangnya, apakah tujuannya baik atau buruk, apakah motivasinya ada kekeliruan. Setiap kasus adalah khusus, maka dari itu kita harus memiliki prinsip deontology yang melihat pada kasusnya dan juga prinsip teology yang melihat pada tujuan akhirnya. Kadang kita mengutamakan kasus lupa dengan tujuan akhirnya atau sebaliknya kita mengutamakan tujuan tapi tidak ada asas-asas pertimbangan. Sebagai contoh apabila bedah plastic itu dilakukan untuk tujuan menyamarkan identitas untuk kejahatan atau tujuan dehumanis, tentu hal itu tidak tepat dilakukan oleh dokter. Apabila bedah plastic itu dilakukan untuk tujuan medis misal untuk rekonstruksi karena kecelakaan, itu tepat untuk dilakukan. Sedangkan untuk kasus kosmetika atau kecantikan, itu berada

ditengah-tengah dan merupakan kasus yang problematic, bisa mengarah ke tujuan dehumanis dan bisa mengarah ke tujuan untuk memperindah. Dan apabila tujuan untuk memperindah itu merupakan kasus yang artistic, dan kita jangan mudah menyamakan kasus etis dan artistic. Oleh karena itu, beliau memberi saran kepada kami sebagai calon dokter harus mempunyai "pisau bedah" yang tepat untuk mengenali kasus-kasus dalam dunia medis seperti bedah plastik, jangan sekedar langsung mengambil keputusan, harus memiliki prinsip dan tidak boleh menyamakan setiap kasus karena setiap kasus memiliki penyelesaian yang berbeda. 2.3 Operasi Plastik Menurut Agama Katolik Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama katolik mengenai bedah plastik, kami mewawancarai seorang pastor bernama Rm. Asodo, beliau adalah pastor dari ordo Oblat Maria Immaculata Yogyakarta. Moral pertama yang harus dipegang adalah manusia citra Allah. Manusia diciptakan sesuai citra Allah. Sehingga mempunya akal budi untuk mencintai sang pencipta. Karena manusia itu citra Allah maka pada dasarnya ia adalah baik. (Gaudium Et Spes, 1965) Moral berikutnya bahwa manusia dirusak oleh dosa. Salah satu dosa manusia mengalir dari kebebasan. Meskipun manusia yang secitra dengan Allah diberi akal budi dan diberi kebebasan penuh sebagai manusia, tetapi dia menyelewengkan kebebasannya dan akhirnya dia melakukan dosa. Salah satu dosa yang dia lakukan adalah mencari apa yang dia sukai. Seperti pada kitab kejadian, jatuhnya manusia ke dalam dosa. Sebenarnya dia sudah tahu kalau pohon terlarang buahnya tidak boleh dimakan, tapi karena kebebasannya akhirnya manusia mengambil keputusan untuk memakan buah dari pohon terlarang dan menyalahkan setan. Maka manusia memiliki kebebasan tetapi dia salah gunakan, meskipun pada dasarnya dia secitra dengan Allah. Pangkal dari dosa itu ketika ia menentukan bagaimana hidup untuk dirinya. Gereja pada dasarnya pro-life, pro-life itu memihak kehidupan. Sedangkan manusia pada umumnya pro-choice, jadi ia memiliki pilihan, saya manusia bebas maka saya bebas menentukan pilihan untuk hidup saya. Tapi karena gereja selalu memilih pro-life yang mendukung kehidupan, maka gereja selalu menentang sesuatu yang sifatnya pro-choice. Seperti misalnya kasus aborsi karena sesorang merasa ia tidak perlu punya anak, dan dia berhak memilih untuk menggugurkan kandungannya. Hal seperti itu jelas ditentang gereja karena gereja melihat janin yang belum lahir itu adalah kehidupan yang harus dipertahankan dan tidak boleh ada seorang pun yang mengakhiri suatu kehidupan kecuali Allah. Kasus lain adalah perkawinan sesama jenis, lesbian ataupun gay mereka menuntut perkawinan tetapi gereja menentang karena mereka merasa punya hak untuk menikah, tetapi gereja

menganggap itu adalah pro-choice. Termasuk juga mengenai operasi plastik. Memang harus dipisahkan operasi plastik karena hal medis dan karena alasan kosmetik. Yang diperbolehkan gereja adalah operasi plastik yang mendukung kehidupan agar menjadi lebih baik. Tetapi kata mendukung kehidupan itu tidak selalu disamakan artinya, kadang orang menganggap berbeda. Misal operasi plastik terkait perubahan kelamin. Hal ini masih menjadi perdebatan yang tak kunjung menemui titik akhir. Secara genetik orang itu misalnya seorang laki-laki, tubuhnya laki-laki, tetapi jiwanya perempuan. Secara moral ini semua mendukung hidup atau tidak, pro-life atau pro-choice, alasan memang sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. Pada hakikatnya manusia diciptakan laki-laki atau perempuan, tidak ada kelamin ketiga seperti biasa disebut, maaf, 'bencong'. Maka kalau ada operasi plastik untuk mendukung lebih sempurnanya sesorang menjadi laki-laki atau lebih sempurnanya menjadi perempuan, beberapa moralis mengatakan hal tersebut merupakan pro-life sehingga bisa didiskusikan dan bisa saja disetujui oleh gereja. Tetapi ada juga yang mengatakan hal tersebut menyalahi kodrat. Karena seseorang yang lahir sebagai seorang laki-laki tentunya Allah menghendaki dia hidup sebagai laki-laki, bila dia merubah dirinya menjadi perempuan tentu saja hal tersebut tidak sesuai dengan kehendak Allah. Namun gereja tetap berpegang teguh pada pro-life, demi sempurnanya sebuah kehidupan. Sehingga melihat motivasi seseorang saat akan melakukan operasi plastik adalah hal yang sangat penting. Dan pedomannya manusia adalah secitra dengan Allah dan kebebasan yang dimiliki manusia adalah untuk memuliakan Allah. Untuk operasi plastik minor seperti operasi kelopak mata, operasi implan silikon, memang disitu lebih menampakkan bukan pertama-tama pro-life tetapi pro-choice yang seolah-olah mengatakan saya punya kuasa atas tubuh saya. Hal itu lah yang dilarang oleh gereja. Contoh dari pro-choice adalah seperti ini, saya punya kuasa atas tubuh saya jadi mau saya buat jadi putih, jadi gelap, jadi coklat, it's my bussiness. Seseorang sudah punya hidung normal kemudian dibuat lebih mancung lagi, berarti dia tidak menerima dirinya secitra dengan Allah. Berbeda dengan orang tidak punya hidung kemudian diambilkan kulit dari bagian tubuh lain dan dipasang sebagai hidung. Jadi operasi plastik harus dilihat alasannya, what's the reason behind, jangan-jangan seseorang melakukan operasi plastik hanya untuk mendewakan diri. Maksud mendewakan diri disini misalnya, seseorang yang mengatakan saya punya hak atas tubuh saya sendiri, saya punya kuasa atas tubuh saya sendiri, sehingga terserah saya tubuh saya ini mau diapakan. Hal seperti itu masih belum disetujui Gereja Katolik. Seseorang mendewakan diri jelas bertentangan dengan kebebasan yang diberikan untuk memuliakan Tuhan. Orang yang melakukan operasi plastik juga akan menyebabkan krisis kepercayaan diri.

Sehingga jauh dari mempercantik diri dalam taraf yang wajar. Hal itu justru akan sangat merugikan orang yang melakukan operasi plastik tersebut, sehingga jelas-jelas arahnya tidak untuk mendukung kehidupan atau pro-life. Apa lagi seperti seorang artis yang tujuannya untuk dikomersilkan, memangnya tubuhmu untuk dijual? Kalau dikatakan operasi plastik dengan alasan pro-choice itu dosa atau tidak, tentu saja dosa. Tetapi hal tersebut sama sekali bukan wewenang dokter. Yang menjadi wewenang dokter adalah melihat apakah operasi yang akan dilakukan nantinya mendukung hidup pasien atau tidak. 2.4 Operasi Plastik Menurut Agama Hindu Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia. Agama Hindu telah berdiri sejak 1500 sebelum masehi. Kelompok kami melakukan wawancara dengan Bintal Made, yang merupakan pemuka agama Hindu di pura Vaikuntha Vyomantara Yogyakarta. Di mata agama Hindu dan juga kitab suci Atharvaveda Samhita (berisi pengetahuan suci yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia ini), operasi plastik atau mengubah tubuh tidak diperbolehkan. Bahkan Bintal Made mengatakan operasi plastik termasuk dalam tingkatan Maha Petaka. Maha Petaka sendiri adalah dosa yang paling besar di dalam ajaran agama Hindu. Dan dengan demikian operasi plastik dapat disamakan dengan perilaku membunuh. Operasi plastik apabila dilakukan untuk mempercantik diri seperti memancungkan hidung, mengubah warna kulit, dan mengubah jenis kelamin tentu tidak diperbolehkan. Karena dari agama Hindu sendiri diajarkan bahwa kencantikan yang sejati adalah kecantikan yang berasal dari dalam (inner beauty). Dan pada dasarnya manusia sudah diciptakan sebaik-baiknya, tergantung dari manusia itu sendiri merawat dirinya. Merawat diri yang dimaksudkan disini adalah perilaku rajin membersihkan diri, berpakaian rapi, bertata krama baik, dengan begitu manusia dapat dikatakan cantik dan sedap dipandang, karena ada sesuatu dalam dirinya yaitu kecantikan dari dalam. Bintal Made menambahkan sejelek-jeleknya orang apabila ia dapat merawat tubuhnya dengan baik, pasti cantiklah orang itu. Tidak ada orang yang sama persis di dunia ini, walaupun orang tersebut adalah anak kembar pasti ada perbedaannya. Ada orang yang cantik wajahnya, ada yang tidak, ada orang yang cantik hatinya, ada juga yang tidak. Itulah yang disebut dengan keadilan Tuhan. Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia hanya dengan kekurangannya saja. Oleh karena itu semua orang pasti memiliki kelebihan. Dan karena keadilan Tuhan maka apa yang telah diberikan Tuhan kepada

manusia adalah sempurna, dan manusia tidak berhak untuk mengutakatik hal-hal yang sudah sempurna tersebut. Namun, ada pula pengecualian untuk operasi plastik dalam agama Hindu. Apabila operasi itu dilakukan untuk memperbaiki apa yang telah diberikan Tuhan seperti bibir sumbing, terkena air keras atau luka bakar, maupun kecelakaan, maka operasi plastik semacam ini jelas diperbolehkan. Karena operasi tersebut dilakukan untuk memperbaiki dan merawat apa yang semestinya baik. Dan dalam agama Hindu pun diajarkan bahwa kita harus merawat diri kita termasuk mengobati luka dan cacat akibat kecelakaan. 2.5 Operasi Plastik Menurut Agama Buddha Dari hasil wawancara dengan seorang pemuka agama Buddha yang membahas tetang operasi plastik, kami mendapatkan beberapa pemahaman mengenai operasi plastik itu sendiri. Pemahaman pertama adalah manusia pada dasarnya dilahirkan menjadi ganteng, cantik atau jelek dipengaruhi oleh kehidupan masa lalu, yang kita kenal sebagai karma. Buddha mengajarkan kita bahwa Semua makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung pada perbuatan mereka sendiri. Perbuatan apa pun yang mereka lakukan, baik atau buruk; perbuatan itulah yang akan mereka warisi (Parita Suci, Yayasan Sangha Theravada Indonesia: 40). Dengan demikian kita tahu bahwa dalam ajaran agama Buddha, baik atau buruknya kondisi pada kehidupan ini merupakan akibat dari karma masa lampau (baik atau buruk). Tetapi untuk memperbaiki karma yang kurang baik, misalnya: memiliki wajah yang kurang cantik, tidak tampan, kulit hitam, dan sebagainya; bukan dengan cara bedah plastik walaupun sebenarnya memiliki kesehatan jasmani dan rohani, melainkan memperbaiki perbuatan kita agar sesuai ajaran yang benar. Oleh karena itu, manusia sebaiknya dapat menerima kenyataan bahwa dirinya adalah dilahirkan sesuai dengan karma masa lalu. Kedua, manusia dilahirkan sesuai dengan keadaan bahwa hidup itu adalah nyata dan fana. Ketika manusia dilahirkan di dunia ini memiliki kenyataan bahwa dirinya ganteng, cantik atau buruk seharusnya menerima keadaan tersebut. Karena kehidupan ini adalah fana dan tidak langgeng. Atas dasar kedua hal di atas, dapat dikatakan bahwa manusia itu harus dapat menerima kenyataan. Ketika ada keinginan bahwa manusia itu ingin mempercantik dirinya melalui misalnya operasi plastik karena hidungnya pesek ingin menjadi mancung atau kulit wajahnya keriput kemudian dikencangkan supaya menjadi lebih kelihatan cantik atau ganteng. Untuk tujuan tersebut jika membawa kebaikan bagi dirinya maupun orang lain, hal tersebut menurut pandangan agama Buddha tidak menjadikan masalah. Tetapi sebaliknya jika membawa keburukan dan membahayakan

dirinya maupun orang lain, mungkin hal itu tidak perlu dilakukan. Contohnya, dapat menyebabkan penyakit kanker dan sebagainya. Buddhisme tidak melarang bedah plastik, tetapi apabila kita melakukan bedah untuk tujuan mempercantik diri berarti itu kurang sesuai dengan ajaran Buddha, karena hal tersebut telah muncul keserakahan. Walaupun demikian opersi plastik jika di tempatkan pada posisi atau kebutuhan yang benar justru bagus dan sangat menolong pasien. Contohnya jika si A mengalami kecelakaan luka bakar yang parah di wajahnya ataupun kecelakaan yang lainnya yang mengakibatkan parah sekali di wajahnya dan si A menjadi tidak pede atau tidak berani bertemu orang lagi, mau tak mau dia operasi plastik supaya bisa kelihatan lebih cantik seperti semula. Operasi plastik merupakan hal sepele, terserah masing-masing umat, tidak dilarang dan tidak dianjurkan dan tidak penting, karena tidak membawa ke tujuan akhir yaitu nibbana. Tetapi para pemuka agama tetap mengajarkan bahwa kecantikan bukan hanya berasal dari penampilan semata, tetapi dari dalam. Kecantikan yang hanya berbentuk fisik akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu (hukum ketidak kekalan), tetapi kecantikan dari dalam akan tetap abadi. Selain itu, menurut pandangan agama Buddha bahwa ukuran kebahagiaan manusia bukan hanya dilihat dari kecantikan luar secara lahiriah saja apalagi kecantikannya itu didasarkan operasi plastik yang tujuannya adalah untuk kesia-siaan dan tidak menguntungkan diri sendiri bahkan merusak dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, menurut pandangan agama Buddha kecantikan dari dalam hati (inner beauty) yang terpancar keluar itu adalah suatu kecantikan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Dalam Dhammapada ayat 262 yang tertulis Bukan karena wajahnya yang tampan yang menandakan seseorang dapat menyebut dirinya orang baik apabila ia masih bersifat iri, kikir dan suka menipu. Jadi yang diutamakan dalam agama Buddha adalah jiwa yang baik. Pada dasarnya kecantikan secara lahiriah atau fisik itu bisa luntur dan tidak langgeng karena manusia harus mengikuti kodratnya bahwa manusia harus menjalani siklus kehidupan yang fana yaitu lahir, hidup, tua, sakit dan meninggal dunia. Oleh sebab itu kecantikan yang dari dalam hati (inner beauty) itulah yang sesungguhnya diperlukan bagi manusia. Ketika manusia menginginkan kecantikan dari luar secara fisik itu sebenarnya adalah sia-sia dan tidak ada gunanya. Pada kitab suci Buddha tentang permasalahan operasi plastik pada wajah belum tertulis. Karena di masa Buddha hidup belum ada operasi plastik. Apakah para pemimpin umat Buddha perlu berkumpul untuk menghasilkan suatu keputusan? Itu dikembalikan pada hati nurani masingmasing umat.

2.6 Operasi Plastik Menurut Agama Islam Untuk membicarakan tentang operasi plastik kita harus kembali ke dalil, tapi secara umum menurut islam operasi plastik memang tidak boleh dilakukan karena merubah daripada kenikmatan Allah SWT. Seperti menyemir rambut, ada yang boleh ada yang tidak, itu harus menurut dasardasarnya. Semua itu ada dasar-dasarnya, ada ulama yang membolehkan asal ada hajatnya, yang disebut hajat yaitu mungkin karena sudah tua lalu memiliki uban. Menyemir rambut saja ada yang tidak boleh apalagi operasi plastik. Misal yang seperti Michael Jackson itu maksudnya mengabaikan atau tidak meyakini adanya takdir. Kita ditakdirkan berkulit hitam tapi mengapa dengan segala macam cara sehingga seolah-olah menjadi berkulit putih itu salah satu faktor yang menyebabkan hal itu tidak boleh menurut islam. Karena menurut islam itu tidak menerima takdir. Seperti juga masalah rezeki, misal ditakdirkan sebagai orang miskin tapi tidak mau menerima takdir dan ingin menjadi orang kaya kemudian korupsi dan sebagainya. Jadi orang yang korupsi itu termasuk orang yang tidak meridhoi takdir, tidak menerima takdir, itu menurut Islam. Jadi ya sudah, kita dilahirkan seperti ini oleh Islam sudah dicatat sejak jaman dahulu oleh Allah sejak Allah menciptakan makhluknya. Bukan berarti kita tidak boleh berusaha, tidak seperti itu, kalo begitu namanya nglokro aku ditakdirke dadi wong bajingan misalnya, tidak seperti itu, kita punya akal kok. Jadi kadangkadang orang memahami Islam itu simpang siur misal, aku ditakdirke dadi wong jahat kok tidak bisa begitu, kita punya akal, punya pikiran punya pendidikan dsb. Jadi orang Islam tidak boleh nglokro ada seorang ulama ahli Bahasa Arab mengatakan, seseorang akan diangkat derajatnya berbanding lurus dengan cita-citanya, seseorang yang tidak mempunyai cita-cita berarti orang itu tidak ada apa-apanya lalu mau apa kalau kita tidak punya cita-cita? Kon nyambut gawe ora gelem kon macul ora gelem kon opo-opo ora gelem, ahh apa tidak ada gunanya. Itu salah satu motivasi kita, jadi manusia itu diwajibkan untuk ikhtiar walaupun ketentuan nanti di tangan Allah. Tidak boleh nglokro, tidak boleh luweh, tidak boleh tidak berpikir. Di dunia ini adalah ladang ikhtiar baik itu dunia maupun akhirat. Jadi yang paling menonjol itu di samping merubah kenikmatan Allah tapi juga tidak menerima takdir. Itu kalau berkenaan seperti hidungnya pesek tapi ingin lebih mancung tapi kalau mukanya rusak karena kecelakaan kemudian dioperasi sehingga hidungnya menjadi mancung sekalian misalnya malah tidak apa-apa. Itu kan dalam rangka berobat bukan merubah bentuk, jadi kalau itu tidak apa-apa. Ya memang operasi plastik karena ingin mempercantik diri dan operasi plastik karena berobat dari kecelakaan itu takdir, kecelakaan sendiri itu adalah takdir tapi kecelakaan itu bukan merupakan kesengajaan sebaliknya untuk operasi plastik kosmetik itu merupakan kesengajaan. Artinya dalam keadaan tidak ada apaapa kemudian dirubah itu kan sengaja, kalau kecelakaan mana ada yang mau? Tidak sengaja saja

tidak ada yang mau, jadi itu perbedaannya. Mengkomersialisasikan operasi plastik untuk memperbaiki diri yang seperti Michael Jackson itu tidak disetujui karena sama halnya mengkomersialkan sesuatu yang haram, memang dampak ke masyarakat secara pribadi tidak seberapa, tapi kalau komersialisasi yang menyangkut masyarakat banyak nantinya itu akan lebih berbahaya lagi, seperti pelacuran misalnya, itu secara pribadi tidak apa-apa, tapi kalo sudah menyangkut mudorot masyarakat itu yang menjadi kacau. Jadi secara pribadi tidak apa-apa walaupun itu dikutuk oleh Allah SWT karena dia mengingkari nikmat Allah. Seperti kita sudah memiliki kenikmatan, artinya Tuhan sudah meberikan kenikmatan yang banyak. Kalau kalian menghitung nikmat Allah yang sudah kalian terima, tidak akan bisa. Mulai dari rambut sampai kuku misal jika kuku dan rambut dipotong sakit jadi seperti apa nanti? Kuku dan rambut yang dipotong tidak sakit itu adalah salah satu bentuk kenikmatan. Di dalam AlQuran dinyatakan kalimat yang artinya ingatlah akan nikmat Allah SWT kalau ingin beruntung. Sesuatu yang tidak diajarkan agama Islam itu haram untuk dilakukan baik itu fisik maupun nonfisik. Jadi tidak boleh itu artinya haram, haram itu artinya tidak boleh. Ada seorang dai atau mubalikh yang sedikit-sedikit bilang haram, walaupun itu bener artinya haram tapi dicari kata yang lebih luwes ora entuk, ora entuk itu bahasa arabnya haram. Operasi plastik itu sanksinya dosa karena setiap orang yang melanggar ketentuan Allah itu pasti ada sanksinya. Ingat ceritanya Nabi Adam? Nabi Adam, Siti Hawa, dan iblis saat itu samasama berada di surga. Karena beliau-beliau ini menyelisihi perintah Allah kemudian diusir oleh Allah dari surga, itu akibat dari tidak mengikuti perintah Allah. Disana dikatakan yang artinya,wis kowe manggono ning swarga, mangano sekarepmu, opo sing arep tok pangan, tapi satu jangan mendekati pohon itu. Itu larangan, karena larangan itu dilanggar akhirnya terkena sanksi. Jadi setiap pelanggaran suatu larangan itu pada akhirnya pasti ada sanksinya.

BAB III KESIMPULAN


Tidak semua kalangan dapat menerima operasi plastik, sebagian besar pemuka agama tidak setuju dengan operasi plastik yang hanya dimotivasi oleh hak dan kebebasan pribadi mengubah tubuh. Mereka tidak setuju karena operasi plastik dianggap tidak mensyukuri pemberian Tuhan dan menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Tuhan. Beberapa pemuka agama tidak melarang operasi plastik kosmetik yang tarafnya masih minor, dengan syarat untuk meningkatkan kualitas hidup dan dilakukan dengan motivasi yang baik. Walaupun demikian mereka tidak sepenuhnya mendukung, hanya masih memaklumi selama operasi plastik kosmetik tersebut masih dalam taraf yang wajar. Jadi, mereka tidak melarang, tapi juga tidak menganjurkan karena operasi plastik dengan tujuan kosmetik itu sebenarnya tidak penting. Namun, operasi plastik dengan tujuan medis merupakan suatu pengecualian, semua pemuka agama dengan gamblang memperbolehkan operasi plastik rekonstruktif karena hal tersebut dalam rangka merawat dan mengobati apa yang diberikan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
1. en.wikipedia.org/wiki/Plastic_surgery 2. Pope Paul VI. 1965. Gaudium Et Spes. Vatikan 3. plasticsurgery.about.com

You might also like