You are on page 1of 11

DASAR TEORI PEMANCAR RADIO FM

Komunikasi radio pada dasarnya adalah pertukaran informasi antara dua tempat yang berjauhan. Informasi yang dimaksud di sini adalah sinyal suara, percakapan, musik atau sandi. Akan tetapi, karena keterbatasan kekuatan gelombang suara yang berupa informasi dan lain sebagainya, maka diperlukan sebuah media untuk menumpangkan sinyal informasi tersebut hingga ke lokasi yang tak terjangkau oleh alat sederhana. Pada sistem telekomunikasi radio dibutuhkan adanya pemancar dan penerima. Pemancar digunakan untuk mentransmisikan/menyalurkan informasi yang akan dikirim kepada penerima. Teknik pengiriman menggunakan sarana frekuensi tinggi untuk menyalurkan informasi melalui udara. Pada sistem radio FM (Frequency Modulation), sinyal informasi tidak merubah besar kecilnya jangkauan gelombang frekuensi (amplitudo tetap), akan tetapi merubah besar nilai panjang gelombangnya. Perhatikan gambar berikut ini,

Dari gambar gelombang di atas, nampak bahwa amplitudo frekuensi sinyal pembawa dan output memiliki besar yang sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemancaran gelombang informasi menggunakan sistem frekuensi modulasi memiliki lebar pita yang relatif stabil (fidelitas bandwidht). Keuntungan penggunaan sistem FM dalam radio penyiaran maupun komunikasi antara lain bebas dari pengaruh gangguan udara, bandwidht (lebar pita) yang lebih besar, dan fidelitas yang tinggi. Selain itu, keunggulankeunggulan yang lain dari sistem radio FM bila dibanding radio AM antara lain : 1. Lebih tahan noise Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran radio FM berada pada 88108 MHz. Pada range frekuensi ini bebas gangguan baik atmosfer maupun interferensi yang tidak diharapkan. 2. Bandwidht yang lebih lebar Standar saluran siaran FM menduduki lebih dari 10x lebar bandwidht saluran siaran AM. Ini disebabkan oleh struktur sideband non linear yang lebih kompleks dengan adanya efek-efek (deviasi) sehingga memerlukan bandwidht yang lebih lebar dibanding distribusi linear yang sederhana dari sideband-sideband dalam sistem AM. 3. Fidelitas tinggi Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval 50Hz sampai 15KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah dan respon transien yang bagus sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan menyediakan hubungan radio dengan noise rendah. Karakterisitik yang lain hanyalah ditentukan oleh masalah rancangan perangkatnya saja. 4. Transmisi stereo Dengan spesifikasi saluran yang baik, memungkinkan pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis.

Komponen-Komponen Pemancar FM a. Koker Koker berfungsi untuk mengatur atau menentukan frekuensi pada pemancar radio. Didalam koker juga terdapat ferite yang berfungsi sebagai inti induktor selain itu juga terdapat lilitan induktor yang terdiri dari lilitan primer dan skunder. Cara kerja dari koker adalah memudahkan pencarian gelombang yang kosong. Apabila inti koker di putar ke kanan sampai maksimal maka frekuensi yang di hasilkan osilator makin rendah. Jika pemancar FM menyala, putar inti koker ke kiri sampai desis pada radio FM hilang maka akan didapatkan sinyal yang kuat dan stabil.

b. Induktor Lilitan dari kawat yang dililit dengan hitungan tertentu, dalam hal ini untuk menentukan nilai dari induktor biasanya digunakan meter. Induktor berfungsi sebagai penyesuai impedansi, sehingga keluaran dari impedansi dapat diubah dan sesuai dengan yang diinginkan (match).

c. Transistor Transistor mempunyai 2 sambungan, satu diantaranya adalah emitor dan lainnya basis dan kolektor. Karena inilah sebuah transistor sama seperti dua dioda. ransistor type C1970 biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan 0.8 sampai 1 watt, kalau tidak salah didalam penelitian C1970 bisa menaikan sekitar 8 kali. Pada transistor C1971 bisa digabungkan langsung dari rangkaian Exciter dan maka tegangan 6.5 sampai 7 watt atau bias menaikan sekitar 10 kali. Jika di gabung C1970 dengan C1971 maka keluaran power sekitar 12 watt atau lebih.

d. Rangkaian Exciter Rangkaian exciter terdiri dari osilator dan penyangga. Osilator Inti dari sebuah pemancar adalah osilator. Untuk dapat membangun sistem komunikasi yang baik harus dimulai dengan osilator yang dapat bekerja dengan sempurna. Pada system komunikasi, osilator menghasilkan gelombang sinus yang dipakai sebagai sinyal pembawa. Sinyal informasi kemudian ditumpangkan pada sinyal pembawa dengan proses modulasi.

Penyangga (Buffer) Semua jenis osilator membutuhkan penyangga. Penyangga berfungsi untuk menstabilkan frekuensi dan/atau amplitudo osilator akibat dari pembebanan tingkat selanjutnya. Biasanya penyangga terdiri dari 1 atau 2 tingkat penguat transistor yang dibias sebagai kelas A. Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari exciter adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa dengan satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC. Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat berikutnya.

e. Booster Penguat daya lebih populer disebut Booster. Booster adalah alat yang dipasang melekat pada pemancar radio dan dipergunakan untuk memperkuat daya pancar frekuensi radio ke segala arah yang ingin dituju. Misalnya, untuk pemancar berkekuatan 25 watt yang hanya melingkupi satu desa, Booster dipergunakan agar daya pancar menjadi 50 hingga 100 watt sehingga bisa melingkupi satu kecamatan. Booster umumnya berbentuk kotak kecil yang terkoneksi dengan kabel ke pemancar yang diperkuatnya. Penguat daya terbagi dua. Pertama, penguat daya yang memperkuat sinyal dalam satu siklus penuh, kualitas sinyal paling baik dan harmonis. Kedua, penguat daya yang hanya memperkuat sinyal input kurang dari setengah siklusnya dan menghasilkan gelombang yang rusak dengan frekuensi sama.

f. Antena Antena berfungsi meradiasi dan sekaligus menangkap sinyal radiasi gelombang radio. Antena dibedakan menjadi dua berdasarkan arah pancaran, yaitu: Omnidirectional (segala arah). Antena ini meradiasikan gelombang radio yang sama kuat kesegala arah. Bidirectional (dua arah). Antena ini meradiasikan gelombang radio yang sama kuat ke hanya dua arah. Dua parameter yang perlu diperhatikan pada antena adalah polarisasi dan penguatannya. Secara sederhana, sebuah antena mempunyai polarisasi vertikal jika antenna tersebut diletakan pada posisi tegak lurus terhadap bumi. Antena dengan polarisasi vertikal akan menghasilkan gelombang radio dengan polarisasi vertikal juga. Selain vertikal, ada pula antenna berpolarisasi horizontal, bila bidang antena berposisi sejajar dengan bumi.

g. Saluran Transmisi Saluran transmisi adalah bagian pengantar daya yang dihasilkan pemancar ke antena. Sebagai pengantar daya, saluran transmisi yang baik tidak akan mengurangi daya yang diantarnya dan juga tidak meradiasi, karena meradiasi adalah tugas antena. Agar transfer daya terjadi secara maksimal, maka saluran transmisi juga harus mempunyai karakteristik impendansi yang sama dangan sumber daya beban. Karakteristik impendansi saluran transmisi yang umum adalah 300W (kabel pita pada TV hitam putih), 75W (kabel coaxial pada TV berwarna) dan 50W(kabel coaxial pada peralatan radio amatir). Masih ada beberapa alat penunjang/tambahan untuk pemancar radio, di antaranya sebagai berikut: Power Meter Power Meter adalah alat untuk mengukur daya gelombang. Pada saluran transmisi yang tidak sepadan, selain gelombang datang mengalir pula gelombang pantul. Gelombang datang arahnya dari sumber ke beban (dari pemancar ke antena) sedangkan gelombang pantul dari arah yang sebaliknya (dari antena ke pemancar). Biasanya pada Power Meter terdapat dua skala, satu untuk daya datang dan satu lagi untuk daya pantul. Skala untuk daya pantul lebih kecil dari skala untuk daya datang. SWR Meter SWR (standing wave ratio) Meter atau pengukur perbandingan gelombang tegak digunakan untuk mengukur perbandingan gelombang datang dan gelombang pantul. Sering juga SWR diartikan sebagai nilai perbandingan yang dapat menentukan besarnya daya yang hilang dan daya yang terpancar Sehingga diketahui seberapa sepadan sebuah

sumber dengan beban. Prinsip kerja SWR Meter didasari Power Meter. Jika pada suatu pengukuran hanya terdapat Power Meter, maka SWR dapat dihitung dari daya datang (Pf ) dan daya pantul (Pr) dengan

rumus: SWR = ( Pf + Pr ) (Pf - Pr ). Dari rumus tersebut, pada keadaan sepadan ( Pr = O) akan didapat SWR = 1. Untuk keadaan yang tidak sepadan akan didapatkan SWR > 1. Untuk keadaan yang paling buruk di mana semua daya yang dating dipantulkan kembali ( Pf =Pr ) akan didapatkan SWR = tak terhingga. Dummy Load Agar daya pancar siaran bisa maksimal tetapi efisien, diperlukan suatu beban yang sudah diketahui impendansinya dengan pasti sebagai acuan yang disebut Dummy Load. Dummy Load bebas dari pengaruh frekuensi dan dapat menangani pembuangan daya pancar yang terlalu besar. Impendansi Dummy Load biasanya 50 atau 75 Ohm. DummyLoad dapat dibuat sendiri dengan memasang secara paralel beberapa resistor sehingga diperoleh resistansi dan daya yang diinginkan. Memparalelkan beberapa resistor memperkecil induktansi liar dari resistor tersebut. Sebagai contoh, dapat dipakai resistor karbon 300 Ohm/2 watt sebanyak 6 biji yang dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan Dummy Load dengan daya 12 watt dan impendansi 50 Ohm. Rangkaian dan Diagram Blok Pemancar FM Untuk merencanakan dan membuat alat pemancar, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai blok diagram sistem, sistem kerja dari rangkaian secara

keseluruhan.

Gambar Rangkaian ExciterRangkaian exciter terdiri dari osilator dan penyangga. Pada Rangkaian Exciter ini menggunakan komponen-komponen dengan spesifikasi sebagai berikut: Koker Induktor : L2 = 0.12 H, L3 = 0.12 H, L4 = 0.2 H Transistor: C930 Resistor : 5,6 K, 47 K , 33 K Capasitor : 2.2 nF, 100 nF, 18 pF, 20 pF, 5 pF Trimer : 5 60 pF

Exciter adalah rangkaian yang menghasilkan osilasi, karena pada exciter terdapat osilator yang berfungsi sebagai pembangkit gelombang sinus yang nantinya akan dimodulasikan. Didalam sistem osilator juga terdapat buffer (penyangga) yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi/ modulasi osilator akibat proses pembebanan oleh penguat tingkat selanjutnya.

Gambar Rangkaian Booster Pada Rangkaian Booster ini menggunakan komponen-komponen dengan spesifikasi sebagai berikut: Induktor :L1 = 0.2 mikro Henry. L2 = 0.2 mikro Henry. L3 = 0.085 mikro Henry L4 = 0.04 mikro Henry. L5 = 0.1 mikro Henry. L6 = 0.2 mikro Henry L7 = 0.2 mikro Henry. Transistor 1970 : Vce 10 V Ic 0.1 A 10 180 Trimer : 5 30 pF

Rangkaian booster terdiri dari dua tingkat penguat transistor yang masing-masing bekerja pada kelas C, masing-masing input dan output penguat transistor ini diberi rangkaian penyesuai impedansi. Penguatan tingkat pertama memakai transistor C1970. Rangkaian Penguatan ini mempunyai penguatan daya 9,2dB (8 kali), sehingga dari exciter berdaya 0,25 W seharusnya bisa dihasilkan daya 2 W. Pada kenyataannya dari keluaran penguatan tingkat pertama ini hanya menghasilkan daya 1,75 Watt, hal ini disebabkan adanya kerugian dari rangkaian matching network. Penguatan tingkat kedua memakai transistor C1971. Rangkaian Penguat ini mempunyai penguatan daya 10dB (10 kali). Sehingga daya dari tingkat pertama yang 1,75 W bisa diperkuat menjadi 17,5 W. Pada kenyataannya daya dari

penguatan tingkat kedua hanya mencapai 12,5 Watt. Hal ini disebabkan adanya kerugian dari rangkaian matching network dan keterbatasan dari

transistor C1971. Karena harga dari transistor C1971 relatif mahal maka yang digunakan hanya transistor C1970. Oleh karena itu daya yang dihasilkan oleh pemancar ini tidak mencapai 12 Watt. Karena panas yang dihasilkan kedua transistor cukup besar maka kita memasang pendinginan yang cukup.

You might also like