You are on page 1of 12

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

SKENARIO SUPREMASI HUKUM INDONESIA TAHUN 2025 GUNA AKSELERASI GRAND STRATEGI POLRI 2005-2025 DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI

BABI PENDAHULUAN 1. LatarB elakang Pembangunan nasional merupakan suatu kondisi ideal yang menjadi tujuan utama dari pencapaian cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan mandiri, sehingga tercipta sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang madani. Keniscayaan tersebut bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan, namun juga bukan hal yang mustahil untuk dicapai dengan syarat terwujudnya supremasi hukum. Dalam upaya mewujudkan supremasi hukum, Polri sebagai bagian dari aparat penegak hukum, memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan harapan tersebut, karena dalam pelaksanaan tugasnya di bidang penegakan hukum Polri akan bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, dimana hal ini akan mempengaruhi akselerasi program kerja jangka panjang Polri yang terumuskan dalam Grand Strategi Polri 2005-2025. Grand Strategi Polri 2005-2025 disusun untuk dijadikan pedoman bagi seluruh anggota Polri agar dalam pelaksanaan tugasnya lebih terarah, namun pada kenyataannya kinerja Polri dinilai masih belum sesuai dengan harapan masyarakat, dimana hasil pencapaian pembangunan kepercayaan (trust building) selama 5 (lima) tahun ini kurang menunjukan hasil optimal, padahal saat ini Polri sudah mulai dihadapkan pada program kerja tahap kedua yaitu pembangunan kemitraan (partnership building).

Dengan kondisi ini sudah dapat dipastikan bahwa tantangan dan beban kerja Polri dalam mencapai kesempurnaan (strives for excellence) akan semakin berat. Apabila akselerasi program kerja jangka panjang Polri (Grand Strategi Polri 2005-2025) kurang berhasil, maka perwujudan keamanan dalam negeri yang menjadi tugas dan tanggungjawab Polri akan semakin jauh dari harapan dan dapat berimplikasi pada supremasi hukum. Olah karena itu, merupakan tugas yang sangat berat sekaligus tantangan bagi Polri untuk menjawab keraguan publik tersebut di atas. Mengacu pada kondisi tersebut, maka Polri perlu melakukan langkah- langkah strategis bagi Polri agar peluang untuk mewujudkan keamanan dalam negeri dapat tetap terbuka. 2. Permasalahan Dari uraian latarbelakang tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah diperlukan analisa tajam dalam supremasi hukum di Indonesia tahun 2025 melalui teori scenario learning agar tujuan dari Grand Strategi Polri 2005-2025dapat tercapai, dan keamanandalam negeripun dapat terwujud. 3.Persoalan Dari permasalahan tersebut di atas, maka dapat diinventarisir a. b. c. d. Bagaimana kondisi faktual penegakan hukum di Indonesia? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Bagaimana kondisi ideal penegakan hukum di Indonesia? Bagaimana skenario supremasi hukum di Indonesia tahun 2025 guna akselerasi Grand Strategi Polri 2005-2025 dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri? 4. Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan Naskah Karya Perorangan ini dibatasi pada gambaran situasi penegakan supremasi hukum di Indonesia tahun 2025 guna akselerasi tujuan Grand Strategi Polri 2005-2025 dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri? 5. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, merupakan gambaran awal dari penulisan NKP yang dituangkan dalam latarbelakang, permasalahan, persoalan, dan ruang lingkup penulisan. Bab II : Landasan Teori,merupakan aspek pendukung naskah sekaligus sebagai referensi untuk memperkuat esensi penulisan. Bab III : Kondisi FaktualSupremasi Hukumdi Indonesia, adalah suatu kondisi yang terjadi saat ini menyangkut mekanisme penegakan hukum di Indonesia yang cenderung masih paradoks. Bab IV : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, adalah situasi yang melatarbelakangi terciptanya kondisi ditinjau dari aspek internal dan eksternal. Bab V : Kondisi Ideal Supremasi Hukumdi Indonesia, merupakan suatu kondisi, bagaimana penegakan hukum tersebut dilaksanakan sebagaimana telah diatur oleh undang-undang hukum yang berlaku dengan tujuan terwujudnya supremasi hukum dan Kamdagri. Bab VI : Skenario Supremasi Hukum Di Indonesia Tahun 2025 Guna Mewujudkan Grand Strategi Polri 2005-2025 Dalam Rangka Memelihara Kamdagri, Bab ini akan menjelaskan bagaimana teori Scenario Learning diterapkan dengan tujuan untuk memprediksi kondisi penegakan supremasi hukum yang akan terjadi di tahun 2025 untuk kemudian dijadikan bahan rujukan dan analisa untuk memperkuat keyakinan pengambilan keputusan dan arah kebijakan secara tepat. Bab VII : Penutup,yaitu bagian penutup dari penulisan NKP yang berisi ringkasan dari penulisan naskah yang dituangkan ke dalam Sub-Bab kesimpulan, danRekomendasi sebagai usulan dan masukan dari penulis bagi kemajuan penegakan hukum di Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI

6. Teori Hukum Teori umum tentang hukum yang dikembangkan oleh Hans Kelsen meliputi dua aspek penting, yaitu aspek statis (nomostatic) sebagai perbuatan yang diatur oleh hukum dan aspek dinamis (nomodinamic) sebagai hukum yang mengatur perbuatan tertentu. Menurut Freidmann, dasar esensi dari pemikiran Kelsen tersebut adalah : a. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan. b. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya. c. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif bukan alam. norma hukum. e. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi dengan cara khusus. d. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak hubungannya dengan daya kerja norma-

7. Scenario Learning Scenario learning merupakan pengembangan suatu skenario yang kemudian diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman terkait plausibilitas masa depan serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Skenario itu sendiri mengandung arti suatu proses terkait proyeksi tentang masa depan yang potensial dan merupakan potensi tentang prediksi yang mungkin terjadi namun tidak bersifat ramalan. Suatu proyeksi harus diinterpretasikan sebagai pandangan masa depan berdasarkan informasi spesifik dan asumsi yang logis. Adapun tahapan-tahapan penyusunan skenario antara lain; MenetapkanFocal Concern (FC), mengidentifikasiDri vingFor ce (DF), menganalisis hubungan antar DF, memilih DF yang paling berpengaruh, menyusun Matriks Skenariomenent u ka n Ciri Kunci Setiap Skenario serta menyusun Narasi Skenario.

BAB I I I KONDISI FAKTUAL PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA 8. Gambaran Penegakan Hukum Di Indonesia Perkembangan hukum di Indonesia kini telah memasuki era baru, dimana sistem yang ada sekarang mulai menunjukan perubahan ke arah sistem yang baik dimana hukum diterapkan sebagaimana semestinya. Namun demikian hal ini dianggap belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan masyarakat di bidang hukum, karena masih adanya intervensi yang dilakukan penguasa dalam aplikasi penegakan hukum di Indonesia. Kondisi di atas juga ditegaskan oleh Selo Sumardjan, dalam bukunya Menuju Tata Indonesia Baru, bahwa negara hukum Indonesia selama ini didominasi oleh negara melalui pemerintah. Masyarakat negara hukum Indonesia lebih merupakan suatu State Based Society dari pada Community Based Society dan Negara dan pemerintah masih terlalu dominan dalam menentukan apa yang harus dilakukan oleh hukum dengan segala akibatnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum di Indonesia cenderung bertolak belakang dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tegaknya sebuah negara hukum. berupa: a. Sistem pemerintahan negara belum sepenuhnya didasarkan atas kedaulatan rakyat, karena walaupun Pemilu Presiden telah dilaksanakan secara langsung, namun pada prosesnya masih ada kesan bahwa presiden terpilih haruslah orang-orang yang berasal dari kelompok atau golongan tertentu. b. Adanya pembagian kekuasaan yang belum seimbang dengan check and balances yang kurang jelas dan tegas. c. Kurangnya peran aktif masyarakat atau warga negara dalam mengontrol serta mengawasi jalannya pemerintahan. d. Belum adanya jaminan dan penghormatan serta penghargaan terhadap hak asasi manusia secara utuh. e. Masih adanya unsur intervensi terhadap lembaga peradilan. 9. Peran Polri d alam menegakan hukumdi Indonesia saatini Penegakan hukum yang selama ini telah dilaksanakan Polri secara maksimal telah memunculkan dua sisi yang berbeda. Pada satu sisi seluruh insan Polri pantas berbangga hati bahwa Polri telah berhasil menunjukan prestasi kerja pada dunia internasional, khususnya terkait dengan penanganan jaringan terorisme di Indonesia, dimana kejahatan terorisme merupakan tindakan yang harus diperangi oleh

negara-negara yang menganut sistem demokrasi. Namun di sisi lain Polri juga harus mengakui dan menyadari akan adanya kekurangan dan kelemahan yang ada pada saat ini, dimana hal ini tergambar dari adanya opini negatif dari sebagian masyarakat (melalui informasi media massa), karena adanya beberapa pelanggaran hukum yang justru melibatkan pimpinan dan anggota Polri sendiri, oleh karena itu pembangunan kepercayaan yang diusung Polri selama 5 tahun dianggap kurang memberikan hasil sempurna, dan dengan kondisi tersebut Polri sebagai aparat penegak hukum dinilai belum mampu menunjukan sifat dan sikap profesionalnya. Sementara itu aspek penegakan hukum yang selama ini diemban Polri baru sebatas pelaksanaan tugas, namun belum mampu mengakomodir kepentingan masyarakat di bidang penegakan hukum dengan dalih kepentingan politik penguasa untuk menjaga eksistensi pemerintahannya. Proses penanganan kasuskasus menonjol yang menjadi pusat atensi masyarakat cenderung kurang ditangani secara profesional dimana kasus-kasus mafia peradilan, mafia pajak, mafia peradilan dan lain-lain terkesan tidak menemukan titik temu, seperti kasus Bank century, penggelapan pajak, adanya makelar kasus di tubuh Polri dan sebagainya. Ditinjau dari aspek peraturan perundang-undangan, tidak sedikit aturan hukum atau undangundang hukum pidana di Indonesia yang diadopsi dari hukum yang di buat oleh pemerintah Belanda pada jaman penjajahan, dimana hukum tersebut lebih memihak pada kepentingan penguasa. Kondisi ini tampaknya juga berlaku dalam mekanisme penegakan hukum saat ini, dimana hukum di Indonesia belum seutuhnya mengakomodir kepentingan publik, dan lebih banyak memihak kepada kepentingan politik pemerintah. Menyimak kondisi ini jelaslah sudah bahwa undang-undang di Indonesia sudah tidak lagi sesuai dan relevan dengan perkembangan lingkungan strategik yang terjadi saat ini, dimana pengetahuan hukum masyarakat pun kian meningkat.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 10. Faktorinternal a. Kekuatan 1) Adanya Undang-Undang No. 2 tahun 2002, untuk mempertegas tugas, fungsi dan wewenang Polri dalam memelihara Kamdagri. 2) Telah disusunnya Grand Strategi Polri tahun 2005-2025, untuk dijadikan pedoman kerja jangka panjang Polri ke depan. 3) Tercapainya prestasi penegakan hukum di bidang terorisme. b. Kelemahan 1) Lemahnya kompetensi aparat penegak hukum (Polri) dalam menangani kasus-kasus yang menjadi atensi publik. 2) Masih adanya aparat penegak hukum yang terlibat pelanggaran hukum dan penyalahgunaan wewenang. 3) Masih adanya perilaku diskriminatif dalam menegakan hukum. 11. Faktor Eksternal a. Peluang 1) Adanya pengawasan eksternal (DPR, LSM, pemerhati Polri, Kompolnas, BPK, dan masyarakat) terhadap kinerja Polri. 2) Adanya komitmen pemerintah untuk menjadikan Polri sebagai aparat penegak hukum yang Profesional, bermoral dan modern. 3) Meningkatnya pengetahuan dan wawasan masyarakat di bidang hukum, sehingga masyarakat memahami hak dan kewajibannya. b. Kendala 1) Lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hokum khususnya kepada Polri. 2) Adanya peraturan yang tumpang tindih dan tarik ulur kewenangan antara Polri dengan lembaga penegak hukum lainnya. 3) Masih adanya undang-undang yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan lingkungan strategik di bidang hukum

BABV

KONDISI IDEAL PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA 12. Penegakan hukum yang diharapkan Di dalam sistem hukum atau penegakan hukum terdapat3 (tiga) aspek penting untuk terwujudnya supremasi hukum, yaitu;Pertama, adanya struktur dan institusi hukum, yang meliputi kekuasaan penyidikan, penuntutan, kekuasaan kehakiman dan bantuan hukum yang dilakukan oleh kejaksaan, kepolisian kehakiman dan advokat/pengacara.K edua, adanya budaya hukum, dimana hal tersebut harus mampu direfleksikan melalui perilaku-perilaku yang hidup dan berkembang dalam masyarakat yang demokratis, transparan, partisipatif dan dapat dipertanggungjawabkan yang mendukung dimensi keadilan dalam penegakan hukum.K eti ga, yaitu adanya substansi hukum itu sendiri, dimana hal tersebut harus memuat unsur-unsur norma yang dapat mendukung fungsi dan bekerjanya sistem hukum dengan standar yang berlaku secara universal/internasional. Selain hal di atas, dalam sistem kekuasaan politik dijelaskan bahwa, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mendukung tegaknya negara hukum adalah: a. Adanya sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat, dimana bentuk-bentuk pelaksanaannya dilakukan melalui Pemilu guna memilih orang-orang yang akan duduk di dalam pemerintahan (eksekutif dan legislatif). b. c. d. e. Adanya pembagian kekuasaan yang seimbang atau check and balances yang jelas dan tegas. Adanya peran aktif masyarakat atau warga negara sebagai kontrol sosialuntuk turut serta mengawasi jalannya pemerintahan. Adanya jaminan dan penghormatan serta penghargaan terhadap hak asasi manusia. Adanya lembaga peradilan yang bebas dari intervensi manapun dan mandiri.

Dengan demikian apabila penataan hukum di Indonesia telah memenuhi kriteria tersebut di atas, maka negara hukum yang didambakan akan terwujud.

13.

Peran Polri sebagai p enegak hukum yangdiharapkan

Prestasi Polri di bidang penegakan hukum sudah selayaknya dipertahankan, bahkan harus terus ditingkatkan, karena hal ini merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kepercayaan dunia internasional bahwa bangsa Indonesia memiliki komitmen kuat untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang menjunjung tinggi supremasi hukum. Dalam rangka menyempurnakan pencapaian prestasi tersebut, maka pimpinan yang memiliki kewajiban untuk menentukan kemajuan organisasi Polri perlu melakukan berbagai pembenahan dan perbaikan terhadap sistem dan metode yang dianggap memiliki kelemahan dan kekurangan agar mampu merubah stigma negatif yang terlanjur berkembang di sebagian masyarakat menjadi sebuah pujian. Hal untuk dapat merubah pandangan masyarakat tersebut adalah dengan menunjukan sikap dan perilaku yang profesional dalam pelaksanaan tugas, bermoral guna menghindari setiap tindakan yang bertentangan dengan norma hukum yang berlaku dan modern dalam memanfaatkan kemajuan teknologi guna mendukung pelaksanaan tugas, dalam hal ini bidang penegakan hukum. Untuk mengakselerasikan pembangunan kepercayaan publik kepada Polri, maka Polri harus mampu menunjukan komitmennya terhadap organisasi, artinya bahwa Polri harus dapat menunjukan sosok yang peka terhadap setiap aspirasi yang disampaikan masyarakat dan menindaklanjutinya berdasarkan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan kebijakan Kapolri, bahwa seluruh anggota Polri dari mulai tingkat pimpinan hingga bawahan yang mengawaki Polri harus mampu menangani setiap kasus yang menjadi perhatian publik, karena hal ini akan menjadi core business bagi superioritas organisasi Polri di masyarakat maupun terhadap peningkatan dukungan pemerintah. Sebagaimana telah diulas bahwa sebagian dari perangkat hukum perundang- undangan pidana Indonesia diadopsi dari hukum undang-undang peninggalan jaman penjajahan Belanda, oleh karena itu sudah selayaknya Polri perlu melakukan pendekatan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara maupun instansi penegak hukum berwenang lainnya untuk melakukan amandemen terhadap undangundang yang tidak lagi relevan dengan perkembangan era reformasi.

BABVI SKENARIO SUPREMASI HUKUM INDONESIA TAHUN 2025 GUNA AKSELERASI GRAND STRATEGI POLRI 2005-2025 DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI 14. Program akselerasi Grand Strategi Polri 2005-2025dalam rangka mewujudkan keamanandalam negeri Sebagai pengemban tugas-tugas kepolisian yang meliputi pemeliharaan Kamtibmas, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat hingga terwujudnya keamanan dalam negeri, maka seluruh program dan kebijakan Polri haruslah tetap mengacu kepada Grand Strategi Polri (2005 -2025), yang dirumuskan dalam tiga tahapan prioritas kerja Polri secara gradual yaitu sebagai berikut: a. b. c. Tahap I :T rus t Building (2005 - 2009). Keberhasilan Polri dalam menjalankan tugas memerlukan dukungan masyarakat dengan landasan kepercayaan (trust). Tahap II :P ar t ne r s hip Building (2010 - 2014). Merupakan kelanjutan dari tahap pertama, di mana perlu dibangun kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang terkait dengan pekerjaan Polri. Tahap III : Strive for Excellence (2015 - 2025). Membangun kemampuan pelayanan publik yang unggul dan dipercaya masyarakat. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan pelayanan Polri yang optimal dapat diwujudkan. 15. Scenario Learning Menyikapi perkembangan lingkungan strategik yang terjadi begitu cepat, menyebar dan menyeluruh, maka Polri mulai mengambil langkah-langkah strategis guna mewujudkan keamanan dalam negeri. a. Menetapkan Focal Concern Supremasi Hukumdi Indonesia Tahun 2025

11
b. Mengidentifikasi

Driving Forces

1) Peraturan Perundang-Undangan 2) Aparat penegak hukum


3)

Sistem dan metode Hukum


4)

Komitmen pemerintah/DPR. 5) Sarana prasarana hukum


6)

Budaya hukum masyarakat c. Analisa Hubungan Antar Driving Forces d.


Menentukan

Driving forces

Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat 2 (dua) aspek hubungan antar Driving Forces yang berpengaruh diantaranya yaitu: 1) Aparat Penegak Hukum 2) Komitmen Pemerintah/DPR FC : Supremasi Hukum di Indonesia Th 2025
Budaya Hukum Masy

Sistem &

Metode Hukum
Komitmen Pemerintah/ DPR Aparat Penegak Hukum

Peraturan Per-UU
Sarana Prasarana Hukum

You might also like