Professional Documents
Culture Documents
Para ulama telah merumuskan suatu kaidah dalam syariat, yang disebut
dengan dua hukum asal, yakni hukum asal ibadat dan hukum asal muamalat.
kecuali yang ada petunjuknya dalam Al-Qur an atau sunnah. Karena itu, masalah-
masalah ibadat sudah diatur rinci tata caranya, sehingga tidak diperbolehkan lagi
melakukan penambahan dan atau perubahan (bid ah). Sedangkan hukum asal
Dalam bidang muamalah, hal-hal yang rinci, detail dan teknis tidak
diatur, tetapi diserahkan pada manusia melalui proses ijtihad. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah, Antum a lamu bi umuuri dunyakum . Yang artinya kalian lebih
kekayaan, harta dan tasharurruf : jual beli (al buyu ), sewa-menyewa (al-ijarah),
31
Adiwarman A. Karim, loc.cit.
32
Ibid.
19
20
meminjam barang, wadi ah, luqathah, ghasab, qismah, syarika, kitabah, serta
hukum asal muamalat. Hal ini karena berdasarkan pengertian hukum asal
diharamkan.34
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara
yang sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurangi (ditipu) karena ada suatu yang unknown to one party (keadaan
dimana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak
33
Abd. Shomad, Karakteristik Ilmu Fiqh Muamalah , Juridika, Vol. 20 No. 2, Maret-
April 2005, (selanjutnya disingkat Abd. Shomad I) h.101.
34
Adiwarman A. Karim, op.cit., h.29.
35
Ibid, h.30
21
lain) baik dalam hal kuantitas, kualitas, harga maupun waktu penyerahan.
Hal ini agar para pihak kemudian tidak merasa tertipu sehingga
memunculkan perasaan tidak rela. Unknown to one party ini dalam bahasa
Riba Fadl, Riba Nasiah dan Riba Jahiliyah), Maysir/judi (suatu permainan
yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung beban pihak yang
Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haram li dzatihi maupun
haram li ghairihi, belum tentu serta merta menjadi halal. Masih ada
tersebut tidak sah atau tidak lengkap. Suatu transaksi dapat dikatakan tidak sah
22
dan/atau tidak lengkap akadnya, bila terjadi salah satu (atau lebih) faktor-
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam transaksi. Pada umumnya,
rukun terpenuhi maka akad menjadi sah. Akad menjadi batal apabila rukun
(ikrah) atau penipuan (tadlis). Selain rukun, faktor yang harus ada supaya
berlakunya rukun. Menurut mahzab Hanafi, bila rukun sudah dipenuhi tapi
Ta alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling berkaitan,
maka berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua. Dalam hal ini
Two in one adalah kondisi dimana suatu transaksi diwadahi oleh dua akad
yang harus digunakan. Dalam terminologi fiqh kejadian ini disebut dengan
shafqatain fi al-shafqah. Two in one terjadi bila faktor objek sama, pelaku
Didalam Al Qur an term riba dapat dipahami dalam delapan macam arti
meningkat (rising), menjadi besar (being big), dan besar (great), dan juga
digunakan dalam pengertian bukit kecil (hillock), walaupun istilah riba tampak
dalam beberapa makna, namun dapat diambil satu pengertian umum yaitu
menjelaskan bahwa para ahli fiqh berbeda pendapat dalam pendefinisian riba.
tanpa adanya imbalan pembeli dan penjual di dalam tukar menukar. Menurut
golongan Imam Syafi i riba adalah transaksi dengan imbalan tertentu yang tidak
36
Ibid, h.32
37
Abdullah Saeed, loc.cit.
24
hampir sama dengan definisi Imam Syafi i hanya berbeda pada Illatnya yakni
pada transaksi tidak kontan pada bahan makanan yang tidak tahan lama. Sedang
menurut golongan Hambali, riba adalah tambahan yang diberikan pada barang
tertentu yakni barang yang ditukar atau ditunda dengan jumlah yang berbeda.
Sehingga Abu Sura i Abdul Hadi menyimpulkan bahwa riba adalah tambahan
yang diberikan oleh debitur kepada kreditur atas pinjaman pokoknya, sebagai
menjelaskan bahwa pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang
dimaksud riba dalam qur ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya
1. Riba Fadl
Riba Fadl disebut juga riba buyu yaitu riba yang timbul akibat pertukaran
mengandung gharar, yaitu ketidakjelasan bagi kedua belah pihak akan nilai
menimbulkan tindakan zalim terhadap salah satu pihak, kedua pihak dan
pihak-pihak lain.
38
Abd. Shomad, Membincang Riba dan Akad di Bank Syariah , Juridika, Vol. 19
No. 1, Januari-Pebruari 2004, (selanjutnya disingkat Abd. Shomad II) h.22.
39
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h 37
40
Adiwarman A. Karim, op.cit., h.36.
25
2. Riba Nasiah
Riba Nasiah disebut juga riba duyun yaitu riba yang timbul akibat utang
piutang yang tidak memenuhi kreteria untung muncul bersama risiko (al
ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi
dhaman). Padahal dalam bisnis selalu ada kemungkinan untung dan rugi.
bentuk kezaliman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Hasyr
ayat 18 dan surat Luqman ayat 34: dan seseorang itu tidak mengetahui apa
3. Riba Jahiliyah.
Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman
kaidah Kullu Qardin Jarra Manfa atan Fahuwa Riba (setiap pinjaman yang
transaksi yang semula diniatkan sebagai transaksi kebaikan tidak boleh diubah
Haitsami: "Bahwa riba itu terdiri dari tiga jenis, yaitu riba fadl, riba al
41
Didalam Al-Qur an surat Al- Hasyr ayat 18 dan didalam Al-Qur an surat Luqman
ayat 34.
26
yaitu riba al qard. Beliau juga menyatakan bahwa semua jenis ini
di Makkah, kemungknan besar pada tahun IV atau V Hijriah (614/615 M).44 Pada
tahap ini berisi pendahuluan untuk pengharaman, yaitu menolak anggapan bahwa
SWT.45 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 39, Dan,
sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada sisi Allah.
Dan, apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
melipatgandakan (pahalanya) .46 Pada tahap ini, para mufassir klasik berpendapat
bahwa makna riba disini adalah pemberian (gift). Walaupun kemudian istilah riba
yang diartikan dengan arti pemberian (gift) tidak tampak pada masa sebelum
digambarkan sebagai sesuatu yang buruk. Allah SWT mengancam akan memberi
42
Muhammad Syafi I Antonio, op.cit., h 42 dikutip dari Az Zawqir Ala Iqliraaf al
Kabaair vol. 2 h. 205
43
Muhammad Syafi I Antonio, op.cit., h.48
44
Abdullah Saeed, op.ci.t, h.34.
45
Ibid.
46
Dalam Al-Qur an surat Ar-Ruum ayat 39
47
Abdullah Saeed, op.cit., h.35.
27
balasan yang keras kepada orang yahudi yang memakan riba. Dalam surat An-
Tahap ketiga dilarang riba yang keji, riba diharamkan dikaitkan kepada
suatu tambahan yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa
pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang
banyak dipraktikkan pada masa tersebut. Allah berfirman, Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah
kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan .49 Ayat ini harus
dipahami bahwa kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya
riba tetapi ini merupakan sifat umum dari praktik pembungaan uang pada masa
apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang
48
Dalam Al-Qur an surat An-Nisaa ayat 160-161
49
Dalam Al-Qur an surat Ali-Imran ayat 130
50
Muhammad Syafi I Antonio, op.cit., h.49
51
Ibid, h.50
28
juga dalam hadits. Hal ini sebagaimana merujuk posisi umum hadits yang
berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan melalui Al-
Qur an.53 Apabila dalam Al-Qur an terminologi riba digunakan dalam konteks
berupa pinjaman atau pembayaran jual beli yang ditangguhkan.54 Beberapa hadits
petunjuk diri-Nya. (mereka itu adalah) peminum arak, pemakan riba, pemakan
ibu-bapaknya .55
2. Nabi saw bersabda, Riba adalah tujuh puluh dosa; dosanya yang paling
ringan adalah (sama dengan) dosa orang yang berzina dengan ibunya .56
3. Jabir berkata bahwa Rasulullah saw mengutuk orang yang menerima riba,
orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang
52
Dalam Al-Qur an surat Al Baqarah ayat 278-279.
53
Muhammad Syafi I Antonio, op.cit., h.59
54
Abdullah Saeed, op.cit., h.53.
55
Hadist Rasul diriwayatkan oleh Abu Hurairah
56
Hadits Rasul diriwayatkan oleh Ibn Majah
57
Hadits Rasul diriwayatkan oleh Muslim no 2995, kitab al-Masaqqah.
29
4. Nabi bersabda, emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, gerst dengan gerst (semacam gandum yang dipakai untuk campuran
bir), kurma dengan kurma, garam dengan garam, dapat ditukar dengan cara
suka sama suka, kadar yang sama, secara langsung dari tangan ke tangan. Jika
jenis komoditi yang ditukarkan berbeda, maka lakukan transaksi itu sesuai
yang kamu ingini, jika dalam melakukan transaksi tersebut dilakukan secara
saw masih menekankan sikap Islam yang melarang riba, Ingatlah bahwa
kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu.
Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba
harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak
pakar ekonomi masa lalu telah mengembangkan berbagai teori tentang bunga,61
1. Adam Smith dan David Richardo sebagai penganut teori bunga klasik
58
Hadits Rasul diriwayatkan oleh Muslim, Shahih, V, h.44.
59
Muhammad Syafi I Antonio, op.cit., h.51
60
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta
(selanjutnya disingkat Muhamad II), h.14.
61
Ibid.
30
penghutang kepada pemilik uang sebagai jasa atas keuntungan yang diperoleh
dari uang pinjaman, mereka berpendapat bahwa akumulasi uang adalah akibat
tersebut.oleh karena itu bunga sebagai harapan balas jasa atas tabungan
2. N.W Senior sebagai pelopor teori bunga abstinens, berpendapat bahwa bunga
3. A. Lerner sebagai penganut teori bunga the loanable funds theory of interest
bunga bukan sebagai harga atau balas jasa atas tabungan tapi bersifat
(Interest/fa idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang
62
Ibid, h.15.
63
Ibid, h.15.
64
Ibid, h.17.
65
Ibid.
31
berhasil atau tidak dan apakah ia akan sanggup membayar tambahan dari
pinjaman itu.
tertutup kemungkinan suatu saat jumlah seluruh kewajiban yang harus dibayar
Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat diantara para ulama
mengenai bunga bank, bunga bank itu termasuk riba atau bukan. Kalau termasuk
riba tentu bunga bank itu haram. Baik bunga kredit (pinjaman) maupun bunga
para penabungnya.68
kontroversial diantara para ahli hukum dan ilmuwan muslim. Kontroversi yang
utama berkisar mengenai masalah apakah Islam melarang riba atau bunga
66
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga
(interest/fa idah).
67
Muhamad, Managemen Bank Syariah, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP
YKPN, Yogyakarta, 2002, (selanjutnya disingkat Muhamad III), h.57.
68
Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Daud Dahlan, Bunga Bank Halal atau Haram?,
http://www.alidrisiyyah.com/mambo/index.php?option=com_content&task=category§ionid=3
&id=5&Itemid=35.
32
(interest), ataukah Islam melarang pembebanan dan pembayaran dari kedua hal
selama sebelum era Islam, tetapi tidak melarang bunga (interest) dalam sistem
130 yang melarang penggandaan pinjaman melalui proses yang usurious dan
tidak adanya hadits yang melarang bunga menurut sistem keuangan modern.
yang berdasarkan bunga diangap sah. Bunga menjadi dilarang secara hukum
apabila jumlah yang ditambahkan pada dana yang dipinjamkan luar biasa
sebagai bunga (interest) maupun usury. Setiap imbalan yang telah ditentukan
tertunda atas pinjaman adalah riba yang disebut riba nasi ah, dan oleh karena
dengan tegas menyatakan bahwa riba al nasi ah mengacu pada pinjaman yang
69
Sutan Remi Syahdeni, op.cit., h.9
33
dikenal didalam sistem perbankan modern. Menurutnya pula bahwa tidak ada
terhadap pokok, atau ditetapkan suatu jumlah yang mutlak harus dibayar
dimuka atau pada waktu jatuh temponya atau ditetapkan suau pemberian atau
jasa yang diterima sebagai suatu syarat bagi pinjaman itu. Pandangan ini juga
berpendapat bahwa riba juga berarti kelebihan yang diperoleh atas pertukaran
antara dua atau lebih barang yang sejenis yang berlangsung di pasar yang
disebut dengan riba Al-Fadl. Islam melarang riba Al-Fadl karena Islam bukan
melainkan juga yang inherent dengan semua bentuk pertukaran yang tidak
Pandangan ini melarang bunga bank dengan dalih bahwa prinsip keuangan
satu pihak kepada pihak yang lain merupakan pelanggaran hukum. Islam tidak
Bunga bank merupakan salah satu sumber dari sekian banyak sumber
70
Asy-Syekh Al-Akbar Muhammad Daud Dahlan, loc.Cit.
34
harganya.
3. Bunga bank berkecenderungan untuk menindas. Hal ini dapat dilihat tatkala
hal ini bank berperan sebagai penindas dan pemeras karena nasabah
71
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h.ix
35
terutama pada saat krisis moneter dan ekonomi dilanda kelesuan. Kesenjangan
seperti yang ditegaskan kaidah fiqhiyah hukum terhadap suatu hal merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari cara pandang dan informasi yang sampai
2. Nash-nash Qur ani dan sunnah nabawiyah yang berkaitan dengan riba
dan simpan pinjam sahabat, demikian juga larangan praktik pembungaan uang
stempel saja.
diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan
36
secara adil, seperti transaksi jual beli, gadai, sewa atau bagi hasil.72
Secara konseptual antara riba dan bunga tidak jauh berbeda, oleh karena
itulah kemudian keluar fatwa MUI yang melarang transaksi yang menggunakan
sistem bunga karena prinsipnya praktek pembungaan uang yang terjadi saat ini
telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rosulullah SAW.73
Kemudharatan sistem bunga sehingga dikategorikan sebagai riba karena ada unsur
bagi pihak yang melakukan peminjaman dengan bunga.74 Hal ini karena
tercela tersebut. Dengan demikian praktek pembungaan uang ini termasuk salah
karenanya tidak boleh ada pertentangan (khilafiyah), tidak ada syubhat, dan
karenanya pula maka tidak ada peluang bagi ijtihad.76 Nash yang mengharamkan
final atas dasar keyakinan dari yang mengeluarkan atas kebenarannya, setelah
72
Ibid, h.38
73
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga
(interest/fa idah).
74
Muhamad III, op.cit., h.61.
75
Muhammad Syafi i Antonio, loc.Cit.
76
Abd. Shomad II, op.cit., h.24
77
Ibid, h.25
37
melakukan pengkajian tentang Al-Qur an dan As-Sunnah serta wacana para ulama
terdahulu.78
Sekalipun ayat-ayat dan hadist riba sudah jelas dan shahih, masih saja
syara (Allah dan RasulNya) bukan pengertian sehari-hari terhadap istilah ini.
darurat adalah suatu keadaan emergency dimana jika seseorang tidak segera
dispensasi darurat ini harus sesuai dengan metodologi ushul fiqh terutama
merumuskan kaidah darurat itu harus dibatasi sesuai kadarnya . Darurat itu
2. Hanya bunga yang berlipat ganda saja dilarang, sedangkan suku bunga yang
Ada pendapat bahwa bunga hanya dikategorikan riba bila sudah berlipat ganda
Pendapat ini berasal dari pemahaman yang keliru atas Surat Ali Imran ayat
78
Ibid, h.21
79
Sutan Remi Syahdeni, op.cit., h.54
80
Muhammad Syafi I Antonio, op.cit., h.55.
38
130 yang artinya; hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan
riba dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kalian kepada Allah supaya kalian
mendapat keberuntungan. Sepintas, surat Ali Imran 130 ini memang hanya
menyeluruh, akan sampai pada kesimpulan bahwa riba dalam segala bentuk
dan jenisnya mutlak diharamkan. Kriteria berlipat-ganda dalam ayat ini harus
dipahami sebagai hal atau sifat dari riba, dan sama sekali bukan merupakan
syarat. Syarat artinya kalau terjadi pelipat-gandaan, maka riba, jikalau kecil
tidak riba. Menanggapi hal ini, Abdullah Draz, dalam salah satu konverensi
fiqh Islami di Paris tahun 1978 menegaskan kerapuhan asumsi syarat tersebut.
2 kali lebih besar dari semula. Sementara adalah bentuk jamak dari kelipatan
tadi. Minimal jamak adalah 3. Dengan demikian berarti 3×2=6 kali. Sementara
dalam ayat adalah ta kid untuk penguatan. Dengan demikian menurut beliau,
bahasa, minimum harus 6 kali atau bunga 600 %. Secara operasional dan nalar
sehat angka itu mustahil terjadi dalam proses perbankan maupun simpan-
pinjam. Menanggapi pembahasan Q.S. Ali Imran ayat 130 ini Syaikh Umar
bin Abdul Aziz Al Matruk, menegaskan adapun yang dimaksud dengan ayat
sebagai dalil, sama sekali tidak bermakna bahwa riba harus sedemikian
39
banyak. Ayat ini menegaskan tentang karakteristik riba secara umum bahwa ia
umum dari riba dalam terminologi syara (Allah dan rasul-Nya). Perlu
Ali Imran 130 sangatlah menyimpang baik dari siyaqul kalam, konteks antar-
pembungaan uang serta praktek riba pada masa itu. Secara sederhana, jika kita
terbalik jikalau berlipat ganda dilarang, maka kecil boleh; jikalau tidak
Sebagai contoh jika ayat larangan berzina kita tafsirkan secara mafhum
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Diharamkan
bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah. Janganlah mendekati zina! Yang dilarang
adalah mendekati, berarti perbuatan zina sendiri tidak dilarang. Demikian juga
disebutkan secara eksplisit. Apakah berarti tulang, lemak, dan kulit babi halal.
pembahasan. Di atas itu semua harus pula dipahami sekali lagi bahwa ayat 130
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun ke 3 H. Ayat ini harus dipahami
bersama ayat 278-279 dari surat Al Baqarah yang turun pada tahun ke 9 H.
Para ulama menegaskan bahwa pada ayat terakhir tersebut merupakan ayat
sapu jagat untuk segala bentuk, ukuran, kadar, dan jenis riba.81
Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa ketika ayat riba turun dan
disampaikan di Jazirah Arabia, belum ada bank atau lembaga keuangan, yang
Bank Lippo, atau lembaga keuangan yang lain tidak terkena hukum taklif
karena pada saat Nabi hidup belum ada. Pendapat ini jelas memiliki banyak
kelemahan, baik dari sisi historis maupun teknis. Hal ini karena:
i. Adalah tidak benar pada zaman pra-Rasulullah tidak ada badan hukum
ii. Dalam tradisi hukum, perseroan atau badan hukum sering disebut sebagai
81
Ibid, h.56
41
terlarang tidaklah sama, lembaga mafia jauh lebih besar dan berbahaya.
Alangkah naifnya bila kita menyatakan apa pun yang dilakukan lembaga
mafia tidak dapat terkena hukum taklif karena bukan insan mukallaf.
jauh lebih besar dan berbahaya. Demikian juga dengan lembaga keuangan,
lintah darat yang mencekik rakyat kecil. Bedanya, rentenir dalam skala
masyarakat modern untuk paling tidak membawa mereka kepada pelaksanaan dua
1. Prinsip At Ta awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara
82
Ibid, h.58
83
Forum Studi Tafsir Salafy, Bank Syariah Sebagai Lembaga Keuangan Yang
Mengacu Pada Syariat Islam, http://naqsya.wordpress.com/2007/07/08/j-bank-syariah-sebagai-
lembaga-keuangan-yang-mengacu-pada-syariat-islam/.
42
dan ketaqwaan, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran .84
Qur an: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi syariah (pihak
terkait) adalah: 87
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
(ketidakjelasan/samar-samar).
84
Dalam Al-Qur an surat Al Maa idah ayat 2
85
Dalam Al-Qur an surat An Nisaa ayat 29
86
Muhammad Budi Setiawan, loc.cit.
87
Ibid.
43
ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha
tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah
kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian
( Bagi hasil adalah perjanjian kontraktual antara dua pihak atau lebih,
harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya
penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan
Secara umum dalam prinsip bagi hasil ada empat akad utama yaitu al
88
Ach. Bakhrul Muchtasib, Konsep Bagi Hasil Dalam Perbankan Syariah,
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/435/KONSEP_BAGI_HASIL_DALAM_PERBANKAN_S
YARIAH
89
Humayon A. Dar dan John R. Presley, loc.cit.
90
Ach. Bakhrul Muchtasib, loc.cit.
91
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h.90
44
musyarakah atau syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
Syirkah terdiri dari dua jenis, yaitu syirkah al milk dan syirkah al
apabila dua atau lebih orang secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama
atas suatu kekayaan, syirkah ini tercipta karena warisan dan/atau wasiat.95
untuk membuat suatu perjanjian, syirkah ini tercipta dengan cara kesepakatan, tiap
orang dari mereka memberikan modal dan sepakat berbagi untung dan rugi.96
Syirkah al- uqud terdiri dari empat akad yaitu syirkah al-inan, syrikah
92
Ibid.
93
Ibid, h.90.
94
Trisadini Prasastinah Usanti, Bahan Ajar Perkuliahan Hukum Perbankan Syariah,
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, (selanjutnya disingkat Trisadini Prasastinah Usanti III), 14
April 2008.
95
Ibid.
96
Ibid.
97
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h 92
98
Trisadini Prasastinah Usanti III, loc.cit.
45
adalah persekutuan dua orang atau lebih dalam modal dan keuntungannya dengan
syarat besar modal masing yang disertakan harus sama, hak melakukan tindakan
hukum terhadap harta syirkah harus sama dan setiap anggota adalah penanggung
dan wakil dari anggotanya.99 Syirkah a amaal adalah bentuk kerjasama antara dua
orang yang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama-sama dan berbagi
keuntungan dari pekerjaan itu.100 Syirkah wujuh adalah persekutuan dua orang
atau lebih dengan modal harta dari pihak luar untuk mengelola modal bersama-
kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
suatu kontrak dimana suatu kekayaan (property) atau persediaan (stock) tertentu
(Ras Al-mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya (Rab Al-mal) kepada
pihak lain untuk membentuk kemitraan (joint partnership) yang diantara kedua
99
Ibid.
100
Ibid.
101
Ibid.
102
Muhammad Syafi i Antonio, loc.cit.
103
Ibid, h. 95
46
pihak dalam kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk
disebut mudharib.104
mudharabah hanyalah pandangan pribadi hasil ijtihad para ahli hukum Islam
anjuran untuk melakukan usaha.107 Hal ini nampak dalam ayat-ayat dan hadits
berikut ini:
1. Al-Qur an
... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
108
karunia Allah SWT....
2. Al-Hadits
104
Sutan Remi Syahdeni, op.cit., h.29
105
Abd. Shomad, Akad Mudharabah Dalam Perbankan Syariah , Yuridika, Vol 16
No. 4, Juli-Agustus 2001, (selanjutnya disingkat Abd. Shomad III), h 365
106
Ibid, h 364
107
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h.95
108
Dalam Al Qur an surat Al Muzzammil ayat 20
109
Dalam Al Qur an surat Al Jumu ah ayat 10
110
Dalam Al Qur an surat Al Baqarah 198
47
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tiga
memiliki rukun dan syarat.113 Agar akad itu sah maka harus memenuhi rukun dan
syarat tersebut.114 Menurut mahzab Hanafi, apabila rukun sudah terpenuhi tetapi
syarat tidak dipenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga akad tersebut
adukkan.115
yaitu:116
111
Hadits Rasul diriwayatkan oleh Tabrani
112
Hadits Rasul diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no 2280, Kitab at-Tijarah
113
Abd. Shomad III, op.cit., h.367
114
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
115
Adiwarman A Karim, op.cit., h 47
116
Ibid, h 205
48
4. Nisbah keuntungan.
1. Modal berbentuk tunai, tidak boleh dalam bentuk barang karena barang tidak
dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian
(gharar) besarnya modal mudharabah.117
2. Modal tidak boleh dalam bentuk hutang, karena berarti tanpa setoran modal
shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah
bekerja.118
3. Modal harus diketahui dengan jelas jumlah dan jenisnya agar dapat dibedakan
antara modal yang diperdagangkan dengan keuntungan yang dibagikan untuk
kedua belah sesuai kesepakatan.119
4. Keuntungan yang menjadi bagian pekerja dan pemilik modal harus jelas
prosentasenya.120
117
Ibid, h 206
118
Ibid.
119
Abd. Shomad III, op.cit., h 367
120
Ibid.
121
Ibid.
122
Abd. Shomad et al., Profit Loss Sharing Principle Dalam Hukum Ekonomi Islam ,
Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, 2000, (selanjutnya disingkat Abd.
Shomad IV), h. 33.
49
Shahibul maal tidak dapat menentukan bagaimana modal itu harus dikelola,
karena akan membuat pengelola usaha tidak dapat menguasai modal secara
maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
123
Abd. Shomad III, op.cit., h.368.
124
Ibid.
125
Adiwarman A. Karim, op.cit., h. 212.
50
selain berbagi dalam untung juga berbagi dalam rugi. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari akad mudharabah yang tergolong dalam akad kemitraan.
Pembagian kerugian tidak didasarkan pada nisbah tapi berdasarkan porsi modal
berupa hilangnya kerja, usaha dan waktu yang telah ia curahkan untuk
Akan tetapi hal ini tidak berlaku apabila kerugian terjadi karena
harus bertanggung jawab atas kerugian itu sebesar bagian kelalaiannya sebagai
sanksi dan tanggung jawabnya. Hal ini karena mudharib telah menimbulkan
126
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
127
Ibid, h 368
128
Adiwarman A. Karim, op.cit., h.207
129
Ibid, h.210.
51
kerugian akibat kelalaian dan perilaku zalim terhadap harta orang lain yang telah
dipercayakan kepadanya.130
mudharabah tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan.131
Shahibul maal tidak dapat meminta jaminan dari pihak mudharib untuk
bersifat kerjasama dengan modal kepercayaan antara shahibul maal dan mudharib
Tabel 1
130
Ibid, h 209
131
Adiwarman A. Karim, op.cit., h. 208.
132
Abdullah Saeed, op.cit., h. 97.
133
Sutan Remi Syahdeni, op.cit., h. 34.
134
M. Nadratuzzaman Hosen, Konsultasi Finansial, http://www.niriah.com/konsultasi/
52