You are on page 1of 34

PANDUAN KONSTRUKSI

Panduan Konstruksi Prasarana

2007
Daftar Isi Aneks 2
PANDUAN KONSTRUKSI PRASARANA

Bab 1 Pendahuluan .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 1
C. Sasaran............................................................................................. 2
D. Ketentuan Umum ............................................................................. 2
E. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ........................................................ 3
F. Pengendalian Kegiatan ..................................................................... 3

Bab 2 Penyusunan Proposal ............................................................... 5


A. Penyusunan Proposal Prasarana di Tingkat KKP .............................. 5
B. Penyusunan Proposal Prasarana di Tingkat Komite Desa .................. 8
C. Pengelolaan Proposal Prasarana di Kantor Distrik............................. 9
D. Pengelolaan Proposal Prasarana di Kantor Pusat............................... 11

Bab 3 Tahap-tahap Kegiatan Prasarana................................................. 12


A. Pengadaan Air Bersih ....................................................................... 12
B. Saluran Air Lingkungan (Drainage) .................................................. 14
C. Septic tank Komunal ........................................................................ 15
D. Gorong-gorong Plat Beton ................................................................ 15
E. Jalan Poros/Lingkungan................................................................... 15
F. Tempat Pembuangan Sampah Sementara.......................................... 16

Bab 4 Spesifikasi Teknis Pekerjaan dan Material..................................... 18


A. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Pendukung ........................................... 18
B. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Utama .................................................. 21
C. Spesifikasi Teknis Material................................................................ 27

Daftar Isi Aneks 2


Bab 1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rangkaian gempa bumi dan gelombang tsunami pada 26 Desember 2004 yang lalu, telah
menimbulkan kerusakan yang luar biasa, khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias.
Ratusan ribu jiwa meninggal dan ratusan ribu jiwa lainnya yang selamat masih berada ditempat-
tempat pengungsian. Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami tersebut bukan saja telah
menghancurkan rumah-rumah mereka, akan tetapi bencana tersebut juga telah menghancurkan
seluruh tatanan kehidupan sosial, mata pencaharian, sarana dan prasarana pendukung yang ada.
UN-HABITAT dengan program ANSSP nya telah mengalokasikan sejumlah dana untuk
membangun kembali rumah-rumah masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias. Selain
itu, ANSSP juga telah mengalokasikan sejumlah dana infrastruktur desa untuk memperbaiki dan
mengembalikan tatanan sosial dan lingkungan pemukiman di Nanggroe Aceh Darussalam dan
Nias. Kedua-dua bentuk dana tersebut sifatnya adalah bantuan hibah.
Jumlah alokasi dana infrastruktur desa untuk masing-masing desa/kelurahan adalah dihitung
berdasarkan jumlah total rumah yang direkonstruksi dan juga yang direhabiliatasi oleh UN-
HABITAT/ANSSP di desa/kelurahan tersebut, di mana setiap satu rumah di Aceh Besar, Banda
Aceh dan Pidie akan memperoleh dana infrastruktur untuk desa/kelurahannya sebesar US
$490.00. Sedangkan untuk desa/kelurahan di Simeulu dan Nias akan memperoleh sebesar US
$560.00.
Meskipun pada dasarnya masyarakat memiliki kebebasan untuk mengidentifikasi keutuhan
prasarana yang kan mereka bangun, namun untuk pelaksanaan ANSSP, kebebasan tersebut harus
dikelola di dalam batas-batas dana yang tersedia. ANSSP UN-HABITATmenyarankan kepada
masyarakat untuk memilih prioritas-prioritas berikut. Hanya jika kebutuhan prasarana yang
masuk ke dalam prioritas di bawah ini telah disediakan oleh lembaga lain, maka dana ANSSP
dapat digunakan untuk kebutuhan prasarana yang lain.
1. Pengadaan Air (Water Supply)
2. Saluran Air Lingkungan/Drainage (SPAL, Saluran Sekunder)
3. Septictank Komunal
4. Jembatan Kecil Melintasi Saluran Air (Gorong-gorong Plat Beton)
5. Jalan Poros/Lingkungan (telford, sirtu, rabat beton)
6. Tempat Pembuangan Sampah Sementara Desa/Lingkungan
Selain penggunaan dana prasarana yang telah disebutkan di atas, ANSSP juga menyediakan dana
operasional bagi organisasi masyarakat di tingkat desa/kelurahan sebesar 3% dari total alokasi
dana infrastruktur desa tersebut. Organisasi masyarakat yang dimaksud tersebut adalah Komite
Desa. Sedangkan Panitia Perencanaan tingkat desa/kelurahan, Tim Pengelola Gudang (jika ada),
dan Tim Pengawas (TP) akan memperoleh sejumlah alokasi dana tertentu dari Komite Desa
sesuai kesepakatan dalam musyawarah warga di masing-masing desa/kelurahan tersebut. Tim
Pengawas (TP) yang dibentuk dalam musyawarah warga bertugas dan bertanggung jawab secara
penuh kepada warga untuk mengawasi seluruh proses pelaksanaan dan aktifitas dari program
ANSSP dalam desa/kelurahan tersebut.

B. TUJUAN

1. Persamaan pandangan, pemikiran dan konsep dalam penggunaan dana hibah infrastruktur
desa.
2. Membantu masyarakat memberikan pemikiran untuk memaksimalkan skala prioritas,
tepat sasaran dan efektif terhadap kepentingan masyarakat.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 1 / 32


3. Membantu mempercepat pemulihan sarana dan prasarana masyarakat desa.
4. Sebagai petunjuk praktis pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan infrastruktur desa

C. SASARAN

1. Fasilitator UN-HABITAT
2. Komite Desa
3. Kelompok Kerja Prasarana (KKP)
4. Masyarakat
5. Pemerintah Daerah
6. Organisasi/Institusi Terkait

D. KETENTUAN UMUM

1. Pengendalian Mutu
(a) Bilamana penyediaan suatu laboratorium lapangan atau peralatan laboratorium tidak
secara khusus dinyatakan sebagai bagian dari cakupan pemasokan dalam nota
kesepahaman, maka fasilitas pengendalian mutu atau pelayanan laboratorium untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan pengendalian mutu dari masing-masing spesifikasi, harus
dipasok melalui laboratorium yang diketahui dan disetujui oleh UN-HABITAT/ANSSP.
(b) Seluruh biaya laboratorium ditanggung oleh dana infrastruktur desa yang bersangkutan.

2. Program Kesiapan Kerja


(a) Program Kesiapan Kerja secara terperinci merupakan syarat utama yang harus
dilampirkan dalam proposal pengajuan dana infrastruktur desa.
(b) Program Kesiapan Kerja ini merupakan rincian teknis pekerjaan darurat, seperti
pembuatan jembatan darurat atau pembuatan jalan alih sementara/darurat untuk
mendukung kelancaran pekerjaan utama.
(c) Program Kesiapan Kerja juga harus menguraikan secara terperinci sehingga pekerjaan
tersebut terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas kendaraan. Hal ini juga mencakup
pengendalian lalu lintas dan cuaca yang buruk selama periode dimana pekerjaan yang
sedang dikerjakan sangat peka terhadap kerusakan.

3. Pekerjaan Pembersihan
(a) Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin
lingkungan kerja dipelihara bebas dari akumulasi bahan bangunan, sampah ataupun
kotoran-kotoran lainnya.
(b) Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan tempat penampungan sampah selama periode
pekerjaan dilaksanakan.
(c) Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pembersihan akhir pada saat penyelesaian dan
penyerahan pekerjaan, dimana lingkungan pekerjaan yang ditinggalkan tersebut harus
besih dan rapi
(d) Seluruh permukaan tanah harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul
harus dibuang
(e) Pelaksana Pekerjaan harus memahami dampak lingkungan yang mungkin akan terjadi
akibat kegiatan konstruksi serta cara penanggulangannya.
(f) Dampak lingkungan dan cara penanggulangannya harus diserahkan kepada team UN-
HABITATdan masyarakat desa selambat-lambat 2 (dua) minggu setelah persetujuan
penerimaan tawaran pekerjaan.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 2 / 32


E. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Tahap Perencanaan
(a) Penetapan jenis pekerjaan yang jelas, spesifik dan mencakup jenis, nama, tempat serta
ukuran pekerjaan, yang berdasarkan:
Hasil perumusan prioritas
Perencanaan program jangka pendek
(b) Melaksanakan survey dan pengukuran teknis terhadap jenis pekerjaan yang telah diajukan,
dengan memperhatikan:
Lokasi dan lingkungan pekerjaan
Kondisi lingkungan pekerjaan
Area tempat penimbunan material
Jalan masuk untuk mengangkut material
(c) Pembuatan gambar teknik, meliputi:
gambar denah
gambar tampak
potongan
detail, yang dilengkapi dengan keterangan ukuran dimensi, bahan/material dan lain-
lain.
(d) Perhitungan volume dan rencana anggaran kerja, yang berdasarkan:
Survai harga satuan bahan/alat/upah
Survai sumber bahan
Gambar teknik

2. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan


(a) Tahap persiapan
Mengatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota
Mengatur pengadaan bahan/material serta tenaga kerja sesuai kebutuhan dan
spesifikasi pekerjaan
(b) Tahap konstruksi
Mengupayakan kelangsungan dan kelancaran pengadaan bahan/material serta
keselamatan dan kesejahteraan pekerja.
Mengupayakan efesiensi pengunaan bahan/material dan tenaga dengan pencapaian
kualitas pekerjaan yang maksimal.
Mengupayakan ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan

F. PENGENDALIAN KEGIATAN

1. Pengendalian Kualitas Bahan


(a) Pastikan bahan sesuai spesifikasi yang diberikan.
(b) Pastikan volume bahan.

2. Pengendalian Konstruksi
(a) Konstruksi harus sesuai gambar dan dimensinya.
(b) Pastikan volume konstruksi sesuai gambar.
(c) Jika terjadi perubahan, harus disepakati dan dibuat Berita Acara Revisi.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 3 / 32


3. Pengendalian Mutu Pekerjaan
(a) Pengendalian mutu fisik/konstruksi sesuai spesifikasi pekerjaan.
(b) Pengendalian administrasi dan dokumentasi berdasarkan prosentase kemajuan pekerjaan
mulai dari 0% sampai 100% secara teratur dan berkala.

4. Pengendalian Keuangan
(a) Pembayaran pekerjaan harus sesuai dengan jadwal kemajuan pekerjaan.
(b) Pembayaran pengadaan bahan/material sesuai dengan jadwal dan jumlah yang
ditentukan.
(c) Pembayaran pengerahan tenaga kerja sesuai rencana dan jumlah yang telah ditetapkan.
(d) Pembayaran pengunaan alat harus sesuai dengan jumlah dan produktifitas yang telah
ditetapkan.

G. PEMELIHARAAN

Tujuan dari kegiatan pemeliharaan adalah (a) untuk menjamin terpeliharanya serta
keberlangsungan fungsi prasarana tersebut, dan (b) untuk meningkatkan fungsi kelembagaan
masyarakat dalam mengelola dan memeliharana sarana dan prasarana yang ada.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 4 / 32


Bab 2. PENYUSUNAN PROPOSAL

(Materi bab ini adalah ringkasan Buku Panduan ANSSP Volume 3. Perencanaan Detil Teknis
Perumahan dan Prasarana, Bab 3. Perencanaan Detil Proyek Prasarana)
Kegiatan pembangunan prasarana diawali dengan penyusunan perencanaan desa dengan
pendekatan ommunity Action Planning (CAP). Setelah CAP selesai, umumnya masyarakat memulai
konstruksi di bidang perumahan terlebih dahulu, baru kemudian di bidang prasarana. Hal ini
terjadi karena pada kenyataanya kebutuhan rumah dirasakan paling mendesak oleh seluruh
masyarakat korban bencana.
Setelah pembangunan perumahan selesai, atau hampir selesai, masyarakat memulai kembali
merencanakan secara teknis pembangunan prasarana. Hal ini diawali dengan melakukan
Musyawarah Desa 4 (MD-4) yang membahas agenda-agenda berikut ini.
▪ Penjelasan tentang tujuan musyawarah dan hasil-hasil MD-2 dan MD-3.
▪ Penjelasan tentang jumlah (indikatif) dana prasarana yang disediakan ANSSP UN-
HABITAT) dan prinsip serta tata cara penggunaannya.
▪ Peninjauan ulang CAP, terutama Data Dasar Desa dan Prioritas Kebutuhan Prasarana.
▪ Penetapan rincian tugas, peran, dan tanggung jawab pelaksana pembangunan.
▪ Pembentukan dan pemilihan anggota Kelompok Kerja Prasarana (KKP).
▪ Penetapan rencana kerja tindak lanjut (RKTL).
Selesai pelaksanaan MD-4, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan anggota KKP untuk
memberikan ketrampilan dan kemampuan dalam hal manajemen konstruksi prasarana secara
umum, dan secara khusus untuk penyusunan proposal prasarana. Langkah-langkah teknis dalam
Penyusunan Proposal dan Pengajuan Dana Prasarana adalah sebagai berikut.

H. PENYUSUNAN PROPOSAL PRASARANA DI TINGKAT KELOMPOK KERJA PRASARANA (KKP)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan proposal prasarana oleh KKP adalah sebagai
berikut.
1. Pertemuan/Diskusi Tingkat Desa. Kegiatan ini antara lain bertujuan untuk membahas hal-hal
berikut ini.
(a) Mengkaji ulang jenis-jenis prasarana yang akan dilaksanakan setelah dilakukan uji publik.
(b) Penyepakatan pembagian dan rincian tugas, peran, dan tanggung jawab setiap anggota
KKP.
(c) Penyusunan dan penetapan rencana kerja tindak lanjut (RKTL).

PENTING DIPERHATIKAN...!!!

Kumpulkan dan lengkapi format-format yang merupakan hasil dari MD-4, yaitu:
Format P/KKP-2: Daftar Pelaksana Pembangunan Prasarana,
Format P/KKP-3: Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Pembangunan Prasarana,
Format P/KKP-4: Berita Acara dan Daftar Hadir Musyawarah Desa 4 (MD-4).

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 5 / 32


2. Penetapan dan pembuatan design prasarana
Kegiatan ini bertujuan membuat disain dan gambar detail yang akan digunakan untuk
pelaksanaan konstruksi. Ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tim teknis UN-
HABITAT. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
(a) Melaksanakan survai dan pengukuran teknis terhadap jenis pekerjaan prasarana yang akan
diajukan, dengan memperhatikan:
Lokasi dan lingkungan pekerjaan prasarana,
Ketinggian air atau elevasi, terutama untuk pembangunan jalan dan drainage,
Kondisi lingkungan pekerjaan prasarana,
Area tempat penimbunan material,
Jalan masuk untuk mengangkut material,
Dimensi dan ukuran detail setiap jenis prasarana.
(b) Pembuatan gambar teknik, meliputi:
Gambar Denah.
Gambar Tampak.
Gambar Potongan.
Gambar Detail yang dilengkapi keterangan ukuran dimensi dan material.
(c) Perhitungan volume dan rencana anggaran biaya, yang berdasarkan:
Survai harga satuan bahan/alat/upah.
Survai sumber bahan bangunan.
Survai tukang/pekerja.
Gambar teknik.
2. KKP mengisi format lembar periksa kelengkapan dokumen dan format permohonan
persetujuan proposal. (Format P/KKP-1: Lembar Periksa Dokumen Kegiatan Prasarana
Tingkat KKP, dan Format P/KKP-5: Permohonan Persetujuan Proposal).
Setelah semua format tersebut diisi, maka draft Proposal Pengajuan Pembangunan Prasarana telah
bisa diajukan ke Komite Desa. Meskipun demikian, sebelum diajukan periksalah kembali
kelengkapan isi proposal. Secara lengkap, format-format yang harus dilampirkan oleh KKP
dalam proposal pengajuan prasarana, seperti terlampir dalam matriks Aneks 2.2.1 di bawah.

PENTING DIPERHATIKAN...!!!

Lakukan pengecekan lokasi, jika perlu lakukan pengukuran ulang untuk lokasi proyek.
Lakukan juga survai harga. Kemudian masukkan hasilnya ke dalam format-format di
bawah ini;
Format P/KKP-6: Rencana Anggaran dan Biaya Pembangunan Prasarana,
Format P/KKP-8: Perbandingan Harga Material, dan
Format P/KKP-10: Peta Desa dan Lokasi Proyek Prasarana.
Diskusi intensif dengan Tim ANSSP UN-HABITAT diperlukan untuk langkah ini...!!!
Selain itu, diskusi juga secara intensif dengan Tim ANSSP UN-HABITAT untuk pengisian
format-format berikut:
Format P/KKP-7: Jadwal Pelaksanaan dan Pengawasan,
Format P/KKP-9: Rencana Operasional dan Pemeliharaan, dan
Format P/KKP-11: Disain Detail Prasarana.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 6 / 32


Matrik Aneks 2.2.1.
Jenis-jenis Format dalam Proposal Prasarana Tingkat KKP
No Kode
Judul Format
Format
1 --- Cover
2 P/KKP-1 Lembar Periksa Dokumen Kegiatan Prasarana Tingkat KKP
3 P/KKP-2 Daftar Pelaksana Pembangunan Prasarana
Tugas dan Tanggungjawab Pelaksana Pembangunan
4 P/KKP-3
Prasarana
5 P/KKP-4 Berita Acara dan Daftar Hadir Musyawarah Desa 4 (MD-4)
6 P/KKP-5 Permohonan Persetujuan Proposal
7 P/KKP-6 Rencana Anggaran dan Biaya Pembangunan Prasarana
8 P/KKP-7 Jadual Pelaksanaan & Pengawasan
9 P/KKP-8 Perbandingan Harga Material
10 P/KKP-9 Rencana Operasional dan Pemeliharaan
11 P/KKP-10 Peta Desa dan Lokasi Proyek Prasarana
12 P/KKP-11 Desain Detail Infrastruktur
13 P/KKP-12 Berita Acara dan Daftar Hadir Musyawarah Desa 5 (MD-5)

3. Mintalah Komite Desa untuk menyelenggarakan Musyawarah Desa (MD-5), khusus untuk
membahas draft Proposal Pengajuan Prasarana dan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan serta
pelaksanaan pembangunan prasarana.
Musyawarah Desa (MD-5) diselenggarakan oleh Komite Desa untuk membahas persiapan
proyek prasarana komunitas, dan dihadiri oleh sebanyak mungkin warga yang diharapkan
benar-benar merupakan representasi dari seluruh kelompok yang ada di desa tersebut.
Pastikan bahwa warga yang biasanya terpinggirkan seperti wanita, jompo, cacat, kelompok
termiskin, dll, terwakili dalam MD-5. Agenda yang dibahas dalam Musyawarah Desa (MD-5)
adalah sebagai berikut.
(a) Penjelasan tentang tujuan musyawarah dan hasil-hasil MD-4,
(b) Presentasi draft proposal prasarana oleh masing-masing KKP,
(c) Pembahasan, pengesahan, dan penandatanganan (plus perintah revisi jika ada) atas draft
proposal prasarana tingkat KKP,
(d) Penyusunan rencana pelaksanaan proyek,
(e) Penyusunan rencana transparansi dan monitoring dan pemilihan Tim Monitoring,
(f) Penetapan rencana kerja tindak lanjut (RKTL).

PENTING DIPERHATIKAN...!!!

Selama dan setelah melakukan Musyawarah Desa (MD-5), lakukan hal berikut;
Daftar Hadir Peserta dan Foto Kegiatan.
Buat Berita Acara Musyawarah Desa (gunakan FORMAT UMUM-4: BERITA ACARA MD)
Lakukan UJI PUBLIK, dengan cara menempelkan hasil-hasil MD-5 di tempat-tempat
yang biasa didatangi masyarakat (gunakan FORMAT UMUM-5: UJI PUBLIK MD).

4. Mesukkan hasil kesepakatan dan keputusan MD-5 ke dalam Format P/KKP-12: Berita
Acara dan Daftar Hadir Musyawarah Desa 5 (MD-5).
5. Lakukan Uji Publik hasil kesepakatan dam keputusan yang dihasilkan dalam proses
Musyawarah Desa 5 (MD-5). Uji publik dilakukan minimal selama 7 hari.
6. Seiring pelaksanaan masa Uji Publik, setiap KKP melanjutkan kerjanya, yaitu;

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 7 / 32


(a) Merevisi proposal prasarana sesuai hasil MD-5 (jika terjadi revisi dan perbaikan selama proses
Musyawarah Desa 5),
(b) Membuka rekening KKP di BRI Unit terdekat. Setiap rekening minimal harus
ditandatangani oleh tiga orang Pengurus KKP dan minimal dua orang saksi yang berasal
dari anggota KKP.
(c) Fotocopy buku rekening yang telah dibuat sebagi bahan lampiran untuk proposal.
7. Selanjutnya, KKP melengkapi persyaratan administrasi lain, sebagai bahan lampiran untuk
penandatangan kontrak kerjasama pelaksanaan proyek prasarana.
Î Gunakan Format KONTRAK-2: Kesepakatan Pelaksanaan Proyek Prasarana
8. Mengisi dan melengkapi format-format yang ada di dalam Dokumen Permohonan Pencairan
Dana Prasarana, seperti terlihat dalam matriks di bawah ini.

Matrik Aneks 2.2.2.


Jenis-jenis Format dalam Dokumen Permohonan Pencairan Dana Prasarana
No Kode Judul Format
Format
1 --- Cover
2 P/DANA-1 Lembar Periksa Dokumen Pencairan Dana Prasarana
3 P/DANA-2 Surat Permohonan Pencairan Dana
4 P/DANA-3 Form Permohonan Pencairan Dana (setiap KKP)
5 P/DANA-4 Form Monitoring Kemajuan Fisik Pekerjaan (setiap KKP)
6 P/DANA-5 Form Monitoring Penggunaan Dana (setiap KKP)
7 P/DANA-6 Foto Kemajuan Pekerjaan (setiap KKP)
Catatan:
a. Perhatikan bahwa tidak semua form diisi oleh KPR.
b. Catat juga bahwa dokumen ini akan dipakai kembali pada saat pencairan dana berikutnya.
9. Setelah seluruh format yang menjadi kewajiban KKP untuk mengisinya selesai diisi, KKP
menyerahkan dokumen tersebut kepada Komite Desa. Isi dan tandatangani formulir Berita
Acara Serah Terima Dokumen Proposal Prasarana.

PENTING UNTUK DIPERHATIKAN...!!!

1. Untuk melengkapi panduang tentang pembuatan disain prasarana, lihat Lampiran ... Disain
Gambar Pekerjaan Prasarana
2. Untuk melengkapi panduan tentang pencairan dana, lihat Lampiran ... Target Pencairan Dana

I. PENYUSUNAN PROPOSAL PRASARANA DI TINGKAT KOMITE DESA


Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan proposal prasarana oleh Komite Desa
adalah sebagai berikut.
1. Periksa kembali proposal dan seluruh dokumen pendukung yang diserahkan oleh setiap KKP.
2. Setelah lengkap, terima, simpan, tanda tangani Berita Acara Serah Terima Dokumen Proposal
Prasarana dari KKP.
3. Setelah lengkap seluruh seluruh proposal beserta dokumen pendukungnya dari semua KKP,
selanjutnya Komite Desa bekerja mengkompilasi dokumen proposal prasarana tersebut
menjadi Proposal Prasarana Tingkat Desa.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 8 / 32


4. Susun dan lengkapi format-format yang harus dilampirkan oleh Komite Desa dalam proposal
pengajuan prasarana tingkat desa, seperti terlampir dalam tabel di bawah ini.

Matrik Aneks 2.2.2.


Jenis-jenis Format dalam Proposal Prasarana Tingkat Desa
Kode
No Judul Format Catatan
Format
1 --- Cover
2 P/DESA-1 Lembar Periksa Dokumen Prasarana Tingkat
Desa
3 P/DESA-2 Data Dasar Desa Hasil MD-4
4 P/DESA-3 Berita Acara dan Daftar Hadir MD-4 MD-4
5 P/DESA-4 Rencana Implementasi Proyek Hasil MD-5
6 P/DESA-5 Rencana Monitoring dan Transparansi Hasil MD-5
7 P/DESA-6 Peta Tata Gampong Baru Hasil Review pada MD-
4
8 P/DESA-7 Rencana Aksi Komunitas Hasil Review pada MD-
4
9 P/DESA-8 Berita Acara dan Daftar Hadir Review CAP MD-4
10 P/DESA-9 Berita Acara dan Daftar Hadir Persetujuan MD-5
Proyek
5. Sebelum diajukan cek dan periksa kembali kelengkapan isi proposal sekali lagi, setelah seluruh
dokumen terisi, serahkan kepada Fasilitator. Isi dan tandatangani formulir Berita Acara Serah
Terima Dokumen Proposal Prasarana dari Komite Desa. Setelah Proposal Prasarana Desa
diterima oleh fasilitator, kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan proposal di tingkat kantor
UN-HABITAT. Secara teknis pengelolaan proposal prasarana desa terbagi dalam dua level.

J. PENGELOLAAN PROPOSAL PRASARANA DI KANTOR DISTRIK


1. Fasilitator mengecek kelengkapan dan kebenaran data dalam proposal-proposal tersebut. Jika
masih ada data yang kurang benar atau format yang belum terisi, Fasilitator kembali ke
lapangan untuk meminta masyarakat melengkapinya. Jika sudah benar dan lengkap,
Fasilitator membubuhkan tanda tangan lalu menyerahkannya kepada Spesialis.
2. Spesialis mengecek kelengkapan dan kebenaran data dalam proposal-proposal tersebut. Jika
masih ada data yang kurang benar atau format yang belum terisi, Spesialis mengembalikannya
kepada Fasilitator untuk melengkapinya. Jika sudah benar dan lengkap, Spesialis
membubuhkan tanda tangan lalu menyerahkannya kepada Manajer Distrik.
3. Manajer Distrik meminta Admin Assistant untuk mengecek kelengkapan administrasi
proposal-proposal tersebut dengan cara mengisi Format R/Dana-1: Lembar Periksa
Dokumen Pencairan Dana. Jika belum lengkap, kembalikan kepada Spesialis.
4. Jika sudah lengkap, maka cek kembali dan pisahkan proposal-proposal berdasarkan nilainya
menjadi tiga kelompok.
(a) KELOMPOK A, untuk proposal prasarana yang bernilai di bawah USD 25,000
(b) KELOMPOK B, untuk proposal yang bernilai antara USD 25,000 sampai dengan USD
70,000

5. Untuk proposal KELOMPOK A, ikuti prosedur penanganan berikut ini.


(a) Bentuklah Komite Lokal Persetujuan Kontrak (KLPK) atau Local Committee for
Contracts Approval (LCCA). KLPK adalah tim khusus di tingkat distrik yang yang akan
mengevaluasi dan menilai kelayakan proposal prasarana yang diajukan masyarakat.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 9 / 32


(b) KLPK beranggotakan 11 orang berikut.
Manajer Distrik
Tiga orang Spesialis senior dari tiga bidang (CD, CA, CE)
Tiga orang Fasilitator senior dari tiga bidang (CD, CA, CE) yang tidak bertugas di
desa dari mana proposal berasal.
Wakil UNDP (atau lembaga UN lainnya jika UNDP tidak ada).
Dua orang wakil Kantor Pusat ANSSP UN-HABITAT.
Koordinator KOMITE DESA yang tidak berasal dari desa dari mana proposal berasal.
(c) Krimkan daftar nama anggota KLPK tersebut ke Programme Manager ANSSP UN-
HABITATuntuk disetujui. Catat bahwa untuk setiap desa harus ada satu KLPK karena
harus ada nama Fasilitator dan Koordinator KOMITE DESA yang tidak berasal dari desa
tempat asal proposal yang akan dibahas.
Î Gunakan Format P/Eval-1: Daftar Anggota Komite Lokal Persetujuan Kontrak
(d) Sementara menunggu persetujuan Daftar Anggota KLPK dari Kantor Pusat, fotokopilah
dokumen Proposal Prasarana dari masing-masing desa sebanyak 11 kali.
(e) Setelah persetujuan Daftar Nama Anggota KLPK diterima dari Kantor Pusat ANSSP UN-
HABITAT, Admin Assistant Kantor Distrik mengirimkan undangan kepada para anggota
KPLK dan Komite Desa darimana proposal berasal untuk menghadiri Sidang KPLK.
Undangan harus dilampiri dengan fotokopi proposal prasarana yang akan dibahas.
Undangan sudah harus diterima masing-masing anggota KLPL selambatnya satu minggu
sebelum tanggal sidang. Wakil Komite Desa tempat asal proposal yang akan dibahas
diundang untuk mempresentasikan proposal mereka.
(f) Selenggarakan sidang KLPK untuk mengevaluasi proposal prasarana yang diterima.
Agenda sidang adalah sebagai berikut.
Pembukaan
Perkenalan dan penjelasan tujuan sidang
Presentasi proposal oleh wakil Komite Desa
Pembahasan proposal oleh KLPK berdasarkan ukuran-ukuran berikut: (a) kelayakan
manajemen, (b) kelayakan teknis, (c) kelayakan keuangan, (d) kelayakan lingkungan, dan (e)
transparansi plus akuntabilitas.
Keputusan KLPK terdiri dari beberapa kemungkinan, yaitu (a) ditolak sehingga tidak
bisa diajukan kembali, (b) diperbaiki, dan (c) diterima. KLPK harus memberikan
arahan yang cukup dalam berita acara mengapa ditolak, mengapa diperbaiki dan apa
yang harus diperbaiki.
Î Gunakan Format P/Eval-2: Hasil Evaluasi Kelayakan Proposal Prasarana.
(g) Untuk proposal yang DITOLAK, proposal dikembalikan ke desa bersangkutan dan tidak
bisa diajukan lagi. Untuk proposal yang DIPERBAIKI, proposal dikembalikan ke desa
bersangkutan untuk diperbaiki.
(h) Untuk proposal yang DITERIMA, ikuti prosedur berikut.
Manajer Distrik meminta Admin Assistant untuk menyiapkan Format P/Dana-2:
Surat Permohonan Pencairan Dana.
Admins Assistant menyerahkan seluruh dokumen kepada Manajer Distrik untuk
ditandatangani. Setelah ditandatangani, Admin Assistant memfotokopi seluruh
dokumen (termasuk hasil Sidang KLPK). Satu set dokumen asli dikirimkan ke Kantor
Pusat ANSSP UN-HABITAT(termasuk hasil Sidang KLPK), satu set forokopi
dokumen diserahkan kepada Data Entry.
Setelah selesai dientry ke komputer, Data Entry menyerahkan seluruh dokumen
kepada Fasilitator terkait.
Admin Assistant secara berkala mengecek ke Kantor Pusat proses pencairan dana dari
Kantor Pusat ke rekening KKP dengan menanyakannya kepada staf Field Coordinator
atau kepada staf Keuangan.
6. Untuk proposal KELOMPOK B, ikuti prosedur penanganan berikut ini;

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 10 / 32


(a) Manajer Distrik meminta Admin Assistant untuk menyiapkan Surat Pengantar Dokumen
ke Programme Manager.
(b) Admins Assistant menyerahkan seluruh dokumen kepada Manajer Distrik untuk
ditandatangani. Setelah ditandatangani, Admin Assistant memfotokopi seluruh dokumen.
Satu set dokumen asli dikirimkan ke Kantor Pusat ANSSP UN-HABITAT, satu set
forokopi dokumen diserahkan kepada Data Entry.
(c) Setelah selesai dientry ke komputer, Data Entry menyerahkan seluruh dokumen kepada
Fasilitator terkait.
(d) Pada saat bersamaan, Kantor Pusat akan memprosesnya sesuai dengan penjelasan di
bawah.

K. PENGELOLAAN PROPOSAL PRASARANA DI KANTOR PUSAT


Kantor Pusat ANSSP UN-HABITATakan memproses dua jenis dokumen berikut.

1. Dokumen Proposal KELOMPOK A


(a) Sekretaris menerima dan mencatat penyerahan proposal dari Kantor Distrik.
(b) Sekretaris menyerahkan dokumen proposal tersebut kepada Field Coordinator.
(c) Field Coordinator memerintahkan staf Field Coordinator untuk mengecek kelengkapan
dan kebenaran data. Jika belum lengkap, staf Field Coordinator akan menghubungi
Kantor Distrik untuk meminta melengkapi data. Jika sudah lengkap:
Membuat Lembar Disposisi untuk ditandatangani Field Coordinator.
Memisahkan dokumen menjadi dua: (a) dokumen yang memerlukan tanda tangan
Programme Manager diserahkan untuk ditandatangani Programm Manager beserta
Lembar Disposisi yang telah ditandatangani Field Coordinator, (b) dokumen yang
tidak memerlukan tanda tangan Programme Manager disimpan di arsip.
Setelah membubuhkan tanda tangan di dokumen proposal terkait, Programme
Manager membubuhkan tandatangan di Lembar Disposisi dan menyerahkannya
kembali kepada staf Field Coordinator.
Staf Field Coordinator lalu membawa Lembar Disposisi (yang telah ditandatangani
Programme Manager) kepada Project Management Officer (PMO) dan memasukkan
kembali bagian dokumen proposal ke arsip terkait.
(d) PMO memerintahkan staf Keuangan untuk mentransfer dana dari rekening UN-
HABITATdi BRI ke rekening KPR di bank yang sama.

2. Dokumen Proposal KELOMPOK B


(a) Sekretaris menerima dan mencatat penyerahan proposal dari Kantor Distrik.
(b) Sekretaris menyerahkan dokumen proposal tersebut kepada Field Coordinator.
(c) Field Coordinator memerintahkan staf Field Coordinator untuk mengecek kelengkapan
dan kebenaran data. Jika belum lengkap, staf Field Coordinator akan menghubungi
Kantor Distrik untuk meminta melengkapi data. Jika sudah lengkap, maka prosedur
berikutnya mengikuti pedoman berikut ini.
Î Gunakan Format P/Eval-3: Prosedur Standar Pembangunan Prasarana di Atas
USD 25,000

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 11 / 32


Bab 3. TAHAP-TAHAP KEGIATAN PRASARANA

Sesuai dengan program dan sasarannya, selain mengalokasikan sejumlah dana untuk membangun
perumahan, ANSSP juga mengalokasikan sejumlah dana infrastruktur desa untuk memperbaiki
dan mengembalikan tatanan sosial dan lingkungan pemukiman yang keduanya merupakan
bantuan dana yang sifatnya bantuan hibah. Prioritas prasarana/infrastruktur yang akan didanai
dalam program ANSSP adalah:
ƒ Pengadaan Air Bersih (Water Supply)
ƒ Saluran Air Lingkungan/Drainage (SPAL, Saluran Sekunder/Tersier)
ƒ Septictank Komunal
ƒ Jembatan Kecil Melintasi Saluran Air (Gorong-gorong Plat Beton)
ƒ Jalan Poros/Lingkungan (telford, sirtu, rabat beton)
ƒ Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Desa/Lingkungan
Dalam pelaksanaan pembangunan kontruksi prasarana, di bawah ini akan diuraikan tahap-tahap
kegiatan berdasarkan masing-masing jenis prasarana sesuai dengan prioritas prasarana program
ANSSP.

A. PENGADAAN AIR BERSIH (WATER SUPPLY)

1. Sumber Air dari Air Hujan


(a) Pengolahan
Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut.
(b) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Survai jumlah penduduk,
Tentukan titik-titik sumber air (atap mesjid, gabungan atap rumah-rumah penduduk,
dsb),
Buat bak penampung dengan volume minimal memenuhi 15 l/org/hari untuk
kebutuhan maksimal 1 bulan,
Bak penampung sederhana terbuat dari pasangan bata yang berbentuk empat persegi
dan berpenutup,
Dapat juga menggunakan tabung fiberglass kapasitas 1500-2000 liter,
Radius terjauh bak air dengan rumah penduduk tidak melebihi 500 m,
Ratio 1 kran air untuk 25 orang.

2. Sumber Air dari Air Sungai, Danau, dan Mata Air


(a) Pengolahan
Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini hanya memerlukan pengolahan lebih lanjut,
dengan melakukan penyaringan sederhana.
(b) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Uji kualitas air terlebih dahulu melalui laboratorium yang disetujui (parameter pengujian
lihat lampiran),
Tentukan jumlah penduduk,
Buat bak penampungan awal di sumber air yang berfungsi sebagai bak pengendapan
awal (jika perlu),
Tentukan jarak sumber air ke pemukiman dan alirkan air dengan pemasangan pipa 6-
8” dari sumber air ke bak penampung di pemukiman,
Pipa harus ditanam dan ditimbun dalam tanah sekurang-kurangnya 30 cm dari bagian
atas pipa,

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 12 / 32


Pasang penyaring yang berlapis-lapis diujung pipa sumber air untuk mencegah
masuknya sampah/kotoran sehingga dapat mengakibatkan penyumpatan sepanjang
pipa,
Buat bak penampungan yang dilengkapi dengan bak penyaringan dan bak air bersih,
Bak air bersih harus ditinggikan sekurang-kurangnya 1,5 meter untuk memudahkan
distribusi air secara gravitasi,
Volume bak air bersih sekurang-kurangnya dapat memenuhi 15 l/org/hari dengan
waktu darurat 5 hari,
Buat saluran air buangan disekeliling area bak pengadaan air yang menuju saluran air
lingkungan terdekat,
Jika mungkin, buat jaringan perpipaan kerumah-rumah untuk mendistribusikan air
dengan pipa 2”-3” sebagai pipa utama dan pipa ¾”-1” sebagai pipa pembagi air
kerumah.

3. Sumber Air dari Sumur Dangkal


(a) Pengolahan
Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut.
(b) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Survai kedalaman dan kualitas air pada sumur yang telah ada disekitar lokasi,
Proses penggalian harus mengutamakan factor keselamatan pekerja,
Gunakan cincin sumur beton standard yang berdiameter 0,90 m dengan tinggi sekitar
0,40 m,
Perhitungkan kebutuhan cincin sumur dengan mempertimbangkan ketinggian cincin
diatas permukaan tanah sekurang-kurangnya 0,80 m,
Berikan lapisan batu sungai yang berdiameter 5-10 cm pada dasar sumur setebal 20-40
cm (jika air sumur keruh),
Buat lantai pada sekeliling area sumur dengan semen cor yang diplaster dan sumur
dilengkapi dengan dinding,
Buatkan saluran air dari sumur ke saluran air terdekat.

4. Sumber Air dari Sumur Bor


(a) Pengolahan
Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut.
(b) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Survai kondisi tanah (berbatuan keras atau tanah biasa),
Undang kontraktor spesialis sumur bor untuk melakukan survai dan memberikan
penawaran pekerjaan yang dilengkapi dengan spesifikasi pekerjaan dan material yang
digunakan serta debit air yang akan diperoleh,
Kedalaman sumur bor sekurang-kurangnya 90 m,
Debit air yang dihasilkan tidak kurang dari 1 m3/jam.
Persiapkan tangki penampung air berkapasitas sekurang-kurangnya 2 m3, yang
diletakkan pada ketinggian sekurang-kurangnya 1 meter dari permukaan tanah,
Alirkan air melalui kran dengan ratio 1 kran sekurang-kurangnya untuk 25 orang.
Buatkan saluran air disekitar area sumur bor tersebut yang dapat dihubungkan
kesaluran air terdekat.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 13 / 32


B. SALURAN AIR LINGKUNGAN/DRAINAGE (SPAL, SALURAN SEKUNDER/TERSIER)

1. Saluran Air Primer


(a) Fungsi
Sebagai saluran air induk yang saling menghubungkan antara satu kawasan dengan
kawasan lainnya,
Sebagai saluran utama menuju ke pengaliran akhir seperti sungai, danau atau laut.
(b) Spesifikasi konstruksi
Konstruksi dinding dan pondasi bawah terbuat dari pasangan batu belah 8-10 cm dan
mortar,
Lebar saluran bagian atas 1 m (lebar bersih bagian dalam), lebar bagian bawah 0,60 m
(lebar bersih bagian dalam), dalam 1 m (kedalaman dari bibir atas ke lantai) dan tebal
dinding bagian atas 0,25 m,
Dinding dan lantai saluran di plaster.
(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Tentukan dan urutkan berdasarkan prioritas setiap saluran air yang akan dikerjakan,
Tentukan elevasi/kemiringan dan arah aliran air berdasarkan koordinasi dengan
Dinas Sumber Daya Air Wilayah,
Ukur lebar dan panjang saluran air yang akan diperbaiki ataupun dibangun baru.
Î Untuk lebih jelas, lihat Spesifikasi Pekerjaan untuk Saluran Air Primer

2. Saluran Air Sekunder


(a) Fungsi
Sebagai saluran air penghubung antar lingkungan dalam sebuah kawasan/
pemukiman,
Menuju ke saluran air primer.
(b) Spesifikasi konstruksi
Konstruksi dinding dan pondasi bawah terbuat dari pasangan batu belah 8-10 cm dan
mortar,
Lebar saluran bagian atas 0,60 m (lebar bersih bagian dalam), lebar bagian bawah 0,40
m(lebar bersih bagian dalam), dalam 0,80 m (kedalaman dari bibir atas ke lantai) dan
tebal dinding bagian atas 0,2 m,
Dinding dan lantai saluran di plaster.
(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Tentukan dan urutkan berdasarkan prioritas setiap saluran air yang akan dikerjakan,
Tentukan elevasi/kemiringan dan arah aliran air kesaluran primer terdekat,
Ukur lebar dan panjang saluran air yang akan diperbaiki ataupun dibangun baru.
Î Untuk lebih jelas, lihat Spesifikasi Pekerjaan untuk Saluran Air Sekunder

3. Saluran Air Tertier/Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


(a) Fungsi
Sebagai saluran air rumah tangga dalam sebuah lingkungan,
Saluran air ini akan menuju ke saluran air sekunder.
(b) Spesifikasi konstruksi
Konstruksi dinding dan lapis pondasi bawah terbuat dari pasangan batu pecah 5-7 cm
dan mortar,
Dapat juga dibuat dengan konstruksi batu bata atau memakai pipa PVC,
Lebar saluran bagian atas 0,40 m (lebar bersih bagian dalam), lebar bagian bawah 0,20
m (lebar bersih bagian dalam), dalam 0,30 m (dari bibir atas ke lantai) dan tebal
dinding bagian atas dan bawah 0,15 m,
Dinding dan lantai saluran di plaster.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 14 / 32


(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Tentukan dan urutkan berdasarkan prioritas setiap saluran air yang akan dikerjakan,
Tentukan elevasi/kemiringan dan arah aliran air ke saluran sekunder terdekat,
Ukur lebar dan panjang saluran air yang akan diperbaiki ataupun dibangun baru.
Î Untuk lebih jelas, lihat Spesifikasi Pekerjaan untuk Saluran Air Tersier

C. SEPTICTANK KOMUNAL

D. JEMBATAN KECIL MELINTASI SALURAN AIR (GORONG-GORONG PLAT BETON)

1. Dimensi
(a) Tebal dinding dan slab minimum: 16 cm
(b) Tinggi atau lebar void: 100 – 300 cm
(c) Model atau panjang: single, double, triple
(d) Lebar: lebar jalur + bahu jalan

2. Material
(a) Mutu beton minimum: K-225
(b) Slump beton: 50 – 80 mm
(c) Lantai Kerja: K-125

3. Analisa Pendahuluan
(a) Penyelidikan Tanah
Lakukan soil investigation, lapisan-lapisan tanah
Data yang diperlukan: φ, γ, c, e ( kondisi saturated dan effective )
(b) Tentukan tinggi air banjir maksimum dengan periode tertentu
(c) Tentukan pengalihan sungai sementara, jembatan sementara dan dewatering saat
konstruksi

4. Analisa Struktur dan pembebanan


(a) Tekanan uplift dan hidrostatis
Verifikasi terlebih dahulu terhadap gaya uplift dengan Factor of Safety = 3, sehingga
berat sendiri konstruksi telah memenuhi.
Lakukan kombinasi pengujian, baik saat air normal, hujan atau kemarau
(b) Pembebaban
Berat Sendiri
Distributed Load yang ekivalen dengan tanah setinggi 60 cm
Tekanan Roda Ganda 10 ton
Tekanan Tanah Aktif
Tekanan Hidrostatis
Gaya Gempa

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 15 / 32


E. JALAN POROS/LINGKUNGAN (TELFORD, SIRTU, RABAT BETON)

1. Jalan setapak
(a) Fungsi
Sebagai jalan setapak lingkungan,
Diperuntukkan terutama untuk pejalan kaki,
Hanya boleh dilalui oleh kendaraan roda dua dan tiga.
(b) Spesifikasi konstruksi
Lebar 1,5-2 m,
Memakai perkerasan rabat beton (ad 1:3:5) dengan ketebalan 8 cm,
Khusus untuk tanah dasar yang kurang stabil sebaiknya diberi pondasi berupa
pemasangan batu pecah 8/10 batu diberi penutup rabat beton.
(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Tentukan dan urutkan berdasarkan prioritas setiap jalan setapak yang akan dikerjakan,
Ukur lebar jalan tersebut dengan mempertimbangkan ruang untuk saluran air sekunder
disisi kanan atau kiri dengan lebar setiap jalan 1,5-2 meter,
Ukur panjang jalan, dengan panjang maksimum tidak lebih 50 meter,
Panjang jalan diizinkan sampai 100 meter, tetapi harus mempunyai dua arah akses
keluar ke jalan lingkungan terdekat,
Panjang jalan setapak tidak diizinkan melebihi 100 m, jika melebihi 100 m harus
diklasifikasikan sebagai jalan poros dengan lebar minimum 4 m.
Î Untuk lebih jelas, lihat Spesifikasi Pekerjaan untuk Jalan Setapak

2. Jalan poros/ kendaraan


(a) Fungsi
Sebagai jalan poros/lingkungan,
Diperuntukkan untuk dapat dilalui kendaraan roda empat.
(b) Spesifikasi konstruksi
Lebar minimum 4 m,
Diberi perkerasan mengunakan konstruksi telford memakai batu pecah 10/15 cm dan
diberi pengunci yang disusun rapi dan diberi sirtu sebagai lapisan penutup (tidak boleh
menggunakan aspal).
(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Tentukan dan urutkan berdasarkan prioritas setiap jalan yang akan dikerjakan,
Ukur lebar jalan tersebut dengan mempertimbangkan ruang untuk saluran air sekunder
disisi kanan atau kiri dengan lebar setiap jalan min 4 meter.
Î Untuk lebih jelas, lihat Spesifikasi Pekerjaan Jalan Kendaraan Lingkungan

F. TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH SEMENTARA (TPS) DESA/LINGKUNGAN


(a) Fungsi
Sebagai tempat pembuangan sampah sementara lingkungan
(b) Spesifikasi konstruksi
Dinding berbentuk empat persegi panjang dengan lebar 2 m, panjang 3 m serta tinggi 2
m, dengan konstruksi pasangan batubata dan plaster,
Lantai semen cor, yang mempunyai elevasi yang cukup untuk mengalirkan air keluar
bak pembuangan sampah tersebut melalui saluran pembuangan air yang harus
disediakan.
(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Sekurang-kurangnya harus terdapat 1 (satu) buah tempat pembuangan sampah
sementara disetiap lingkungan kerja UN-HABITAT/ANSSP,

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 16 / 32


Tentukan suatu lokasi yang mempunyai jarak radius sekurang-kurangnya 30 meter
dari rumah-rumah yang terdekat,
Lokasi harus ditinggikan, sehingga tidak akan tergenang oleh air/banjir,
Dirancang agar dapat memudahkan truk pengangkut sampah mendekati lokasi,
Dirancang agar dapat memudahkan dilakukan pembakaran,
Harus dibuat pintu besi.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 17 / 32


Bab 4. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN DAN MATERIAL

A. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PENDUKUNG

1. Galian
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah, batu atau bahan lain dari sekitar lokasi pekerjaan.
Pekerjaan galian umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air, gorong-gorong
(plat beton), pembuangan atau pembuangan bahan lainnya yang tak terpakai seperti
tanah humus dan lain sebagainya.
Permukaan galian yang telah selesai harus mempunyai kemiringan yang sesuai untuk
menjamin pengaliran air yang bebas tanpa terjadi genangan.
Pelaksana Pekerjaan harus memikul tanggung jawab dalam menjamin keselamatan
pekerja, penduduk, dan bangunan disekitar lokasi penggalian.
Pelaksana Pekerjaan harus menempatkan seorang pengawas jika pekerja atau orang
lain berada dalam lokasi penggalian.
Semua galian terbuka harus diberikan rambu peringatan dan penghalang yang cukup
untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya.
Setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalulintas harus diberikan rambu tambahan
pada malam hari berupa drum yang di cat putih (atau sejenisnya) beserta lampu merah
atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.
Galian yang memotong jalan, harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan
jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalulintas setiap saatnya.
Hasil galian harus dijaga bebas dari genangan air dengan pemompaan atau pembuatan
saluran air sementara.
Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas
bawah tanah yang masih berfungsi, seperti kabel, pipa atau saluran dalam tanah
lainnya.
Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian tidak
disetujui sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Pelaksana
Pekerjaan.
(b) Teknis Penggalian
Penggalian harus dilakukan menurut kelandaian , garis, dan elevasi (kemiringan)
sebagaimana telah ditentukan dalam spesifikasi gambar dan harus mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama lainnya, yang tidak
digunakan untuk pekerjaan permanent.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah ataupun diluar batas galian.
Jika formasi galian menemui dasar tanah yang kotor, lepas ataupun lunak, maka
bahan tersebut harus dibuang dan penimbunan kembali harus mengunakan tanah
timbun yang diizinkan.
Jika terdapat batu ataupun lapisan keras atau bahan yang besar dan sukar dibongkar
dijumpai pada garis formasi, maka bekas bongkahan tersebut harus digali sekurang-
kurangnya 15 cm dari landasan saluran, yang kemudian ditimbun kembali dengan
mengunakan tanah timbun yang diizinkan.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 18 / 32


(c) Satuan Pengukuran
Penentuan kuantitas galian untuk saluran air persatuan pengukuran adalah meter
kubik

2. Timbunan
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan penimbunan mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan sesuai
garis formasi, kelandaian dan elevasi penampang melintang.
Timbunan yang dicakup seperti ketentuan diatas terdiri dari 3 kategori, yaitu timbunan
biasa, timbunan pilihan dan timbunan diatas tanah rawa.
Timbunan pilihan digunakan dimana bahan yang plastis sulit untuk dipadatkan
dengan baik.
Permukaan timbunan harus sangat rata dan harus memiliki kelandaian yang sesuai
untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
(b) Teknis Pelaksanaan
Timbunan tidak boleh dihampar melebihi 20 cm sebagai lapisan padat.
Pengangkutan tanah timbun dan proses penimbunan harus dilakukan pada cuaca yang
cerah.
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat, material
harus dihamparkan dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak melebihi 15
cm, yang kemudian dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau penumbuk
manual dengan berat penumbuk minimal 10 kg.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan terus bergerak kearah sumbu
jalan sedemikian rupa, sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama.
(c) Satuan Pengukuran
Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang telah
diselesaikan.

3. Pasangan Batu dengan Mortar


(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan ini mencakup pelapisan sisi dan dasar saluran air yang telah dipersiapkan
memenuhi garis, ketinggian dan dimensi sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.
Untuk pekerjaan yang mengunakan lapis pondasi semen tanah, dimungkinkan pemakaian
batubata sebagai pengganti batu gunung untuk pekerjaan pasangan batu dan mortar,
dengan syarat batu bata tersebut haruslah dalam keadaan baik dan tidak boleh dipakai
pada struktur penahan beban.
Sisi muka pasangan batu tidak boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan sisi saluran.
Tebal setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar sekurang-kurangnya adalah 10
cm.
Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum staf ahli UN-
HABITAT/ANSSP (Spesialis Civil) menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk
pelapisan.
Besarnya pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap satuan waktu
haruslah sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan, untuk menjamin agar seluruh batu
hanya dipasang dengan adukan semen yang baru.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 19 / 32


Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi toleransi yang disyaratkan
dari spesifikasi, maka harus diperbaiki oleh Pelaksana Pekerjaan dengan biaya sendiri
dan dengan cara yang diperintahkan oleh staf ahli UN-HABITAT/ANSSP (Spesialis
Civil).
Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah diselesaikan terganggu atau
rusak, yang menurut pendapat staf ahli UN-HABITAT/ANSSP diakibatkan oleh
kelalaian Pelaksana Pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan tersebut harus mengganti
dengan biaya sendiri terhadap setiap pekerjaan yang terganggu/rusak.
Pelaksana Pekerjaan tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan oleh
bencana alam, seperti angin topan atau pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat
dihindarkan, baik pekerjaan tersebut sedang berlangsung, maupun dinyatakan telah
diterima oleh UN-HABITAT/ANSSP.
(b) Teknis Pemasangan
Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan (tanah, lumpur, debu, dll) yang
dapat mengurangi kelekatan dengan adukan.
Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan
waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Suatu landasan dari kongkret semen/semen cor yang mempunyai ketebalan sekurang-
kurangnya 3 cm harus dipersiapkan. Landasan ini harus dikerjakan sedikit demi
sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan
sebelum mengeras.
Tebal lapisan rata-rata antar batu atau mortar pengikat batu sekurang-kurangnya 3 cm.
Pemasangan sisi batu harus dimulai dari landasan menuju keatas, dan perapian
permukaan dinding harus segera diselesaikan dengan plasteran adukan semen 1:4.
Permukaan yang telah selesai dilakukan harus dirawat sampai berita acara serah
terima tertulis ditandangani.
Sisi permukaan saluran yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dibersihkan dan
dirapikan untuk memberikan jalan air yang baik dari jalan ke saluran
(c) Mutu
Kompososi material/bahan mortar mengikuti spesifikasi mutu K-175, dimana
komposisi bahan/material untuk membuat 1 m3 adukan mortar diperlukan sekurang-
kurangnya 8 (delapan) zak semen Portland type I (@40 kg), 100 liter air bersih, dan 0,7
m3 pasir halus bersih.
Adukan mortar yang dipersiapkan hanya dalam kuantitas (jumlah) yang diperlukan
dan harus dipergunakan langsung pada waktu tersebut dan tidak boleh melebihi waktu
45 menit terhitung sejak adukan mortar telah dipersiapkan. Adukan mortar yang telah
dibuat lebih dari 45 menit, harus dibuang dan dilarang keras untuk dipergunakan.
Adukan mortar yang dipersiapkan dalam jumlah 1 m3 dan lebih, wajib diberitahu dan
disetujui oleh spesialis civil atau panitia pengawas pekerjaan yang ditunjuk.
Pekerjaan pasangan yang mengunakan mortar dalam jumlah 1m3 atau lebih, dimana
adukan mortar yang dipersiapkan tidak diketahui dan disetujui oleh specialis civil atau
panitia pengawas yang ditunjuk adalah wajib dilakukan pengujian jika kwalitasnya
diragukan dan Pelaksana Pekerjaan akan menanggung segala penambahan biaya yang
timbul dari pengujian tersebut.

(d) Satuan Pengukuran


Penentuan kuantitas pasangan batu dengan mortar untuk saluran air persatuan
pengukuran adalah meter kubik.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 20 / 32


B. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN UTAMA

1. Saluran Air
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan ini mencakup pembuatan saluran baru yang dilapisi (lined) maupun tidak
(unlined) dan perataan kembali saluran lama yang tidak dilapisi, sesuai dengan
spesifikasi yang diberikan serta memenuhi garis, ketinggian dan detail yang
ditunjukkan pada gambar.
Saluran yang dilapisi akan dibuat dari pasangan batu dengan mortar, atau seperti yang
ditunjukkan oleh gambar.
Elevasi galian dasar saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang telah ditentukan
atau disetujui pada tiap titik dan harus cukup halus dan merata untuk menjamin aliran yang
bebas dan tanpa genangan apabila aliran air rendah.
Pekerjaan perbaikan dapat meliputi penggalian atau penimbunan/pemadatan kembali.
Apabila diperlukan penimbunan yang diteruskan dengan pemadatan kembali, kemudian
baru pekerjaan dilanjutkan dengan penggalian kembali untuk memenuhi garis yang telah
ditentukan.
(b) Bahan dan Jaminan Mutu
Galian
Pekerjaan galian pada pekerjaan ini harus merujuk spesifikasi teknis galian, termasuk
ketentuan utilitas bawah tanah, penggunaan dan pembuangan bahan galian,
pengendalian laulintas, dan sebagainya.
Timbunan
ƒ Bahan timbunan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan,
penghamparan, pemadatan dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi
teknis timbunan.
ƒ Pekerjaan timbunan mencakup penimbunan diatas tanah rawa yang rendah dan
selalu tergenang air yang tidak dapat dialirkan atau dikeringkan.
ƒ Seluruh permukaan akhir timbunan harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Pasangan batu dengan mortar
Saluran yang dilapisi pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan sifat-
sifat bahan, pemasangan, dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi teknis
pasangan batu dengan mortar.
Adukan mortar
ƒ Komposisi material/bahan mortar mengikuti spesifikasi mutu K-175, dimana
komposisi bahan/material untuk membuat 1 m3 adukan mortar diperlukan
sekurang-kurangnya 8 (delapan) sak semen Portland type I (@ 40 kg).
ƒ Teknik takaran air dan pasir adalah:
Volume 1 kantong Cemen Portland 40 kg setara dengan 0.02536 m3.
Volume 8 sak semen = 8 x 0.02536 m3 = 0.20288 m3
Volume air yang diperlukan = 0,5 x 0.20288 m3 = 0,10144 m3 setara dengan
101,44 liter.
Pasir halus yang diperlukan = 1 m3 – (0,20288 + 0,10144) m3
= 0,69568 m3
= 0,7 m3
3
Maka untuk membuat 1 m adukan mortar diperlukan;
Semen @ 40 kg/sak = 8 sak
Pasir = 0,7 m3
Air = 100 liter.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 21 / 32


ƒ Adukan mortar yang dipersiapkan hanya dalam kuantitas (jumlah) yang
diperlukan dan harus dipergunakan langsung pada waktu tersebut dan tidak boleh
melebihi waktu 45 menit terhitung sejak adukan mortar telah dipersiapkan.
Adukan mortar yang telah dibuat lebih dari 45 menit, harus dibuang dan dilarang
keras untuk dipergunakan.
ƒ Adukan mortar yang dipersiapkan dalam jumlah 1 m3 dan lebih, wajib diberitahu
dan disetujui oleh spesialis civil atau panitia pengawas pekerjaan yang ditunjuk.
ƒ Pekerjaan pasangan yang mengunakan mortar dalam jumlah 1m3 atau lebih,
dimana adukan mortar yang dipersiapkan tidak diketahui dan disetujui oleh
specialis civil atau panitia pengawas yang ditunjuk adalah wajib dilakukan
pengujian jika kwalitasnya diragukan dan Pelaksana Pekerjaan akan menanggung
segala penambahan biaya yang timbul dari pengujian tersebut.
(c) Teknis Umum Pelaksanaan
Penetapan titik pengukuran pada saluran
Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian (elevasi) yang ditentukan untuk semua
saluran air yang akan dibentuk ataupun yang akan diperbaiki harus ditandai dengan
cermat agar terhubung sebagaimana mestinya atau sesuai dengan detail gambar yang
diberikan.
Pelaksanaan pekerjaan saluran
ƒ Penggalian, penimbunan dan pengendalian tanaman (baik rumput maupun
tanaman keras disekitar saluran) harus dilakukan sebagaimana diperlukan untuk
membentuk saluran baru maupun lama sehingga memenuhi kelandaian dan profil
jenis saluran.
ƒ Penandaan formasi saluran adalah mutlkak dilakukan dan harus memperoleh
persetujuan staff ahli UN-HABITAT/ANSSP (specialist civil).
ƒ Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Pelaksana Pekerjaan
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah setiap dampak lingkungan dan
ketidaknyamanan masyarakat.
(d) Spesifikasi Pekerjaan
Saluran air primer
ƒ Lebar saluran bagian atas 1,0 meter
ƒ Lebar saluran bagian bawah 0,60 meter
ƒ Dalam saluran 1,0 meter
ƒ Ketebalan dinding saluran bagian teratas, sekurang-kurangnya 0.25 meter
ƒ Ketebalan lantai saluran sekurang-kurangnya 0.20 meter, yang mana 0.05 meter
lapisan terbawah adalah lapisan pasir kasar, 0,1 m diatas pasir kasar adalah
pasangan batu 5-7 cm yang diikat dengan mortar dan 0.05 m seterusnya adalah
ketebalan semen cor dan plasteran
ƒ Permukaan dinding dan lantai saluran bagian dalam haruslah diplaster
ƒ Dinding saluran haruslah kokoh yang terbuat dari ikatan batu kali/gunung dengan
semen
ƒ Spesifikasi dan desain gambar dapat dilihat pada lampiran
Saluran air sekunder
ƒ Lebar saluran bagian atas 0,60 meter
ƒ Lebar saluran bagian bawah 0,40 meter
ƒ Dalam saluran 0,80 meter
ƒ Ketebalan dinding saluran bagian teratas, sekurang-kurangnya 0.2 meter
ƒ Ketebalan lantai saluran sekurang-kurangnya 0.20 meter, yang mana di bawah
lantai diberi lapisan pasir urug 0,1 m lantai berupa pasangan batu 5-7 cm yang
diikat dengan mortar dan diberi plasteran
ƒ Permukaan dinding dan lantai saluran bagian dalam haruslah diplaster

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 22 / 32


ƒ Dinding saluran haruslah kokoh yang terbuat dari ikatan batu kali/gunung dengan
semen
ƒ Spesifikasi dan desain gambar dapat dilihat pada lampira
Saluran air tertier
ƒ Lebar saluran bagian atas 0,40 meter
ƒ Lebar saluran bagian bawah 0,20 meter
ƒ Dalam saluran 0,30 meter
ƒ Ketebalan dinding saluran bagian teratas, sekurang-kurangnya 0.15 meter
ƒ Ketebalan lantai saluran sekurang-kurangnya 0.15 meter, di bawah lantai diberi
lapisan pasir urug setebal 0,1 m diatas, lantai berupa pasangan batu 5-7 cm yang
diikat dengan mortar dan diberi plasteran
ƒ Permukaan dinding dan lantai saluran bagian dalam haruslah diplaster
ƒ Dinding saluran haruslah kokoh yang terbuat dari ikatan pecahan batu
kali/gunung dengan semen
ƒ Spesifikasi dan desain gambar dapat dilihat pada lampiran
(e) Satuan pengukuran
Penentuan kuantitas galian untuk saluran air persatuan pengukuran adalah meter
kubik

2. Gorong-Gorong/Pelat Beton
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan mencakup perbaikan, perpanjangan, penggantian atau pembuatan jembatan
kecil (pelat beton bertulang) atau gorong-gorong pipa beton tanpa tulang sesuai
spesifikasi dan gambar yang diberikan.
(b) Bahan dan Jaminan Mutu
Galian
Pekerjaan galian pada pekerjaan ini harus merujuk spesifikasi teknis galian, termasuk
ketentuan utilitas bawah tanah, penggunaan dan pembuangan bahan galian,
pengendalian laulintas, dan sebagainya
Timbunan
ƒ Bahan timbunan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan,
penghamparan, pemadatan dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi
timbunan.
ƒ Pekerjaan timbunan mencakup penimbunan diatas tanah rawa yang rendah dan
selalu tergenang air yang tidak dapat dialirkan atau dikeringkan.
ƒ Seluruh permukaan akhir timbunan harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Pasangan batu dengan mortar
ƒ Saluran yang dilapisi pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan
sifat-sifat bahan, pemasangan, dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi
pasangan batu dengan mortar (lihat spesifikasi pekerjaan pasangan batu dengan
mortar)
ƒ Adukan mortar mengikuti spesifikasi mutu K-175, dimana komposisi material
untuk membuat 1 m3 adukan mortar tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 8
sak semen Portland type 1 (@ 40 kg), 100 liter air, dan 0,7 m3 pasir.
Semen cor beton bertulang
Adukan semen cor harus mengikuti spesifikasi mutu K-250, dimana komposisi
material untuk mempersiapkan 1 m3 adukan semen cor tersebut diperlukan sekurang-

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 23 / 32


kurangnya 8,5 zak semen Portland type 1 (@ 40 kg), 0,272 m3 pasir dan 0,408 m3
kerikil cor dan 108 liter air bersih
Baja tulangan untuk beton
Seluruh baja tulangan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan
yang disyaratkan dalam spesifikasi baja tulangan untuk beton.
Pipa beton bertulang
Pipa beton bertulang haruslah beton bertulang pra cetak.
(c) Teknis Umum Pelaksanaan
Penempatan pipa beton
ƒ Pipa beton harus dipasang hati-hati, lidah sambungan harus diletakkan dibagian
hilir dan harus dimasukkan sepenuhnya ke dalam alur sambungan yang sesuai
dengan arah dan kelandaiannya.
ƒ Sebelum melanjutkan pemasangan pipa beton selanjutnya, maka sisi dalam bagian
alur sambungan pipa harus diberi adukan semen yang cukup, demikian juga pada
bagian alur luarnya harus diberi selimut adukan semen disekeliling sambungan.
ƒ Seluruh pipa harus terbungkus dengan ketinggian sekurang-kurangnya 60 cm dari
atas puncak pipa.
ƒ Pipa beton harus diselimuti dengan beton yang ketebalannya sesuai dengan
spesifikasi yang diberikan oleh fabrikannya.
Pelat beton bertulang
ƒ Seluruh pekerjaan beton bertulang harus memenuhi spesifikasi yang disyaratkan
pada pekerjaan beton dan baja tulangan.
ƒ Seluruh pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan pada
pemasangan batu dan mortar.
(d) Spesifikasi Pekerjaan pelat beton bertulang
Diatas saluran air primer
ƒ Konstruksi jembatan terbuat dari besi tulangan 12 mm, dua lapis dengan jarak
setiap besi arah horizontal 20 cm, jarak antar lapisan 16 cm (dari bagian
permukaan besi terbawah dan teratas) dan diselimuti dengan semen cor setebal 2
cm keliling
ƒ Panjang besi tulangan adalah 1,5 m tepat berada diujung luar kedua sisi dinding
saluran.
ƒ Tebal total pelat beton adalah 0,2 m, dimana ketebalan semen cor dari permukaan
besi terbawah dan teratas masing-masing setebal 2 cm dan ketebalan semen cor
dalam tulangan besi adalah 16 cm.
ƒ Panjang semen cor yang menjorok keluar dari kedua sisi masing-masing adalah 0,8
m.
ƒ Pada bagian luar, konstruksi jembatan kecil juga diberi lapis pondasi dengan
mengunakan pasangan mortar dengan batu belah 10/15 dan 5/7 cm, dimana
diberi lantai kerja berupa pasir urug setebal 5 cm .
ƒ Design dan gambar dapat dilihat pada lampiran
Diatas saluran air sekunder
ƒ Konstruksi jembatan terbuat dari besi tulangan 10 mm, dua lapis dengan jarak
setiap besi arah horizontal 20 cm, jarak antar lapisan 8 cm (dari bagian permukaan
besi terbawah dan teratas) dan diselimuti dengan semen cor.
ƒ Panjang besi tulangan adalah 1 m tepat berada diujung luar kedua sisi dinding
saluran.
ƒ Tebal total pelat beton adalah 0,12 m, dimana ketebalan semen cor dari
permukaan besi terbawah dan teratas masing-masing setebal 2 cm dan ketebalan
semen cor dalam tulangan besi adalah 8 cm.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 24 / 32


ƒ Pada bagian luar, konstruksi jembatan kecil juga diberi lapis pondasi dengan
mengunakan pasangan mortar dengan batu belah 10/15 dan 5/7 cm setebal 10 cm,
dimana diberi lantai kerja setebal 5 cm.
ƒ Design dan gambar dapat dilihat pada lampiran

(e) Satuan pengukuran


Kuantitas yang diukur untuk gorong-gorong persegi beton bertulang (pelat beton
bertulang), haruslah sebagai luas meter kubik.
Kuantitas yang diukur untuk gorong-gorong pipa beton bertulang dan tidak bertulang,
haruslah dalam meter panjang dari pipa baru atau perpanjangan yang dipasang, yang
diukur dari ujung ke ujung pipa yang dipasang.

3. Perkerasan Jalan Poros/Lingkungan Lebar minimal 4 m Tanpa Penutup Aspal


(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penghamparan dan pemadatan bahan untuk
pelaksanaan lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau perkerasan
lapis pondasi bawah dan lapis pondasi atas.
Kerataan permukaan akhir tidak boleh menyebabkan gelombang atau alur, sehingga
akan terjadinya genangan air.
Pelaksana pekerjaan harus mengendalikan lalulintas kendaraan dengan sebaik-baiknya
dan harus menempatkan petugas pengendali lalulintas.
(b) Bahan dan Jaminan Mutu
Bahan harus sesuai spesikasi bahan, yaitu terdiri dari batu belah 10/15 cm dan 15/20
untuk konstruksi telford, batu pecah 2/3 untuk konstruksi rabat beton dan sirtu,
material berupa kerikil pecah/agregat kasar atau kerikil alam yang harus bebas dari
gumpalan lempung, bahan organik atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
harus mempunyai mutu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lapis
permukaan yang keras dan stabil.
Bahan tidak boleh didatangkan dan dipadatkan pada waktu hujan.
Bagian titik yang ketebalan permukaan akhirnya tidak memenuhi spesifikasi dan
bergelombang/beralur, harus diperbaiki dengan menggemburkan dan membuang atau
menambah bahan, yang dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
(c) Teknis Pelaksanaan
Sebelum pemasangan batu permukaan tanah dasar dibuat kemiringan punggung sapi
(super elevasi) 2 % dan dipadatkan dengan mesin penggilas atau timbres.
Untuk pekerjaan lis/batu pinggir menggunakan batu pecah 20/25 dengan terlebih
dahulu menggali di kiri kanan jalan sedalam 5 cm memanjang. Kemudian susun batu
dalam lubang sedemikian rupa dengan ujung runcing menghadap keatas. Khusus
untuk daerah tanjakan diatas 10 % pemasangan dibalik dengan ujung runcing ke
bawah
Untuk batu tengah menggunakan batu belah 10/15 cm yang disusun rapi sedemikian
rupa dengan ujung runcing menghadap keatas. Khusus untuk daerah tanjakan diatas
10 % pemasangan dibalik dengan ujung runcing ke bawah. Lebar jalan dianjurkan
minimal 4 meter untuk jalan poros dan 3 m untuk jalan lingkungan diluar lebar
saluran.
Setelah batu tengah tersusun, celah-celah batu dikunci dengan batu pecah yang lebih
kecil sisa dari pecahan batu. Bila pembelian material langsung berupa batu pecah
maka harus disediakan batu pecah 2/3 dan 3/5 untuk batu pengunci. Batu kunci yang
dimasukkan di celah batu tengah harus dipukul dengan palu 3 kg sehingga batu benar-
benar terkunci

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 25 / 32


Setelah semua batu terkunci dilakukan pemadatan dengan mesin gilas 6-8 ton minimal
8 lintasan
Pemadatan tidak boleh dilanjutkan sekiranya permukaan lapisan menunjukkan tanda-
tanda akan bergelombang/beralur. Dalam keadaan demikian bahan/material tersebut
harus dibuang dan diperbaiki, sehingga memenuhi spesifikasi yang diharapkan.
Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan berangsur-angsur menuju
ketengah sumbu jalan pada arah memanjang sampai seluruh lokasi yang telah
dipadatkan menjadi suatu permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata,
dengan petunjuk semua bekas jejak roda mesin gilas tidak tampak lagi, sehingga suatu
lapisan yang keras dan stabil harus diperoleh dalam penggilasan akibat saling
mengunci antar agregat dengan rapat.
Bahan yang tidak terjangkau oleh mesin gilas sepanjang tembok atau bentuk-bentuk
lainnya, harus dipadatkan dengan mengunakan mesin pemadat mekanis/timbris
Setelah pemadatan lapisan pondasi bawah ini sempurna, maka tahap selanjutnya
adalah memberi lapisan penutup berupa sirtu setebal 5 cm diatas batu tengah
Lakukan kembali pemdatan dengan mesin gilas 6-8 ton sebanyak 8-10 lintasan
Gambar dapat dilihat pada lampiran
(d) Satuan Pengukuran
Penentuan kuantitas konstruksi persatuan pengukuran adalah meter kubik.

4. Jalan Setapak Lebar 1,5 – 2 m dengan Rabat Beton


(a) Ketentuan umum
Pekerjaan ini diperuntukkan untuk pembuatan jalan setapak lingkungan dengan lebar
1,5 - 2 m, yang berupa konstruksi rabat beton adukan 1:3:5.
Kerataan permukaan akhir harus sempurna sebagaimana dikehendaki dan tidak boleh
menyebabkan terjadinya kantong air/genangan air.
(b) Bahan dan jaminan mutu
Semen Portland type I adalah jenis semen yang harus digunakan dan harus memenuhi
ketentuan Standard Industri Indonesia SII-13-1977. Semen harus diperoleh dari pabrik
semen yang diakui oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia.
Setiap semen yang akan dipergunakan harus dilaporkan dan disetujui kondisinya baik atau
tidak oleh pengawas pekerjaan, dan tidak ada semen yang boleh digunakan sebelum
memperoleh persetujuan dari pengawas pekerjaan.
Catatan harian tentang jumlah semen yang telah dipakai, harus diserahkan kepada
pengawas pekerjaan setelah jam kerja selesai. Keterlambatan penyerahan catatan harian
tersebut akan mempengaruhi kepercayaan terhadap mutu semen cor yang telah
dikerjakan, sehingga akan membuka peluang terhadap pengujian langsung terhadap mutu
pekerjaan dihari berikutnya.
Pelaksana pekerjaan harus bertanggung jawab penuh terhadap pengendalian pengujian
standard sebagaimana yang disyaratkan, serta menyerahkan hasilnya segera kepada
pengawas pekerjaan.
Pekerjaan semen tidak boleh dilakukan ketika sedang hujan dan jika pekerjaan
berlangsung ketika hujan, sehingga menyebabkan keraguan terhadap mutu pekerjaan
maka perbaikan terhadap mutu pekerjaan tersebut harus segera dilakukan.
Campuran pengadukan semen dan agregat, harus sesuai spesifikasi yang diberikan.
Team UN-HABITAT/ANSSP berhak menguji secara acak terhadap pekerjaan, baik
sedang berlangsung pekerjaan semen maupun pada bagian yang telah selesai
dikerjakan.
Semua lubang yang terjadi akibat pengujian pada pekerjaan semen tersebut, harus
segera ditutup oleh pelaksana pekerjaan segera.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 26 / 32


Hasil pengujian yang tidak sesuai mutu, harus diperbaiki segera oleh pelaksana pekerjaan
dengan biaya yang ditanggung penuh oleh pelaksana pekerjaan.

(c) Teknis pelaksanaan


Permukaan tanah atau jalan lama harus dibersihkan, diratakan dan dibentuk
kemiringan punggung sapi/super elevasi 2 % dan digilas dengan mesin gilas 4-6 ton
terlebih dahulu sebanyak 6 kali gilas melintasi seluruh permukaan tanah dasar
tersebut. B Bila tidak tersedia mesin gilas dapat menggunakan timbres. Setiap
ketidakrataan permukaan atau ambles ketika pengilasan harus diperbaiki dengan
penggalian dan penimbunan kembali dengan tanah timbun yang sesuai spesifikasi
tanah timbun. Kemudian dilanjutkan dengan pemadatan dengan mesin gilas/timbres
tersebut.
Pekerjaan selanjutnya adalah memasang tali sebagai panduan pengecoran jalan
Kemudian dilakukan penghamparan adukan rabat beton secara merata dan diratakan
dengan mistar perata dengan pencapaian ketebalan sekurang-kurangnya 8 cm
Setelah penghamparan setiap 3 meter rabat beton harus diputus selebar 2 cm sebagai
deletasi
Gambar dapar dilihat pada lampiran
(d) Satuan pengukuran
Penentuan kuantitas persatuan pengukuran dalam meter kubik.

C. SPESIFIKASI TEKNIS MATERIAL

1. Semen Portland Type 1


(a) Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling halus
klinker, yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai
bahan pembantu.
(b) Semen Portland type 1 adalah semen yang diperuntukkan untuk konstruksi umum,
dimana tidak diminta persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya.
(c) Kondisi kantong semen harus dalam keadaan baik dan tidak rusak.
(d) Semen harus dalam keadaan baik dan tidak mengeras.
(e) Kehalusan semen harus cukup baik, dengan sisa diatas ayakan 0,09 mm tidak melebihi
10% berat semen.
(f) Semen harus diperoleh dari pabrik semen yang diakui oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia.

2. Air
(a) Air yang dimaksud adalah air sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bangunan, meliputi
kegunaannya dalam pembuatan beton, adukan pasangan dan adukan plasteran.
(b) Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
(c) Tidak mengandung bahan-bahan tersuspensi melebihi 2 g/l.
(d) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton, seperti asam-
asam, zat-zat organic dan lain sebagainya yang melebihi 15 g/l.
(e) Kandungan khlorida tidak melebihi 500 ppm dan sulfat tidak melebihi 1000 ppm sebagai SO3.
(f) Semua air yang mutunya diragukan, harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya
sesuai pemakaiannya.
(g) Khusus untuk beton pratekan, air tidak boleh mengandung khlorida melebihi 50 ppm.
(h) Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan terhadap memakai air suling, maka penurunan
kekuatan tekan tidak boleh melebihi 10%.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 27 / 32


3. Pasir Beton
(a) Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dan
ukuran butirnya sebagian besar terletak antara 0,075 mm - 5 mm, dimana bagian ukuran
yang terkecil tidak melebihi 5%.
(b) Kondisi pasir harus bersih, dimana bila dilakukan pencucian dengan larutan pencucui
khusus, endapan pasir bersih tidak boleh kurang dari 70% dari total endapan pasir awal.
(c) Kandungan tanah, debu atau kotoran lainnya tidak boleh melebihi 5% melewati ayakan
0,063 mm.
(d) Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organic yang dapat mengurangi mutu beton. Untuk
itu jika pasir direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan diatas endapan tidak boleh lebih
gelap dari warna larutan pembanding air suling dan pasir bersih.

4. Kerikil/Batu Pecah
(a) Kerikil alam atau batu pecah adalah butiran mineral keras yang sebagian besar butirannya
berukuran 5–80 mm. besar butir yang diizinkan akan tergantung pada maksud
pemakaiannya.
(b) Kekerasan butiran tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm
melebihi dari 32%.
(c) Kadar Lumpur tidak melebihi 1% berat butiran.

5. Sirtu
(a) Sirtu adalah campuran yang terdiri dari pasir dan kerikil yang diambil dari dasar sungai
atau dari daratan.
(b) Sirtu buatan adalah sirtu yang dibuat dari campuran pecahan batu yang berukuran kecil
dan tepung batu, yakni hasil sampingan alat pemecah batu (stone crusher), dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya.
(c) Untuk kegunaan beton, sirtu harus bebas dari bahan-bahan organic, kotoran-kotoran,
lemnpung atau bahan lainnya yang dapat menurunkan mutu beton.
(d) Gumpalan-gumpalan lempung tidak boleh melebihi 0.25%.
(e) Kandungan batu yang lunak tidak boleh melebihi 5%.

6. Beton
(a) Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus (pasir), agregat
kasar (kerikil), air dan semen. Campuran agregat halus (pasir), air dan semen saja disebut
adukan (mortar).
(b) Klasifikasi kelas dan mutu beton:
Kekuatan Tekan
σbk Tujuan
Kelas Mutu
kg/cm2 Pemakaian
minimum
I Bo - Non-struktural
B1 - struktural
K-125 125 struktural
II
K-175 175 struktural
K-225 225 struktural
III K>225 >225 struktural

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 28 / 32


(c) Jumlah kadar semen minimum per 1 m3 beton sesuai klasifikasi mutu beton:
Jumlah Semen
Lingkungan Pemakaian Beton
per m3 beton (kg)
1. Beton di dalam ruangan bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif 325
2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari 325
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275
3. beton yang masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325
b. mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air tanah 375
4. Lingkungan pemakaian beton
a. Beton yang terus menerus berhubungan dengan air tawar 275
b. Beton yang terus menerus berhubungan dengan air laut 375

(d) Proporsi takaran campuran


Ukuran Agregat Rasio Air: Semen Kadar Semen
Mutu
Maksimum, Maksimum Minimum,
Beton
mm (terhadap berat) kg/m3 dari campuran
K 600 - - -
K 500 - 0,375 450
37 0,45 356
K 400 25 0,45 370
19 0,45 400
37 0,45 315
K 350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K 300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K 250 25 0,50 310
19 0,50 340
K 175 - 0,57 300
K 125 - 0,60 250

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 29 / 32


(e) Klasifikasi penggunaan beton

No. Mutu Penggunaan


1 K-600 Digunakan untuk tiang pancang beton pratekan bulat
Digunakan untuk beton pratekan pada gelagar jembatan dan tiang
2 K-500
pancang beton pratekan persegi
Digunakan untuk beton pratekan pada balok berongga (hollow beam)
3 K-400
dan tiang pancang pracetak beton bertulang
Digunakan untuk diafragma, lantai jembatan, penutup jalan setapak,
4 K-350
dan gelagar beton bertulang
Digunakan untuk gorong-gorong pipa beton bertulang dan kerb beton
5 K-300
pracetak
Digunakan untuk struktur beton bertulang seperti gorong-gorong
6 K-250
persegi, gorong-gorong pelat, struktur bangunan bawah
Digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti trotoar dan
7 K-175
pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu
8 K-125 Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton

7. Pipa Beton Tanpa Tulangan


(c) Pipa beton adalah pipa yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis, agregat (halus
dan kasar) dan air, dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya.
(d) Tebal dinding pipa harus sama pada seluruh panjang pipa dan pada badan pipa tidak
boleh ada retak-retak atau cacat-cacat yang menganggu.
(e) Pipa beton harus memperlihatkan permukaan yang merata tanpa ada butir-butir kerikil
atau batu pecah timbul/menonjol di dinding pipa, baik pada bagian dalam maupun luar
pipa.
(f) Bila diketuk ringan dengan benda keras, pipa harus berbunyi nyaring.
(g) Pipa beton harus kedap air dan dapat menahan kedap air.
(h) Pipa beton harus dapat menahan beban uji seperti tersebut dalam table di bawah ini
selama 5 menit tanpa menunjukkan tanda-tanda retak atau cacat lainnya:

Diameter Muatan,
(cm) (kg)
15 1400
20 1600
25 1800
30 2000
40 2300
50 2600
60 2800
70 3000
100 3000

8. Batu Alam
(a) Batu alam baik berbentuk bulat ataupun berbentuk batu belah, dapat berasal dari batu
beku, batuan endapan ataupun batuan metamorphosa.
(b) Klasifikasi penggunaan batu alam untuk batu pecah dan agregat beton.

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 30 / 32


Jenis Bangunan Beton/Konstruksi Jalan
Pengujian Konstruksi Konstruksi Konstruksi
Berat/ Sedang/ Ringan/Beton
Beton Kelas III Beton Kelas II Kelas I

Kekuatan tekan, kg/cm2 1200 800 600

Kekerasan terhadap fraksi


kasar hancur (Rudellof), % 0,80 0,70 0,60
berat
Kekerasan terhadap fraksi
halus hancur (Rudellof), % 16 16-24 24-30
berat
Penyerapan air max.,
3 3 3
% berat

9. Batu Bata Merah


(a) Batu bata merah adalah material yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran
bahan lainnya, yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak hancur lagi bila
direndam dalam air.
(b) Kondisi batu bata yang baik harus berwarna merah menyala, permukaannya rata dan
tidak menunjukkan adanya retak-retak yang merugikan.
(c) Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyak, sehingga
pengkristalannya dapat mengakibatkan lebih 50% permukaan bata tertutup tebal oleh
bercak-bercak putih.

10. Baja Tulangan


(a) Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan
beton, disebut juga besi beton.
(b) Baja tulangan dapat berupa baja tulangan polos (permukaannya licin) dan baja tulangan
sirip.
(c) Baja tulangan sirip merupakan batang dengan bentuk permukaan khusus untuk
mendapatkan pelekatan (bonding) pada beton.
(d) Baja tulangan sirip dapat berupa batang baja tulangan bersirip teratur dan batang baja
tulangan yang dipuntir.
(e) Batang baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak,
gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam atau tidak boleh berlapis-lapis dan hanya
diperkenankan berkarat ringan pada permukaan.
(f) Diameter nominal untuk baja tulangan sirip (deform) dihitung dalam mm, dengan rumus
sebagai berikut:

dn = 12,74 ρ, mm

dimana: dn = diameter nominal


ρ = berat persatuan panjang baja

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 31 / 32


11. Parameter Pengujian Air

Jenis parameter pengujian kualitas air dan perkiraan biaya per-sample

No. Kind of Tests Prediction of Cost (Rp)

1 Turbidity 25.000

2 Dissolved Oxygen (DO) 40.000

3 Biological Oxygen Demand (BOD) 150.000

4 Chemical Oxygen Demand (COD) 80.000

5 Total Suspended Solid (TSS) 45.000

6 Total Solid (TS) 45.000

7 pH 27.000

8 Sulfur 42.000

9 Coliform Total 160.000

10 E-Coli 128.000

11 Salmonella 160.000

Panduan ANSSP Aneks 2- Panduan Konstruksi Prasarana 32 / 32

You might also like