Professional Documents
Culture Documents
2007
Daftar Isi Aneks 2
PANDUAN KONSTRUKSI PRASARANA
A. LATAR BELAKANG
Rangkaian gempa bumi dan gelombang tsunami pada 26 Desember 2004 yang lalu, telah
menimbulkan kerusakan yang luar biasa, khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias.
Ratusan ribu jiwa meninggal dan ratusan ribu jiwa lainnya yang selamat masih berada ditempat-
tempat pengungsian. Bencana gempa bumi dan gelombang tsunami tersebut bukan saja telah
menghancurkan rumah-rumah mereka, akan tetapi bencana tersebut juga telah menghancurkan
seluruh tatanan kehidupan sosial, mata pencaharian, sarana dan prasarana pendukung yang ada.
UN-HABITAT dengan program ANSSP nya telah mengalokasikan sejumlah dana untuk
membangun kembali rumah-rumah masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias. Selain
itu, ANSSP juga telah mengalokasikan sejumlah dana infrastruktur desa untuk memperbaiki dan
mengembalikan tatanan sosial dan lingkungan pemukiman di Nanggroe Aceh Darussalam dan
Nias. Kedua-dua bentuk dana tersebut sifatnya adalah bantuan hibah.
Jumlah alokasi dana infrastruktur desa untuk masing-masing desa/kelurahan adalah dihitung
berdasarkan jumlah total rumah yang direkonstruksi dan juga yang direhabiliatasi oleh UN-
HABITAT/ANSSP di desa/kelurahan tersebut, di mana setiap satu rumah di Aceh Besar, Banda
Aceh dan Pidie akan memperoleh dana infrastruktur untuk desa/kelurahannya sebesar US
$490.00. Sedangkan untuk desa/kelurahan di Simeulu dan Nias akan memperoleh sebesar US
$560.00.
Meskipun pada dasarnya masyarakat memiliki kebebasan untuk mengidentifikasi keutuhan
prasarana yang kan mereka bangun, namun untuk pelaksanaan ANSSP, kebebasan tersebut harus
dikelola di dalam batas-batas dana yang tersedia. ANSSP UN-HABITATmenyarankan kepada
masyarakat untuk memilih prioritas-prioritas berikut. Hanya jika kebutuhan prasarana yang
masuk ke dalam prioritas di bawah ini telah disediakan oleh lembaga lain, maka dana ANSSP
dapat digunakan untuk kebutuhan prasarana yang lain.
1. Pengadaan Air (Water Supply)
2. Saluran Air Lingkungan/Drainage (SPAL, Saluran Sekunder)
3. Septictank Komunal
4. Jembatan Kecil Melintasi Saluran Air (Gorong-gorong Plat Beton)
5. Jalan Poros/Lingkungan (telford, sirtu, rabat beton)
6. Tempat Pembuangan Sampah Sementara Desa/Lingkungan
Selain penggunaan dana prasarana yang telah disebutkan di atas, ANSSP juga menyediakan dana
operasional bagi organisasi masyarakat di tingkat desa/kelurahan sebesar 3% dari total alokasi
dana infrastruktur desa tersebut. Organisasi masyarakat yang dimaksud tersebut adalah Komite
Desa. Sedangkan Panitia Perencanaan tingkat desa/kelurahan, Tim Pengelola Gudang (jika ada),
dan Tim Pengawas (TP) akan memperoleh sejumlah alokasi dana tertentu dari Komite Desa
sesuai kesepakatan dalam musyawarah warga di masing-masing desa/kelurahan tersebut. Tim
Pengawas (TP) yang dibentuk dalam musyawarah warga bertugas dan bertanggung jawab secara
penuh kepada warga untuk mengawasi seluruh proses pelaksanaan dan aktifitas dari program
ANSSP dalam desa/kelurahan tersebut.
B. TUJUAN
1. Persamaan pandangan, pemikiran dan konsep dalam penggunaan dana hibah infrastruktur
desa.
2. Membantu masyarakat memberikan pemikiran untuk memaksimalkan skala prioritas,
tepat sasaran dan efektif terhadap kepentingan masyarakat.
C. SASARAN
1. Fasilitator UN-HABITAT
2. Komite Desa
3. Kelompok Kerja Prasarana (KKP)
4. Masyarakat
5. Pemerintah Daerah
6. Organisasi/Institusi Terkait
D. KETENTUAN UMUM
1. Pengendalian Mutu
(a) Bilamana penyediaan suatu laboratorium lapangan atau peralatan laboratorium tidak
secara khusus dinyatakan sebagai bagian dari cakupan pemasokan dalam nota
kesepahaman, maka fasilitas pengendalian mutu atau pelayanan laboratorium untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan pengendalian mutu dari masing-masing spesifikasi, harus
dipasok melalui laboratorium yang diketahui dan disetujui oleh UN-HABITAT/ANSSP.
(b) Seluruh biaya laboratorium ditanggung oleh dana infrastruktur desa yang bersangkutan.
3. Pekerjaan Pembersihan
(a) Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin
lingkungan kerja dipelihara bebas dari akumulasi bahan bangunan, sampah ataupun
kotoran-kotoran lainnya.
(b) Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan tempat penampungan sampah selama periode
pekerjaan dilaksanakan.
(c) Pelaksana Pekerjaan harus melakukan pembersihan akhir pada saat penyelesaian dan
penyerahan pekerjaan, dimana lingkungan pekerjaan yang ditinggalkan tersebut harus
besih dan rapi
(d) Seluruh permukaan tanah harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul
harus dibuang
(e) Pelaksana Pekerjaan harus memahami dampak lingkungan yang mungkin akan terjadi
akibat kegiatan konstruksi serta cara penanggulangannya.
(f) Dampak lingkungan dan cara penanggulangannya harus diserahkan kepada team UN-
HABITATdan masyarakat desa selambat-lambat 2 (dua) minggu setelah persetujuan
penerimaan tawaran pekerjaan.
1. Tahap Perencanaan
(a) Penetapan jenis pekerjaan yang jelas, spesifik dan mencakup jenis, nama, tempat serta
ukuran pekerjaan, yang berdasarkan:
Hasil perumusan prioritas
Perencanaan program jangka pendek
(b) Melaksanakan survey dan pengukuran teknis terhadap jenis pekerjaan yang telah diajukan,
dengan memperhatikan:
Lokasi dan lingkungan pekerjaan
Kondisi lingkungan pekerjaan
Area tempat penimbunan material
Jalan masuk untuk mengangkut material
(c) Pembuatan gambar teknik, meliputi:
gambar denah
gambar tampak
potongan
detail, yang dilengkapi dengan keterangan ukuran dimensi, bahan/material dan lain-
lain.
(d) Perhitungan volume dan rencana anggaran kerja, yang berdasarkan:
Survai harga satuan bahan/alat/upah
Survai sumber bahan
Gambar teknik
F. PENGENDALIAN KEGIATAN
2. Pengendalian Konstruksi
(a) Konstruksi harus sesuai gambar dan dimensinya.
(b) Pastikan volume konstruksi sesuai gambar.
(c) Jika terjadi perubahan, harus disepakati dan dibuat Berita Acara Revisi.
4. Pengendalian Keuangan
(a) Pembayaran pekerjaan harus sesuai dengan jadwal kemajuan pekerjaan.
(b) Pembayaran pengadaan bahan/material sesuai dengan jadwal dan jumlah yang
ditentukan.
(c) Pembayaran pengerahan tenaga kerja sesuai rencana dan jumlah yang telah ditetapkan.
(d) Pembayaran pengunaan alat harus sesuai dengan jumlah dan produktifitas yang telah
ditetapkan.
G. PEMELIHARAAN
Tujuan dari kegiatan pemeliharaan adalah (a) untuk menjamin terpeliharanya serta
keberlangsungan fungsi prasarana tersebut, dan (b) untuk meningkatkan fungsi kelembagaan
masyarakat dalam mengelola dan memeliharana sarana dan prasarana yang ada.
(Materi bab ini adalah ringkasan Buku Panduan ANSSP Volume 3. Perencanaan Detil Teknis
Perumahan dan Prasarana, Bab 3. Perencanaan Detil Proyek Prasarana)
Kegiatan pembangunan prasarana diawali dengan penyusunan perencanaan desa dengan
pendekatan ommunity Action Planning (CAP). Setelah CAP selesai, umumnya masyarakat memulai
konstruksi di bidang perumahan terlebih dahulu, baru kemudian di bidang prasarana. Hal ini
terjadi karena pada kenyataanya kebutuhan rumah dirasakan paling mendesak oleh seluruh
masyarakat korban bencana.
Setelah pembangunan perumahan selesai, atau hampir selesai, masyarakat memulai kembali
merencanakan secara teknis pembangunan prasarana. Hal ini diawali dengan melakukan
Musyawarah Desa 4 (MD-4) yang membahas agenda-agenda berikut ini.
▪ Penjelasan tentang tujuan musyawarah dan hasil-hasil MD-2 dan MD-3.
▪ Penjelasan tentang jumlah (indikatif) dana prasarana yang disediakan ANSSP UN-
HABITAT) dan prinsip serta tata cara penggunaannya.
▪ Peninjauan ulang CAP, terutama Data Dasar Desa dan Prioritas Kebutuhan Prasarana.
▪ Penetapan rincian tugas, peran, dan tanggung jawab pelaksana pembangunan.
▪ Pembentukan dan pemilihan anggota Kelompok Kerja Prasarana (KKP).
▪ Penetapan rencana kerja tindak lanjut (RKTL).
Selesai pelaksanaan MD-4, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan anggota KKP untuk
memberikan ketrampilan dan kemampuan dalam hal manajemen konstruksi prasarana secara
umum, dan secara khusus untuk penyusunan proposal prasarana. Langkah-langkah teknis dalam
Penyusunan Proposal dan Pengajuan Dana Prasarana adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan proposal prasarana oleh KKP adalah sebagai
berikut.
1. Pertemuan/Diskusi Tingkat Desa. Kegiatan ini antara lain bertujuan untuk membahas hal-hal
berikut ini.
(a) Mengkaji ulang jenis-jenis prasarana yang akan dilaksanakan setelah dilakukan uji publik.
(b) Penyepakatan pembagian dan rincian tugas, peran, dan tanggung jawab setiap anggota
KKP.
(c) Penyusunan dan penetapan rencana kerja tindak lanjut (RKTL).
PENTING DIPERHATIKAN...!!!
Kumpulkan dan lengkapi format-format yang merupakan hasil dari MD-4, yaitu:
Format P/KKP-2: Daftar Pelaksana Pembangunan Prasarana,
Format P/KKP-3: Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Pembangunan Prasarana,
Format P/KKP-4: Berita Acara dan Daftar Hadir Musyawarah Desa 4 (MD-4).
PENTING DIPERHATIKAN...!!!
Lakukan pengecekan lokasi, jika perlu lakukan pengukuran ulang untuk lokasi proyek.
Lakukan juga survai harga. Kemudian masukkan hasilnya ke dalam format-format di
bawah ini;
Format P/KKP-6: Rencana Anggaran dan Biaya Pembangunan Prasarana,
Format P/KKP-8: Perbandingan Harga Material, dan
Format P/KKP-10: Peta Desa dan Lokasi Proyek Prasarana.
Diskusi intensif dengan Tim ANSSP UN-HABITAT diperlukan untuk langkah ini...!!!
Selain itu, diskusi juga secara intensif dengan Tim ANSSP UN-HABITAT untuk pengisian
format-format berikut:
Format P/KKP-7: Jadwal Pelaksanaan dan Pengawasan,
Format P/KKP-9: Rencana Operasional dan Pemeliharaan, dan
Format P/KKP-11: Disain Detail Prasarana.
3. Mintalah Komite Desa untuk menyelenggarakan Musyawarah Desa (MD-5), khusus untuk
membahas draft Proposal Pengajuan Prasarana dan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan serta
pelaksanaan pembangunan prasarana.
Musyawarah Desa (MD-5) diselenggarakan oleh Komite Desa untuk membahas persiapan
proyek prasarana komunitas, dan dihadiri oleh sebanyak mungkin warga yang diharapkan
benar-benar merupakan representasi dari seluruh kelompok yang ada di desa tersebut.
Pastikan bahwa warga yang biasanya terpinggirkan seperti wanita, jompo, cacat, kelompok
termiskin, dll, terwakili dalam MD-5. Agenda yang dibahas dalam Musyawarah Desa (MD-5)
adalah sebagai berikut.
(a) Penjelasan tentang tujuan musyawarah dan hasil-hasil MD-4,
(b) Presentasi draft proposal prasarana oleh masing-masing KKP,
(c) Pembahasan, pengesahan, dan penandatanganan (plus perintah revisi jika ada) atas draft
proposal prasarana tingkat KKP,
(d) Penyusunan rencana pelaksanaan proyek,
(e) Penyusunan rencana transparansi dan monitoring dan pemilihan Tim Monitoring,
(f) Penetapan rencana kerja tindak lanjut (RKTL).
PENTING DIPERHATIKAN...!!!
Selama dan setelah melakukan Musyawarah Desa (MD-5), lakukan hal berikut;
Daftar Hadir Peserta dan Foto Kegiatan.
Buat Berita Acara Musyawarah Desa (gunakan FORMAT UMUM-4: BERITA ACARA MD)
Lakukan UJI PUBLIK, dengan cara menempelkan hasil-hasil MD-5 di tempat-tempat
yang biasa didatangi masyarakat (gunakan FORMAT UMUM-5: UJI PUBLIK MD).
4. Mesukkan hasil kesepakatan dan keputusan MD-5 ke dalam Format P/KKP-12: Berita
Acara dan Daftar Hadir Musyawarah Desa 5 (MD-5).
5. Lakukan Uji Publik hasil kesepakatan dam keputusan yang dihasilkan dalam proses
Musyawarah Desa 5 (MD-5). Uji publik dilakukan minimal selama 7 hari.
6. Seiring pelaksanaan masa Uji Publik, setiap KKP melanjutkan kerjanya, yaitu;
1. Untuk melengkapi panduang tentang pembuatan disain prasarana, lihat Lampiran ... Disain
Gambar Pekerjaan Prasarana
2. Untuk melengkapi panduan tentang pencairan dana, lihat Lampiran ... Target Pencairan Dana
Sesuai dengan program dan sasarannya, selain mengalokasikan sejumlah dana untuk membangun
perumahan, ANSSP juga mengalokasikan sejumlah dana infrastruktur desa untuk memperbaiki
dan mengembalikan tatanan sosial dan lingkungan pemukiman yang keduanya merupakan
bantuan dana yang sifatnya bantuan hibah. Prioritas prasarana/infrastruktur yang akan didanai
dalam program ANSSP adalah:
Pengadaan Air Bersih (Water Supply)
Saluran Air Lingkungan/Drainage (SPAL, Saluran Sekunder/Tersier)
Septictank Komunal
Jembatan Kecil Melintasi Saluran Air (Gorong-gorong Plat Beton)
Jalan Poros/Lingkungan (telford, sirtu, rabat beton)
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Desa/Lingkungan
Dalam pelaksanaan pembangunan kontruksi prasarana, di bawah ini akan diuraikan tahap-tahap
kegiatan berdasarkan masing-masing jenis prasarana sesuai dengan prioritas prasarana program
ANSSP.
C. SEPTICTANK KOMUNAL
1. Dimensi
(a) Tebal dinding dan slab minimum: 16 cm
(b) Tinggi atau lebar void: 100 – 300 cm
(c) Model atau panjang: single, double, triple
(d) Lebar: lebar jalur + bahu jalan
2. Material
(a) Mutu beton minimum: K-225
(b) Slump beton: 50 – 80 mm
(c) Lantai Kerja: K-125
3. Analisa Pendahuluan
(a) Penyelidikan Tanah
Lakukan soil investigation, lapisan-lapisan tanah
Data yang diperlukan: φ, γ, c, e ( kondisi saturated dan effective )
(b) Tentukan tinggi air banjir maksimum dengan periode tertentu
(c) Tentukan pengalihan sungai sementara, jembatan sementara dan dewatering saat
konstruksi
1. Jalan setapak
(a) Fungsi
Sebagai jalan setapak lingkungan,
Diperuntukkan terutama untuk pejalan kaki,
Hanya boleh dilalui oleh kendaraan roda dua dan tiga.
(b) Spesifikasi konstruksi
Lebar 1,5-2 m,
Memakai perkerasan rabat beton (ad 1:3:5) dengan ketebalan 8 cm,
Khusus untuk tanah dasar yang kurang stabil sebaiknya diberi pondasi berupa
pemasangan batu pecah 8/10 batu diberi penutup rabat beton.
(c) Langkah-langkah teknis pelaksanaan konstruksi
Tentukan dan urutkan berdasarkan prioritas setiap jalan setapak yang akan dikerjakan,
Ukur lebar jalan tersebut dengan mempertimbangkan ruang untuk saluran air sekunder
disisi kanan atau kiri dengan lebar setiap jalan 1,5-2 meter,
Ukur panjang jalan, dengan panjang maksimum tidak lebih 50 meter,
Panjang jalan diizinkan sampai 100 meter, tetapi harus mempunyai dua arah akses
keluar ke jalan lingkungan terdekat,
Panjang jalan setapak tidak diizinkan melebihi 100 m, jika melebihi 100 m harus
diklasifikasikan sebagai jalan poros dengan lebar minimum 4 m.
Î Untuk lebih jelas, lihat Spesifikasi Pekerjaan untuk Jalan Setapak
1. Galian
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah, batu atau bahan lain dari sekitar lokasi pekerjaan.
Pekerjaan galian umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air, gorong-gorong
(plat beton), pembuangan atau pembuangan bahan lainnya yang tak terpakai seperti
tanah humus dan lain sebagainya.
Permukaan galian yang telah selesai harus mempunyai kemiringan yang sesuai untuk
menjamin pengaliran air yang bebas tanpa terjadi genangan.
Pelaksana Pekerjaan harus memikul tanggung jawab dalam menjamin keselamatan
pekerja, penduduk, dan bangunan disekitar lokasi penggalian.
Pelaksana Pekerjaan harus menempatkan seorang pengawas jika pekerja atau orang
lain berada dalam lokasi penggalian.
Semua galian terbuka harus diberikan rambu peringatan dan penghalang yang cukup
untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya.
Setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalulintas harus diberikan rambu tambahan
pada malam hari berupa drum yang di cat putih (atau sejenisnya) beserta lampu merah
atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.
Galian yang memotong jalan, harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan
jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalulintas setiap saatnya.
Hasil galian harus dijaga bebas dari genangan air dengan pemompaan atau pembuatan
saluran air sementara.
Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas
bawah tanah yang masih berfungsi, seperti kabel, pipa atau saluran dalam tanah
lainnya.
Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian tidak
disetujui sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Pelaksana
Pekerjaan.
(b) Teknis Penggalian
Penggalian harus dilakukan menurut kelandaian , garis, dan elevasi (kemiringan)
sebagaimana telah ditentukan dalam spesifikasi gambar dan harus mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama lainnya, yang tidak
digunakan untuk pekerjaan permanent.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah ataupun diluar batas galian.
Jika formasi galian menemui dasar tanah yang kotor, lepas ataupun lunak, maka
bahan tersebut harus dibuang dan penimbunan kembali harus mengunakan tanah
timbun yang diizinkan.
Jika terdapat batu ataupun lapisan keras atau bahan yang besar dan sukar dibongkar
dijumpai pada garis formasi, maka bekas bongkahan tersebut harus digali sekurang-
kurangnya 15 cm dari landasan saluran, yang kemudian ditimbun kembali dengan
mengunakan tanah timbun yang diizinkan.
2. Timbunan
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan penimbunan mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan sesuai
garis formasi, kelandaian dan elevasi penampang melintang.
Timbunan yang dicakup seperti ketentuan diatas terdiri dari 3 kategori, yaitu timbunan
biasa, timbunan pilihan dan timbunan diatas tanah rawa.
Timbunan pilihan digunakan dimana bahan yang plastis sulit untuk dipadatkan
dengan baik.
Permukaan timbunan harus sangat rata dan harus memiliki kelandaian yang sesuai
untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
(b) Teknis Pelaksanaan
Timbunan tidak boleh dihampar melebihi 20 cm sebagai lapisan padat.
Pengangkutan tanah timbun dan proses penimbunan harus dilakukan pada cuaca yang
cerah.
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat, material
harus dihamparkan dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak melebihi 15
cm, yang kemudian dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau penumbuk
manual dengan berat penumbuk minimal 10 kg.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan terus bergerak kearah sumbu
jalan sedemikian rupa, sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama.
(c) Satuan Pengukuran
Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang telah
diselesaikan.
1. Saluran Air
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan ini mencakup pembuatan saluran baru yang dilapisi (lined) maupun tidak
(unlined) dan perataan kembali saluran lama yang tidak dilapisi, sesuai dengan
spesifikasi yang diberikan serta memenuhi garis, ketinggian dan detail yang
ditunjukkan pada gambar.
Saluran yang dilapisi akan dibuat dari pasangan batu dengan mortar, atau seperti yang
ditunjukkan oleh gambar.
Elevasi galian dasar saluran tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang telah ditentukan
atau disetujui pada tiap titik dan harus cukup halus dan merata untuk menjamin aliran yang
bebas dan tanpa genangan apabila aliran air rendah.
Pekerjaan perbaikan dapat meliputi penggalian atau penimbunan/pemadatan kembali.
Apabila diperlukan penimbunan yang diteruskan dengan pemadatan kembali, kemudian
baru pekerjaan dilanjutkan dengan penggalian kembali untuk memenuhi garis yang telah
ditentukan.
(b) Bahan dan Jaminan Mutu
Galian
Pekerjaan galian pada pekerjaan ini harus merujuk spesifikasi teknis galian, termasuk
ketentuan utilitas bawah tanah, penggunaan dan pembuangan bahan galian,
pengendalian laulintas, dan sebagainya.
Timbunan
Bahan timbunan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan,
penghamparan, pemadatan dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi
teknis timbunan.
Pekerjaan timbunan mencakup penimbunan diatas tanah rawa yang rendah dan
selalu tergenang air yang tidak dapat dialirkan atau dikeringkan.
Seluruh permukaan akhir timbunan harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Pasangan batu dengan mortar
Saluran yang dilapisi pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan sifat-
sifat bahan, pemasangan, dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi teknis
pasangan batu dengan mortar.
Adukan mortar
Komposisi material/bahan mortar mengikuti spesifikasi mutu K-175, dimana
komposisi bahan/material untuk membuat 1 m3 adukan mortar diperlukan
sekurang-kurangnya 8 (delapan) sak semen Portland type I (@ 40 kg).
Teknik takaran air dan pasir adalah:
Volume 1 kantong Cemen Portland 40 kg setara dengan 0.02536 m3.
Volume 8 sak semen = 8 x 0.02536 m3 = 0.20288 m3
Volume air yang diperlukan = 0,5 x 0.20288 m3 = 0,10144 m3 setara dengan
101,44 liter.
Pasir halus yang diperlukan = 1 m3 – (0,20288 + 0,10144) m3
= 0,69568 m3
= 0,7 m3
3
Maka untuk membuat 1 m adukan mortar diperlukan;
Semen @ 40 kg/sak = 8 sak
Pasir = 0,7 m3
Air = 100 liter.
2. Gorong-Gorong/Pelat Beton
(a) Ketentuan Umum
Pekerjaan mencakup perbaikan, perpanjangan, penggantian atau pembuatan jembatan
kecil (pelat beton bertulang) atau gorong-gorong pipa beton tanpa tulang sesuai
spesifikasi dan gambar yang diberikan.
(b) Bahan dan Jaminan Mutu
Galian
Pekerjaan galian pada pekerjaan ini harus merujuk spesifikasi teknis galian, termasuk
ketentuan utilitas bawah tanah, penggunaan dan pembuangan bahan galian,
pengendalian laulintas, dan sebagainya
Timbunan
Bahan timbunan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan,
penghamparan, pemadatan dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi
timbunan.
Pekerjaan timbunan mencakup penimbunan diatas tanah rawa yang rendah dan
selalu tergenang air yang tidak dapat dialirkan atau dikeringkan.
Seluruh permukaan akhir timbunan harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Pasangan batu dengan mortar
Saluran yang dilapisi pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan
sifat-sifat bahan, pemasangan, dan jaminan mutu yang ditentukan dari spesifikasi
pasangan batu dengan mortar (lihat spesifikasi pekerjaan pasangan batu dengan
mortar)
Adukan mortar mengikuti spesifikasi mutu K-175, dimana komposisi material
untuk membuat 1 m3 adukan mortar tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 8
sak semen Portland type 1 (@ 40 kg), 100 liter air, dan 0,7 m3 pasir.
Semen cor beton bertulang
Adukan semen cor harus mengikuti spesifikasi mutu K-250, dimana komposisi
material untuk mempersiapkan 1 m3 adukan semen cor tersebut diperlukan sekurang-
2. Air
(a) Air yang dimaksud adalah air sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bangunan, meliputi
kegunaannya dalam pembuatan beton, adukan pasangan dan adukan plasteran.
(b) Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung
lainnya yang dapat dilihat secara visual.
(c) Tidak mengandung bahan-bahan tersuspensi melebihi 2 g/l.
(d) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton, seperti asam-
asam, zat-zat organic dan lain sebagainya yang melebihi 15 g/l.
(e) Kandungan khlorida tidak melebihi 500 ppm dan sulfat tidak melebihi 1000 ppm sebagai SO3.
(f) Semua air yang mutunya diragukan, harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya
sesuai pemakaiannya.
(g) Khusus untuk beton pratekan, air tidak boleh mengandung khlorida melebihi 50 ppm.
(h) Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan terhadap memakai air suling, maka penurunan
kekuatan tekan tidak boleh melebihi 10%.
4. Kerikil/Batu Pecah
(a) Kerikil alam atau batu pecah adalah butiran mineral keras yang sebagian besar butirannya
berukuran 5–80 mm. besar butir yang diizinkan akan tergantung pada maksud
pemakaiannya.
(b) Kekerasan butiran tidak boleh mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm
melebihi dari 32%.
(c) Kadar Lumpur tidak melebihi 1% berat butiran.
5. Sirtu
(a) Sirtu adalah campuran yang terdiri dari pasir dan kerikil yang diambil dari dasar sungai
atau dari daratan.
(b) Sirtu buatan adalah sirtu yang dibuat dari campuran pecahan batu yang berukuran kecil
dan tepung batu, yakni hasil sampingan alat pemecah batu (stone crusher), dengan atau
tanpa bahan tambahan lainnya.
(c) Untuk kegunaan beton, sirtu harus bebas dari bahan-bahan organic, kotoran-kotoran,
lemnpung atau bahan lainnya yang dapat menurunkan mutu beton.
(d) Gumpalan-gumpalan lempung tidak boleh melebihi 0.25%.
(e) Kandungan batu yang lunak tidak boleh melebihi 5%.
6. Beton
(a) Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus (pasir), agregat
kasar (kerikil), air dan semen. Campuran agregat halus (pasir), air dan semen saja disebut
adukan (mortar).
(b) Klasifikasi kelas dan mutu beton:
Kekuatan Tekan
σbk Tujuan
Kelas Mutu
kg/cm2 Pemakaian
minimum
I Bo - Non-struktural
B1 - struktural
K-125 125 struktural
II
K-175 175 struktural
K-225 225 struktural
III K>225 >225 struktural
Diameter Muatan,
(cm) (kg)
15 1400
20 1600
25 1800
30 2000
40 2300
50 2600
60 2800
70 3000
100 3000
8. Batu Alam
(a) Batu alam baik berbentuk bulat ataupun berbentuk batu belah, dapat berasal dari batu
beku, batuan endapan ataupun batuan metamorphosa.
(b) Klasifikasi penggunaan batu alam untuk batu pecah dan agregat beton.
dn = 12,74 ρ, mm
1 Turbidity 25.000
7 pH 27.000
8 Sulfur 42.000
10 E-Coli 128.000
11 Salmonella 160.000