You are on page 1of 13

Sistem Hukum Di Indonesia

Hukum Adat Hukum Islam Hukum Barat

Hukum Adat

Keadaannya: mulai berlakunya tidak dapat ditentukan dengan pasti, diantara kedua sistem hukum, hukum adatlah yang tertua. Sebelum tahun 1927 tidak dipelajari, hidup dan berkembang begitu saja. Sejak tahun 1927, setelah teori resepsi dikukuhkan, di pelajari dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan politik hukum pemerintahan Belanda. Bentuknya: Tidak tertulis, tumbuh, berkembang dan hilang sejalan perkembangan masyarakat. saat ini mulai dirintis untuk dijadikan tertulis sebagai perundangundangan yang sah sebagaimana Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960. Tujuannya: untuk menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, dan sejahtera. Sumbernya: Sumber pewngenalnya adalah;keputusan penguasa adat (menurut Terhar), sementara menurut Koesnoe adalah apa yang benar-benar terlaksana didalam pergaulan hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan (konsep hukum adat sendiri).sedangkan sumber isi hukum adat adalah kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat adat.dan sumber pengikatnya adalah rasa malu yang ditimbulkan oleh karena berfungsinya sistem nilai dalam masyarakat adat yang bersangkutan.

Strukturnya: Hukum adat minangkabau mis: ada dua yaitu; adat nan sabana (adat yang sebenar-benarnya) karena tidak dibuat oleh manusia tetapi oleh alam (berasal dari alam) atau disamakan hukum alam.dan adat pusaka yaitu hukum adat positif yang disusun sejak nenek moyang sampai pada angkatan sekarang. Lingkup masalah :mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta penguasa dalam masyarakat, konsekuensi dunia saja.tidak ada pembidangan hukum publik dan privat, manusia dipandang sebagai pribadi-pribadi yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.

Hukum Islam

mulai dikenal di Indonesia setelah agama islam datang ke tanah air, ada yang mengatakan tahun 1 H atau 7 M, ada yang mengatakan 7 H 13 M. Bentuknya: Tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan, namun memakai kitab-kitab fikih yang tertulis dalam berbagai kitab hasil ijtihad para ahli hukum islam madhhab SyafiI seperti: Muharrar karya ar-RafiI, Minhajut Thalibin karya an Nawawi, Tuhfah karya Ibnu Hajar, Nihayah karya ar-Ramli, Mughni al-Muhtaj dan al-Iqna karya as-Syaerbini, Muhtasyar karya Abu Suja, Hasyiyah fathul Qarib karya al-Bajuri, fathul muin karya al-Malabari dan al-Muhazzab karya as-Syairozi. Meski tidak tertulis tetapi di patuhi oleh masyarakat karena kesadaran dan keyakinan mereka. Tetapi pada saat sekarang telah menjadi hukum tertulis dalam kompilasi Hukum Islam KHI. Tujuannya: melaksanakan perintah dan kehendak Allah serta menjauhi laranganNya, secara khusus menjaga terpeliharanya lima tujuan (maqasidusyariah). Sumbernya: Sumber pengenalnya adalah; Al-Quran, dan Hadist dan kitab fiqih yang memuat hasil ijtihad para ahli hukum islam berdasar al-Quran dan Hadist tidak mengikat karena tidak ada sanksi dari negara. Sedangkan sumber isi Hukum Islam adalah kemauan Allah yang berupa wahyu yang terdapat dalam al-Quran dan Hadist, dan ijtihad para ahli Hukum Islam. Dan sumber pengikatnya adalah iman dan takwa

Strukturnya: lapisan pertama wahyu, yang tidak dapat diganggu gugat, berlaku mutlak terlepas dari ruang dan waktu, dan tidak tunduk pada kemauan dan cita-cita manusia. Lapisan kedua sunnah, yaitu penjelasan dari rasulullah, bersifat mutlak dan tidak dapat diganti dengan atau oleh bahan lain.lapisan ketiga adalah ijtihad, yang berupa karya manusia berupa garisgaris hukum atau kaidah-kaidah hukum tertentu yang dikelompokkan menurut masalah yang dibicarakan diatur secara sistematis (disebut kitab fikih). Lingkup masalah: mengatur hubungan antar manusia dan hubngan manusia dengan tuhannya, konsekuensi dunia akherat. terbagi dalam ibadah(hubungan manusia dengan Tuhan), dan muamalah (hubungan manusia dengan manusia dan masyarakat), tidak membedakan hukum perdata dengan hukum publik sebab dalam perdata terdapat segi publiknya dan dalam publik ada segi perdatanya. Kewajiban diutamakan daripada hak. Norma dan kaidahnya terangkum dalam istilah al-ahkan al-khomsah (wajib, sunnah, mubah, makruh, haram)

Hukum Barat

diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan kedatangan orang-orang Belanda untuk berdagang di Nusantara. Bentuknya: Tertulis dalam bahasa Belanda, seperti; B.W (hukum perdata) yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan nama kitab undang-undang hukum perdata. Karena terjemahan merupakan karya pribadi dan isi pasal-pasalnya agak berbeda dengan konsep dan pengertiannya yang asli, maka tidak mempunyai kekuatan mengikat seperti undang-undang sehingga dalam kehidupan hukum di Indonsia, hukum eksBarat itu telah menjadi semu tertulis. Tujuanya: adanya kepastian hukum dan keadilan hukum. Sumbernya: sumber pengenalnya adalah; segala peraturan perundangundangan sejak zaman kolonial dahulu serta perubahannya yang dinyatakan dalam Staatsblad atau Lembaran Negara. Sifatnya mengikat karena diberi sanksi oleh negara. Sedangkan sumber isinya adalah kemauan pembentuk undang-undang di negeri Belanda masa lalu. Sumber pengikatnya adalah kekuasaan negara.

Struktunya: kitab undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislatif, disimpulkan oleh petugas hukum dalam arti luas dalam bentuk putusan-putusan hukum dan lahirlah amalan keputusan tersebut. Lingkup masalah: mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta penguasa dalam masyarakat, konsekuensi dunia saja. Terdapat dua bidang yaitu;hukum perdata( melindungi kepentingan perdata yang dipertahankan oleh masing-masing individu) dan hukum publik ( aturan hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan umum yang diperthankan oleh negara). Hak didahulukan daripada kewajiban. Norma dan kaidah hukumnya adalah impere (perintah), prohibere (larangan), dan permittere (yang dibolehkan).

Hubungan Hukum Adat Dengan Hukum Islam

Berhubungan erat, hal ini tercermin dalam berbagai pepatah dan ungkapan seperti: hukum ngon adat hantom cre, lagee zat ngon sipeut (aceh).artinya hukum islam dengan hukum adat tidak dapat dipisahkan karena erat sekali hubungannya seperti zat dengan sifat sesuatu barang dengan benda. Atau di minangkabau; adat dan syara sanda menyanda, syara mengato adat memakai, artinya hubungan adat dengan hukum islam erat sekali, saling topang menopang, karena sesungguhnya dinamakan adar yang benar-benar adat adalah syara itu sendiri. Dalam hukum islam terdapat cara penggalian hukum berdasarkan urf, sebagaimana kaidah fikih berbunyi: al-adatu muhakkamat artinya adat dapat dijadikan hukum islam. Persyaratan agar hukum adat dapat dijadikan hukum Islam adalah:1) adat harus dapat diterima oleh perasaan dan akal sehat serta diakui olrh pendapat umum, 2) sudah berulangkali terjadi dan telah berlaku umum dalam masyarakat yang bersangkutan,3)telah ada pada waktu transaksi di langsungkan 4) tidak ada persetujuan atau pilihan lain antara kedua belah pihak, 5) tidak bertentangan dengan al-quran, dan sunnah. (menurut Sobhi Mahmassani).

Kedudukan Hukum Islam Dalam Tata Hukum Di Indonesia


Proses Islamisasi di masa awal masuknya Islam di Indonesia, dilakukan oleh para saudagar melalui perdagangan dan perkawinan Setelah Islam berakar dalam masyarakat, peran penyebaran Islam di ganti oleh para ulama yang bertindak sebagai guru dan pengawal hukum islam.seperti di Banjar Nuruddin Ar-Raniri menulis buku Siratal mustaqim dikembangkan dengan kitab Sabilul Muhtadin, di Banten Syech Abdu Samad dan Syech Nawawi al-Bantani, Hukum Islam menjadi hukum yang berdiri sendiri, tumbuh dan berkembang di samping hukum adat, dan mempunyai pengaruh yang bersifat normatif dalam kebudayaan Indonesia. Masa VOC (abad 16), membentuk badan-badan peradilan yang semula mau menggunakan hukum Belanda, namun tidak berlaku, dan yang berlaku adalah hukum yang hidup dan di ikuti rakyat, maka seperti di Banten, menggunakan Statuta Batavia (Tahun 1642)menggunakan hukum waris islam . VOC membuat Compendium Freijer (intisari/ringkasan) yang memuat hukum perkawinan dan hukum waris islam. Di Semarang membuat kitab hukum Mogharraer di ambil dari kitab Muharrar karya ar-RafiI, di Cirebon ada pepakem Cirebon berisi hukum Hukum jawa yang tua-tua. Masa VOC berlangsung 2 abad. Pemerintahan Kolonial Belanda: Daendels Gubernur pemerintahan Belanda mengeluarkan peraturan bahwa perihak (hukum) agama orang jawa tidak boleh diganggu, juga hak-hak penghulu mereka untuk memutus beberapa macam perkara tentang perkawinan dan kewarisan harus diakui oleh alat kekuasaan pemerintah Belanda. Pemerintahan Inggris di Indonesia, juga mengakui bahwa hukum yang berlaku dikalangan rakyat adalah hukum Islam.

Pemerintahan Belanda lagi: dengan segala cara hendak menghalangi pengaruh Islam dan melaksanakan politik hukum sadar terhadap Indonesia, kemudian memerintahkan Scholten van oud Haarlem menjadi ketua komisi menulis nota kepada pemerintah Belanda: untuk mencegah timbulnya hal yang tidak menyenangkan dan perlawanan, maka diihktiarkan orang Islam dapat tinggal dalam lingkungan (huku) agama serta adat istiadat mereka maka kemudian Belanda membuat peraturan yang berisi: menginstruksikan kepada pengadilan untuk menggunakan Undang-Undang agama, dan lembaga-lembaga dan kebiasaan yang tidak bertentangan dengan asas-asas kepatutan dan keadilan yang diakui umum. Teori Reception in Compexu. Sepanjang abad 19 dianut suatu pendapat bahwa diIndonesia berlaku hukum Islam (Solomon Keyzer 1823-1868).ia banya menulis hukum islam di Jawa dan menterjemahkan al-Quran kedalam bahasa Belanda. Pendapat ini dikuatka Cristian van den Berg (1845-1927).ia mengatakan Hukum mengikuti agama yang dianut seseorang, jika orang itu Islam, hukum islamlah yang berlaku baginya.ia menulis asas-asas hukum islam menurut ajaran Hanafi dan SyafiI, juga hukum keluarga dan hukum waris dengan beberapa penyimpangan agar hukum islam dapat dijalankan oleh hakim-hakim Belanda dengan bantuan penghulu atau kadi Islam.. Maka di simpulkan bahwa orang islam Indonesia telah melakukan resepsi hukum islam dalam keseluruhannya dan sebagai satu kesatuan (receptio in complexu). Recetie Theori (teori resepsi) Di keluarkan C.S Hurgronje mengemukakan bahwa yang berlaku bagi orang Islam di daerah Acuh dan Gayo (Hasil penelitian) bukanlah hukum Islam, tetapi hukum adat. Tetapi kedalam hukum adat memang telah dipengaruhi hukum Islam , tetapi pengaruh itu baru mempunyai kekuatan kalau telah benar-benar diterima oleh hukum adat. Pendapat ini dikembangkan secara sistematis dan ilmiah.

Hukum Islam dan Pembinaan Hukum Nasional

Menurut Menteri kehakiman Ali Said( 21 Desember 1981) di samping hukum adat dan hukum eks-Barat hukum Islam yang merupakan satu komponen tata hukum Indonesia, menjadi salah satu sumber bahan baku bagi pembentukan hukum nasional. Dalam tahap perkembangan pembinaan hukum nasional (tahun 90-an) mendirikan badan yang berwenang merancang dan menyusun hukum nasional yang akan datang menggunakan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum islam dalam segala bidang baik yang bersifat umum(mis: ketentuan umum mengenai peraturan perundang-undangan yang akan beerlaku di Indonesia), maupun yang bersifat khusus (mis: dalam bidang perdata islam, seperti hukum waris, hak milik dalam ekonomi, perjanjian , hutang piutang, dalam pidana Islam, tata negara islam hubungan antar negara islam dan lain-lain).

Sketsa Peradilan Agama

Peradilan adalah proses pemberian keadilan di suatu lembaga pengadilan Pengadilan adalah lembaga atau badan yang bertugas menerima, memeriksa, mengadili dan menyeleseikan suatu perkara yang diajukan kepadanya. Peradilan agama adalah proses pemberian keadilan berdasarkan hukum agama Islam kepada orang-orang islam yang dilakukan di pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama

KHI

Kompilasi hukum Islam adalah kumpulan atau himpunan kaidah-kaidah hukum islam yang disusun secara sistematis. Terdiri dari 3 buku: Buku I tentang Hukum perkawinan terdiri dari 19 bab dan 170 pasal. Buku II tentang kewarisan terdiri dari 6 bab dan 171 pasal Buku III tentang hukum perwakafan terdiri dari 5 bab dan 14 pasal

You might also like